Anda di halaman 1dari 36

TUGAS MODUL 5 KIMIA

Nama : Dwi Dhania Yuri, S.Pd


Nomor Peserta : 19110318710057

Soal No. 1. Rangkuman peralatan analisis kimia modern yang dapat dipergunakan
untuk mempelajari komposisi dan struktur material antara lain:
peralatan analisis unsur, analisis permukaan, observasi bentuk
mikrokopis, analisis struktur senyawa, analisis termal, analisis
pemisahan dan kromatografi.

A. Peralatan Analisis Unsur

 XRF , X-Ray Flourescence


XRF , X-Ray Flourescence yaitu metode analisis dengan menggunakan sinar X sebagai
sumber sinarnya. Pada XRF, sampel akan di sinari dengan sinar X hingga elektronnya
terlempar keluar akibat tumbukan dengan partikel sinar X. Kemudian elektron di kulit
atasnya akan turun ke bawah dan menempati tempat dimana sebelumnya ada elektron
yang keluar. Turunnya elektron dari tempat berenergi tinggi ke tempat bernergi rendah
ini akan menghasilkan sinar flourescence yang berbeda beda dari tiap atom. spesifikasi
energi inilah yang mendasari analisis dari sampel. XRF dapat melakukan analisis
kualitatif dan kuantitatif.

 NAA ,Neutron Activation Analysis atau analisis aktivasi neturon


NAA ,Neutron Activation Analysis atau analisis aktivasi neturon ialah metode analisis
yang sangat akurat dan memiliki sensitifitas yang sangat tinggi hingga dapat mendeteksi
kandungan dengan tingkat ppb. Metode ini menggunakan radiasi radioaktif sehingga butuh
penanganan yang lebih tinggi. Prinsip analisisnya yaitu dengan menghitung energi radiasi
dari sampel sehingga diketahui komposisi sampelnya. Enargi radiasi juga spesifik berbeda
beda tiap unsur. Metodenya yaitu menyinari sampel dengan neutron sehingga sampel yang
tadinya stabil akan akan menjadi tidak stabil dan mengeluarkan radiasi, energi radiasi inilah
yang diukur energinya sehingga dapat diketahui kadar dan komposisi dari sampel.

 AAS, Atomic absorption Spectroscopy


AAS, Atomic absorption Spectroscopy atau Spektroskopi serapan atom ialah suatu metode
pengukuran yang didasarkan pada serapan sinar oleh atom, Jadi padaa AAS, suatu sampel
yang akan di analisis akan di destruksi dahulu agar homogen, lalu ditempatkan pada tempat
sampel, sampel akan dibakar dengan gas tertentu hingga lebih dari 1000oC sehingga
teratomisasi. saat itulah sampel akan disinari dan, akan mengabsorp sinar hingga tereksitasi.
setiap unsur memiliki panjang gelombang yang berbeda sehingga dapat diidentifikasi
unsurnya.

 MS,Mass Spectroscopy
MS,Mass Spectroscopy atau spektroskopi masa ialah metode analisis yang didasarkan pada
energi kinetik tiap atom. prosedurnya molekul yang akan dianalisis diuapkan terlebih dahulu
lalu di ionisasi, kemudian dipercepat. disinilah perbedaan energi atom terlihat, atom akan
melewati suatu medan magnet tang lorongnya berbelok. Jika massa nya terlalu kecil akan
dibelokkan dengan mudah , sedangkan jika masanya besar pembelokkannya hanya sedikit.
sehingga atom atom yang sampai ke detektor tidak semuanya.
 Spektrofotometer Visible
Spektrofotometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur absorbansi dengan cara
melewatkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu pada suatu objek kaca atau kuarsa
yang disebut kuvet.Spektrofotometri merupakan salah satu metode dalam kimia analisis yang
digunakan untuk menentukan komposisi suatu sampel baik secara kuantitatif dan kualitatif
yang didasarkan pada interaksi antara materi dengan cahaya. Cahaya yang dimaksud dapat
berupa cahaya visibel, UV dan inframerah, sedangkan materi dapat berupa atom dan molekul
namun yang lebih berperan adalah elektron valensi. Sedangkan alat yang digunakan adalah
spektrofotometer. Spektrofotometer uv mampu bekerja pada panjang gelombang 400 - 700.

 Spektrofotometer UV Vis

Spektrofotometri ini merupakan gabungan antara spektrofotometri UV dan Visible.


Menggunakan dua buah sumber cahaya berbeda, sumber cahaya UV dan sumber cahaya
visible. Meskipun untuk alat yang lebih canggih sudah menggunakan hanya satu sumber sinar
sebagai sumber UV dan Vis, yaitu photodiode yang dilengkapi dengan monokromator.
Penyerapan sinar uv dan sinar tampak oleh molekul, melalui 3 proses yaitu :
a. Penyerapan oleh transisi electron ikatan dan electron anti ikatan
b. Penyerapan oleh transisi electron d dan f dari molekul kompleks
c. Penyerapan oleh perpindahan muatan.

Interaksi antara energy cahaya dan molekul dapat digambarkan sbb :


E = hv
Dimana , E = energy (joule/second)
h = tetapan plank
v = frekuensi foton
Penyerapan sinar UV-VIS dibatasi pada sejumlah gugus fungsional/gugus kromofor
(gugus dengan ikatan tidak jenuh) yang mengandung electron valensi dengan tingkat eksitasi
yang rendah. Dengan melibatkan 3 jenis electron yaitu : sigma, phi dan non bonding electron.
Kromofor-kromofor organic seperti karbonil, alken, azo, nitrat dan karboksil mampu menyerap
sinar ultraviolet dan sinar tampak. Panjang gelombang maksimalnya dapat berubah sesuai
dengan pelarut yang digunakan. Auksokrom adalah gugus fungsional yang mempunyai elekron
bebas, seperti hidroksil, metoksi dan amina. Terikatnya gugus auksokrom pada gugus kromofor
akan mengakibatkan pergeseran pita absorpsi menuju ke panjang gelombang yang lebih besar
(bathokromik) yang disertai dengan peningkatan intensitas (hyperkromik).
Kegunaan spektroskopi UV-VIS.
UV / Vis spektroskopi secara rutin digunakan dalam kuantitatif penentuan larutan dari logam
transisi ion dan sangat dikonjugasikan senyawa organik.
1. Larutan ion logam transisi dapat berwarna (misalnya, menyerap cahaya) karena elektron
dalam atom logam dapat tertarik dari satu negara elektronik lainnya. Warna larutan ion
logam sangat dipengaruhi oleh kehadiran spesies lain, seperti anion tertentu atau ligan.
Sebagai contoh, warna larutan encer tembaga sulfat adalah biru yang sangat terang;
menambahkan amonia meningkat dan perubahan warna panjang gelombang serapan
maksimum (λ m a x).
2. Senyawa organik, terutama mereka yang memiliki tingkat tinggi konjugasi, juga menyerap
cahaya pada daerah UV atau terlihat dari spektrum elektromagnetik. Pelarut untuk
penentuan ini sering air untuk senyawa larut dalam air, atau etanol untuk senyawa organik
yang larut. (Pelarut organik mungkin memiliki penyerapan sinar UV yang signifikan; tidak
semua pelarut yang cocok untuk digunakan dalam spektroskopi UV. Ethanol menyerap
sangat lemah di paling panjang gelombang.).Polaritas pelarut dan pH dapat mempengaruhi
penyerapan spektrum senyawa organik. Tirosin, misalnya, peningkatan penyerapan
maksimum dan koefisien molar kepunahan ketika pH meningkat 6-13 atau ketika polaritas
pelarut berkurang.

B. Analisis Permukaan
 Surface Area Analyzer
Surface Area Analyzer (SAA) berfungsi untuk menentukan luas permukaan material,
distribusi pori dari material dan isotherm adsorpsi suatu gas pada suatu bahan. Alat ini prinsip
kerjanya menggunakan mekanisme adsorpsi gas, umumnya nitrogen, argon dan helium, pada
permukaan suatu bahan padat yang akan dikarakterisasi pada suhu konstan biasanya suhu didih
dari gas tersebut. Alat tersebut pada dasarnya hanya mengukur jumlah gas yang dapat dijerap
oleh suatu permukaan padatan pada tekanan dan suhu tertentu. Secara sederhana, jika kita
mengetahui berapa volume gas spesifik yang dapat dijerap oleh suatu permukaan padatan pada
suhu dan tekanan tertentu dan kita mengetahui secara teoritis luas permukaan dari satu molekul
gas yang dijerap, maka luas permukaan total padatan tersebut dapat dihitung.

Persiapan Sampel
Preparasi sampel untuk analisa luas permukaan cukup sederhana. Namun juga
tergantung dari seri alat, biasanya seri lama mengharuskan bahan dipeletkan terlebih dahulu
agar tidak menghasilkan debu yang dapat merusak alat.

Alat ini hanya memerlukan sampel dalam jumlah yang kecil. Biasanya
berkisar 0.1 sampai 0.01 gram saja. Persiapan utama dari sampel
sebelum dianalisa adalah dengan menghilangkan gas – gas yang
terjerap (degassing). Alat surface area analyzer ini terdiri dari dua
bagian utama yaitu Degasser dan Analyzer. Degasser berfungsi untuk
memberikan perlakuan awal pada bahan uji sebelum dianalisa.
Fungsinya adalah untuk menghilangkan gas – gas yang terjerap pada
permukaan padatan dengan cara memanaskan dalam kondisi vakum. Biasanya degassing
dilakukan selama lebih dari 6 jam dengan suhu berkisar antara 200 – 300C tergantung dari
karakteristik bahan uji.
Proses Analisa
Setelah sampel selesai didegas, maka dapat langsung dianalisa. Sebelum analisa tentunya perlu
ditimbang berat sampel setelah degas. Supaya benar – benar diketahui berat sampel sebenarnya
setelah dibersihkan dari gas – gas yang terjerap. Kemudian yang perlu dilakukan sebelum
nenjalankan analisa biasanya adalah mengisi kontainer pendingin dengan gas cair. Kemudian
mengeset kondisi alalisa. Waktu analisa bisa berkisar antara 1 jam sampai lebih dari 3 hari
untuk satu sampel. Jika hanya ingin mengetahui luas permukaan maka kita hanya
membutuhkan 3 – 5 titik isotherm sehingga proses analisa menjadi singkat. Namun jika kita
ingin mengetahui distribusi pori khususnya material yang mengandung pori ukuran mikro (<
20A) maka memerlukan 2 – 3 hari untuk satu kali analisa dengan menggunakan gas nitrogen
sebagai adsorbennya. Sebenarnya waktu analisa bisa dipersingkat jika kita menggunakan jenis
gas lain misalnya CO2.
Contoh Hasil Analisa
Hasil analisa disajikan dalam grafik ataupun tabulasi. Alat ini dilengkapi dengan perangkat
lunak yang dapat menghitung hampir semua data yang diperlukan seperti: luas permukaan,
volume pori, distribusi pori dengan berbagai metode perhitungan.dibawah ini contoh tampilan
isotherm dari karbon aktif dengan perhitungan PSD nya ditampilkan dalam grafik.

 Mikroskop penerowongan payaran (scanning tunneling microscope, STM)


Mikroskop penerowongan payaran (scanning tunneling microscope, STM)adalah alat
yang digunakan untuk melihat permukaan suatu benda pada tingkat atom. Pengembangan
mikroskop ini membuat penemunya, Gerd Binnig dan Heinrich Rohrer, memperoleh hadiah
nobel pada bidang fisika tahun 1986

C. Analisis Bentuk Mikroskopis


 Scanning Electron Microscopy (SEM)
 Mikroskop elektron adalah sebuah mikroskop yang mampu untuk melakukan pembesaran
objek sampai 2 juta kali, yang menggunakan elektro statik dan elektro magnetik untuk
mengontrol pencahayaan dan tampilan gambar serta memiliki kemampuan pembesaran
objek serta resolusi yang jauh lebih bagus daripada mikroskop cahaya. Mikroskop elektron
ini menggunakan jauh lebih banyak energi dan radiasi elektromagnetik yang lebih pendek
dibandingkan mikroskop cahaya.

Cara kerja
 Mikroskop transmisi eletron saat ini telah
mengalami peningkatan kinerja hingga mampu
menghasilkan resolusi hingga 0,1 nm (atau 1
angstrom) atau sama dengan pembesaran
sampai satu juta kali. Meskipun banyak bidang-
bidang ilmu pengetahuan yang berkembang
pesat dengan bantuan mikroskop transmisi elektron ini.
 Adanya persyaratan bahwa "objek pengamatan harus setipis mungkin" ini kembali
membuat sebagian peneliti tidak terpuaskan, terutama yang memiliki objek yang
tidak dapat dengan serta merta dipertipis. Karena itu pengembangan metode baru
mikroskop elektron terus dilakukan.

Preparasi sediaan
Agar pengamat dapat mengamati preparat dengan baik, diperlukan persiapan
sediaan dengan tahap sebagai berikut :
 melakukan fiksasi, yang bertujuan untuk mematikan sel tanpa mengubah struktur
sel yang akan diamati. fiksasi dapat dilakukan dengan menggunakan senyawa
glutaraldehida atau osmium tetroksida.
 pembuatan sayatan, yang bertujuan untuk memotong sayatan hingga setipis
mungkin agar mudah diamati di bawah mikroskop. Preparat dilapisi dengan
monomer resin melalui proses pemanasan, kemudian dilanjutkan dengan
pemotongan menggunakan mikrotom.
 pelapisan/pewarnaan, bertujuan untuk memperbesar kontras antara preparat yang
akan diamati dengan lingkungan sekitarnya. Pelapisan/pewarnaan dapat
menggunakan logam berat seperti uranium dan timbal.
Pada sebuah mikroskop elektron (SEM) terdapat beberapa peralatan utama antara lain:
1. Pistol elektron, biasanya berupa filamen yang terbuat dari unsur yang mudah
melepas elektron misal tungsten.
2. Lensa untuk elektron, berupa lensa magnetis karena elektron yang bermuatan
negatif dapat dibelokkan oleh medan magnet.
3. Sistem vakum, karena elektron sangat kecil dan ringan maka jika ada molekul udara
yang lain elektron yang berjalan menuju sasaran akan terpencar oleh tumbukan
sebelum mengenai sasaran sehingga menghilangkan molekul udara menjadi sangat
penting.
Prinsip kerja dari SEM adalah sebagai berikut:
1. Sebuah pistol elektron memproduksi sinar elektron dan dipercepat dengan anoda.
2. Lensa magnetik memfokuskan elektron menuju ke sampel.
3. Sinar elektron yang terfokus memindai (scan) keseluruhan sampel dengan diarahkan oleh
koil pemindai.
4. Ketika elektron mengenai sampel maka sampel akan mengeluarkan elektron baru yang
akan diterima oleh detektor dan dikirim ke monitor (CRT).
Secara lengkap skema SEM dijelaskan oleh gambar dibawah ini:

(sumber:iastate.edu)
Ada beberapa sinyal yang penting yang dihasilkan oleh SEM. Dari
pantulan inelastis didapatkan sinyal elektron sekunder dan
karakteristik sinar X sedangkan dari pantulan elastis didapatkan
sinyal backscattered electron. Sinyal -sinyal tersebut dijelaskan
pada gambar disamping ini.
Mekasime kontras dari backscattered elektron dijelaskan
dengan gambar dibawah ini yang secara prinsip atom – atom
dengan densitas atau berat molekul lebih besar akan memantulkan
lebih banyak elektron sehingga tampak lebih cerah dari atom berdensitas rendah. Maka teknik
ini sangat berguna untuk membedakan jenis atom.
Aplikasi dari teknik SEM – EDS dirangkum sebagai berikut:
1. Topografi: Menganalisa permukaan dan teksture (kekerasan, reflektivitas dsb)
2. Morfologi: Menganalisa bentuk dan ukuran dari benda sampel
3. Komposisi: Menganalisa komposisi dari permukaan benda secara kuantitatif dan kualitatif.

Sedangkan kelemahan dari teknik SEM antara lain:


1. Memerlukan kondisi vakum
2. Hanya menganalisa permukaan
3. Resolusi lebih rendah dari TEM
4. Sampel harus bahan yang konduktif, jika tidak konduktor maka perlu dilapis logam seperti
emas.

d. Analisis Struktur senyawa


Atomic Force Microscope (AFM)/ Mikroskop Gaya atom
Mikroskop gaya atom (Atomic force microscope, AFM) adalah jenis mikroskop
dengan resolusi tinggi yang mana resolusinya mencapai seperbilangan nanometer (1000 kali
lebih kuat dari batas difraksi optik). Nano adalah satuan panjang sebesar sepertriliun meter (1
nm = 10-9 m). Bahan berstruktur nano merupakan bahan yang memiliki paling tidak salah satu
dimensinya berukuran <100 nm. Atomic force microscope mampu menampilkan gambar
dimana ukurannya lebih kecil dari 20 ms. Resolusi lateralnya mencapai 1,5 nm sedangkan
resolusi vertikalnya mencapai 0,05 nm. Artinya ketelitian AFM dalam mengukur ketinggian
suatu pemukaan lebih besar daripada ketelitiannya dalam mengukur panjang atau lebar.
Mikroskop ini juga memungkinkan menampilkan gambar dari kristal yang lunak dan
permukaan polimer

Kegunaan AFM
AFM merupakan alat yang di gunakan untuk memanipulasi ukuran atom atau molekul
dan struktur pada berbagai permukaan agar dapat mempermudah kegiatan dari berbagai
macam ilmu pengetahuan, misalnya dalam ilmu fisika, kimia, dan bidang biologi.
 Dalam ilmu Fisika, alat ini lebih mempermudah para ilmuwan dalam mengetahui
struktur atom secara langsung, sehingga dapat di ubah dan di manipulasi untuk
kepentingan ilmu sains.
 Dalam ilmu kimia, alat ini dapat menjelaskan bagaimana struktur dari berbagai macam
molekul, sehingga lebih mudah dalam membuat suatu reaksi kimia.
 Dalam bidang biologi yaitu untuk menyelidiki struktur, fungsi dan spesifik sel.
Misalnya untuk meyelidiki struktur dan fungsi hubungan antara bakteri Streptococcus
mutans yang merupakan dasar aetiological pada gigi mati tulang manusia (gigi).

Sampel AFM
AFM dapat digunakan untuk sampel yang bersifat konduktor maupun isolator seperti klaster
atom dan molekul, makromolekul, dan spesies biologi seperti sel, DNA, dan protein. Untuk
masalah sampel yang digunakan, persyaratannya hanya memiliki paling tidak salah satu
dimensinya berukuran < 100 nm. Sampel tidak perlu di lapisi dengan karbon atau lapisan
apapun yang dapat merusak sampel.
Untuk persiapan awal terhadap sampel adalah sebagai berikut :
1. Letakkan sample pada tempat sample yang ada pada alat
2. Pastikan ujung tip berada tepat di permukaan sample
3. Hidupkan alat dan layar komputer
Komponen-komponen AFM
Komponen-komponen penting yang ada pada mikroskop gaya atom diantaranya adalah :
1. Probe
Merupakan alat pemeriksa yang secara langsung berinteraksi dengan permukaan
sampel (Tip) dan cantilever dengan panjang 100 – 200 μm dengan lebar 10 – 40 nm,
serta ketebalan 0.3 – 2.0 μm.
2. Ujung jarum atau Tip
Tip merupakan ujung dari jarum pada ujung cantilever, tempat diamana terjadi kontak
dengan sampel yang akan dicitrakan. Tip digunakan untuk memindai, meraba
(scanning) sepanjang permukaan sampel/spesimen sehingga dapat mengkarakterisasi
suatu bahan.
3. Cantilever
Merupakan sebuah penopang dan merupakan tempat dimana tip menempel. Berfungsi
sebagai tempat mendaratnya sinar laser.
4. Scaner piezoelectric
Scanner ini berfungsi untuk mengontrol pergerakan tip atau sampel pada arah x, y dan z.
Pada scanner terdapat piezoelectric material yang mampu memberikan pergerakan dalam
skala nanometer. Piezoelektrik dapat mengubah tekanan menjadi suatu tegangan listrik
untuk diolah pada komputer atau sebaliknya mengubah tegangan menjadi suatu tekanan.
5. Laser
Devais elektronik yang berfungsi untuk menembakkan laser ke arah cantilever.
6. Detektor
Merupakan pendeteksi laser pantulan.
7. Photodioda
8. Perangkat komputer
Digunakan sebagai pengolah data.

Prinsip Kerja AFM


Secara sederhana, prinsip kerja dari AFM yaitu saat posisi Tip dipermukaan sampel, maka
dapat di deteksi oleh laser dan dipantulkan ke photodioda untuk diteruskan ke detektor.
Kemudian, dari detektor langsung ke komputer/monitor untuk mendapatkan penggambaran
dalam skala nano atom. Secara teknis prinsip kerja AFM ditunjukkan pada Gambar di bawah :

Pada posisi normal, sinar laser diarahkan pada


ujung cantilever. Oleh cantilever, laser ini
dipantulkan menuju bagian tengah detektor
photodioda. Ketika tip mendekati permukaan
sampel, terjadi gaya tarik atau gaya tolak antara
tip dan permukaan sampel. Gaya ini akan
menyebabkan cantilever bengkok. Bengkoknya
cantilever ini akan terdeteksi dengan adanya pergeseran posisi laser yang ditangkap oleh
photodioda. Semakin besar gaya tarik/tolak antara tip dan permukaan sampel, pergeseran laser
akan semakin besar. Karena besarnya gaya tarik/tolak tergantung pada jarak antara tip dan
permukaan sampel, maka topografi permukaan sampel dapat diketahui dengan melakukan
scanning tip sepanjang permukaan sampel.
AFM bekerja dengan cara memanfaatkan gaya tarik-menarik dan tolak-menolak yang
bekerja antara cantilever dan permukaan sampel pada jarak beberapa nanometer. Gaya tarik
menarik terjadi saat cantilever dan sampel saling menjauh. Sementara itu, gaya tolak-menolak
terjadi saat cantilever dan sampel saling mendekat.

Input dan Output alat Aomic Force Microscope (AFM)


 Inputnya adalah atom atau molekul yang berukuran < 100 nm.
 Outputnya adalah berupa gambar dari suatu atom/molekul, dimana gambar yang
dihasilkan adalah gambar tiga dimensi sehingga gambar yang dihasilkan sangat jelas,
baik bentuk maupun struktur penyusun atom.

e. Analisis Termal
Thermal analysis merupakan teknik untuk mengkarakterisasi sifat material yang dipelajari
berdasarkan respon material tersebut terhadap temperatur. Untuk menentukan sifat termo-
fisiknya metode yang biasa digunakan salah satunya adalah differential thermal analysis
(DTA) dan TGA.
1. Differential Thermal Analysis (DTA)

Differential Thermal Analysis (DTA) adalah teknik untuk


merekap perbedaan temperatur antara sampel material dengan
material referensi terhadap waktu atau temperatur, dimana kedua
spesimen diperlakukan dibawah temperatur yang identik didalam
lingkungan pemanasan atau pendinginan pada laju yang dikontrol.
Suhu dari sampel dan pembanding pada awalnya sama sampai ada
kejadian yang mengakibatkan perubahan suhu seperti pelelehan,
penguraian, atau perubahan struktur kristal sehingga suhu pada sampel berbeda dengan
pembanding. Bila suhu sampel lebih tinggi daripada suhu pembanding maka perubahan yang
terjadi adalah eksotermal, dan endotermal bila sebaliknya.
Kegunaan DTA
DTA dapat digunakan untuk mengidentifikasi sidik jari (finger print), namun pada
aplikasinya DTA lebih banyak digunakan untuk menentukan diagram fasa, pengukuran
perubahan panas dan dekomposisi pada tingkat atmosphere yang berbeda. DTA juga telah
secara luas digunakan pada bidang farmasi dan industry makanan.
DTA juga banyak digunakan untuk menentukan temperatur sintering dan dipadukan
dengan thermo-gravimetrical analysis (TGA) dapat menentukan atmosfir yang digunakan
untuk cukup melindungi proses sintering. Alat tersebut juga dapat digunakan untuk
menentukan kinetika reaksi, termasuk kinetika kristalisasi dari paduan Fe-B amorf. Dengan
menggunakan DTA, mekanisme reaksi dari alumunium borat dengan alumunium nitrid dan
mekanisme oksidasi dari material keramik (seperti AlN-TiB2-TiSi2) dapat diketahui. Secara
umum, DTA digunakan untuk karakterisasi intermatelik.
DTA juga digunakan pada ilmu kimia dari pencampuran bahan baku cement, penelitian
mineralogi dan studi mengenai lingkungan. Seain itu DTA juga dapat digunakan untuk
mengetahui umur dari fossil yang ditemukan atau untuk studi material archeological
Komponen alat DTA
Alat-alat yang digunakan dari DTA kit adalah sebagai berikut :
 Sample holder beserta thermocouples, sample containers dan blok keramik atau logam.
Yang banyak digunakan adalah Al2O3
 Furnace (dapur): furnace yang digunakan harus stabil pada zona panas yang besar dan
harus mampu merespon perintah dengan cepat dari temperatur programmer
 Temperature programmer: penting untuk menjaga laju pemanasan agar tetap konstan
 Sistem perekaman (recording)
Gambar skematis sel DTA

Tahap kerja DTA


 Memanaskan heating block
 Ukuran sampel dengan ukuran material referensi sedapat mungkin identik dan
dipasangkan pada sampel holder
 Thermocouple harus ditempatkan berkontakan secara langsung dengan sampel dan
material referensi
 Temperatur di heating block akan meningkat, diikuti dengan peningkatan temperatur
sampel dan material referensi
 Apabila pada thermocouple tidak terdeteksi perbedaan temperatur antara sampel dan
material referensi, maka tidak terjadi perubahan fisika dan kimia pada sampel. Apabila
ada perubahan fisika dan kimia, maka akan terdeteksi adanya ΔT.

Kurva Hasil DTA


Kurva DTA secara garis besar adalah kurva perbedaan temperatur antara material sampel
dengan material referensi. Area dibawah peak kurva DTA dapat diidentifikasi sebagai
perubahan entalpi dan tidak dipengaruhi oleh kapasitas panas sampel. Pada Gambar 1
ditunjukkan contoh kurva DTA dari perak murni

Kelemahan DTA
DTA banyak digunakan untuk mengkarakterisasi sampel yang terbuat dari clay atau material
karbonat. Keterbatasan dari DTA ini adalah sensitivitasnya yang cukup rendah.
Kelebihan dari DTA
 dapat menentukan kondisi eksperimental sampel (baik dengan tekanan tinggi atau
vakum)
 instrument dapat digunakan dalam temperatur tinggi
 karakteristik transisi dan reaksi pada temperatur tertentu dapat dideteksi dengan baik
DTA juga dapat digunakan untuk menghitung ukuran kuantitatif seperti pengukuran entalpi.
DTA dapat mendeteksi perubahan yang instan pada massa sampel. Perhitungan entalpi oleh

Jenis – jenis Differential Thermal Analysis (DTA)


 Mikro DTA (µ-DTA)
Mikro DTA dikembangkan untuk meningkatkan sensitivitas DTA klasik yang kurang
mampu mendeteksi sampel dengan berat yang ringan. Sampel untuk pengujian mikro DTA
hanya sekitar 50µg dengan tekanan yang disesuaikan dengan keadaan dan kondisi sampel.
Mikro DTA terdiri dari dua plat mikro yang terpasang dengan dua heater untuk
memastikan distribusi temperatur pada sistem merata. Pembasahan dari permukaan
membran sangat penting untuk mengoptimalkan karakteristik yang memastikan transfer
panas yang optimal. Thermistor TiW digunakan untuk mengukur temperatur dan terletak
dibawah spesimen. Salah satu membran digunakan sebagai material referensi.
Kerugian dari metode ini adalah ketidakmampuannya untuk memproses logam
karena logam memilik specific surface tension yang tinggi. Hal tersebut menyebabkan
oksidasi yang tinggi pada sampel. Sistem µ-DTA ini tidak boleh dalam atmosfer oksidasi.
Rentang temperatur yang biasa digunakan berkisar -45°C sampai 120°C, sedangkan laju
pendingian dan pemanasannya sampai 2K/menit (lebih rendah dari DTA klasik). Serta
tekanan yang mampu diaplikasikan pada sistem hanya maksimal 1 bar.

 High Pressure DTA (HP-DTA)


Evaporasi yang berlebihan dapat mengurangi massa sampel dan mengubah komposisi
kimia. Hal tersebut dapat menyebabkan kesalahan pengukuran. Untuk mempelajari
termodinamika sampel yang berdasarkan perbedaan tekanan gas, digunakan HP-DTA.
Komponen sistem DTA klasik dapat terdekomposisi jika tekanan gas (biasanya
menggunakan gas argon) yang tidak mendekati kondisi sintesa. Rentang tekanan yang
digunakan pada HP-DTA mampu mencapai ratusan bar dengan rentang temperatur -150°C
sampai 600°C. Laju pemanasan dan pendinginan sampai 50K/menit dengan tekanan
maksimum 150 bar.
2. Termogravimetrik (TGA)
Analisis Termogravimetri (TGA) adalah salah satu teknik analisis termal yang dapat
digunakan untuk menganalisis material anorganik, logam, polimer, plastik, keramik, gelas dan
material komposit. Cuplikan dapat dianalisis dalam bentuk bubuk (powder) atau potongan kecil
sehingga bagian dalam cuplikan dekat dengan suhu gas yang diukur. Instrumen TGA dapat
dihubungkan dengan suatu spektrometer massa RGA untuk mengidentifikasi dan mengukur
uap air yang dihasilkan. TGA mengukur jumlah perubahan massa suatu material sebagai fungsi
kenaikan suhu atau secara eksotermis sebagai fungsi waktu pada atmosfer nitrogen, helium,
udara, gas lain atau ruang hampa.

Prinsip Kerja dan Preparasi sampel TGA


Cara menggunakan Thermogravimetri analizer (TGA) bergantung pada jenis dan merk alat.
Alat dengan merk yang berbeda memiliki bagian yang berbeda pula. Thermogravimetri
analizer (TGA) dilengkapi dengan alat atau bagian yang berbeda-beda sehingga cara
menggunakannya disesuaikan dengan jenis alat. Cara pemakaian TGA dapat dilakukan dengan
material yang berupa serbuk dimasukkan ke dalam cawan kecil dari bahan platina, atau alumina
ataupun teflon. Pemilihan bahan dari cawan ini perlu disesuaikan dengan bahan uji. Bahan uji
harus dipastikan tidak bereaksi dengan bahan cawan serta tidak lengket ketika dipanaskan.

Analisis TGA memerlukan bahan standar sebagai


referensi dan penyeimbang dari timbangan mikro.
Standar yang biasanya dipakai adalah alumina yang
juga perlu dimasukkan dalam cawan. Alumina dan
bahan uji kemudian dimasukkan ke dalam alat TGA.
Dalam melakukan analisis dengan TGA yang perlu
dilakukan dengan sangat hati-hati adalah ketika
meletakkan cawan-cawan diatas papan timbangan karena lengan dari papan timbangan sangat
mudah patah sehingga dalam menempatkan dan mengambil cawan perlu dilakukan dengan
hati-hati.
Timbangan dalam keadaan nol dan wadah sampel dipanaskan menurut siklus panas
yang telah ditentukan. Timbangan mengirimkan sinyal berat pada komputer sebagai
penyimpan, berupa temperatur sampel dan waktu. Kurva plot dari sinyal TGA dikonversi ke
perubahan persen berat pada sumbu Y terhadap temperatur material referensi pada sumbu X.
Instrumentasi pada TGA
Instrumentasi yang digunakan pada analisa termogavimetri (TGA) dapat ditunjukkan pada
gambar dibawah ini:

Gambar 2.2 Instrumen TGA (Anandhan, 2003)


Instrumen yang digunakan pada termogavimetri (TG) disebut termobalance. Termobalance
terdiri dari beberapa komponen utama yang tersedia untuk menghasilkan data dalam bentuk
kurva TGA. Komponen utama dari termobalance seperti yang terlihat pada gambar dibawah
ini:

Gambar 2.3 Komponen UtamaTermobalance (Brown, 2001)


Berikut ini dijelaskan komponen utama dari termobalance yaitu:
1. Timbangan (Balance Control)
Timbangan yang digunakan pada instrumen TGA terbagi menjadi 2 jenis, yaitu timbangan
vertikal dan timbangan horisontal, yaitu:
a. Instrumen timbangan vertical
Instrumen timbangan vertikal memiliki suatu tempat sampel yang bergantung pada
timbangan yang diperlukan untuk mengkalibrasi instrumen dari efek buoyancy pada
variasi densitas gas dengan temperatur, seperti variasi jenis gas. Instrumen timbangan
vertikal biasanya tidak mempunyai tempat referensi dan tidak dapat digunakan untuk
pengukuran DTA atau DSC dengan benar.
b. Instrumentasi timbangan horizontal
Instrumen timbangan vertikal memiliki dua tempat (sampel dan referensi) dan dapat
digunakan untuk pegukuran DTA dan DSC. Instrumen ini bebas dariefek buoyancy,
tetapi memerlukan kalibrasi untuk ekspansi perbedaan panas neraca timbangan.

Gambar 2.4 Balance Control (Anandhan, 2003)


2. Furnace
Furnace dan sistem kontrol harus didesain untuk menghasilkan pemanasan yang linear
pada seluruh temperatur range pada furnace dan dibuat tetap pada temperatur tetap.
Range temperatur pada TGA umumnya -150 oC hingga 2000 oC. Pada setiap instrumen
memiliki range temperatur yang berbeda tergantung dari model instrumennya.
3. Pengukur dan kontrol Temperatur
Pengukur temperatur biasanya dilakukan menggunakan termokopel. Jenis trermokople
yang digunakan pada temperatur diatas 1000 oC yaitu chromal-alumel sedangkan Pt/(Pt-
10% Rh) digunakan untuk temperatur diatas 1750 oC.
4. Recorder
Rekorder X-Y biasanya digunakan untuk membuat plot antara berat dengan temperatur.
Saat ini instrumen menggunakan microprosesor operasi kontrol dan data digital
tambahan dan proses menggunakan komputer dengan perbedaan tipe rekorder dan plotter
untuk menghasilkan data yang lebih baik.

Kurva TG dan Interpretasi kurva TG


Kurva yang dihasilkan pada analisis termogavimetrik (TGA) adalah perubahan massa vs
temperatur sebagai kurva TG yang ditunjukkan pada gambar 2.7. Kurva TG merupakan plot
dari % penurunan massa pada sumbu y dan peningkatan temperatur pada sumbu x. Terkadang
kita juga dapat mengeplotkan waktu pada sumbu y. Kurva TG dapat membantu menyatakan
tingkat kemurnian sampel yang dianalisa dan menentukan tranformasi dalam sampel dalam
range temperatur spesifik.
Gambar 2.7 Plot Kurva TG (Brown,2001)
Beberapa tipe kurva TGA dapat ditunjukkan pada gambar dibawah ini:

Kegunaan TGA
a. Menentukan temperatur dan perubahan berat reaksi dekomposisi, analisa komposisi
kuantitatif, serta menentukan kandungan air;
b. Analisa reaksi dengan udara, oksigen, atau gas reaktif lainnya;
c. Dapat digunakan untuk mengukur laju evaporasi, seperti untuk mengukur emisi campuran
cairan yang mudah menguap;
d. Menentukan temperatur curie dari transisi magnetis dengan mengukur temperatur dimana
kekuatan yang digunakan oleh suatu magnet menghilang pada pemanasan atau muncul
kembali pada pemdinginan;
e. Membantu mengidentifikasi plastik dan material organik dengan mengukur temperatur
ikatan scissions didalam atmosfer inert atau oksidasi dalam udara atau oksigen;
f. Digunakan untuk mengukur berat fiberglass dan material anorganik dalam plastik,
melaminasi, mengecat, primer, dan material composite dengan pembakaran resin polymer;
g. Dapat mengukur material yang ditambahkan ke beberapa makanan, seperti silika gel, dan
titanium diaoksida;
h. Dapat menentukan kemurnian suatu material, senyawa anorganik, atau material organik.

Perbandingan DTA dan TGA


Penggunaan analisa termal pada ilmu keadaan padat sangat banyak dan bervariasi. Secara
umum DTA lebih bermanfaat dibandingkan TGA; TGA mendeteksi efek yang melibatkan
hanya perubahan massa saja. DTA juga dapat mendeteksi efek ini, namun juga dapat
mendeteksi efek lainnya seperti transisi polymorfik, yang tidak melibatkan perubahan berat.
Untuk banyak permasalahan, sangat menguntungkan untuk menggunakan DTA dan TGA
karena peristiwa-peristiwa termal yang terdeteksi pada DTA dapat diklasifikasikan menjadi
beragam proses yang melibatkan berat ataupun yang tidak melibatkan berat.

f. Analisis Pemisahan campuran


Zat di dalam campuran dapat dipisahkan dengan membedakan sifat fisiknya seperti
perbedaan ukuran partikel zat, titik leleh zat dan titik didih zat tersebut. Semakin berbeda
sifatnya, semakin mudah zat di dalam campuran dapat dipisahkan.
Adapun teknik pemisahan campuran yaitu sebagai berikut:
1. Distilasi
Distilasi biasa disebut juga dengan penyulingan. Distilasi merupakan metode yang
banyak digunakan untuk memisahkan campuran berdasarkan perbedaan kondisi yang
diperlukan untuk mengubah fase komponen campuran. Dalam distilasi, campuran cairan
dipanaskan di dalam wadah botol. Cairan dengan titik didih yang lebih rendah akan menguap
terlebih dahulu dan akan terkondensasi (berubah kembali menjadi air) kemudian terkumpul.
Cairan dengan titik didih yang lebih tinggi akan tertinggal di dalam wadah botol. Distilasi
bertingkat memisahkan cairan satu demi satu selama mendidih. Industri minyak memisahkan
minyak mentah menggunakan teknik ini.
2. Filtrasi Modern
Filtrasi adalah proses pemisahan dari campuran heterogen yang cairan dan partikel-
partikel padat dengan menggunakan media filter yang hanya meloloskan cairan dan
menahan partikel-partikel pada
Dalam proses filtrasi modern ada 3 jenis komponen, yaitu:
 Filter
 Medium Filter
 Bahan penolong Filtrasi
a. Filter
Filter dapat dikelompokkan menjadi dua golongan : yang pertama adalah filter
klarifikasi (clarifying filter) dan filter ampas (cake filter)
Filter klarifikasi
Filter ini dikenal juga sebagai filter hamparan tebal (deep bed filter), karena partikel-
partikel zat padat diperangkap di dalam medium filter dan biasanya tidak ada lapisan
zaat padat yang terlihat dari permukaan medium. Filter ini biasanya digunakan untuk
memisahkan zat padat yang kuantitasnya kecil dan menghasilkan gas yang bersih atau
zat cair yang bening, seperti minuman.

(Gambar deep bed filter )


Filter Ampas (Cake Filter)
Filter ampas digunakan untuk memisahkan zat padat yang kuantitasnya besar dalam
bentuk kristal atau lumpur ataupun ampas. Biasanya filter ini diperlengkapi untuk
pencucian zat padat dan untuk mengeluarkan sebanyak-banyaknya sisa zat cair dari zat
padat itu sebelum zat padat itu dikeluarkan dari filter. Medium filter pada filter ini
relatif lebih tipis dibandingkan dengan yang digunakan dalam medium filter klarifikasi.
Pada awal filtrasi sebagian partikel padat masuk ke dalam pori medium dan tidak dapat
bergerak lagi, tetapi segera setelah itu bahan itu terkumpul pada permukaan septum.
Setelah periode pendahuluan yang berlangsung beberapa saat itu, zat padat itulah yang
melakukan filtrasi, bukan septum lagi. Ampas itu terlihat mengumpul sampai ketebalan
tertentu pada permukaan itu dan harus dikeluarkan secarra berkala atau teratur setelah
penggunaan atau sewaktu-waktu dikeluarkan apabila diperlukan.

(Gambar Cake Filter)

b. Medium Filter
Suatu medium filter (septum) pada setiap filter harus memenuhi syarat antara lain:
 Harus dapat menahan zat padat yang akan disaring dan menghasilkan filtrat yang cukup
jernih.
 Tidak mudah tersumbat.
 Harus tahan secara kimia dan kuat secara fisik dalam kondisi proses.
 Harus memungkinkan penumpukan ampas dan pengeluaran ampas secara total dan
bersih.
 Tidak boleh terlalu mahal (cost effective)

c. Bahan Penolong Filtrasi


Berupa zat padat yang sangat halus, dapat membentuk ampas yang rapat dan impermeable
yang dapat menyumbat medium filtrasi. Bahan yang termasuk antara lain seperti tanah
diatom, silica, perlit, selulosa kayu yang dimumikan atau bahan-bahan padat lain yang tidak
bereaksi (inert). Penambahan bahan penolong filtrasi (filter aid) dapat membantu
memperlancar proses filtrasi serta mempertinggi umur dari medium filtrasi dan dapat
menghilangkan zat warna serta bau yang terdapat dalam cairan.
3. Kromatografi
Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan molekul berdasarkan perbedaan pola
pergerakan antara fase gerak dan fase diam untuk memisahkan komponen (berupa molekul)
yang berada pada larutan. Molekul yang terlarut dalam fase gerak, akan melewati kolom yang
merupakan fase diam. Komponen utama kromatografi adalah fasa stationer dan fasa mobil.
a. Fase Stationer (Fase diam)
Pelaksanaan kromatografi lapis tipis menggunakan lapis tipis silica atau alumina
yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam atau plastic yang keras.
Jel silica (atau alumina) merupakan fase diam. Fase diam untuk kromatografi lapis
tipis seringkali juga mengandung substansi yang mana dapat berpendar flour dalam sinar ultra
violet. Fase gerak merupakan pelarut atau campuran pelarut yang sesuai.
Fase diam lainnya yang biasa digunakan adalah alumina-aluminium oksida. Atom
aluminium pada permukaan juga memiliki gugus –OH. Apa yang kita sebutkan tentang jel
silica kemudian digunakan serupa untuk alumina.
b. Fase Mobil (Fase gerak)
Dalam kromatografi, eluent adalh fase gerak yang berperan penting pada proses
elusi bagi larutan umpan (feed) untuk melewati fase diam (adsorbent). Interaksi antara
adsorbant dengan eluent sangat menentukan terjadinya pemisahan komponen. Oleh sebab itu,
pemisahan komponen gula dalam tetes secara kromatografi dipengaruhi oleh laju alir eluent
dan jumlah umpan.

a. Kromatografi Cair (Liquid Chromatography)


Kromatografi cair merupakan teknik yang tepat untuk memisahkan ion atau molekul
yang terlarut dalam suatu larutan. Jika larutan sampel berinteraksi dengan fase stasioner, maka
molekul-molekul didalamnya berinteraksi dengan fase stasioner; namun interaksinya berbeda
dikarenakan perbedaan daya serap (adsorption), pertukaran ion (ion exchange), partisi
(partitioning), atau ukuran. Perbedaan ini membuat komponen terpisah satu dengan yang lain
dan dapat dilihat perbedaannya dari lamanya waktu transit komponen tersebut melewati kolom.
Terdapat beberapa jenis kromatografi cair, diantaranya: reverse phase chromatography, High
Performance Liquid Chromatography (HPLC), size exclusion chromatography, serta
supercritical fluid chromatography.

Reverse phase chromatography


Reverse phase chromatography merupakan alat analitikal yang kuat dengan memadukan sifat
hidrofobik serta rendahnya polaritas fase stasioner yang terikat secara kimia pada padatan inert
seperti silika.Metode ini biasa digunakan untuk proses ekstraksi dan pemisahan senyawa yang
tidak mudah menguap (non-volatile).

HPLC (High Performance Liquid Chromatography) atau biasa juga disebut dengan
Kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT).
SISTEM PERALATAN HPLC
Instrumentasi HPLC pada dasarnya terdiri atas: wadah fase gerak, pompa, alat untuk
memasukkan sampel (tempat injeksi), kolom, detektor, wadah penampung buangan fase gerak,
dan suatu komputer atau integrator atau perekam.
Diagram skematik sistem kromatografi cair seperti ini :

1. Wadah Fase gerak dan Fase gerak


Wadah fase gerak harus bersih dan lembam (inert). Wadah pelarut kosong ataupun labu
laboratorium dapat digunakan sebagai wadah fase gerak. Wadah ini biasanya dapat
menampung fase gerak antara 1 sampai 2 liter pelarut(1).
Fase gerak atau eluen biasanya terdiri atas campuran pelarut yang dapat bercampur yang secara
keseluruhan berperan dalam daya elusi dan resolusi. Daya elusi dan resolusi ini ditentukan oleh
polaritas keseluruhan pelarut, polaritas fase diam, dan sifat komponen-komponen sampel.
2. Pompa
Pompa yang cocok digunakan untuk HPLC adalah pompa yang mempunyai syarat
sebagaimana syarat wadah pelarut yakni: pompa harus inert terhadap fase gerak. Bahan yang
umum dipakai untuk pompa adalah gelas, baja tahan karat, Teflon, dan batu nilam. Pompa yang
digunakan sebaiknya mampu memberikan tekanan sampai 5000 psi dan mampu mengalirkan
fase gerak dengan kecepatan alir 3 mL/menit. Untuk tujuan preparatif, pompa yang digunakan
harus mampu mengalirkan fase gerak dengan kecepatan 20 mL/menit.
Tujuan penggunaan pompa atau sistem penghantaran fase gerak adalah untuk menjamin proses
penghantaran fase gerak berlangsung secara tepat, reprodusibel, konstan, dan bebas dari
gangguan.

3. Tempat penyuntikan sampel


Sampel-sampel cair dan larutan disuntikkan secara langsung ke dalam fase gerak yang
mengalir di bawah tekanan menuju kolom menggunakan alat penyuntik yang terbuat dari
tembaga tahan karat dan katup teflon yang dilengkapi dengan keluk sampel (sample loop)
internal atau eksternal.

Posisi pada saat memuat sampel Posisi pada saat menyuntik sampel

4. Kolom dan Fase diam


Ada 2 jenis kolom pada HPLC yaitu kolom konvensional dan kolom mikrobor. Kolom
merupakan bagian HPLC yang mana terdapat fase diam untuk berlangsungnya proses
pemisahan solut/analit.

Kolom mikrobor mempunyai 3 keuntungan yang utama dibanding dengan kolom


konvensional, yakni:
 Konsumsi fase gerak kolom mikrobor hanya 80% atau lebih kecil dibanding dengan
kolom konvensional karena pada kolom mikrobor kecepatan alir fase gerak lebih
lambat (10 -100 μl/menit).
 Adanya aliran fase gerak yang lebih lambat membuat kolom mikrobor lebih ideal jika
digabung dengan spektrometer massa.
 Sensitivitas kolom mikrobor ditingkatkan karena solut lebih pekat, karenanya jenis
kolom ini sangat bermanfaat jika jumlah sampel terbatas misal sampel klinis.
Meskipun demikian, dalam prakteknya, kolom mikrobor ini tidak setahan kolom konvensional
dan kurang bermanfaat untuk analisis rutin.
5. Detektor HPLC
Detektor pada HPLC dikelompokkan menjadi 2 golongan yaitu: detektor universal (yang
mampu mendeteksi zat secara umum, tidak bersifat spesifik, dan tidak bersifat selektif) seperti
detektor indeks bias dan detektor spektrometri massa; dan golongan detektor yang spesifik
yang hanya akan mendeteksi analit secara spesifik dan selektif, seperti detektor UV-Vis,
detektor fluoresensi, dan elektrokimia.
Idealnya, suatu detektor harus mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1. Mempunyai respon terhadap solut yang cepat dan reprodusibel.
2. Mempunyai sensitifitas yang tinggi, yakni mampu mendeteksi solut pada kadar yang
sangat kecil.
3. Stabil dalam pengopersiannya.
4. Mempunyai sel volume yang kecil sehingga mampu meminimalkan pelebaran pita.
5. Signal yang dihasilkan berbanding lurus dengan konsentrasi solut pada kisaran yang
luas (kisaran dinamis linier).
6. Tidak peka terhadap perubahan suhu dan kecepatan alir fase gerak.2)
JENIS HPLC
Pemisahan dengan HPLC dapat dilakukan dengan fase normal (jika fase diamnya lebih polar
dibanding dengan fase geraknya) atau fase terbalik (jika fase diamnya kurang non polar
dibanding dengan fase geraknya). Berdasarkan pada kedua pemisahan ini, sering kali HPLC
dikelompokkan menjadi HPLC fase normal dan HPLC fase terbalik.
Selain klasifikasi di atas, HPLC juga dapat dikelompokkan berdasarkan pada sifat fase diam
dan atau berdasarkan pada mekanisme sorpsi solut, dengan jenis-jenis HPLC sebagai berikut:
1. Kromatografi Adsorbsi
Prinsip kromatografi adsorpsi telah diketahui sebagaimana dalam kromatografi kolom dan
kromatografi lapis tipis. Pemisahan kromatografi adsorbsi biasanya menggunakan fase normal
dengan menggunakan fase diam silika gel dan alumina, meskipun demikian sekitar 90%
kromatografi ini memakai silika sebagai fase diamnya. Pada silika dan alumina terdapat gugus
hidroksi yang akan berinteraksi dengan solut. Gugus silanol pada silika mempunyai reaktifitas
yang berbeda, karenanya solut dapat terikat secara kuat sehingga dapat menyebabkan puncak
yang berekor.3)
2. Kromatografi fase terikat
Kebanyakan fase diam kromatografi ini adalah silika yang dimodifikasi secara kimiawi atau
fase terikat. Sejauh ini yang digunakan untuk memodifikasi silika adalah hidrokarbon-
hidrokarbon non-polar seperti dengan oktadesilsilana, oktasilana, atau dengan fenil. Fase diam
yang paling populer digunakan adalah oktadesilsilan (ODS atau C18) dan kebanyakan
pemisahannya adalah fase terbalik.
Sebagai fase gerak adalah campuran metanol atau asetonitril dengan air atau dengan larutan
bufer. Untuk solut yang bersifat asam lemah atau basa lemah, peranan pH sangat krusial karena
kalau pH fase gerak tidak diatur maka solut akan mengalami ionisasi atau protonasi.
Terbentuknya spesies yang terionisasi ini menyebabkan ikatannya dengan fase diam menjadi
lebih lemah dibanding jika solut dalam bentuk spesies yang tidak terionisasi karenanya spesies
yang mengalami ionisasi akan terelusi lebih cepat.3)

3. Kromatografi penukar ion


KCKT penukar ion menggunakan fase diam yang dapat menukar kation atau anion dengan
suatu fase gerak. Ada banyak penukar ion yang beredar di pasaran, meskipun demikian yang
paling luas penggunaannya adalah polistiren resin.
Kebanyakan pemisahan kromatografi ion dilakukan dengan menggunakan media air karena
sifat ionisasinya. Dalam beberapa hal digunakan pelarut campuran misalnya air-alkohol dan
juga pelarut organik. Kromatografi penukar ion dengan fase gerak air, retensi puncak
dipengaruhi oleh kadar garam total atau kekuatan ionik serta oleh pH fase gerak. Kenaikan
kadar garam dalam fase gerak menurunkan retensi solut. Hal ini disebabkan oleh penurunan
kemampuan ion sampel bersaing dengan ion fase gerak untuk gugus penukar ion pada resin.
4. Kromatografi Pasangan ion
Kromatografi pasangan ion juga dapat digunakan untuk pemisahan sampel-sampel ionik dan
mengatasi masalah-masalah yang melekat pada metode penukaran ion. Sampel ionik ditutup
dengan ion yang mempunyai muatan yang berlawanan.2)

5. Kromatografi Eksklusi Ukuran


Kromatografi ini disebut juga dengan kromatografi permiasi gel dan dapat digunakan untuk
memisahkan atau menganalisis senyawa dengan berat molekul > 2000 dalton.
Fase diam yang digunakan dapat berupa silika atau polimer yang bersifat porus sehingga solut
dapat melewati porus (lewat diantara partikel), atau berdifusi lewat fase diam. Molekul solut
yang mempunyai BM yang jauh lebih besar, akan terelusi terlebih dahulu, kemudian molekul-
molekul yang ukuran medium, dan terakhir adalah molekul yang jauh lebih kecil. Hal ini
disebabkan solut dengan BM yang besar tidak melewati porus, akan tetapi lewat diantara
partikel fase diam. Dengan demikian, dalam pemisahan dengan eksklusi ukuran ini tidak terjadi
interaksi kimia antara solut dan fase diam seperti tipe kromatografi yang lain.

6. Kromatografi Afinitas
Dalam kasus ini, pemisahan terjadi karena interaksi-interaksi biokimiawi yang sangat spesifik.
Fase diam mengandung gugus-gugus molekul yang hanya dapat menyerap sampel jika ada
kondisi-kondisi yang terkait dengan muatan dan sterik tertentu pada sampel yang sesuai
(sebagaimana dalam interaksi antara antigen dan antibodi).
Kromatografi jenis ini dapat digunakan untuk mengisolasi protein (enzim) dari campuran yang
sangat kompleks.
b. Kromatografi Gas

Campuran gas dapat dipisahkan dengan


kromatografi gas. Fasa stationer dapat berupa
padatan (kromatografi gas-padat) atau cairan
(kromatografi gas-cair). Umumnya, untuk
kromatografi gas-padat, sejumlah kecil padatan inert
misalnya karbon teraktivasi, alumina teraktivasi,
silika gel atau saringan molekular diisikan ke dalam
tabung logam gulung yang panjang (2-10 m) dan tipis. Fasa mobil adalah gas semacam
hidrogen, nitrogen atau argon dan disebut gas pembawa. Pemisahan gas bertitik didih rendah
seperti oksigen, karbon monoksida dan karbon dioksida dimungkinkan dengan teknik ini.
Dalam kasus kromatografi gas-cair, ester seperti ftalil dodesilsulfat yang diadsorbsi di
permukaan alumina teraktivasi, silika gel atau penyaring molekular, digunakan sebagai fasa
diam dan diisikan ke dalam kolom. Campuran senyawa yang mudah menguap dicampur
dengan gas pembawa disuntikkan ke dalam kolom, dan setiap senyawa akan dipartisi antara
fasa gas (mobil) dan fasa cair (diam) mengikuti hukum partisi. Senyawa yang kurang larut
dalam fasa diam akan keluar lebih dahulu.

Komponen alat kromatografi gas


Alat GLC atau GC terdiri atas 7 bagian yang pokok seperti pada gambar, yaitu:
1. Silinder tempat gas pembawa/pengangkut
2. Pengatur aliran dan pengatur tekanan
3. Tempat injeksi cuplikan
4. Kolom
5. Detector
6. Pencatat
7. Terminal untuk 3, 4 dan 5
Gas pengangkut/pemasok gas
Gas pengangkut (carrier gas) ditempatkan dalam silinder bertekanan tinggi. Biasanya
tekanan dari silinder sebesar 150 atm. Tetapi tekanan ini sangat besar untuk digunakan secara
Iansung.
Gas pengangkut harus memenuhi persyaratan :
a. Harus inert, tidak bereaksi dengan cuplikan, cuplikan-pelarut, dan material dalam kolom.
b. Murni dan mudah diperoleh, serta murah.
c. Sesuai/cocok untuk detektor.
d. Harus mengurangi difusi gas
Gas-gas yang sering dipakai adalah : helium, argon, nitrogen, karbon dioksida dan
hidrogen. Gas helium dan argon sangat baik, tidak mudah terbakar, tetapi sangat mahal. H 2
mudah terbakar, sehingga harus berhati-hati dalam pemakaiannya. Kadang-kadang
digunakan juga CO2.
Kolom
Kolom merupakan jantung dari kromatografi gas. Bentuk dari kolom dapat lurus,
bengkok, misal berbentuk V atau W, dan kumparan/spiral. Biasanya bentuk dari
kolom adalah kumparan. Kolom selalu merupakan bentuk tabung. Tabung ini dapat terbuat
dari :

a. Tembaga (murah dan mudah diperoleh)


b. Plastik (teflon), dipakai pada suhu yang tidak terlalu tinggi.
c. Baja (stainless steel), (mahal)
d. Alumunium
e. Gelas
Panjang kolom dapat dari 1 m sampai 3 m. Diameter kolom mempunyai berbagai
ukuran, biasanya pengukuran berdasarkan diameter dalam dari kolom gelas yaitu antara 0,3
mm hingga 5 min. Kebanyakan kolom yang digunakan berupa stainles steel dengan diameter
luar (OD) dari I/S atau 1/4 inch (0,3 atau 0,6 cm). Pada GSC kolom diisi dengan penyerap
(adsorbent), sedangkan pada GLC kolom diisi dengan "solid support" (padatan pendukung)
yang diikat oleh fase diam.

5. Detektor
Detektor berfungsi sebagai pendeteksi komponen-komponen yang telah dipisahkan dari
kolom secara terus-menerus, cepat, akurat, dan dapat melakukan pada suhu yang lebih tinggi.
Detektor harus dapat dipercaya dan mudah digunakan. Fungsi umumnya mengubah sifat-sifat
molekul dari senyawa organik menjadi arus listrik kemudian arus listrik tersebut diteruskan ke
rekorder untuk menghasilkan kromatogram.

Ada beberapa jenis detektor dalam khromatografi gas,berikut adalah jenis detektor yang
dikenal :
a. Flame Ionization Detector (FID),adalah detektor general untuk mengukur komponen-
komponen sampel yang memiliki gugus alkil (C-H).Komponen sampel masuk ke
FID,kemudian akan dibakar dalam nyala (campuran gas H2 dan udara),komponen akan
terionisasi,ion-ion yang dihasilkan akan dikumpulkan oleh ion collector,arus yang dihasilkan
akan diperkuat,kemudian akan dikonversi menjadi satuan tegangan.Semakin tinggi konsentrasi
komponen,makin banyak pula ion yang dihasilkan sehingga responnya juga makin besar.
b. Thermal Conductivity Detector (TCD) adalah detektor paling general sebab hampir semua
komponen memiliki daya hantar panas.TCD bekerja dengan prinsip mengukur daya hantar
panas dari masing-masing komponen.Mekanismenya berdasarkan teori “Jembatan
Wheatstone” di mana ada dua sel yaitu sel referensi dan sel sampel.Sel referensi hanya dilalui
oleh gas pembawa,sementara sel sampel dilalui oleh gas pembawa dan komponen
sampel.Perbedaan suhu kedua sel akan mengakibatkan perbedaan respon listrik antara
keduanya dan ini akan dihitung sebagai respon komponen sampel.Detektor TCD banyak
digunakan untuk analisis gas.
c. Electron Capture Detector (ECD) adalah detektor khusus untuk mendeteksi senyawaan
halogen organik.Banyak diaplikasikan untuk analisis senyawaan pestisida.Secara
prinsip,komponen sampel akan ditembak dengan sumber radioaktif Nikel,dan jumlah elektron
yang hilang dari proses itu dianggap linear dengan konsentrasi senyawaan tersebut.
d. Flame Photometric Detector (FPD) adalah detektor khusus untuk mendeteksi senyawaan
sulfur, posfor dan atau timah organik.Prinsipnya adalah pembakaran senyawaan komponen
sehingga mengemisikan energi tertentu yang akan dilewatkan ke filter tertentu (filter S,P atau
Sn) kemudian akan dideteksi oleh Photomultiflier.Banyak digunakan untuk analisis senyawaan
pestisida.
e. Flame Thermionic Detector(FTD) adalah detektor khusus untuk mendeteksi senyawaan
nitrogen dan atau posfor organik.Prinsipnya adalah pembakaran senyawaan komponen
kemudian direaksikan dengan garam Rubidium dan respon listrik yang dihasilkan akan
diperkuat dan dikonversi menjadi satuan tegangan.Banyak digunakan untuk analisis
senyawaan pestisida.
f. Mass Spectrometer (MS) adalah detektor khusus yang dapat digunakan baik untuk analisis
kualitatif maupun kuantitatif.Prinsip pengukurannya adalah komponen sampel dipecah
menjadi bentuk ion fragmennya (baik secara elektronik maupun kimiawi) lalu ion fragmen
tersebut dilewatkan ke Mass Analyzer untuk memisahkan ion berdasarkan perbedaan
massa/muatan dan selanjutnya diteruskan ke ion detector untuk mendeteksi jumlah ion yang
dihasilkan.Spektrum fragmen yang dihasilkan oleh masing-masing komponen akan
menunjukkan karakteristik yang khas,dan ini digunakan untuk tujuan identifikasi kualitatif
dengan membandingkan dengan database atau library spektrum yang telah ada.
6. Oven kolom
Kolom terletak didalam sebuah oven dalam instrumen. Suhu oven harus diatur dan
sedikit dibawah titik didih sampel. Jika suhu diset terlalu tinggi, cairan fase diam bisa
teruapkan, juga sedikit sampel akan larut pada suhu tinggi dan bisa mengalir terlalu cepat dalam
kolom sehingga menjadi terpisah (Hendayana, 2001).

7. Rekorder

Rekorder berfungsi sebagai pengubah sinyal dari detektor yang diperkuat melalui
elektrometer menjadi bentuk kromatogram. Dari kromatogram yang diperoleh dapat dilakukan
analisis kualitatif dan kuantitatif.

Soal No.2. Rincian metode analisis kualitatif kation-anion yang sederhana khususnya untuk
ion-ion: Cu2+, Fe2+, Fe3+, Al3+, Pb2+, NH4+, Ba2+, Ca2+, SO42-, NO3-, Cl- dan I-.
Metode analisis kualitatif kation:
1. Ion Tembaga (Cu2+)

a) Dalam dua buah tabung reaksi, isilah masing-masing dengan larutan 0,1 M CuSO4
sebanyak 1 ml.
Pada larutan CuSO4 ditabung pertama, tambahkan beberapa tetes larutan NH4OH 6 M
sampai larutan berwarna biru tua. Terbentuknya senyawa kompleks Cu(NH3)4SO4 yang
berwarna biru tua menandakan adanya ion Cu2+.
Pada larutan ditabung kedua, tambahkan beberapa tetes larutan K4Fe(CN)6 0,1 M sampai
terbentuk endapan coklat tua. Terbentuknya senyawa kompleks Cu2[Fe(CN)6] yang
berwarna coklat menandakan adanya ion Cu2+.
Lakukan test nyala untuk larutan CuSO4 0,1 M dengan cara seperti pada percobaan test
nyala pada logam Na. Terbentuknya nyala yang berwarna hijau-biru menandakan adanya
logam Cu2+.

b) Dengan NaOH dalam larutan dingin membentuk endapan biru Cu(OH)2, yang tidak
larut dalam NaOH berlebih. Bila endapan tersebut dipanaskan akan terbentuk endapan
hitam CuO.

2. Ion Besi (II) Fe2+


Dalam sebuah tabung reaksi, ambil larutan 0,1 M FeSO4 sebanyak 1 ml, kemudian
tambahkan 5 tetes larutan 0,1 M K3Fe(CN)6 (kalium heksa siano ferrat III), terbentuknya
endapan biru tua (biru Turnbull) menandakan adanya ion Fe2+.
3. Ion Besi (III) Fe3+
a) Dalam sebuah tabung reaksi, ambil larutan 0,1 M FeCl3 sebanyak 1 ml, kemudian
tambahkan 5 tetes larutan 0,1 M K4Fe(CN)6 (kalium heksa siano ferrat II),
terbentuknya endapan warna biru-terang (biru Berlin) menandakan adanya ion Fe3+.

b) Dengan larutan NaOH membentuk endapan coklat kemerahan Fe(OH)3 yang tidak larut
dalam pereaksi berlebih.
4. Ion Al3+
Dengan larutan basa membentuk endapan gelatin putih yang larut dalam pereaksi
berlebih.
5. Ion Pb2+
Ambillah 1 ml 0,1 M Pb(NO3)2 dalam sebuah tabung reaksi, lalu tambahkan 1 ml 0,1 M
NaCl. Biarkan endapan yang terbentuk turun lalu dekantasi, cucilah endapan dengan 2
ml aquadest dan tambahkan 1 ml aquadest setelah endapan larut, panaskan agar seluruh
endapan larut dinginkan larutan tersebut dibawah aliran air kran, apakah yang anda
amati? Terbentuknya kristal-kristal jarum yang berwarna putih menandakan adanya ion
Pb2+.Panaskan lagi dan larutan dibagi dua.Larutan pada tabung pertama, ditambahkan
beberapa tetes larutan KI , endapan kuning jingga PbI2 menandakan adanya Pb.
Larutan yang kedua ditambahkan 4 tetes K2CrO4 1 M, terbentuknya endapan yang
berwarna kuning dan dapat larut di dalam NaOH 6 M menyatakan adanya Pb2+.

6. Ion NH4+
analisis NH4+ bisa dilakukan dengan 3 metode yaitu :
a. Metode Nessler menggunakan reagen Nessler dimana warna sampel dibandingkan
dengan warna larutan standar dimana akan ditunjukkan perubahan warna reagen
menjadi warna kuning kecoklatan dan diukur dengan spektrofotometer pada panjang
gelombang 425 nm.
b. Metode Rochelle dibuat dengan cara melarutkan 50 ml KNaTartrat dalam 100 ml
aquades
c. Metode Ion Kromatografi menggunakan kolom Dionex ion pac CS, sebagai eluen
larutan methyl sulfonic acid 18 mM, detector Conductivity DX 5000 pada temperature
400C.
7. Ion Barium (Ba2+)
a) Dengan meggunakan sebuah tabung reaksi ambil 1 ml larutan Ba(NO3)2 0,1 M. Atur
pH larutan dengan cara menambahkan 5 tetes 6 M CH3COOH dan 5 tetes 6 M
CH3COONH4. Kemudian tambahkan 3 tetes 1 M K2CrO4, bila larutan belum berwarna
kuning, tambahkan lagi. kemudian aduklah maka akan timbul endapan kuning dari
BaCrO4. Dengan menggunakan kawat Ni-Cr, lakukan test nyala untuk larutan
Ba(NO3)2, terbentuknya nyala yang berwarna warna hijau-kuning menandakan adanya
Ba2+.
b) Dengan amonium oksalat membentuk endapan putih BaC2O4 yang sedikit larut dalam
air, mudah larut dalam asam asetat encer, asam mineral.
8. Ion kalsium (Ca2+)
Dengan menggunakan sebuah tabung reaksi ambil 1 ml larutan Ca(NO3)2 0,1 M.
 Tambahkan beberapa tetes larutan Na2C2O4 0,1 M. Terbentuknya endapan putih dari
CaC2O4 menunjukkaadanya Ca2+.
 Lakukan juga test nyala terhadap 1 ml Ca(NO3)2 1 M yang sudah diasamkan dengan
beberapa tetes 6 M HCl. Terbentuknya nyala yang berwarna merah-bata menandakan
adanya Ca2+.
Metode analisis kualitatif anion:
Cara identifikasi anion tidak begitu sistematik seperti pada identifikasi kation. Salah
satu cara penggolongan anion adalah pemisahan anion berdasarkan kelarutan garam-garam
perak, garam-garam kalsium, barium dan seng. Identifikasi anion yang menguap bila diolah
dengan asam dibagi dua lagi yaitu anion membentuk gas bila diolah dengan HCl encer atau
H2SO4 encer, dan anion yang membentuk gas atau uap bila diolah dengan H2SO4 pekat.
Demikian pula identifikasi anion berdasarkan reaksi dalam larutan dibagi dua yaitu anion yang
diidentifikasi dengan reaksi pengendapan dan dengan reaksi redoks.
Beberapa anion menghasilkan asam lemah volatil atau di oksidasi dengan asam sulfat pekat
seperti pada tabel berikut

Berikut beberapa metode analisa kualitatif terhadap beberapa anion


 SO42- :
a) Dalam sebuah tabung reaksi yang bersih isilah dengan 2 ml larutan Na2SO4 0,1 M dan
2 ml larutan Ba(NO3)2 0,1 M. Terbentuknya endapan putih yang tidak larut ketika
ditambah-kan 1 ml HCl 1 M menandakan adanya ion sulfat.
b) Dengan larutan barium klorida membentuk endapan putih BaSO4 yang tidak larut
dalam HCl encer, asam nitrat encer tetapi larut dalam HCl pekat panas.
 NO3- :
Dalam sebuah tabung reaksi ambil 2 ml larutan NaNO3 0,1 M, asam kan dengan 1 ml H2SO4
3 M dan tambahkan 1 ml larutan FeSO4 jenuh yang baru dibuat.
Miringkan letak tabung reaksi kira-kira 45o , lalu masukkan perlahan-lahan 1 ml H2SO4
pekat melalui dinding tabung. Usahakan agar H2SO4 menempati bagian bawah tabung dan
jangan dikocok. Terbentuknya suatu cincin coklat dari senyawa Fe(NO)SO4 pada batas
kedua zat cair menunjukkan adanya NO3–.
 Cl- :
Ke dalam 1 ml larutan NaCl 0,1 M tambahkan beberapa tetes 0,1 M AgNO3. Ion Cl–
bereaksi dengan ion Ag+ membentuk endapan putih AgCl. Untuk meyakinkan endapan
tersebut benar-benar AgCl, larutkan kembali endapan itu dengan penambahan beberapa
tetes 6 M NH4OH, kemudian asamkan dengan 6 M HNO3 maka endapan putih AgCl akan
terbentuk lagi.
 I- :
a) Ambil 2 ml KI dan asamkan dengan beberapa tetes HCl 6 M. Tambahkan 1 ml larutan
0,1 M FeCl3 untuk mengoksidasi I– menjadi I2. Tambahkan 1 ml CCl4 lalu kocok. Warna
“purple” dari lapisan CCl4 menunjukkan adanya Iodida.
b) Dengan Pb asetat terbentuk endapan kuning PbI2 yang larut dalam air panas yang banyak
membentuk larutan tidak berwarna ketika didinginakan terbentuk keping-keping kuning
keemasan

Soal No. 3. Analisis kualitatif sederhana untuk deteksi gas-gas CO2, Cl2, SO2, H2, O2 dan
NH3 serta H2O.
 Gas CO2:
a) Cara paling efektif untuk menguji CO2 adalah dengan menggelegakkan gas melalui "air
kapur", larutan kalsium hidrosida yang sudah diencerkan (kapur mati). Ketika kita
meniupkan karbon dioksida ke dalam larutan, akan terbentuk endapan padat kalsium
karbonat – kapur atau batu gamping. Kalsium karbonat tidak larut di dalam air. Dengan
demikian, jika ada CO2 di dalam sampel, air kapur akan berubah seperti susu, putih keruh.
b) Gas CO2 juga dapat dianalisis dengan reaksi asam sulfat encer yang diamati dengan gas
tidak berwarna, dapat mengeruhkan larutan Ba(OH)2.
 Gas Cl2: dianalisis dengan asam sulfat encer diamati dengan gas bewarna kuning hijau,
berbau merangsang. Bila dipaparkan pada kertas yang dibasahi dengan larutan KI ditambah
larutan kanji berwarna biru (kompleks !2- amilum) yang kemungkinan hipoklorit.
 Gas SO2: reaksi dengan asam sulfat encer jika diikuti dengan pengendapan S (belarang
yang berwarna kuning) ini menunjukkan kemungkinan tiosulfat (S2O32-)
 Gas H2: mengalirkan ke dalam cangkang telur kosong yang sudah dilubangi kedua sisinya
yang selanjutnya dipelatik pakai api hingga cangkang meledak.
 Gas O2: mereaksikan dengan belerang yang dipanaskan, setelah bereaksi gas dalam
Erlenmeyer yang akan berwarna kuning.
 Gas NH3: dianalisis reaksi dengan asam sulfat encer yang sedikit zat asal ditambah larutan
NaOH lalu dipanaskan. Adanya ammonia dapat dibuktikan dari baunya, perubahan warna
kertas lakmus merah menjadi biru, pereaksi nesller menjadi coklat.
 Gas H2O: menggunakan pereaksi kertas kobalt pada percobaan pembakaran senyawa
karbon. Sebagai contoh pembakaran glukosa. Pada saat gula dipanaskan di dalam tabung
reaksi yang tertutup kapas, terjadi suatu reaksi kimia, yakni yang pertama timbul
gelembung-gelembung gas (mendidih) dan menimbulkan uap air. Semakin suhunya
dinaikkan, maka karamel itu ternyata berwarna semakin gelap (hitam). Setelah membuka
kapas penutup tabung reaksi, langsung kita masukkan kertas kobalt (II) klorida atau
CoCl2 ke dalam tabung reaksi. Setelah diamati, rupanya kertas kobalt yang pada mulanya
berwarna biru, mengalami perubahan warna menjadi berwarna merah muda keunguan .
Ketika kertas kobalt di interaksikan atau disentuh dengan uap air pda dinding tabung
reaksi itu, warna pada kertas kobalt terurai menjadi warna-warna penyusunnya. Kertas
kobalt yang mulanya berwarna biru, yang kini warnanya terurai menjadi merah muda
keunguan mengidentifikasi bahwa pada pembakaran gula menghasilkan H2O atau uap air
yang dapat menguraikan warna kertas kobalt.

Anda mungkin juga menyukai