Laporan Lutfi Hadi W (1500357)
Laporan Lutfi Hadi W (1500357)
Puji syukur penyusun saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas
Berkah, Rahmat dan Hidayah-Nyalah, laporan Tugas Struktur Beton ini ini dapat
terselesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Atas tersusunnya laporan ini, tak lupa penyusun mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Dosen Struktur Beton I : Dr. H. Nanang Dalil, S.T., M.Pd
2. Asisten Dosen Struktur Beton I : Sri Rahayu, S.Pd
3. Serta semua teman–teman yang telah memberi sumbangsih dan sarannya
sehingga laporan ini dapat terselesaikan.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan baik dalam hal teknik penulisan, tata bahasa maupun isinya. Oleh
karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapakan demi
penyempurnaan laporan ini pada masa yang akan datang. Akhir kata, semoga
laporan ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi penyusun dan umumnya
para pembaca sekalian.
Penyusun
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Beton bertulang (reinforced concrete) adalah suatu bahan bangunan yang
kuat, tahan lama, dan dapat dibentuk dalam berbagai bentuk serta ukuran. Beton
bertulang adalah bahan komposit yang merupakan gabungan dari dua jenis bahan,
yaitu beton (concrete) dan tulangan baja (steel). Beton merupakan campuran antara
kerikil / batu pecah, pasir, air, serta semen (PC) dengan perbandingan berat yang
tertentu (mix design). Untuk mendapatkan beton dengan kuat tekan yang tinggi,
maka bahan-bahan campuran dari beton harus diuji dan diperiksa mutunya,
sehingga memenuhi mutu bahan yang disyaratkan.
Kekuatan tarik dari bahan beton besarnya hanya + 10% dari kekuatan
tekannya. Oleh sebab itu struktur beton direncanakan dengan anggapan bahwa
beton sama sekali tidak memikul gaya tarik. Untuk memikul gaya tarik yang ada,
dipergunakan tulangan baja. Kekuatan beton bertulang diperoleh dengan
menggabungkan sifat-sifat dari beton dan tulangan baja, sehingga didapatkan suatu
aksi komposit dari kedua bahan tersebut.
Struktur beton bertulang merupakan jenis struktur yang paling banyak
dibangun dan digunakan orang. Untuk keperluan perencanaan struktur beton
bertulang, ada tiga aspek yang perlu mendapatkan perhatian dari seorang perencana
struktur yaitu :
1). Perhitungan mekanika gaya dari sistem struktur akibat pembebanan
2). Perhitungan jumlah tulangan yang diperlukan oleh elemen-elemen
struktur
3). Penempatan dan pemasangan tulangan pada struktur
Selain pemahaman yang baik mengenai konsep dan teori dari struktur beton
bertulang, beberapa hal yang perlu disiapkan oleh seorang perencana struktur yaitu
:
1). Standar pembebanan dan standar beton yang berlaku.
2). Komputer beserta programnya (software struktur).
BAB II
Flow = D - 10 x 100/10
2.2.2. Bleeding
Bleeding adalah pengeluaran air dari adukan beton yang disebabkan oleh
pelepasan air dari pasta semen. Sesaat setelah dicetak, air yang terkandung di dalam
beton segar cenderung untuk naik ke permukaan. Selanjutnya Power dalam Neville
(1981) berpendapat bahwa naiknya air ke permukaan dan bersamaan dengan
turunnya bahan ke dasar disebabkan oleh pengaruh gravitasi akibat berat sendiri
sebagai fenomena alamiah atau proses “specific sedimentation“.
Bleeding dihitung dengan cara menghitung banyaknya air yang keluar dari
sampel beton segar sesaat setelah dicetak. Prosedur pemeriksaan diatur dalam
ASTM C232-58 (1966). Banyaknya bleeding adalah volume air (ml) yang keluar
dari suatu luasan permukaan beton (A) atau secara matematis ditulis :
1) Partikel yang lebih kasar cenderung memisahkan diri dari partikel yang
lebih halus.
2) Terpisahnya air semen dari adukan.
Segregasi sangat besar pengaruhnya terhadap sifat beton keras. Jika tingkat
segregasi beton sangat tinggi, maka ketidaksempurnaan konstruksi beton juga
tinggi. hal ini dapat berupa keropos, terdapat lapisan yang lemah dan berpori,
permukaan nampak bersisik dan tidak merata
2.2.4. Kekuatan
Kekuatan beton terutama dipengaruhi oleh banyaknya air dan semen yang
digunakan atau tergantung pada faktor air semen dan derajat kekompakannya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan beton :
Pada umumnya, beton mencapai kuat tekan 70% pada umur 7 hari, dan pada
umur 14 hari, kekuatannya mencapai 85 – 90% dari kuat tekan beton umur 28 hari.
Pengukuran kuat tekan beton didasarkan pada SK SNI M14-1989-F (SNI 03-1974-
1990). Pembebanan pada pengujian kuat tekan termasuk pembebanan statik
monotorik dengan menggunakan Compressive Test. Beban yang bekerja akan
terdistribusi secara kontinue melalui titik berat.
f'cr = P / A
dimana,
Pengamatan kuat tarik beton khususnya pada beton bertulang sangat penting
pada penentuan kemungkinan pencegahan keretakan akibat susut dan perubahan
panas. Sedang untuk beton tidak bertulang, hasil pengujian ini dimanfaatkan dalam
perencanaan konstruksi jalan raya dan lapangan terbang serta untuk beton
prategang.
Cara yang digunakan untuk mengukur kuat tarik beton adalah dengan
pengujian kuat tarik belah sesuai SK SNI M-60-1990-03 (SNI 03-2492-1991).
Spesimen yang digunakan adalah silinder dan ditekan oleh dua plat paralel pada
arah diameternya.
f'ct = 2P/π LD
dimana,
2.2.5. Penyusutan
Proses susut secara umum didefinisikan sebagai perubahan volume yang
tidak berhubungan dengan beban. Adapun proses susut pada beton yaitu:
1) Penyusutan awal, akibat kehilangan air pada proses penguapan dan perembesan
melalui acuan.
2) Penyusutan akibat suhu ketika beton mulai dingin. Penyusutan ini masih dapat
diatasi dengan perawatan yang baik. Terjadinya penyusutan akan berakibat
retak-retak plastis pada beton.
a. Retak yang lebih luas dari 0,15 mm tidak akan menimbulkan
masuknya air pada tulangan (dapat diabaikan)
b. Retak-retak sebesar (0,15 – 0,5 mm) perlu diatasi dengan menutup
retakan tersebut (dengan emulsi latex dan lain-lain)
2.2.6. Keawetan
Keawetan beton merupakan lamanya waktu pada material untuk dapat
melanjutkan pemakaiannya seperti yang telah direncanakan. Walaupun terjadi
serangan dari luar baik fisik, mekanik dan kimia. Adapun pengaruh-pengaruh luar
yang dapat merusak beton adalah pengaruh cuaca (hujan sinar matahari) silih
berganti dan daya perusak kimiawi, misalnya air limbah/buangan, air laut, lemak
gula dan sebagainya. Untuk mengatasi hal tersebut yaitu :
Beton dalam keadaan mengeras akan sangat keras bagaikan batu dengan
kekuatan tinggi. tapi dalam keadaan segar beton seperti bubur sehingga mudah
dibentuk sesuai keinginan. beton juga sangat tahan terhadap serangan api juga
sangat tahan terhadap serangan korosi. sehingga secara umum kelebihan dan
kekurangan beton adalah :
1. Kelebihan beton :
a. dapat dibentuk sesuai keinginan
b. mampu memikul beban tekan yang berat
c. tahan terhadap temperatur tinggi
d. biaya pemeliharaan rendah / kecil
2. Kekurangan beton :
a. Bentuk yang sudah dibuat sulit untuk diubah
b. Pelaksanaa pekerjaan memerlukan ketelitian yang tinggi
c. Berat
d. Daya pantul suara besar
e. Membutuhkan cetakan sebagai alat pembentuk
f. Tidak memiliki kekuatan tarik
g. Setelah dicampur beton segera mengeras
h. Beton yang mengeras sebelum pengecoran tidak bisa di daur ulang
2.5 Faktor kekuatan Beton dan Jenisnya
1. Prameter-prameter yang mempengaruhi kekuatan beton adalah :
Keterangan :
Lx = Bentang Terpendek (mm)
Ly = Bentang Terpanjang (mm)
b = lebar balok (mm)
h (mm)
b (mm)
Lx mm
Ly =
h mm
b mm b mm
Ly mm
Keterangan :
L = Ln = Bentang Bersih
hmin = tebal minimum
hmaks = tebal maksimum
𝐿𝑦
β = 𝐿𝑥 , Lx = bentang terpendek, dan Ly = bentang terpanjang
Pada potongan x kita bisa memotong di daerah atas maupun bawah selain
kantilever, namun pada potongan y hanya memotong di tengah.
Perencanaan Balok Pada Portal
Perkiraan Tinggi Balok
Dalam penggunaannya kita dapat mengetahui dari fy yang akan
digunakan dalam perencanaan struktur memakai beton bertulang, dapat
dilihat rumusnya dalam Gideon (1993: hlm.63) :
1
𝐿𝑥 = 𝑏𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑒𝑛𝑎ℎ 𝑥 − ∙𝑏
2
1 1
𝐿𝑦 = 𝑏𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑒𝑛𝑎ℎ 𝑦 − ∙𝑏−2∙𝑏
2
Keterangan :
Lx = Bentang Terpendek (mm)
Ly = Bentang Terpanjang (mm)
b = lebar balok (mm)
Gambar 5. Menentukan Bentang pada Balok
b (mm) h (mm)
Lx mm
Ly =
h mm
b mm b mm
Ly mm
Beban Segitiga
qequivalen = 1/3 x q x Lx
Beban Trapesium
Setelah itu kita merencanakan pada denah yang ada, pada bentang
terpendek merupakan gambar segitiga dan bentang terpanjang merupakan
gambar trapezium, sama seperti halnya gambar metode amplop namun
apabila terdapat bentang yang sama hanya menggambarkan 4 buah segitiga.
A=bxh
h =2xb
Perhitungan Join
Dalam perhitungan ini kita memerlukan data-data di atas karena kita
juga harus membandingkan momen mana yang terbesar dari potongan x dan
potongan y. sehingga momen dari SAP yang terbesar akan digunakan dalam
perhitungan selanjutnya. Perhitungan join ini dibutuhkan data sebagai
berikut:
- Perhitungan potongan x hampir sama dalam perhitungannya dengan
potongan y.
Gambar 7. Penamaan Join Pada Portal Potongan X dan Y
Berat plat lantai tipe kiri = (𝐿𝑥 𝑥 𝐿𝑦) 𝑥 𝑡𝑒𝑏𝑎𝑙 𝑝𝑙𝑎𝑡 𝑙𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖 𝑥24
(𝐿𝑥 𝑥 𝐿𝑦)𝑥 𝑊𝐿(𝑙𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖)
Berat 1/2 WL lantai tipe kanan = 2
Momen 3-3
Klik Show Valus On Diagram
Shear 2-2
Klik Show Valus On Diagram
Masukin Exel
0,85 ∙ 𝑓𝑐 2. 𝑀𝑛
𝜌𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = (1 − √1 − )
𝑓𝑦 0,85 ∙ 𝑓𝑐 ∙ 𝑏 ∙ 𝑑 2
𝑎𝑝𝑎𝑏𝑖𝑙𝑎
𝜌𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 > 𝜌𝑚𝑖𝑛 , 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑑𝑖𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛 𝜌𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 𝑑𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑏𝑎𝑙𝑖𝑘𝑛𝑦𝑎
As = 𝜌𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 ∙ 𝑏𝑤 ∙ 𝑑 = 𝑚𝑚2
Maka digunakan perencanaan tulangan berapa buah dan
diameter berapa = luas tulangan ini harus lebih besar dari As
𝐴𝑠 ∙ 𝑓𝑦
𝑎= = 𝑚𝑚
0,85 ∙ 𝑓𝑐 ∙ 𝑏𝑤
ФMn = Ф x As x fy x (d – 1/2 a) ФMn > Mu ….OK!
b. Lapangan
Pada perhitungan tulangan tumpuan menggunakan
M(Lapangan/Tengah).
d = mm
bw = mm
ρmin = mm
ρmaks = mm
Mu(Momen) = KNm Nmm
𝑀𝑢
𝑀𝑛 =
Φ
Menentukan ρ yang diperlukan
𝑀𝑛
=
bw ∙ d2
𝑎𝑝𝑎𝑏𝑖𝑙𝑎
𝜌𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 > 𝜌𝑚𝑖𝑛 , 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑑𝑖𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛 𝜌𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 𝑑𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑏𝑎𝑙𝑖𝑘𝑛𝑦𝑎
As = 𝜌𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 ∙ 𝑏𝑤 ∙ 𝑑 = 𝑚𝑚2
Maka digunakan perencanaan tulangan berapa buah dan
diameter berapa = luas tulangan ini harus lebih besar dari As
𝐴𝑠 ∙ 𝑓𝑦
𝑎= = 𝑚𝑚
0,85 ∙ 𝑓𝑐 ∙ 𝑏𝑤
ФMn = Ф x As x fy x (d – 1/2 a) ФMn > Mu ….OK!
A=bxh
h =2xb
Maka 4 x 0,63
Keramik + Spesi
Tegel keramik 1,5 cm = 0,015 x 21
2 3
Wu2
Wu1 2 3
E = 2x106 KN/m2
I = 2x104 m
F = 0,18 m2
F = 0,225 m2
Perhitungan Penulangan Konstruksi Tangga
a. Penulangan Pelat Tangga
Tebal Plat lantai (h) = sesuai perencanaan
Фtul yang digunakan = sesuaikan dengan perencanaan
Tinggi selimut beton (P) = 20 mm
Tinggi efektif plat (d) = h – P – ½ x Фtul
Lebar plat (b) = 200 cm = 2000 mm
Mu = Mmaks = didapat hasil momen dari SAP
Syarat untuk momen : 𝜌𝑚𝑖𝑛 < 𝜌𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 < 𝜌𝑚𝑎𝑘
1,4
𝜌𝑚𝑖𝑛 =
𝑓𝑦
0,85 ∙ 𝛽1 ∙ 𝑓𝑐 600
𝜌𝑏𝑎𝑙𝑎𝑛𝑐𝑒 = ( )
𝑓𝑦 600 + 𝑓𝑦
Q = arctg (D/s)
m = (baris ke baris)
n = jumlah tiang yang diperlukan
BAB IV
PERHITUNGAN KONSTRUKSI BETON BERTULANG
Pelat A
L1 x L1 = 1.5 x 1.5 = 2.25 m2
Pelat B
L6 x L1 = 1.5 x 6.4 = 9.6 m2
Type B
Balok arah x dengan L = 1.5 m = 1500 mm dengan fy = 400 Mpa, dan
jepit jepit, maka:
1
ℎ= 𝑥 1500 = 150 𝑚𝑚 ≈ 150 𝑚𝑚
10
Balok arah y dengan L = 6.4 m = 6400 mm dengan fy = 400 Mpa, dan
jepit bebas, maka:
1
ℎ= 𝑥 6400 = 228.57 𝑚𝑚 ≈ 250 𝑚𝑚
28
Type I
Balok arah x dengan L = 5.5 m = 5500 mm dengan fy = 400 Mpa, dan
jepit jepit, maka:
1
ℎ= 𝑥 5500 = 196.4285714 𝑚𝑚 ≈ 200 𝑚𝑚
28
Type I
Balok arah x dengan h = 200 mm
1
𝑏= 𝑥 200 = 100 𝑚𝑚 ≈ 100 𝑚𝑚
2
Type B
Balok arah x Balok arah y
Type I
Balok arah x Balok arah y
Type A
Type B
1300
Type I
𝒇𝒚⁄
𝑳 (𝟎. 𝟖 + 𝟏𝟓𝟎𝟎) 𝑳𝒚
𝒉𝒎𝒊𝒏 = ≥ 𝟐 = 𝑷𝒍𝒂𝒕 𝟏 𝑨𝒓𝒂𝒉
𝟑𝟔 + 𝟗 𝒙 𝜷 𝑳𝒙
𝒇𝒚⁄
𝑳 (𝟎. 𝟖 + 𝟏𝟓𝟎𝟎) 𝑳𝒚
𝒉𝒎𝒊𝒏 = ≤ 𝟐 = 𝑷𝒍𝒂𝒕 𝟐 𝑨𝒓𝒂𝒉
𝟑𝟔 𝑳𝒙
Type A
Ln = 1425 mm
𝑳𝒚 𝟏𝟒𝟐𝟓
𝜷= = = 𝟏 → 𝑷𝒍𝒂𝒕 𝟐 𝑨𝒓𝒂𝒉
𝑳𝒙 𝟏𝟒𝟐𝟓
Type B
Ln = 5225 mm
𝑳𝒚 𝟔𝟐𝟓𝟎
𝜷= = = 𝟒. 𝟏𝟏𝟔𝟕 → 𝑷𝒍𝒂𝒕 𝟏 𝑨𝒓𝒂𝒉
𝑳𝒙 𝟏𝟓𝟎𝟎
𝑳𝒚 𝟔𝟐𝟓𝟎
𝜷= = = 𝟏. 𝟏𝟔𝟖𝟐𝟐𝟒𝟑 → 𝑷𝒍𝒂𝒕 𝟐 𝑨𝒓𝒂𝒉
𝑳𝒙 𝟓𝟑𝟓𝟎
Dilihat dari hasil perhitungan, dapat diambil tebal pelat antara 143.32664
mm – 185.185 mm, maka tebal pelat yang digunakan adalah 160 mm atau
16 cm untuk semua type pelat atap.
f) Menghitung Beban
Tebal plat atap yang digunakan adalah 15 cm
Wu = 1.2 WD + 1.6 WL, dimana WD didapat dari:
WD = Beban Mati
Beban sendiri plat = 0.16 x 18 = 2.88 KN/m2
Berat plafond = 0.01 x 18 = 0.18 KN/m2
Air Hujan = 0.05 x 10 = 0.50 KN/m2
Lapisan Aspal = 0.01 x 14 = 0.14 KN/m2
Berat instalasi ME = 0.25 KN/m2 +
= 111666.6667 N/mm2
= 111.6667 KN/m2
h) Perencanaan Tulangan
Dengan tebal plat = 160 mm
Penutup beton = 20 mm
Diameter tulangan :
Arah x Ø = 12mm
Arah y Ø = 12mm
Tinggi efektif arah x
dx = h – p – 0.5 Ø tulangan arah x
= 160 – 20 – ( 0.5 x 12 )
= 134 mm
Tinggi efektif arah y
dy = h – p – ( 0.5. Ø tulangan arah y ) – Ø tulangan
= 160 – 20 – (0.5 x 12) – 12
= 122 mm
𝑳𝒚 𝟏𝟒. 𝟐𝟓
= =𝟏
𝑳𝒙 𝟏𝟒. 𝟐𝟓
𝟎.𝟖𝟓 .𝒇𝒄 𝟐 𝑴𝒏
ρperlu =
𝒇𝒚
𝟏 − (√ 𝟏 −
𝟎.𝟖𝟓 .𝒇𝒄. 𝒃 . 𝒅𝟐
)
= 0.00006611792887
As. Lx = ρmin x b x d
= 469 mm2
Dipakai Ø 12 mm = 113.04 mm2
𝝅
𝒙 𝟏𝟐𝟐 𝒙 𝟏𝟎𝟎𝟎
𝟒
s =( )
𝟒𝟔𝟗𝟎
= 241.10234542 mm ≈ 200 mm
Asmin = ρmin x b x d
𝑨𝒔 𝒙 𝒇𝒚
𝒂=
𝟎.𝟖𝟓 𝒙 𝒇𝒄 𝒙 𝒃
𝟓𝟔𝟐.𝟐 𝒙 𝟒𝟎𝟎
=
𝟎.𝟖𝟓 𝒙 𝟐𝟐.𝟓 𝒙 𝟏𝟎𝟎𝟎
= 9.456 mm
= 23380651.01 N.mm
= 18704520.81 N.mm
𝟎.𝟖𝟓 .𝒇𝒄 𝟐 𝑴𝒏
ρperlu =
𝒇𝒚
𝟏 − (√ 𝟏 −
𝟎.𝟖𝟓 .𝒇𝒄. 𝒃 . 𝒅𝟐
)
= 0.00008115949864
As. Lx = ρmin x b x d
= 427 mm2
Dipakai Ø 12 mm = 113.04 mm2
𝟑.𝟏𝟒
𝒙 𝟏𝟐𝟐 𝒙 𝟏𝟎𝟎𝟎
𝟒
s =( )
𝟒𝟐𝟕
= 264.73 mm ≈ 250 mm
Asmin = ρmin x b x d
𝑨𝒔 𝒙 𝒇𝒚
𝒂=
𝟎.𝟖𝟓 𝒙 𝒇𝒄 𝒙 𝒃
𝟒𝟓𝟐.𝟏𝟔 𝒙 𝟒𝟎𝟎
=
𝟎.𝟖𝟓 𝒙 𝟐𝟐.𝟓 𝒙 𝟏𝟎𝟎𝟎
= 9.456 mm
= 21210283.01 N.mm
= 16968226.41 N.mm
𝟎.𝟖𝟓 .𝒇𝒄 𝟐 𝑴𝒏
ρperlu =
𝒇𝒚
𝟏 − (√ 𝟏 −
𝟎.𝟖𝟓 .𝒇𝒄. 𝒃 . 𝒅𝟐
)
= 0.00015620604
As. Lx = ρmin x b x d
= 469 mm2
Dipakai Ø 12 mm = 113.04 mm2
𝝅
𝒙 𝟏𝟐𝟐 𝒙 𝟏𝟎𝟎𝟎
𝟒
s =( )
𝟒𝟒𝟏
= 241.0234 mm ≈ 200 mm
Asmin = ρmin x b x d
𝑨𝒔 𝒙 𝒇𝒚
𝒂=
𝟎.𝟖𝟓 𝒙 𝒇𝒄 𝒙 𝒃
𝟓𝟔𝟓.𝟐 𝒙 𝟒𝟎𝟎
=
𝟎.𝟖𝟓 𝒙 𝟐𝟐.𝟓 𝒙 𝟏𝟎𝟎𝟎
= 9.456 mm
= 23380651.01 N.mm
= 18704520 N.mm
𝟎.𝟖𝟓 .𝒇𝒄 𝟐 𝑴𝒏
ρperlu =
𝒇𝒚
𝟏 − (√ 𝟏 −
𝟎.𝟖𝟓 .𝒇𝒄. 𝒃 . 𝒅𝟐
)
= 0.00018416
As. Lx = ρmin x b x d
= 427 mm2
Dipakai Ø 8 mm = 50.24 mm2
𝟑.𝟏𝟒
𝒙 𝟏𝟐𝟐 𝒙 𝟏𝟎𝟎𝟎
𝟒
s =( )
𝟒𝟐𝟕
= 264.73 mm ≈ 250 mm
Asmin = ρmin x b x d
𝑨𝒔 𝒙 𝒇𝒚
𝒂=
𝟎.𝟖𝟓 𝒙 𝒇𝒄 𝒙 𝒃
𝟓𝟎𝟐.𝟒 𝒙 𝟒𝟎𝟎
=
𝟎.𝟖𝟓 𝒙 𝟐𝟐.𝟓 𝒙 𝟏𝟎𝟎𝟎
= 9.456941176 mm
= 21210283.01 N.mm
= 16968226.41 N.mm
𝑳𝒚 𝟔𝟐𝟓𝟎
= = 𝟒. 𝟏𝟔𝟔𝟕
𝑳𝒙 𝟏𝟓𝟎𝟎
𝟎.𝟖𝟓 .𝒇𝒄 𝟐 𝑴𝒏
ρperlu =
𝒇𝒚
𝟏 − (√ 𝟏 −
𝟎.𝟖𝟓 .𝒇𝒄. 𝒃 . 𝒅𝟐
)
= 0.003184724728
As. Lx = ρmin x b x d
= 426.7498 mm2
Dipakai Ø 10 mm = 78.5714 mm2
𝝅
𝒙 𝟏𝟎𝟐 𝒙 𝟏𝟎𝟎𝟎
𝟒
s =( )
𝟒𝟐𝟔.𝟕𝟒𝟗𝟖
= 184.1159 mm ≈ 150 mm
Asmin = ρmin x b x d
𝑨𝒔 𝒙 𝒇𝒚
𝒂=
𝟎.𝟖𝟓 𝒙 𝒇𝒄 𝒙 𝒃
𝟓𝟐𝟑.𝟖𝟎𝟗𝟑 𝒙 𝟒𝟎𝟎
=
𝟎.𝟖𝟓 𝒙 𝟐𝟐.𝟓 𝒙 𝟏𝟎𝟎𝟎
= 10.95548863 mm
= 26928495.91 N.mm
= 21542796.73 N.mm
𝟎.𝟖𝟓 .𝒇𝒄 𝟐 𝑴𝒏
ρperlu =
𝒇𝒚
𝟏 − (√ 𝟏 −
𝟎.𝟖𝟓 .𝒇𝒄. 𝒃 . 𝒅𝟐
)
= 0.003368480619
As. Lx = ρmin x b x d
= 427 mm2
Dipakai Ø 10 mm = 78.5714 mm2
𝝅
𝒙 𝟏𝟎𝟐 𝒙 𝟏𝟎𝟎𝟎
𝟒
s =( )
𝟒𝟐𝟕
= 184.008 mm ≈ 150 mm
Asmin = ρmin x b x d
𝟓𝟐𝟑.𝟖𝟎𝟗𝟑 𝒙 𝟒𝟎𝟎
=
𝟎.𝟖𝟓 𝒙 𝟐𝟐.𝟓 𝒙 𝟏𝟎𝟎𝟎
= 10.9554 mm
= 24414185.76 N.mm
= 19531348.61 N.mm
𝟎.𝟖𝟓 .𝒇𝒄 𝟐 𝑴𝒏
ρperlu =
𝒇𝒚
𝟏 − (√ 𝟏 −
𝟎.𝟖𝟓 .𝒇𝒄. 𝒃 . 𝒅𝟐
)
= 0.002774316983
As. Lx = ρmin x b x d
= 469 mm2
Dipakai Ø 10 mm = 78.5714 mm2
𝝅
𝒙 𝟏𝟎𝟐 𝒙 𝟏𝟎𝟎𝟎
𝟒
s =( )
𝟒𝟔𝟗
= 167.5296984 mm ≈ 150 mm
Asmin = ρmin x b x d
𝑨𝒔 𝒙 𝒇𝒚
𝒂=
𝟎.𝟖𝟓 𝒙 𝒇𝒄 𝒙 𝒃
𝟓𝟐𝟑.𝟖𝟎𝟗𝟑 𝒙 𝟒𝟎𝟎
=
𝟎.𝟖𝟓 𝒙 𝟐𝟐.𝟓 𝒙 𝟏𝟎𝟎𝟎
= 10.9554 mm
= 26928470.4 N.mm
= 21542776.32 N.mm
𝟎.𝟖𝟓 .𝒇𝒄 𝟐 𝑴𝒏
ρperlu =
𝒇𝒚
𝟏 − (√ 𝟏 −
𝟎.𝟖𝟓 .𝒇𝒄. 𝒃 . 𝒅𝟐
)
= 0.00551814718
As. Lx = ρperlu x b x d
= 673.213956 mm2
Dipakai Ø 10 mm = 78.5714 mm2
𝝅
𝒙 𝟏𝟎𝟐 𝒙 𝟏𝟎𝟎𝟎
𝟒
s =( )
𝟔𝟕𝟑.𝟐𝟏𝟑𝟗𝟓𝟔
= 116.719325 mm ≈ 100 mm
Asmin = ρmin x b x d
𝑨𝒔 𝒙 𝒇𝒚
𝒂=
𝟎.𝟖𝟓 𝒙 𝒇𝒄 𝒙 𝒃
𝟕𝟖𝟓.𝟕𝟏𝟒 𝒙 𝟒𝟎𝟎
=
𝟎.𝟖𝟓 𝒙 𝟐𝟐.𝟓 𝒙 𝟏𝟎𝟎𝟎
= 16.433 mm
= 35760515.57 N.mm
= 28608412.45 N.mm
𝑳𝒚 𝟔𝟐𝟓𝟎
= = 𝟏. 𝟏𝟔𝟖𝟐𝟐𝟒𝟑
𝑳𝒙 𝟓𝟑𝟓𝟎
X1 X X2
1 1.168 1.2
25 32.56 34 Mlx
25 22.48 22 Mly
51 61.08 63 Mtx
51 53.52 54 MtY
𝟎.𝟖𝟓 .𝒇𝒄 𝟐 𝑴𝒏
ρperlu =
𝒇𝒚
𝟏 − (√ 𝟏 −
𝟎.𝟖𝟓 .𝒇𝒄. 𝒃 . 𝒅𝟐
)
= 0.00142
As. Lx = ρmin x b x d
= 469 mm2
Dipakai Ø 10 mm = 78.5714 mm2
𝝅
𝒙 𝟏𝟎𝟐 𝒙 𝟏𝟎𝟎𝟎
𝟒
s =( )
𝟒𝟔𝟗
= 241.73 mm ≈ 200 mm
Asmin = ρmin x b x d
𝑨𝒔 𝒙 𝒇𝒚
𝒂=
𝟎.𝟖𝟓 𝒙 𝒇𝒄 𝒙 𝒃
𝟑𝟗𝟐.𝟖𝟓𝟕 𝒙 𝟒𝟎𝟎
=
𝟎.𝟖𝟓 𝒙 𝟐𝟐.𝟓 𝒙 𝟏𝟎𝟎𝟎
= 8.216616993 mm
= 20411544.1 N.mm
= 16329235.28 N.mm
𝟎.𝟖𝟓 .𝒇𝒄 𝟐 𝑴𝒏
ρperlu =
𝒇𝒚
𝟏 − (√ 𝟏 −
𝟎.𝟖𝟓 .𝒇𝒄. 𝒃 . 𝒅𝟐
)
= 0.0011835
As. Lx = ρmin x b x d
= 427 mm2
Dipakai Ø 10 mm = 78.5714 mm2
𝝅
𝒙 𝟏𝟎𝟐 𝒙 𝟏𝟎𝟎𝟎
𝟒
s =( )
𝟒𝟐𝟕
= 184.0080294 mm ≈ 150 mm
Asmin = ρmin x b x d
𝑨𝒔 𝒙 𝒇𝒚
𝒂=
𝟎.𝟖𝟓 𝒙 𝒇𝒄 𝒙 𝒃
𝟓𝟐𝟑.𝟖𝟎𝟗𝟑 𝒙 𝟒𝟎𝟎
=
𝟎.𝟖𝟓 𝒙 𝟐𝟐.𝟓 𝒙 𝟏𝟎𝟎𝟎
= 10.9554 mm
= 24414185.76 N.mm
= 19531348.61 N.mm
𝟎.𝟖𝟓 .𝒇𝒄 𝟐 𝑴𝒏
ρperlu =
𝒇𝒚
𝟏 − (√ 𝟏 −
𝟎.𝟖𝟓 .𝒇𝒄. 𝒃 . 𝒅𝟐
)
= 0.002709
As. Lx = ρmin x b x d
= 469 mm2
Dipakai Ø 10 mm = 78.5714 mm2
𝝅
𝒙 𝟏𝟎𝟐 𝒙 𝟏𝟎𝟎𝟎
𝟒
s =( )
𝟒𝟔𝟗
= 167.5296984 mm ≈ 150 mm
Asmin = ρmin x b x d
𝑨𝒔 𝒙 𝒇𝒚
𝒂=
𝟎.𝟖𝟓 𝒙 𝒇𝒄 𝒙 𝒃
𝟓𝟐𝟑.𝟖𝟎𝟗𝟑 𝒙 𝟒𝟎𝟎
=
𝟎.𝟖𝟓 𝒙 𝟐𝟐.𝟓 𝒙 𝟏𝟎𝟎𝟎
= 10.9554mm
= 24414185.76 N.mm
= 19531348.61 N.mm
𝟎.𝟖𝟓 .𝒇𝒄 𝟐 𝑴𝒏
ρperlu =
𝒇𝒚
𝟏 − (√ 𝟏 −
𝟎.𝟖𝟓 .𝒇𝒄. 𝒃 . 𝒅𝟐
)
= 0.002868963501
As. Lx = ρmin x b x d
= 427 mm2
Dipakai Ø 10 mm = 78.5714 mm2
𝝅
𝒙 𝟏𝟎𝟐 𝒙 𝟏𝟎𝟎𝟎
𝟒
s =( )
𝟒𝟐𝟕
= 184.0080294 mm ≈ 150 mm
Asmin = ρmin x b x d
𝑨𝒔 𝒙 𝒇𝒚
𝒂=
𝟎.𝟖𝟓 𝒙 𝒇𝒄 𝒙 𝒃
𝟓𝟐𝟑.𝟖𝟎𝟗𝟑 𝒙 𝟒𝟎𝟎
=
𝟎.𝟖𝟓 𝒙 𝟐𝟐.𝟓 𝒙 𝟏𝟎𝟎𝟎
= 10.9554 mm
= 24414185.76 N.mm
= 19531348.61 N.mm
Type B
Balok arah x dengan L = 6.4 m = 6200 mm dengan fy = 400 Mpa, dan
jepit jepit, maka:
1
ℎ= 𝑥 6400 = 228.57 𝑚𝑚 ≈ 250 𝑚𝑚
28
Balok arah y dengan L = 1.5 m = 1500 mm dengan fy = 400 Mpa, dan
jepit bebas, maka:
1
ℎ= 𝑥 1500 = 150 𝑚𝑚 ≈ 150 𝑚𝑚
10
Type I
Balok arah x dengan L = 6.4 m = 6400 mm dengan fy = 400 Mpa, dan
jepit jepit, maka:
Type J
Balok arah x Balok arah y
Type B
1300
Type L
6200
𝒇𝒚⁄
𝑳 (𝟎. 𝟖 + 𝟏𝟓𝟎𝟎) 𝑳𝒚
𝒉𝒎𝒊𝒏 = ≥ 𝟐 = 𝑷𝒍𝒂𝒕 𝟏 𝑨𝒓𝒂𝒉
𝟑𝟔 + 𝟗 𝒙 𝜷 𝑳𝒙
𝒇𝒚⁄
𝑳 (𝟎. 𝟖 + 𝟏𝟓𝟎𝟎) 𝑳𝒚
𝒉𝒎𝒊𝒏 = ≤ 𝟐 = 𝑷𝒍𝒂𝒕 𝟐 𝑨𝒓𝒂𝒉
𝟑𝟔 𝑳𝒙
Type A
Ln = 1425 mm
𝑳𝒚 𝟏𝟒𝟐𝟓
𝜷= = = 𝟏 → 𝑷𝒍𝒂𝒕 𝟐 𝑨𝒓𝒂𝒉
𝑳𝒙 𝟏𝟒𝟐𝟓
Type B
Ln = 6250 mm
𝑳𝒚 𝟔𝟐𝟓𝟎
𝜷= = = 𝟒. 𝟑𝟖𝟓𝟗𝟔 → 𝑷𝒍𝒂𝒕 𝟏 𝑨𝒓𝒂𝒉
𝑳𝒙 𝟏𝟒𝟐𝟓
𝑳𝒚 𝟔𝟐𝟓𝟎
𝜷= = = 𝟏. 𝟏𝟔𝟖𝟐𝟐𝟒 → 𝑷𝒍𝒂𝒕 𝟐 𝑨𝒓𝒂𝒉
𝑳𝒙 𝟓𝟑𝟓𝟎
Dilihat dari hasil perhitungan, dapat diambil tebal pelat antara 144.125
mm – 185.185 mm, maka tebal pelat yang digunakan adalah 160 mm atau
16 cm untuk semua type pelat lantai.
f) Menghitung Beban
Tebal plat lantai yang digunakan adalah 16 cm
Wu = 1.2 WD + 1.6 WL, dimana WD didapat dari:
WD = Beban Mati
Beban sendiri plat = 0.16 x 24 = 3.84 KN/m2
Berat pasir = 0.02 x 16 = 0.32 KN/m2
Air adukan = 0.03 x 22 = 0.66 KN/m2
Berat penutup lantai = 0.01 x 24 = 0.24 KN/m2
Berat plafond dan penggantung = 0.2 KN/m2
Berat instalasi ME = 0.25 KN/m2 +
= 106.726871 KN/m2
h) Perencanaan Tulangan
Dengan tebal plat = 160 mm
Penutup beton = 20 mm
Diameter tulangan :
Arah x Ø = 10mm
Arah y Ø = 10mm
Tinggi efektif arah x
dx = h – p – 0.5 Ø tulangan arah x
= 160 – 20 – ( 0.5 x 10 )
= 135 mm
Tinggi efektif arah y
dy = h – p – ( 0.5. Ø tulangan arah y ) – Ø tulangan
= 160 – 20 – (0.5 x 10) – 10
= 125 mm
𝑳𝒚 𝟏𝟒𝟐𝟓
= =𝟏
𝑳𝒙 𝟏𝟒𝟐𝟓
𝟎.𝟖𝟓 .𝒇𝒄 𝟐 𝑴𝒏
ρperlu =
𝒇𝒚
(𝟏 − √𝟏 − 𝟎.𝟖𝟓 .𝒇𝒄. 𝒃 . 𝒅𝟐
)
= 0.0001109775
As. Lx = ρmin x b x d
= 472.5 mm2
Dipakai Ø 10 mm = 78.5 mm2
𝝅
𝒙 𝟏𝟎𝟐 𝒙 𝟏𝟎𝟎𝟎
𝟒
s =( )
𝟒𝟕𝟐.𝟓
= 166.1375661 mm ≈ 150 mm
Asmin = ρmin x b x d
𝑨𝒔 𝒙 𝒇𝒚
𝒂=
𝟎.𝟖𝟓 𝒙 𝒇𝒄 𝒙 𝒃
𝟓𝟐𝟑.𝟑𝟑𝟑 𝒙 𝟒𝟎𝟎
=
𝟎.𝟖𝟓 𝒙 𝟐𝟐.𝟓 𝒙 𝟏𝟎𝟎𝟎
= 9.850974118 mm
= 27228914.03 N.mm
= 21783131.23 N.mm
𝟎.𝟖𝟓 .𝒇𝒄 𝟐 𝑴𝒏
ρperlu =
𝒇𝒚
(𝟏 − √𝟏 − 𝟎.𝟖𝟓 .𝒇𝒄. 𝒃 . 𝒅𝟐
)
= 0.000128947
As. Lx = ρmin x b x d
= 437.5 mm2
Dipakai Ø 10 mm = 78.5 mm2
𝝅
𝒙 𝟏𝟎𝟐 𝒙 𝟏𝟎𝟎𝟎
𝟒
s =( )
𝟒𝟑𝟕.𝟓
= 179.4285714 mm ≈ 150 mm
Asmin = ρmin x b x d
𝟓𝟐𝟑.𝟑𝟑𝟑 𝒙 𝟒𝟎𝟎
=
𝟎.𝟖𝟓 𝒙 𝟐𝟐.𝟓 𝒙 𝟏𝟎𝟎𝟎
= 9.850974118 mm
= 25135582.03 N.mm
= 20108465.63 N.mm
𝟎.𝟖𝟓 .𝒇𝒄 𝟐 𝑴𝒏
ρperlu =
𝒇𝒚
(𝟏 − √𝟏 − 𝟎.𝟖𝟓 .𝒇𝒄. 𝒃 . 𝒅𝟐
)
= 0.0002519208427
As. Lx = ρmin x b x d
= 472.5 mm2
Dipakai Ø 10 mm = 78.5 mm2
𝝅
𝒙 𝟏𝟎 𝒙 𝟏𝟎𝟎𝟎
𝟒
s =( )
𝟒𝟕𝟐.𝟓
= 166.1375661 mm ≈ 150 mm
Asmin = ρmin x b x d
𝑨𝒔 𝒙 𝒇𝒚
𝒂=
𝟎.𝟖𝟓 𝒙 𝒇𝒄 𝒙 𝒃
𝟓𝟐𝟑.𝟑𝟑𝟑 𝒙 𝟒𝟎𝟎
=
𝟎.𝟖𝟓 𝒙 𝟐𝟐.𝟓 𝒙 𝟏𝟎𝟎𝟎
= 9.850974118 mm
= 27228914.03 N.mm
= 21783131.23 N.mm
𝟎.𝟖𝟓 .𝒇𝒄 𝟐 𝑴𝒏
ρperlu =
𝒇𝒚
(𝟏 − √𝟏 − 𝟎.𝟖𝟓 .𝒇𝒄. 𝒃 . 𝒅𝟐
)
= 0.00029397008
As. Lx = ρmin x b x d
= 437.5 mm2
Dipakai Ø 10 mm = 78.5 mm2
𝝅
𝒙 𝟏𝟎 𝒙 𝟏𝟎𝟎𝟎
𝟒
s =( )
𝟒𝟑𝟕.𝟓
= 179.4285714 mm ≈ 150 mm
Asmin = ρmin x b x d
𝑨𝒔 𝒙 𝒇𝒚
𝒂=
𝟎.𝟖𝟓 𝒙 𝒇𝒄 𝒙 𝒃
𝟓𝟐𝟑.𝟑𝟑𝟑 𝒙 𝟒𝟎𝟎
=
𝟎.𝟖𝟓 𝒙 𝟐𝟐.𝟓 𝒙 𝟏𝟎𝟎𝟎
= 9.850974118 mm
= 25135582.03 N.mm
= 20108465.63 N.mm
𝑳𝒚 𝟔𝟐𝟓𝟎
= = 𝟒. 𝟑𝟖𝟓
𝑳𝒙 𝟏𝟒𝟐𝟓
𝟎.𝟖𝟓 .𝒇𝒄 𝟐 𝑴𝒏
ρperlu =
𝒇𝒚
(𝟏 − √𝟏 − 𝟎.𝟖𝟓 .𝒇𝒄. 𝒃 . 𝒅𝟐
)
= 0.0035711
As. Lx = ρperlu x b x d
= 482.097 mm2
Dipakai Ø 10 mm = 78.5 mm2
𝝅
𝒙 𝟏𝟎 𝒙 𝟏𝟎𝟎𝟎
𝟒
s =( )
𝟒𝟖𝟐.𝟎𝟗𝟕
= 162.978464 mm ≈ 150 mm
Asmin = ρmin x b x d
𝑨𝒔 𝒙 𝒇𝒚
𝒂=
𝟎.𝟖𝟓 𝒙 𝒇𝒄 𝒙 𝒃
𝟓𝟐𝟑.𝟖𝟎𝟗𝟑 𝒙 𝟒𝟎𝟎
=
𝟎.𝟖𝟓 𝒙 𝟐𝟐.𝟓 𝒙 𝟏𝟎𝟎𝟎
= 10.9554 mm
= 27137994.12N.mm
= 21710395.3 N.mm
𝟎.𝟖𝟓 .𝒇𝒄 𝟐 𝑴𝒏
ρperlu =
𝒇𝒚
(𝟏 − √𝟏 − 𝟎.𝟖𝟓 .𝒇𝒄. 𝒃 . 𝒅𝟐
)
= 0.004826164307
As. Lx = ρperlu x b x d
= 603.2705383 mm2
Dipakai Ø 10 mm = 78.5 mm2
𝝅
𝒙 𝟏𝟎𝟐 𝒙 𝟏𝟎𝟎𝟎
𝟒
s =( )
𝟔𝟎𝟑.𝟐𝟕𝟎𝟓𝟒
= 130.2424428 mm ≈ 100 mm
Asmin = ρmin x b x d
𝑨𝒔 𝒙 𝒇𝒚
𝒂=
𝟎.𝟖𝟓 𝒙 𝒇𝒄 𝒙 𝒃
𝟏𝟓𝟕𝟎 𝒙 𝟒𝟎𝟎
=
𝟎.𝟖𝟓 𝒙 𝟐𝟐.𝟓 𝒙 𝟏𝟎𝟎𝟎
= 29.55294118 mm
= 36703335.6 N.mm
= 29362668.48 N.mm
𝟎.𝟖𝟓 .𝒇𝒄 𝟐 𝑴𝒏
ρperlu =
𝒇𝒚
(𝟏 − √𝟏 − 𝟎.𝟖𝟓 .𝒇𝒄. 𝒃 . 𝒅𝟐
)
= 0.005293345718
As. Lx = ρperlu x b x d
= 714.6016719 mm2
Dipakai Ø 10 mm = 78.5 mm2
𝝅
𝒙 𝟏𝟎𝟐 𝒙 𝟏𝟎𝟎𝟎
𝟒
s =( )
𝟕𝟏𝟒.𝟔𝟎𝟏𝟔𝟕𝟏𝟗
= 109.951364 mm ≈ 100 mm
Asmin = ρmin x b x d
𝑨𝒔 𝒙 𝒇𝒚
𝒂=
𝟎.𝟖𝟓 𝒙 𝒇𝒄 𝒙 𝒃
𝟕𝟖𝟓.𝟑𝟕𝟏𝟒 𝒙 𝟒𝟎𝟎
=
𝟎.𝟖𝟓 𝒙 𝟐𝟐.𝟓 𝒙 𝟏𝟎𝟎𝟎
= 16.43323399 mm
= 39846191.6 N.mm
= 31876953.8 N.mm
𝟎.𝟖𝟓 .𝒇𝒄 𝟐 𝑴𝒏
ρperlu =
𝒇𝒚
(𝟏 − √𝟏 − 𝟎.𝟖𝟓 .𝒇𝒄. 𝒃 . 𝒅𝟐
)
= 0.00691578845
As. Lx = ρperlu x b x d
= 864.4735563 mm2
Dipakai Ø 10 mm = 78.5 mm2
𝝅
𝒙 𝟏𝟎𝟐 𝒙 𝟏𝟎𝟎𝟎
𝟒
s =( )
𝟖𝟔𝟒.𝟒𝟕𝟑𝟓𝟓𝟔𝟑
= 90.88933721 mm ≈ 50 mm
Asmin = ρmin x b x d
𝑨𝒔 𝒙 𝒇𝒚
𝒂=
𝟎.𝟖𝟓 𝒙 𝒇𝒄 𝒙 𝒃
𝟏𝟓𝟕𝟏.𝟒𝟐𝟖 𝒙 𝟒𝟎𝟎
=
𝟎.𝟖𝟓 𝒙 𝟐𝟐.𝟓 𝒙 𝟏𝟎𝟎𝟎
= 32.86646797 mm
= 68241942.39 N.mm
= 54593553.92 N.mm
X1 X X2
1 1.13636 1.2
25 31.1362 34 Mlx
25 22.9546 22 Mly
51 33.0454 54 Mty
𝑳𝒚 𝟔𝟐𝟓𝟎
= = 𝟏. 𝟏𝟑𝟔𝟑𝟔
𝑳𝒙 𝟓𝟓𝟎𝟎
𝟎.𝟖𝟓 .𝒇𝒄 𝟐 𝑴𝒏
ρperlu =
𝒇𝒚
(𝟏 − √𝟏 − 𝟎.𝟖𝟓 .𝒇𝒄. 𝒃 . 𝒅𝟐
)
= 0.00174442639
As. Lx = ρmin x b x d
= 472.5 mm2
Dipakai Ø 10 mm = 78.5 mm2
𝝅
𝒙 𝟏𝟎𝟐 𝒙 𝟏𝟎𝟎𝟎
𝟒
s =( )
𝟒𝟕𝟐.𝟓
= 166.1375661 mm ≈ 150 mm
Asmin = ρmin x b x d
𝑨𝒔 𝒙 𝒇𝒚
𝒂=
𝟎.𝟖𝟓 𝒙 𝒇𝒄 𝒙 𝒃
𝟓𝟐𝟑.𝟑𝟑𝟑 𝒙 𝟒𝟎𝟎
=
𝟎.𝟖𝟓 𝒙 𝟐𝟐.𝟓 𝒙 𝟏𝟎𝟎𝟎
= 10.95548932 mm
= 25042749.14 N.mm
= 20034199.31 N.mm
𝟎.𝟖𝟓 .𝒇𝒄 𝟐 𝑴𝒏
ρperlu =
𝒇𝒚
(𝟏 − √𝟏 − 𝟎.𝟖𝟓 .𝒇𝒄. 𝒃 . 𝒅𝟐
)
= 0.001496087895
As. Lx = ρmin x b x d
= 437.5 mm2
Dipakai Ø 10 mm = 78.5 mm2
𝝅
𝒙 𝟏𝟎𝟐 𝒙 𝟏𝟎𝟎𝟎
𝟒
s =( )
𝟒𝟑𝟕.𝟓
= 179.4285714 mm ≈ 150 mm
Asmin = ρmin x b x d
𝑨𝒔 𝒙 𝒇𝒚
𝒂=
𝟎.𝟖𝟓 𝒙 𝒇𝒄 𝒙 𝒃
𝟓𝟐𝟑.𝟑𝟑𝟑 𝒙 𝟒𝟎𝟎
=
𝟎.𝟖𝟓 𝒙 𝟐𝟐.𝟓 𝒙 𝟏𝟎𝟎𝟎
= 10.95548932 mm
= 25042749.14 N.mm
= 20034199.2 N.mm
𝟎.𝟖𝟓 .𝒇𝒄 𝟐 𝑴𝒏
ρperlu =
𝒇𝒚
𝟏 − (√ 𝟏 −
𝟎.𝟖𝟓 .𝒇𝒄. 𝒃 . 𝒅𝟐
)
= 0.0037426974
ρperlu >ρmin
As. Lx = ρperlu x b x d
= 455.5264149 mm2
Dipakai Ø 10 mm = 78.5 mm2
𝝅
𝒙 𝟏𝟎𝟐 𝒙 𝟏𝟎𝟎𝟎
𝟒
s =( )
𝟒𝟓𝟓.𝟓𝟐𝟔𝟒𝟏𝟒𝟗
= 172.3280965 mm ≈ 150 mm
Asmin = ρmin x b x d
𝑨𝒔 𝒙 𝒇𝒚
𝒂=
𝟎.𝟖𝟓 𝒙 𝒇𝒄 𝒙 𝒃
𝟕𝟖𝟓 𝒙 𝟒𝟎𝟎
=
𝟎.𝟖𝟓 𝒙 𝟐𝟐.𝟓 𝒙 𝟏𝟎𝟎𝟎
= 10.95548932 mm
= 25042749.14 N.mm
= 20034199.2 N.mm
𝟎.𝟖𝟓 .𝒇𝒄 𝟐 𝑴𝒏
ρperlu =
𝒇𝒚
(𝟏 − √𝟏 − 𝟎.𝟖𝟓 .𝒇𝒄. 𝒃 . 𝒅𝟐
)
= 0.00348666
As. Lx = ρmin x b x d
= 437.5 mm2
Dipakai Ø 10 mm = 78.5 mm2
𝝅
𝒙 𝟏𝟎𝟐 𝒙 𝟏𝟎𝟎𝟎
𝟒
s =( )
𝟒𝟑𝟕.𝟓
= 179.5918367 mm ≈ 150 mm
Asmin = ρmin x b x d
𝑨𝒔 𝒙 𝒇𝒚
𝒂=
𝟎.𝟖𝟓 𝒙 𝒇𝒄 𝒙 𝒃
𝟓𝟐𝟑.𝟖𝟎𝟗𝟑𝟑𝟑 𝒙 𝟒𝟎𝟎
=
𝟎.𝟖𝟓 𝒙 𝟐𝟐.𝟓 𝒙 𝟏𝟎𝟎𝟎
= 10.95548932 mm
= 25042749.14 N.mm
= 20034199.2 N.mm
600 600
300 300
600
300
600 600
300 300
300
1300
600
300
5300
600 600
300 300
600
300
300
600 600
300 300
600
300
4000
600
300
600 600
300 300
300
600
300
6200
600 600
300 300
600
300
4000
300
6200
b) Plat Lantai
Balok Plat Tipe A
Perikiraan Tinggi Balok
Balok arah x dengan L = 1.3 m = 1300 mm dengan fy = 400 Mpa,
dan jepit bebas, maka:
1
ℎ= 𝑥 1500 = 150 𝑚𝑚 ≈ 600 𝑚𝑚
10
Balok arah y dengan L = 1.5 m = 1500 mm dengan fy = 400 Mpa,
dan jepit bebas, maka:
1
ℎ= 𝑥 1500 = 150 𝑚𝑚 ≈ 600 𝑚𝑚
10
600 600
300 300
600
300
600 600
300 300
600
300
1300
600
300
6200
600 600
300 300
600
300
300
600 600
300 300
600
300
4000
600
300
600 600
300 300
300
600
300
600 600
300 300
600
300
4000
300
5500
600 600
300 300
600
300
1300
600
300
4000
0
Tipe B
Dik : Lx = 1,5 m q = 6,34 KN/m2
Ly = 6,4 m
- Beban Segitiga
1
q equivalen = 3 × 6,34 × 1,5 = 3,17 KN/m2
- Beban Trapesium
1 1 1,52
q equivalen = × 6,34 × 1,5 × (1 − ( × ( ))) = 4,66793335
2 3 6,42
KN/m2
Tipe I
- Beban Trapesium
1 1 5,52
q equivalen = 2 × 6,34 × 5,5 × (1 − (3 × (6,42 ))) = 13,1429
KN/m2
Tipe J
- Beban Trapesium
1 1 42
q equivalen = 2 × 7,324 × 4 × (1 − (3 × (6,42 ))) = 11.0289
KN/m2
Tipe G
- Beban Trapesium
1 1 42
q equivalen = 2 × 6,34 × 4 × (1 − (3 × (5,62 ))) = 10,52353741
KN/m2
Tipe C
- Beban Trapesium
1 1 1,52
q equivalen = 2 × 7,324 × 1,5 × (1 − (3 × ( 42 ))) = 4,5323
KN/m2
Tipe A
Tipe B
- Beban Trapesium
1 1 1,52
q equivalen = 2 × 8,212 × 1,5 × (1 − (3 × (6,42 ))) =
6,0462KN/m2
Tipe I
1 1 5,52
q equivalen = 2 × 8,212 × 5,5 × (1 − (3 × (6,42 ))) = 17,02
KN/m2
Tipe K
- Beban Trapesium
1 1 42
q equivalen = 2 × 8,212 × 4 × (1 − (3 × (5,62 ))) = 13,6308
KN/m2
Tipe E
- Beban Trapesium
1 1 1,52
q equivalen = 2 × 8,212 × 1,5 × (1 − (3 × ( 42 ))) = 5,8703
KN/m2
Tipe H
- Beban Trapesium
KN/m2
Tipe G
TIPE A
-). Balok arah x dengan bentang 1500 mm
Berat balok sendiri = 0,25 x 0,15 x 24 = 0,9 KN/m
q segitiga = 2 x 3,17 = 6,34 KN/m +
q total = 7,24 KN/m
-). Balok arah y dengan bentang 1500 mm
Berat balok sendiri = 0,25 x 0,15 x 24 = 0,9 KN/m
Pelat Lantai
TIPE H
-). Balok arah x dengan bentang 4000 mm
Berat balok sendiri = 0,25 x 0,15 x 24 = 0,9 KN/m
q segitiga = 2 x 10,949 = 21.898 KN/m
Berat pasangan dinding 1/2 bata =2.5 x ( 4 – 4,35 ) = 43,5 kN/m +
q total = 66,298KN/m
-). Balok arah y dengan bentang 6400 mm
Berat balok sendiri = 0,25 x 0,15 x 24 = 0,9 KN/m
q trapesium = 2 x 17.5189 = 35.0378 KN/m
Berat pasangan dinding 1/2 bata =2.5 x (6.4 – 4.35) = 69.6 kN/m +
q total = 99.0708 KN/m
TIPE G
-). Balok arah x dengan bentang 6400 mm
Berat balok sendiri = 0,25 x 0,15 x 24 = 0,9 KN/m
A=bxh A = 2 x b2
h =2xb
= 7.459790 cm ≈ 6 cm
Jadi, kolom lantai 1 = b x h
= 6 x 12 cm
Karena dimensi kolom < lebar balok, maka dimensi lebar balok yaitu
= 30 cm x 30 cm
Join 5
berat 1/2 kolom lt 1 = (0.3*0.3)*4.3*24/2 = 4.644 KN
berat 1/2 kolom lt 2 = (0.3*0.3*4.4*24)/2 = 4.752 KN
berat balok tipe B = (0.3*0.6*1.5*24) = 6.48 KN
Berat1/2balok tipe I = (0.3*0.6*5.5*24)/2 = 11.30 KN
berat plat tipe B = 1.5*3.2*0.16*24 = 18.432 KN
join 6
berat 1/2 kolom lt 1 = (0.3*0.3)*4.3*24/2 = 4.644 KN
berat 1/2 kolom lt 2 = (0.3*0.3*4.4*24)/2 = 4.752 KN
berat 1/2 balok tipe I = (0.3*0.6)*5.5*24/2 = 11.3 KN
berat 1/2 balok tipe H = (0.3*0.6*4*24)/2 = 8.64 KN
berat 1/2 plat tipe I = (5.5*6.4*0.16*24)/2 = 67.584 KN
berat 1/2 plat tipe H = (4*6.4*0.16*24)/2 = 49.152 KN
berat 1/2 WL tipe I = (5.5*6.4)*2.5)/2 = 44 KN
Berat 1/2 WL TIPE K = (4*6.4*2.5)/2 = 32 KN
TOTAL = 222.652 KN
join 7
join 8
Join 9
Join 10
Join 11
ARAH Y
Join 4
join 5
join 7
b) Balok Arah Y dengan L = 6,4 m = 6400 mm, dengan fy =400 Mpa, dan
Keduanya jepit, maka
1 1
ℎ = 28 𝑥 𝐿 = 28 𝑥 6400 = 225 mm ≈ 600 mm
600 mm 600 mm
600 mm 600 mm
300 mm 300 mm
PENDIMENSIAN BALOK
Hasil analisa gaya dalam yang dipakai untuk penulangan balok dan
kolom adalah hasil perhitungan menggunakan software SAP2000. Berikut
perhitungan penulangan untuk balok EJ.
Data Material
d fc = 22,5 MPa
bw fy = 400 Mpa
Untuk perencanaan tulangan β = 0,85
ϕlentur = 0,8
selanjutnya dapat diketahui
ϕ sengkang = 0,6
nilai-nilai rasio tulangan
maksimum dan minimum sebagai berikut :
1,4 1,4
ρmin = 𝑓𝑦 = 400 = 0,0035
0,85 . 𝛽1 .𝑓𝑐 600 0,85 . 0,85 .22,5 600
ρbalance = . (600+𝑓𝑦) = . (600+400)
𝑓𝑦 400
= 0.0574
ρmaks = 0,75 x ρbalance
= 0,75 x 0.0574
= 0.0431
A. Mendimensi Balok Atap
Tinggi Balok (h) = 600 mm = 60 cm
Lebar Balok (bw) = 300 mm = 30 cm
Lapisan ϕ Ip = 1 lapis
ϕ Pokok = 16 mm
ϕ Sengkang = 8 mm
Degging (P) = 40 mm
= 56 mm
d = 600 – 56 = 544 mm
Diambil Momen Balok Atap KL (Arah X)
B G
M B-G M B-G
Q :
M BG = -232.7259 kNm
M GB = -365.4755 kNm
V B = -316.979 kN
V G = 358.463 kN
Perhitungan Tulangan Lentur
Tumpuan BG
d = 544 mm
bw = 300 mm
ρmin = 0,0035
ρmaks = 0.0431
Mu = 234.28KNm = 23272950 Nmm
23272950
Mn = = 29091187.5 Nmm
0,8
𝑀𝑛
0,85 . fc 2 0,85 . 22,5 2(0.32766192)
𝑏𝑤.𝑑2
ρperlu = . (1 − √1 − 0,85 ) = 400 . (1 − √1 − 0,85 . 27,5 )
𝑓𝑦 . 𝑓𝑐
= 0.002874454
= 571.2 mm2
𝐴𝑠 . 𝑓𝑦 803.84. 400
a = 0,85 . = 0,85 . = 56.0411329 mm
𝑓𝑐 . 𝑏 22,5 .300
ϕMn = ϕAs . fy . (d – ½ a)
= 132724770.5 Nmm
Tumpuan B-G
d = 544 mm
bw = 300 mm
ρmin = 0,0035
ρmaks = 0,02235
Mu = 36547530 KNm = 36547530 Nmm
𝑀𝑢 36547530
Mn = = = 45684412.5 Nmm
𝜙 0,8
𝑀𝑛
0,85 . fc 2
𝑏𝑤.𝑑2
ρperlu = . (1 − √1 − 0,85 ) = 0.001640842
𝑓𝑦 . 𝑓𝑐
= 571.2 mm2
𝐴𝑠 . 𝑓𝑦 803.84. 400
a = 0,85 . = 0,85 . = 56.0411329 mm
𝑓𝑐 . 𝑏 22,5 .300
= 124035260.8 Nmm
Lapangan
d = 544 mm
bw = 300 mm
ρmin = 0,0035
ρmaks = 0,0223
Mu = 243.1593 KNm = 243159300 Nmm
𝑀𝑢 243159300
Mn = = = 303949125 Nmm
𝜙 0,8
𝑀𝑛
0,85 . fc 2
𝑏𝑤.𝑑2
ρperlu = . (1 − √1 − ) = 0.001716554
𝑓𝑦 0,85 . 𝑓𝑐
= 571.2 mm2
𝐴𝑠 . 𝑓𝑦 803.84. 400
a = 0,85 . = 0,85 . = 56.0411329 mm
𝑓𝑐 . 𝑏 22,5 .300
ϕMn = ϕAs . fy . (d – ½ a)
= 132724770.5 Nmm
1 1
Vc = 6 √𝑓𝑐 . 𝑏𝑤 . 𝑑 = 6 √22.5 . 300 . 544
= 129.0209285 KN
= 285.27601 KN
Maka nilai Smaks ditentukan dengan rumus :
𝑑 544
Smaks 2 = 4 = = 136 𝑚𝑚
4
Dari kedua nilai Smaks diatas, tidak boleh lebih besar dari :
𝜋𝜙𝑆𝑒𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛𝑔 3.14 .82
[ ] [ ]
2 2
Smaks = 3 . 𝑏𝑤
. fy = 3 . 300
. 400
= 803.84
Smaks yang terjadi = 272 mm
Maka S perlu = 120 mm
Gambar detail Balok Atap
(Terlampir)
= 56 mm
d = 600 – 56 = 544 mm
I J
M I-J M J-I
M IJ = -154.0501 kNm
M JI = -87.4957 kNm
V I = -161.691 kN
V J = 137.49 kN
Perhitungan Tulangan Lentur
Tumpuan E-J
d = 544 mm
bw = 300 mm
ρmin = 0,0035
ρmaks = 0.0431
Mu = -154.0501 KNm = 154050100 Nmm
𝑀𝑛
0,85 . fc 2 2 0,85 . 22,5 2(0.2168)
ρperlu = . (1 − √1 − 0,85
𝑏𝑤.𝑑
)= . (1 − √1 − 0,85 . )=
𝑓𝑦 . 𝑓𝑐 400 22,5
0.0005453551096
= 90.6580192 mm2
𝐴𝑠 . 𝑓𝑦 803.84. 400
a = 0,85 . = 0,85 . = 56.0411329 mm
𝑓𝑐 . 𝑏 22,5 .300
ϕMn = ϕAs . fy . (d – ½ a)
= 132724770 Nmm
Tumpuan J-E
d = 544 mm
bw = 300 mm
ρmin = 0,0035
ρmaks = 0,0431
Mu = -87.4957 KNm = 874957000Nmm
𝑀𝑢 874957000
Mn = = = 1093696250 Nmm
𝜙 0,8
𝑀𝑛
0,85 . fc 2
𝑏𝑤.𝑑2
ρperlu = . (1 − √1 − 0,85 ) = 0.0002978865903
𝑓𝑦 . 𝑓𝑐
= 571.2 mm2
𝐴𝑠 . 𝑓𝑦 571.2. 400
a = 0,85 . = 0,85 . = 39.8222222 mm
𝑓𝑐 . 𝑏 22,5 .300
ϕMn = ϕAs . fy . (d – ½ a)
= 95795063.67 Nmm
Lapangan
d = 544 mm
bw = 300 mm
ρmin = 0,0035
ρmaks = 0,0223
Mu = 194.8778 KNm = 194877800 Nmm
𝑀𝑢 194877800
Mn = = = 243597250 Nmm
𝜙 0,8
= 259.1843346 mm2
𝐴𝑠 . 𝑓𝑦 259.1843346. 400
a = 0,85 . = = 18.069496 mm
𝑓𝑐 . 𝑏 0,85 . 22,5 .300
ϕMn = ϕAs . fy . (d – ½ a)
= 48719.4499 Nmm
1 1
Vc = 6 √𝑓𝑐 . 𝑏𝑤 . 𝑑 = 6 √22.5 . 300 . 544
= 131.3926368 KN
= 262.7852736 KN
Dari kedua nilai Smaks diatas, tidak boleh lebih besar dari :
𝜋𝜙𝑆𝑒𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛𝑔 3.14 .82
[ ] [ ]
2 2
Smaks = 3 . . fy = 3 . . 400
𝑏𝑤 300
= 803.84
Smaks yang terjadi = 272 mm
Maka S perlu = 120 mm
(Terlampir)
A=bxh A = 2 x b2
h =2xb
= 8.337783 cm ≈ 6 cm
Jadi, kolom lantai 1 = b x h
= 8 x 16 cm
Karena dimensi kolom < lebar balok, maka dimensi lebar balok yaitu
= 30 cm x 30 cm
Pendimensian Kolom
Hasil analisa saya dalam yang dipakai untuk penulangan balok dan kolom adalah
hasil perhitungan di software SAP2000.
Data Material
fc = 27.5 MPa
fy = 400 Mpa
β = 0,85
= 0,024834375
ρmaks = 0,75 x ρbalance
= 0,75 x 0,024834375
= 0,01828828125
Tinggi Balok (h) = 300 mm = 30 cm
Lebar Balok (bw) = 300 mm = 30 cm
Lapisan ϕ Ip = 1 lapis
ϕ Pokok = 16 mm
ϕ Sengkang = 8 mm
Degging (P) = 40 mm
= 56 mm
d = 300 – 56 = 244 mm
P2
Tumpuan 21
Mu = 222.4785 KNm = 2224785Nmm
𝑑′ 56
= 300 = 0.1866mm
ℎ
𝑀𝑢 222.4785
e= = = 0.43126 m = 431.26 mm
𝑃𝑢 515.871
𝑒 431.26
= = 1.437559 mm
ℎ 300
𝑃𝑢 515.871
= 𝜙𝑏𝑤.ℎ 0,85 .𝑓𝑐 = 0,8 . = 0.03734
300 . 300 . 0,85 . 22.5
M12
V21 𝑃𝑢 𝑒 431.26
= 𝜙𝑏𝑤.ℎ 0,85 .𝑓𝑐 . ℎ = 0.03734 . =0.053854
300
Tumpuan 15
𝑑′ 56
= = 0.1867 mm
ℎ 300
𝑀𝑢 95.3564
e= = = 0.1848454 m = 108.4 mm
𝑃𝑢 515.871
𝑒 108.4
= =0.3614 mm
ℎ 300
1 1
Vc = 6 √𝑓𝑐 . 𝑏𝑤 . 𝑑 = 6 √22.5 . 300 . 244
= 57.86968118 KN
= 133.64430 KN
Maka nilai Smaks ditentukan dengan rumus :
𝑑 244
Smaks 2 = 4 = = 61 𝑚𝑚
4
Dari kedua nilai Smaks diatas, tidak boleh lebih besar dari :
𝜋𝜙𝑆𝑒𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛𝑔 3.14 .82
[ ] [ ]
2 2
Smaks = 3 . 𝑏𝑤
. fy = 3 . 300
. 400
PEMBEBANAN TANGGA
Pembebanan Tangga :
Beban Mati
Berat sendiri plat tangga = 0.16 x 1 x 21 = 3.36 kN/m
Anak tangga =1⁄2 x 0.30 x 0.2 x 21= 0.630 kNm
Untuk 1 m terdapat anak tangga
100
= 3.333 bh
300
2 3
Wu1
Wu2
Wu1 2 3
E = 2x106 kN/m2
I = 2x104 m
F = 0.18 m2
F = 0.225 m2
= 0,023239
ρmaks = 0,75 x ρbalance
= 0,75 x 0,023239
= 0,01673055
Menghitung ρperlu :
𝑀𝑢 18.269100
𝑅𝑛 = = = 0.730614
𝛷 ∙ 𝑏 ∙ 𝑑2 0.8𝑥2100𝑥1222
0,85 ∙ 𝑓𝑐 2 ∙ 𝑅𝑛
𝜌= ∙ (1 − ) = 0.04947193
𝑓𝑦 0,85 ∙ 𝑓𝑐
ρ > ρmin
maka digunakan = 0.04947193
As.lx = 𝜌𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 ∙ 𝑏𝑤 ∙ 𝑑 = 0.04947 𝑥 2100 𝑥 122 = 12674.708 𝑚𝑚2
Kontrol Kekuatan pelat tangga :
As = 12674.708 > Asmin = 0.0035 x 122x 2100 = 896.7
= 330.5285003 kNm
ФMn > Mu ….OK!
Tulangan sengkang = 0,002.b.h
= 0.002 x 2100 x 160 = 672 mm2
Digunakan tul φ10-8 = 624 mm2
= 0,023239
ρmaks = 0,75 x ρbalance
= 0,75 x 0,0298
= 0,0167
Menghitung ρperlu :
𝑀𝑢 8946200
𝑅𝑛 = = = 0.315096
𝛷 ∙ 𝑏 ∙ 𝑑2 0.8𝑥2100𝑥1302
0,85 ∙ 𝑓𝑐 2 ∙ 𝑅𝑛
𝜌= ∙ (1 − ) = 0.05154952
𝑓𝑦 0,85 ∙ 𝑓𝑐
ρ > ρmin
= 20.463796 kNm
ФMn > Mu ….OK!
Tulangan sengkang = 0,002.b.h
= 0.002 x 2100 x 160 = 672 mm2
Digunakan tul φ10-8 = 624 mm2
Perhitungan kapasitas daya dukung tiang ultimate pada titik P51 menurut
Mayerhoff adalah sebagai berikut :
Qc = 72.30769231
Ap = 961.625
JHL = 428 kg/cm (pada kedalaman 3m)
KII = 109.9 cm keliling tiang
Maka, Qu = (qc x Ap) + (JHL x KII)
= (961.625 x 72.3077) + (428 x 109.9)
= 116570.092 kg 11.6570092 ton
Faktor Keamanan,
Faktor Aman
Qall = (𝑞𝑐 𝑥 𝐴𝑝)/3 + ((Hambatan Perekat kedalaman 3m) x KII)/5
Eg = (n-1)m x 2 + (m-1)n
1 - ᴓ =
90 x mx n
D
q = arctg
s
m = 2 (baris ke baris)
n = 2 Buah
D = 35 Cm
S = 0.75 m = 75 cm
35
ᴓ = arctg = 0.436627
75
Eg = (n-1)m x 2 + (m-1)n
1 - ᴓ x
90 m n
4 + 2
= 1 - 0.436627 x
90 2 2
Eg = 0.992723
(terlampir)
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Dalam konstruksi, beton adalah sebuah bahan bangunan komposit yang
terbuat dari kombinasi aggregat dan pengikat semen. Bentuk paling umum dari
beton adalah beton semen Portland, yang terdiri dari agregat mineral
(biasanya kerikil dan pasir),semen dan air.
Biasanya dipercayai bahwa beton mengering setelah pencampuran dan
peletakan. Sebenarnya, beton tidak menjadi padat karena air menguap, tetapi
semen berhidrasi, mengelem komponen lainnya bersama dan akhirnya
membentuk material seperti-batu. Beton digunakan untuk membuat perkerasan
jalan, struktur bangunan, fondasi, jalan, jembatan penyeberangan, struktur
parkiran, dasar untuk pagar/gerbang, dan semen dalam bata atau tembok blok
Beton merupakan sebuah rancangan rekayasa yang sangat penting
memahami perilakunya, agar dapat memanfaatkanya secara maksimal, sebaiknya
perhitungan struktur di hitung dengan program dengan teliti jika kita sudah
memahami konsep, agar lebih efisien. Akhir kata, beton sangatlah rumit, jangan
samapai salah perhitungan.
5.2 SARAN
Demikianlah kesimpulan dan saran yang dapat kami ambil dari Laporan
Struktur Beton. Sebagai penutup kami mengucapkan banyak terima kasih bila ada
koreksi dari pembaca mengingat banyaknya keterbatasan dalam pengumpulan
data, pengetahuan ataupun kesalahan pada pengerjaan laporan ini.
Anon. (2002) .SNI 03-1729-2002. Tata cara Perencanaan Struktur Baja untuk
Bangunan Gedung.