Anda di halaman 1dari 9

STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR 3

“BANGUNAN BERMASSA MAJEMUK”

PRODI S1 ARSITEKTUR

JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR

DINI FRIDAYANTI FAKULTAS TEKNIK

F 221 17 075 UNIVERSITAS TADULAKO

2019
1. SELASAR SUNARYO ART SPACE

Arsitek : Baskoro Tedjo


Lokasi : Jalan Bukit Pakar Timur
No. 100, Dago, Kecamatan
Lembang, Kota Bandung, Jawa
Barat.
Luas lahan : 5000 m2.
Tahun : 1997.

Gambar 1.1. Selasar sunaryo

Sumber : https://www.academia.edu

Bangunan ini mengambil tema green architecture atau sustainable building, karena sang arsitek mendesain bangunan yang membutuhkan perawatan yang
minim.

Selasar Sunaryo adalah galeri seni yang berada di Bandung utara, Jawa Barat. Selasar ini sering digunakan untuk penyelenggaraan program-program seni
rupa kontemporer, melalui pameran, diskusi, residensi dan lokakarya. Galeri seni ini bersifat nirlaba.
Selasar ini berdiri diatas lahan seluas 5000 m2. Terbagi dalam dua level yaitu, level 1 atau atas dan
level 2 atau bawah.

Pada level 1 atau atas terdapat ruang A yang menjadi pintu masuk utama dengan luas 177 m2. Yang
digunakan untuk menunjukkan karya-karya Sunaryo. Taman batu yang berada di samping ruang A
dengan luas sekitar 190 m2, adalah sebuah ruang terbuka yang digunakan untuk memamer-kan karya seni
Sunaryo yang terbuat dari batu, dan Bale Tonggoh memiliki luas sekitar 190 m2, adalah bangunan semi-
permanen yang berfungsi sebagai ruang proyek dan ruang pameran yang bersifat sementara.

Gambar 1.2. Denah Level 1 Selasar Sunaryo

Sumber : https://www.academia.edu
Pada level 2 atau bawah terdapat ruang B dengan luas sekitar 210 m2. Ruangan ini juga diguna-kan untuk pameran skala besar mempromo-sikan seniman
Indonesia dan luar negeri. Ruang sayap memiliki luas sekitar 48 m2. Digunakan untuk menampilkan pameran karya-karya dari para seniman muda Indonesia
terbaik dan koleksi karya seni yang sifatnya permanen. Bale Handap (aula) adalah ruang serbaguna yang biasa digunakan untuk diskusi, pertunjukan, serta
beberapa event dan workshop. Amphitheater berluas sekitar 198 m2 adalah sebuah ruang terbuka yang membentuk lingkaran. Kopi Selasar ( sekitar 157 m2 )
, sebuah kafe outdoor yang besar adalah tempat yang tepat untuk bersantai dan menikmati kopi yang baik , makanan ringan dan makan siang , penggunaan
nirkabel , atau hanya menikmati pemandangan indah dari bukit Dago .

Gambar 1.3 Denah Level 2 Selasar Sunaryo


Sumber : https://www.academia.edu
Selasar ini mempunyai beberapa massa bangunan yang tersebar, dan terletak diatas
lahan berkontur. Lahannya dimanfaatkan dengan baik sehingga tidak ada cut and fill.
Mempertahankan kontur sehingga sirkulasinya saling terhubung. Pemilihan lokasi
Amphiteather yang cerdik dengan memanfaatkan perbedaan level ketinggian tanah dan
Posisinya yang berada di level bawah dan tanpa atap (terbuka seluruhnya) juga menjadi
pendukung terbentuknya suasana alami.

Kompleks bangunan ini didesain dengan bentuk geomerti sederhana yang mengambil
esensi Jawa Barat dari bentuk sawah yang bertrap-trap, atap miring, bambu, dan rumah
panggung.

Untuk ruang luar, stone garden pada awal masuk art space memberikan suasana alam,
tatanan lansekap diselaraskan dengan alam setempat. Ada tanaman bambu, air dan
terasering sawah yang menjadi gagasan bentuk amphitheater. Lansekap yang asri dengan
rerumputan, pagar-pagar bambu, pepohonan rindang rendah yang membentuk skala ruang.

Ada empat pintu di kompleks bangunan ini, terdapat focal point di bagian depannya.
Setelah memasuki pelataran parkir, pengunjung dihadapkan pada tiga pilihan akses masuk, pencapaiannya melalui labirin-labirin sempit selebar 80-100 cm
yang membuat pengunjung terpacu untuk berjalan cepat menuju ruang terbuka.

Gambar 1.4,1.5. Selasar Sunaryo


Sumber : https://www.academia.edu
2. THE UBUD VILLAGE RESORT & SPA

Resort adalah sebuah kawasan yang terencana yang tidak hanya sekedar untuk menginap tetapi juga untuk istirahat dan rekreasi. (Chuck Y. Gee, 1988).

Resort ini berada di kawasan Nyuh Kuning, Pengosekan, Ubud, Gianyar. Dengan luas
lahan 5,8 ha. Tipe bangunan yang ada pada resort ini berupa villa dengan tipe kelas yang
berbeda. Resort ini bermassa majemuk dengan penataan bangunan yang mengikuti topografi
site.

Pada resort terdapat lobby, angkul-angkul restaurant, banjar lobby bar, karma karana,
paddy coffee shop, wedding concierge, dll. Pada villa terdapat 18 unit garden pool villa, 5 unit
rice field pool villa, 6 unit the village suite 1, 1 unit the village suite 2. Memiliki sawah yang
di kelola sendiri yang sekaligus di manfaatkan sebagai view/selling point terhadap wisatawan.

Gambar 2.1. site plan The Ubud village resort & spa Gambar 2.2. Garden pool villa
https://sinta.unud.ac.id/ https://sinta.unud.ac.id/
Gambar 2.3. rice field pool villa Gambar 2.4. the village suite 1 Gambar 2.5. The village suite 2
https://sinta.unud.ac.id/ https://sinta.unud.ac.id/ https://sinta.unud.ac.id/

Gambar 2.6. Rice Field Gambar 2.7. Green Space


https://sinta.unud.ac.id/ https://sinta.unud.ac.id/
a. Entrance

Entrance terletak pada Jl. Raya Nyuh Kuning, Pengosekan, Ubud, Gianyar. Site entrance didesain dengan sign/penanda yang ada pada area depan.
Entrance pada hunian villa menggunakan desain angkul-angkul yang di fungsikan sebagai sarana penyambutan wisatawan.

b. Sirkulasi

Sirkulasi pada resort ini memakai konsep natah. Natah merupakan suatu istilah umum untuk menyatakan suatu halaman di tengah-tengah suatu
lingkungan terbangun seperti: rumah, desa maupun kota. Atau ruang luar yang terbentuk oleh bangunan yang mengelilinginya dalam suatu
lingkungan tertentu.

Yang dimana pada tengah-tengah hasil pertemuan semua massa dibuatkan sebuah tempat beraktivitas yaitu public pool dan juga green space. Alur
sirkulasi juga mengikuti kontur tanah pada site, terdapat jalan sirkulasi yang naik dan turun pada beberapa segmen. Menggunakan pola linear untuk
Alur pengunjung dalam memasuki wilayah, diawali oleh lobby sebagai penyambut tamu kemudian masuk pada area natah, kemudian untuk ke villa
menggunakan pola sirkulasi radial.

c. Komposisi masssa

Menggunakan organisasi ruang jenis cluster, dimana massa dikelompokkan berdasarkan adanya hubungan. Menggunakan massa majemuk namun
kemajemukan massa dikategorikan menurut fungsi massa. Komposisi massa mengikuti kontur, namun karena kemiringan tidak curam tidak ada cut
and fill.

d. Orientasi massa

Orientasi yang dibutuhkan adalah yang khas, seperti hutan, danau, dan lembah. Orientasi massa lebih mengarah pada view sawah dan juga green
space yang ada di tengah site. Orientasi ini menjadi ciri khas yang menjual pada resort.

e. Bentuk bangunan

Konsep yang digunakan adalah bali modern. Menggunakan bentuk dan material tradisional dan juga material yang sudah modern. Unsur bali
terdapat pada konsep triangga yaitu kaki, badan, dan kepala pada bangunan, sedangkan yang lainnya berporos ke arsitektur modern.
DAFTAR PUSTAKA

https://tempatwisatadibandung.info/selasar-sunaryo-art-space-bandung/

https://www.academia.edu/33990579/SELASAR_SUNARYO

http://fariable.blogspot.com/2011/07/selasar-sunaryo-art-space.html

https://temuilmiah.iplbi.or.id/wp-content/uploads/2016/12/IPLBI2016-A-075-078-Penerapan-Teori-Topography-pada-Lanskap-Arsitektur-Selasar-Sunary.pdf

https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/44b033d9e37baeab2a634642d5ce1ada.pdf

http://www.wacana.co/2009/08/perubahan-ekspresi-konsep-natah-dalam-tata-ruang-di-bali/

Anda mungkin juga menyukai