Askep Ketuban Pecah Dini Fix
Askep Ketuban Pecah Dini Fix
PENDAHULUAN
1
2
ditemukan sebanyak 65% karena Ketuban Pecah Dini (KPD) yang banyak
menimbulkan infeksi pada ibu dan bayi (Saifuddin, 2002).
Prevalensi ketuban pecah dini/ prematur berkisar 3-18% dari seluruh
kehamilan. Saat aterm, 8-10% wanita hamil datang dengan ketuban pecah dini
dan 30-40% dari kasus ketuban pecah dini merupakan kehamilan preterm atau
hanya sekitar 1,7% dari seluruh kehamilan. Ketuban pecah dini berpengaruh
terhadap kehamilan dan persalinan. Jarak antara pecahnya ketuban dan permulaan
persalinan disebut periode laten (lag period = LP). Bila periode laten terlalu
panjang dan ketuban sudah pecah, maka terjadi infeksi yang dapat meningkatkan
angka kematian ibu dan anak (Sarwono, 2010).
Komplikasi yang paling sering terjadi pada ibu sehubungan dengan KPD
ialah terjadinya korioamnionitis dengan atau tanpa sepsis yang meningkatkan
morbiditas dan mortalitas perinatal dan menyebabkan infeksi pada ibu dan bayi.
Terjadinya infeksi maternal sehubungan dengan KPD tergantung dari lamanya
masa laten, dimana makin muda umur kehamilan makin memanjang periode laten
sedangkan persalinan lebih pendek dari biasanya, yaitu pada primi 10 jam dan
multi 6 jam (Oxorn, 2010).
Tidak hanya membahayakan ibu, ketuban pecah dini juga dapat menimbulkan
komplikasi pada bayi. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2007, penyebab
kematian neonatal 0–6 hari adalah gangguan pernapasan (37%), prematurias
(34%), sepsis (12%), hipotermi (7%), ikterus (6%) dan kelainan kongenital (1%)
(Riskesdas, 2007). Beberapa penyebab kematian neonatal tersebut dapat terjadi
akibat ketuban pecah dini, seperti gangguan pernafasan, prematuritas, dan
sepsis.5,6 Keadaan asfiksia juga merupakan komplikasi dari terjadinya ketuban
pecah dini. Asfiksia merupakan keadaan fetus yang mengalami gangguan oksigen
atau gangguan perfusi (Abrar et al, 2017).
Pelayanan antenatal/asuhan antenatal merupakan cara penting untuk
memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi ibu
dengan kehamilan normal. Tenaga kesehatan akan menemukan wanita hamil
dengan komplikasi-komplikasi yang mungkin dapat mengancam jiwa, sehingga
persalinan dengan komplikasi maternal dapat segera ditanggulangi (Yuni dalam
Rosmiarti, 2016). Tersedianya tenaga kesehatan terlatih pada persalinan sangat
3
penting untuk deteksi dini dan penanganan tepat-cepat komplikasi yang dapat
terjadi. Komplikasi pada persalinan sering terjadi tanpa dapat diketahui
penyebabnya atau diperkirakan sebelumnya. Dengan demikian, peran sektor
kesehatan pada upaya penurunan mortalitas dan morbiditas ibu dan bayi baru lahir
meliputi tersedianya tenaga kesehatan terlatih setiap persalinan, yang mampu
menangani persalinan aman, bersih serta pelayanan yang adekuat di fasilitas
rujukan termasuk tersedianya fasilitas tranfusi darah dan tindakan seksio sesarea
dan dapat meningkatkan kemampuan ibu dalam mengambil keputusan, persiapan
biaya, prilaku terhadap pelayanan kesehatan dan lain-lain (Prawiroharjo dalam
Rosmiarti, 2016).
Perawat Maternitas sebagai salah satu tenaga kesehatan bertugas secara
kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain dalam melakukan asuhan keperawatan
maternitas yang baik pada ibu hamil saat terjadi persalinan dengan
mempertimbangkan keselamatan bagi ibu dan bayi terutama untuk kasus
komplikasi persalinan dengan ketuban pecah dini. Untuk itulah kami bermaksud
untuk menyusun Asuhan keperawatan pada komplikasi persalinan dengan ketuban
pecah dini.
1.3. Tujuan
1.4 Manfaat.
1.4.1 Sebagai bahan pembelajaran tentang Konsep Persalinan dengan Ketuban
Pecah Dini.
1.4.2 Sebagai bahan pembelajaran untuk menyusun Asuhan Keperawatan Pada
Komplikasi Persalinan Ketuban Pecah Dini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
6
b) Persalinan buatan
Persalinan buatan adalah bila persalinan denga bantuan tenaga luar.
c) Persalinan anjuran
Persalinan anjuran adalah bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan
ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan. (Manuaba, 1999)
d. Cairan Amnion
1. Cairan jernih agak pucat dan sedikit basa ( pH 7.2 )
2. Pada pertengahan kehamilan jumlahnya sekitar 400 ml dan pada kehamilan
36 – 38 minggu mencapai 1000 ml setelah itu volume terus menurun dan
penurunan berlanjut terus sampai kehamilan postmatur.
e. Komposisi :
1. Air ( 98 – 99% )
2. Karbohidrat ( glukosa dan fruktora ), protein ( albumin dan globulin ),
lemak, hormon (sterogen dan progesteron ) , enzym ( alkali fosfatase )
3. Mineral ( natrium, kalium dan klorida )
4. Material lain ( vernix caseosa, rambut lanugo, sel epitel yang terkelupas dan
mekonium)
f. Sirkulasi :
Cairan amnion bersifat dinamik dan senantiasa ber sirkulasi dengan kecepatan 500
ml setiap jamnya.
g. Asal :
2. Selama persalinan
3. “Fore water” ( cairan ketuban yang berada di depan bagian terendah janin )
membantu proses dilatasi servik.
4. Antiseptik jalan lahir setelah ketuban pecah
2.5. Etiologi
Helen Varney dkk dalam Buku Ajar Asuhan Kebidanan menjelaskan
bahwa penyebab KPD masih belum diketahui dan tidak dapat ditentukan secara
pasti. Beberapa laporan menyebutkan faktir-faktor yang berhubungan erat dengan
KPD, namun faktor-faktor mana yang lebih berperan sulit diketahui.
Kemungkinan yang menjadi faktor predisposisinya adalah:
Infeksi : Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun
asenderen dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan
tejadinya KPD
Serviks yang inkompetensia, kanalis servikalis yang selalu terbuka oleh
karena kelainan pada servik uteri (akibat persalinan, curetage)
11
2.6. Patofisiologi
KPD dapat terjadi karena adanya penurunan jumlah kolagen yang
menyebabkan membran selaput ketuban menjadi lemah atau terjadinya
peningkatan tekanan intraamniotik. Pada kasus infeksi terjadi respon inflamasi
dan pelepasan bakterial protease dan kolagenase yang menyebabkan kekuatan
kolagen di dalam selaput ketuban (Armini, dkk, 2016).
Prawirohardjo, 2010 menjelaskan ketuban pecah dalam persalinan secara
umum disebabkan oleh kontraksi uterus dan peregangan berulang. Selaput
ketuban pecah karena pada daerah tertentu terjadi perubahan biokimia yang
menyebabkan selaput ketuban inferior rapuh, bukan karena seluruh selaput
ketuban rapuh. Terdapat keseimbangan antara sintesis dan degradasi ekstraselular
matriks. Perubahan struktur, jumlah sel, dan katabolisme kolagen menyebabkan
aktivitas kolagen berubah dan menyebabkan selaput ketuban pecah.
Mendekati waktu persalinan, keseimbangan antara MMP dan TIMP-1
mengarah pada degradasi proteolitik dari matriks ekstraseluler dan membrane
janin. Aktivitas degradasi proteolitik ini meningkat menjelang persalinan. Pada
12
Tanda-tanda dan gejala ketuban pecah dini menurut Nugraha (2010), antara lain :
Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina.
Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin
cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris
warna darah. Biasanya agak keruh dan bercampur dengan lanugo (rambut
halus pada janin) serta mengandung verniks caseosa (lemak pada kulit bayi).
Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai
kelahiran. Tetapi bila ibu duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak
13
2.8. Klasifikasi
Berdasarkan waktu terjadinya KPD dibedakan menjadi (Armini, dkk 2016)
Ketuban pecah pada usia kehamilan prematur (<37 minggu) disebut dengan
ketuban pecah prematur yang dapat memicu terjadinya persalinan prematur
Ketuban pecah pada usia kehamilan aterm (≥37 minggu) atau apabila ketuban
pecah ketika ibu masih berada pada kala I fase laten dimana masih
memerlukan waktu > 12 jam untuk sampai pada pembukaan lengkap
2.10. Penatalaksanaan
Nugroho, 2012 dalam buku Obstetri dan Ginekologi menjelaskan bahwa
ketuban pecah dini termasuk dalam kehamilan beresiko tinggi. Kesalahan dalam
mengelola KPD anak membawa akibat meningkatnya angka morbiditas an
mortalitas ibu maupun bayinya. Penatalksanaan KPD masih dilema bagi sebagian
besar ahli kebidanan. Kasus KPD yang cukup bulan, kalau segera mengakhiri
kehamilan akan menaikkan insidensi bedah cesar, dan kalau menunggu persalinan
spontan akan menaikkan insidensi chorioamnionitis.
14
Kasus KPD yang kurang bulan kalau menempuh cara-cara aktif harus
dipastikan bahwa tidak akan terjadi RDS, dan kalau menempuh cara konservatif
dengan maksud untuk memberi waktu pematangan paru., harus bisa memantau
keadaan janin dan infeksi yang akan memperjelek prognosis janin.
Penatalaksanaan KPD tergantung pada umur kehamilan. Kalau umur kehamilan
tidak diketahui secara pasti segera dilakukan pemeriksaan ultrasonografi (USG)
untuk mengetahui umur kehamilan dan letak janin.
Resiko yang lebih sering pada KPD dengan janin kurang bulan adalah
RSD dibandingkan dengan sepsis. Oleh karena itu pada kehamilan kurang bulan
perlu evaluasi hati-hati untuk menentukan waktu yang optimal untuk persalinan.
Pada umur kehamilan 34 minggu atau lebih biasanya paru-paru sudah matang,
chorioamnionitis yang diikuti dengan sepsis pada janin merupakan sebab utama
meningginya morbiditas mortalitas janin.
Pada kehamilan cukup bulan, infeksi janin langsung berhubungan dengan
lama pecahnya selaput ketuban atau lamanya perode laten. Kebanyakan penulis
sepakat mengambil 2 faktor yang harus dipertimbangkan dalam mengambil sikap
atau tindakan terhadap penderita KPD yaitu umur kehamilan dan ada tidaknya
tanda-tanda infeksi pada ibu.
Beberapa hal yang harus dikaji dengan teliti pada kasus KPD adalah (F.
Gary Cuningha, et all 2010)
1. Pastikan usia kehamilan ibu, karena tata laksana untuk kehamilan aterm dan
prematur berbeda
2. Patikan kapan waktu ketuban pecah dini dan telah berlangsung berapa lama
3. Pastikan tanda-tanda infeksi, yang meliputi : peningkatan suhu tubuh ibu,
maternal dan fetal tachycardia, uterus lembek, dan peningkatan leukosit pada
hasil periksa darah ibu. Jika diperlukan maka dapat dilakukan kultur cairan
ketuban untuk memastikan adanya infeksi intraamnion
4. Pastikan ada/tidaknya tanda-tanda distress janin dengan pemeriksaan Non
Stress Test (NST) dan USG, NST dapat mengidentifikasi DJJ dan gerakan
janin. Sedangkan USG dapat mengidentifikasi kondisi biofisik janin dan
jumlah cairan ketuban yang masih tersisa
15
Aktif
Kehamilan>35 minggu : induksi oksitosin, bila gagal dilakukan seksio sesaria
Cara Induksi :1 ampul syntocinon dalam Dektrose 5% dimulai 4 tetes/menit,
tiap ¼ jam dinaikkan 4 tetes sampai maksimum 40 tetes/menit.
Pada keadaan CPD, letak lintang dilakukan seksio secaria
Bila ada tanda-tanda infeksi: beri antibiotika dosis tinggi dan persalinan
diakhiri
16
2.11. Komplikasi
Komplikasi ketuban pecah dini Nugroho, 2012 dalam buku Obstetri dan
Ginekologi yaitu:
Komplikasi paling sering terjadi pada KPD sebelum usia kehamilan 37
minggu adalah sindrom distress pernapasan (RDS = Respiratory Distress
Syndrome), yang terjadi pada 10-40% bayi baru lebih
Resiko infeksi meningkat pada kejadian KPD
Semua ibu hamil dengan KPD prematur sebaiknya dievaluasi untuk
kemungkinan terjadinya korioamnionitis (radang pada korion dan amnion)
Selain itu kejadian prolaps atau keluarnya tali pusat dapat terjadi pada KPD
Risiko kecacatan atau kematian janin meningkat pada KPD peterm
Hipoplasia paru merupakan komplikasi fatal yang terjadi padaKPD preterm.
Kejadiannya mencapai hampir 100% apabila KPD preterm ini terjadi pada
usia kehamilan kurang dari 23 minggu
2.13. WOC
3.1. Pengkajian
1. Identitas Ibu
2. Riwayat Penyakit
a. Riwayat kesehatan sekarang : ibu datang dengan pecahnya ketuban sebelum
usia kehamilan mencapai 37 minggu dengan atau tanpa komplikasi.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Adanya trauma sebelumnyaakibat efek pemeriksaan amnion.
Sintetis, pemeriksaan pelvis, dan hubungan seksual.
Kehamilan ganda, polihidramnion.
Infeksi vagina/serviks oleh kuman streptokokus.
Selaput amnion yang lemah/tipis.
Posisi fetus tidak normal.
Kelainan pada otot serviks atau genital seperti panjang serviks yang
pendek.
Multiparitas dan peningkatan usia ibu serta defisiensi nutrisi.
c. Riwayat kesehatan keluarga : ada tidaknya keluhan ibu yang lain yang
pernah hamil kembar atau turunan kembar.
3. Pemeriksaan fisik
a. Kepala dan leher
Mata perlu diperiksa di bagian sklera, konjungtiva.
Hidung ada/tidaknya pembengkakan konka nasalis. Ada/tidaknya
hipersekresi mukosa.
Mulut : gigi karies/tidak, mukosa mulut kering, dan warna mukosa gigi.
Leher berupa pemeriksaan JVP, KGB, dan tiroid.
b. Dada
Toraks
Inspeksi : kesimetrisan dada, jenis pernapasan torak abdominal, dan
tidak ada retraksi dinding dada. Frekuensi pernapasan normal 16-24
kali/menit.Iktus cordis terlihat/tidak.
19
20
4. Pemeriksaan Diagnostik
a. Hitung darah lengkap untuk menentukan adanya anemia, infeksi.
b. Golongan darah dan faktor Rh
c. Rasio lesitin terhadap spingomielin (rasio US) : menentukan maturitas
janin.
d. Tes ferning dan kertas nitrazine : memastikan pecah ketuban
e. Ultrasonografi : menentukan usia gestasi, ukuran janin, gerakan jantung
janin, dan lokasi plasenta
f. Pelvimetri : identifikasi posisi janin.
4. Ansietas yang berhubungan dengan krisis situasi, ancaman pada diri sendiri/
janin.
5. Risiko tinggi penyebaran infeksi/ sepsis yang berhubungan dengan adanya
infeksi, prosedur invasif, dan peningkatan pemahaman lingkungan.
6. Risiko tinggi keracunan karena toksik yang berhubungan dengan dosis/ efek
samping tokolitik.
7. Risiko tinggi cedera pada ibu yang berhubungan dengan intervensi
pembedahan, penggunaan obat tokolitik.
8. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan hipersensitivitas otot.
9. Risiko tinggi kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan
penurunan masukan cairan.
Intervensi Rasional
Mandiri :
a Lakukan pemeriksaan a Pengulanganpemeriksaan vagina
. vagina awal, . berperandalaminsideninfeksisaluranase
ulangibilapolakontraksiata ndens.
uperilakuibumenandakank
emajuan
b Gunakanteknikaseptiksela b Mencegahpertumbuhanbakteridankont
. mapemeriksaan vagina . aminasipada vagina
c Anjurkanperawatan c Menurunkanrisikoinfeksisaluranasende
. perineum . ns.
22
setelaheliminasisetiap 4
jam dansesuaiindikasi.
d Pantaudangambarkankarak d Padainfeksi, cairan amnion
. tercairanamniotik. . menjadilebihkentaldankuningpekatsert
adapatterdeteksiadanyabau yang kuat.
e Pantausuhu, nadi, e Dalam 4 jamsetelahmembranruptur,
. pernapasan, . insidenkorioamnionitismeningkatsecar
danseldarahputihsesuaiindi aprogresifsesuaidenganwaktu yang
kasi. ditunjukkanmelalui TTV.
f Tekankanpentingnyamenc f Menguranguperkembangankorioamnio
. ucitangan yang . nitispadaibuberisiko.
baikdenganbenar.
Kolaborasi
g Berikancairan oral dan g Meskitidakbolehseringdilakukan,
. parenteral sesuaiindikasi. . namunevaluasiususdapatmeningkatkan
Berikan enema kemajuanpersalinandanmenurunkanrisi
pembersihbilasesuaiindika koinfeksi.
si.
h Berikanantibiotikprofilakti h Antibiotikdapatmelindungiperkemban
. kbiladiindikasikan. . gankorioamnionitispadaibuberisiko.
Intervensi Rasional
Mandiri
a Pantau DJJ setiap a Takikardiataubradikardijaninadalahindikasidari
. 15-30 menit . kemungkinanpenurunan yang
mungkinperludiintervensi.
b Periksa DJJ b Mendeteksidistresjaninkarenakolaps alveoli.
. dengansegerabilate .
rjadipecahketuban
danperiksa 5
menitankemudian,
observasi perineum
ibuuntukmendetek
siprolapstalipusat.
c Perhatikandancatat c Padapresentasiverteks, hipoksia yang lama
. warnasertajumlahc . mengakibatkancairan amnion
airan amnion berwarnasepertimekoniumkarenarangsangan
danwaktupecahnya vagal yang merelaksasikansfingter anus janin.
ketuban.
d Catatperubahan d Mendeteksiberatnyahipoksiadankemungkinanp
. DJJ . enyebabjaninrentanterhadappotensicederasela
selamakontraksi. mapersalinankarenamenurunnyakadaroksigen.
Pantauaktivitas
uterus secara
manual
atauelektronik.
Bicarapadaibu/
pasangandanmemb
erikaninformasiten
tangsituasitersebut.
Kolaborasi
e Siapkanuntukmela e Denganpenurunanvisibilitasmungkinmemerluk
. hirkandengancara . ankelahiranseksiocaesariauntukmencegahceder
24
Ny. T umur 26 tahun masuk ke IGD Rumah Sakit A pada 13 Juli 2018
pukul 14.00 WIB dengan G1P0A0 usia kehamilan34 minggu, bayitunggal hidup,
presentasi kepala, inpartu kala I fase laten. Klien datang ke IGD Rumah Sakit
dengan keluhan kencang-kencang sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit.Keluar
air dari jalan lahir sejak ± 5 jam. Air-air tersebut jernih dan berbau amis. Selain
itu, pasien juga mengakui keluar lendir darah dari jalan lahir ± 3 jam sebelum
masuk rumah sakit yang dirasakan semakin hari semakin sering. Pasien merasa
bingung atas apa yang terjadi dan khawatir akan keadaan serta keselamatan
bayinya. Pasien rutin periksa kehamilan di bidan, namun belum pernah melakukan
pemeriksaan dengan USG di dokter Sp.OG
Riwayat menstruasi klien, menarche pada umur 13 tahun.Siklus haid 28
hari atau teratur. Lama haid7 hari. Jumlah dari haid 4 kali ganti pembalut.Hari
pertama haid terakhir 08 November 2017.Taksiran persalinan 15 Agustus 2018.
1. Pengkajian
a. Identitas Ibu
Nama :Ny. T
Usia : 26 Tahun
Alamat : Surabaya
25
b. Identitas Suami
Nama : Tn. U
Usia : 30 Tahun
Alamat : Surabaya
Pekerjaan : Wiraswasta
Hubungan : Suami
2. Riwayat Penyakit
a. Riwayat Kehamilan Saat Ini
Keluar air dari jalan lahir sejak ± 5 jam. Air-air tersebut jernih dan berbau
amis. Selain itu, pasien juga mengakui keluar lendir darah dari jalan lahir ±
3 jam sebelum masuk rumah sakit yang dirasakan semakin hari semakin
sering. Pasien merasa bingung atas apa yang terjadi dan khawatir akan
keadaan serta keselamatan bayinya. Pasien rutin periksa kehamilan di bidan,
namun belum pernah melakukan pemeriksaan dengan USG di dokter Sp.OG
b. Riwayat Kehamilan Dahulu
Pasien tidak memiliki riwayat hipertensi, diabetes mellitus maupun asma
sebelum masa kehamilan.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Didalam keluarga klien tidak ada yang pernah hamil kembar atau memiliki
keturunan kembar.
d. Keluhan Utama
Klien mengeluh kencang-kencang dan keluar cairan dari jalan lahir.
e. Riwayat Ginekologi
Menarche : 13 tahun
Siklus haid : 28 hari
Teratur/Tidak teratur : Teratur
26
4. Diagnosa Keperawatan
- Resiko Infeksi berhubungan dengan Ketuban Pecah Dini
- Risiko cedera pada janin b.d Ketuban Pecah Sebelum Waktunya (SDKI)
- Ansietas b.d Krisis situasional (SDKI)
5. Intervensi Keperawatan
Dx NOC NIC
Resiko Resiko Infeksi : Resiko
Infeksi Kontrol Resiko (1902) Infeksi
b.d Setelah dilakukan tindakan Perawatan
Ketuban keperawatan diharapkan klien Kehamila
Pecah menunjukkan control risiko dengan n Resiko
Dini criteria hasil klien akan: Tinggi
- Bebas dari tanda-tanda infeksi. (6800)
1. Kaji
kondis
i
medis
actual
yang
berhub
ungan
denga
n
kondis
i
keham
ilan
yang
buruk
(missa
l:
29
diabet
es,
hiperte
nsi,
lupus,
dll)
2. Kaji
Riway
at
keham
ilan
dan
kelahir
an
yang
berhub
ungan
denga
n
factor
resiko
keham
ilan
(misal:
premat
ure,
postm
ature,
preecl
ampsia
,
keham
30
ilan
ganda,
ketuba
n
pecah
dini,
plasent
a
previa,
dll)
3. Kaji
factor
sosio
demog
rafi
yang
berhub
ungan
denga
n
kondis
i
keham
ilan
yang
buruk
(usia
keham
ilan,
ras,
kemis
kian,
31
keterla
mbata
n atau
ketiad
aan
pemeri
ksaan
keham
ilan
4. Motiv
asi
untuk
mengu
ngkap
kan
perasa
an dan
ketaku
tan
terhad
ap
peruba
han
gaya
hidup,
kondis
i janin
dan
lain
lain.
5. Lakuk
an
32
kunjun
gan
persip
an
pada
NICU
jika
kelahir
an
premat
ure
telah
diantis
ipasi
(misal
nya
keham
ilan
ganda)
6. Ajarka
n cara
mengh
itung
geraka
n janin
(Panta
u DJJ)
7. Lakuk
an tes
untuk
menge
valuasi
33
status
janin
dan
fungsi
plasent
a,
seperti
non
stress
test
(NST)
Oxytoc
hin
Challe
nge
Test
(OCT)
, profil
biofisi
k janin
dan
USG
8. Monit
or
ketat
status
fisik
dan
psikol
ogis
selama
keham
34
ilan :
Anjurk
an
bedres
t total
pada
ibu
untuk
mence
gah
ketuba
n
keluar
berlebi
h
9. Kolab
orasi
pembe
rian
okstio
sin,
antibio
tik dan
dexam
etason
(pada
bayi
premat
ur
untuk
menin
gkatka
35
n
kemat
angan
paru)
Risikoce Status Maternal : Antepartum Resiko
dera (2509) Cedera
pada Setelahdilakukantindakankeperawatan Monitor
janin b.d diharapkan Janin
Ketuban gawatjanintidakterjadidengankriteriaha Secara
Pecah sil: Elektronik
Sebelum 1. DJJ dalamrentang normal (120-150 :
Waktun kali/menit). Antepartu
ya 2. Janindapatdiinduksi. m (6771)
(SDKI) 3. Tidakkeluarcairanberwarnaputihdan 1. Ukur
keruhdari vagina. tanda-
tanda
vital
ibu
2. Verifik
asi
denyut
jantung
ibu dan
janin
sebelu
m
memul
ai
pemant
auan
janin
secara
36
elektro
nik
3. Tempel
kan
transdu
ser
ultasou
nd ke
daerah
rahim
dimana
suara
jantung
janin
terdeng
ar dan
terdete
ksi
dengan
jelas
4. Cek
kembal
i
apakah
denyut
jantung
janin
normal
Induksi
Melahirka
n (6850)
1. Tentuk
37
an
indikas
i medi
dan
atau
obstetri
k untuk
dilakuk
annya
induksi
2. Evalua
si
kembal
i status
serviks
dan
verifik
asi
pembu
kaa
sebelu
m
memul
ai
induksi
menda
mpingi
klien
dengan
cara
yang
tepat
4. Dukun
g
penggu
naan
mekani
smen
koping
yang
sesuai
5. Instruk
sikan
klien
untuk
mengg
unakan
teknik
relaksa
si atau
tindaka
n
pengur
angan
nyeri
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan.
Sebagian besar ketuban pecah dini yang terjadi pada umur kehamilan diatas 37
minggu, sedangkan pada umur kehamilan kurang 36 minggu tidak terlalu banyak.
Pecahnya selaput ketuban sebelum waktunya menyebabkan kemungkinan infeksi
dalam rahim, persalinan prematuritas yang akan meningkatkan kesakitan dan
kematian ibu maupun janinnya.
Terjadinya infeksi maternal sehubungan dengan KPD tergantung dari
lamanya masa laten, dimana makin muda umur kehamilan makin memanjang
periode laten sedangkan persalinan lebih pendek dari biasanya, yaitu pada primi
10 jam dan multi 6 jam. Penatalaksanaan KPD yaitu melakukan perawatan
dirumah sakit, beri antibiotika : bila ketuban pecah > 6 jam berupa : Ampisillin
4x500 mg atau Gentamycin 1x80 mg, untuk usia kehamilan <32-34 minggu:
dirawat selama air ketuban masih keluar atau sampai air ketuban tidak keluar lagi,
sedangkan bila usia kehamilan 32-34 minggu, masih keluar air ketuban, maka usia
kehamilan 35 minggu dipertimbangkan untuk terminasi kehamilan (hal sangat
tergantung pada kemampuan perawatan bayi premature), pantau tanda-tanda
infeksi (suhu, lekosit, tanda-tanda infeksi intrauterin), pada usia kehamilan 32-34
minggu, berikan steroid selama untuk memacu kematangan paru-paru janin.
4.2 Saran
1. Diharapkan mahasiswa dapat lebih mempelajari tentang komplikasi
persalinan pada ibu bersalin.
2. Mahasiswa harus menambah informasi dari sumber-sumber yang lain untuk
menambah pengetahuan tentang ketuban pecah dini pada ibu hamil.
40
41