Anda di halaman 1dari 91

PEMERINTAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KAREL SADSUITUBUN LANGGUR


Jalan Merdeka Raya No.03  ( 0916 ) 21612 - 21613  21614
Email : rsudkarelsadsuitubun@gmail.com Kode Pos 9761

KEPUTUSAN DIREKTUR RSUD KAREL SADSUITUBN LANGGUR

Nomor: 811.4/76 /RSUD-KS/ IV /2015

TENTANG

KEBIJAKAN HAK PASIEN DAN KELUARGA

DIREKTUR RSUD KAREL SADSUITUBUN LANGGUR

Mengingat : a. bahwa seluruh staf bertanggung jawab melindungi dan mengedepankan hak
pasien dan keluarga ;
b. bahwa Rumah Sakit Umum Daerah Karel Sdasuitubun Langgur menghormati
hak pasien dan keluarga dalam beberapa situasi hak istimewa keluarga;
c. bahwa Hak Pasien dan Keluarga merupakan elemen dasar dari semua kontak
di rumah sakit, staf serta pasien dan keluarganya

Menimbang : 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 , tentang Kesehatan.


2. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009, tentang Rumah Sakit.
3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999, tentang perlindungan konsumen
4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996, tentang Tenaga Kesehat
5. Keputusan Menkes No.983 /MENKES/SK/XI/1992, tentang Pedoman
Organisasi Rumah Sakit Umum
6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1333/Menkes/SK/XII/199 tentang
Pelayanan Rumah Sakit.

:
MEMUTUSKAN

Menetapkan :

KEBIJAKAN HAK PASIEN DAN KELUARGA

KESATU : Pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib, peraturan yang
berlakuk di Rumah Sakit, tentang hak dan kewajiban pasien;

KEDUA : Pasien berhak memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban

KETIGA : Pasien berhak memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa
diskriminasi

KEEMPAT : Pasien berhak memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar
Profesi dan standar prosedur operasional

KELIMA : Pasien berhak memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien
terhindar dari kerugian fisik dan materi

KEENAM : Pasien berhak mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan

KETUJUH : Pasien berhak memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya
Dan peraturan yang berlaku di rumah sakit

KEDELAPAN : Pasien berhak meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter
lain yang mempunyai surat izin praktik ( SIP ) baik di dalam maupun di luar rumah
sakit

KESEMBILAN : Pasien berhak mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita
termasuk data – data medisnya.

KESEPULUH : Pasien berhak mendapatkan informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara
tindakan medis, tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, resiko dan komplikasi
yang mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta
perkiraan biaya pengobatan

KESEBELAS : Pasien berhak memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan
dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya
KEDUA BELAS : Pasien berhak didampingi keluarganya dalam keadaan kritis

KETIGA BELAS : Pasien menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya
selama hal itu tidak mengganggu pasien lainnya

KEEMPAT BELAS : Pasien berhak memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam
perawatan di Rumah Sakit

KELIMA BELAS : Pasien berhak memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam
perawatan di Rumah Sakit mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan
Rumah Sakit terhadap dirinya ;

KEENAM BELAS : Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama dan
kepercayaan yang dianutnya;

Menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit diduga


KETUJUH BELAS :
memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata
ataupun pidana

Mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan standar


KEDELAPAN : pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan
BELAS peraturan perundang-undangan .

Ditetapkan di Langgur
Pada Tanggal 21 April 2015
Direktur,
RSUD Karel Sadsuitubun Langgur,

dr. K. NOTANUBUN, M.Kes


NIP : 19631016 199803 2 002
PANDUAN PERLINDUNGAN HAK PASIEN DAN KELUARGA TERHADAP
KEBUTUHAN PRIVASI PASIEN

A. Pendahuluan
Rahasia kedokteran diatur dalam beberapa peraturan /ketetapan yaitu :

Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1966 dan Peraturan Pemerintah nomor 33 tahun 1963
untuk dokter gigi yang menetapkan bahwa tenaga kesehatan termasuk mahasiswa kedokteran,
murid yang bertugas dalam lapangan pemeriksaan, pengobatan , dan / atau perawatan
diwajibkan menyimpan rahasia kedokteran . pasal 22 ayat ( 1 ) b Peraturan Pemerintah Nomor
32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan diatur bahwa bagi tenaga kesehatan jenis tetentu dalam
melaksanakan tugas profesinya berkewajiban untuk menjaga kerahasiaan identitas dan data
kesehatan pribadi pasien. Kode etik kedokteran pasal 22 menetapkan : “ setiap dokter wajib
merahasiakan sesuatu yang diketahuinya tentang seorang penderita bahkan juga setelah
penderita itu meninggal dunia “ Rahasia kedokteran dapat dibuka hanya untuk kepentingan
kesehatan pasien, memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan
hukum , permintaan pasien sendiri, atau berdasarkan ketentuan perundang- undangan.

Dalam pasal 51 huruf c Undang-undang nomor 29 tahun 2004 adanya kewajiban merahasiakan
segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien , bahkan juga setelah pasien itu meninggal
dunia. Berkaitan dengan pengungkapan rahasia kedokteran tersebut diatur dalam pasal 10 ayat (
2 ) peraturan menteri kesehatan nomor 269/Menkes/Per/III/2008 tentang rekam medis sebagai
berikut : Informasi tentang identitas, diagnosis, riwayat penyakit, riwayat pemeriksaan dan
riwayat pengobatan dapat dibuka dalam hal :

a. Untuk kepentingan kesehatan pasien;


b. Memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan hukum atas
perintah pengadilan;
c. Permintaan dan / atau persetujuan pasien sendiri ;
d. Permintaan institusi / lembaga berdasarkan ketentuan perundang-undangan; dan
e. Untuk kepentingan penelitian, pendidikan dan audit medis, sepanjang tidak menyebutkan
identitas pasien

Mengenai rahasia kedokteran dikenal adanya trilogi rahasia kedokteran yang meliputi
persetujuan tindakan kedokteran, rekam medis dan rahasia kedokteran karena keterkaitan satu
sama lain. Jika menyangkut pengungkapan rahasia kedokteran maka harus ada izin pasien

( consent ) dan bahan rahasia kedokteran terdapat dalam berkas rekam medis.

Hak Atas Privacy

Hak privacy ini bersifat umum dan berlaku untuk setiap orang. Inti dari hak ini adalah suatu hak
atau kewenangan untuk tidak diganggu . setiap orang berhak untuk tidak dicampuri pribadinya
oleh orang lain tanpa persetujuannya. Hak atas privacy disini berkaitan dengan hubungan
terapeutik antara dokter-pasien ( fiduciary relationship ) . Hubungan ini didasarkan atas
kepercayaan bahwa dokter itu akan berupaya semaksimal mungkin untuk memberikan
pelayanan pengobatan. Kepercayaan pula bahwa penyakit yang diderita tidak akan diungkapkan
lebih lanjut kepada orang lain tanpa persetujuan . dalam pasal 11 Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 269/Menkes/Per/III/2008 diatur bahwa penjelasan tentang isi rekam medis hanya boleh
dilakukan oleh dokter atau dokter gigi yang merawat pasien dengan izin tertulis pasien atau
berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Pada saat pemeriksaan seperti wawancara klinis, prosedur tindakan pengobatan, dokter atau
perawat atau bidan atau petugas medis lainnya wajib melindungi privacy pasien seperti data
pasien , diagnosa pasien,dan lainnya dapat juga menutupgorden pintu pada saat dilakukan
pemeriksaan atau pengobatan semua bergantung dari kebutuhan pasien.

B. PENGERTIAN
Privacy merupakan tingkatan interaksi atau keterbukaan yang dikehendaki
seseorang pada suatu kondisi atau situasi tertentu tingkatan privacy yang diinginkan itu
menyangkut keterbukaan atau ketetutupan , yaitu adanya keinginan untuk berinteraksi
dengan orang lain, atau justru ingin menghindar atau berusaha supaya sukar dicapai oleh
orang lain.
Adapun defenisi lain dari privacy yaitu sebagai suatu kemampuan untuk mengontrol
interaksi, kemampuan untuk memperoleh pilihan atau kemampuan untuk mencapai
interaksi seperti yang diinginkan . privacy jangan dipandang hanya sebagai penarikan
diri seseoarng secara fisik terhadap pihak –pihak lain.
Indentifikasi privacy pasien adalah suatu proses untuk mengetahui kebutuhan privacy
pasien selama dalam rumah sakit.
Privacy pasien adalah merupakan hak pasien yang perlu dilindungi dan dijaga salam
dalam rumah sakit.
a. Faktor Privacy
Adapun perbedaan jenis kelamin dalam privacy, dalam suatu penelitian pria lebih
memilih ruangan yang terdapat tiga orang sedangakan wanita tidak
mempermasalahkan isi dalam ruangan itu. Menurut Maeshall perbedaan dalam latar
belakang pribadi akan berhubungan dengan kebutuhan privacy.
b. Faktor Situasional
Kepuasan akan kebutuhan privacy sangat berhubungan dengan seberapa besar
lingkungan mengijinkan orang-orang didalam nya untuk mandiri.

c. Faktor Budaya
Pada penelitian tiap-tiap budaya tidak ditemukan perbedaan dalam banyaknya
privacy yang diinginkan tetapi berbeda dalam cara bagaimana mereka mendapatkan
privacy . misalnya rumah orang jawa tidak terdapat pagar dan menghadap pagar dan
menghadap ke jalan, tinggal di rumah kecil dengan dinding dari bamboo terdiri dari
keluarga tunggal anak ayah dan ibu.
C. TUJUAN
Guna mengetahui kebutuhan pasien akan wajib privacynya selama dalam rumah
sakit sebagai bentuk kepedulian RS yang diterapkan untuk melindungi hak-hak asasi
pasien ( hak privacy ).
D. PROSEDUR
- Untuk Rawat Inap
1. Perawat menerima pasien baru dan melakukan identifikasi pasien menyebutkan
nama lengkap dan tanggal lahir
2. Perawat memberikan informasi pada pasien merujuk kepada cek list pemberian
informasi dengan menjelaskan mengenai hak dan kewajibannya termasuk
didalamnya hak akan privacy pasien selama dalam perawatan
3. Perawat melakukan koordinasi dengan pihak terkait sesuai dengan kebutuhan
pasien guna menjaga privacynya selama dalam perawatan :
- Menutup acces masuk pengunjung ( baik keluarga, kerabat )
- Menempatkan tanda / signageg pada pintu masuk kamar
- Memastikan prefrensi pasien untuk gender atau jenis kelamin petugas yang diberi
izin masuk kamar
4. Pada semua tindakan atau pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter atau perawat
di kamar perawatan pastikan privacy pasien terlindungi dengan pintu dan tirai
kamar tertutup
5. Untuk pasien yang akan transfer antar unit karena akan dilakukan pemeriksaan
penunjang atau pindah rawat/kamar.
6. Pastikan dokumen /file pasien terdapat pada tempatnya
7. Memastikan seluruh staf rumah sakit tidak membicarakan hal-hal yang
menyangkut pasien di area umum.
- Untuk Pasien Rawat Jalan
1. Pada semua tindakan atau pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter atau perawat
diruang konsultasi pastikan privacy pasien terlindungi dengan : pintu dan tirai
ruang konsultasi tertutup
2. Memastikan seluruh staf rumah sakit tidak membicarakan hal-hal yang
menyangkut pasien di area umum.

E. DOKUMENTASI
Catat pada case note/catatan perawatan tentang privacy pasien yang kehendaki

F. REFERENSI
1. Kebijakan Hak dan Kewajiban
2. Undang-Undang no. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. Undang- Undang no. 36 tahun 2009 tentang kesehatan
PEMERINTAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KAREL SADSUITUBUN LANGGUR
Jalan Merdeka Raya No.03  ( 0916 ) 21612 - 21613  21614
Email : rsudkarelsadsuitubun@gmail.com Kode Pos 9761

KEPUTUSAN DIREKTUR RSUD KAREL SADSUITUBN LANGGUR

Nomor: 811.4 / 77 / RSUD-KS/ IV /2015

TENTANG

HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN

DIREKTUR RSUD KAREL SADSUITUBUN LANGGUR

Menimbang : a. bahwa untuk mendukung pemberian pelayanan pasien di rumah sakit karel
sadsuitubun langgur, pimpinan dan petugas rumah sakit harus mengetahui
dan mengerti hak dan kewajiban pasien. Pasien dan keluarga pun perlu
mendapat informasi tentang hak dan kewajiban
b. bahwa sehubungan dengan butir a tersebut diatas perlu ditetapkan hak dan
kewajiban pasien dengan keputusan direktur rumah sakit umum daerah
karel sadsuitubun langgur

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 , tentang Kesehatan.


2. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009, tentang Rumah Sakit.
3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999, tentang perlindungan konsumen
5. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996, tentang Tenaga Kesehatan
6. Keputusan Menkes No.983 /MENKES/SK/XI/1992, tentang Pedoman
Organisasi Rumah Sakit Umum

MEMUTUSKAN

Menetapkan :

HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN

KESATU : Keputusan direktur RSUD Karel Sadsuitubun Langgur tentang HAK


DAN KEWAJIBAN PASIEN
KEDUA : Hak dan Kewajiban Pasien seperti yang tercantum dalam lampiran surat
keputusan ini

KETIGA : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan, apabila
dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan dilakukan
perbaikan sebagaimana mestinya .

Ditetapkan di Langgur
Pada Tanggal 21 April 2015
Direktur,
RSUD Karel Sadsuitubun Langgur,

dr. K. NOTANUBUN, M.Kes


NIP : 19631016 199803 2 002
PEMERINTAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KAREL SADSUITUBUN LANGGUR
Jalan Merdeka Raya No.03  ( 0916 ) 21612 - 21613  21614
Email : rsudkarelsadsuitubun@gmail.com Kode Pos 9761

KEPUTUSAN DIREKTUR RSUD KAREL SADSUITUBN LANGGUR

Nomor: / /RSUD-KS/ /2015

TENTANG

PRIVASI

DIREKTUR RSUD KAREL SADSUITUBUN LANGGUR

Menimbang :

a. bahwa privasi pasien penting dalam penyelenggaraan pelayanan pasien di


Rumah Sakit
b. bahawa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a
tersebut , perlu ditetapkan kebijakan menjaga privasi pasien dengan keputusan
direktur RSUD Karel Sadsuitubun Langgur

Mengingat : 1. Undang – Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran;


2. Undang –Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
3. Undang – Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
269/MENKES/PER/III/2008 tentang rekam medis
5. Keputusan Dirjen Pelayanan Medik Nomor : YM.00.03.2.2.1296 Tahun 1996
Tentang pedoman Pengelolaan Reka Medis RS;
6. Konsil Kedokteran Indonesia Tahun 2006 tentang Manual Rekam Medis.
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN :

KESATU : Kebijakan menjaga privasi pasien sebagaimana tercantum dalam lampiran


keputusan

KEDUA : Kebijakan seperti tercantum dalam diktum kedua dapat menjadi acuan bagi
staf RSUD Karel Sdasuitubun Langgur dalam menjaga privasi dan
kerahasiaan pasien

KETIGA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila dikemudian
hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan diadakan
perbaikan sebagaimana mestinya.

KETUJUH : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan , dengan ketentuan apabila
dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan nya akan
diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di Langgur
Pada Tanggal 2015
Direktur,
RSUD Karel Sadsuitubun Langgur
dr. K. NOTANUBUN, M.Kes
NIP : 19631016 199803 2 002
Lampiran Kebijakan
1. Seluruh staf dirumah sakit harus mengidentifikasi kebutuhan dan harapan pasien
terhadap privasi selama pelayanan dan saat pengobatan bagi pasien
2. Staf rumah sakit memahami dan menghormati privasi pasien, khususnya pada saat
wawancara klinis, pemeriksaan, perawatan, prosedur pengobatan dan transportai yaitu :
a. Pintu dan tirai ditutup selama melakukan tindakan atau pemeriksaan
b. Pasien dilindungi dengan baik saat dilakukan tindakan pemindahan pasien:
- Menjaga ketenangan diarea perawatan pasien
- Staf Rumah Sakit menghormati privasi pasien dari staf lain, dari pasien lain,
bahkan dari keluarganya, sepeti keinginan pasien untuk tidak bersedia difoto,
direkam atau berpartisipasi dalam wawancara .
- privasi khusus lainnya dapat diberikan selama hal itu tidak bertentangan dengan
tata tertib rumah sakit dan peraturan yang berlaku
- Untuk pengambilan dokumentasi pasien berupa foto, rekaman vidio atau audit
wawancara diluar kepentingan perawatan dan pengobatan harus melalui seisin
pasien

Direktur,
RSUD Karel Sadsuitubun Langgur,

dr. K. NOTANUBUN, M.Kes


NIP : 19631016 199803 2 002
PANDUAN PERLINDUNGAN HAK PASIEN DAN KELUARGA TERHADAP
KEBUTUHAN PRIVASI PASIEN

Pendahuluan

Rahasia kedokteran diatur dalam beberapa peraturan /ketetapan yaitu :

Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1966 dan Peraturan Pemerintah nomor 33 tahun 1963
untuk dokter gigi yang menetapkan bahwa tenaga kesehatan termasuk mahasiswa kedokteran,
murid yang bertugas dalam lapangan pemeriksaan, pengobatan , dan / atau perawatan
diwajibkan menyimpan rahasia kedokteran . pasal 22 ayat ( 1 ) b Peraturan Pemerintah Nomor
32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan diatur bahwa bagi tenaga kesehatan jenis tetentu dalam
melaksanakan tugas profesinya berkewajiban untuk menjaga kerahasiaan identitas dan data
kesehatan pribadi pasien. Kode etik kedokteran pasal 22 menetapkan : “ setiap dokter wajib
merahasiakan sesuatu yang diketahuinya tentang seorang penderita bahkan juga setelah
penderita itu meninggal dunia “ Rahasia kedokteran dapat dibuka hanya untuk kepentingan
kesehatan pasien, memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan
hukum , permintaan pasien sendiri, atau berdasarkan ketentuan perundang- undangan.

Dalam pasal 51 huruf c Undang-undang nomor 29 tahun 2004 adanya kewajiban merahasiakan
segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien , bahkan juga setelah pasien itu meninggal
dunia. Berkaitan dengan pengungkapan rahasia kedokteran tersebut diatur dalam pasal 10 ayat (
2 ) peraturan menteri kesehatan nomor 269/Menkes/Per/III/2008 tentang rekam medis sebagai
berikut : Informasi tentang identitas, diagnosis, riwayat penyakit, riwayat pemeriksaan dan
riwayat pengobatan dapat dibuka dalam hal :

f. Untuk kepentingan kesehatan pasien;


g. Memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan hukum atas
perintah pengadilan;
h. Permintaan dan / atau persetujuan pasien sendiri ;
i. Permintaan institusi / lembaga berdasarkan ketentuan perundang-undangan; dan
j. Untuk kepentingan penelitian, pendidikan dan audit medis, sepanjang tidak menyebutkan
identitas pasien

Mengenai rahasia kedokteran dikenal adanya trilogi rahasia kedokteran yang meliputi
persetujuan tindakan kedokteran, rekam medis dan rahasia kedokteran karena keterkaitan satu
sama lain. Jika menyangkut pengungkapan rahasia kedokteran maka harus ada izin pasien

( consent ) dan bahan rahasia kedokteran terdapat dalam berkas rekam medis.

Hak Atas Privacy

Hak privacy ini bersifat umum dan berlaku untuk setiap orang. Inti dari hak ini adalah suatu hak
atau kewenangan untuk tidak diganggu . setiap orang berhak untuk tidak dicampuri pribadinya
oleh orang lain tanpa persetujuannya. Hak atas privacy disini berkaitan dengan hubungan
terapeutik antara dokter-pasien ( fiduciary relationship ) . Hubungan ini didasarkan atas
kepercayaan bahwa dokter itu akan berupaya semaksimal mungkin untuk memberikan
pelayanan pengobatan. Kepercayaan pula bahwa penyakit yang diderita tidak akan diungkapkan
lebih lanjut kepada orang lain tanpa persetujuan . dalam pasal 11 Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 269/Menkes/Per/III/2008 diatur bahwa penjelasan tentang isi rekam medis hanya boleh
dilakukan oleh dokter atau dokter gigi yang merawat pasien dengan izin tertulis pasien atau
berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Pada saat pemeriksaan seperti wawancara klinis, prosedur tindakan pengobatan, dokter atau
perawat atau bidan atau petugas medis lainnya wajib melindungi privacy pasien seperti data
pasien , diagnosa pasien,dan lainnya dapat juga menutupgorden pintu pada saat dilakukan
pemeriksaan atau pengobatan semua bergantung dari kebutuhan pasien.

G. PENGERTIAN
Privacy merupakan tingkatan interaksi atau keterbukaan yang dikehendaki
seseorang pada suatu kondisi atau situasi tertentu tingkatan privacy yang diinginkan itu
menyangkut keterbukaan atau ketetutupan , yaitu adanya keinginan untuk berinteraksi
dengan orang lain, atau justru ingin menghindar atau berusaha supaya sukar dicapai oleh
orang lain.
Adapun defenisi lain dari privacy yaitu sebagai suatu kemampuan untuk mengontrol
interaksi, kemampuan untuk memperoleh pilihan atau kemampuan untuk mencapai
interaksi seperti yang diinginkan . privacy jangan dipandang hanya sebagai penarikan
diri seseoarng secara fisik terhadap pihak –pihak lain.
Indentifikasi privacy pasien adalah suatu proses untuk mengetahui kebutuhan privacy
pasien selama dalam rumah sakit.
Privacy pasien adalah merupakan hak pasien yang perlu dilindungi dan dijaga salam
dalam rumah sakit.
d. Faktor Privacy
Adapun perbedaan jenis kelamin dalam privacy, dalam suatu penelitian pria lebih
memilih ruangan yang terdapat tiga orang sedangakan wanita tidak
mempermasalahkan isi dalam ruangan itu. Menurut Maeshall perbedaan dalam latar
belakang pribadi akan berhubungan dengan kebutuhan privacy.
e. Faktor Situasional
Kepuasan akan kebutuhan privacy sangat berhubungan dengan seberapa besar
lingkungan mengijinkan orang-orang didalam nya untuk mandiri.

f. Faktor Budaya
Pada penelitian tiap-tiap budaya tidak ditemukan perbedaan dalam banyaknya
privacy yang diinginkan tetapi berbeda dalam cara bagaimana mereka mendapatkan
privacy . misalnya rumah orang jawa tidak terdapat pagar dan menghadap pagar dan
menghadap ke jalan, tinggal di rumah kecil dengan dinding dari bamboo terdiri dari
keluarga tunggal anak ayah dan ibu.
H. TUJUAN
Guna mengetahui kebutuhan pasien akan wajib privacynya selama dalam rumah
sakit sebagai bentuk kepedulian RS yang diterapkan untuk melindungi hak-hak asasi
pasien ( hak privacy ).
I. PROSEDUR
- Untuk Rawat Inap
8. Perawat menerima pasien baru dan melakukan identifikasi pasien menyebutkan
nama lengkap dan tanggal lahir
9. Perawat memberikan informasi pada pasien merujuk kepada cek list pemberian
informasi dengan menjelaskan mengenai hak dan kewajibannya termasuk
didalamnya hak akan privacy pasien selama dalam perawatan
10. Perawat melakukan koordinasi dengan pihak terkait sesuai dengan kebutuhan
pasien guna menjaga privacynya selama dalam perawatan :
- Menutup acces masuk pengunjung ( baik keluarga, kerabat )
- Menempatkan tanda / signageg pada pintu masuk kamar
- Memastikan prefrensi pasien untuk gender atau jenis kelamin petugas yang diberi
izin masuk kamar
11. Pada semua tindakan atau pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter atau perawat
di kamar perawatan pastikan privacy pasien terlindungi dengan pintu dan tirai
kamar tertutup
12. Untuk pasien yang akan transfer antar unit karena akan dilakukan pemeriksaan
penunjang atau pindah rawat/kamar.
13. Pastikan dokumen /file pasien terdapat pada tempatnya
14. Memastikan seluruh staf rumah sakit tidak membicarakan hal-hal yang
menyangkut pasien di area umum.
- Untuk Pasien Rawat Jalan
3. Pada semua tindakan atau pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter atau perawat
diruang konsultasi pastikan privacy pasien terlindungi dengan : pintu dan tirai
ruang konsultasi tertutup
4. Memastikan seluruh staf rumah sakit tidak membicarakan hal-hal yang
menyangkut pasien di area umum.

J. DOKUMENTASI
Catat pada case note/catatan perawatan tentang privacy pasien yang kehendaki

K. REFERENSI
4. Kebijakan Hak dan Kewajiban
5. Undang-Undang no. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
6. Undang- Undang no. 36 tahun 2009 tentang kesehatan
PEMERINTAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KAREL SADSUITUBUN LANGGUR
Jalan Merdeka Raya No.03 Ohoijang Watdek  ( 0916 ) 21612 - 21613  21614

Email : rsudkarelsadsuitubun@gmail.com Kode Pos 97611

PERSETUJUAN TINDAKAN KEDOKTERAN

PEMBERIAN INFORMASI
Dokter Pelaksana Tindakan
Pemberi Informasi
Persetujuan Informasi/Pemberi
Persetujuan*

No JENIS INFORMASI ISI INFORMASI TANDA (V)


1 Diagnosis (WE & DD)
2 Dasar Diagnosis
3 Tindakan kedokteran
4 Indikasi Tindakan
5 Tata Cara
6 Tujuan
7 Resiko
8 Komplikasi
9 Prognosis
10 Alternatif & Resiko
11 Lain - lain
Dengan ini menerangkan bahwa saya telah menerangkan hal – hal diatas secara benar dan Tanda tangan
jelas dan memberikan kesempatan untuk bertanya dan/atau berdiskusi.
Dengan ini menyatakan bahwa saya telah menerima informasi sebagaimana diatas yang saya Tanda tangan
beri tanda/paraf di kolom kanannya dan telah memahaminya.
*Bila pasien tidak kompeten atau tidak mau menerima informasi,maka penerima informasi adalah wali atau keluraga terdekat.

PERSETUJUAN TINDAKAN KEDOKTERAN

Yang bertanda tangan dibawah ini,saya.nama ___________________________________,umur ________tahun


Laki-laki/perempuan,*alamat_____________________________________________________________________
Dengan ini menyatakan persetujuan untuk dilakukannya tindakan :____________________________________
______________________________terhadap saya/_____________________________________saya* bernama
______________________________umur________tahun,laki-laki/perempuan*.
Alamat_________________________________________________________________________________________
Saya memahami perlunya dan manfaat tindakan tersebut sebagaimana telah dijelaskan seperti diatas kepada saya,termasuk
resiko dan komplikasi yang mungkin timbul.
Saya juga menyadari bahwa oleh karena ilmu kedokteran bukanlah ilmu pasti,maka keberhasilaan tindakan kedokteran
bukanlah keniscayaan,melainkankan sangat tergantung izin Tuhan Yang Maha Esa.
_________________tanggal_______________pukul________

Yang menyatakan* saksi

( _____________________ ) ( _______________________ ) ( _________________)


PEMERINTAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KAREL SADSUITUBUN LANGGUR
Jalan Merdeka Raya No.03 Ohoijang Watdek  ( 0916 ) 21612 - 21613  21614
Email : rsudkarelsadsuitubun@gmail.com Kode Pos 97611

PERSETUJUAN UMUM /GENERAL CONSENT


IDENTITAS PASIEN :
Nama Pasien :………………………………………….
Nomor Rekam Medis :……………………………………….....
Tanggal Lahir : …………………………………………
Alamat : …………………………………………
No. Telp : …………………………………………
Selaku pasien/wali/keluarga RSUD Karel Sadsuitubun Langgur dengan ini menyatakan
persetujuan :
PERSETUJUAN UNTUK PERAWATAN DAN PENGOBATAN
1. Saya mengetahui bahwa saya memiliki kondisi yang membutuhkan perawatan
medis,saya mengizinkan dokter dan professional kesehatan lainnya untuk melakukan
prosedur diagnosis dan untuk memberikan pengobatan medis seperti yang diperlukan
dalam penilaian professional meraka.Prosedur diagnostik dan perawatan medis termasuk
tetapi tidak terbatas pada electrocardiograms,x-ray,test darah,terapi fisik dan pemberian
obat.
2. Saya sadari bahwa paktek kedokteran dan bedah bukanlah ilmu pasti dan saya
mengetahui bahwa tidak ada jaminan atas hasil apapun,terhadap perawatan prosedur atau
pemeriksaan apapun yang dilakukan kepada saya.
3. Saya mengeti dan memahami bahwa :
a. Saya memiliki hak untuk mengajukan pertanyaan tentang pengobatan yang diusulkan
(termasuk identitas setiap orang yang memberikan ataupun mengamati pengobatan)
setiap saat.
b. Saya mengerti dan memahami bahwa saya memiliki hak untuk persetujuan,atau
menolak persetujuan,untuk setiap prosedur/terapi.
c. Saya mengerti bahwa banyak dokter pada staf medis rumah sakit yang bukan
karyawan tetapi staf tamu yang telah diberikan hak untuk mengunakan fasilitas untuk
perawatan dan pengobatan pasien mereka.
BARANG – BARANG MILIK PASIEN
Saya telah memahami bahwa rumah sakit tidak bertanggung jawab atas semua
kehilangan barang- barang milik saya dan saya secara pribadi bertanggung jawab atas barang –
barang berharga yang saya miliki termasuk namun tidak terbatas pada
uang,perhiasan,bukucek,kartu kredit,handphone,atau barang lainnya.dan apabila saya
membutuhkan maka saya dapat menitipkan barang – barang saya kepada rumah sakit.
Saya juga mengerti bahwa saya harus memberitahu/menitipkan pada Rumah sakit jika saya
memiliki gigi palsu,kaca mata,lensa kontak,prosthetics atau barang lainnya yang saya butuhkan
untuk di amankan.
PERSETUJUAN PELEPASAN INFORMASI
Saya memahami informasi yang ada dalam diri saya,termasuk diagnosis,hasil laboratorium dan
hasil test diagnostik,yang akan digunakan untuk perawatan medis,Rumah Sakit Umum Daerah
Karel Sadsuitubun Langgur akan menjamin kerahasiaannya.
Saya member wewenang kepada Rumah Sakit untuk memberikan informasi tentang
diagnosis,hasil pelayanan dan pengobatan bila diperlukan untuk memproses klaim
asuransi/jamkesmas/jamkesda/Perusahan dan atau lembaga pemerintah.
Saya membei wewenang kepada Rumah Sakit untuk memberikan infomasi tentang
diagnosis,hasil pelayanan dan pengobatan saya kepada anggota keluarga saya kepada :
1. ___________________________
2. ___________________________
3. ___________________________
HAK DAN TANGGUNG JAWAB PASIEN
Saya memiliki hak untuk mengambil bagian dalam keputusan mengenai penyakit saya dan
dalam hal perawatan medis dan perencana pengobatan.saya telah mendapat informasi tentang
“Hak dan Tanggung jawab pasien” di Rumah Sakit Umum Daerah Karel Sadsuitubun Langgur
melalui lealflet dan banner yang disediakan oleh petugas.

INFORMASI RAWAT INAP


Saya telah menerima informasi tentang peraturan yang diberlakukan oleh Rumah Sakit dan saya
berserta keluarga bersedia untuk mematuhinya,termasuk akan mematuhi jam berkunjung pasien
sesuai dengan aturan di Rumah Sakit.
Anggota keluarga saya yang menunggu saya bersedia memakai tanda pengenal khusus yang
diberikan oleh Rumah Sakit dan demi keamanan seluruh pasien setiap keluarga dan siapapun
yang akan mengunjungi saya diluar jam berkunjung bersedia diminta/diperiksa identitasnya.

RAHASIA MEDIS.
Saya setuju RSUD.Karel Sadsuitubun Langgur wajib menjamin kerahasiaan informasi medis
saya baik untuk kepentingan perawatan dan pengobatan,pendidikan maupun penelitian kecuali
saya mengungkapkan sendiri atau orang lain yang saya beri kuasa untuk itu.

PRIVASI
saya memberi kuasa kepada RSUD Karel Sadsuitubun Langgur untuk menjaga privasi dan
kerahsiaan penyakit saya selama dalam perawatan.

PENGAJUAN KELUHAN
Saya menyatakan bahwa saya telah menerima informasi tentang adanya tatacara mengajukan
dan mengatasi keluhan terkait pelayanan medic yang diberikan terhadap diri saya.saya setuju
untuk mengikuti tata cara mengajukan keluhan sesuai prosedur yang ada.

IFORMASI BIAYA
Saya memahami tentang informasi biaya pengobatan atau biaya tindakan yang dijelaskan oleh
petugas Rumah Sakit.

TANDA TANGAN
Dengan tanda tangan saya dibawah ini,saya menyatakan bahwa saya,telah membaca dan
memahami item pada persetujuan umum/general consent.

Penderita

(___________)

(Wali jika pasien <18 tahun) ` Tanggal,

(____________)

Saksi Tanggal,

(_____________)
PENJELASAN HAK PASIEN DALAM PELAYANAN

RUMAH SAKIT UMUM No. Dokumen No. Revisi Halaman


DAERAH
KAREL SADSUITUBUN 04/HPK/RSUD/LANGGU 1/1
LANGGUR R

STANDAR OPRASIONAL Tanggal Terbit Ditetapkan


PROSEDUR
20 Januari 2014 Direktur, RSUD Karel Sadsuitubun
(SPO) Langgur

dr. K. NOTANUBUN,M.Kes
NIP : 19631016 199803 2 002

Pengertian Pemberian penjelasan kepada pasien dan keluarga tentang hak-


haknya dalam memperoleh pelayanan di rumah sakit

Tujuan Untuk memberikan penjelasan hak pasien dan keluarga dalam


memperoleh pelayanan.

Kebijakan SK Direktur

Prosedur 1. Ucapkan Salam


2. Pastikan identitas pasien
3. Memberikan informasi yang sebenar-benarnya kepada
pasien dan keluarga atas keadaan yang di alami pasien.
4. Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang
haknya dalam memperoleh pelayanan di rumah sakit
5. Memberikan pelayanan yang manusiawi,adil,jujur,dan
tanpa diskriminasi
6. Memberikan pelayanan kesehatan bermutu sesuai dengan
standar profesi dan standar proedur oprasional
7. Memberikan layanan yang efektif dan efisien sehingga
pasien terhindar dari kerugian fisik dan materi
8. Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan
keinginannya dan peraturan yang berlaku di rumah sakit
(meminta konsultasi tentang penyakit yang di deritannya
kepada dokter lain,yang memiliki surat ijin praktek
(SIP),second opinion baik di dalam maupun diluar rumah
sakit.
9. Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang
diderita termasuk data – data medisnya
10. Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang
akan dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit
yang di deritanya.
11. Mendapatkan informasi yang meliputi diagnosis dan tata
cara tindakan medis,tujuan tindakan medis
alternatif,tindakan resiko,dan komplikasi yang mungkin
terjadi dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan
serta perkiraan biaya pengobatan.
12. Didampingi keluarga dalam keadaan kritis dan
menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang
dianutnya selama hal itu tidak mengganggu pasien lainnya.
13. Memperoleh keamanan dan keselamtan dirinya selama
dalam perawatan dirumah sakit.
14. Mengajukan usul,saran dan perbaikkan atas
perlakuan/rumah sakit terhadap dirinya.
15. Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai
dengan agama dan kepercayaan dianutnya.

Unit Terkait 1. Rawat Inap


2. Instalasi Gawat Darurat (IGD)
PANDUAN PEMBERIAN INFORMASI HAK DAN KEWAJIABAN PASIEN

I. Definisi
Adalah informasi yang diberikan oleh pihak Rumah Sakit kepada pasien atau
keluarganya yang mencakup informasi tentang hak dan kewajiban pasien.Hak pasien dan
keluarga merupakan elemen dasar dari semua kontak di Rumah Sakit,stafnya,serta
pasien pasien dan keluraganya sehingga seluruh staf rumah sakit bertanggung jawab
melindungi dan mengedepankan hak pasien dan keluarga.
Tujuannya : agar pasien dan keluarga memahami apa yang menajdi hak dan
kewajibannnya.
II. Ruang Lingkup
1. Instalasi Rawat Inap
2. Instalasi Rawat Jalan
3. Bagian Rekam Medik
III. Tata Laksana
1. Pihak Rumah Sakit memberikan informasi tentang hak dan kewajiban kepada
pasien atau keluarga pasien saat rawat inap,saat pasien atau keluarga bertanya
tentang hak dan kewajibannya.
2. Lembar hak pasien dan keluarga ada di setiap nurse station,lobi, dan admission
rawat inap.
3. Bila keluarga pasien bertanya tentang hak dan kewajiban pasien,pihak Rumah
Sakit menjelaskan hal yang belum di pahami pasien.
4. Pihak Rumah Sakit dalam menjalankan tugasnya menghormati hak pasien.
IV. Dokumentasi
Lembar hak dan kewajiban pasien,setiap pasien mempunyai hak :
1. Pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku
di rumah sakit.
2. Pasien berhak atas pelayanan yang manusiawi,adil dan jujur.
3. Pasien berhak memperoleh pelayanan medis yang bermutu sesuai dengan standar
profesi kedokteran/kedokteran gigi dan tanpa diskriminasi.
4. Pasien berhak memperoleh asuhan keperawatan dengan standar profesi keperawatan.
5. Pasien berhak memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan
sesuai dengan peraturan yang berlaku di rumah sakit.
6. Pasien berhak dirawat oleh dokter yang secara bebas menentukan pendapat klinis dan
pendapat etis tanpa campur tangan dari pihak luar.
7. Pasien berhak meminta konsultasi kepada dokter lain yang terdaftar di rumah sakit
tersebut (second opinion) terhadap penyakit yang di deritanya,sepengetahuan dokter
yang merawat.
8. Pasien berhak atas “PRIVACY” dan kerahasiaan penyakit yang di derita termasuk
data – data medisnya.
9. Pasien berhak mendapat informasi yang meliputi :
Penyakit yang diderita tindakan medik apa yang hendak dilakukan
Kemungkinan penyakit sebagai akibat tindakan tersebut dan tindakan untuk
mengatasinya
Alternatife terapi lainnya
Prognosanva
Perkiraan biaya pengobatan
10. Pasien berhak menyetujui/memberikan izin atas tindakan yang akan dilakukan oleh
dokter sehubungan dengan penyakit yang di deritanya.
11. Pasien berhak menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap dirinya dan
mengakhiri pengobatan serta perawatan atas tanggung jawab sendiri sesudah
memperoleh informasi yang jelas tenatng penyakitnya.
12. Pasien berhak di damping keluarganya dalam keadaan kritis
13. Pasien berhak menjalankan ibadah sesuai agama/kepercayaan yang dianutnya selama
hal itu tidak mengganggu pasien lainnya.
14. Pasien berhak atas keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan
dirumah sakit
15. Pasien berhak menerima atau menolak bimbingan moril maupun spiritual.
16. Menggugat dan/atau menuntut Rumah sakit apabila Rumah sakit diduga memberikan
pelayanan yang tidak sesuai dengan standard an hak secara perdata maupun pidana.
17. Mengeluhkan pelayanan rumah sakit yang tidak sesuai dengan standar pelayanan
melalui media cetak dan electronic sesuai dengan ketentuan peraturan perundanf –
undangan yang berlaku.
PEMERINTAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KAREL SADSUITUBUN LANGGUR
Jalan Merdeka Raya No.03 Ohoijang Watdek  ( 0916 ) 21612 - 21613  21614
Email : rsudkarelsadsuitubun@gmail.com Kode Pos 97611

PENERIMAAN INFORMASI KONDISI PASIEN


Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :
Tanggal Lahir :
Tanggal Masuk RS :
Dokter Penangung Jawab :
No.Rekam Medis :

Menyatakan bahwa sesuai kewajiban simpan rahasia kedokteran dan mengacu pada peraturan
Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 36/MENKES/III/2008,maka saya menunjuk
yang tersebut dibawah ini untuk dapat diberitahukan tentang kondisi kesehatan saya :
a. Nama :
No Telephone :
Hubungan dengan Pasien :

b. Nama :
No Telephone :
Hubungan dengan Pasien :

Demikian pernyataan ini dibuat dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan.

Langgur , 2016. pukul


Pembuat pernyataan,

(________________)
Nama Jelas
PEMERINTAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KAREL SADSUITUBUN LANGGUR
Jalan Merdeka Raya No.03  ( 0916 ) 21612 - 21613  21614
Email : rsudkarelsadsuitubun@gmail.com Kode Pos 9761

KEPUTUSAN DIREKTUR RSUD KAREL SADSUITUBN LANGGUR


Nomor: / /RSUD-KS/ V /2015
TENTANG
IDENTIFIKASI MENGHORMATI NILAI DAN KEPERCAYAAN PASIEN DALAM
PELAYANAN
DIREKTUR RSUD KAREL SADSUITUBUN LANGGUR

Menimbang : a. bahwa pelayanan di rumah sakit dapat dilakukan kepada pasien dengan
mengidentifikasi nilai-nilai kepercayaan yang berbeda-beda
b. bahwa nilai dan kepercayaan pasien merupakan hak pasien untuk dihormati
dan dihargai
c. bahwa untuk maksud tersebut pada butir a dan b maka perlu ditetapkan dengan
surat keputusan Direktur RSUD Karel Sadsuitubun Langgur
Mengingat :
1. Undang- undang RI Nomor 29 Tahun2004 tentang Praktik Kedokteran
2. Undang - undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
3. Undang- undang RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
585/Menkes/Per/IX/1998 tentang Persetujuan Tindakan Medik
Memutuskan :
KESATU : keputusan direktur rsud karel sadsuitubun langgur tentang menghormati nilai
dan kepercayaan pasien dalam pelayanan
KEDUA : Pemberi pelayanan kepada pasien wajib melakukan identifikasi nilai dan
kepercayaan
KETIGA : Pemberi pelayanan memberikan pelayanan dan asuhan dalam konteks nilai –nilai
dan kepercayaan pasien
KEEMPET : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila dikemudian hari
ternyata terdapat kekeliruan dalam keputusan ini, maka akan diadakan perbaikan
kembali sebagaimana mestinya

Ditetapkan di Langgur
Pada Tanggal 25 April 2015
Direktur,
RSUD Karel Sadsuitubun Langgur,

dr. K. NOTANUBUN, M.Kes


NIP : 19631016 199803 2 002
PANDUAN

NILAI-NILAI KEPERCAYAAN PASIEN DALAM PELAYANAN

BAB I

DEFENISI

Suatu keyakinan seseorang tentang pengharapan terhadap suatu standar atau pegaangan
yang mengarah pada sikap atau prilaku seseorang dan menerima dengan senang atas pelayanan
yang telah diberikan

BAB II

RUANG LINGKUP

1. Terdapat proses untuk mengidentifikasi dan menghormati nilai-nilai dan keyakinan


pasien dan bilamana diperlukan juga dari keluarga pasien
2. Petugas menjalankan proses dan memberikan perawatan menghormati nilai-nilai dan
keyakinan pasien
3. Kekuatan dan kekurangan dalam pengetahuan dan keterampilan diidentifikasi dan
digunakan untuk merencanakan penyuluhan

Ada banyak variabel pasien yang menentukan apakah pasien dan keluarga pasien bersedia dan
mampu untuk belajar . dengan demikian untuk merencanakan penyuluhan , rumah sakit harus
menilai :

a. Kepercayaan dan nilai-nilai yang dianut oleh pasien dan keluarganya;


b. Kecakapan baca tulis , tingkat pendidikan dan bahasa mereka;
c. Hambatan emosional dan motivasi;
d. Keterbatasan fisik dan kongnitif;
e. Kemampuan pasien untuk menerima informasi.

BAB III

TATALAKSANA

1. Petugas memberikan kepuasan pada pasien dan keluarga dengan sikap yang ramah dan
peduli
2. Petugas bersedia memperhatikan kesejahteraan pasien dengan murah hati
3. Petugas tidak menbeda-bedakan pasien
4. Petugas memberikan pelayanan pada pasien dengan sikap asertif, jujur, dan menghargai
hak pasien
5. Petugas menghargai pendapat pasien sesuai yang pasien rasakan
6. Petugas menjunjung tinggi moral, integritas dan keadilan masing-masing individu
7. Petugas menerima kenyataan dan realitas atas kekurangan selama memberikan pelayanan.

BAB IV

DOKUMENTASI

Identifikasi nila-nilai kepercayaan dalam berkas rekam medis


PEDOMAN LAYANAN BIMBINGAN ROHANI
BAB I
LATAR BELAKANG

A.PENDAHULUAN
Layanan bimbingan rohani merupakan bagian integral dari bentuk pelayanan kesehatan
dalam upaya pemenuhan kebutuhan bio – pysco – socio – spiritual yang kompherensif karena
pada dasarnya setiap diri manusia terdapat kebutuhan dasar spiritual.Pentingnya bimbingan
spiritual dalam kesehatan telah menjadi ketetapan WHO yang menyatakan aspek agama(
spiritual) merupakan salah satu unsure dari pengertian kesehatan seutuhnya (WHO,1984).untu
itu RSUD Karel Sadsuitubun mengadakan kegiatan pelayanan bimbingan rohani pasien di
rumah sakit,sebagai langkah kongkrit untuk membantu pasien dalam proses
penyembuhannya.Bimbingan rohani pasien adalah bentuk kegiatan yang didalamnya terjadi
proses bimbingan dan binaan rohani kepada pasien di rumah sakit sebagai bentuk kepedulian
kepada mereka yang sedang mendapat ujian dari tuhan.
Dalam kegiatan tersebut bagaimana seorang rohaniawan dapat memberikan
ketenangan,kedamaian dan kesejukkan hati kepada pasien dengan senantiasa memberikan
dorongan dan motivasi untuk tetap bersabar,tawakal,dan tetap menjalankan kewajibannya
sebagai hamba Tuhan.

B.TUJUAN
1. Tujuan Umum
- Sebagai bentuk kepedulian yang sehat kepada yang sakit
- Memberikan pengertian kepada pasien dan keluarga agar tetap bersabar dan
berdoa
- Memberikan bimbingan kepada pasien dalam menghadapi musibah dan ujian
- Memberikan dorongan kepada pasien agar tidak putus asa
- Membimbing perasaan pasien agar tetap berbaik sangka kepada Tuhan YME
- Memberikan pelayanan rohani kepada pasien
- Menguatkan psikologi passion dengan pemberdayaan
- Memberikan image positif terhadap rumah sakit karel sadsuitubun langgur.
2. Tujuan khusus
- Memberikan ketenangan batin dan keteduhan hati kepada pasien dalam
menghadapi penyakitnya
- Memberikan motivasi dan dorongan untuk tetap bersabar dan bertawakal dalam
menghadapi ujian iman dari Tuhan
- Menghormati nilai – nilai pribadi kepercayaan pasien
- Mempermudah perawat dalam menghubungi petugas kerohanian.

BAB II
TATA LAKSANA
Dalam melaksanakan tugas sebagai seorang tenaga perawat dirumah sakit adalah melakukan
pengkajian kepada setiap pasien yang akan dirawat dirumah sakit dan salah satu adalah
indentifikasi tentang nilai – nilai kepercayaan pasien.

Tahapan – Tahapan :
- Pengkajian dilakukan pada saat pertama kali psien masuk di IGD
- Ketika pasien masuk ruangan rawat inap maka perawat ruangan akan melakukan
pengkajian ulang tentang identitas pasien untuk memastikan dalam melakukan setiap
tindakan termasuk pelayanan kerohanian.
- Petugas ruangan rawat inap akan mendata setiap pasien yang ingin untuk dilayani sesuai
agama dan kepercayaan pasien.
- Petugas ruangan memfasilitasi kebutuhan kerohanian pasien dengan mengisi formulir
permintaan pelayanan kerohanian.
- Hubungi petugas kerohanian sesuai dengan agama dan kepercayaan pasien.
- Bila petugas kerohanian berhalangan atau tidak ada ditempat atau tidak bisa dihubungi
maka petugas rumah sakit yang memiliki kemampuan dalam hal pelayanan kerohanian
bisa melaksanakan tugas pelayanan tersebut.

BAB III
DOKUMENTASI
Dokumen /berkas sebagai bukti pelayanan kerohanian :
 Formulir pelayanan kerohanian
 Pengkajian keperawatan

BAB IV
PENUTUP
Dengan adanya panduan ini maka kebutuhan pelayanan kerohanian pasien dapat terlaksana
dengan baik tanpa memandang latar belakang apapun pasien.
PELAYANAN KEROHANIAN
RSUD KAREL
SADSUITUBUN
LANGGUR
STANDAR No. Revisi Halaman
OPERASIONAL No. Dokumen 1/1
PROSEDUR 05/HPK/RSUD/LANGGUR
( SPO ) Ditetapkan,
Tanggal Terbit Direktur RSUD Karel Sadsuitubun
Langgur
20 Januari 2014

dr. K.NOTANUBUN, M.Kes


NIP: 19631016 199803 2 002
PENGERTIAN 1. Pelayanan rohani yang dimaksud identik dengan pelayanan spiritual
kepada pasien.Hal ini menjadi penting karena pasien akan dibantu
dengan adanya perhatian (attention),dukungan
(sustaining),perdamaian (reconciling),bimbingan
(guiding),penyembuahan luka batin (inner – healing) serta doa
(prayer)
2. Apabila pasien terlayani aspek rohaninya maka akan terjadi
keseimbangan dalam hidup dan berdampak positif untuk perjalanan
pengobatan penyakitnya.
TUJUAN 1. Tujuan Umum :
- Sebagai acuan dalam melaksanakan pelayanan rumah sakit
- Sebagai upaya meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.
2. Tujuan khusus
- Sebagai acuan dalam melaksanakan pelayanan kerohanian
bagi pasien dirawat
- Memenuhi kebutuhan spiritual pasien
KEBIJAKAN SK direktur RSUD Karel Sadsuitubun Langgur tentang pelayanan kerohanian
pada pasien di RSUD Karel Sadsuitubun Langgur Kabupaten Maluku
Tenggara.
PROSEDUR 1. Permintaan keluarga/Pasien
PELAKSANAAN 2. Keluarga/pasien mengisi formulir permintaan
3. Perawat menghubungi petugas humas
4. Petugas humas menghubungi rohaniawan
5. Petugas humas mengantarkan rohaniawan ke ruangan
6. Pelayanan kerohaniawan dilaksanakan
7. Rohaniawan mengisi buku kunjungan
8. Pelayanan selesai
V. UNIT TERKAIT 1. Rawat inap
2. Bagian umum dan kepegawaian
3. Humas
PELAYANAN DOA & BIMBINGAN MENTAL
SPIRITUAL/ KEROHANIAN
RSUD KAREL
SADSUITUBUN
LANGGUR
STANDAR No. Dokumen No. Revisi Halaman
OPERASIONAL 002/PWT/SPO/2014 1/1
PROSEDUR Ditetapkan,
( SPO ) Tanggal Terbit Direktur RSUD Karel Sadsuitubun
Langgur
20 Januari 2014

dr. K.NOTANUBUN, M.Kes


NIP: 19631016 199803 2 002
PENGERTIAN Serangkaian aktivitas yang dirancang dalam memberikan pelayanan
bimbingan spiritual/ kerohanian terhadap pasien yang dirawat di RSUD
Karel Sadsuitubun Langgur sebagai bagian dari asuhan keperawatan
komprehensif.
TUJUAN 1. Memberikan pelayanan doa bagi pasien yang dirawat inap di RS
2. Menggali kekuatan bathin mental spiritual jiwa pasien untuk
membantu proses kesembuhan pasien
PROSEDUR 1. Pelaksanaan bimbingan rohani dilaksanakan secara profesional
oleh pembimbing rohani sesuai dengan agama dan kepercayaan
2. Mengkonfirmasi kondisi pasien dari perawat jaga untuk
mengetahui kondisi objektif pasien boleh diajak bicara atau
tidak , kategori penyakit dan kondisi mental dll.
3. Mengajak komunikasi awal jika memungkinkan sebagai kesan
pertama dengan pasien untuk mengetahuai kondisi mental
kejiwaan latar belakang, sosio kultur dan kesulitan dll.
4. Berikan salam dan tutur kata yang baik, berikan kesan empati
yang besar terhadap pasien
5. Memberikan nasehat tentang pentingnya doa,konsep
sabar/tawakal,ikthiar
6. Pelayanan doa /bimbingan spiritual bukan bermaksud
mengubah keyakinan agama pasien melainkan menguatkan
kekuatan batin pasien untuk membantu proses kesembuhan,
bekerja sama dengan dokter yang merawat,perawat jaga
ruangan keluarga penderita atau secara mandiri dalam
melaksanaan bimbingan spiritual/ rohani
7. Menandatangani daftar kegiatan bimbingan kerohanian setelah
melaksanakan bimbingan kerohanian yang ditandatangani oleh
kepala ruangan
PEMERINTAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KAREL SADSUITUBUN LANGGUR
Jalan Merdeka Raya No.03  ( 0916 ) 21612 - 21613  21614
Email : rsudkarelsadsuitubun@gmail.com Kode Pos 9761

FORMULIR PERMINTAAN PEAYANAN KEROHANIAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :…………………………………………………………………………

Umur :…………………………………………………………………………

Alamat :…………………………………………………………………………

Hubungan dengan pasien : ………………………………………… dengan ini menyatakan


pendampingan pelayanan kerohanian agama dan kepercayaan……………………………...

Kepada Kepala Rumah Sakit Umum Karel Sadsuitubun Langgur :


Terhadap pasien :

Nama :…………………………………………………………………………

No RM :…………………………………………………………………………

Umur :…………………………………………………………………………

Alamat :…………………………………………………………………………

Demikian permohonan permintaan pelayanan kerohanian ini saya buat,atas perhatiannya


sampaikan terima kasih.

Langgur ,

Petugas Yang Menyetujui

(……………………) (…………………….)
PEMERINTAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KAREL SADSUITUBUN LANGGUR
Jalan Merdeka Raya No.03  ( 0916 ) 21612 - 21613  21614
Email : rsudkarelsadsuitubun@gmail.com Kode Pos 9761

PERMINTAAN PRIVASI

Di isi oleh Pasien/Keluarga

Nama Lengkap Pasien :…………………………………………….No.RM :……..

Yang Bertanda tangan di Bawah ini :…………………………………………….

Nama :…………………………………………………………………………

Umur :…………………………………………………………………………

Alamat :…………………………………………………………………………

Nomor Tlp :…………………………………………………………………………

Hubungan dengan pasien : Orang Tua/anak/wali :…………………………………

1. Dengan ini menyatakan bahwa saya/orang tua/anak/wali mengizinkan/tidak mengizinkan


Rumah Sakit member akses bagi keluarga yang bernama ……………………….……
dan kerabat yang bernama :……………………………. ………………… Serta orang
lain bernama…………………………..yang akan menengok/menemui saya.
2. Saya meninginkan/tidak menginginkan privasi khusus :
a. Pada saat wawancara klinis
b. Pasa saat pemeriksaan fisik
c. Pada saat perawatan
d. Dan lain_ lain
Langgur ,……………….201
Pasien/Keluarga/Wali

( ………………………………)

*Coret yang tidak perlu


PANDUAN

TEMPAT PENITIPAN/ PENYIMPAN BARANG MILIK PASIEN

A. DEFENISI
1. Barang milik pasien adalah segala sesuatu yang dimiliki oleh pasien rumah sakit baik
pasien rawat jalan maupun pasien yang sedang dalam perawatan rumah sakit yang
mempunyai arti dan bisa dinilai dengan uang
2. Tempat penyimpanan /penetipan barang adalah suatu sarana atau tempat untuk
menyimpan barang-barang berharga milik pasien rumah sakit yang tertutup dan
terkunci serta jauh dari jangkauan pihak luar .

B. RUANG LINGKUP
Tempat penyimpanan/penitipan barang milik pasien bertujuan agar dapat mengamankan
barang-barang milik pasien yang dititipkan dengan utuh dan lengkap . dan merupakan
salah satu hak pasien yang selalu dihubungkan dengan pemeliharaan kesehatan bertujuan
agar pasien mendapatkan upaya kesehatan, sarana kesehatan, dan bantuan dari tenaga
kesehatan yang memenuhi standar pelayanan kesehatan yang optimal sesuai dengan UU
NO. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

C. TATA LAKSANA
1. Pada Saat Penitipan Barang
Pada saat penitipan barang, baik dirawat jalan maupun rawat inap, petugas
administrasi memberi penjelasan kepada pasien dengan bahasa yang mudah
dimengerti mengenai tata tertib dan prosedur penitipan barang miliknya berdasarkan
peraturan yang berlaku di rumah sakit serta menjelaskan kriteria barang yang boleh
atau tidak boleh dititip kepada petugas. Kemudian sama-sama kedua belah pihak (
petugas dan pihak pasien/keluarga ) memastikan kondisi barang yang dititip.
2. Pada Saat Penyimpanan Barang
Pada saat penyimpanan barang berharga milik pasein, petugas administrasi rumah
sakit wajib menjaga dan melindungi barang yang dititip oleh petugas agar tidak rusak
dan aman dari pencurian / kehilangan.
3. Pada Saat Pengambilan Barang
Pada saat pengambilan barang berharga milik pasien yang dititp, petugas harus
memastikan orang yang memegang format penitipan barang ini adalah yang
mewakili pasien dengan mencocokkan tanda tangan yang bersangkutan dengan
tanada tangan format penitipan barang kalau memang sesuai , maka barang
dikembalikan sesuai dengan yang tercatat lalu dibuat berita acara serah terima dibuku
penitipan barang pasien. Pihak yang menerima barang dan yang menyerahkan barang
sama- sama mebubuhkan tanda tangan di berita acara serah terima barang .

D. DOKUMENTASI
Dokumentasi Perlindungan Harta Milik Pasien adalah :
a. Formulir penitipan barang
b. Formulir pengembalian barang

Rujukan : - Undang-Undang RI NO. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit


PERLINDUNGAN BARANG MILIK PASIEN

RSUD
KAREL SADSUITUBUN
LANGGUR
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
STANDAR 04/HPK/RSUD/LANGGUR - -
OPERASIONAL TANGGAL TERBIT Ditetapkan ,
PROSEDUR Direktur RSUD Karel Sadsuitubun
20 JANUARI 2014 Langgur

dr. K. NOTANUBUN, M.Kes


NIP : 19631016 199308 2 003
Perlindungan barang milik pasien adalah suatu tindakan dalam
PENGERTIAN mencegah pencurian /kehilangan barang- barang berharga milik
pasien ketika rumah sakit mengambil tanggung jawab terhadap
barang- barang tersebut
Sebagai acuan untuk mengambil alih tanggung jawab terhadap
TUJUAN barang-barang milik pasien di ruang gawat darurat atau di rawat
inap yang tidak bisa melindungi barang miliknya
KEBIJAKAN Rumah Sakit menetapkan hak perlindungan barang milik pasien
PROSEDUR 1. Pasien datang ke IGD / rawat inap/rawat jalan dalam
keadaan kritis/ tidak mampu mengamankan barang-barang
miliknya dan tidak didampingi oleh keluarga , security
segera mengamankan barang-barang berharga milik
pasioen tersebut dengan melakukan pencatatan penyimpan
barang
2. Pencatatan mengenai detail dan nilai barang tersebut
dilakukan sebelum barang diamankan
3. Pencatatan dan perhitungan nilai barang tersebut harus
disaksikan oleh petugas Ruangan IGD/ rawat jalan / rawat
inap
4. Setelah dilakukan pencatatan dengan teliti, barang tersebut
disimpan didalam loker terkunci yang aman diruang
keamanan
5. Barang di kembalikan ke pasien atau keluarganya dengan
diyakinkan terlebih dahulu bahwa benar pasien tersebut
sebagai pemiliknya dan dibuatkan tanda bukti penyerahan
barang.
UNIT TERKAIT IGD, Rawat Jalan dan Rawat Inap
PEMERINTAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KAREL SADSUITUBUN LANGGUR
Jalan Merdeka Raya No.03  ( 0916 ) 21612 - 21613  21614
Email : rsudkarelsadsuitubun@gmail.com Kode Pos 9761

KEPUTUSAN DIREKTUR RSUD KAREL SADSUITUBN LANGGUR

Nomor: / /RSUD-KS/ /2015

TENTANG

PERLINDUNGAN PASIEN DARI KEKERASAN FISIK

DIREKTUR RSUD KAREL SADSUITUBUN LANGGUR

Menimbang :

a. bahwa pasien hak untuk dilindungi dari kekerasan fisik pengunjung, pasein dan staf.
b. bahawa untuk melindungi pasien dari kekerasan fisik rumah sakit melakukan
langkah-langkah pencegahan terhadap kekerasan fisik
c. bahwa untuk maksud diatas tersebut pada butir b perlu ditetapkan dengan Surat
Keputusan Direktur RSUD Karel Sadsuitubun Langgur

Mengingat : 1. Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;


2. Undang – Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 340 /Menkes/Per/III/2010,
Tentang Klasifikasi Rumah Sakit;
4.Surat keputusan Menteri Kesehatan Nomor 659/Menkes/per/VIII/ 2009 Tentang
Rumah Sakit Indonesia Kelas Dunia ( World Class Hospital ).

MEMUTUSKAN

MENETAPKAN :

KESATU : Kebijakan untuk melindungi pasien , pengunjung dan staf dari semua kekerasan
fisik .

KEDUA : Kebijakan seperti tercantum dalam diktum kedua dapat menjadi acuan bagi staf
RSUD Karel Sadasuitubun Langgur dalam melindungi pasien keluarga dari
kekerasan fisik .

KETIGA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila dikemudian hari
ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya.

KE EMPAT : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan , dengan ketentuan apabila
dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan nya akan
diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Langgur
Pada Tanggal 2015
Direktur,
RSUD Karel Sadsuitubun Langgur,

dr. K. NOTANUBUN, M.Kes


NIP : 19631016 199803 2 002
BAB I
PENDAHULUAN

PANDUAN PERLINDUNGAN TERHADAP KEKERASAN FISIK

A. PENGERTIAN
 Kekerasan fisik adalah setiap tindakan yang disengaja atau penganiyaan secara
langsung merusak intergritas fisik maupun psikologis korban,ini mencakup antara
lain memukul,menendang,menampar,mendorong,mengigit,mencubit,pelecehan
seksual,dan lain – lain yang dilakukan oleh pasien maupun staf pengunjung.
 Kekerasan psikologis termasuk ancaman fisik terhadap induvidu atau kelompok
yang dapat mengakibatkan kerusakkan pada fisik,mental,spiritual,moral,atau
social termasuk pelecehan secara verbal.
 Menurut Atkinson ,tindakan kekerasan adalah prilaku melukai orang lain secara
verbal (kata – kata yang sinis,memaki,dan membentak)maupun fisik (melukai
atau membunuh) atau merusak harta benda.
 Kekerasan merupakan tindakan agresi dan pelanggaran
(penyiksaan,pemukulan,pemerkosaan,dan lain-lain.) yang menyebabkan atau di
maksudkan untuk menyebabkan penderitaan atau menyakiti orang lain,hingga
batas tertentu tindakan menyakiti binatang dapat dianggap sebagai
kekerasan,tergantung pada situasi dan nilai – nilai social yang terkait dengan
kekejaman terhadap binatang.istilah “kekerasan” juga mengandung
kecenderungan agresif untuk melakukan prilaku yang merusak.kerusakkan harta
benda biasanya dianggap masalah kecil dibandingkan dengan kekerasan terhadap
orang.

B. TUJUAN
Tujuan dari perlindungan terhadap kekerasan fisik,usia lanjut,penderita cacat
anak – anak dan beresiko dari kekerasan fisik yang dilakukan pengunjung,staf rumah
sakit dan pasien lain serta menjamin keselamatan kelompok pasien beresiko yang
mendapat pelayanan di Rumah Sakit,dan juga buku panduan ini digunakan sebagai acuan
bagi seluruh staf Rumah Sakit dalam melaksanakan pelayanan perlindungan pasien
terhadap kekerasan fisik,usia lanjut,penderita cacat,anak – anak dan yang berisiko
disakiti.
BAB II
TATA LAKSANA

Tatalaksana dari perlindungan terhadap kekersan fisik pasien sebagai berikut :

1. Petugas Rumah Sakit melakukan proses mengindentifikasi pasien beresiko melalui


pengkajian secara terperinci.
2. Bila tindak kekerasan fisik dilakukan oleh pasien : perawat unit bertanggung jawab
untuk mengamankan kondisi dan memanggil dokter medis untuk menilai kebutuhan fisik
psikologis dan mengecualikan masalah medis pasien tersebut.
3. Bila tindak kekersan dilakukan oleh anggota staf rumah sakit : perawat unit bertanggung
jawab menengur staf tersebut dan melaporkan insiden ke kepala bidang terkait untuk
diproses lebih lanjut.
4. Bila tindak kekerasan dilakukan oleh pengunjung : staf bertanggung jawab dan memiliki
wewenang untuk memutuskan diperbolehkan atau tindak pengunjung tersebut memasuki
area Rumah Sakit.
5. Monitoring disetiap lobi,koridor rumah sakit,instalasi rawat inap,rawat jalan maupun
lokasi terpencil atau terisolasi oelh petugas keamanan secara terus menerus selama 24
jam.
6. Setiap pengunjung rumah sakit selain keluarga pasien meliputi : tamu
RS,detailer,pengantar obat atau barang, dan lain – lain wajib melapor ke petugas
informasi dan wajib memakai kartu Visitor.
7. Pememberlakuan jam berkunjung pasien : Pagi Jam 09.00 – 11.00 Wit Sore Jam 17.00 –
21.00 Wit.
8. Petugas keamanan berwenang menanyai pengunjung yang mencurigakan dan
mendampingi pengunjung tersebut sampai ke pasien yang di maksud.
9. Staf perawat instalasi wajib melapor kepada petugas kea amanan bila menjumpai
pengunjung yang mencurigakan atau pasien yang membuat keonaran maupun kekerasan.
10. Petugas keamanan mengunci akses pintu keluar masuk pada instalasi pada jam 22.00 Wit
11. Pengunjung diatas jam 22.00 lapor dan menulis identitas pengunjung pada petugas
keamanan.
Tata laksana perlindungan terhadap pasien usia lanjut dan gangguan kesadaran :
1. Pasien Rawat Jalan
 Pendampingan oleh petugas penerimaan pasien dan mengantarkan sampai
ketempat periksa yang dituju dengan memakai alat bantu bial diperlukan.
 Perawat poli umum,specilialis dan gigi wajib mendampingi pasien saar dilakukan
pemeriksaan sampai selesau.
2. Pasien Rawat Inap
 Penempatan pasien dikamar rawat inap sekedat mungkin dengan kantor perawat
 Perawat memastikan dan memasang pengaman di tempat tidur
 Meminta keluarga untuk menjaga pasien baik keluarga atau pihak yang ditunjuk
dan dipercaya.
Tatalaksana perlindungan terhadap penderita cacat :
1. Petugas penerimaan pasien melakukan proses penerimaan pasien melakukan proses
penerimaan pasien penderita cacat baik rawat jalan maupun rawat inap dan wajib
membantu serta menolong sesuai dengan kecacatan yang disandang sampai proses
selesai dilakukan.
2. Bila diperlukan,perawat meminta pihak keluarga untuk menjaga pasien atau pihak lain
yang ditunjuk sesuai kekecacatan yang disandang.
3. Perawat memasang dan memastikan pengamanan tempat tidur.
Tata laksana perlindungan terhadap anak – anak
1. Ruangan perinatologi harus dijaga minimal satu orang perawat atau bidan,ruangan
tidak boleh dtingalkan tanpa ada perawat atau bidan yang menjaga.
2. Perawat yang menerima surat pernyataan secara tertulis kepada orang tua apabila
akan dilakukan tindakanyang memerlukan pemaksaan
3. Perawat memasang pengaman tempat tidur pasien
4. Perawat memberikan bayi baru ruang nicu hanya kepada ibu kandung bayi bukan
kapada keluarga yang lain.

Tatalaksana perlindungan terhadap pasien yang beresiko disakit (resiko


penyiksaan napi,korban dan tersangka tindak pidana,korban kekerasan dalam
rumah tangga)
1. Pasien ditemaptkan dikamar perawatan sedekat mungkin dengan kantor perawat
2. Pengunjung maupun penjaga pasien wajib lapor dan mencatat identitas dikantor
perawat,berikut dengan penjaga pasien lain yang satu kamar perawatan dengan
pasien beresiko.
3. Perawat berkordinasi dengan satuan pengamanan untuk memantau lokasi perawatan
pasien,menajaga maupun mengunjungi pasien.
4. Koordinasi dengan pihak berwajib bila diperlukan.

Daftar kelompok pasien beresiko


- Bayi
- Anak – anak
- Remaja
- Geriatric /lansia
- Cacat
- Korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT)
- Pasien napi,Korban dan tersangka tindak pidana
- Pasien sakit terminal

BAB III
DOKUMENTASI

Pencatatan kejadian rawat inap dan rawat jalan :


1. Formulir insiden keselamatan pasien
2. Lembar berkas Rekam Medis Rawat Jalan
3. Lembar pencatatan pelayanan
4. Buku pencatatan pengunjung pasien
BAB IV
PENUTUP

Dengan ditetapkannya buku panduan perlindungan terhadap kekerasan fisik :


- Bayi
- Anak – anak
- Remaja
- Geriatric /lansiaCacat
- Korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT)
- Pasien napi,Korban dan tersangka tindak pidana
- Pasien sakit terminal
Beresiko disakiti maka setiap personil rumah sakit dapat melaksanakan proosedur perlindungan
terhadap kekerasan fisik dengan baik dan benar serta melayani pasien dengan memuaskan.
PERLINDUNGAN PASIEN DARI KEKERASAN FISIK

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH No. Dokumen No. Revisi Halaman


KAREL SADSUITUBUN
LANGGUR 01/HPK/RSUD/LANGGUR 1/1

STANDAR OPRASIONAL Tanggal Terbit Ditetapkan


PROSEDUR
20 Januari 2014 Direktur, RSUD Karel Sadsuitubun
(SPO) Langgur

dr. K. NOTANUBUN,M.Kes
NIP : 19631016 199803 2 002

Pengertian Pelayanan kepada pasien terkait pencegahan dan penanganan


kekerasan fisik yang terjadi pada pasien.

Tujuan 1. Menciptakan rasa aman dan nyaman bagi pasien


2. Mencegah terjadinya kekersan fisik pada pasien

Kebijakan 1. Ada ketentuan jadwal besuk pagi pasien


2. Kebijakkan terkait kunjungan diluar jam besuk
3. Skrening pasien – pasien yang beresiko mengalami kekersan fisik
4. Indentifikasi pengunjung RS yang mencurigakan

Prosedur 1. Pencegahan pengunjung Rawat inap diluar jam besuk


2. Setiap pasien hanya bisa ditunggui penjaga 1-2 orang dengan
mengunakan kartu tunggu yang disediakan oleh RS.
3. Setiap pengunjung yang mau besuk diluar jam besuk harus
mengunakan kartu tunggu.
4. Catat nama,tanggal,jam,keperluan bagi pengunjung rawat inap
diluar jam besuk.
5. Lakukan pemantauan setiap 3 jam dengan cara ronde keliling
6. Jika jam besuk sudah selesai maka seluruh pengunjung yang tidak
memiliki kartu tunggu dipersilahkan keluar dan seluruh akses
masuk keluar rawat inap ditutup untuk orang yang dari luar.
7. Jika ada hal – hal yang mencurigakan segera di laporkan ke pihak
keamanan untuk ditindak lanjuti.

Unit Terkait 1. Instalasi Rawat Inap


2. Keamanan
PENGKAJIAN PASIEN POPULASI KHUSUS

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH No. Dokumen No. Revisi Halaman


KAREL SADSUITUBUN
LANGGUR 002/PRWT/SPO/2014 1/3
PROSEDUR
TETAP Tanggal Terbit Ditetapkan

20 Januari 2014 Direktur, RSUD Karel Sadsuitubun


Langgur

KEPERAWATAN
dr. K. NOTANUBUN,M.Kes
NIP : 19631016 199803 2 002

Pengertian Suatu proses penilaian pada pasien – pasien yang memiliki


kekhususan dalam penatalaksanaanya.

Tujuan 1. Mengindetifikasi kebutuhan medis pada pasien dengan populasi


khusus
2. Pasien populasi khusus akan mendapatkan penanganan yang tepat
dan optimal sesuai kebutuhannya.

Kebijakan Sesuai Kebijakkan pelayanan medis Rumah Sakit Karel Sadsuitubun


Langgur,populasi khusus yang di maksudkan yaitu :
- Bayi
- Anak – anak
- Remaja
- Geriatric /lansiaCacat
- Korban kekerasan atau terlantar
- Wanita dalam proses melahirkan
- Pasien sakit terminal
- Pasien nyeri,termasuk nyeri kronis dan intens
- Pasien dengan penyakit infeksi dan menular
- Pasien yang daya imun rendah

Prosedur 1. Dokter jaga menerima pasien baru dari IGD/Poliklinik


2. Dokter mengidentifikasi pasien apakah termasuk popalasi khusus
3. Dokter akan melakukan pengkajian awal sesuai dengan format
pengkajian awal rawat,tetapi ada penambahan sesuai populasi
khusus yang telah ditentukan secara sistematis dan
mendokumentasikan di dalam BRM dalam waktu 1x24 jam
meliputi :
a. Keluhan pasien
b. Riwayat perjalanan penyakit sekarang
c. Riwayat penyakit dan pengobatan terdahulu serta riwayat
penyakit keluarga
d. Pemeriksaan fisik secara sistematis
e. Pengkajian psikologis dan social
f. Pengkajian fungsionalnya termasuk resiko jatuh
g. Pengkajian nyeri
h. Status sosiekonomi
i. Statsu gizi
j. Diagnosis
k. Rencana pengobatan dan perawatan
l. Rencana pulang (discharge Planing)
4. Pada pengkajian pasien korban kekerasan atau terlantar maka
pengkajian awal termasuk juga pengkajian budaya
5. Pengkajian pasien sakit terminal atau pada tahap akhir kehidupan
maka pengkajian pasien awal dan lanjutannya harus ada evaluasi
mengenai :
a. Gejala seperti mual,sulit bernafas
b. Faktor yang memperingan atau memperburuk gejala
fisiknya
c. Manajemen gejala saat itu dan respon pasien
d. Kondisi spiritual,kebutuhan spiritual pasien dan
keluarganya
e. Hubungan keluarga yang ada.
f. Ada keputusaan atau tidak
g. Perasaan penderita,perasaan bersalah
h. Kebutuhan untuk dimaafkan
i. Perawatan dirumah selama sakit
j. Reaksi pasien dan keluarga terhadap penyakitmya
k. Mekanisme mengatasi masalah
l. Kebutuhan layanan dukungan atau peristirahatan pasien
dan keluarga
m. Kebutuhan jenis perawatan yang diinginkan.
Semua temuan – temuan pengkajian ini harus
mendapatkan perhatian dan diberikan perawatan serta
layanan sesuai kebutuhannya.
6. Pengkajian lanjutan pasien populasi khusus dilakukan minimal 1
kali dalam 24 jam sesuai perkembangan penyakit atau adannya
kebutuhan khusus tambahan lainnya serta didokumentasikan
dalam BRM
7. DPJP akan menentukan pasien dirawat

Unit Terkait
KEBIJAKAN HAK PASIEN
UNTUK MENDAPATKAN SECOND OPINION
(MEMINTA PENDAPAT DOKTER LAIN)

1. Latar Belakang Masalah


Pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh rumah sakit merupakan pelayanan
kesehatan yang bersifat paripurna yang pada hakikinya mempunyai tujuan untuk
keselamatan dan kesembuhan pasien secara utuh dan holistik.oleh sebab itu setiap
langkah kebijakkan dilaksanakan dalam sistim pelayanan kesehatan dirumah sakit harus
berorientasi pada nilai – nilai hak asasi manusia yang terintergral dan berkaitan dengan
sistem pelayanan kesehatan yang mempertinggi harkat dan martabat kemanusian.
Pelaksanaan second opinion merupakan hak pasien yang wajib dilaksanakan oleh
rumah sakit dengan memberlakukan standar operasional prosedur sebagai kebijakan
dalam melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan second opinion,sehingga setiap
permasalahan yang berikaitan dengan second opinion harus mengacu pada peraturan dan
perundang – undangan yang berlaku serta peraturan teknis yang telah ditetapkan oleh
RSUD Karel Sadsuitubun Langgur.
Kebijakan second opinion berlaku dalam ruang lingkup RSUD Karel Sadsuitubun
Langgur yang harus terintergral dalam system pelayanan kesehatan RSUD Karel
Sadsuitubun Langgur secara menyeluruh dan bagian yang tidak terpisahkan dengan hak
–mhak pasien yang tercantum dalam undang – undang Rumah Sakit Nomor 44 tahun
2009.
A. Landasan Hukum Second Opinion Pasien
1. UUD 45 hasil amandemen dalam Bab XA tentang Hak Asasi Manusia pasal 28 H
ayat (1) “ setiap orang berhak hidup sejahtera lahir batin,bertempat tinggal,dan
mendpatkan lingkungan hidup baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan
kesehatan.
2. Undang – Undang Praktik Kedokteran 29 tahun 2004
Hak dan Kewajiban pasien pasal (52),pasien dalam menerima pelayanan pada praktik
kedokteran mempunyai hak :
a. Meminta penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis sebagaimana
dimaksud pasal 45 ayat (3)
b. Meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain
c. Mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis
d. Menolak tindakan medis dan
e. Mendapatkan isi rekam medis
3. Undang – Undang kesehatan nomor 36 tahun 2009,perlindungan pasien pasal 56
a. Setiap orang berhak menerima atau menolak sebagian atau seluruh tindakan
pertolongan yang akan diberikan kepadanya setelah menerima dan memahami
iformasi mengenai tindakan tersebut secara lengkap.
b. Hak menerima atau menolak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
berlaku pada :
 Penderita yang penyakitnya dapat secara cepat menular kepada
masyarakat yang lebih luas
 Keadaan seseorang yang tidak sadarkan diri atau gangguan mental
berat.
c. Ketentuan mengenai hak menerima atau menolak sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan
pasal 57 :
1. Setiap orang berhak atas rahasia kondisi pribadi kesehatan
pribadinya yang telah dikemukan kepada penyelengaraa
pelayanan kesehatan.
4. Undang – undang Rumah Sakit nomor 44 tahun 2009 pasal 32 poin (g) memilih
dokter dan kelas perawatan sesuai keinginannya dan peraturan yang berlaku di
Rumah Sakit.
B. Kebijakan dan Tata Cara Mengajukan Second Opinion
1. Second opinion merupakan hak dasar pasien yang diatur dalam peraturan dan
perundang – undangan yang berlaku.
2. Rumah Sakit memberi peluang dan memfasilitasi baik secara administrasi
maupun kelengkapan dokumen yang dibutuhkan pasien dalam mendapatkan hak
dan second opinion
3. Rumah Sakit menyediakan kelengkapan administrasi untuk keperluan permintaan
second opinion dari pasien atau keluarga yang sah menurut hukum.
4. Dokter yang merawat atau dokter mewakili rumah sakit membuat rekomendasi
tertulis yang menyetujui pasien atau keluarga yang mewakili untuk mendapatkan
hak second opinion.
5. Dokter yang ditunjuk oleh pasien atau rumah sakit membuat surat persetujuan
untuk menjawab hak pasien untuk mendapatkan tugas professional sesuai dengan
etika dan hukum yang berlaku.
6. Hasil second opinion dibuatkan dalam bentuk rekomendasi yang disampaikan
dalam bentuk lisan dan tertulis tindak lanjut merupakan hak dari pasien atau
keluarga yang menurut hukum untuk mengambil suatu keputusan.
PANDUAN SECOND OPINION
A.PENDAHULUAN
Kesalahan diagnosis dan perbedaan penatalaksanaan pengobatan dokter yang satu
berbeda dengan dokter lainnya sering terjadi di belahan dunia manapun.dinegara yang paling
maju dalam bidang kedokteran pun,para dokter masih saja melakukan
overdiagnosis,overtreatment atau wrong diagnosis pada penanganan pasiennya.
Di Indonesia,perbedaan pendapat pada dokter dalam mengobati penderita adalah hal
yang biasa terjadi.perbedaan dalam penentuan diagnosis dan penatalaksanaan mungkin tidak
menjadi masalh serius bila tidak menimbulkan konsekuensi yang berbahaya dan merugikan bagi
nyawa maka akan harus lebih dicermati.sehingga,sangtlah penting untuk melakukan second
opinion terhadap dokter lain tentang permasalahan kesehatan tentu yang belum pernah
terselesaikan. Memang mencari second opinion akan memerlukan biaya lebih untuk konsultasi
tetapi bisa meminimalisir terjadinya kesalahan,bagaimanapun dokter juga manusia selain itu
penyakit juga menimbulkan gajala yang bervariasi,bisa berbeda antara satu orang dengan yang
lainnya atau sesuai dengan perjalanan penyakit.manfaat lain dari mendapatkan second opinion
adalah pasien lebih teredukasi mengenai masalah kesehatan yang dihadapinya.kalau kita kurang
puas dan merasa tidak pas dengan pendapat dokter yang menangani,carilah second opinion atau
third opinion jika memang diperlukan terutama pada penyakit – penyakit berat atau pada kondisi
yang rawan misalnya pada bayi.pertanyaan – pertanyaan yang belum tuntas saat berkonsultasi
dengan dokter pertama bisa ditanyakan pada dokter yang kedua.
Keputusan diagnosis dokter yang meragukan/biasanya dokter tersebut mengunakan istilah 3
gejala seperti :
 Gejala typhus
 Gejala demam berdarah
 Gejala usus buntu atau diagnosis autis ringan dan gangguan prilaku lainnya
Ketika pasien di diagnose penyakit serius seperti kanker,maka pasien pun biasanya diizinkan
meminta pendapat lain keputusan pemeriksaan dan pengobatan yang tidak direkomendasikan
oleh institusi kesehatan nasional maupun internasional seperti pengobatan dan terapi
bioresinansi,terapi antibiotika yang berlebihan dan tidak sesuai dengan indikasi.

B. CARA MEMBANTU PASIEN UNTUK MEDAPATKAN SECOND OPINION


Dalam rangka membantu pasien untuk mendapatkan second opinion perlu memberikan beberapa
pertimbangan kepada pasien atau keluarga sebagai berikut :
a. Second opinion sebaiknya didapat dari dokter yang sesuai dengan kompetensinya atau
keahliannya.
b. Rekomendasi atau pengalaman keberhasilan pengobatan teman atau keluarga terhadap
dokter tertentu dengan kasus yang sama sangat penting untuk dijadikan re-erensi.karena
pengalaman yang sama tersebut sangaatlah penting dijadikan sumber re-erensi.
c. Carilah in-ormasi sebanyak –banyaknya di internet tentang permasalahan tersebut jangan
mencari in-ormasi sepotong – sepotong karena sering kali akurasinya tidak bisa
dipertanggung jawabkan carilah sumber in – organisasi resmi lainnya.
d. Bila keadaan eemergensi atau kondisi tertentu maka keputusan second opinion juga
harus dilakukan dalam waktu singkat.
e. Mencari second opinion diutamakan kepada dokter yang dapat menjelaskan dengan
mudah,jelas,lengkap,dan dapat diterima dengan logika. Dokter yang beretika tidak akan
pernah menyalahkan keputusan dokter yang sebelumnya atau tidak akan pernah
menjelekkan pendapat dokter sebelumnya atau menganggap dirinya paling benar.
f. Bila melakukan second opinion sebaiknya tidak menceritakan pendapat dokter
sebelumnya atau mempertentangkan pendapat dokter sebelumnya agar ddokter terakhir
tersebut dapat obyektif dalam menangani kasusnya,kecuali dokter tersebut menanyakan
pengobatan yang sebelumnya pernah diberikan atau pemeriksaan yang telah dilakukan.
g. Bila sudah memperoleh in – ormasi tentang kesehatan jangan mengurui dokter yang anda
hadapi karena in – ormasi yang anda dapat belum tentu benar.tetapi sebaiknya anda
diskusikan in – ormasi yang anda dapat dan mintakan pendapat dokter tersebut tentang
hal itu.
h. Bila pendapat dokter tersebut berbeda maka biasanya penderita dapat memutuskan salah
satu keputusan berdasarkan argument yang dapat diterima secara logika dalam keadaan
tertentu disarankan mengikuti advis dari dokter yang terbukti terdapat perbaikan
bermakna dalam perjalanan penyakitnya.hal itu masih membingungkan. Tidak ada
salahnya melakukan pendapat ketiga biasanya berbagai pendapat sulit dipilih biasanya
kasus yang di hadapi adalah kasus yang sangat sulit.
i. Keputusan second opinion terhadap terapi alternatife sebaiknya dilakukan karena pasti
terjadi perbedaan pendapat dengan pemahaman tentang kasus yang berbeda dan latar
belakang keilmuan yang berbeda.
j. Kebenaran ilmiah dibidang kedokteran tidak harus berdasarkan senioritas dokter atau
gelas yang disandang tetapi berdasarkan kepakaran dan landasan pertimbangan ilmiah
berbasis bukti penelitian dibidang kedokteran (Evidance Basic Medicine).

C. TATA LAKSANA
Second opinion atau mencari pendapat lain yang berbeda adalah merupakan hak seorang pasien
dalam memperoleh pelayanan kesehatan. Hak yang dipunyai pasien ini adalah hak mendapat
pendapat lain (second opinion) dari dokter lainnya. Untuk mendapatkan pelayanan
optimal,pasien tidak usah ragu untuk mendapatkan 3 second opinion tersebut.
Memang biaya yang dikeluarkan akan menjadi banyak tetapi paling tidak bermanfaat untuk
mengurangi resiko kemungkinan komplikasi atau biaya lebih besar lagi yang akan
dialaminya.misalnya pasien sudah direncanakan oprasi Caesar atau oprasi usus buntu tidak ada
salahnya melakukan permintaan pendapat dokter lain dalam melakukan tindakkan nanti. Second
opinion tersebut sebaiknya dilakukan terhadap dokter yang sama kompetensi misalnya,tindakan
oprasi Caesar harus minta second opinion kepada sesame dokter kandungan bukan dokter
umum.jika pemeriksaan laboratorium yang dianjurkan dokter sangat banyak dan mahal,tidak ada
salahnya minta pendapat dokter lain yang berkompeten. Hak pasien untuk meminta konsultasi
tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain yang mempunyai surat ijin praktek.Baik di
dalam maupun diluar rumah sakit.
Manfaat yang bisa didapatkan dari second opinion adalah pasien teredukasi mengenai masalah
kesehatan yang dihadapinya.terdapat kondisi yang meragukan bagi pasien pada saat meminta
pendapat lain, misalnya ketika dokter pertama meyarankan oprasi,tidak mengherankan jika
pendapat dari dokter lain akan berbeda,oleh karena setiap penyakit memiliki gejala klinis yang
berbeda ketika hadir di ruang periksa sehingga mempengaruhi keputusan dokter. Untuk
mendapatkan second opinion pasien dan keluarga menghubungi perawat atau langsung kepada
dokter yang merawatnya kemudian mengemukakan keinginannya untuk mendapatkan pendapat
lain atau second opinion. Dokter yang merawat berkewajiban menerangkan kepada pasien dan
keluarganya hal yang perlu dipertimbangkan dalam mendapatkan second opinion. Apabila
keputusan mengambil pendapat lain telah disepakati,maka formulir permintaan pendapat lain
(second opinion) diisi oleh pasien atau walinya dan diketahui oleh dokter serta saksi.
HAK PASIEN UNTUK MENDAPATKAN SECOND OPINION

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH No. Dokumen No. Revisi Halaman


KAREL SADSUITUBUN
LANGGUR 03/HPK/RSUD/LANGGUR 1/1

STANDAR OPRASIONAL Tanggal Terbit Ditetapkan


PROSEDUR
20 Januari 2014 Direktur, RSUD Karel Sadsuitubun
(SPO) Langgur

dr. K. NOTANUBUN,M.Kes
NIP : 19631016 199803 2 002

Pengertian Hak pasien untuk mendapatkan penjelasan mengenai masalah yang


dengan kesehatan yang dideritanya melalui konsultasi dokter lain.

Tujuan Membantu pasien untuk memahami informasi yang berkaitan dengan


proses penyakit tertentu

Kebijakan 1. Semua pasien berhak untuk mendapatkan penjelasan mengenai


masalah kesehatan atau proses penyakit yang dideritanya kepada DPJP
(dokter penangung jawab pasien) maupun dokter lain.
2. Petugas kesehatan Rumah Sakit Wajib mendukung pasien dalam
mendapatkan hak second opinion

Prosedur 1. Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit


2. Pastikan pasien sudah mendapat pendidikan yang benar mengenai
proses penyakit yang di deritanya dari dokter penangung jawab pasien.
3. Hindari hal – hal yang menyebabkan hati pasien/keluarga tidak tenang
4. Berikan penguatan terhadap informasi yang diberikan oleh tim
kesehatan lain dengan tepat.
5. Jika pasien atau keluarga masih bingung dukung pasien untuk
mencari/mendapatkan second opinion sesuai kebutuhan atau indikasi.
6. Fasilitasi pasien untuk mendapatkan penjelasan second opinion dari
dokter dengan kompetensi yang sama,berikan nomor telephone atau
alamat yang dihubungi

Unit Terkait 1. Rawat Inap


2. Instalasi Gawat Darurat
3. Komite Medis
PEMERINTAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KAREL SADSUITUBUN LANGGUR
Jalan Merdeka Raya No.03  ( 0916 ) 21612 - 21613  21614
Email : rsudkarelsadsuitubun@gmail.com Kode Pos 9761

PERSETUJUAN PERMINTAAN PENDAPAT LAIN


(SECOND OPINION)

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :…………………………………………………………………………

Umur :…………………………………………………………………………

Alamat :…………………………………………………………………………

Dengan ini menyatakan permintaan untuk mendapat second opinion


Atas :…………………………………………………………………………….
……………….

1. Saya memahami perlunya dan manfaat second opinion tersebut sebagaimana telah
dijelaskan kepada saya.
2. Saya telah mendapat kesempatan untuk bertanya dan telah mendapatkan jawaban yang
memuaskan.
3. Saya juga menyadari bahwa Karena ilmu kedokteran bukanlah ilmu yang pasti dan selalu
berkembang,maka perbedaan pendapat ahli adalah biasa terjadi dalam dunia kedokteran.
4. Saya menyadari beban biaya second opinion menjadi tanggung jawab saya.

Langgur ,………,…….201

Saksi Yang Menyetujui

(……………………) (…………………….)

Saksi

(……………………)
PEMERINTAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KAREL SADSUITUBUN LANGGUR
Jalan Merdeka Raya No.03  ( 0916 ) 21612 - 21613  21614
Email : rsudkarelsadsuitubun@gmail.com Kode Pos 9761

FORMULIR PULANG ATAS PERMINTAAN SENDIRI

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :…………………………………………………………………………

Umur :…………………………………………………………………………

Alamat :…………………………………………………………………………

Dengan ini menyatakan untuk menghentikan perawatan/pengobatan (keduannya atau coret salah
satu) dan pulang atas permintaan sendiri.

Saya telah mendapatkan menjelaskan tentang :

1. Hak saya untuk menolak atau melanjutkan pengobatan


2. Tentang konsekkuensi dari keputusan saya
3. Tentang tanggung jawab saya dengan keputusan tersebut
4. Tersedianya alternative pelayanan dan pengobatan.

Langgur ,………,…….201

Saksi Tanda tangan pasien

(……………………) (…………………….)
PEMERINTAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KAREL SADSUITUBUN LANGGUR
Jalan Merdeka Raya No.03  ( 0916 ) 21612 - 21613  21614
Email : rsudkarelsadsuitubun@gmail.com Kode Pos 9761

PENOLAKAN PENGOBATAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :…………………………………………………………………………

No RM :…………………………………………………………………………

Umur :…………………………………………………………………………

Alamat :…………………………………………………………………………

Dengan ini menyatakan = PENOLAKAN PENGOBATAN = terhadap saya :


………………………………………… …………………….…….atau yang :

Nama :…………………………………………………………………………

Umur :…………………………………………………………………………

Alamat :…………………………………………………………………………

a. Saya memahami perlunya dan manfaat pengobatan tersebut,sebagaimana telah dijelaskan


seperti diatas kepada saya,termasuk resiko dan kompilkasi yang mungkin timbul.
b. Saya bertanggung jawab secara penuh atas segala akibat yang mungkin timbul sebagai
akibat tidak dilakukannya pengobatan tersebut.

Langgur ,……..,…….,201

Saksi Yang membuat Pernyataan

(……………………) (…………………….)

Saksi

(…………………….)
PERLINDUNGAN KERAHASIAAN INFORMASI PASIEN

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH No. Dokumen No. Revisi Halaman


KAREL SADSUITUBUN
LANGGUR 02/HPK/RSUD/LANGGUR 1/1

STANDAR OPRASIONAL Tanggal Terbit Ditetapkan


PROSEDUR
20 Januari 2014 Direktur, RSUD Karel Sadsuitubun
(SPO) Langgur

dr. K. NOTANUBUN,M.Kes
NIP : 19631016 199803 2 002

Pengertian Setiap informasi yang berhubungan dengan kondisi kesehatan dan


segala tindakan/perkembangan pengobatan pasien sifatnya adalah
rahasia, dan informasi tersebut hanya boleh diketahui oleh
pasien/wali sah,dokter penanggung jawab (DPJP) dan pihak keluarga
yang sudah diberikan wewenang oleh dokter penanggung jawab
(DPJP) dan pasien/wali sah pasien.

Tujuan Agar pasien mendapatkan pelayanan perlindungan dan kerahasiaan


informasi pasien

Prosedur 1. Ucapkan salam


2. Perkenalkan diri dan jelaskan tugas dan peran anda
3. Perawat diberi wewenang melakukan verifikasi mengenai pelayanan
perlindungankerahasiaan informasi pasien RSUD Karel Sadsuitubun
Langgur serta membantu mengisikan formulir penunjukkan
kewenangan penerima informasi perkembangan pasien.
4. Berikan kesempatan pasien dan atau keluarga untuk bertanya dan atau
pendapat yang berkaitan dengan kebutuhan informasi perkembangan
pasien.
5. Formulir diarsipkan di rekam medis pasien
6. Pastikan identitas diri pasien atau keluarganya
7. Berikan pelayanan perlindungan kerahasiaan informasi perkembangan
pasien sesuai dengan formulir permintaan pasien dan keluarga oleh
dokter yang diminta.
8. Berikan nomor telephone yang bisa dihubungi sewaktu –waktu bila
diperlukan.
9. Ucapkan terima kasih dan semoga anda puas

Unit Terkait Semua unit pelayanan RSUD Karel Sadsuitubun Langgur


PEMBERIAN EDUKASI PADA PASIEN DAN ATAU KELUARGA

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH No. Dokumen No. Revisi Halaman


KAREL SADSUITUBUN
LANGGUR 1/2

STANDAR OPRASIONAL Tanggal Terbit Ditetapkan


TETAP
Direktur, RSUD Karel Sadsuitubun
KEPERAWATAN Langgur

dr. K. NOTANUBUN,M.Kes
NIP : 19631016 199803 2 002

Pengertian Penundaan atau perubahan jadwal pelayanan diagnostic dan


pengobatan yang mencakup penundaan pelayanan dokter,penundaan
pelayanan oprasi dan penundaan pelayanan penunjang medis.

Tujuan 1. Pasien mendapatkan informasi yang jelas penyebab


penundaan/perubahan jadwal pelayanan diagnostic dan
pengobatan serta penjelasan mengenai alternative yang tersedia
sesuai keperluan pasien.
2. Untuk menghindari terjadinya complain pasien
3. Pelayanan dapat berjalan dengan lancar

Kebijakan Peraturan direktur RSUD Karel Sadsuitubun Langgur tentang panduan


penundaan dan pelayanan

Prosedur 1. Petugas registrasi menghubungi pasien untuk menginformasikan


bahwa akan terjadi penundaan pelayanan yang dikarenakan dokter
cuti,berhalangan lainnya.
2. Petugas registrasi menawarkan alternative pelayanan yang
dibutuhkan pasien saat itu.
3. Bila pasien setuju,maka petugas registrasi langsung mendaftarkan
pasien
4. Bila pasien tidak setuju maka petugas registrasi langsung
menawarkan penjadwalan ulang.
5. Penundaan jadwal tersebut didokumentasikan dalam rekam medis.
 Pada saat pasien menanyakan kedatangan dokter,petugas
segera mencari tahu keberadaan dokter yang
bersangkutan.
 Petugas menghubungi dokter yang bersangkutan untuk
mengetahui dimana lokasi dokter dan pukul berapa sampai
dirumah sakit.
 Bila dokter terlambat,sampaikan maaf atas
ketidaknyamanan pasien dan sarankan jika pasiennya
gawat untuk segera ke IGD.
 Jika pasiennya waktunya terbatas,sarankan untuk ke
dokter lainnya,jika pasien tidak mau kedokter lainnya
sarankan untuk daftar ulang.
 Jika dokternya membatalkan untuk praktik,sampaikan
permohonan maaf atas ketidaknyamanan pasien dan
sarankan untuk daftar ulang,jika pasien tidak mau daftar
ulang karena tidak ada waktu,sarankan ke dokter lainnya.
 Jika kondisi pasien lemah,sarankan ke IGD
 Penundaan jadwal tersebut di dokumentasikan.
Prosedur penundaan Pelayanan Oprasi
 Jika dokter bersangkutan masih diluar,petugas
menginformasikan kepada pasien dan keluarganya bahwa
dokter masih dalam perjalanan, dan sampaikan permohonan
maaf atas keterlambatannya.
 Jika dokter yang bersangkutan masih di poliklonik rawat
jalan,petugas menginformasikan kepada pasien dan
keluarganya bahwa dokter masih ada pasien di poliklinik
rawat jalan dan sampaikan permohonan maaf atas
keterlambatannya.
 Menawarkan kepada pasien alternative dokter digantikan
dengan dokter yang lain yang sesuia bidang dan
kompetensinya.
 Penundaan jadwal tersebut di dokumentasikan.

Penundaan pemberian obat di Farmasi


 Jika obat tidak tersedia/stok di gudang habis,petugas
menginformasikan bahwa jenis obat yang diresepkan
stoknya habis di farmasi dan akan di ambil di logistic
farmasi hari ini dan segera diberikan kepada pasien
 Sarankan pasien bayar dahulu,setelah itu berikan estimasi
waktu menunggu atau di antar
 Jika resep dalam waktu tertentu ramai,petugas
menginformasikan kepada pasien perkiraan kemungkinan
pasien dapat mengambil obat
 Sampaikan permohonan maaf atas ketidaknyamanan pasien.

Prosedur hasil di Radiologi


 Penundaan dikarenakan jaringan bermasalah dan dokter on
site
 Petugas menginformasikan bahwa adanya kendala teknis dan
menginformasikan hasil secepatnya apabila sudah selesai
 Sampaikan permohonan maaf atas ketidaknyamanan pasien

Penundaan hasil di Laboratorium


 Penundaan dikarenakan hasil yang diperoleh membutuhkan
konsultasi dan penanggung jawab laboratorium
 Petugas menginformasikan bahwa hasil yang diperoleh
memerlukan konsultasi lebih lanjut kepada penanggung
jawab laboratorium sehingga hasil yang seharusnya selesai
akan mengalami penundaan.
 Penundaan hasil karena erore,petugas menginformasikan
bahwa ada kendala teknis pada alat medis yang menyebabkan
hasil tertunda untuk beberapa jam.
 Penundaan hasil dikarenakan kesalahan petugas dalam
mengambil specimen darah,petugas menginformasikan
bahwa kurangnya darah yang diambil untuk pemeriksaan
laboratorium sehingga harus melakukan pengambilan darah
ulang.

Unit Terkait  Instalasi Gawat Darurat


 Unit Rawat Inap
 Unit Rawat Jalan
 Rekam Medik
PEMBERIAN EDUKASI

PADA PASIEN DAN ATAU KELUARGA

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH No. Dokumen No. Revisi Halaman


KAREL SADSUITUBUN
LANGGUR 1/2

STANDAR OPRASIONAL Tanggal Terbit Ditetapkan


TETAP
Direktur, RSUD Karel Sadsuitubun
KEPERAWATAN Langgur

dr. K. NOTANUBUN,M.Kes
NIP : 19631016 199803 2 002

Pengertian Pemberian edukasi pada pasien dan keluarga adalah usaha atau
kegiatan yang dilakukan dalam rangka memberikan informasi
terhadap masalah kesehatan pasien yang belum diketahui oleh
pasien dan keluarganya sedangkan hal tersebut perlu diketahui untuk
membantu atau mendukung penatalaksanaan medis dan atau tenaga
kesehatan lainnya.

Tujuan 1. Agar pasien mengerti dan memahami masalah kesehatan yang ada.
2. Meningkatkan pengetahuan dan atau ketrampilan pasien dan keluarga
tentang masalah kesehatan secara optimal
3. Membantu pasien dan keluarga dalam meningkatkan kemampuan untuk
mencapai kesehatan secara optimal.
4. Membantu pasien dan keluarga dalam mengambil keputusan tentang
keperawatan yang harus dijalani.
5. Agar pasien dan keluarga berpartisipasi dalam proses pelayanan yang
diberikan.

Kebijakan  1. Rumah sakit memberikan edukasi secara rutin pada dan atau keluarga
tentang kebijakkan pelayanan Rumah Sakit
 2. Edukasi dan informasi dituangkan di dalam sebuah panduan.
1. Pelaksana adalah dokter spesialis/sub spesialis,dokter
Prosedur umum,perawat bidan,therapis,apoteker,ahli gizi,radiographer dan
analis yang ditunjuk sebagai educator.
2. Ucapkan salam,petugas memperkenalkan diri
3. Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang rencana pendidikan
kesehatan.Informasi tersebut meliputi : materi yang
diberikan,tujuan diberikan pendidikan kesehatan,tempat dan
lamanya pendidikan kesehatan dilakukan.
4. Siapkan peralatan yang dibutuhkan :
a. Materi
b. Alat bantu demonstrasi (bila dibutuhkan)
c. Alat tulis
5. lakukan pendidikan kesehatan/penyuluhan sesuai dengan materi
yang disiapkan dengan mengunakan bahasa yang mudah
dimengerti oleh pasien dan keluarga.
6. Lakukan pendidikan kesehatan/penyuluhan dengan metode yang
sesuai dengan topic pendidikan kesehatan yang akan diberikan.
Bila materi berupa informasi seputar pengetahuan,pendidikan
kesehatan pasien dilakukan dengan metode presentasi dan diskusi.
Bila materi berupa ketrampilan / prosedur tindakan (seperti
perawatan payudara,perawatan luka sederhana,dll)pemberian
pendidikan kesehatan dilakukan dengan metode demonstrasi.
7. Berikan kesempatan pasien dan keluarga untuk bertanya apabila
ada materi di anggap kurang jelas.
8. Dokumentasikan tindakan pendidikan kesehatan yang sudah
dilakukan dalam lembar informasi dan edukasi
PEMBERIAN INFORMASI DAN EDUKASI

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH No. Dokumen No. Revisi Halaman


KAREL SADSUITUBUN LANGGUR
/HPK/RSUD/LANGGUR 1/4

STANDAR OPRASIONAL Tanggal Terbit Ditetapkan


PROSEDUR
20 Januari 2014 Direktur, RSUD Karel Sadsuitubun
(SPO) Langgur

dr. K. NOTANUBUN,M.Kes
NIP : 19631016 199803 2 002

Pengertian Langkah – langkah petugas dalam memberikan informasi dan edukasi


kepada pasien dan atau keluarga berkaitan dengan kondisi
kesehatannya.

Tujuan Sebagai acuan bagi petugas dalam memberikan informasi dan edukasi kepada
pasien dan atau keluarga berhubungan dengan kondisi kesehatan pasien

Kebijakan 1. Setiap pasien berhak mendapatkan pendidikan kesehatan yang


berhubungan dengan kesehatannya.
2. Pendidikan kesehatan diberikan oleh petugas yang berkompeten dengan
kesepakatan waktu,materi antara pasien dan petugas (dokter,perawat, dan
tim kesehatan lain)
3. Materi informasi dan edukasi yang diberikan pada pasien dan atau
keluarga diantaranya adalah : hak dan kewajiban pasien, penggunaan obat
yang aman dan efektif,pengunaan peralatan medis yang aman, manajemen
nyeri, diet, dan nutrisi, teknik rehabilitasi, pencegahan, dan pengendalian
infeksi.
4. Metode yang digunakan adalah ceramah,diskusi,observasi, demontrasi dan
simulasi.
5. Media yang digunakan adalah leaflet,lembar balik, poster,audio visual.
6. Tempat penyampaian informasi dan edukasi dapat dilkaukan diruang
praktek dokter, dikamar tempat pasien di rawat,di kanotr dokter,d riauang
supervisor, ditempat lain yang pantas sesuai persetujuan bersama dengan
menjaga privacy pasien.
7. Pemberian edukasi kolaboratif yaitu pemberian edukasi kepada pasien dan
atau keluarga yang membutuhkan informasi dan edukasi lebih dari sub
unit PKRS yaitu pelayanan medis (dokter penanggung jawab pelayanan
atau dokter jaga), keperawatan (perawat dan bidan), gizi, rehabilitasi
medic,farmasi , customer service, adminitrasi, dan rekam medis.
8. Informasi dan edukasi kepada pasien dan atau keluarga diberikan apabila
ada kesediaan dari pasien dan atau keluarga.
Prosedur 1. Persiapan
a. Lingkungan yang nyaman
b. Materi pendidikan kesehatan sesuai kasus pasien
c. Alat peraga / media

2. Pelaksanaan
a. Di ruang admission
 Mengucapkan salam
 Petugas memperkenalkan diri dan menjelaskan tugas serta
perannya.
 Pastikan identitas pasien.
 Petugas admission memberikan informasi dan edukasi
mengenai hak dan kewajiban pasien,tarif dan fasilitas kamar
perawatan, dokter yang mempunyai ijin praktek dan merawat di
RS, tarifdokter,penanggung jawab biaya pasien,asuransi yang
bekerja sama dengan RS dan tata tertib RS.
 Setelah pasien dan atau keluarga memahami dan menyetujui
akan menandatangi RMC dan from general concent
b. Di rawat jalan (IGD,Klinik Spesialis,Klinik Umum)
 Mengucapkan salam
 Petugas memperkenalkan diri dan menjelaskan tugas serta
perannya.
 Pastikan identitas pasien
 Petugas (dokter,perawat,bidan,dsb) akan memberikan informasi
dan edukasi kepada pasien dan atau keluarga mengenai
tindakan yang akan dilakukan kemudian memberikan informasi
perkiraan biaya yang mungkin timbul dan informasi persiapan
pasien pulang.
 Petugas akan melakukan verifikasi pada pasien dan satu
keluarga.
 Setelah pasien dan atau keluarga menyetujui akan
menandatangani berkas rekam medis (persetujuan)
c. Di rawat inap
 Mengucapakan salam
 Petugas memperkenalkan diri dan menjelaskan tugas serta
perannya
 Pastikan identitas pasien
 Petugas memberikan informasi dan edukasi meliputi : fasilitas
kamar,arah jalur evakuasi,cara cuci tangan yang
benar,identifikasi pasien,hak dan kewajiban pasien,keselamatan
pasienm dan petugas yang merawat.

 DOKTER
 Dokter memberikan informasi dan edukasi antara lain :
tujuan anamnesis dan pemeriksaan fisik (kemungkinan
ada rasa tidak nyaman/sakit saat pemeriksaan), kondisi
saat ini serta kemungkinan yang akan terjadi terhadap
pasien (diagnosis,tindakan medis yang akan
dilakukan),manfaat,risiko, serta efek samping atau
komplikasi.
 Dokter melakukan verifikasi pada pasien dan atau
keluarga terhadap materi edukasi yang telah diberikan.
 Dokter mendokumentasikan pada RM terintergrasi dan
RM catatan pelaksanaan edukasi dari multidisplin dan
persiapan pasien pulang.

 PETUGAS KESEHATAN LAIN (PERAWAT,BIDAN,


GIZI,FARMASI,RAHABILITASI MEDIS
 Petugas memberikan informasi dan edukasi mengenai
rencana pelayanan dan tindakan yang akan
dilakukan,informasi tentang perkiraan biaya
(perawatan, tindakan terapi/ diagnostic/oprasi,prosedur
pemulangan pasien,pengunaan obat yang aman, dan
efektif,penggunaan peralatan medis yang
aman,manajemen nyeri,teknik – teknik
rehabilitasi,pencegahan dan pengendalian infeksi di
RS,sumber – sumber yang ada di komunitas,dan tindak
lanjut perawatan.
 Petugas melakukan verifikasi pada pasien dan atau
keluarga terhadap materi edukasi yang telah diberikan.
 Petugas mendokumentasikan pada RM terintergrasi dan
RM edukasi dari multidisplin dan persiapan pasien
pulang.
d. Petugas akan melakukan verifikasi pada pasien dan atau keluarga
dengan mempertimbangkan kondisi pasien,apabila pasien dalam
keadaan :
 Baik : petugas menanyakan kembali kepada pasien materi
edukasi yang telah diberikan dengan pertanyaan : dari
materi yang telah disampaikan,kira – kira apa yang
bapak/ibu pelajari?
 Mengalami hambatan emosional (marah/depresi) : petugas
menanyakan kembali sejauh mana pasien mengerti tentang
materi edukasi yang diberikan dipahami setelah
emosi/kemarahannya reda.
 Mengalami hambatan fisik : petugas menanyakan kembali
kepada keluarga dengan materi edukasi yang telah
diberikan dengan pertanyaan : dari materi yang telah di
sampaikan,kira – kira apa yang Bapak/Ibu pelajari ?
 Different abilities people atau orang dengan kemampuan
berbeda (difabel) verifikasi dengan pendampingan pasien.
e. Sebelum memberikan informasi dan edukasi,petugas harus
melakukan assessment kebutuhan informasi dan edukasi pasien
dan atau keluarga dengan mengunakan form keperawatan.
f. Gunakan bahasa yang dapat dimengerti oleh pasien dan atau
keluarga
g. Apabila ada hambatan komunikasi dalam hal bahasa,petugas
menelpon manager on duty (MOD) untuk meminta bantuan
penterjemah bahasa,kemudian MOD akan menghubungi
penterjemah bahasa yang sudah ditunjuk oleh Rumah Sakit.
h. Apabila ada hambatan komunikasi dalam hal ini kemampuan
pasien menerima komunikasi verbal,digunakan bahasa isyarat atau
dengan lembar bantu yang sudah disediakan.
i. Pendidikkan kesehatan pada psien anak – anak dilakukan orang
tuanya atau wakil dari keluarga yang menunggu atau merawat anak
setelah perawatan dari rumah sakit.
j. Bila diperlukan rujukan ke petugas kesehatan lain di koordinasikan
ke PKRS
k. Lakukan kesepakatan waktu dengan pasien dan atau keluarga
untuk evaluasi.
l. Gunakan alat peraga jika diperlukan
m. Tawarkan kepada pasien atau keluarga apakah masih ada bantuan
yang diperlukan.
n. Bila sudah tidak memerlukan bantuan ucapkan salam dan
berpamitan pada pasien atau keluarga.

Hal yang harus diperhatikan 1. Ciptakan suasana yang nyaman


2. Hentikan pendidikan kesehatan bila pasien tampak lelah
3. Sediakan waktu sesuai kebutuhan.
Unit terkait 1. Gizi
2. Farmasi
3. Rehabilitas medis
4. Medical staf
5. Administrasi rekam medis
STANDAR OPRASIONAL PROSEDUR PEMBERIAN
MATERI EDUKASI
RSUD
KAREL SADSUITUBUN
LANGGUR
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
PROSEDUR TETAP 04/HPK/RSUD/LANGGUR - -
(SOP) TANGGAL TERBIT Ditetapkan ,
Direktur RSUD Karel Sadsuitubun
20 JANUARI 2014 Langgur

dr. K. NOTANUBUN, M.Kes


NIP : 19631016 199308 2 003
Pemberian materi – materi edukasi kepada psien dan atau keluarga
PENGERTIAN berkaitan dengan kondisi kesehatannya.
Memberikan informasi tentang hal – hal yang harus diperhatikan
TUJUAN pasien dan atau keluarga berhubungan dengan kondisi kesehatan
pasien.
PROSEDUR 1. Ucapkan salam
2. Pastikan identitas pasien
3. Ciptakan suasana yang nyaman dan hindari tampak lelah
4. Perkenalkan diri dan jelaskan tugas dan peran anda
5. Jelaskan materi edukasi kepada pasien dan keluarga
6. Lakukan verifikasi kepada pasien dan atau keluarga terhadap materi
edukasi yang telah diberikan.
7. Berikan formulir untuk ditandatangani oleh pasien atau keluarga
8. Berikan nomor telepon yang bisa dihubungi jika sewaktu – waktu
diperlukan.
9. Tawarkan bantuan kembali “Apakah masih ada yang dapat saya
bantu”?
10. Ucapkan terima kasih dan semoga lekas sembuh
11. Berdiri ketika pasien hendak pulang
UNIT TERKAIT Semua unit pelayanan di RSUD. Karel Sadsuitubun. Langgur
BAB I
PENDAHULUAN
I. PENGERTIAN
DNR atau do not resuscitate adalah suatu perintah yang memberitahukan tenaga medis untuk
tidak melakukan CPR. Hal ini berarti bahwa dokter,perawat dan tenaga emergensi medis tidak
akan melakukan usaha CPR emergensi bila pernafasan maupun jantung pasien berhenti.
CPR atau cardiopulmonary resuscitation adalah suatu prosedur medis yang digunakan untuk
mengembalikan fungsi jantung (sirkulasi) dan pernafasan spontan pasien bila seorang pasien
mengalami kegagalan jantung maupun pernafasan. CPR melibatkan ventilasi paru (resusitasi
mulut ke mulut atau mulut ke hidung) dan kompresi dinding dada untuk mempertahankan
perfusi kejaringan organ vital selama dilakukan upaya – upaya untuk mengembalikan respirasi
dan ritme jantung yang spontan.CPR lanjut melibatkan DC shock,insersi tube membuka jalan
nafas,injeksi obat – obatan ke jantung dan untuk kasus – kasus ekstrim pijat jantung langsung
(melibatkan oprasi bedah thoraks).perintah DNR di rumah sakit memberitahukan kepada satf
medis untuk tidak berusaha menghidupkan pasie kembali sekalipun terjadi henti jantung.
Bila kasusnya terjadi dirumah,maka perintah DNR untuk satf medis dan tenaga emergensi tidak
boleh melakukan usaha resusitasi maupun mentransfer pasien ke rumah sakit untuk CPR.

II. TUJUAN
Untuk menyediakan suatu proses dimana pasien bisa memilih prosedur yang nyaman dalam hal
bantuan hidup dasar (BHD) oleh tenaga medis emergensi dalam kasus henti jantung atau henti
nafas.

BAB II
RUANG LINGKUP

Rumah sakit menghormati pasien dan keluarga dalam menolak tindakan resusitasi atau
pengobatan bantuan hidup dasar. Penolakan resusitasi dapat diminta oleh pasien dewasa yang
kompeten dalam mengambil keputusan.
Pasien yang tidak bisa membuat keputusan terhadap dirinya (belum cukup umur,gangguan
kesadaran mental dan fisik) diwakilkan kepada anggota keluarga atau wali yang ditunjuk.

GUIDELINES :
A. Menghormati keinginan pasien dan keluarganya :
1. Kecuali perintah DNR dituliskan dokter untuk seorang pasien,maka dalam kasus – kasus
henti jantung dan henti nafas,tenaga emergensi wajib melakukan tindakan resusitasi.
2. Ketika memutuskan untuk menulis perintah DNR, dokter tidak boleh mengesampingkan
keinginan pasien maupun walinya
3. Perintah DNR dapat di batalkan (atau gelang DNR dapat dimusnahkan )
B. KRITERIA DNR
1. Perintah DNR dapat diminta oleh pasien dewasa yang kompeten mengambil
keputusan,telah mendapat penjelasan dari dokter nya,atau bagi pasien yang di nyatakan
tidak kompeten,keputusan dapat diambil oleh keluarga terdekat,atau wali yang sah
ditunjuk oleh pengadilan.
2. Dengan pertimbangan tertentu,hal – hal dibawah ini dapat menjadi bahan diskusi perihal
DNR dengan pasien/walinya :
 Kasus – kasus dimana angka harapan keberhasilan pengobatan rendah atau hanya
menunda proses kematian
 Pasien tidak sadar secara permanen
 Pasien berada pada kondisi terminal
 Ada kelainan atau disfungsi kronik dimana lebih banyak kerugian disbanding
keuntungan jika resusitasi dilakukan.

BAB III
TATA LAKSANA

Prosedur penolakan Resusitasi di Rumah Sakit :


1. Dokter penanggung jawab pasien (DPJP) menjelaskan tentang pentingnya resusitasi atau
pengobatan bantuan hidup dasar.
2. Mengisi formulir DNR tempatkan kopi atau salinan pada rekam medis pasien dan serahkan
juga salinan pada pasien atau keluarga dan caregiver.
3. Menginstruksikan pasien atau caregiver memasang formulir DNR ditempat – tempat yang
mudah dilihat seperti headboard,bedstand,pintu kamar atau kulkas
4. Dapat juga meminta pasien mengenakan gelang DNR di pergelangan tangan atau kaki (jika
memungkinkan)
5. Tinjau kembali status DNR secara berkala dengan pasien atau walinya,revisi bila ada
dibatalkan,catat tanggal terjadinya dan gelang DNR dimusnahkan.
6. Perintah DNR harus mencakup hal – hal dibawah ini :
 Diagnosis
 Alasan DNR
 Kemampuan pasien untuk membuat keputusan
 Dokumentasi bahwa status DNR telah ditetapkam dan oleh siapa
7. Perintah DNR dapat dibatalkan dengan keputusan pasien sendiri atau dokter yang
merawat,atau wali yang sah. Dalam hal ini catatan DNR direkam medis harus pula
dibatalkan dan gelang DNR (jika ada) harus dimusnahkan.

BAB IV
DOKUMENTASI
1. Pencatatan dan pelaporan dilakukan oleh seluruh penyelenggara rumah sakit dengan
menggunakan format yang sudah disediakan oleh rekam medis.
2. Penolakan pemberian DNR (Do Not Resusitate ) atau jangan lakukan resusitasi dengan
mengisi formulir keputusan DNR
3. Seluruh tindakan yang dilakukan di catat dalam catatan keperawtan (RM……)
PANDUAN PENOLAKAN TINDAKAN KEDOKTERAN
PERAWATAN
RSUD
KAREL SADSUITUBUN
LANGGUR
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
PROSEDUR TETAP 13/HPK/RSUD/LANGGUR - 2/2
(SOP) TANGGAL TERBIT Ditetapkan ,
Direktur RSUD Karel Sadsuitubun
20 JANUARI 2014 Langgur

dr. K. NOTANUBUN, M.Kes


NIP : 19631016 199308 2 003
Penolakan tindakan medis dan keperawatan adalah penolakan
PENGERTIAN yang dilakukan oleh pasien atau keluarga yang berwenang
terhadap tindakan medis dan perawatan yang akan dilakukan
setelah mendapat penjelasan lengkap dari petugas yang
berwenang.
Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan
TUJUAN dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang
dideritanya.
KEBIJAKAN Semua pasien yang akan dilakukan tindakan medis harus dijelaskan
kepada pasien dan keluarga sehingga bisa mengerti akan tujuan
tindakan dan penolakan adalah hak pasien.
PROSEDUR 1. Dokter penanggung jawab pasien (DPJP) menjelaskan rencana
tindakan medis dan perawatan yang akan dilakukan secara
lengkap dan jelas.
2. Menghormati hak pasien / keluarga untuk memustukan rencana
tindakan atau perawatan.
3. Bila keluarga menolak rencana tindakan atau perawatan,maka
dokter penanggung jawab pasien akan :
a. Menghormati keputusan pasien atau keluarga
b. Menjelaskan pada pasien atau keluarga atau keluarga
tentang konsukuensi dari keputusan tersebut.
c. Menjelaskan pada pasien dan keluarga akan tanggung
jawab pasien dan keluarga berkaitan dengan keputusan
tersebut.
d. Menjelaskan pada pasien dan keluarga tentang
tersedianya alternative pelayanan dan pengobatan
4. Pasien menandatangani surat penolakan tindakan medis atau
perawatan disaksikan oleh saksi dan dokter.
UNIT TERKAIT 1. IGD ( Instalasi Gawat Darurat )
2. IRJA (Instalasi Rawat Jalan )
3. IRNA (Instalasi Rawat Inap )
PENOLAKAN RESUSITASI/BANTUAN HIDUP DASAR
RSUD
KAREL SADSUITUBUN
LANGGUR
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
STANDAR 06/HPK/RSUD/LANGGUR - 1/1
OPRASIONAL TANGGAL TERBIT Ditetapkan ,
PROSEDUR Direktur RSUD Karel Sadsuitubun
(SOP) 20 JANUARI 2014 Langgur

dr. K. NOTANUBUN, M.Kes


NIP : 19631016 199308 2 003
Suatu perintah yang memberitahukan tenaga medis untuk tidak
PENGERTIAN melakukan CPR (Cardiopulmonary Resusitation)
Untuk menyediakan suatu proses dimana pasien bisa memilih
TUJUAN prosedur yang nyaman dalam hal bantuan hidup dasar oleh tenaga
medis emergenci dalam kasus henti jantung/henti nafas.
KEBIJAKAN Surat penugasan oleh direktur Rumah Sakit tentang penunjukkan
prosedur penolakan resusitasi.
PROSEDUR 1. Ucapkan salam
2. Jelaskan mengenai tindakan dan tujuan CPR kepada pasien
/keluarga pasien
3. Mintakan informed consent dari pasien atau keluarganya
4. Instruksikan kepada keluarga pasien untuk mengisi formulir
DNR
5. Tempatkan copy atau salinan pada rekam medis pasien dan
serahkan juga salinan pada pasien atau keluarga.
6. Instruksikan kepada pasien atau keluarga untuk memasang
formulir DNR ditempat – tempat yang mudah dilihat seperti
bedstand.
7. Tinjau kembali status DNR secara berkala dengan pasien atau
wali nya,revisi bila ada perubahan keputusan yang terjadi dan
catat dalam rekam medis
8. Bila keputusan DNR dibatalkan ,catat tanggal terjadinya dan
gelang DNR dimusnahkan.

Perintah DNR harus mencakup hal – hal dibawah ini :


a. Diagnosis
b. Alasan DNR
c. Kemampuan pasien untuk membuat keputusan
d. Dokumentasikan bahwa status DNR telah ditetapkan dan oleh
siapa
9. Perintah DNR dapat dibatalkan dengan keputusan pasien sendiri atau
dokter yang merawat atau wali yang sah.
10. Dalam hal ini,catatan DNR di rekam medis harus pula di batalkan
dengan gelang DNR harus dimusnahkan.
UNIT TERKAIT 1. Dokter
2. IGD
3. Rawat Inap
PEMERINTAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KAREL SADSUITUBUN LANGGUR
Jalan Merdeka Raya No.03  ( 0916 ) 21612 - 21613  21614
Email : rsudkarelsadsuitubun@gmail.com Kode Pos 9761

SURAT PERNYATAAN JANGAN DILAKUKAN RESUSITASI


(DO NOT RESUCITATE)

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :…………………………………………………………………………

Umur :…………………………………………………………………………

Alamat :…………………………………………………………………………

Dengan ini saya menyatakan bahwa saya membuat keputusan dan menyetujui do not
resuscitate (jangan diresusitasi). Saya menyatakan bahwa jika jantung saya berhenti berdetak
atau jika saya berhenti nafas,tidak ada prosedur untuk mengembalikan bernafas atau berfungsi
kembali jantung akan dilakukan oleh staf Rumah Sakit,namun tidak terbatas pada staf layanan
medis darurat.
Saya memahami bahwa keputusan ini tidak akan mencegah saya menerima pelayanan kesehatan
lainnya seperti maneuver heilmich atau pemberian oksigen dan langkah – langkah perawatan
untuk meningkatkan kenyamanan lainnya.
Saya memberikan izin agar informasi ini diberikan kepada seluruh staf rumah sakit,saya
memahami bahwa saya dapat mencabut pernyataan ini setiap saat.

Yang menyatakan Saksi Saksi

(………………) (……………..) (…....………)


BANTUAN HIDUP DASAR
RSUD
KAREL SADSUITUBUN
LANGGUR
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
STANDAR -
OPRASIONAL TANGGAL TERBIT Ditetapkan ,
PROSEDUR Direktur RSUD Karel Sadsuitubun
(SOP) 20 JANUARI 2014 Langgur

dr. K. NOTANUBUN, M.Kes


NIP : 19631016 199308 2 003
1. Bantuan hidup dasar terdiri dari :
PENGERTIAN - Mengenal obstruksi jalan nafas,henti nafas dan henti jantung
- Membuka dan mempertahankan terbukanya jalan nafas.
- Memberikan bantuan pernafasan
- Memberikan kompresi jantung luar
2. Bantuan hidup lanjut terdiri dari bantuan hidup dasar ditambah
dengan penggunaan :
- Pendataan dari teknik khusus untuk membantu ventilasi dan
sirkulasi.
- Pemantauan EKG untuk mengenali distritmia
- Defibrilasi
- Kanulasi intravena
- Obat - obatan
Sebagai acuan untuk menangani pasien gawat
TUJUAN darurat,mengendalikan fungsi system pernafasan,system sirkulasi
darah yang terhenti atau terganggu menjadi normal kembali
seperti semula dalam waktu yang sesingkat mungkin.
KEBIJAKAN Penderita yang mengalami gangguan henti jantung dan atau henti
nafas maka dilakukan bantuan hidup dasar.
PROSEDUR Langkah I

1. Tujuan : menilai kesadaran


2. Cara : menggoyangkan bahu dan memanggil penderita bila
penderita tidak bereaksi segera langkah II

Langkah II
1. Tujuan : memperbaikki posisi penderita
2. Cara : baringkan penderita pada posisi terlentang diatas
permukaan yang datar dank eras dengan kedua lengan lurus ke
samping tubuh,penolong berlutut atau berdiri sejajar dengan
bahu penderita.

Langkah III
1. Tujuan : membuka jalan nafas
2. Cara : tanpa alat dan 3 macam cara :
- Tengadahkan kepala topang dagu
- Dorong mandibula kedepan dan keatas,serta buka
mulut disebut “triple maneuver”
Dengan alat :
- Pipa Orofaringeal (guedel)
- Pipa nasofaringeal (benda – benda asing lender dan
sebagainya yang ada dalam mulut dan faring sedapat
mungkin dikeluarkan dengan jari atau penghisap.
Langkah IV
1. Tujuan : menilai pernafasan
2. Cara : dekatkan telinga penolong pada mulut/ hidung
penderita untuk merasakan adanya aliran udara respirasi sambil
melihat pergerakan dinding dad penderita bila ada nafas makan
pertahankan jalan nafas agar tetap terjaga,bila tidak ada nafas
segera lakukan.

Langkah V
1. Tujuan : memberikan nafas bantuan
2. Cara : memberikan tiupan atau hembusan udara 2 kali cara
memberikan tiupan :
- Tanpa alat :
Mulut ke mulut : tutup hidung dan berikan tiupan
melalui mulut biarkan expirasi berlangsung secara pasif
waktunya 1-1,5 detik tiap nafas.
Mulut ke hidung : seperti pada mulut ke mulut tetapi
mulut ditutup dan ditiup melalui hidung.
- Dengan alat
Mulut ke sungkup : mengunakan sungkup oksigen
dengan aliran 2lt/menit atau lebih.mengunakan
sungkup ventilation bag dan oksigen,mengunakan pipa
endotrakeal “amoebag” dan oksigen.
UNIT TERKAIT 1. IGD
2. seluruh unit pelayanan Rumah Sakit
3. Rekam Medis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Rumah sakit Karel Sadsuitubun Langgur memberikan semua pelayanan yang meliputi
preventif,kuratif,paliatif, dan rehabilitative.
1. Preventif meliputi : informasi kesehatan dan edukasi kesehatan
2. Kuratif meliputi : seluruh pelayanan kesehatan kecuali kemoterapi dan radioterapi bila
ada di RS
3. Paliatif meliputi ; memperbaikki keadaan umum pasien
4. Rehabilitatif : rehabilitasi medic
Pada saat pasien diterima di rumah sakit untuk pelayanan / pengobatan,perlu dilakukan
pengkajian untuk menetapkan alas an kenapa pasien perlu datang berobat kerumah sakit.
Pengkajian yang dilakukan selain pengkajian umum,maka dilakukan pula pengkajian
khusus,salah satu pengkajian khusus yang dilakukan yatitu adalah pengkajian nyeri. Dimana
pengkajian ini dilakukan pada psien dengan keluhan nyeri baik pada saat datang ke
IGD,poliklinik, rehabilitas medik, maupun rawat inap.

B. Tujuan Panduan
1. Sebagai pedoman bagi setiap dokter,perawat dan petugas rehabilitasi medic yang
berkerja di Rumah Sakit Karel Sadsuitubun Langgur dalam melaksanakan asuhan medis
atau asuhan keperawatan bagi pasien.
2. Sebagai pedoman dalam penatalaksanaan nyeri berdasarkan standar profesi dan panduan
praktik klinis dilaksanakan sesuai SPO penatalaksanaan nyeri yang berlaku di Rumah
Sakit Karel Sadsuitubun Langgur.
3. Untuk mengidentifikasi kebutuhan pasien dalam memberikan penatalaksanaan nyeri.
4. Untuk rencana pelayanan dalam memenuhi semua kebutuhan pasien yang telah
dilakukan skrening nyeri.

C. Landasan Hukum
1. UUD No 36 tahun 2009 tentang kesehatan Bab I pasal 1 point 7, 11 dan 14.
2. Permenkes RI No 519/Menkes/PER/III/2001 tentang pedoman penyelenggaraan
Pelayanan Anestesiologi dan terapi intensif di Rumah Sakit,Bab C point 5 dan 6.
BAB II
DEFENISI

1. Pengerian Pelayanan Nyeri Akut (Akut atau Kronis )


Pelayanan nyeri adalah pelayanan penanggulangan nyeri (rasa tidak nyaman yang berlangsung
dalam periode tertentu ) baik akut maupun kronis.ss
Pada nyeri akut,rasa nyeri timbul secara tiba – tiba yang terjadi akibat pembedahan ,trauma,
persalinan dan umumnya dapat diobati.
Pada nyeri kronis,nyeri berlangsung menetap dalam waktu tertentu dan seringkali tidak
responsif terhadap pengobatan.
2. Penanggulangan efektif nyeri akut dan kronis dilakukan berdasarkan standar prosedur oprasional
penanggulangan nyeri yang disusun mengacu pada standar pelayanan kedokteran.

Macam – macam nyeri :


1. Nyeri Akut :
a. Nyeri somatic luar/cutaneus /superficial :
- Kulit
- Subkuti
- Mukosa

b. Nyeri somatic dalam / deep somatic / nyeri dalam :


- Otot rangka
- Tulang
- Sendi
- Jaringan ikat
- Pembuluh darah
- Tendon
- Syaraf

c. Nyeri Visceral
- Dalam rongga Abdomen
- Cranium
- Thorax
2. Nyeri Kronik
Nyeri yang menetap yang melampui waktu penyembuhan normal yatitu 3 bulan.
Dikenal ada 3 nyeri kronik yaitu :
a. Nyeri yang timbul setelah penyembuhan usai,misalnya complex regional pain syndrome
yang dahulu dikenal sebagai reflex symphathetic dystrophy, post herpetic neuralgia,phantom
pain,neurophatic pain, dan lain – lain.

b. Nyeri yang timbul tanpa penyebab yang jelas,misalnya nyeri pinggang bawah (low back
pain),sakit kepala dan lain – lain.

c. Nyeri yang didasari atas kondisi kronik,misalnya osteoarthritis atau reumathoid arthritis,
dan lain – lain. Sngat subjektif dan dipengaruhi oleh oleh kelakuan ,kebiasaan dan lain –
lain.
3. Nyeri kanker :
Nyeri ini berisfat total yakni : biopsikososial,cultural dan spiritual sehingga pengelolaan nyeri
kanker yang baik membutuhkan pendekatan multidispilin yang melibatkan semua displin ilmu
yang terkait. Bahkan lebih dari itu anggota keluarga penderita pun harus dilibatkan utamanya
dalam perawatan.

Ada 2 nyeri kanker yatitu :


a. Nyeri Organik :
- Nyeri nosiseptif : nyeri somatic (kulit ,otot, tulang, dan jaringan lunak) dan nyeri
visceral (organ thoraks dan abdomen )
- Nyeri non nosiseptif : nyeri neuropatik,akibat adanya penekanan dan keruksakan
jaringan saraf.
b. Nyeri Psikologik.

BAB III
RUANG LINGKUP

1. Semua pasien yang masuk Rumah Sakit Karel Sadsuitubun Langgur dengan keluhan nyeri.
2. Semua pasien yang dirawat di Rumah Sakit Karel Sadsuitubun Langgur dengan keluhan nyeri
utama paska operasi / tindakan medik.
3. Kelompok pasien dibawah ini merupakan pasien populasi khusus yang memerlukan perhatian
mengenai nyeri :
a. Anak – anak
b. Pasien obsetrik
c. Pasien lanjut usia
d. Pasien dengan gangguan kognitif atau sensorik
e. Pasien yang sebelumnya sudah ada nyeri atau nyeri kronis
f. Pasien yang mempunyai resiko menderita nyeri kronis
g. Pasien dengan kanker atau HIV – AIDS
h. Pasien dengan ketergantungan obat.
BAB IV
TATA LAKSANA

Skrining nyeri yaitu bertanya apakah pasien ada keluhan nyeri, bila ada nyeri maka dilanjutkan
dengan melakukan pengkajian nyeri.
Pengkajian nyeri dengan memakai :
a. Skala FLACC ( 0 – 10 ) pada pasien bayi dan anak usia 0 – 3 tahun
b. Skala Wong Baker (skala 0 – 10) dengan melihat expresi wajah pada pasien anak >3 – 9
tahun,atau pada pasien dewasa yang tidak dapat menyatakan rasa nyerinya secara verbal.
c. Skala Numerik (skala 0 – 10 )pada pasien dewasa dan anak usia > 9 tahun.

Skala nyeri
KATEGORI SKOR

0 1 2

Face /wajah Tidak ada kadang Sering dagu menggigil ,


expresi/senyum meringis,menolak,tidak mengencang
ada perhatian

Legs / kaki Posisi normal atau relaks Tidak lemas, tidak Menendang atau
istirahat,tegang menarik kaki keatas

Activity / aktivitas Berbaring perlahan,posisi Menggeliat,menggeser Melengkung,kaku atau


normal,bergerak perlahan kebelakang dan menyentak
kedepan,tegang

Cry/menangis Tidak menangis (sadar Merintih mengeluh Menangis


atau tidur) kadang complain terus,berteriak atau
teisak,seing complain.

Consolability Tenang ,Relaks Espons dengan Susah untuk relaks atau


/Relaks sentuhan,pelukan atau nyaman
coba berbcara,bingung

Ada 5 katagoi pada FLACC,tiap katagori mempunyai skor 0 – 2 dan total skor 0 – 10.
Skala nyeri wong Baker

Melihat perubahan pada mimik wajah sesuai dengan rasa nyeri,skala nyeri ini dipakai untuk
pasien anak dan dewasa dengan kesulitan atau keterbatasan verbal, atau pasien yang tersedasi
seperti menjalani pemeriksaan saluran cerna,endoskopi,kolonoskopi dll.

pada pasien yang tersedasi : maka pengkajian nyeri memakai yaitu :


0 : Rileks,tidak ada expresi wajah
1 : mengeluh,mengerutkan dahi,gelisah/tidak tenang
2 : wajah meringis,memproteksi posisi tubuh
3 : menangis,resisif
4 : menjerit, melempar sesuatu
5 : melawan
Untuk pasien tersedasi,hasil dari pengkajian wong baker ini dikombinasikan dengan tanda –
tanda vital pasien apakah sesuai dengan skor yang didapat.

Skala nyeri numerik

 Tatalaksana Nyeri bagi Keperawatan di Rawat Inap :


1. Perawat melakukan skrining nyeri dan pengkajian nyeri melalui tingkah laku/sikap
ketidaknyamanan saat pasien masuk atau pada saat follow up.
2. Bila hasil skrining didapatkan ada nya rasa nyeri,maka di lanjutkan dengan melakukan
pengkajian nyeri,meliputi :
a. Lokasi nyeri
b.Faktor – faktor yang memperberat dan memperingan nyeri.
3. Bila ditemukan hasil skala nyeri 1- 3 maka perawat akan melakukan penatalaksanaan nyeri
secara non farmakologi meliputi :
a. Memberikan kompres panas atau dingin
b. Merubah posisi,mobilisasi yang dapat di toleransi oleh pasien atau pijatan ringan yang
dapat memberi kenyamanan.s
c. Latihan relaksasi,seperti tarik nafas dalam,bernafas dengan irama / pola teratur dan atau
meditasi pernafasan yang menenangkan.
d. Distraksi /pengalihan perhatian.
4. Memberika edukasi / penyuluhan pada pasien dan keluarga mengenai manajemen nyeri dan
melibatkan keluarga dalam penatalaksanaan nyeri.
5. Melakukan keefektivan dari manajemen nyeri yang diawasi setelah intervensi dilakukan.
6. Bila skor nyeri > 4,maka perawat berkolaborasi dengan dokter untuk melakukan penanganan
nyeri lebih lanjut sesuai tatalaksana nyeri dokter.
7. Melakukan evaluasi kefektifan manajemen nyeri yang diawasi oleh perawat setiap 1 jam
setelah pemberian obat untuk pengobatan oral, dan 30 menit setelah pengobatan melalui
intramuscular,intravena , dan suppositoria.
8. Melakukan kolaborasi dengan dokter jika intervensi nyeri tidak efektif.
9. Melakukan penilaian nyeri secara berkala,minimal 1x setiap shift sampai 1 hari pasien bebas
nyeri.
 Tatalaksana nyeri bagi dokter di Rawat Inap
1. Perawat akan memberitahu dokter bila hasil skrining nyeri pada skala > 4, dan
menginformasikan kepada dokter tentang lokasi nyeri yang dirasakan oleh pasien.
2. Maka dokter akan melakukan konfirmasi nyeri kembali dan melakukan pengkajian,meliputi :
a. Kualitas atau pola penjalaran
b. Onset, durasi dan faktor pemicu
c. Riawayat penanganan nyeri sebelumnya dan efektivitas
d. Efek nyeri terhadap aktivitas sehari – hari
e. Faktor yang meperberat dan memperingan nyeri
f. Riwayat obat – obattan yang diminum.
3. Bila pada pemeriksaan nyeri di dapatkan pasien benar dengan skala nyeri Numerik > 4
,bersifat Akut,maka dokter melakukan intervensi untuk memberikan obat anti nyeri.
4. Pengobatan untuk nyeri Akut :
A. Pemilihan obat pertama :
Golongan Analgetik Non Opioid yaitu :
1. Golongan Parasetamol / Acetaminofen / Aspirin ( ASA )
2. Golongan NSAIDs (Non steroid anti inflammatory drugs) seperti :
- Ibuprofen
- Mefenamic acid,
- Ketoprofen
- Naproxen
- Diclofenac Sodium
- Piroxicam
- Ketorolac
3. Selective Cox 2 Inhibitor
Pada nyeri yang bersifat visceral jangan diberikan gol.NSAIDs. pada nyeri saraf
jangan diberikan gol.Analgetik Non Opioid atau gol.NSAIDs.
B. Pemilihan Obat kedua :
Golongan Mild Acting Opioid.
Dapat dikombinsikan dengan terapi ajuvan :
1. Anti Konvulsi :
- Gabapentin
- Carbamazepin
- Lamotrigin
2. Anti depresan (gol.Trisiklik ) :
- Amitriptilin.
- Imipramin
- Maprotilin
- Desipramin
3. Steroid :
- Dexametason
- Prednisone.
5. Pengobatan nyeri kronis dan kanker digunakan WHO 3 step Ladder :
a. Nyeri Ringan :
- Aspirin ( ASA )
- Asetaminofen
- NSAIDs
- Bisa ditambah terapi Ajuvan
b. Nyeri Sedang :
- ASA atau Asetaminofen
- Codein
- Hydrocodone
- Oxycodone
- Dyhidrocodein
- Tramadol ( tidak diberikan bersama ASA atau Acetaminofen)
- Bisa ditambah terapi ajuvan.
c. Nyeri Berat :
- Morfin
- Hydromorfin
- Methadone
- Levorphanol
- Oxyondone
- Bisa ditambah Analgetik Non opioid
- Bisa ditambah terapi Ajuvan
6. Bila skala nyeri Numerik > 6 maka pasien akan dikonsulkan kedokter spesialis anatesi untuk
dilakukan penanganan nyeri lebih lanjut dengan persetujuan dari pasien atau keluarga.
7. Bila pasien atau keluarga menolak untuk dikonsulkan,maka DPJP akan menangani rasa nyeri
pasien sebatas kompetensinya. Dokter dapat memberikan obat – obat sama seperti point 4
atau 5 disesuaikan dengan tingkat nyeri nya.
Pada pasien yang menolak untuk dikonsulkan ke dokter anatesi maka dilakukan sesuai SPO
penolakan tindakan kedokteran yaitu pasien yang menandatangani surat penolakan.
8. Untuk pasien di Unit Rawat Inap maka monitoring obat,pemakaian kombinasi obat nyeri
serta edukasi lain terkait oleh kepada pasien atau keluarganya di lakukan oleh farmasi klinis
berkolaborasi dengan dokter.
9. Prinsip penatalaksanaan nyeri harus memperhatikan kebutuhan dan hak pasien,sehimgga
dalam penatalaksanaan nyeri harus disertai edukasi kepada pasien sehingga ada kerja sama
yang baik dengan pasien dan keluarganya untuk kenyamanan pasien.
10. Pada pasien dengan kronis dan kanker maka evaluasi nyeri pada perawat setiap shift
dilakukan dan berkolaborasi dengan dokter untuk mengevaluasi terapi yang sudah diberikan.
Evaluasi nyeri untuk dokter minimal 1x sehari sampai pasien pulang.
11. Pada pasien paska pembedahan,evaluasi nyeri ulangan diruangan dilakukan perawat
ruangan,kemudian kolaborasi dengan dokter ruangan dan DPJP,bila perlu ke dokter anastesi
24 jam paskah bedah.
12. Dokter berkolaborasi dengan perawat akan melakukan pengkajian ulang untuk menilai skala
nyeri dan pengelolaan nyeri yang telah diberikan kepada pasien satu jam setelah pemberian
obat peroral dan setengah jam setalah pemberian obat melalui intramuscular / intravena dan
suppositoria dengan memperhatikan efek samping pemberian masing – masing obat.
13. Setelah setengah jam atau 1 jam pasca pemberian obat nyeri, perawat akan melakukan
evaluasi nyeri ulangan dan bila nyeri sudah hilang maka evaluasi dilakukan saat pemberian
obat nyeri berikutnya.
14. Bila pada evaluasi ulangan pasien masih mengeluh nyeri menetap atau semakin nyeri, maka
perawat akan memberitahu dokter. Dokter akan mengkonfirmasi nyeri yang dirasa pasien
dengan pemeriksaan fisik. Setelah itu dokter akan menetapkan skala nyeri dan penanganan.
Selanjutnya apakah akan dikombinasikan dengan obat lainnya sesuai poin 6 atau 8
disesuaikan dengan tingkatan nyeri.
15. Setelah penambahan obat nyeri tambahan maka harus selalu dilakukan evaluasi nyeri
ulangan sesuai point 12 sampai nyeri hilang.
16. Evaluasi pada nyeri AKut dilakukan dokter sampai 1 hari bebas nyeri.
17. Pengobatan nyeri dapat juga dengan stimulasi,psikologi.terutama untuk pasien kanker harus
dilakukan pengobatan secara biopsikososio – kulturo – spiritual. Pengobatan harus dengan
pendekatan multidisplin melibatkan seluruh displin ilmu dan keluarga pasien.
18. Maksimal waktu observasi tergantung obat yang diberikan,waktu paruh obat, cara
pemberian dan dosis maksimal obat per hari.
19. Dokumentasikan semua hasil skrining nyeri,pengkajian nyeri awal dan evaluasinya serta
penatalaksananaanya pada BRM dalam bentuk SOAP.

 Tatalakasana Skrining Nyeri Perawat di Rawat Jalan/Poliklonik


Setelah pasien terintergrasi untuk berobat di poliklinik akan dilakukan pemeriksaan oleh
perawat berupa tensi,nadi,respirasi, serta melakukan penimbangan berat badan dan tinggi
badan. Setelah itu perawat akan menanyakan kepada pasien apakah ada keluhan nyeri
(skrining nyeri). Bila ada nyeri,maka perawat akan memberitahu dokter yang memeriksa.
 Tatalaksana nyeri perawat untuk pasien one day care
Setelah dokter melakukan tindakan medis pada pasien,maka perawat akan melakukan
skrining nyeri pada pasien dan melakukan pengkajian, perawat akan melakukan
evaluasi setelah pemberian obat nyeri pada pasien 30 menit bila pemberian secara
IV/IM/Suppositoria atau 1 jam setelah pemberian obat peroral. Bila pada evaluasi
tersebut nyeri menetap atau makin meningkat maka perawat kepada DPJP untuk
penanganan nyeri lebih lanjut. Pastikan pasien pulang dalam keadaan nyaman/bebas
nyeri serta dalam kondisi stabil.
 Tatalaksana Nyeri dokter di Rawat jalan/poliklinik
Dokter melakukan pengkajian nyeri pada pasien yang mengeluh nyeri,setelah di lakukan
pemeriksaan fisik makan dokter akan akan memberikan terapi untuk nyeri sesuai dengan
hasil pemeriksaan yang ada. Dokter mendokumentasikan hasil pemeriksaan dan
penatalaksanaan nyeri di BRM dalam bentuk SOAP.

 Tatalaksana Nyeri bagi petugas Rehabilitasi Medik di Rawat Inap dan Rawat Jalan
1. Pengkajian Nyeri dilakukan saat pertama kali pasien datang di poliklinik ataupun
mengunjungi pasien diruang rawat ipan dengan keluhan nyeri.
2. Dilakukan pengkajian dengan menanyakan :
a. Lokasi nyeri
b. Kapan saat pertama kali Nyeri timbul
c. Riwayat sampai terjadinya Nyeri
d. Sifat nyeri
e. Pengkajian nyeri mengunakan skala nyeri (skala 0 – 10 ), bagi pasien dan pasien
yang tidak dapat mengungkapkan nyerinya memakasi skala Wong Baker (skala 0 –
10).
3. Evaluasi pengkajian nyeri dilakukan setiap kali kunjungan atau setiap akan dilakukan
fisioterapi.
4. Hasil pengkajian nyeri dikolaborasikan dengan dokter rehabilitasi medic
5. Melakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap pasien, kemudian dokter Rehabilitasi medic
akan menemukan program – program terapi dikerjakan oleh petugas Rehabilitasi medic
6. Penatalaksanaan nyeri di Rehabilitasi medic dilakukan oleh dokter specialis Rehabilitasi
medic dengan mobilitas fisik (alat fisioterapi).
Edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai Nyeri meliputi :
a. Faktor psikologi yang dapat menjadi penyebab nyeri.
b. Menenangkan ketakutan pasien
c. Tatalaksana Nyeri,baik non farmakologis maupun obat – obatan serta efek samping obat
yang mungkin timbul
d. Anjuran untuk segera melaporkan kepada petugas jika rasa nyeri bertambah berat.
e. Kerjasama pasien dan keluarga dalam penatalaksanaan nyeri nya.

BAB IV
DOKUMENTASI
Semua pengkajian Nyeri baik awal maupun lanjutan,hasil skala nyeri didokumentasikan dalam
bentuk skala numeric dengan range 0 – 10 memakai SOAP . sedangkan pengkajian dan
penatalaksanaan nyeri dilakukan oleh dokter,perawat dan tugas rehabilitasi medic, di
dokumentasikan dalam BRM dan atau formulir edukasi pasien terkait pemberian edukasi.
PEMERINTAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KAREL SADSUITUBUN LANGGUR
Jalan Merdeka Raya No.03  ( 0916 ) 21612 - 21613  21614
Email : rsudkarelsadsuitubun@gmail.com Kode Pos 9761

NYERI DAN PENATALAKSANAAN

DEFINISI NYERI
Menurut “The International Association for the Study of Pain” (IASP) tahun 1979, yang
diajukan oleh Merskey, seorang psikiater sebagai berikut: “Painis the unpleasant sensory and
emotional experience,associated with actual or potensial tissue damage or described in term
of such damage” (Nyeri adalah rasa inderawi dan pengalaman emosional yang tidak
menyenangkan akibat adanya kerusakan jaringan yang nyata atau yang berpotensi rusak atau
sesuatu yang tergambarkan seperti itu).
Dari definisi di atas dapat ditarik beberapa pengertian antara lain:

1. Nyeri adalah perasaan inderawi yang tidak menyenangkan, artinya unsur utama yang
harus ada untuk disebut nyeri, adalah rasa tidak menyenangkan.
2. Nyeri merupakan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan, artinya persepsi
nyeri seseorang ditentukan oleh pengalamannya dan status emosionalnya. Persepsi nyeri
sangat bersifat pribadi dan subjektif. Oleh karena itulah maka, suatu rangsang yang sama
dapat dirasakan berbeda oleh dua orang yang berbeda, bahkan suatu rangsang yang sama
dapat dirasakan berbeda oleh satu orang karena keadaan emosionalnya yang berbeda.
3. Nyeri terjadi akibat adanya kerusakan jaringan yang nyata (pain associated with actual
tissue damage). Nyeri ini disebut sebagai nyeri akut (acute pain) yang diharapkan
menghilang seiraima dengan proses penyembuhannya.
4. Nyeri dapat juga terjadi oleh suatu rangsang yang cukup kuat (rangsang noksius), yang
berpotensi merusak jaringan. Nyeri ini disebut nyeri fisiologik (physiological pain),
fungsinya untuk membangkitkan refleks proteksi guna mencegah terjadinya kerusakan
jaringan lebih lanjut.
5. Nyeri dapat juga terjadi tanpa adanya kerusakan jaringan, tetapi tergambarkan seolah-
olah terdapat kerusakan jaringan yang hebat (pain described in term such damage).
Nyeri yang terakhir ini justru timbul setelah penyembuhan usai, dan jika berlangsung
lebih dari 3 bulan digolongkan sebagai nyeri kronik (chronic pain).

MEKANISME NYERI
Antara kerusakan jaringan sebagai sumber rangsang nyeri, sampai dirasakan sebagai persepsi
nyeri, terdapat suatu rangkaian proses elektro fisiologik yang secara kolektif disebut nosisepsi
(nociception). Ada empat proses yang jelas yang terjadi pada suatu nosisepsi, yakni:

1. Proses Transduksi (transduction), merupakan proses di mana suatu rangsang nyeri


(noxious stimuli) diubah menjadi suatu aktifitas listrik, yang akan diterima oleh ujung-
ujung saraf (nerve endings). Rangsang ini dapat berupa rangsang fisik, suhu, ataupun
kimia.
2. Proses Transmisi (transmission), dimaksudkan sebagai perambatan rangsang melalui
saraf sensoris menyusul proses transduksi.
3. Proses Modulasi (modulation), adalah proses di mana terjadi interaksi antara sistem
analgesilk endogen dengan asupan nyeri yang masuk ke kornu posterior. Jadi
merupakan proses desendern yang dikontrol oleh otak seseorang. Analgesik endogen ini
meliputi endorfin, serotonin, dan noradrenalin yang memiliki kemampuan menekan
asupan nyeri pada kornu posterior. Kornu posterior ini dapat diibaratkan sebagai pintu
gerbang yang dapat tertutup atau terbuka dalam menyalurkan asupan nyeri. Peristiwa
terbuka dan tertutupnya pintu gerbang tersebut diperankan oleh sistem analgesik
endogen di atas. Proses modulasi inilah yang menyebabkan persepsi nyeri menjadi
sangat pribadi dan subjektif pada setiap orang. Hal ini sangat dipengaruhi oleh latar
belakang budaya,pendidikan, atensi, serta makna atau arti dari suatu rangsang.
4. Persepsi (perception), adalah hasil akhir dari proses interaksi yang kompleks dan unik
yang dimulai dari proses transduksi, transmisi, dan modulasi yang pada gilirannya
menghasilkan suatu perasaan yang subjektif yang dikenal sebagai persepsi nyeri.

Ada 2 saraf yang peka terhadap suatu stimulus noksius yakni serabut saraf Aδ yang bermielin
(konduksi cepat) dan serabut saraf C yang tidak bermielin (konduksi lambat). Walaupun
keduanya peka terhadap rangsang noksius, namun keduanya memiliki perbedaan baik reseptor
maupun neurotransmiter yang dilepaskan pada presinaps di kornu posterior. Reseptor
(nosiseptor) serabut Aδ hanya peka terhadap stimulus mekanik dan termal, sedangkan serabut C,
peka terhadap berbagai stimulus noksius, meliputi mekanik, termal dan kimiawi. Oleh karena itu
reseptor serabut C disebut juga sebgai polymodal nociceptors. Demikian pula neurotransmiter
yang dilepaskan oleh serabut Aδ di presinaps adalah asam glutamat, sedangkan serabut C selain
melepaskan asam glutamat juga substansi P (neurokinin) yang merupakan polipeptida. Hal ini
menjadi penting sehubungan dengan mekanisme nyeri pascabedah. Selama pembedahan trauma
pembedahan merupakan stimulus noksius yang akan diterima dan dihantar oleh kedua saraf
tersebut, sedangkan pascabedah (proses inflamasi) merupakan rangsang noksius yang hanya
diterima dan dihantar oleh serabut C. Dengan kata lain nyeri pascabedah akan didominasi oleh
serabut C.

Sensitisasi Perifer
Kerusakan jaringan akibat suatu pembedahan selain akan menyebabkan terlepasnya zat-zat
dalam sel juga akan menginduksi terlepasnya mediator inflamasi dari sel mast, makrofag dan
limfosit. Lebih dari itu terjadi impuls balik dari saraf aferen yang melepaskan mediator kimia
yang berakibat terjadinya vasodilatasi serta peningkatan permeabilitas kapiler sehingga terjadi
ekstravasasi protein plasma.

Interaksi ini akan menyebabkan terlepasnya suatu soup yang mengandung mediator
inflamasi seperti ion kalium, hidrogen, serotonin, bradikinin, substansi P, histamin dan produk-
produk siklooksigenase dan lipoksigenase dari metabolisme asam arakidonat yang menghasilkan
prostaglandin. Mediator kimia inilah yang menyebabkan sensitisasi dari kedua nosiseptor
tersebut di atas

Akibat dari sensitisasi ini, rangsang lemah yang normal tidak menyebabkan nyeri sekarang
terasa nyeri. Peristiwa ini disebut sebagai sensitisasi perifer yang ditandai dengan
meningkatnya respon terhadap stimulasi termal/suhu pada daerah jaringan yang rusak. Dengan
kata lain sensitisasi perifer diinduksi oleh adanya perubahan neurohumoral pada daerah jaringan
yang rusak maupun sekitarnya. Jika kita ingin menekan fenomena sensitisasi perifer ini, maka
dibutuhkan upaya menekan efek mediator kimia tersebut. Upaya demikian merupakan dasar
penggunaan obat-obat anti inflamasi non-steroid (AINS) yang merupakan anti enzim
siklooksigenase.

Sensitisasi Sentral
Suatu stimulus noksius yang berkepanjangan sebagai akibat pembedahan/inflamasi, akan
mengubah respon saraf pada kornu dorsalis medulla spinalis. Aktivitas sel kornu dorsalis akan
meningkat seirama dengan lamanya stimulus tersebut. Neuron kornu dorsalis berperan sangat
penting dalam proses transmisi dan modulasi suatu stimulus noksius. Neuron kornu dorsalis
terdiri atas first-order neuron yang merupakan akhir dari serabut aferen pertama dan second-
order neuron sebagai neuron penerima dari neuron pertama. Second-order neuron-lah yang
memainkan peran modulasi yang dapat memfasilitasi atau menghambat suatu stimulus noksius.
Nosiseptif second-order neuron di kornu dorsalis terdiri atas dua jenis yakni pertama,
nociceptive-specific neuron (NS) yang secara eksklusif responsif terhadap impuls dari serabut
Aδ dan serabut C. Keduanya disebut wide-dynamic range neuron (WDR) yang responsif
terhadap baik stimulus noksius maupun stimulus non-noksius yang menyebabkan menurunnya
respon treshold serta meningkatnya reseptive field, sehingga terjadi peningkatan signal
transmisi ke otak menyebabkan meningkatnya persepsi nyeri. Perubahan-perubahan ini diyakini
sebagai akibat terjadinya perubahan pada kornu dorsalis menyusul suatu kerusakan
jaringan/inflamasi. Perubahan ini disebut sebagai sensitisasi sentral atau wind up. “Wind-up”
ini dapat menyebabkan neuron-neuron tersebut menjadi lebih sensitif terhadap stimulus lain dan
menjadi bagian dari sensitisasi sentral. Ini menunjukkan bahwa susunan saraf pusat tidak bisa
diibaratkan sebagai “hard wired” yang kaku tetapi seperti plastik, artinya dapat berubah sifatnya
akibat adanya kerusakan jaringan atau inflamasi.

Penemuan ini telah memberikan banyak perubahan pada konsep nyeri. Dewasa ini telah
diketahui bahwa suatu stimulus noksius yang berkepanjangan pada serabut C dari serabut aferen
primer akan menyebabkan perubahan morfologi dan biokimia pada kornu dorsalis yang sulit
untuk dipulihkan. Hal ini menjadi dasar terjadinya nyeri kronik yang sulit disembuhkan

Perubahan lain yang terjadi pada kornu dorsalis sehubungan dengan sensitisasi sentral adalah:

 Pertama, terjadi perluasan reseptor field size sehingga neuron spinalis akan berespon
terhadap stimulus yang normalnya tidak merupakan stimulus nosiseptif.
 Kedua, terjadi peningkatan besaran dan durasi respon terhadap stimulus yang lebih dari
potensial ambang.
 Ketiga, terjadi pengurangan ambang batas sehingga stimulus yang secara normal tidak
bersifat nosiseptif akan mentransmisikan informasi nosiseptif.
Perubahan-perubahan ini penting pada keadaan nyeri akut seperti nyeri pascabedah dan
perkembangan terjadinya nyeri kronik. Perubahan ini bermanifestasi sebagai hyperalgesia,
allodynia dan meluasnya daerah nyeri di sekitar perlukaan.

Suatu jejas saraf akibat pembedahan juga akan mengakibatkan perubahan pada kornu
dorsalis. Telah dibuktikan bahwa setelah terjadi jejas saraf perifer pada ujung terminal aferen
yang bermielin, terjadi perluasan perubahan pada daerah sekitar kornu dorsalis. Ini berarti bahwa
serabut saraf yang biasanya tidak menghantarkan nyeri ke daerah kornu dorsalis yang superfisial
telah berfungsi sebagai relay pada transmisi nyeri. Jika secara fungsional dilakukan hubungan
antara terminal-terminal yang normalnya menghantarkan informasi non-noxious dengan
neuron-neuron yang secara normal menerima input nosiseptif maka akan terbentuk suatu pola
nyeri dan hipersensitivitas terhadap sentuhan ringan sebagaimana yang terjadi pada kerusakan
saraf.
Telah dikenal sejumlah besar tipe reseptor yang terlibat dalam transmisi nyeri. Reseptor-
reseptor ini berada di pre dan postsinaps dari terminal serabut aferen primer. Beberapa dari
reseptor ini telah menjadi target penelitian untuk mencari alternatif pengobatan baru. Reseptor
N-methyl-D-Aspartat (NMDA) banyak mendapat perhatian khusus. Diketahui bahwa reseptor
non NMDA dapat memediasi proses fisiologis dari informasi sensoris, namun bukti yang kuat
menunjukkan peranan reseptor NMDA pada perubahan patofisiologis seperti pada mekanisme
“wind-up” dan perubahan-perubahan lain termasuk proses fasilitasi, sensitisasi sentral dan
perubahan daerah reseptor perifer. Dengan demikian antagonis NMDA tentunya dapat menekan
respon ini. Ketamin, penyekat reseptor NMDA, dengan jelas dapat mengurangi kebutuhan
opioid bila diberikan sebelum operasi. Dekstrometorfan, obat penekan batuk, dapat menjadi
alternatif lain karena penelitian menunjukkan bahwa dekstrometorfan juga merupakan penyekat
reseptor NMDA.

Gambar , dikutip dari Cousin MJ, Power I, Smith G.

Dewasa ini perhatian selanjutnya juga tertuju pada NO dan peranannya dalam proses
biologik. Sejumlah bukti telah menunjukkan peranan NO pada proses nosiseptif. Produksi NO
terjadi secara sekunder dari aktivasi reseptor NMDA dan influks Ca. Ca intraseluler akan
bergabung dengan calmodulin menjadi Ca-calmodulin yang selanjutnya akan mengaktivasi
enzim NOS (Nitric Oxide Synthase) yang dapat mengubah arginin menghasilkan sitrulin dan NO
(Nitric Oxide) dengan bantuan NADPH sebagai co-factor.
Dalam keadaan normal, NO dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi normal sel. Namun,
dalam jumlah yang berlebihan, NO dapat bersifat neurotoksik yang akan merusak sel saraf itu
sendiri.
Perubahan yang digambarkan diatas, terjadi seiring dengan aktivasi reseptor NMDA yang
berkelanjutan. Dengan demikian, obat-obat yang dapat menghambat produksi dari NO akan
mempunyai peranan yang penting dalam pencegahan dan penanganan nyeri.
Fenomena “wind-up” merupakan dasar dari analgesia pre-emptif, dimana memberikan
analgesik sebelum terjadinya nyeri. Dengan menekan respon nyeri akut sedini mungkin,
analgesia pre-emptif dapat mencegah atau setidaknya mengurangi kemungkinan terjadinya
“wind-up”. Idealnya, pemberian analgesik telah dimulai sebelum pembedahan.
Berbagai upaya telah dicoba untuk memanfaatkan informasi yang diperoleh dari hasil
penelitian farmakologik dan fisiologik dalam penerapan strategi penanganan nyeri. Percobaan
difokuskan pada dua pendekatan. Pertama, penelitian tentang bahan-bahan yang pada tingkat
spinal berefek terhadap opiat, adrenoreseptor alfa dan reseptor NMDA. Kedua, perhatian
ditujukan pada usaha mencoba mengurangi fenomena sensitisasi sentral. Konsep analgesia pre-
emptif telah mendunia sebagai hasil dari penemuan ini dan menjadi sebuah usaha dalam
mencegah atau mengurangi perubahan-perubahan yang terjadi pada proses nyeri.
Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik nyeri pascabedah
adalah terjadinya sensitisasi perifer dan sensitisasi sentral. Oleh karena itu prinsip dasar
pengelolaan nyeri pascabedah adalah mencegah atau meminimalisasi terjadinya sensitisasi
perifer dengan pemberian obat-obat NSAID (COX1 atau COX2), sedangkan untuk menekan
atau mencegah terjadinya sensitisasi sentral dapat dilakukan dengan pemberian opiat atau
anestetik lokal utamanya jika diberikan secara sentral.

KLASIFIKASI NYERI
1. Nyeri Akut

Menurut Federation of State Medical Boards of the United States; acute pain is the
normal, predicted physiological response to an adverse chemical, thermal or mechanical
stimulus, associated with surgery trauma and acute illness. (Nyeri akut adalah respon
fisiologik normal yang diramalkan terhadap rangsang kimiawi, panas atau mekanik menyusul
suatu pembedahan, trauma, dan penyakit akut). Ciri khas suatu nyeri akut adalah nyeri yang
diakibatkan oleh adanya kerusakan jaringan yang nyata dan akan hilang seirama dengan proses
penyembuhannya.
Dikenal 3 macam nyeri akut yaitu :
1. Nyeri somatik luar / cutaneus/ superfisial, yaitu nyeri yang mengenai kulit, subkutis,
mukosa. Biasanya bersifat burning (seperti terbakar), contoh : terkena ujung pisau atau
gunting
2. Nyeri somatik dalam / deep somatic/ nyeri dalam, yaitu nyeri yang muncul dari otot
rangka,tulang, sendi, jaringan ikat, pembuluh darah, tendon dan syaraf. Nyeri menyebar
dan lebih lama dari pada nyeri somatik luar, contoh : sprain sendi
3. Nyeri visceral, yaitu nyeri karena penyakit atau disfungsi alat dalam, stimulasi reseptor
nyeri dalam rongga abdomen, cranium dan thorak. Biasanya terjadi karena spasme otot,
iskemia, regangan jaringan.
Prototipe dari nyeri akut adalah nyeri pascabedah. Analgesia balans merupakan teknik
penaganan nyeri pasca bedah yang sangat ideal dan efektif sebab dapat menghasilkan pain free
dan stress free. Analgesia balans adalah suatu teknik pengelolaan nyeri pascabedah yang
menggunakan pendekatan multimodal di mana, mekanisme nyeri dihambat atau ditekan pada
setiap tahap pada proses nosisepsi (transduksi, transmisi dan modulasi). Jadi nyeri dihambat
pada tiga tempat secara bersamaan, sehingga terjadi hambatan yang bersifat sinergik.
2. Nyeri Kronik
The International Association for Study of Pain (IASP) mendefinisikan nyeri kronik sebagai
“pain that persists beyond normal tissue healing time, which is assumed to be three months”
(nyeri kronik adalah nyeri yang menetap melampaui waktu penyembuhan normal yakni 3
bulan).
Dari definisi ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan nyeri kronik adalah nyeri yang
timbul setelah penyembuhan usai atau nyeri yang berlangsung lebih dari tiga bulan tanpa adanya
malignitas. Oleh karena itu nyeri kronik biasa disebut sebagai chronic non malignant pain.
Dikenal tiga macam bentuk nyeri kronik yakni:
1. Nyeri yang timbul setelah penyembuhan usai, misalnya complex regional pain syndrom
yang dahulu dikenal sebagai reflex symphathetic dystrophy, post herpetic neuralgia,
phantom pain,neurophatic pain, dan lain-lain.
2. Nyeri yang timbul tanpa penyebab yang jelas, misalnya nyeri pinggang bawah (low back
pain), sakit kepala, dan lain-lain.
3. Nyeri yang didasari atas kondisi kronik, misalnya osteoartheritis atau reumathoid
arthritis, dan lainlain. Sangat subjektif dan dipengaruhi oleh kelakuan, kebiasaan dan
lain-lain.

3. Nyeri Kanker
Dibandingkan dengan nyeri akut atau nyeri kronik, maka masalah nyeri kanker jauh lebih
rumit. Hal itu disebabkan karena nyeri kanker tidak saja bersumber dari faktor fisik akibat
adanya kerusakan jaringan, tetapi juga diperberat oleh faktor nonfisik berupa faktor psikologis,
sosial budaya dan spiritual, yang secara keseluruhan disebut NYERI TOTAL. Dengan kata lain,
NYERI TOTAL dibentuk oleh berbagai unsur yakni, biopsikososio-kulturo-spiritual. Oleh
karena itu, pengelolaan nyeri kanker yang baik membutuhkan pendekatan multidisplin yang
melibatkan sernua disiplin ilmu yang terkait. Bahkan lebih dari itu, anggota keluarga penderita
pun harus dilibatkan utamanya dalam perawatan yang tidak kurang pentingnya.
Nyeri kanker dapat dibagi atas 2 kategori :
a. Nyeri Organik:
 Nyeri nosiseptif : Nyeri somatik (kulit, otot, tulang dan jaringan lunak) dan Nyeri
visceral (organ thoraks dan abdomen)
 Nyeri non nosiseptif : Nyeri neuropatik (deafferentiation pain) akibat adanya penekanan
dan kerusakan jaringan saraf.
b. Nyeri Pysikologik

Menurut WHO, dikenal sebagai three step ladder, yang pemberiannya harus : by the mouth,
by the clock, by the ladder. Dimulai dari step ladder I, diikuti step II dan III

Analgesik Nonopioid

 Usual analgesics : Aspirin, Acetominophen


 NSAIDs ( Non-selective COX Inhibitors ):Ibuprofen, Ketoprofen, Naproxen, Diclofenac
Sodium, Indomethacin, Ketorolac, Piroxicam, Mefenamic acid.
 NSAIDs ( Selective COX-2 Inhibitors ): Celecoxib, Parecoxib, Rofecoxib, etc.

Opioids untuk Moderate Pain

 Weak Opioid : Codein (biasanya digunakan sebagai antitussive, Konstipasi merupakan


efek yang sering terjadi)

Opioids untuk Severe Pain

 Morphine-Like Agonist : Morphine, Levorphanol, Codein, Hydromorphine, Methadone,


Oxycodone, Fentanyl transdermal, Meperidine
 Partial Agonist : Buprenorphine
 Mixed Agonist – Antagonist : Pentazocine, Nalbuphine, Butorphanol

Obat Adjuvant

 Corticosteroids : Dexamethasone, Prednison


 Anticonvulsant : Carbamazepine, Gabapentin, etc
 Antidepressant : Amytriptiline, Doxepine
 Neuroleptics : Methotrimeprazine
 Antihistamines : Hydroxyzine
 Local anesthetic/antiarrhytmics : Lidocaine
 Psycho-stimulans : Dextroamphetamine
 Laxatives : Bisacodyl, Lactulose, etc
 Antiemetics : Droperidol, Metoclopropamide, etc

Formula in RSWS
 Moderate pain
Acetaminophen/Aspirin 500 mg
Codein 20 mg
Dulcolax ¼ tab
mf pulv dtd XXX
6 dd I cap
06.00 18.00
10.00 22.00
14.00 02.00

+ adjuvant

 Severe pain
MST 5 - 10 mg
2 dd I tab
Celebrex 100–200 mg
2 dd I cap

06.00 18.00

+ adjuvant

NYERI NEROPATI / NYERI KRONIK


Klasifikasi
Berdasarkan Letak Nyeri

1. Nyeri Neuropatik Perifer. Pada nyeri neuropatik perifer Letak lesi di sistem perifer,
mulai dari saraf tepi, ganglion radiks dorsalis sampai ke radiks dorsalis. Contoh:
Diabetik Periferal Neuropati (DPN), Post Herpetik Neuralgia (PHN), Trigeminal
neuralgia, CRPS tipe I, CRPS tipe II.
2. Nyeri Neuropatik Sentral. Letak lesi dari medula spinalis sampai ke korteks Contoh:
Nyeri post stroke, Multiple Sclerosis, Nyeri post trauma medula spinalis

Berdasarkan waktu terjadinya

1. Nyeri Neuropatik Akut. Nyeri yang dialami kurang dari 3 bulan. Contoh Neuralgia
herpetika, Acute Inflammatory Demyelinating Neurophaty.
2. Nyeri Neuropatik Kronik. Nyeri yang dialami lebih dari 3 bulan.Nyeri neuropatik kronis
juga dibedakan menjadi:

a. Malignan (nyeri keganasan, post operasi, post radioterapi, post chemoterapi )


b. Non Malignan (neuropati diabetika, Carpal Tunnel Syndrome, neuropati toksis, avulsi
pleksus,
trauma medula spinalis, neuralgia post herpes)

Berdasarkan Etiologi
1. Saraf Perifer
• Trauma: neuropati jebakan, kausalgia, nyeri perut, nyeri post torakotomi
• Mononeuropati: Diabetes, invasi saraf/ pleksus oleh keganasan, Iradiasi pleksus, penyakit
jaringan ikat (Systemic Lupus Erytematosus, poliartritis nodusa)
• Polineuropati: Diabetes, alkohol, nutrisi, amiloid, penyakit Fabry, isoniasid, idiopatik.
2. Radiks dan ganglion : Diskus (prolaps) arakhnoiditis, avulsi radiks, rizotomi operatif, neuralgia
post herpes, trigeminal neuralgia, kompresi tumor.
3. Medula Spinalis : Transeksi total, hemiseksi, kontusio atau kompresio, hematomieli,
pembedahan, syringomieli, multiple sclerosis, Arteri-Vena Malformasi, Defisiensi Vit B12,
mielitis sifilik.
4. Batang Otak : Sindroma Wallenberg, Tumor, Syringobulbi, Multiple Sclerosis, Tuberkuloma.
5. Talamus Infark : hemoragik, tumor, lesi bedah pada nukleus sensorik utama.
6. Korteks / Sub korteks Infark : Arteri-Vena Malformasi, Truma dan tumor.

Berdasarkan asalnya:
1. Nyeri nosiseptif (nociceptive pain)
Nyeri perifer. Asal : kulit, tulang, sendi, otot, jaringan ikat, dll → nyeri akut, letaknya lebih
terlokalisasi.
Nyeri visceral / central. Lebih dalam, lebih sulit dilokalisasikan letaknya.
2. Nyeri neuropatik

Etiologi
Penyebab nyeri neuropatik yang paling sering : 4
Nyeri neuropatik perifer

 Poliradikuloneuropati demielinasi inflamasi akut dan kronik


 Polineuropati alkoholik
 Polineuropati oleh karena kemoterapi
 Sindrom nyeri regional kompleks (complex regional pain syndrome)
 Neuropati jebakan (misalnya, carpal tunnel syndrome)
 Neuropati sensoris oleh karena HIV
 Neuralgia iatrogenik (misalnya, nyeri post mastektomi atau nyeri post thorakotomi)
 Neuropati sensoris idiopatik
 Kompresi atau infiltrasi saraf oleh tumor
 Neuropati oleh karena defisiensi nutrisional
 Neuropati diabetik
 Phnatom limb pain
 Neuralgia post herpetik
 Pleksopati post radiasi
 Radikulopati (servikal, thorakal, atau lumbosakral)
 Neuropati oleh karena paparan toksik
 Neuralgia trigeminus (Tic Doulorex)
 Neuralgia post traumatik

Nyeri neuropatik sentral

 Mielopati kompresif dengan stenosis spinalis


 Mielopati HIV
 Multiple sclerosis
 Penyakit Parkinson
 Mielopati post iskemik
 Mielopati post radiasi
 Nyeri post stroke
 Nyeri post trauma korda spinalis
 Siringomielia

Penatalaksanaan
Hampir sebagian besar nyeri neuropatik tidak berespon terhadap NSAID dan analgesik opioid.
Terapi utamanya adalah the tricyclic antidepressants (TCA's), antikonvulsan dan systemic local
anesthetics. Agen farmakologi yang lain: corticosteroids, topical therapy dengan substance P
depletors, autonomic drugs dan NMDA receptor antagonist. Obat-obatan yang banyak
digunakan sebagai terapi nyeri neuropati adalah anti depresan trisiklik dan anti konvulsan
karbamasepin.
Terapi Farmaka
1. Anti depresan
Dari berbagai jenis anti depresan, yang paling sering digunakan untuk terapi nyeri neuropati
adalah golongan trisiklik, seperti amitriptilin, imipramin, maprotilin, desipramin. Mekanisme
kerja anti depresan trisiklik (TCA) terutama mampu memodulasi transmisi dari serotonin dan
norepinefrin (NE). Anti depresan trisiklik menghambat pengambilan kembali serotonin (5-HT)
dan noradrenalin oleh reseptor presineptik. Disamping itu, anti depresan trisiklik juga
menurunkan jumlah reseptor 5-HT (autoreseptor), sehingga secara keseluruhan mampu
meningkatkan konsentrasi 5-HT dicelah sinaptik. Hambatan reuptake norepinefrin juga
meningkatkan konsentrasi norepinefrin dicelah sinaptik. Peningkatan konsentrasi norepinefrin
dicelah sinaptik menyebabkan penurunan jumlah reseptor adrenalin beta yang akan mengurangi
aktivitas adenilsiklasi. Penurunan aktivitas adenilsiklasi ini akan mengurangi siklik adenosum
monofosfat dan mengurangi pembukaan Si-Na. Penurunan Si-Na yang membuka berarti
depolarisasi menurun dan nyeri berkurang.
2. Anti konvulsan
Seperti diketahui nyeri neuropati timbul karena adanya aktifitas abnormal dari sistem saraf dan
antikonvulsan mempunyai kemampuan untuk menekan kepekaan abnormal dari neuron-neuron
di sistem saraf sentral. Nyeri neuropati dipicu oleh hipereksitabilitas sistem saraf sentral yang
dapat menyebabkan nyeri spontan dan paroksismal. Reseptor NMDA dalam influks Ca2+ sangat
berperan dalam proses kejadian wind-up pada nyeri neuropati. Prinsip pengobatan adalah
penghentian proses hiperaktivitas terutama dengan blok Si-Na atau pencegahan sensitisasi
sentral dan peningkatan inhibisi.
 Karbamasepin dan Okskarbasepin
Mekanisme kerja utama adalah memblok voltage-sensitive sodium channels (VSSC). Efek ini
mampu mengurangi cetusan dengan frekuensi tinggi dari neuron.
 Lamotrigin
Merupakan anti konvulsan baru untuk stabilisasi membran melalui VSCC, merubah atau
mengurangi pelepasan glutamat maupun aspartat dari neuron presinaptik, meningkatkan
konsentrasi GABA di otak. Khusus untuk nyeri neuropati penderita HIV, digunakan lamotrigin
sampai dosis 300 mg perhari. Efek samping utama adalah skin rash, terutama bila dosis
ditingkatkan dengan cepat.
 Gabapentin
Akhir-akhir ini, penggunaan gabapentin untuk nyeri neuropati cukup populer mengingat efek
yang cukup baik dengan efek samping minimal. Khusus mengenai gabapentin, telah banyak
publikasi mengenai obat ini diantaranya untuk nyeri neuropati diabetika, nyeri pasca herpes,
nyeri neuropati sehubungan dengan infeksi HIV, nyeri neuropati sehubungan dengan kanker dan
nyeri neuropati deafferentasi. Gabapentin mempunyai kemampuan untuk masuk kedalam sel
untuk berinteraksi dengan reseptor α2β yang merupakan subunit dari Ca2+-channel.

Terapi Blok Transmisi

1. Irreversibel, yaitu operasi dan destruksi saraf.


2. Reversibel, yaitu injeksi anestesi lokal

Terapi Alternatif

1. Stimulator
2. Akupuntur
3. Hipnosis
4. Psikologi

ISTILAH-ISTILAH YANG BERKAITAN KHUSUS DENGAN NYERI

 Nyeri Neuropatik : Nyeri yang disebabkan oleh lesi atau disfungsi primer sistem saraf.
 Nyeri Neuropati : Berbeda dari nyeri nosiseptif, Nyeri biasanya bertahan lebih lama dan
merupakan proses input sensorik yang abnormal oleh sistem saraf perifer atau CNS.
Biasanya lebih sulit diobati. Mekanismenya mungkin karena dinamika alami pada sistem
saraf. Pasien mungkin akan mengalami: rasa terbakar, tingling, shock like, shooting,
hyperalgesia atau allodynia.
 Nyeri Neurogenik : Nyeri yang didahului atau disebabkan oleh lesi , disfungsi atau
gangguan sementara primer pada sistem saraf pusat atau perifer.
 Neuralgia : Nyeri pada daerah distribusi saraf.
 Neuritis : Inflamasi pada sistem saraf.
 Neuropati : Gangguan fungsi atau perubahan patologis pada saraf.

 Jika mengenai 1 saraf disebut mononeuropati


 Pada beberapa saraf disebut mononeuropati multipleks
 Bersifat difus dan bilateral disebut polineuropati

 Alodinia : Nyeri yang disebabkan oleh stimulus yang secara normal tidak menimbulkan
nyeri.
 Hiperalgesia : Respon yang berlebihan terhadap stimulus yang secara normal
menimbulkan nyeri.
 Hiperestesia : Meningkatnya sensitivitas terhadap stimulus, tidak termasuk didalamnya
sensasi khusus (indera lain).
 Hiperpatia : Sindroma dengan nyeri bercirikan reaksi nyeri abnormal terhadap stimulus,
khususnya terhadap stimulus berulang, seperti pada peninggian nilai ambang.
 Disestesia : Sensasi abnormal yang tidak menyenangkan, baik bersifat spontan maupun
dengan pencetus.
 Parestesia : Sensasi abnormal, baik bersifats pontan maupun dengan pencetus.
 Analgesia :Tidak adanya respon nyeri terhadap stimulus yang dalam keadaan normal
menimbulkan nyeri.
 Hipoalgesia : Berkurangnya respon nyeri terhadap stimulus yang dalam keadaan normal
menimbulkan nyeri.
 Anestesia : Hilangnya sensitivitas terhadap stimulus tidak termasuk sensasi khusus
(indera lain).
 Hipoestesia :Menurunnya sensitivitas terhadap stimulus, kecuali sensasi khusus (indera
lain).
 Anestesia Dolorosa : Nyeri pada area atau regio yang semestinya bersifat anestetik.
 Kausalgia : Sindroma yang timbul pada lesi saraf pasca trauma yang ditandai nyeri
seperti terbakar, alodinia, hiperpatia yang menetap, seringkali bercampur dengan
disfungsi vasomotor serta sudomotor dan kemudian diikuti oleh gangguan trofik.
 Nyeri Sentral : Nyeri yang didahului atau disebabkan atau disfungsi primer pada sistem
saraf pusat.
 Nyeri Neuropatik Perifer : Nyeri yang didahului atau disebabkan oleh lesi atau disfungsi
primer sistem saraf perifer.
 Nosiseptor : Serabut syaraf yang mentransmisikan nyeri.
 Non-nosiseptor : Serabut syaraf yang biasanya tidak mentransmisikan nyeri.
 System nosiseptif : System yang teribat dalam transmisi dan persepsi terhadap nyeri.
 Stimulus Noksius : Stimulus yang menimbulkan kerusakan terhadap jaringan tubuh
normal.
 Nilai Ambang Nyeri : Intensitas stimulus terkecil yang dapat dirasakan sebagai nyeri.
 Tingkat Toleransi Nyeri : Tingkat nyeri terbesar (intensitas maksimum) yang mampu
ditoleransi/ditahan subyek.
 Trigger Point : Titik dalam satu area tertentu pada otot dan/ atau fasianya yang
menimbulkan pola nyeri menjalar yang khas, dapat berupa kesemutan atau baal sebagai
reaksi terhadap tekanan yang agak lama.
 Tender Point : Nyeri lokal yang timbul pada otot, ligamentum, tendo atau jaringan
periosteum pada penekanan yang agak lama.
REFERENSI

1. Tanra AH. Nyeri Suatu Rahmat Sekaligus Sebagai Tantangan. Suplement Vol 26 No.3
Juli-September 2005
2. Latief SA. Petunjuk Praktis Anestesiologi. 2 ed. Bag Anestesi FKUI, 2007.p:74-83.
3. Meliala L, Pinzon R. Breakthrough in Management of Acute Pain. [serial online]
Oktober 2007 [cited 2008 February 2008] : [4 screens]. Available from: URL :
http://www.dexa-medica.com
4. Nicholson B. Differential Diagnosis: Nociceptive and Neuropathic Pain. The American
Journal of Managed Care. Juni 2006. p256-61.
5. Romanoff ME. Neuropathic Pain. In: Ramamurthy S, Alanmanou E, Rogers JN.
Decision Making in Pain Management. 2nd ed. Philadelphia: Mosby, 2006: p86-89.
6. Argoff CE. Managing Neuropathic Pain: New Approaches For Today's Clinical Practice.
[online] 2002 [cited 2008 February 8] : [31 screens]. Available from:
7. URL : http://www.medscape.com/viewprogram/2361.htm
PEMBERIAN EDUKASI

PADA PASIEN DAN ATAU KELUARGA

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH No. Dokumen No. Revisi Halaman


KAREL SADSUITUBUN
LANGGUR /MED/SPO/2014 0 1/4

STANDAR OPRASIONAL Tanggal Terbit Ditetapkan


TETAP
20 januari 2014 Direktur, RSUD Karel Sadsuitubun
MEDIS Langgur

dr. K. NOTANUBUN,M.Kes
NIP : 19631016 199803 2 002

Pengertian Suatu penatalaksanaan ketidaknyamanan yang dirasakan pasien


yang mengalami nyeri akut maupun kronis melalui pendekatan yang
kompherensif di Rawat inap.

Tujuan Memberikan kenyamanan bagi pasien.


1. Pengkajian nyeri dilakukan dengan 3 cara yaitu :
Kebijakan a. Untuk pasien umur 0 – 3 tahun dengan FLACC,hasilnya
dituliskan dalam bentuk numeric ( 0 – 10 )
b. Untuk pasien umur > 3-9 tahun atau pasien dewasa yang
tidak dapat mengungkapkan derajat nyerinya,maka
digunakan Wong Baker (0-10)
c. Untuk pasien >9 tahun memakai Numerik (0-10)
2. Jika nyeri 1-3 pada skala Numerik maka penatalaksanaan
nyeri dilaksanakan pleh bagian keperawatan. Skor skala
nyeri >4,maka perawat akan melaporkan kepada dokter jaga
atau DPJP,kemudian dokter harus melakukan pengkajian dan
penanganan nyeri lebih lanjut dan didokumentasikan dalam
bentuk SOAP. Bila nyeri > maka akan dikonsulkan ke dokter
anastesi.Evaluasi nyeri selanjutnya dilakukan sampai nyeri
hilang atau menurun

1. Setiap pasien rawat inap dilakukan skrening nyeri oleh


Prosedur perawat
2. Skala nyeri 1 - 3 maka pengkajian dan tindakan akan
dilakukan oleh perawat,bila perawat mendapat skala nyeri
> 4 maka perawat akan melaporkan kepada dokter dengan
memberitahukan lokasi nyeri.
3. Dokter melakukan konfirmasi nyeri kepada pasien lalu
melakukan anamnesa,pemeriksaan terhadap keluhan nyeri
dengan mencari penyebab dari rasa nyeri,lokasi
nyeri,intensitas nyeri, penjalaran,hilang atau makin nyeri
pada penekanan,kemudian melakukan penatalaksanaan nyeri
tersebut,serta evaluasi ulangan terhadap nyeri dan
penangnannya.
4. Dokter melakukan pengkajian nyeri pada pasien yang
dinyatakan dengan skala nyeri numeric (0- 10) dan memberi
intervensi pengoabatan pada nyeri skala > 4
5. Pengobatan untuk nyeri Akut :
A. Pemilihan obat pertama :
Golongan Analgetik Non Opioid yaitu :
1) Golongan Parasetamol / Acetaminofen / Aspirin ( ASA )
2) Golongan NSAIDs (Non steroid anti inflammatory
drugs) seperti :
- Ibuprofen
- Mefenamic acid,
- Ketoprofen
- Naproxen
- Diclofenac Sodium
- Piroxicam
- Ketorolac
3) Selective Cox 2 Inhibitor
Pada nyeri yang bersifat visceral jangan diberikan
gol.NSAIDs. pada nyeri saraf jangan diberikan
gol.Analgetik Non Opioid atau gol.NSAIDs.
B. Pemilihan Obat kedua :
Golongan Mild Acting Opioid.
Dapat dikombinsikan dengan terapi ajuvan :
Anti Konvulsi :
- Gabapentin
- Carbamazepin
- Lamotrigin
Anti depresan (gol.Trisiklik ) :
- Amitriptilin.
- Imipramin
- Maprotilin
- Desipramin
Steroid :
- Dexametason
- Prednisone.
6. Bila skala nyeri Numerik > 6 maka pasien akan dikonsulkan
kedokter spesialis anatesi untuk dilakukan penanganan nyeri lebih
lanjut dengan persetujuan dari pasien atau keluarga.Bila pasien
atau keluarga menolak untuk dikonsulkan,maka DPJP akan
menangani rasa nyeri pasien sebatas kompetensinya
7. Pengobatan nyeri kronis dan kanker digunakan WHO 3 step
Ladder :
Nyeri Ringan :
- Aspirin ( ASA )
- Asetaminofen
- NSAIDs
- Bisa ditambah terapi Ajuvan
Nyeri Sedang :
- ASA atau Asetaminofen
- Codein
- Hydrocodone
- Oxycodone
- Dyhidrocodein
- Tramadol ( tidak diberikan bersama ASA atau
Acetaminofen)
- Bisa ditambah terapi ajuvan.
Nyeri Berat :
- Morfin
- Hydromorfin
- Methadone
- Levorphanol
- Oxyondone
- Bisa ditambah Analgetik Non opioid
- Bisa ditambah terapi Ajuvan
8. Pemberian obat pada nyeri kronis dan kanker secara maintenance
dengan dosis yang tepat dan disesuaikan dengan ambang nyeri
pasien.
9. Pada pasien dengan kronis dan kanker maka evaluasi nyeri pada
perawat setiap shift dilakukan dan berkolaborasi dengan dokter
untuk mengevaluasi terapi yang sudah diberikan. Evaluasi nyeri
untuk dokter minimal 1x sehari sampai pasien pulang.
10. Pada pasien paska pembedahan,evaluasi nyeri ulangan diruangan
dilakukan perawat ruangan,kemudian kolaborasi dengan dokter
ruangan dan DPJP,bila perlu ke dokter anastesi 24 jam paskah
bedah.
11. Dokter berkolaborasi dengan perawat akan melakukan
pengkajian ulang
12. Menilai skala nyeri dan pengelolaan nyeri telah diberikan
kepada pasien satu jam setelah pemberian obat melalui
intramuscular/intravena dan suppositoria dengan
memperhatikan efek samping pemberian obat masing –
masing obat.
13. Setelah setengah jam atau 1 jam pasca pemberian obat
nyeri,perawat akan melakukan evaluasi nyeri ulangan dan
bila sudah hilang maka evaluasi dilakukan saat pemberian
obat nyeri berikutnya.
14. Bila pada evaluasi ulangan pasien masih mengeluh nyeri
menetap atau semakin nyeri,maka perawat akan
memberitahu dokter. Dokter akan mengkonfirmasi nyeri
yang dirasa pasien dengan pemeriksaan fisik.setelah itu
dokter akan menetapkan skala nyeri dan penanganan
selanjutnya apakah akan dikombinasikan dengan obat
lainnya sesuai point 6 atau 8 disesuaikan dengan tingkat
nyeri.
15. Setelah penambahan obat nyeri tambahan maka harus selalu
dilakukan evaluasi nyeri ulangan sesuai point 12 sampai
nyeri hilang.
16. Evaluasi pada nyeri Akut dilakukan oleh dokter sampai 1
hari bebas nyeri
17. Pengobatan nyeri dapat juga dengan stimulasi,hypnosis, dan
psikologi.terutama untuk pasien kanker harus dilakukan
pengobatn secara biopsikososio –kulturo-
spiritual.pengobatan harus dengan pendekatan multidisplin
melibatkan seluruh displin ilmu dan keluarga pasien.
18. Maksimal waktu observasi tergantung obat yang
diberikan,waktu paruh obat,cara pemberian dan dosis
maksimal perhari.
19. Dokumentasikan semua hasil skrining nyeri,pengkajian nyeri
awal dan evaluasinya serta penatalaksanaannya pada BRM
dalam bentuk SOAP.
Unit terkait 1. Medis
2. Keperawatan
3. Rehabilitasi Medik
PEMERINTAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KAREL SADSUITUBUN LANGGUR
Jalan Merdeka Raya No.03  ( 0916 ) 21612 - 21613  21614
Email : rsudkarelsadsuitubun@gmail.com Kode Pos 9761

Hari/tgl : Senin/16 juli 2014 Jam : 09 : 00 – 11:00 Wit Tempat : Rg.Keperawatan

Notulen Rapat Medis - Kep


Pimpinan Rapat dr.Lusia K
Peserta Hadir :
1. dr.Lusia K
2. dr.A.De-lima
3. Zr Syane
4. Ns.Ampi
5. Zr.Ani
Tidak hadir : -

AGENDA : PENYAMAAN TENTANG PANDUAN NYERI DAN FLACC

No Asupan/Masalah Hasil Tindak Lanjut Komite Date Keterangan


Medik
1

h
b
h
h
1
1
p
s
a

Anda mungkin juga menyukai