TENTANG
Mengingat : a. bahwa seluruh staf bertanggung jawab melindungi dan mengedepankan hak
pasien dan keluarga ;
b. bahwa Rumah Sakit Umum Daerah Karel Sdasuitubun Langgur menghormati
hak pasien dan keluarga dalam beberapa situasi hak istimewa keluarga;
c. bahwa Hak Pasien dan Keluarga merupakan elemen dasar dari semua kontak
di rumah sakit, staf serta pasien dan keluarganya
:
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
KESATU : Pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib, peraturan yang
berlakuk di Rumah Sakit, tentang hak dan kewajiban pasien;
KETIGA : Pasien berhak memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa
diskriminasi
KEEMPAT : Pasien berhak memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar
Profesi dan standar prosedur operasional
KELIMA : Pasien berhak memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien
terhindar dari kerugian fisik dan materi
KEENAM : Pasien berhak mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan
KETUJUH : Pasien berhak memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya
Dan peraturan yang berlaku di rumah sakit
KEDELAPAN : Pasien berhak meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter
lain yang mempunyai surat izin praktik ( SIP ) baik di dalam maupun di luar rumah
sakit
KESEMBILAN : Pasien berhak mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita
termasuk data – data medisnya.
KESEPULUH : Pasien berhak mendapatkan informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara
tindakan medis, tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, resiko dan komplikasi
yang mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta
perkiraan biaya pengobatan
KESEBELAS : Pasien berhak memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan
dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya
KEDUA BELAS : Pasien berhak didampingi keluarganya dalam keadaan kritis
KETIGA BELAS : Pasien menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya
selama hal itu tidak mengganggu pasien lainnya
KEEMPAT BELAS : Pasien berhak memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam
perawatan di Rumah Sakit
KELIMA BELAS : Pasien berhak memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam
perawatan di Rumah Sakit mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan
Rumah Sakit terhadap dirinya ;
KEENAM BELAS : Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama dan
kepercayaan yang dianutnya;
Ditetapkan di Langgur
Pada Tanggal 21 April 2015
Direktur,
RSUD Karel Sadsuitubun Langgur,
A. Pendahuluan
Rahasia kedokteran diatur dalam beberapa peraturan /ketetapan yaitu :
Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1966 dan Peraturan Pemerintah nomor 33 tahun 1963
untuk dokter gigi yang menetapkan bahwa tenaga kesehatan termasuk mahasiswa kedokteran,
murid yang bertugas dalam lapangan pemeriksaan, pengobatan , dan / atau perawatan
diwajibkan menyimpan rahasia kedokteran . pasal 22 ayat ( 1 ) b Peraturan Pemerintah Nomor
32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan diatur bahwa bagi tenaga kesehatan jenis tetentu dalam
melaksanakan tugas profesinya berkewajiban untuk menjaga kerahasiaan identitas dan data
kesehatan pribadi pasien. Kode etik kedokteran pasal 22 menetapkan : “ setiap dokter wajib
merahasiakan sesuatu yang diketahuinya tentang seorang penderita bahkan juga setelah
penderita itu meninggal dunia “ Rahasia kedokteran dapat dibuka hanya untuk kepentingan
kesehatan pasien, memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan
hukum , permintaan pasien sendiri, atau berdasarkan ketentuan perundang- undangan.
Dalam pasal 51 huruf c Undang-undang nomor 29 tahun 2004 adanya kewajiban merahasiakan
segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien , bahkan juga setelah pasien itu meninggal
dunia. Berkaitan dengan pengungkapan rahasia kedokteran tersebut diatur dalam pasal 10 ayat (
2 ) peraturan menteri kesehatan nomor 269/Menkes/Per/III/2008 tentang rekam medis sebagai
berikut : Informasi tentang identitas, diagnosis, riwayat penyakit, riwayat pemeriksaan dan
riwayat pengobatan dapat dibuka dalam hal :
Mengenai rahasia kedokteran dikenal adanya trilogi rahasia kedokteran yang meliputi
persetujuan tindakan kedokteran, rekam medis dan rahasia kedokteran karena keterkaitan satu
sama lain. Jika menyangkut pengungkapan rahasia kedokteran maka harus ada izin pasien
( consent ) dan bahan rahasia kedokteran terdapat dalam berkas rekam medis.
Hak privacy ini bersifat umum dan berlaku untuk setiap orang. Inti dari hak ini adalah suatu hak
atau kewenangan untuk tidak diganggu . setiap orang berhak untuk tidak dicampuri pribadinya
oleh orang lain tanpa persetujuannya. Hak atas privacy disini berkaitan dengan hubungan
terapeutik antara dokter-pasien ( fiduciary relationship ) . Hubungan ini didasarkan atas
kepercayaan bahwa dokter itu akan berupaya semaksimal mungkin untuk memberikan
pelayanan pengobatan. Kepercayaan pula bahwa penyakit yang diderita tidak akan diungkapkan
lebih lanjut kepada orang lain tanpa persetujuan . dalam pasal 11 Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 269/Menkes/Per/III/2008 diatur bahwa penjelasan tentang isi rekam medis hanya boleh
dilakukan oleh dokter atau dokter gigi yang merawat pasien dengan izin tertulis pasien atau
berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Pada saat pemeriksaan seperti wawancara klinis, prosedur tindakan pengobatan, dokter atau
perawat atau bidan atau petugas medis lainnya wajib melindungi privacy pasien seperti data
pasien , diagnosa pasien,dan lainnya dapat juga menutupgorden pintu pada saat dilakukan
pemeriksaan atau pengobatan semua bergantung dari kebutuhan pasien.
B. PENGERTIAN
Privacy merupakan tingkatan interaksi atau keterbukaan yang dikehendaki
seseorang pada suatu kondisi atau situasi tertentu tingkatan privacy yang diinginkan itu
menyangkut keterbukaan atau ketetutupan , yaitu adanya keinginan untuk berinteraksi
dengan orang lain, atau justru ingin menghindar atau berusaha supaya sukar dicapai oleh
orang lain.
Adapun defenisi lain dari privacy yaitu sebagai suatu kemampuan untuk mengontrol
interaksi, kemampuan untuk memperoleh pilihan atau kemampuan untuk mencapai
interaksi seperti yang diinginkan . privacy jangan dipandang hanya sebagai penarikan
diri seseoarng secara fisik terhadap pihak –pihak lain.
Indentifikasi privacy pasien adalah suatu proses untuk mengetahui kebutuhan privacy
pasien selama dalam rumah sakit.
Privacy pasien adalah merupakan hak pasien yang perlu dilindungi dan dijaga salam
dalam rumah sakit.
a. Faktor Privacy
Adapun perbedaan jenis kelamin dalam privacy, dalam suatu penelitian pria lebih
memilih ruangan yang terdapat tiga orang sedangakan wanita tidak
mempermasalahkan isi dalam ruangan itu. Menurut Maeshall perbedaan dalam latar
belakang pribadi akan berhubungan dengan kebutuhan privacy.
b. Faktor Situasional
Kepuasan akan kebutuhan privacy sangat berhubungan dengan seberapa besar
lingkungan mengijinkan orang-orang didalam nya untuk mandiri.
c. Faktor Budaya
Pada penelitian tiap-tiap budaya tidak ditemukan perbedaan dalam banyaknya
privacy yang diinginkan tetapi berbeda dalam cara bagaimana mereka mendapatkan
privacy . misalnya rumah orang jawa tidak terdapat pagar dan menghadap pagar dan
menghadap ke jalan, tinggal di rumah kecil dengan dinding dari bamboo terdiri dari
keluarga tunggal anak ayah dan ibu.
C. TUJUAN
Guna mengetahui kebutuhan pasien akan wajib privacynya selama dalam rumah
sakit sebagai bentuk kepedulian RS yang diterapkan untuk melindungi hak-hak asasi
pasien ( hak privacy ).
D. PROSEDUR
- Untuk Rawat Inap
1. Perawat menerima pasien baru dan melakukan identifikasi pasien menyebutkan
nama lengkap dan tanggal lahir
2. Perawat memberikan informasi pada pasien merujuk kepada cek list pemberian
informasi dengan menjelaskan mengenai hak dan kewajibannya termasuk
didalamnya hak akan privacy pasien selama dalam perawatan
3. Perawat melakukan koordinasi dengan pihak terkait sesuai dengan kebutuhan
pasien guna menjaga privacynya selama dalam perawatan :
- Menutup acces masuk pengunjung ( baik keluarga, kerabat )
- Menempatkan tanda / signageg pada pintu masuk kamar
- Memastikan prefrensi pasien untuk gender atau jenis kelamin petugas yang diberi
izin masuk kamar
4. Pada semua tindakan atau pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter atau perawat
di kamar perawatan pastikan privacy pasien terlindungi dengan pintu dan tirai
kamar tertutup
5. Untuk pasien yang akan transfer antar unit karena akan dilakukan pemeriksaan
penunjang atau pindah rawat/kamar.
6. Pastikan dokumen /file pasien terdapat pada tempatnya
7. Memastikan seluruh staf rumah sakit tidak membicarakan hal-hal yang
menyangkut pasien di area umum.
- Untuk Pasien Rawat Jalan
1. Pada semua tindakan atau pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter atau perawat
diruang konsultasi pastikan privacy pasien terlindungi dengan : pintu dan tirai
ruang konsultasi tertutup
2. Memastikan seluruh staf rumah sakit tidak membicarakan hal-hal yang
menyangkut pasien di area umum.
E. DOKUMENTASI
Catat pada case note/catatan perawatan tentang privacy pasien yang kehendaki
F. REFERENSI
1. Kebijakan Hak dan Kewajiban
2. Undang-Undang no. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. Undang- Undang no. 36 tahun 2009 tentang kesehatan
PEMERINTAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KAREL SADSUITUBUN LANGGUR
Jalan Merdeka Raya No.03 ( 0916 ) 21612 - 21613 21614
Email : rsudkarelsadsuitubun@gmail.com Kode Pos 9761
TENTANG
Menimbang : a. bahwa untuk mendukung pemberian pelayanan pasien di rumah sakit karel
sadsuitubun langgur, pimpinan dan petugas rumah sakit harus mengetahui
dan mengerti hak dan kewajiban pasien. Pasien dan keluarga pun perlu
mendapat informasi tentang hak dan kewajiban
b. bahwa sehubungan dengan butir a tersebut diatas perlu ditetapkan hak dan
kewajiban pasien dengan keputusan direktur rumah sakit umum daerah
karel sadsuitubun langgur
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
KETIGA : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan, apabila
dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan dilakukan
perbaikan sebagaimana mestinya .
Ditetapkan di Langgur
Pada Tanggal 21 April 2015
Direktur,
RSUD Karel Sadsuitubun Langgur,
TENTANG
PRIVASI
Menimbang :
KEDUA : Kebijakan seperti tercantum dalam diktum kedua dapat menjadi acuan bagi
staf RSUD Karel Sdasuitubun Langgur dalam menjaga privasi dan
kerahasiaan pasien
KETIGA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila dikemudian
hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan diadakan
perbaikan sebagaimana mestinya.
KETUJUH : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan , dengan ketentuan apabila
dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan nya akan
diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di Langgur
Pada Tanggal 2015
Direktur,
RSUD Karel Sadsuitubun Langgur
dr. K. NOTANUBUN, M.Kes
NIP : 19631016 199803 2 002
Lampiran Kebijakan
1. Seluruh staf dirumah sakit harus mengidentifikasi kebutuhan dan harapan pasien
terhadap privasi selama pelayanan dan saat pengobatan bagi pasien
2. Staf rumah sakit memahami dan menghormati privasi pasien, khususnya pada saat
wawancara klinis, pemeriksaan, perawatan, prosedur pengobatan dan transportai yaitu :
a. Pintu dan tirai ditutup selama melakukan tindakan atau pemeriksaan
b. Pasien dilindungi dengan baik saat dilakukan tindakan pemindahan pasien:
- Menjaga ketenangan diarea perawatan pasien
- Staf Rumah Sakit menghormati privasi pasien dari staf lain, dari pasien lain,
bahkan dari keluarganya, sepeti keinginan pasien untuk tidak bersedia difoto,
direkam atau berpartisipasi dalam wawancara .
- privasi khusus lainnya dapat diberikan selama hal itu tidak bertentangan dengan
tata tertib rumah sakit dan peraturan yang berlaku
- Untuk pengambilan dokumentasi pasien berupa foto, rekaman vidio atau audit
wawancara diluar kepentingan perawatan dan pengobatan harus melalui seisin
pasien
Direktur,
RSUD Karel Sadsuitubun Langgur,
Pendahuluan
Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1966 dan Peraturan Pemerintah nomor 33 tahun 1963
untuk dokter gigi yang menetapkan bahwa tenaga kesehatan termasuk mahasiswa kedokteran,
murid yang bertugas dalam lapangan pemeriksaan, pengobatan , dan / atau perawatan
diwajibkan menyimpan rahasia kedokteran . pasal 22 ayat ( 1 ) b Peraturan Pemerintah Nomor
32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan diatur bahwa bagi tenaga kesehatan jenis tetentu dalam
melaksanakan tugas profesinya berkewajiban untuk menjaga kerahasiaan identitas dan data
kesehatan pribadi pasien. Kode etik kedokteran pasal 22 menetapkan : “ setiap dokter wajib
merahasiakan sesuatu yang diketahuinya tentang seorang penderita bahkan juga setelah
penderita itu meninggal dunia “ Rahasia kedokteran dapat dibuka hanya untuk kepentingan
kesehatan pasien, memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan
hukum , permintaan pasien sendiri, atau berdasarkan ketentuan perundang- undangan.
Dalam pasal 51 huruf c Undang-undang nomor 29 tahun 2004 adanya kewajiban merahasiakan
segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien , bahkan juga setelah pasien itu meninggal
dunia. Berkaitan dengan pengungkapan rahasia kedokteran tersebut diatur dalam pasal 10 ayat (
2 ) peraturan menteri kesehatan nomor 269/Menkes/Per/III/2008 tentang rekam medis sebagai
berikut : Informasi tentang identitas, diagnosis, riwayat penyakit, riwayat pemeriksaan dan
riwayat pengobatan dapat dibuka dalam hal :
Mengenai rahasia kedokteran dikenal adanya trilogi rahasia kedokteran yang meliputi
persetujuan tindakan kedokteran, rekam medis dan rahasia kedokteran karena keterkaitan satu
sama lain. Jika menyangkut pengungkapan rahasia kedokteran maka harus ada izin pasien
( consent ) dan bahan rahasia kedokteran terdapat dalam berkas rekam medis.
Hak privacy ini bersifat umum dan berlaku untuk setiap orang. Inti dari hak ini adalah suatu hak
atau kewenangan untuk tidak diganggu . setiap orang berhak untuk tidak dicampuri pribadinya
oleh orang lain tanpa persetujuannya. Hak atas privacy disini berkaitan dengan hubungan
terapeutik antara dokter-pasien ( fiduciary relationship ) . Hubungan ini didasarkan atas
kepercayaan bahwa dokter itu akan berupaya semaksimal mungkin untuk memberikan
pelayanan pengobatan. Kepercayaan pula bahwa penyakit yang diderita tidak akan diungkapkan
lebih lanjut kepada orang lain tanpa persetujuan . dalam pasal 11 Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 269/Menkes/Per/III/2008 diatur bahwa penjelasan tentang isi rekam medis hanya boleh
dilakukan oleh dokter atau dokter gigi yang merawat pasien dengan izin tertulis pasien atau
berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Pada saat pemeriksaan seperti wawancara klinis, prosedur tindakan pengobatan, dokter atau
perawat atau bidan atau petugas medis lainnya wajib melindungi privacy pasien seperti data
pasien , diagnosa pasien,dan lainnya dapat juga menutupgorden pintu pada saat dilakukan
pemeriksaan atau pengobatan semua bergantung dari kebutuhan pasien.
G. PENGERTIAN
Privacy merupakan tingkatan interaksi atau keterbukaan yang dikehendaki
seseorang pada suatu kondisi atau situasi tertentu tingkatan privacy yang diinginkan itu
menyangkut keterbukaan atau ketetutupan , yaitu adanya keinginan untuk berinteraksi
dengan orang lain, atau justru ingin menghindar atau berusaha supaya sukar dicapai oleh
orang lain.
Adapun defenisi lain dari privacy yaitu sebagai suatu kemampuan untuk mengontrol
interaksi, kemampuan untuk memperoleh pilihan atau kemampuan untuk mencapai
interaksi seperti yang diinginkan . privacy jangan dipandang hanya sebagai penarikan
diri seseoarng secara fisik terhadap pihak –pihak lain.
Indentifikasi privacy pasien adalah suatu proses untuk mengetahui kebutuhan privacy
pasien selama dalam rumah sakit.
Privacy pasien adalah merupakan hak pasien yang perlu dilindungi dan dijaga salam
dalam rumah sakit.
d. Faktor Privacy
Adapun perbedaan jenis kelamin dalam privacy, dalam suatu penelitian pria lebih
memilih ruangan yang terdapat tiga orang sedangakan wanita tidak
mempermasalahkan isi dalam ruangan itu. Menurut Maeshall perbedaan dalam latar
belakang pribadi akan berhubungan dengan kebutuhan privacy.
e. Faktor Situasional
Kepuasan akan kebutuhan privacy sangat berhubungan dengan seberapa besar
lingkungan mengijinkan orang-orang didalam nya untuk mandiri.
f. Faktor Budaya
Pada penelitian tiap-tiap budaya tidak ditemukan perbedaan dalam banyaknya
privacy yang diinginkan tetapi berbeda dalam cara bagaimana mereka mendapatkan
privacy . misalnya rumah orang jawa tidak terdapat pagar dan menghadap pagar dan
menghadap ke jalan, tinggal di rumah kecil dengan dinding dari bamboo terdiri dari
keluarga tunggal anak ayah dan ibu.
H. TUJUAN
Guna mengetahui kebutuhan pasien akan wajib privacynya selama dalam rumah
sakit sebagai bentuk kepedulian RS yang diterapkan untuk melindungi hak-hak asasi
pasien ( hak privacy ).
I. PROSEDUR
- Untuk Rawat Inap
8. Perawat menerima pasien baru dan melakukan identifikasi pasien menyebutkan
nama lengkap dan tanggal lahir
9. Perawat memberikan informasi pada pasien merujuk kepada cek list pemberian
informasi dengan menjelaskan mengenai hak dan kewajibannya termasuk
didalamnya hak akan privacy pasien selama dalam perawatan
10. Perawat melakukan koordinasi dengan pihak terkait sesuai dengan kebutuhan
pasien guna menjaga privacynya selama dalam perawatan :
- Menutup acces masuk pengunjung ( baik keluarga, kerabat )
- Menempatkan tanda / signageg pada pintu masuk kamar
- Memastikan prefrensi pasien untuk gender atau jenis kelamin petugas yang diberi
izin masuk kamar
11. Pada semua tindakan atau pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter atau perawat
di kamar perawatan pastikan privacy pasien terlindungi dengan pintu dan tirai
kamar tertutup
12. Untuk pasien yang akan transfer antar unit karena akan dilakukan pemeriksaan
penunjang atau pindah rawat/kamar.
13. Pastikan dokumen /file pasien terdapat pada tempatnya
14. Memastikan seluruh staf rumah sakit tidak membicarakan hal-hal yang
menyangkut pasien di area umum.
- Untuk Pasien Rawat Jalan
3. Pada semua tindakan atau pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter atau perawat
diruang konsultasi pastikan privacy pasien terlindungi dengan : pintu dan tirai
ruang konsultasi tertutup
4. Memastikan seluruh staf rumah sakit tidak membicarakan hal-hal yang
menyangkut pasien di area umum.
J. DOKUMENTASI
Catat pada case note/catatan perawatan tentang privacy pasien yang kehendaki
K. REFERENSI
4. Kebijakan Hak dan Kewajiban
5. Undang-Undang no. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
6. Undang- Undang no. 36 tahun 2009 tentang kesehatan
PEMERINTAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KAREL SADSUITUBUN LANGGUR
Jalan Merdeka Raya No.03 Ohoijang Watdek ( 0916 ) 21612 - 21613 21614
PEMBERIAN INFORMASI
Dokter Pelaksana Tindakan
Pemberi Informasi
Persetujuan Informasi/Pemberi
Persetujuan*
RAHASIA MEDIS.
Saya setuju RSUD.Karel Sadsuitubun Langgur wajib menjamin kerahasiaan informasi medis
saya baik untuk kepentingan perawatan dan pengobatan,pendidikan maupun penelitian kecuali
saya mengungkapkan sendiri atau orang lain yang saya beri kuasa untuk itu.
PRIVASI
saya memberi kuasa kepada RSUD Karel Sadsuitubun Langgur untuk menjaga privasi dan
kerahsiaan penyakit saya selama dalam perawatan.
PENGAJUAN KELUHAN
Saya menyatakan bahwa saya telah menerima informasi tentang adanya tatacara mengajukan
dan mengatasi keluhan terkait pelayanan medic yang diberikan terhadap diri saya.saya setuju
untuk mengikuti tata cara mengajukan keluhan sesuai prosedur yang ada.
IFORMASI BIAYA
Saya memahami tentang informasi biaya pengobatan atau biaya tindakan yang dijelaskan oleh
petugas Rumah Sakit.
TANDA TANGAN
Dengan tanda tangan saya dibawah ini,saya menyatakan bahwa saya,telah membaca dan
memahami item pada persetujuan umum/general consent.
Penderita
(___________)
(____________)
Saksi Tanggal,
(_____________)
PENJELASAN HAK PASIEN DALAM PELAYANAN
dr. K. NOTANUBUN,M.Kes
NIP : 19631016 199803 2 002
Kebijakan SK Direktur
I. Definisi
Adalah informasi yang diberikan oleh pihak Rumah Sakit kepada pasien atau
keluarganya yang mencakup informasi tentang hak dan kewajiban pasien.Hak pasien dan
keluarga merupakan elemen dasar dari semua kontak di Rumah Sakit,stafnya,serta
pasien pasien dan keluraganya sehingga seluruh staf rumah sakit bertanggung jawab
melindungi dan mengedepankan hak pasien dan keluarga.
Tujuannya : agar pasien dan keluarga memahami apa yang menajdi hak dan
kewajibannnya.
II. Ruang Lingkup
1. Instalasi Rawat Inap
2. Instalasi Rawat Jalan
3. Bagian Rekam Medik
III. Tata Laksana
1. Pihak Rumah Sakit memberikan informasi tentang hak dan kewajiban kepada
pasien atau keluarga pasien saat rawat inap,saat pasien atau keluarga bertanya
tentang hak dan kewajibannya.
2. Lembar hak pasien dan keluarga ada di setiap nurse station,lobi, dan admission
rawat inap.
3. Bila keluarga pasien bertanya tentang hak dan kewajiban pasien,pihak Rumah
Sakit menjelaskan hal yang belum di pahami pasien.
4. Pihak Rumah Sakit dalam menjalankan tugasnya menghormati hak pasien.
IV. Dokumentasi
Lembar hak dan kewajiban pasien,setiap pasien mempunyai hak :
1. Pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku
di rumah sakit.
2. Pasien berhak atas pelayanan yang manusiawi,adil dan jujur.
3. Pasien berhak memperoleh pelayanan medis yang bermutu sesuai dengan standar
profesi kedokteran/kedokteran gigi dan tanpa diskriminasi.
4. Pasien berhak memperoleh asuhan keperawatan dengan standar profesi keperawatan.
5. Pasien berhak memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan
sesuai dengan peraturan yang berlaku di rumah sakit.
6. Pasien berhak dirawat oleh dokter yang secara bebas menentukan pendapat klinis dan
pendapat etis tanpa campur tangan dari pihak luar.
7. Pasien berhak meminta konsultasi kepada dokter lain yang terdaftar di rumah sakit
tersebut (second opinion) terhadap penyakit yang di deritanya,sepengetahuan dokter
yang merawat.
8. Pasien berhak atas “PRIVACY” dan kerahasiaan penyakit yang di derita termasuk
data – data medisnya.
9. Pasien berhak mendapat informasi yang meliputi :
Penyakit yang diderita tindakan medik apa yang hendak dilakukan
Kemungkinan penyakit sebagai akibat tindakan tersebut dan tindakan untuk
mengatasinya
Alternatife terapi lainnya
Prognosanva
Perkiraan biaya pengobatan
10. Pasien berhak menyetujui/memberikan izin atas tindakan yang akan dilakukan oleh
dokter sehubungan dengan penyakit yang di deritanya.
11. Pasien berhak menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap dirinya dan
mengakhiri pengobatan serta perawatan atas tanggung jawab sendiri sesudah
memperoleh informasi yang jelas tenatng penyakitnya.
12. Pasien berhak di damping keluarganya dalam keadaan kritis
13. Pasien berhak menjalankan ibadah sesuai agama/kepercayaan yang dianutnya selama
hal itu tidak mengganggu pasien lainnya.
14. Pasien berhak atas keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan
dirumah sakit
15. Pasien berhak menerima atau menolak bimbingan moril maupun spiritual.
16. Menggugat dan/atau menuntut Rumah sakit apabila Rumah sakit diduga memberikan
pelayanan yang tidak sesuai dengan standard an hak secara perdata maupun pidana.
17. Mengeluhkan pelayanan rumah sakit yang tidak sesuai dengan standar pelayanan
melalui media cetak dan electronic sesuai dengan ketentuan peraturan perundanf –
undangan yang berlaku.
PEMERINTAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KAREL SADSUITUBUN LANGGUR
Jalan Merdeka Raya No.03 Ohoijang Watdek ( 0916 ) 21612 - 21613 21614
Email : rsudkarelsadsuitubun@gmail.com Kode Pos 97611
Menyatakan bahwa sesuai kewajiban simpan rahasia kedokteran dan mengacu pada peraturan
Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 36/MENKES/III/2008,maka saya menunjuk
yang tersebut dibawah ini untuk dapat diberitahukan tentang kondisi kesehatan saya :
a. Nama :
No Telephone :
Hubungan dengan Pasien :
b. Nama :
No Telephone :
Hubungan dengan Pasien :
Demikian pernyataan ini dibuat dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan.
(________________)
Nama Jelas
PEMERINTAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KAREL SADSUITUBUN LANGGUR
Jalan Merdeka Raya No.03 ( 0916 ) 21612 - 21613 21614
Email : rsudkarelsadsuitubun@gmail.com Kode Pos 9761
Menimbang : a. bahwa pelayanan di rumah sakit dapat dilakukan kepada pasien dengan
mengidentifikasi nilai-nilai kepercayaan yang berbeda-beda
b. bahwa nilai dan kepercayaan pasien merupakan hak pasien untuk dihormati
dan dihargai
c. bahwa untuk maksud tersebut pada butir a dan b maka perlu ditetapkan dengan
surat keputusan Direktur RSUD Karel Sadsuitubun Langgur
Mengingat :
1. Undang- undang RI Nomor 29 Tahun2004 tentang Praktik Kedokteran
2. Undang - undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
3. Undang- undang RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
585/Menkes/Per/IX/1998 tentang Persetujuan Tindakan Medik
Memutuskan :
KESATU : keputusan direktur rsud karel sadsuitubun langgur tentang menghormati nilai
dan kepercayaan pasien dalam pelayanan
KEDUA : Pemberi pelayanan kepada pasien wajib melakukan identifikasi nilai dan
kepercayaan
KETIGA : Pemberi pelayanan memberikan pelayanan dan asuhan dalam konteks nilai –nilai
dan kepercayaan pasien
KEEMPET : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila dikemudian hari
ternyata terdapat kekeliruan dalam keputusan ini, maka akan diadakan perbaikan
kembali sebagaimana mestinya
Ditetapkan di Langgur
Pada Tanggal 25 April 2015
Direktur,
RSUD Karel Sadsuitubun Langgur,
BAB I
DEFENISI
Suatu keyakinan seseorang tentang pengharapan terhadap suatu standar atau pegaangan
yang mengarah pada sikap atau prilaku seseorang dan menerima dengan senang atas pelayanan
yang telah diberikan
BAB II
RUANG LINGKUP
Ada banyak variabel pasien yang menentukan apakah pasien dan keluarga pasien bersedia dan
mampu untuk belajar . dengan demikian untuk merencanakan penyuluhan , rumah sakit harus
menilai :
BAB III
TATALAKSANA
1. Petugas memberikan kepuasan pada pasien dan keluarga dengan sikap yang ramah dan
peduli
2. Petugas bersedia memperhatikan kesejahteraan pasien dengan murah hati
3. Petugas tidak menbeda-bedakan pasien
4. Petugas memberikan pelayanan pada pasien dengan sikap asertif, jujur, dan menghargai
hak pasien
5. Petugas menghargai pendapat pasien sesuai yang pasien rasakan
6. Petugas menjunjung tinggi moral, integritas dan keadilan masing-masing individu
7. Petugas menerima kenyataan dan realitas atas kekurangan selama memberikan pelayanan.
BAB IV
DOKUMENTASI
A.PENDAHULUAN
Layanan bimbingan rohani merupakan bagian integral dari bentuk pelayanan kesehatan
dalam upaya pemenuhan kebutuhan bio – pysco – socio – spiritual yang kompherensif karena
pada dasarnya setiap diri manusia terdapat kebutuhan dasar spiritual.Pentingnya bimbingan
spiritual dalam kesehatan telah menjadi ketetapan WHO yang menyatakan aspek agama(
spiritual) merupakan salah satu unsure dari pengertian kesehatan seutuhnya (WHO,1984).untu
itu RSUD Karel Sadsuitubun mengadakan kegiatan pelayanan bimbingan rohani pasien di
rumah sakit,sebagai langkah kongkrit untuk membantu pasien dalam proses
penyembuhannya.Bimbingan rohani pasien adalah bentuk kegiatan yang didalamnya terjadi
proses bimbingan dan binaan rohani kepada pasien di rumah sakit sebagai bentuk kepedulian
kepada mereka yang sedang mendapat ujian dari tuhan.
Dalam kegiatan tersebut bagaimana seorang rohaniawan dapat memberikan
ketenangan,kedamaian dan kesejukkan hati kepada pasien dengan senantiasa memberikan
dorongan dan motivasi untuk tetap bersabar,tawakal,dan tetap menjalankan kewajibannya
sebagai hamba Tuhan.
B.TUJUAN
1. Tujuan Umum
- Sebagai bentuk kepedulian yang sehat kepada yang sakit
- Memberikan pengertian kepada pasien dan keluarga agar tetap bersabar dan
berdoa
- Memberikan bimbingan kepada pasien dalam menghadapi musibah dan ujian
- Memberikan dorongan kepada pasien agar tidak putus asa
- Membimbing perasaan pasien agar tetap berbaik sangka kepada Tuhan YME
- Memberikan pelayanan rohani kepada pasien
- Menguatkan psikologi passion dengan pemberdayaan
- Memberikan image positif terhadap rumah sakit karel sadsuitubun langgur.
2. Tujuan khusus
- Memberikan ketenangan batin dan keteduhan hati kepada pasien dalam
menghadapi penyakitnya
- Memberikan motivasi dan dorongan untuk tetap bersabar dan bertawakal dalam
menghadapi ujian iman dari Tuhan
- Menghormati nilai – nilai pribadi kepercayaan pasien
- Mempermudah perawat dalam menghubungi petugas kerohanian.
BAB II
TATA LAKSANA
Dalam melaksanakan tugas sebagai seorang tenaga perawat dirumah sakit adalah melakukan
pengkajian kepada setiap pasien yang akan dirawat dirumah sakit dan salah satu adalah
indentifikasi tentang nilai – nilai kepercayaan pasien.
Tahapan – Tahapan :
- Pengkajian dilakukan pada saat pertama kali psien masuk di IGD
- Ketika pasien masuk ruangan rawat inap maka perawat ruangan akan melakukan
pengkajian ulang tentang identitas pasien untuk memastikan dalam melakukan setiap
tindakan termasuk pelayanan kerohanian.
- Petugas ruangan rawat inap akan mendata setiap pasien yang ingin untuk dilayani sesuai
agama dan kepercayaan pasien.
- Petugas ruangan memfasilitasi kebutuhan kerohanian pasien dengan mengisi formulir
permintaan pelayanan kerohanian.
- Hubungi petugas kerohanian sesuai dengan agama dan kepercayaan pasien.
- Bila petugas kerohanian berhalangan atau tidak ada ditempat atau tidak bisa dihubungi
maka petugas rumah sakit yang memiliki kemampuan dalam hal pelayanan kerohanian
bisa melaksanakan tugas pelayanan tersebut.
BAB III
DOKUMENTASI
Dokumen /berkas sebagai bukti pelayanan kerohanian :
Formulir pelayanan kerohanian
Pengkajian keperawatan
BAB IV
PENUTUP
Dengan adanya panduan ini maka kebutuhan pelayanan kerohanian pasien dapat terlaksana
dengan baik tanpa memandang latar belakang apapun pasien.
PELAYANAN KEROHANIAN
RSUD KAREL
SADSUITUBUN
LANGGUR
STANDAR No. Revisi Halaman
OPERASIONAL No. Dokumen 1/1
PROSEDUR 05/HPK/RSUD/LANGGUR
( SPO ) Ditetapkan,
Tanggal Terbit Direktur RSUD Karel Sadsuitubun
Langgur
20 Januari 2014
Nama :…………………………………………………………………………
Umur :…………………………………………………………………………
Alamat :…………………………………………………………………………
Nama :…………………………………………………………………………
No RM :…………………………………………………………………………
Umur :…………………………………………………………………………
Alamat :…………………………………………………………………………
Langgur ,
(……………………) (…………………….)
PEMERINTAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KAREL SADSUITUBUN LANGGUR
Jalan Merdeka Raya No.03 ( 0916 ) 21612 - 21613 21614
Email : rsudkarelsadsuitubun@gmail.com Kode Pos 9761
PERMINTAAN PRIVASI
Nama :…………………………………………………………………………
Umur :…………………………………………………………………………
Alamat :…………………………………………………………………………
( ………………………………)
A. DEFENISI
1. Barang milik pasien adalah segala sesuatu yang dimiliki oleh pasien rumah sakit baik
pasien rawat jalan maupun pasien yang sedang dalam perawatan rumah sakit yang
mempunyai arti dan bisa dinilai dengan uang
2. Tempat penyimpanan /penetipan barang adalah suatu sarana atau tempat untuk
menyimpan barang-barang berharga milik pasien rumah sakit yang tertutup dan
terkunci serta jauh dari jangkauan pihak luar .
B. RUANG LINGKUP
Tempat penyimpanan/penitipan barang milik pasien bertujuan agar dapat mengamankan
barang-barang milik pasien yang dititipkan dengan utuh dan lengkap . dan merupakan
salah satu hak pasien yang selalu dihubungkan dengan pemeliharaan kesehatan bertujuan
agar pasien mendapatkan upaya kesehatan, sarana kesehatan, dan bantuan dari tenaga
kesehatan yang memenuhi standar pelayanan kesehatan yang optimal sesuai dengan UU
NO. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
C. TATA LAKSANA
1. Pada Saat Penitipan Barang
Pada saat penitipan barang, baik dirawat jalan maupun rawat inap, petugas
administrasi memberi penjelasan kepada pasien dengan bahasa yang mudah
dimengerti mengenai tata tertib dan prosedur penitipan barang miliknya berdasarkan
peraturan yang berlaku di rumah sakit serta menjelaskan kriteria barang yang boleh
atau tidak boleh dititip kepada petugas. Kemudian sama-sama kedua belah pihak (
petugas dan pihak pasien/keluarga ) memastikan kondisi barang yang dititip.
2. Pada Saat Penyimpanan Barang
Pada saat penyimpanan barang berharga milik pasein, petugas administrasi rumah
sakit wajib menjaga dan melindungi barang yang dititip oleh petugas agar tidak rusak
dan aman dari pencurian / kehilangan.
3. Pada Saat Pengambilan Barang
Pada saat pengambilan barang berharga milik pasien yang dititp, petugas harus
memastikan orang yang memegang format penitipan barang ini adalah yang
mewakili pasien dengan mencocokkan tanda tangan yang bersangkutan dengan
tanada tangan format penitipan barang kalau memang sesuai , maka barang
dikembalikan sesuai dengan yang tercatat lalu dibuat berita acara serah terima dibuku
penitipan barang pasien. Pihak yang menerima barang dan yang menyerahkan barang
sama- sama mebubuhkan tanda tangan di berita acara serah terima barang .
D. DOKUMENTASI
Dokumentasi Perlindungan Harta Milik Pasien adalah :
a. Formulir penitipan barang
b. Formulir pengembalian barang
RSUD
KAREL SADSUITUBUN
LANGGUR
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
STANDAR 04/HPK/RSUD/LANGGUR - -
OPERASIONAL TANGGAL TERBIT Ditetapkan ,
PROSEDUR Direktur RSUD Karel Sadsuitubun
20 JANUARI 2014 Langgur
TENTANG
Menimbang :
a. bahwa pasien hak untuk dilindungi dari kekerasan fisik pengunjung, pasein dan staf.
b. bahawa untuk melindungi pasien dari kekerasan fisik rumah sakit melakukan
langkah-langkah pencegahan terhadap kekerasan fisik
c. bahwa untuk maksud diatas tersebut pada butir b perlu ditetapkan dengan Surat
Keputusan Direktur RSUD Karel Sadsuitubun Langgur
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN :
KESATU : Kebijakan untuk melindungi pasien , pengunjung dan staf dari semua kekerasan
fisik .
KEDUA : Kebijakan seperti tercantum dalam diktum kedua dapat menjadi acuan bagi staf
RSUD Karel Sadasuitubun Langgur dalam melindungi pasien keluarga dari
kekerasan fisik .
KETIGA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila dikemudian hari
ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya.
KE EMPAT : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan , dengan ketentuan apabila
dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan nya akan
diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di Langgur
Pada Tanggal 2015
Direktur,
RSUD Karel Sadsuitubun Langgur,
A. PENGERTIAN
Kekerasan fisik adalah setiap tindakan yang disengaja atau penganiyaan secara
langsung merusak intergritas fisik maupun psikologis korban,ini mencakup antara
lain memukul,menendang,menampar,mendorong,mengigit,mencubit,pelecehan
seksual,dan lain – lain yang dilakukan oleh pasien maupun staf pengunjung.
Kekerasan psikologis termasuk ancaman fisik terhadap induvidu atau kelompok
yang dapat mengakibatkan kerusakkan pada fisik,mental,spiritual,moral,atau
social termasuk pelecehan secara verbal.
Menurut Atkinson ,tindakan kekerasan adalah prilaku melukai orang lain secara
verbal (kata – kata yang sinis,memaki,dan membentak)maupun fisik (melukai
atau membunuh) atau merusak harta benda.
Kekerasan merupakan tindakan agresi dan pelanggaran
(penyiksaan,pemukulan,pemerkosaan,dan lain-lain.) yang menyebabkan atau di
maksudkan untuk menyebabkan penderitaan atau menyakiti orang lain,hingga
batas tertentu tindakan menyakiti binatang dapat dianggap sebagai
kekerasan,tergantung pada situasi dan nilai – nilai social yang terkait dengan
kekejaman terhadap binatang.istilah “kekerasan” juga mengandung
kecenderungan agresif untuk melakukan prilaku yang merusak.kerusakkan harta
benda biasanya dianggap masalah kecil dibandingkan dengan kekerasan terhadap
orang.
B. TUJUAN
Tujuan dari perlindungan terhadap kekerasan fisik,usia lanjut,penderita cacat
anak – anak dan beresiko dari kekerasan fisik yang dilakukan pengunjung,staf rumah
sakit dan pasien lain serta menjamin keselamatan kelompok pasien beresiko yang
mendapat pelayanan di Rumah Sakit,dan juga buku panduan ini digunakan sebagai acuan
bagi seluruh staf Rumah Sakit dalam melaksanakan pelayanan perlindungan pasien
terhadap kekerasan fisik,usia lanjut,penderita cacat,anak – anak dan yang berisiko
disakiti.
BAB II
TATA LAKSANA
BAB III
DOKUMENTASI
dr. K. NOTANUBUN,M.Kes
NIP : 19631016 199803 2 002
KEPERAWATAN
dr. K. NOTANUBUN,M.Kes
NIP : 19631016 199803 2 002
Unit Terkait
KEBIJAKAN HAK PASIEN
UNTUK MENDAPATKAN SECOND OPINION
(MEMINTA PENDAPAT DOKTER LAIN)
C. TATA LAKSANA
Second opinion atau mencari pendapat lain yang berbeda adalah merupakan hak seorang pasien
dalam memperoleh pelayanan kesehatan. Hak yang dipunyai pasien ini adalah hak mendapat
pendapat lain (second opinion) dari dokter lainnya. Untuk mendapatkan pelayanan
optimal,pasien tidak usah ragu untuk mendapatkan 3 second opinion tersebut.
Memang biaya yang dikeluarkan akan menjadi banyak tetapi paling tidak bermanfaat untuk
mengurangi resiko kemungkinan komplikasi atau biaya lebih besar lagi yang akan
dialaminya.misalnya pasien sudah direncanakan oprasi Caesar atau oprasi usus buntu tidak ada
salahnya melakukan permintaan pendapat dokter lain dalam melakukan tindakkan nanti. Second
opinion tersebut sebaiknya dilakukan terhadap dokter yang sama kompetensi misalnya,tindakan
oprasi Caesar harus minta second opinion kepada sesame dokter kandungan bukan dokter
umum.jika pemeriksaan laboratorium yang dianjurkan dokter sangat banyak dan mahal,tidak ada
salahnya minta pendapat dokter lain yang berkompeten. Hak pasien untuk meminta konsultasi
tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain yang mempunyai surat ijin praktek.Baik di
dalam maupun diluar rumah sakit.
Manfaat yang bisa didapatkan dari second opinion adalah pasien teredukasi mengenai masalah
kesehatan yang dihadapinya.terdapat kondisi yang meragukan bagi pasien pada saat meminta
pendapat lain, misalnya ketika dokter pertama meyarankan oprasi,tidak mengherankan jika
pendapat dari dokter lain akan berbeda,oleh karena setiap penyakit memiliki gejala klinis yang
berbeda ketika hadir di ruang periksa sehingga mempengaruhi keputusan dokter. Untuk
mendapatkan second opinion pasien dan keluarga menghubungi perawat atau langsung kepada
dokter yang merawatnya kemudian mengemukakan keinginannya untuk mendapatkan pendapat
lain atau second opinion. Dokter yang merawat berkewajiban menerangkan kepada pasien dan
keluarganya hal yang perlu dipertimbangkan dalam mendapatkan second opinion. Apabila
keputusan mengambil pendapat lain telah disepakati,maka formulir permintaan pendapat lain
(second opinion) diisi oleh pasien atau walinya dan diketahui oleh dokter serta saksi.
HAK PASIEN UNTUK MENDAPATKAN SECOND OPINION
dr. K. NOTANUBUN,M.Kes
NIP : 19631016 199803 2 002
Nama :…………………………………………………………………………
Umur :…………………………………………………………………………
Alamat :…………………………………………………………………………
1. Saya memahami perlunya dan manfaat second opinion tersebut sebagaimana telah
dijelaskan kepada saya.
2. Saya telah mendapat kesempatan untuk bertanya dan telah mendapatkan jawaban yang
memuaskan.
3. Saya juga menyadari bahwa Karena ilmu kedokteran bukanlah ilmu yang pasti dan selalu
berkembang,maka perbedaan pendapat ahli adalah biasa terjadi dalam dunia kedokteran.
4. Saya menyadari beban biaya second opinion menjadi tanggung jawab saya.
Langgur ,………,…….201
(……………………) (…………………….)
Saksi
(……………………)
PEMERINTAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KAREL SADSUITUBUN LANGGUR
Jalan Merdeka Raya No.03 ( 0916 ) 21612 - 21613 21614
Email : rsudkarelsadsuitubun@gmail.com Kode Pos 9761
Nama :…………………………………………………………………………
Umur :…………………………………………………………………………
Alamat :…………………………………………………………………………
Dengan ini menyatakan untuk menghentikan perawatan/pengobatan (keduannya atau coret salah
satu) dan pulang atas permintaan sendiri.
Langgur ,………,…….201
(……………………) (…………………….)
PEMERINTAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KAREL SADSUITUBUN LANGGUR
Jalan Merdeka Raya No.03 ( 0916 ) 21612 - 21613 21614
Email : rsudkarelsadsuitubun@gmail.com Kode Pos 9761
PENOLAKAN PENGOBATAN
Nama :…………………………………………………………………………
No RM :…………………………………………………………………………
Umur :…………………………………………………………………………
Alamat :…………………………………………………………………………
Nama :…………………………………………………………………………
Umur :…………………………………………………………………………
Alamat :…………………………………………………………………………
Langgur ,……..,…….,201
(……………………) (…………………….)
Saksi
(…………………….)
PERLINDUNGAN KERAHASIAAN INFORMASI PASIEN
dr. K. NOTANUBUN,M.Kes
NIP : 19631016 199803 2 002
dr. K. NOTANUBUN,M.Kes
NIP : 19631016 199803 2 002
dr. K. NOTANUBUN,M.Kes
NIP : 19631016 199803 2 002
Pengertian Pemberian edukasi pada pasien dan keluarga adalah usaha atau
kegiatan yang dilakukan dalam rangka memberikan informasi
terhadap masalah kesehatan pasien yang belum diketahui oleh
pasien dan keluarganya sedangkan hal tersebut perlu diketahui untuk
membantu atau mendukung penatalaksanaan medis dan atau tenaga
kesehatan lainnya.
Tujuan 1. Agar pasien mengerti dan memahami masalah kesehatan yang ada.
2. Meningkatkan pengetahuan dan atau ketrampilan pasien dan keluarga
tentang masalah kesehatan secara optimal
3. Membantu pasien dan keluarga dalam meningkatkan kemampuan untuk
mencapai kesehatan secara optimal.
4. Membantu pasien dan keluarga dalam mengambil keputusan tentang
keperawatan yang harus dijalani.
5. Agar pasien dan keluarga berpartisipasi dalam proses pelayanan yang
diberikan.
Kebijakan 1. Rumah sakit memberikan edukasi secara rutin pada dan atau keluarga
tentang kebijakkan pelayanan Rumah Sakit
2. Edukasi dan informasi dituangkan di dalam sebuah panduan.
1. Pelaksana adalah dokter spesialis/sub spesialis,dokter
Prosedur umum,perawat bidan,therapis,apoteker,ahli gizi,radiographer dan
analis yang ditunjuk sebagai educator.
2. Ucapkan salam,petugas memperkenalkan diri
3. Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang rencana pendidikan
kesehatan.Informasi tersebut meliputi : materi yang
diberikan,tujuan diberikan pendidikan kesehatan,tempat dan
lamanya pendidikan kesehatan dilakukan.
4. Siapkan peralatan yang dibutuhkan :
a. Materi
b. Alat bantu demonstrasi (bila dibutuhkan)
c. Alat tulis
5. lakukan pendidikan kesehatan/penyuluhan sesuai dengan materi
yang disiapkan dengan mengunakan bahasa yang mudah
dimengerti oleh pasien dan keluarga.
6. Lakukan pendidikan kesehatan/penyuluhan dengan metode yang
sesuai dengan topic pendidikan kesehatan yang akan diberikan.
Bila materi berupa informasi seputar pengetahuan,pendidikan
kesehatan pasien dilakukan dengan metode presentasi dan diskusi.
Bila materi berupa ketrampilan / prosedur tindakan (seperti
perawatan payudara,perawatan luka sederhana,dll)pemberian
pendidikan kesehatan dilakukan dengan metode demonstrasi.
7. Berikan kesempatan pasien dan keluarga untuk bertanya apabila
ada materi di anggap kurang jelas.
8. Dokumentasikan tindakan pendidikan kesehatan yang sudah
dilakukan dalam lembar informasi dan edukasi
PEMBERIAN INFORMASI DAN EDUKASI
dr. K. NOTANUBUN,M.Kes
NIP : 19631016 199803 2 002
Tujuan Sebagai acuan bagi petugas dalam memberikan informasi dan edukasi kepada
pasien dan atau keluarga berhubungan dengan kondisi kesehatan pasien
2. Pelaksanaan
a. Di ruang admission
Mengucapkan salam
Petugas memperkenalkan diri dan menjelaskan tugas serta
perannya.
Pastikan identitas pasien.
Petugas admission memberikan informasi dan edukasi
mengenai hak dan kewajiban pasien,tarif dan fasilitas kamar
perawatan, dokter yang mempunyai ijin praktek dan merawat di
RS, tarifdokter,penanggung jawab biaya pasien,asuransi yang
bekerja sama dengan RS dan tata tertib RS.
Setelah pasien dan atau keluarga memahami dan menyetujui
akan menandatangi RMC dan from general concent
b. Di rawat jalan (IGD,Klinik Spesialis,Klinik Umum)
Mengucapkan salam
Petugas memperkenalkan diri dan menjelaskan tugas serta
perannya.
Pastikan identitas pasien
Petugas (dokter,perawat,bidan,dsb) akan memberikan informasi
dan edukasi kepada pasien dan atau keluarga mengenai
tindakan yang akan dilakukan kemudian memberikan informasi
perkiraan biaya yang mungkin timbul dan informasi persiapan
pasien pulang.
Petugas akan melakukan verifikasi pada pasien dan satu
keluarga.
Setelah pasien dan atau keluarga menyetujui akan
menandatangani berkas rekam medis (persetujuan)
c. Di rawat inap
Mengucapakan salam
Petugas memperkenalkan diri dan menjelaskan tugas serta
perannya
Pastikan identitas pasien
Petugas memberikan informasi dan edukasi meliputi : fasilitas
kamar,arah jalur evakuasi,cara cuci tangan yang
benar,identifikasi pasien,hak dan kewajiban pasien,keselamatan
pasienm dan petugas yang merawat.
DOKTER
Dokter memberikan informasi dan edukasi antara lain :
tujuan anamnesis dan pemeriksaan fisik (kemungkinan
ada rasa tidak nyaman/sakit saat pemeriksaan), kondisi
saat ini serta kemungkinan yang akan terjadi terhadap
pasien (diagnosis,tindakan medis yang akan
dilakukan),manfaat,risiko, serta efek samping atau
komplikasi.
Dokter melakukan verifikasi pada pasien dan atau
keluarga terhadap materi edukasi yang telah diberikan.
Dokter mendokumentasikan pada RM terintergrasi dan
RM catatan pelaksanaan edukasi dari multidisplin dan
persiapan pasien pulang.
II. TUJUAN
Untuk menyediakan suatu proses dimana pasien bisa memilih prosedur yang nyaman dalam hal
bantuan hidup dasar (BHD) oleh tenaga medis emergensi dalam kasus henti jantung atau henti
nafas.
BAB II
RUANG LINGKUP
Rumah sakit menghormati pasien dan keluarga dalam menolak tindakan resusitasi atau
pengobatan bantuan hidup dasar. Penolakan resusitasi dapat diminta oleh pasien dewasa yang
kompeten dalam mengambil keputusan.
Pasien yang tidak bisa membuat keputusan terhadap dirinya (belum cukup umur,gangguan
kesadaran mental dan fisik) diwakilkan kepada anggota keluarga atau wali yang ditunjuk.
GUIDELINES :
A. Menghormati keinginan pasien dan keluarganya :
1. Kecuali perintah DNR dituliskan dokter untuk seorang pasien,maka dalam kasus – kasus
henti jantung dan henti nafas,tenaga emergensi wajib melakukan tindakan resusitasi.
2. Ketika memutuskan untuk menulis perintah DNR, dokter tidak boleh mengesampingkan
keinginan pasien maupun walinya
3. Perintah DNR dapat di batalkan (atau gelang DNR dapat dimusnahkan )
B. KRITERIA DNR
1. Perintah DNR dapat diminta oleh pasien dewasa yang kompeten mengambil
keputusan,telah mendapat penjelasan dari dokter nya,atau bagi pasien yang di nyatakan
tidak kompeten,keputusan dapat diambil oleh keluarga terdekat,atau wali yang sah
ditunjuk oleh pengadilan.
2. Dengan pertimbangan tertentu,hal – hal dibawah ini dapat menjadi bahan diskusi perihal
DNR dengan pasien/walinya :
Kasus – kasus dimana angka harapan keberhasilan pengobatan rendah atau hanya
menunda proses kematian
Pasien tidak sadar secara permanen
Pasien berada pada kondisi terminal
Ada kelainan atau disfungsi kronik dimana lebih banyak kerugian disbanding
keuntungan jika resusitasi dilakukan.
BAB III
TATA LAKSANA
BAB IV
DOKUMENTASI
1. Pencatatan dan pelaporan dilakukan oleh seluruh penyelenggara rumah sakit dengan
menggunakan format yang sudah disediakan oleh rekam medis.
2. Penolakan pemberian DNR (Do Not Resusitate ) atau jangan lakukan resusitasi dengan
mengisi formulir keputusan DNR
3. Seluruh tindakan yang dilakukan di catat dalam catatan keperawtan (RM……)
PANDUAN PENOLAKAN TINDAKAN KEDOKTERAN
PERAWATAN
RSUD
KAREL SADSUITUBUN
LANGGUR
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
PROSEDUR TETAP 13/HPK/RSUD/LANGGUR - 2/2
(SOP) TANGGAL TERBIT Ditetapkan ,
Direktur RSUD Karel Sadsuitubun
20 JANUARI 2014 Langgur
Nama :…………………………………………………………………………
Umur :…………………………………………………………………………
Alamat :…………………………………………………………………………
Dengan ini saya menyatakan bahwa saya membuat keputusan dan menyetujui do not
resuscitate (jangan diresusitasi). Saya menyatakan bahwa jika jantung saya berhenti berdetak
atau jika saya berhenti nafas,tidak ada prosedur untuk mengembalikan bernafas atau berfungsi
kembali jantung akan dilakukan oleh staf Rumah Sakit,namun tidak terbatas pada staf layanan
medis darurat.
Saya memahami bahwa keputusan ini tidak akan mencegah saya menerima pelayanan kesehatan
lainnya seperti maneuver heilmich atau pemberian oksigen dan langkah – langkah perawatan
untuk meningkatkan kenyamanan lainnya.
Saya memberikan izin agar informasi ini diberikan kepada seluruh staf rumah sakit,saya
memahami bahwa saya dapat mencabut pernyataan ini setiap saat.
Langkah II
1. Tujuan : memperbaikki posisi penderita
2. Cara : baringkan penderita pada posisi terlentang diatas
permukaan yang datar dank eras dengan kedua lengan lurus ke
samping tubuh,penolong berlutut atau berdiri sejajar dengan
bahu penderita.
Langkah III
1. Tujuan : membuka jalan nafas
2. Cara : tanpa alat dan 3 macam cara :
- Tengadahkan kepala topang dagu
- Dorong mandibula kedepan dan keatas,serta buka
mulut disebut “triple maneuver”
Dengan alat :
- Pipa Orofaringeal (guedel)
- Pipa nasofaringeal (benda – benda asing lender dan
sebagainya yang ada dalam mulut dan faring sedapat
mungkin dikeluarkan dengan jari atau penghisap.
Langkah IV
1. Tujuan : menilai pernafasan
2. Cara : dekatkan telinga penolong pada mulut/ hidung
penderita untuk merasakan adanya aliran udara respirasi sambil
melihat pergerakan dinding dad penderita bila ada nafas makan
pertahankan jalan nafas agar tetap terjaga,bila tidak ada nafas
segera lakukan.
Langkah V
1. Tujuan : memberikan nafas bantuan
2. Cara : memberikan tiupan atau hembusan udara 2 kali cara
memberikan tiupan :
- Tanpa alat :
Mulut ke mulut : tutup hidung dan berikan tiupan
melalui mulut biarkan expirasi berlangsung secara pasif
waktunya 1-1,5 detik tiap nafas.
Mulut ke hidung : seperti pada mulut ke mulut tetapi
mulut ditutup dan ditiup melalui hidung.
- Dengan alat
Mulut ke sungkup : mengunakan sungkup oksigen
dengan aliran 2lt/menit atau lebih.mengunakan
sungkup ventilation bag dan oksigen,mengunakan pipa
endotrakeal “amoebag” dan oksigen.
UNIT TERKAIT 1. IGD
2. seluruh unit pelayanan Rumah Sakit
3. Rekam Medis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah sakit Karel Sadsuitubun Langgur memberikan semua pelayanan yang meliputi
preventif,kuratif,paliatif, dan rehabilitative.
1. Preventif meliputi : informasi kesehatan dan edukasi kesehatan
2. Kuratif meliputi : seluruh pelayanan kesehatan kecuali kemoterapi dan radioterapi bila
ada di RS
3. Paliatif meliputi ; memperbaikki keadaan umum pasien
4. Rehabilitatif : rehabilitasi medic
Pada saat pasien diterima di rumah sakit untuk pelayanan / pengobatan,perlu dilakukan
pengkajian untuk menetapkan alas an kenapa pasien perlu datang berobat kerumah sakit.
Pengkajian yang dilakukan selain pengkajian umum,maka dilakukan pula pengkajian
khusus,salah satu pengkajian khusus yang dilakukan yatitu adalah pengkajian nyeri. Dimana
pengkajian ini dilakukan pada psien dengan keluhan nyeri baik pada saat datang ke
IGD,poliklinik, rehabilitas medik, maupun rawat inap.
B. Tujuan Panduan
1. Sebagai pedoman bagi setiap dokter,perawat dan petugas rehabilitasi medic yang
berkerja di Rumah Sakit Karel Sadsuitubun Langgur dalam melaksanakan asuhan medis
atau asuhan keperawatan bagi pasien.
2. Sebagai pedoman dalam penatalaksanaan nyeri berdasarkan standar profesi dan panduan
praktik klinis dilaksanakan sesuai SPO penatalaksanaan nyeri yang berlaku di Rumah
Sakit Karel Sadsuitubun Langgur.
3. Untuk mengidentifikasi kebutuhan pasien dalam memberikan penatalaksanaan nyeri.
4. Untuk rencana pelayanan dalam memenuhi semua kebutuhan pasien yang telah
dilakukan skrening nyeri.
C. Landasan Hukum
1. UUD No 36 tahun 2009 tentang kesehatan Bab I pasal 1 point 7, 11 dan 14.
2. Permenkes RI No 519/Menkes/PER/III/2001 tentang pedoman penyelenggaraan
Pelayanan Anestesiologi dan terapi intensif di Rumah Sakit,Bab C point 5 dan 6.
BAB II
DEFENISI
c. Nyeri Visceral
- Dalam rongga Abdomen
- Cranium
- Thorax
2. Nyeri Kronik
Nyeri yang menetap yang melampui waktu penyembuhan normal yatitu 3 bulan.
Dikenal ada 3 nyeri kronik yaitu :
a. Nyeri yang timbul setelah penyembuhan usai,misalnya complex regional pain syndrome
yang dahulu dikenal sebagai reflex symphathetic dystrophy, post herpetic neuralgia,phantom
pain,neurophatic pain, dan lain – lain.
b. Nyeri yang timbul tanpa penyebab yang jelas,misalnya nyeri pinggang bawah (low back
pain),sakit kepala dan lain – lain.
c. Nyeri yang didasari atas kondisi kronik,misalnya osteoarthritis atau reumathoid arthritis,
dan lain – lain. Sngat subjektif dan dipengaruhi oleh oleh kelakuan ,kebiasaan dan lain –
lain.
3. Nyeri kanker :
Nyeri ini berisfat total yakni : biopsikososial,cultural dan spiritual sehingga pengelolaan nyeri
kanker yang baik membutuhkan pendekatan multidispilin yang melibatkan semua displin ilmu
yang terkait. Bahkan lebih dari itu anggota keluarga penderita pun harus dilibatkan utamanya
dalam perawatan.
BAB III
RUANG LINGKUP
1. Semua pasien yang masuk Rumah Sakit Karel Sadsuitubun Langgur dengan keluhan nyeri.
2. Semua pasien yang dirawat di Rumah Sakit Karel Sadsuitubun Langgur dengan keluhan nyeri
utama paska operasi / tindakan medik.
3. Kelompok pasien dibawah ini merupakan pasien populasi khusus yang memerlukan perhatian
mengenai nyeri :
a. Anak – anak
b. Pasien obsetrik
c. Pasien lanjut usia
d. Pasien dengan gangguan kognitif atau sensorik
e. Pasien yang sebelumnya sudah ada nyeri atau nyeri kronis
f. Pasien yang mempunyai resiko menderita nyeri kronis
g. Pasien dengan kanker atau HIV – AIDS
h. Pasien dengan ketergantungan obat.
BAB IV
TATA LAKSANA
Skrining nyeri yaitu bertanya apakah pasien ada keluhan nyeri, bila ada nyeri maka dilanjutkan
dengan melakukan pengkajian nyeri.
Pengkajian nyeri dengan memakai :
a. Skala FLACC ( 0 – 10 ) pada pasien bayi dan anak usia 0 – 3 tahun
b. Skala Wong Baker (skala 0 – 10) dengan melihat expresi wajah pada pasien anak >3 – 9
tahun,atau pada pasien dewasa yang tidak dapat menyatakan rasa nyerinya secara verbal.
c. Skala Numerik (skala 0 – 10 )pada pasien dewasa dan anak usia > 9 tahun.
Skala nyeri
KATEGORI SKOR
0 1 2
Legs / kaki Posisi normal atau relaks Tidak lemas, tidak Menendang atau
istirahat,tegang menarik kaki keatas
Ada 5 katagoi pada FLACC,tiap katagori mempunyai skor 0 – 2 dan total skor 0 – 10.
Skala nyeri wong Baker
Melihat perubahan pada mimik wajah sesuai dengan rasa nyeri,skala nyeri ini dipakai untuk
pasien anak dan dewasa dengan kesulitan atau keterbatasan verbal, atau pasien yang tersedasi
seperti menjalani pemeriksaan saluran cerna,endoskopi,kolonoskopi dll.
Tatalaksana Nyeri bagi petugas Rehabilitasi Medik di Rawat Inap dan Rawat Jalan
1. Pengkajian Nyeri dilakukan saat pertama kali pasien datang di poliklinik ataupun
mengunjungi pasien diruang rawat ipan dengan keluhan nyeri.
2. Dilakukan pengkajian dengan menanyakan :
a. Lokasi nyeri
b. Kapan saat pertama kali Nyeri timbul
c. Riwayat sampai terjadinya Nyeri
d. Sifat nyeri
e. Pengkajian nyeri mengunakan skala nyeri (skala 0 – 10 ), bagi pasien dan pasien
yang tidak dapat mengungkapkan nyerinya memakasi skala Wong Baker (skala 0 –
10).
3. Evaluasi pengkajian nyeri dilakukan setiap kali kunjungan atau setiap akan dilakukan
fisioterapi.
4. Hasil pengkajian nyeri dikolaborasikan dengan dokter rehabilitasi medic
5. Melakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap pasien, kemudian dokter Rehabilitasi medic
akan menemukan program – program terapi dikerjakan oleh petugas Rehabilitasi medic
6. Penatalaksanaan nyeri di Rehabilitasi medic dilakukan oleh dokter specialis Rehabilitasi
medic dengan mobilitas fisik (alat fisioterapi).
Edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai Nyeri meliputi :
a. Faktor psikologi yang dapat menjadi penyebab nyeri.
b. Menenangkan ketakutan pasien
c. Tatalaksana Nyeri,baik non farmakologis maupun obat – obatan serta efek samping obat
yang mungkin timbul
d. Anjuran untuk segera melaporkan kepada petugas jika rasa nyeri bertambah berat.
e. Kerjasama pasien dan keluarga dalam penatalaksanaan nyeri nya.
BAB IV
DOKUMENTASI
Semua pengkajian Nyeri baik awal maupun lanjutan,hasil skala nyeri didokumentasikan dalam
bentuk skala numeric dengan range 0 – 10 memakai SOAP . sedangkan pengkajian dan
penatalaksanaan nyeri dilakukan oleh dokter,perawat dan tugas rehabilitasi medic, di
dokumentasikan dalam BRM dan atau formulir edukasi pasien terkait pemberian edukasi.
PEMERINTAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KAREL SADSUITUBUN LANGGUR
Jalan Merdeka Raya No.03 ( 0916 ) 21612 - 21613 21614
Email : rsudkarelsadsuitubun@gmail.com Kode Pos 9761
DEFINISI NYERI
Menurut “The International Association for the Study of Pain” (IASP) tahun 1979, yang
diajukan oleh Merskey, seorang psikiater sebagai berikut: “Painis the unpleasant sensory and
emotional experience,associated with actual or potensial tissue damage or described in term
of such damage” (Nyeri adalah rasa inderawi dan pengalaman emosional yang tidak
menyenangkan akibat adanya kerusakan jaringan yang nyata atau yang berpotensi rusak atau
sesuatu yang tergambarkan seperti itu).
Dari definisi di atas dapat ditarik beberapa pengertian antara lain:
1. Nyeri adalah perasaan inderawi yang tidak menyenangkan, artinya unsur utama yang
harus ada untuk disebut nyeri, adalah rasa tidak menyenangkan.
2. Nyeri merupakan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan, artinya persepsi
nyeri seseorang ditentukan oleh pengalamannya dan status emosionalnya. Persepsi nyeri
sangat bersifat pribadi dan subjektif. Oleh karena itulah maka, suatu rangsang yang sama
dapat dirasakan berbeda oleh dua orang yang berbeda, bahkan suatu rangsang yang sama
dapat dirasakan berbeda oleh satu orang karena keadaan emosionalnya yang berbeda.
3. Nyeri terjadi akibat adanya kerusakan jaringan yang nyata (pain associated with actual
tissue damage). Nyeri ini disebut sebagai nyeri akut (acute pain) yang diharapkan
menghilang seiraima dengan proses penyembuhannya.
4. Nyeri dapat juga terjadi oleh suatu rangsang yang cukup kuat (rangsang noksius), yang
berpotensi merusak jaringan. Nyeri ini disebut nyeri fisiologik (physiological pain),
fungsinya untuk membangkitkan refleks proteksi guna mencegah terjadinya kerusakan
jaringan lebih lanjut.
5. Nyeri dapat juga terjadi tanpa adanya kerusakan jaringan, tetapi tergambarkan seolah-
olah terdapat kerusakan jaringan yang hebat (pain described in term such damage).
Nyeri yang terakhir ini justru timbul setelah penyembuhan usai, dan jika berlangsung
lebih dari 3 bulan digolongkan sebagai nyeri kronik (chronic pain).
MEKANISME NYERI
Antara kerusakan jaringan sebagai sumber rangsang nyeri, sampai dirasakan sebagai persepsi
nyeri, terdapat suatu rangkaian proses elektro fisiologik yang secara kolektif disebut nosisepsi
(nociception). Ada empat proses yang jelas yang terjadi pada suatu nosisepsi, yakni:
Ada 2 saraf yang peka terhadap suatu stimulus noksius yakni serabut saraf Aδ yang bermielin
(konduksi cepat) dan serabut saraf C yang tidak bermielin (konduksi lambat). Walaupun
keduanya peka terhadap rangsang noksius, namun keduanya memiliki perbedaan baik reseptor
maupun neurotransmiter yang dilepaskan pada presinaps di kornu posterior. Reseptor
(nosiseptor) serabut Aδ hanya peka terhadap stimulus mekanik dan termal, sedangkan serabut C,
peka terhadap berbagai stimulus noksius, meliputi mekanik, termal dan kimiawi. Oleh karena itu
reseptor serabut C disebut juga sebgai polymodal nociceptors. Demikian pula neurotransmiter
yang dilepaskan oleh serabut Aδ di presinaps adalah asam glutamat, sedangkan serabut C selain
melepaskan asam glutamat juga substansi P (neurokinin) yang merupakan polipeptida. Hal ini
menjadi penting sehubungan dengan mekanisme nyeri pascabedah. Selama pembedahan trauma
pembedahan merupakan stimulus noksius yang akan diterima dan dihantar oleh kedua saraf
tersebut, sedangkan pascabedah (proses inflamasi) merupakan rangsang noksius yang hanya
diterima dan dihantar oleh serabut C. Dengan kata lain nyeri pascabedah akan didominasi oleh
serabut C.
Sensitisasi Perifer
Kerusakan jaringan akibat suatu pembedahan selain akan menyebabkan terlepasnya zat-zat
dalam sel juga akan menginduksi terlepasnya mediator inflamasi dari sel mast, makrofag dan
limfosit. Lebih dari itu terjadi impuls balik dari saraf aferen yang melepaskan mediator kimia
yang berakibat terjadinya vasodilatasi serta peningkatan permeabilitas kapiler sehingga terjadi
ekstravasasi protein plasma.
Interaksi ini akan menyebabkan terlepasnya suatu soup yang mengandung mediator
inflamasi seperti ion kalium, hidrogen, serotonin, bradikinin, substansi P, histamin dan produk-
produk siklooksigenase dan lipoksigenase dari metabolisme asam arakidonat yang menghasilkan
prostaglandin. Mediator kimia inilah yang menyebabkan sensitisasi dari kedua nosiseptor
tersebut di atas
Akibat dari sensitisasi ini, rangsang lemah yang normal tidak menyebabkan nyeri sekarang
terasa nyeri. Peristiwa ini disebut sebagai sensitisasi perifer yang ditandai dengan
meningkatnya respon terhadap stimulasi termal/suhu pada daerah jaringan yang rusak. Dengan
kata lain sensitisasi perifer diinduksi oleh adanya perubahan neurohumoral pada daerah jaringan
yang rusak maupun sekitarnya. Jika kita ingin menekan fenomena sensitisasi perifer ini, maka
dibutuhkan upaya menekan efek mediator kimia tersebut. Upaya demikian merupakan dasar
penggunaan obat-obat anti inflamasi non-steroid (AINS) yang merupakan anti enzim
siklooksigenase.
Sensitisasi Sentral
Suatu stimulus noksius yang berkepanjangan sebagai akibat pembedahan/inflamasi, akan
mengubah respon saraf pada kornu dorsalis medulla spinalis. Aktivitas sel kornu dorsalis akan
meningkat seirama dengan lamanya stimulus tersebut. Neuron kornu dorsalis berperan sangat
penting dalam proses transmisi dan modulasi suatu stimulus noksius. Neuron kornu dorsalis
terdiri atas first-order neuron yang merupakan akhir dari serabut aferen pertama dan second-
order neuron sebagai neuron penerima dari neuron pertama. Second-order neuron-lah yang
memainkan peran modulasi yang dapat memfasilitasi atau menghambat suatu stimulus noksius.
Nosiseptif second-order neuron di kornu dorsalis terdiri atas dua jenis yakni pertama,
nociceptive-specific neuron (NS) yang secara eksklusif responsif terhadap impuls dari serabut
Aδ dan serabut C. Keduanya disebut wide-dynamic range neuron (WDR) yang responsif
terhadap baik stimulus noksius maupun stimulus non-noksius yang menyebabkan menurunnya
respon treshold serta meningkatnya reseptive field, sehingga terjadi peningkatan signal
transmisi ke otak menyebabkan meningkatnya persepsi nyeri. Perubahan-perubahan ini diyakini
sebagai akibat terjadinya perubahan pada kornu dorsalis menyusul suatu kerusakan
jaringan/inflamasi. Perubahan ini disebut sebagai sensitisasi sentral atau wind up. “Wind-up”
ini dapat menyebabkan neuron-neuron tersebut menjadi lebih sensitif terhadap stimulus lain dan
menjadi bagian dari sensitisasi sentral. Ini menunjukkan bahwa susunan saraf pusat tidak bisa
diibaratkan sebagai “hard wired” yang kaku tetapi seperti plastik, artinya dapat berubah sifatnya
akibat adanya kerusakan jaringan atau inflamasi.
Penemuan ini telah memberikan banyak perubahan pada konsep nyeri. Dewasa ini telah
diketahui bahwa suatu stimulus noksius yang berkepanjangan pada serabut C dari serabut aferen
primer akan menyebabkan perubahan morfologi dan biokimia pada kornu dorsalis yang sulit
untuk dipulihkan. Hal ini menjadi dasar terjadinya nyeri kronik yang sulit disembuhkan
Perubahan lain yang terjadi pada kornu dorsalis sehubungan dengan sensitisasi sentral adalah:
Pertama, terjadi perluasan reseptor field size sehingga neuron spinalis akan berespon
terhadap stimulus yang normalnya tidak merupakan stimulus nosiseptif.
Kedua, terjadi peningkatan besaran dan durasi respon terhadap stimulus yang lebih dari
potensial ambang.
Ketiga, terjadi pengurangan ambang batas sehingga stimulus yang secara normal tidak
bersifat nosiseptif akan mentransmisikan informasi nosiseptif.
Perubahan-perubahan ini penting pada keadaan nyeri akut seperti nyeri pascabedah dan
perkembangan terjadinya nyeri kronik. Perubahan ini bermanifestasi sebagai hyperalgesia,
allodynia dan meluasnya daerah nyeri di sekitar perlukaan.
Suatu jejas saraf akibat pembedahan juga akan mengakibatkan perubahan pada kornu
dorsalis. Telah dibuktikan bahwa setelah terjadi jejas saraf perifer pada ujung terminal aferen
yang bermielin, terjadi perluasan perubahan pada daerah sekitar kornu dorsalis. Ini berarti bahwa
serabut saraf yang biasanya tidak menghantarkan nyeri ke daerah kornu dorsalis yang superfisial
telah berfungsi sebagai relay pada transmisi nyeri. Jika secara fungsional dilakukan hubungan
antara terminal-terminal yang normalnya menghantarkan informasi non-noxious dengan
neuron-neuron yang secara normal menerima input nosiseptif maka akan terbentuk suatu pola
nyeri dan hipersensitivitas terhadap sentuhan ringan sebagaimana yang terjadi pada kerusakan
saraf.
Telah dikenal sejumlah besar tipe reseptor yang terlibat dalam transmisi nyeri. Reseptor-
reseptor ini berada di pre dan postsinaps dari terminal serabut aferen primer. Beberapa dari
reseptor ini telah menjadi target penelitian untuk mencari alternatif pengobatan baru. Reseptor
N-methyl-D-Aspartat (NMDA) banyak mendapat perhatian khusus. Diketahui bahwa reseptor
non NMDA dapat memediasi proses fisiologis dari informasi sensoris, namun bukti yang kuat
menunjukkan peranan reseptor NMDA pada perubahan patofisiologis seperti pada mekanisme
“wind-up” dan perubahan-perubahan lain termasuk proses fasilitasi, sensitisasi sentral dan
perubahan daerah reseptor perifer. Dengan demikian antagonis NMDA tentunya dapat menekan
respon ini. Ketamin, penyekat reseptor NMDA, dengan jelas dapat mengurangi kebutuhan
opioid bila diberikan sebelum operasi. Dekstrometorfan, obat penekan batuk, dapat menjadi
alternatif lain karena penelitian menunjukkan bahwa dekstrometorfan juga merupakan penyekat
reseptor NMDA.
Dewasa ini perhatian selanjutnya juga tertuju pada NO dan peranannya dalam proses
biologik. Sejumlah bukti telah menunjukkan peranan NO pada proses nosiseptif. Produksi NO
terjadi secara sekunder dari aktivasi reseptor NMDA dan influks Ca. Ca intraseluler akan
bergabung dengan calmodulin menjadi Ca-calmodulin yang selanjutnya akan mengaktivasi
enzim NOS (Nitric Oxide Synthase) yang dapat mengubah arginin menghasilkan sitrulin dan NO
(Nitric Oxide) dengan bantuan NADPH sebagai co-factor.
Dalam keadaan normal, NO dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi normal sel. Namun,
dalam jumlah yang berlebihan, NO dapat bersifat neurotoksik yang akan merusak sel saraf itu
sendiri.
Perubahan yang digambarkan diatas, terjadi seiring dengan aktivasi reseptor NMDA yang
berkelanjutan. Dengan demikian, obat-obat yang dapat menghambat produksi dari NO akan
mempunyai peranan yang penting dalam pencegahan dan penanganan nyeri.
Fenomena “wind-up” merupakan dasar dari analgesia pre-emptif, dimana memberikan
analgesik sebelum terjadinya nyeri. Dengan menekan respon nyeri akut sedini mungkin,
analgesia pre-emptif dapat mencegah atau setidaknya mengurangi kemungkinan terjadinya
“wind-up”. Idealnya, pemberian analgesik telah dimulai sebelum pembedahan.
Berbagai upaya telah dicoba untuk memanfaatkan informasi yang diperoleh dari hasil
penelitian farmakologik dan fisiologik dalam penerapan strategi penanganan nyeri. Percobaan
difokuskan pada dua pendekatan. Pertama, penelitian tentang bahan-bahan yang pada tingkat
spinal berefek terhadap opiat, adrenoreseptor alfa dan reseptor NMDA. Kedua, perhatian
ditujukan pada usaha mencoba mengurangi fenomena sensitisasi sentral. Konsep analgesia pre-
emptif telah mendunia sebagai hasil dari penemuan ini dan menjadi sebuah usaha dalam
mencegah atau mengurangi perubahan-perubahan yang terjadi pada proses nyeri.
Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik nyeri pascabedah
adalah terjadinya sensitisasi perifer dan sensitisasi sentral. Oleh karena itu prinsip dasar
pengelolaan nyeri pascabedah adalah mencegah atau meminimalisasi terjadinya sensitisasi
perifer dengan pemberian obat-obat NSAID (COX1 atau COX2), sedangkan untuk menekan
atau mencegah terjadinya sensitisasi sentral dapat dilakukan dengan pemberian opiat atau
anestetik lokal utamanya jika diberikan secara sentral.
KLASIFIKASI NYERI
1. Nyeri Akut
Menurut Federation of State Medical Boards of the United States; acute pain is the
normal, predicted physiological response to an adverse chemical, thermal or mechanical
stimulus, associated with surgery trauma and acute illness. (Nyeri akut adalah respon
fisiologik normal yang diramalkan terhadap rangsang kimiawi, panas atau mekanik menyusul
suatu pembedahan, trauma, dan penyakit akut). Ciri khas suatu nyeri akut adalah nyeri yang
diakibatkan oleh adanya kerusakan jaringan yang nyata dan akan hilang seirama dengan proses
penyembuhannya.
Dikenal 3 macam nyeri akut yaitu :
1. Nyeri somatik luar / cutaneus/ superfisial, yaitu nyeri yang mengenai kulit, subkutis,
mukosa. Biasanya bersifat burning (seperti terbakar), contoh : terkena ujung pisau atau
gunting
2. Nyeri somatik dalam / deep somatic/ nyeri dalam, yaitu nyeri yang muncul dari otot
rangka,tulang, sendi, jaringan ikat, pembuluh darah, tendon dan syaraf. Nyeri menyebar
dan lebih lama dari pada nyeri somatik luar, contoh : sprain sendi
3. Nyeri visceral, yaitu nyeri karena penyakit atau disfungsi alat dalam, stimulasi reseptor
nyeri dalam rongga abdomen, cranium dan thorak. Biasanya terjadi karena spasme otot,
iskemia, regangan jaringan.
Prototipe dari nyeri akut adalah nyeri pascabedah. Analgesia balans merupakan teknik
penaganan nyeri pasca bedah yang sangat ideal dan efektif sebab dapat menghasilkan pain free
dan stress free. Analgesia balans adalah suatu teknik pengelolaan nyeri pascabedah yang
menggunakan pendekatan multimodal di mana, mekanisme nyeri dihambat atau ditekan pada
setiap tahap pada proses nosisepsi (transduksi, transmisi dan modulasi). Jadi nyeri dihambat
pada tiga tempat secara bersamaan, sehingga terjadi hambatan yang bersifat sinergik.
2. Nyeri Kronik
The International Association for Study of Pain (IASP) mendefinisikan nyeri kronik sebagai
“pain that persists beyond normal tissue healing time, which is assumed to be three months”
(nyeri kronik adalah nyeri yang menetap melampaui waktu penyembuhan normal yakni 3
bulan).
Dari definisi ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan nyeri kronik adalah nyeri yang
timbul setelah penyembuhan usai atau nyeri yang berlangsung lebih dari tiga bulan tanpa adanya
malignitas. Oleh karena itu nyeri kronik biasa disebut sebagai chronic non malignant pain.
Dikenal tiga macam bentuk nyeri kronik yakni:
1. Nyeri yang timbul setelah penyembuhan usai, misalnya complex regional pain syndrom
yang dahulu dikenal sebagai reflex symphathetic dystrophy, post herpetic neuralgia,
phantom pain,neurophatic pain, dan lain-lain.
2. Nyeri yang timbul tanpa penyebab yang jelas, misalnya nyeri pinggang bawah (low back
pain), sakit kepala, dan lain-lain.
3. Nyeri yang didasari atas kondisi kronik, misalnya osteoartheritis atau reumathoid
arthritis, dan lainlain. Sangat subjektif dan dipengaruhi oleh kelakuan, kebiasaan dan
lain-lain.
3. Nyeri Kanker
Dibandingkan dengan nyeri akut atau nyeri kronik, maka masalah nyeri kanker jauh lebih
rumit. Hal itu disebabkan karena nyeri kanker tidak saja bersumber dari faktor fisik akibat
adanya kerusakan jaringan, tetapi juga diperberat oleh faktor nonfisik berupa faktor psikologis,
sosial budaya dan spiritual, yang secara keseluruhan disebut NYERI TOTAL. Dengan kata lain,
NYERI TOTAL dibentuk oleh berbagai unsur yakni, biopsikososio-kulturo-spiritual. Oleh
karena itu, pengelolaan nyeri kanker yang baik membutuhkan pendekatan multidisplin yang
melibatkan sernua disiplin ilmu yang terkait. Bahkan lebih dari itu, anggota keluarga penderita
pun harus dilibatkan utamanya dalam perawatan yang tidak kurang pentingnya.
Nyeri kanker dapat dibagi atas 2 kategori :
a. Nyeri Organik:
Nyeri nosiseptif : Nyeri somatik (kulit, otot, tulang dan jaringan lunak) dan Nyeri
visceral (organ thoraks dan abdomen)
Nyeri non nosiseptif : Nyeri neuropatik (deafferentiation pain) akibat adanya penekanan
dan kerusakan jaringan saraf.
b. Nyeri Pysikologik
Menurut WHO, dikenal sebagai three step ladder, yang pemberiannya harus : by the mouth,
by the clock, by the ladder. Dimulai dari step ladder I, diikuti step II dan III
Analgesik Nonopioid
Obat Adjuvant
+ adjuvant
Severe pain
MST 5 - 10 mg
2 dd I tab
Celebrex 100–200 mg
2 dd I cap
06.00 18.00
+ adjuvant
1. Nyeri Neuropatik Perifer. Pada nyeri neuropatik perifer Letak lesi di sistem perifer,
mulai dari saraf tepi, ganglion radiks dorsalis sampai ke radiks dorsalis. Contoh:
Diabetik Periferal Neuropati (DPN), Post Herpetik Neuralgia (PHN), Trigeminal
neuralgia, CRPS tipe I, CRPS tipe II.
2. Nyeri Neuropatik Sentral. Letak lesi dari medula spinalis sampai ke korteks Contoh:
Nyeri post stroke, Multiple Sclerosis, Nyeri post trauma medula spinalis
1. Nyeri Neuropatik Akut. Nyeri yang dialami kurang dari 3 bulan. Contoh Neuralgia
herpetika, Acute Inflammatory Demyelinating Neurophaty.
2. Nyeri Neuropatik Kronik. Nyeri yang dialami lebih dari 3 bulan.Nyeri neuropatik kronis
juga dibedakan menjadi:
Berdasarkan Etiologi
1. Saraf Perifer
• Trauma: neuropati jebakan, kausalgia, nyeri perut, nyeri post torakotomi
• Mononeuropati: Diabetes, invasi saraf/ pleksus oleh keganasan, Iradiasi pleksus, penyakit
jaringan ikat (Systemic Lupus Erytematosus, poliartritis nodusa)
• Polineuropati: Diabetes, alkohol, nutrisi, amiloid, penyakit Fabry, isoniasid, idiopatik.
2. Radiks dan ganglion : Diskus (prolaps) arakhnoiditis, avulsi radiks, rizotomi operatif, neuralgia
post herpes, trigeminal neuralgia, kompresi tumor.
3. Medula Spinalis : Transeksi total, hemiseksi, kontusio atau kompresio, hematomieli,
pembedahan, syringomieli, multiple sclerosis, Arteri-Vena Malformasi, Defisiensi Vit B12,
mielitis sifilik.
4. Batang Otak : Sindroma Wallenberg, Tumor, Syringobulbi, Multiple Sclerosis, Tuberkuloma.
5. Talamus Infark : hemoragik, tumor, lesi bedah pada nukleus sensorik utama.
6. Korteks / Sub korteks Infark : Arteri-Vena Malformasi, Truma dan tumor.
Berdasarkan asalnya:
1. Nyeri nosiseptif (nociceptive pain)
Nyeri perifer. Asal : kulit, tulang, sendi, otot, jaringan ikat, dll → nyeri akut, letaknya lebih
terlokalisasi.
Nyeri visceral / central. Lebih dalam, lebih sulit dilokalisasikan letaknya.
2. Nyeri neuropatik
Etiologi
Penyebab nyeri neuropatik yang paling sering : 4
Nyeri neuropatik perifer
Penatalaksanaan
Hampir sebagian besar nyeri neuropatik tidak berespon terhadap NSAID dan analgesik opioid.
Terapi utamanya adalah the tricyclic antidepressants (TCA's), antikonvulsan dan systemic local
anesthetics. Agen farmakologi yang lain: corticosteroids, topical therapy dengan substance P
depletors, autonomic drugs dan NMDA receptor antagonist. Obat-obatan yang banyak
digunakan sebagai terapi nyeri neuropati adalah anti depresan trisiklik dan anti konvulsan
karbamasepin.
Terapi Farmaka
1. Anti depresan
Dari berbagai jenis anti depresan, yang paling sering digunakan untuk terapi nyeri neuropati
adalah golongan trisiklik, seperti amitriptilin, imipramin, maprotilin, desipramin. Mekanisme
kerja anti depresan trisiklik (TCA) terutama mampu memodulasi transmisi dari serotonin dan
norepinefrin (NE). Anti depresan trisiklik menghambat pengambilan kembali serotonin (5-HT)
dan noradrenalin oleh reseptor presineptik. Disamping itu, anti depresan trisiklik juga
menurunkan jumlah reseptor 5-HT (autoreseptor), sehingga secara keseluruhan mampu
meningkatkan konsentrasi 5-HT dicelah sinaptik. Hambatan reuptake norepinefrin juga
meningkatkan konsentrasi norepinefrin dicelah sinaptik. Peningkatan konsentrasi norepinefrin
dicelah sinaptik menyebabkan penurunan jumlah reseptor adrenalin beta yang akan mengurangi
aktivitas adenilsiklasi. Penurunan aktivitas adenilsiklasi ini akan mengurangi siklik adenosum
monofosfat dan mengurangi pembukaan Si-Na. Penurunan Si-Na yang membuka berarti
depolarisasi menurun dan nyeri berkurang.
2. Anti konvulsan
Seperti diketahui nyeri neuropati timbul karena adanya aktifitas abnormal dari sistem saraf dan
antikonvulsan mempunyai kemampuan untuk menekan kepekaan abnormal dari neuron-neuron
di sistem saraf sentral. Nyeri neuropati dipicu oleh hipereksitabilitas sistem saraf sentral yang
dapat menyebabkan nyeri spontan dan paroksismal. Reseptor NMDA dalam influks Ca2+ sangat
berperan dalam proses kejadian wind-up pada nyeri neuropati. Prinsip pengobatan adalah
penghentian proses hiperaktivitas terutama dengan blok Si-Na atau pencegahan sensitisasi
sentral dan peningkatan inhibisi.
Karbamasepin dan Okskarbasepin
Mekanisme kerja utama adalah memblok voltage-sensitive sodium channels (VSSC). Efek ini
mampu mengurangi cetusan dengan frekuensi tinggi dari neuron.
Lamotrigin
Merupakan anti konvulsan baru untuk stabilisasi membran melalui VSCC, merubah atau
mengurangi pelepasan glutamat maupun aspartat dari neuron presinaptik, meningkatkan
konsentrasi GABA di otak. Khusus untuk nyeri neuropati penderita HIV, digunakan lamotrigin
sampai dosis 300 mg perhari. Efek samping utama adalah skin rash, terutama bila dosis
ditingkatkan dengan cepat.
Gabapentin
Akhir-akhir ini, penggunaan gabapentin untuk nyeri neuropati cukup populer mengingat efek
yang cukup baik dengan efek samping minimal. Khusus mengenai gabapentin, telah banyak
publikasi mengenai obat ini diantaranya untuk nyeri neuropati diabetika, nyeri pasca herpes,
nyeri neuropati sehubungan dengan infeksi HIV, nyeri neuropati sehubungan dengan kanker dan
nyeri neuropati deafferentasi. Gabapentin mempunyai kemampuan untuk masuk kedalam sel
untuk berinteraksi dengan reseptor α2β yang merupakan subunit dari Ca2+-channel.
Terapi Alternatif
1. Stimulator
2. Akupuntur
3. Hipnosis
4. Psikologi
Nyeri Neuropatik : Nyeri yang disebabkan oleh lesi atau disfungsi primer sistem saraf.
Nyeri Neuropati : Berbeda dari nyeri nosiseptif, Nyeri biasanya bertahan lebih lama dan
merupakan proses input sensorik yang abnormal oleh sistem saraf perifer atau CNS.
Biasanya lebih sulit diobati. Mekanismenya mungkin karena dinamika alami pada sistem
saraf. Pasien mungkin akan mengalami: rasa terbakar, tingling, shock like, shooting,
hyperalgesia atau allodynia.
Nyeri Neurogenik : Nyeri yang didahului atau disebabkan oleh lesi , disfungsi atau
gangguan sementara primer pada sistem saraf pusat atau perifer.
Neuralgia : Nyeri pada daerah distribusi saraf.
Neuritis : Inflamasi pada sistem saraf.
Neuropati : Gangguan fungsi atau perubahan patologis pada saraf.
Alodinia : Nyeri yang disebabkan oleh stimulus yang secara normal tidak menimbulkan
nyeri.
Hiperalgesia : Respon yang berlebihan terhadap stimulus yang secara normal
menimbulkan nyeri.
Hiperestesia : Meningkatnya sensitivitas terhadap stimulus, tidak termasuk didalamnya
sensasi khusus (indera lain).
Hiperpatia : Sindroma dengan nyeri bercirikan reaksi nyeri abnormal terhadap stimulus,
khususnya terhadap stimulus berulang, seperti pada peninggian nilai ambang.
Disestesia : Sensasi abnormal yang tidak menyenangkan, baik bersifat spontan maupun
dengan pencetus.
Parestesia : Sensasi abnormal, baik bersifats pontan maupun dengan pencetus.
Analgesia :Tidak adanya respon nyeri terhadap stimulus yang dalam keadaan normal
menimbulkan nyeri.
Hipoalgesia : Berkurangnya respon nyeri terhadap stimulus yang dalam keadaan normal
menimbulkan nyeri.
Anestesia : Hilangnya sensitivitas terhadap stimulus tidak termasuk sensasi khusus
(indera lain).
Hipoestesia :Menurunnya sensitivitas terhadap stimulus, kecuali sensasi khusus (indera
lain).
Anestesia Dolorosa : Nyeri pada area atau regio yang semestinya bersifat anestetik.
Kausalgia : Sindroma yang timbul pada lesi saraf pasca trauma yang ditandai nyeri
seperti terbakar, alodinia, hiperpatia yang menetap, seringkali bercampur dengan
disfungsi vasomotor serta sudomotor dan kemudian diikuti oleh gangguan trofik.
Nyeri Sentral : Nyeri yang didahului atau disebabkan atau disfungsi primer pada sistem
saraf pusat.
Nyeri Neuropatik Perifer : Nyeri yang didahului atau disebabkan oleh lesi atau disfungsi
primer sistem saraf perifer.
Nosiseptor : Serabut syaraf yang mentransmisikan nyeri.
Non-nosiseptor : Serabut syaraf yang biasanya tidak mentransmisikan nyeri.
System nosiseptif : System yang teribat dalam transmisi dan persepsi terhadap nyeri.
Stimulus Noksius : Stimulus yang menimbulkan kerusakan terhadap jaringan tubuh
normal.
Nilai Ambang Nyeri : Intensitas stimulus terkecil yang dapat dirasakan sebagai nyeri.
Tingkat Toleransi Nyeri : Tingkat nyeri terbesar (intensitas maksimum) yang mampu
ditoleransi/ditahan subyek.
Trigger Point : Titik dalam satu area tertentu pada otot dan/ atau fasianya yang
menimbulkan pola nyeri menjalar yang khas, dapat berupa kesemutan atau baal sebagai
reaksi terhadap tekanan yang agak lama.
Tender Point : Nyeri lokal yang timbul pada otot, ligamentum, tendo atau jaringan
periosteum pada penekanan yang agak lama.
REFERENSI
1. Tanra AH. Nyeri Suatu Rahmat Sekaligus Sebagai Tantangan. Suplement Vol 26 No.3
Juli-September 2005
2. Latief SA. Petunjuk Praktis Anestesiologi. 2 ed. Bag Anestesi FKUI, 2007.p:74-83.
3. Meliala L, Pinzon R. Breakthrough in Management of Acute Pain. [serial online]
Oktober 2007 [cited 2008 February 2008] : [4 screens]. Available from: URL :
http://www.dexa-medica.com
4. Nicholson B. Differential Diagnosis: Nociceptive and Neuropathic Pain. The American
Journal of Managed Care. Juni 2006. p256-61.
5. Romanoff ME. Neuropathic Pain. In: Ramamurthy S, Alanmanou E, Rogers JN.
Decision Making in Pain Management. 2nd ed. Philadelphia: Mosby, 2006: p86-89.
6. Argoff CE. Managing Neuropathic Pain: New Approaches For Today's Clinical Practice.
[online] 2002 [cited 2008 February 8] : [31 screens]. Available from:
7. URL : http://www.medscape.com/viewprogram/2361.htm
PEMBERIAN EDUKASI
dr. K. NOTANUBUN,M.Kes
NIP : 19631016 199803 2 002
h
b
h
h
1
1
p
s
a