Soal No. 1. Rangkuman peralatan analisis kimia modern yang dapat dipergunakan
untuk mempelajari komposisi dan struktur material antara lain:
peralatan analisis unsur, analisis permukaan, observasi bentuk
mikrokopis, analisis struktur senyawa, analisis termal, analisis
pemisahan dan kromatografi.
MS,Mass Spectroscopy
MS,Mass Spectroscopy atau spektroskopi masa ialah metode analisis yang didasarkan pada
energi kinetik tiap atom. prosedurnya molekul yang akan dianalisis diuapkan terlebih dahulu
lalu di ionisasi, kemudian dipercepat. disinilah perbedaan energi atom terlihat, atom akan
melewati suatu medan magnet tang lorongnya berbelok. Jika massa nya terlalu kecil akan
dibelokkan dengan mudah , sedangkan jika masanya besar pembelokkannya hanya sedikit.
sehingga atom atom yang sampai ke detektor tidak semuanya.
Spektrofotometer Visible
Spektrofotometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur absorbansi dengan cara
melewatkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu pada suatu objek kaca atau kuarsa
yang disebut kuvet.Spektrofotometri merupakan salah satu metode dalam kimia analisis yang
digunakan untuk menentukan komposisi suatu sampel baik secara kuantitatif dan kualitatif
yang didasarkan pada interaksi antara materi dengan cahaya. Cahaya yang dimaksud dapat
berupa cahaya visibel, UV dan inframerah, sedangkan materi dapat berupa atom dan molekul
namun yang lebih berperan adalah elektron valensi. Sedangkan alat yang digunakan adalah
spektrofotometer. Spektrofotometer uv mampu bekerja pada panjang gelombang 400 - 700.
Spektrofotometer UV Vis
B. Analisis Permukaan
Surface Area Analyzer
Surface Area Analyzer (SAA) berfungsi untuk menentukan luas permukaan material,
distribusi pori dari material dan isotherm adsorpsi suatu gas pada suatu bahan. Alat ini prinsip
kerjanya menggunakan mekanisme adsorpsi gas, umumnya nitrogen, argon dan helium, pada
permukaan suatu bahan padat yang akan dikarakterisasi pada suhu konstan biasanya suhu didih
dari gas tersebut. Alat tersebut pada dasarnya hanya mengukur jumlah gas yang dapat dijerap
oleh suatu permukaan padatan pada tekanan dan suhu tertentu. Secara sederhana, jika kita
mengetahui berapa volume gas spesifik yang dapat dijerap oleh suatu permukaan padatan pada
suhu dan tekanan tertentu dan kita mengetahui secara teoritis luas permukaan dari satu molekul
gas yang dijerap, maka luas permukaan total padatan tersebut dapat dihitung.
Persiapan Sampel
Preparasi sampel untuk analisa luas permukaan cukup sederhana. Namun juga
tergantung dari seri alat, biasanya seri lama mengharuskan bahan dipeletkan terlebih dahulu
agar tidak menghasilkan debu yang dapat merusak alat.
Alat ini hanya memerlukan sampel dalam jumlah yang kecil. Biasanya
berkisar 0.1 sampai 0.01 gram saja. Persiapan utama dari sampel
sebelum dianalisa adalah dengan menghilangkan gas – gas yang
terjerap (degassing). Alat surface area analyzer ini terdiri dari dua
bagian utama yaitu Degasser dan Analyzer. Degasser berfungsi untuk
memberikan perlakuan awal pada bahan uji sebelum dianalisa.
Fungsinya adalah untuk menghilangkan gas – gas yang terjerap pada
permukaan padatan dengan cara memanaskan dalam kondisi vakum. Biasanya degassing
dilakukan selama lebih dari 6 jam dengan suhu berkisar antara 200 – 300C tergantung dari
karakteristik bahan uji.
Proses Analisa
Setelah sampel selesai didegas, maka dapat langsung dianalisa. Sebelum analisa tentunya perlu
ditimbang berat sampel setelah degas. Supaya benar – benar diketahui berat sampel sebenarnya
setelah dibersihkan dari gas – gas yang terjerap. Kemudian yang perlu dilakukan sebelum
nenjalankan analisa biasanya adalah mengisi kontainer pendingin dengan gas cair. Kemudian
mengeset kondisi alalisa. Waktu analisa bisa berkisar antara 1 jam sampai lebih dari 3 hari
untuk satu sampel. Jika hanya ingin mengetahui luas permukaan maka kita hanya
membutuhkan 3 – 5 titik isotherm sehingga proses analisa menjadi singkat. Namun jika kita
ingin mengetahui distribusi pori khususnya material yang mengandung pori ukuran mikro (<
20A) maka memerlukan 2 – 3 hari untuk satu kali analisa dengan menggunakan gas nitrogen
sebagai adsorbennya. Sebenarnya waktu analisa bisa dipersingkat jika kita menggunakan jenis
gas lain misalnya CO2.
Contoh Hasil Analisa
Hasil analisa disajikan dalam grafik ataupun tabulasi. Alat ini dilengkapi dengan perangkat
lunak yang dapat menghitung hampir semua data yang diperlukan seperti: luas permukaan,
volume pori, distribusi pori dengan berbagai metode perhitungan.dibawah ini contoh tampilan
isotherm dari karbon aktif dengan perhitungan PSD nya ditampilkan dalam grafik.
Cara kerja
Mikroskop transmisi eletron saat ini telah
mengalami peningkatan kinerja hingga mampu
menghasilkan resolusi hingga 0,1 nm (atau 1
angstrom) atau sama dengan pembesaran
sampai satu juta kali. Meskipun banyak bidang-
bidang ilmu pengetahuan yang berkembang
pesat dengan bantuan mikroskop transmisi elektron ini.
Adanya persyaratan bahwa "objek pengamatan harus setipis mungkin" ini kembali
membuat sebagian peneliti tidak terpuaskan, terutama yang memiliki objek yang
tidak dapat dengan serta merta dipertipis. Karena itu pengembangan metode baru
mikroskop elektron terus dilakukan.
Preparasi sediaan
Agar pengamat dapat mengamati preparat dengan baik, diperlukan persiapan
sediaan dengan tahap sebagai berikut :
melakukan fiksasi, yang bertujuan untuk mematikan sel tanpa mengubah struktur
sel yang akan diamati. fiksasi dapat dilakukan dengan menggunakan senyawa
glutaraldehida atau osmium tetroksida.
pembuatan sayatan, yang bertujuan untuk memotong sayatan hingga setipis
mungkin agar mudah diamati di bawah mikroskop. Preparat dilapisi dengan
monomer resin melalui proses pemanasan, kemudian dilanjutkan dengan
pemotongan menggunakan mikrotom.
pelapisan/pewarnaan, bertujuan untuk memperbesar kontras antara preparat yang
akan diamati dengan lingkungan sekitarnya. Pelapisan/pewarnaan dapat
menggunakan logam berat seperti uranium dan timbal.
Pada sebuah mikroskop elektron (SEM) terdapat beberapa peralatan utama antara lain:
1. Pistol elektron, biasanya berupa filamen yang terbuat dari unsur yang mudah
melepas elektron misal tungsten.
2. Lensa untuk elektron, berupa lensa magnetis karena elektron yang bermuatan
negatif dapat dibelokkan oleh medan magnet.
3. Sistem vakum, karena elektron sangat kecil dan ringan maka jika ada molekul udara
yang lain elektron yang berjalan menuju sasaran akan terpencar oleh tumbukan
sebelum mengenai sasaran sehingga menghilangkan molekul udara menjadi sangat
penting.
Prinsip kerja dari SEM adalah sebagai berikut:
1. Sebuah pistol elektron memproduksi sinar elektron dan dipercepat dengan anoda.
2. Lensa magnetik memfokuskan elektron menuju ke sampel.
3. Sinar elektron yang terfokus memindai (scan) keseluruhan sampel dengan diarahkan oleh
koil pemindai.
4. Ketika elektron mengenai sampel maka sampel akan mengeluarkan elektron baru yang
akan diterima oleh detektor dan dikirim ke monitor (CRT).
Secara lengkap skema SEM dijelaskan oleh gambar dibawah ini:
(sumber:iastate.edu)
Ada beberapa sinyal yang penting yang dihasilkan oleh SEM. Dari
pantulan inelastis didapatkan sinyal elektron sekunder dan
karakteristik sinar X sedangkan dari pantulan elastis didapatkan
sinyal backscattered electron. Sinyal -sinyal tersebut dijelaskan
pada gambar disamping ini.
Mekasime kontras dari backscattered elektron dijelaskan
dengan gambar dibawah ini yang secara prinsip atom – atom
dengan densitas atau berat molekul lebih besar akan memantulkan
lebih banyak elektron sehingga tampak lebih cerah dari atom berdensitas rendah. Maka teknik
ini sangat berguna untuk membedakan jenis atom.
Aplikasi dari teknik SEM – EDS dirangkum sebagai berikut:
1. Topografi: Menganalisa permukaan dan teksture (kekerasan, reflektivitas dsb)
2. Morfologi: Menganalisa bentuk dan ukuran dari benda sampel
3. Komposisi: Menganalisa komposisi dari permukaan benda secara kuantitatif dan kualitatif.
Kegunaan AFM
AFM merupakan alat yang di gunakan untuk memanipulasi ukuran atom atau molekul
dan struktur pada berbagai permukaan agar dapat mempermudah kegiatan dari berbagai
macam ilmu pengetahuan, misalnya dalam ilmu fisika, kimia, dan bidang biologi.
Dalam ilmu Fisika, alat ini lebih mempermudah para ilmuwan dalam mengetahui
struktur atom secara langsung, sehingga dapat di ubah dan di manipulasi untuk
kepentingan ilmu sains.
Dalam ilmu kimia, alat ini dapat menjelaskan bagaimana struktur dari berbagai macam
molekul, sehingga lebih mudah dalam membuat suatu reaksi kimia.
Dalam bidang biologi yaitu untuk menyelidiki struktur, fungsi dan spesifik sel.
Misalnya untuk meyelidiki struktur dan fungsi hubungan antara bakteri Streptococcus
mutans yang merupakan dasar aetiological pada gigi mati tulang manusia (gigi).
Sampel AFM
AFM dapat digunakan untuk sampel yang bersifat konduktor maupun isolator seperti klaster
atom dan molekul, makromolekul, dan spesies biologi seperti sel, DNA, dan protein. Untuk
masalah sampel yang digunakan, persyaratannya hanya memiliki paling tidak salah satu
dimensinya berukuran < 100 nm. Sampel tidak perlu di lapisi dengan karbon atau lapisan
apapun yang dapat merusak sampel.
Untuk persiapan awal terhadap sampel adalah sebagai berikut :
1. Letakkan sample pada tempat sample yang ada pada alat
2. Pastikan ujung tip berada tepat di permukaan sample
3. Hidupkan alat dan layar komputer
Komponen-komponen AFM
Komponen-komponen penting yang ada pada mikroskop gaya atom diantaranya adalah :
1. Probe
Merupakan alat pemeriksa yang secara langsung berinteraksi dengan permukaan
sampel (Tip) dan cantilever dengan panjang 100 – 200 μm dengan lebar 10 – 40 nm,
serta ketebalan 0.3 – 2.0 μm.
2. Ujung jarum atau Tip
Tip merupakan ujung dari jarum pada ujung cantilever, tempat diamana terjadi kontak
dengan sampel yang akan dicitrakan. Tip digunakan untuk memindai, meraba
(scanning) sepanjang permukaan sampel/spesimen sehingga dapat mengkarakterisasi
suatu bahan.
3. Cantilever
Merupakan sebuah penopang dan merupakan tempat dimana tip menempel. Berfungsi
sebagai tempat mendaratnya sinar laser.
4. Scaner piezoelectric
Scanner ini berfungsi untuk mengontrol pergerakan tip atau sampel pada arah x, y dan z.
Pada scanner terdapat piezoelectric material yang mampu memberikan pergerakan dalam
skala nanometer. Piezoelektrik dapat mengubah tekanan menjadi suatu tegangan listrik
untuk diolah pada komputer atau sebaliknya mengubah tegangan menjadi suatu tekanan.
5. Laser
Devais elektronik yang berfungsi untuk menembakkan laser ke arah cantilever.
6. Detektor
Merupakan pendeteksi laser pantulan.
7. Photodioda
8. Perangkat komputer
Digunakan sebagai pengolah data.
e. Analisis Termal
Thermal analysis merupakan teknik untuk mengkarakterisasi sifat material yang dipelajari
berdasarkan respon material tersebut terhadap temperatur. Untuk menentukan sifat termo-
fisiknya metode yang biasa digunakan salah satunya adalah differential thermal analysis
(DTA) dan TGA.
1. Differential Thermal Analysis (DTA)
Kelemahan DTA
DTA banyak digunakan untuk mengkarakterisasi sampel yang terbuat dari clay atau material
karbonat. Keterbatasan dari DTA ini adalah sensitivitasnya yang cukup rendah.
Kelebihan dari DTA
dapat menentukan kondisi eksperimental sampel (baik dengan tekanan tinggi atau
vakum)
instrument dapat digunakan dalam temperatur tinggi
karakteristik transisi dan reaksi pada temperatur tertentu dapat dideteksi dengan baik
DTA juga dapat digunakan untuk menghitung ukuran kuantitatif seperti pengukuran entalpi.
DTA dapat mendeteksi perubahan yang instan pada massa sampel. Perhitungan entalpi oleh
Kegunaan TGA
a. Menentukan temperatur dan perubahan berat reaksi dekomposisi, analisa komposisi
kuantitatif, serta menentukan kandungan air;
b. Analisa reaksi dengan udara, oksigen, atau gas reaktif lainnya;
c. Dapat digunakan untuk mengukur laju evaporasi, seperti untuk mengukur emisi campuran
cairan yang mudah menguap;
d. Menentukan temperatur curie dari transisi magnetis dengan mengukur temperatur dimana
kekuatan yang digunakan oleh suatu magnet menghilang pada pemanasan atau muncul
kembali pada pemdinginan;
e. Membantu mengidentifikasi plastik dan material organik dengan mengukur temperatur
ikatan scissions didalam atmosfer inert atau oksidasi dalam udara atau oksigen;
f. Digunakan untuk mengukur berat fiberglass dan material anorganik dalam plastik,
melaminasi, mengecat, primer, dan material composite dengan pembakaran resin polymer;
g. Dapat mengukur material yang ditambahkan ke beberapa makanan, seperti silika gel, dan
titanium diaoksida;
h. Dapat menentukan kemurnian suatu material, senyawa anorganik, atau material organik.
b. Medium Filter
Suatu medium filter (septum) pada setiap filter harus memenuhi syarat antara lain:
Harus dapat menahan zat padat yang akan disaring dan menghasilkan filtrat yang cukup
jernih.
Tidak mudah tersumbat.
Harus tahan secara kimia dan kuat secara fisik dalam kondisi proses.
Harus memungkinkan penumpukan ampas dan pengeluaran ampas secara total dan
bersih.
Tidak boleh terlalu mahal (cost effective)
HPLC (High Performance Liquid Chromatography) atau biasa juga disebut dengan
Kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT).
SISTEM PERALATAN HPLC
Instrumentasi HPLC pada dasarnya terdiri atas: wadah fase gerak, pompa, alat untuk
memasukkan sampel (tempat injeksi), kolom, detektor, wadah penampung buangan fase gerak,
dan suatu komputer atau integrator atau perekam.
Diagram skematik sistem kromatografi cair seperti ini :
Posisi pada saat memuat sampel Posisi pada saat menyuntik sampel
6. Kromatografi Afinitas
Dalam kasus ini, pemisahan terjadi karena interaksi-interaksi biokimiawi yang sangat spesifik.
Fase diam mengandung gugus-gugus molekul yang hanya dapat menyerap sampel jika ada
kondisi-kondisi yang terkait dengan muatan dan sterik tertentu pada sampel yang sesuai
(sebagaimana dalam interaksi antara antigen dan antibodi).
Kromatografi jenis ini dapat digunakan untuk mengisolasi protein (enzim) dari campuran yang
sangat kompleks.
b. Kromatografi Gas
5. Detektor
Detektor berfungsi sebagai pendeteksi komponen-komponen yang telah dipisahkan dari
kolom secara terus-menerus, cepat, akurat, dan dapat melakukan pada suhu yang lebih tinggi.
Detektor harus dapat dipercaya dan mudah digunakan. Fungsi umumnya mengubah sifat-sifat
molekul dari senyawa organik menjadi arus listrik kemudian arus listrik tersebut diteruskan ke
rekorder untuk menghasilkan kromatogram.
Ada beberapa jenis detektor dalam khromatografi gas,berikut adalah jenis detektor yang
dikenal :
a. Flame Ionization Detector (FID),adalah detektor general untuk mengukur komponen-
komponen sampel yang memiliki gugus alkil (C-H).Komponen sampel masuk ke
FID,kemudian akan dibakar dalam nyala (campuran gas H2 dan udara),komponen akan
terionisasi,ion-ion yang dihasilkan akan dikumpulkan oleh ion collector,arus yang dihasilkan
akan diperkuat,kemudian akan dikonversi menjadi satuan tegangan.Semakin tinggi konsentrasi
komponen,makin banyak pula ion yang dihasilkan sehingga responnya juga makin besar.
b. Thermal Conductivity Detector (TCD) adalah detektor paling general sebab hampir semua
komponen memiliki daya hantar panas.TCD bekerja dengan prinsip mengukur daya hantar
panas dari masing-masing komponen.Mekanismenya berdasarkan teori “Jembatan
Wheatstone” di mana ada dua sel yaitu sel referensi dan sel sampel.Sel referensi hanya dilalui
oleh gas pembawa,sementara sel sampel dilalui oleh gas pembawa dan komponen
sampel.Perbedaan suhu kedua sel akan mengakibatkan perbedaan respon listrik antara
keduanya dan ini akan dihitung sebagai respon komponen sampel.Detektor TCD banyak
digunakan untuk analisis gas.
c. Electron Capture Detector (ECD) adalah detektor khusus untuk mendeteksi senyawaan
halogen organik.Banyak diaplikasikan untuk analisis senyawaan pestisida.Secara
prinsip,komponen sampel akan ditembak dengan sumber radioaktif Nikel,dan jumlah elektron
yang hilang dari proses itu dianggap linear dengan konsentrasi senyawaan tersebut.
d. Flame Photometric Detector (FPD) adalah detektor khusus untuk mendeteksi senyawaan
sulfur, posfor dan atau timah organik.Prinsipnya adalah pembakaran senyawaan komponen
sehingga mengemisikan energi tertentu yang akan dilewatkan ke filter tertentu (filter S,P atau
Sn) kemudian akan dideteksi oleh Photomultiflier.Banyak digunakan untuk analisis senyawaan
pestisida.
e. Flame Thermionic Detector(FTD) adalah detektor khusus untuk mendeteksi senyawaan
nitrogen dan atau posfor organik.Prinsipnya adalah pembakaran senyawaan komponen
kemudian direaksikan dengan garam Rubidium dan respon listrik yang dihasilkan akan
diperkuat dan dikonversi menjadi satuan tegangan.Banyak digunakan untuk analisis
senyawaan pestisida.
f. Mass Spectrometer (MS) adalah detektor khusus yang dapat digunakan baik untuk analisis
kualitatif maupun kuantitatif.Prinsip pengukurannya adalah komponen sampel dipecah
menjadi bentuk ion fragmennya (baik secara elektronik maupun kimiawi) lalu ion fragmen
tersebut dilewatkan ke Mass Analyzer untuk memisahkan ion berdasarkan perbedaan
massa/muatan dan selanjutnya diteruskan ke ion detector untuk mendeteksi jumlah ion yang
dihasilkan.Spektrum fragmen yang dihasilkan oleh masing-masing komponen akan
menunjukkan karakteristik yang khas,dan ini digunakan untuk tujuan identifikasi kualitatif
dengan membandingkan dengan database atau library spektrum yang telah ada.
6. Oven kolom
Kolom terletak didalam sebuah oven dalam instrumen. Suhu oven harus diatur dan
sedikit dibawah titik didih sampel. Jika suhu diset terlalu tinggi, cairan fase diam bisa
teruapkan, juga sedikit sampel akan larut pada suhu tinggi dan bisa mengalir terlalu cepat dalam
kolom sehingga menjadi terpisah (Hendayana, 2001).
7. Rekorder
Rekorder berfungsi sebagai pengubah sinyal dari detektor yang diperkuat melalui
elektrometer menjadi bentuk kromatogram. Dari kromatogram yang diperoleh dapat dilakukan
analisis kualitatif dan kuantitatif.
Soal No.2. Rincian metode analisis kualitatif kation-anion yang sederhana khususnya untuk
ion-ion: Cu2+, Fe2+, Fe3+, Al3+, Pb2+, NH4+, Ba2+, Ca2+, SO42-, NO3-, Cl- dan I-.
Metode analisis kualitatif kation:
1. Ion Tembaga (Cu2+)
a) Dalam dua buah tabung reaksi, isilah masing-masing dengan larutan 0,1 M CuSO4
sebanyak 1 ml.
Pada larutan CuSO4 ditabung pertama, tambahkan beberapa tetes larutan NH4OH 6 M
sampai larutan berwarna biru tua. Terbentuknya senyawa kompleks Cu(NH3)4SO4 yang
berwarna biru tua menandakan adanya ion Cu2+.
Pada larutan ditabung kedua, tambahkan beberapa tetes larutan K4Fe(CN)6 0,1 M sampai
terbentuk endapan coklat tua. Terbentuknya senyawa kompleks Cu2[Fe(CN)6] yang
berwarna coklat menandakan adanya ion Cu2+.
Lakukan test nyala untuk larutan CuSO4 0,1 M dengan cara seperti pada percobaan test
nyala pada logam Na. Terbentuknya nyala yang berwarna hijau-biru menandakan adanya
logam Cu2+.
b) Dengan NaOH dalam larutan dingin membentuk endapan biru Cu(OH)2, yang tidak
larut dalam NaOH berlebih. Bila endapan tersebut dipanaskan akan terbentuk endapan
hitam CuO.
b) Dengan larutan NaOH membentuk endapan coklat kemerahan Fe(OH)3 yang tidak larut
dalam pereaksi berlebih.
4. Ion Al3+
Dengan larutan basa membentuk endapan gelatin putih yang larut dalam pereaksi
berlebih.
5. Ion Pb2+
Ambillah 1 ml 0,1 M Pb(NO3)2 dalam sebuah tabung reaksi, lalu tambahkan 1 ml 0,1 M
NaCl. Biarkan endapan yang terbentuk turun lalu dekantasi, cucilah endapan dengan 2
ml aquadest dan tambahkan 1 ml aquadest setelah endapan larut, panaskan agar seluruh
endapan larut dinginkan larutan tersebut dibawah aliran air kran, apakah yang anda
amati? Terbentuknya kristal-kristal jarum yang berwarna putih menandakan adanya ion
Pb2+.Panaskan lagi dan larutan dibagi dua.Larutan pada tabung pertama, ditambahkan
beberapa tetes larutan KI , endapan kuning jingga PbI2 menandakan adanya Pb.
Larutan yang kedua ditambahkan 4 tetes K2CrO4 1 M, terbentuknya endapan yang
berwarna kuning dan dapat larut di dalam NaOH 6 M menyatakan adanya Pb2+.
6. Ion NH4+
analisis NH4+ bisa dilakukan dengan 3 metode yaitu :
a. Metode Nessler menggunakan reagen Nessler dimana warna sampel dibandingkan
dengan warna larutan standar dimana akan ditunjukkan perubahan warna reagen
menjadi warna kuning kecoklatan dan diukur dengan spektrofotometer pada panjang
gelombang 425 nm.
b. Metode Rochelle dibuat dengan cara melarutkan 50 ml KNaTartrat dalam 100 ml
aquades
c. Metode Ion Kromatografi menggunakan kolom Dionex ion pac CS, sebagai eluen
larutan methyl sulfonic acid 18 mM, detector Conductivity DX 5000 pada temperature
400C.
7. Ion Barium (Ba2+)
a) Dengan meggunakan sebuah tabung reaksi ambil 1 ml larutan Ba(NO3)2 0,1 M. Atur
pH larutan dengan cara menambahkan 5 tetes 6 M CH3COOH dan 5 tetes 6 M
CH3COONH4. Kemudian tambahkan 3 tetes 1 M K2CrO4, bila larutan belum berwarna
kuning, tambahkan lagi. kemudian aduklah maka akan timbul endapan kuning dari
BaCrO4. Dengan menggunakan kawat Ni-Cr, lakukan test nyala untuk larutan
Ba(NO3)2, terbentuknya nyala yang berwarna warna hijau-kuning menandakan adanya
Ba2+.
b) Dengan amonium oksalat membentuk endapan putih BaC2O4 yang sedikit larut dalam
air, mudah larut dalam asam asetat encer, asam mineral.
8. Ion kalsium (Ca2+)
Dengan menggunakan sebuah tabung reaksi ambil 1 ml larutan Ca(NO3)2 0,1 M.
Tambahkan beberapa tetes larutan Na2C2O4 0,1 M. Terbentuknya endapan putih dari
CaC2O4 menunjukkaadanya Ca2+.
Lakukan juga test nyala terhadap 1 ml Ca(NO3)2 1 M yang sudah diasamkan dengan
beberapa tetes 6 M HCl. Terbentuknya nyala yang berwarna merah-bata menandakan
adanya Ca2+.
Metode analisis kualitatif anion:
Cara identifikasi anion tidak begitu sistematik seperti pada identifikasi kation. Salah
satu cara penggolongan anion adalah pemisahan anion berdasarkan kelarutan garam-garam
perak, garam-garam kalsium, barium dan seng. Identifikasi anion yang menguap bila diolah
dengan asam dibagi dua lagi yaitu anion membentuk gas bila diolah dengan HCl encer atau
H2SO4 encer, dan anion yang membentuk gas atau uap bila diolah dengan H2SO4 pekat.
Demikian pula identifikasi anion berdasarkan reaksi dalam larutan dibagi dua yaitu anion yang
diidentifikasi dengan reaksi pengendapan dan dengan reaksi redoks.
Beberapa anion menghasilkan asam lemah volatil atau di oksidasi dengan asam sulfat pekat
seperti pada tabel berikut
Soal No. 3. Analisis kualitatif sederhana untuk deteksi gas-gas CO2, Cl2, SO2, H2, O2 dan
NH3 serta H2O.
Gas CO2:
a) Cara paling efektif untuk menguji CO2 adalah dengan menggelegakkan gas melalui "air
kapur", larutan kalsium hidrosida yang sudah diencerkan (kapur mati). Ketika kita
meniupkan karbon dioksida ke dalam larutan, akan terbentuk endapan padat kalsium
karbonat – kapur atau batu gamping. Kalsium karbonat tidak larut di dalam air. Dengan
demikian, jika ada CO2 di dalam sampel, air kapur akan berubah seperti susu, putih keruh.
b) Gas CO2 juga dapat dianalisis dengan reaksi asam sulfat encer yang diamati dengan gas
tidak berwarna, dapat mengeruhkan larutan Ba(OH)2.
Gas Cl2: dianalisis dengan asam sulfat encer diamati dengan gas bewarna kuning hijau,
berbau merangsang. Bila dipaparkan pada kertas yang dibasahi dengan larutan KI ditambah
larutan kanji berwarna biru (kompleks !2- amilum) yang kemungkinan hipoklorit.
Gas SO2: reaksi dengan asam sulfat encer jika diikuti dengan pengendapan S (belarang
yang berwarna kuning) ini menunjukkan kemungkinan tiosulfat (S2O32-)
Gas H2: mengalirkan ke dalam cangkang telur kosong yang sudah dilubangi kedua sisinya
yang selanjutnya dipelatik pakai api hingga cangkang meledak.
Gas O2: mereaksikan dengan belerang yang dipanaskan, setelah bereaksi gas dalam
Erlenmeyer yang akan berwarna kuning.
Gas NH3: dianalisis reaksi dengan asam sulfat encer yang sedikit zat asal ditambah larutan
NaOH lalu dipanaskan. Adanya ammonia dapat dibuktikan dari baunya, perubahan warna
kertas lakmus merah menjadi biru, pereaksi nesller menjadi coklat.
Gas H2O: menggunakan pereaksi kertas kobalt pada percobaan pembakaran senyawa
karbon. Sebagai contoh pembakaran glukosa. Pada saat gula dipanaskan di dalam tabung
reaksi yang tertutup kapas, terjadi suatu reaksi kimia, yakni yang pertama timbul
gelembung-gelembung gas (mendidih) dan menimbulkan uap air. Semakin suhunya
dinaikkan, maka karamel itu ternyata berwarna semakin gelap (hitam). Setelah membuka
kapas penutup tabung reaksi, langsung kita masukkan kertas kobalt (II) klorida atau
CoCl2 ke dalam tabung reaksi. Setelah diamati, rupanya kertas kobalt yang pada mulanya
berwarna biru, mengalami perubahan warna menjadi berwarna merah muda keunguan .
Ketika kertas kobalt di interaksikan atau disentuh dengan uap air pda dinding tabung
reaksi itu, warna pada kertas kobalt terurai menjadi warna-warna penyusunnya. Kertas
kobalt yang mulanya berwarna biru, yang kini warnanya terurai menjadi merah muda
keunguan mengidentifikasi bahwa pada pembakaran gula menghasilkan H2O atau uap air
yang dapat menguraikan warna kertas kobalt.