Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu gangguan kesehatan yang terjadi pada sistem reproduksi wanita
adalah Neoplasma ovarium kistik atau yang akrab dikenal dengan sebutan kista
ovarium. Menurut Prawirohardjo dalam bukunya ilmu kebidanan 2009, kista ovarium
adalah suatu benjolan atau tumor yang berada pada bagian organ ovarium yang dapat
mengakibatkan pembesaran pada perut bagian bawah.
Kista ovarium merupakan salah satu tumor jinak (Neoplasma) ginekologi,
tumor jenis ini memiliki risiko tinggi berkembang menjadi tumor ganas (Maligna)
yang disebut sebagai kanker ovarium. Baik jenis neoplasma ataupun maligna,
keduanya paling sering dijumpai pada wanita masa subur, umumnya pada wanita usia
lebih tua diatas 50 tahun, post menopouse, dengan hampir 80% kasus Neoplasma
ovarium kistik yang dialami wanita dengan kriteria diatas.
Menurut demografi terakhir dari sumber data WHO, The American Cancer
Society memperkirakan bahwa pada tahun 2014, sekitar 21.980 kasus baru penyakit
pada ovarium didiagnosa dan 14.270 wanita di Amerika Serikat meninggal dunia
karena penyakit ini. Angka kejadian kista ovarium tertinggi ditemukan pada Negara
maju, dengan rata-rata 10 per 100.000. Insiden di Amerika Selatan tercatat sebanyak
7,7 per 100.000 relative tinggi bila dibandingkan dengan angka kejadian di Asia dan
Afrika (WHO, 2014)
Angka kejadian kista ovarium di Indonesia pada tahun 2015 sebanyak 23.400
penderita diantaranya sekitar 13.900 jiwa meninggal dunia (Profil Kesehatan
Indonesia Tahun Kemenkes, 2015).
Berdasarkan bukti data epidemiologi di atas, mahasiswa keperawatan sebagai
calon tenaga kesehatan memegang peranan yang penting dalam rangka meminimalisir
angka mordibitas akibat penyakit ini, mengingat angka kematian yang tinggi, kami
curigai tidak lain karena penyakit ovarium kistik pada awalnya bersifat asimptomatik
dan baru menimbulkan keluhan apabila sudah terjadi metastasis, dugaan ini diperkuat
dengan keterangan kemenkes tahun 2015 yang berdasarkan akumulasi rekam medis di
beberapa Rumah Sakit Umum melaporkan bahwa, sekitar 60-70% pasien datang pada
stadium lanjut sehingga usaha medis dan perawatan pun belum dapat memberi hasil
maksimal.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasikan
rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa definisi dari Neoplasma ovarium kistik?
2. Apa saja klasifikasi dari Neoplasma ovarium kistik?
3. Apa etiologi dari neoplasma ovarium kistik?
4. Bagaimana patofisologis dari neoplasma ovarium kistik?
5. Apa manifestasi klinis dari neoplasma ovarium kistik?
6. Apa komplikasi dari neoplasma ovarium kistik?
7. Bagaimana pemeriksaan diagnostik dan pemerikasaan fisik pada neoplasma
ovarium kistik?
8. Bagaimana penatalaksanaan medis dari neoplasma ovarium kistik?
9. Bagaimana asuhan keperawatan yang dilakukan pada pasien dengan neoplasma
ovarium kistik?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Pembaca mengetahui tentang apa yang dimaksud dengan penyakit
neoplasma ovarium kistik, klasifikasi, penyebab penyakit, perjalanan penyakit,
tanda dan gejala, komplikasi, penatalaksanaan medis serta bentuk asuhan
keperawatan yang diberikan oleh perawat kepada pasien dengan penyakit
neoplasma ovarium kistik.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Pembaca khususnya mahasiswa keperawatan mampu memahami
pengetahuan dasar penyakit neoplasma ovarium kistik yang mencakup
definisi, klasifikasi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi
dan penatalaksanaan medis yang dilakukan pada penderita neoplasma
ovarium kistik.
2. Mahasiswa keperawatan mampu memahami kiat strategi pemberian
asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis neoplasma
ovarium kistik melalui pendekatan proses keperawatan.
3. Mahasiswa keperawatan dapat melaksanakan pemberian asuhan
keperawatan kepada pasien denggan diagnosa medis neoplasma ovarium
kistik secara benar dan tepat.

2
1.1 Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut :
1.1.1 Bagi Masyarakat
Tambahan informasi dan wawasan pengetahuan dibidang kesehatan
mengenai penyakit neoplasma ovarium kistik pada individu wanita sehingga
masyarakat dapat mengetahui lebih dalam tentang risiko dan bahaya penyakit
neoplasma ovarium kistik pada wanita, untuk kemudian dapat melakukan
pencegahan sedini mungkin.
1.1.2 Bagi Penulis
Tambahan informasi, dan memperluas wawasan pengetahuan juga
pemahaman lebih dalam tentang diagnosa medis neoplasma ovarium kistik
pada pasien, mampu dapat memberikan pelayanan optimal melalui pemberian
asuhan keperawatan dengan memperhatikan kiat strategi bidang ilmu
keperawatan maternitas melalui pendekatan proses keperawatan.

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi
Neoplasma ovarium kistik adalah suatu pengumpulan cairan yang terjadi pada
indung telur atau ovarium (Lowdermilk, 2005).
Neoplasma ovarium kistik adalah suatu pertmbuhan sel jinak dari ovarium
(Burner & Suddart, 2003).
Neoplasma ovarium kistik adalah suatu pertumbuhan abnormal di ovarium
yang bentuknya bulat, berisi cairan, biasanya bertangkai, dan bisa tumbuh terus
menjadi besar. Permukaannya licin dan berdinding tipis. Ada suatu jenis kista
ovarium yang disebut kista dermoid, isinya aneh, bisa berupa gigi, rambut, ataupun
lemak. Jumlahnya bisa single bisa multiple, bisa satu sisi, bisa kanan-kiri. Angka
kejadian lebih sering menyerang wanita berusia produktif. Jarang sekali di bawah
umur 20 maupun di atas 50 tahun.
Ovarium kistik juga merupakan jenis neoplasma yang diduga timbul dari
bagian ovum yang normalnya menghilang saat menstruasi, asalnya tidak
teridentifikasi dan terdiri atas sel-sel embrional yang tidak berdierensiasi, kista ini
timbul lambat dan ditemukan selama pembedahan yang mengandung material sebasea
kental berwarna kuning yang timbul dari lapisan kulit.
Neoplasma ovarium kistik adalah benjolan yang membesar, seperti balon yang
berisi caran, yang tumbuh di indung telur. Cairan ini bisa berupa air, darah, nanah,
atau cairan coklat tental seperti darah menstruasi.

2.2 Klasifikasi
Menurut Wiknjosastro (2008) klasifikasi kista ovarium antara lain:
2.2.1 Kista Ovarium Neoplastik
Kista neoplastik umunya harus dioperasi, namun hal itupun tergantung pada
ukuran dan sifatnya. ada beberapa jenis kista ovarium neoplastik yaitu antara
lain:

4
1. Kistoma Ovari Simpleks
Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus, biasanya bertangkai,
seringkali bilateral dan dapat menjadi besar. dinding kista tipis dan cairan
di dalam kista jernih dan berwarna kuning. pada dinding kista tampak
lapisan epitel kubik. Berhubung adanya tangkai maka kista ini dapat
terjadi torsi (putaran tangkai dengan gejala-gejala mendadak. Terapi yang
dilakukan dengan pengangkatan kista dengan reseksi ovarium, akan tetapi
,jaringan yang dikeluarkan harus segera diperiksa secara histologik untuk
mengetahui apakah ada keganasan.
2. Kistadenoma Ovarii Musinosum
Tumor musinosum merupakan 15%-25% dari semua noplasma
ovarium dan menyebabkan 6%-10% kanker ovarium. Sekitar 8%-10%
alah bilateral. Tumor ini bisa sangat besar (>70 kg) tetapi rata-rata
berdiameter 16-17 cm saat didiagnoasa dan terutama ditemukan pada dua
kelompok umur yaitu 10-30 tanun dan usia lebih dari 40 tahun. Biasanya
tidak menimbulkan gejala selain rasa penuh akibat adanya massa dalam
perut. Tumor musinosum ini berdinding licinhalus dan berisi cairan kental,
tebal, kecoklatan.
3. Kistadenoma Ovarii Serosum
kista jenis ini tidak mencapai kuran yang sangat besar dibandingkan
dengan kistadenoma musinosum. Permukaan tumor biasanya licin dan
berwarna keabu abuan. Ciri khas kista ini ialah potensi pertumbuhan
papiler ke dalam rongga kista sebesar 50% dan keluar pada permukaan
kista sebesar 5%. Isi kista cair, kuning, dan kadang-kadang coklat karena
campuran darah.
4. Kista Endometrioid
Kista ini biasanya unilateral dengan permukaan licin, pada dinding
dalam terdapat satu lapisan sel-sel, yang menyerupai lapisan epitel
endometrium. Kista ini tidak ada hubungannya dengan endometriosis
ovarii.
5. Kista Dermoid.
Tidak ada ciri khas pada kista dermoid. Dinding kista terlihat putih dan
keabuabuan, dan agak tipis. pada umumnya terdapat satu daerah pada
dinding bagian dalam yang menonjol dan padat. Kista dermoid dapat

5
terjadi torsi tangkai (komplikasi) dengan gejala nyeri mendadak diperut
bagian bawah. Ada kemungkinan pula terjadinya sobekan di dinding kista
dengan akibat pengeluaran isi kista dalam rongga peritoneum. Perubahan
keganasan jarang terjadi, kira-kira 1,5% dari semua kista dermoid, dan
biasanya terjadi pada wanita sesudah menopouse. Kista dermoid
penangannya dengang pengangkatan seluruh ovar, adapun tumor tumor
ada yang jinak antara lain:
a. Fibroma Ovarii
Tumor ini merupakan 5% dari semua neoplasma ovarium
danpaling sering ditemukan pada penderita pada masa menopouse dan
seseudah menopouse. Tumor ini dapat mencapau diameter 2-30 cm,
dan beratnya dapat mencapai 20 kg. Potensi keganasan pada fibroma
ovari sangat rendah, kurang dari 1%
b. Tumor Brenner
Tidak menimbulkan gejala klinis yang khas. Jika kista ini
membesar, beratnya sampai beberapa kilogram dan memberikan gejala
seperti fibroma (benjolan). Meskipun tumor Brenner biasanya jinak,
namuntelah dilaporkan beberapa henis tumor ini yang histopatologik
maupun klinis menunjukkan keganasan.
c. Maskulinovoblastoma
Tumor ini sangat jarang terjadi, tumor ini biasanya unilateral
dan besar diameternya antara 0,5-16 cm. Penanganan dengan
pengangkatan tumor bersama ovarium.

Menurut C.Long, Barbara. (1996) Kista fungsional di bagi menjadi beberapa tipe
sebagai berikut:
a. Kista Fungsional Persisten
Kadang-kadang sebuah folikel atau beberapa folikel akan menolak pecah,
dan tetap berada di pinggiran ovarium menghasilkan hormon. Ini disebut kista
fungsional persiste. Kista ini membuat kadar estrogen dalam tubuh di atas
normal dan menghambat menstruasi karena hormon yang ada terus mencegah
lapisan uterus untuk lepas. Sering wanita yang mengalami hal ini berpikir
bahwa mereka mungkin hamil sebab menstruasinya terlambat dan mereka
mengalami efek akibat peningkatan hormon. USG tidak cukup untuk

6
mendiagnosis hal ini, karena selama masa trimester pertama kehamilan, folikel
yang pecah tetap berada di permukaan ovarium untuk menghasilkan hormon
yang mempertahankan kehamilan. Jadi, pertama-tama dokter akan melakukan
tes kehamilan untuk menghilangkan kemungkinan itu dan kemudian
melakukan USG untuk memeriksa kista.
b. Kista Fungsional Hemhorrahagic
Gejala dari kista ini yaitu nyeri perut dan perut terasa kembung. Bila pada
lokasi terjadi arteri atau vena pecah akan terjadi pendarahan di dalam tubuh
penderita. Pada saat mengalami pendarahan, penderita akan merasa melayang
dan sering pingsan, gejala ini menyerupai kehamilan ektopik yang pecah. Hal
ini sangat jarang terjadi dan ini merupakan satu dari beberapa kista fungsional
yang membutuhkan operasi.
c. Kista Fungsional Besar
Sembilan puluh lima persen (95 %) kista yang berdiameter < 5 cm
merupakan kista fungsional. Tetapi ketika kista lebih besar dari 5 cm menjadi
10- 20 %. Dokter menyarankan melakukan operasi, kista fungsional besar
selalu ditemukan secara tidak sengaja pada waktu pemeriksaan USG atau
pemeriksaan panggul karena kista ini tidak bergejala.
d. Ovarium Polikistik
Ovarium polikistik adalah kelainan fungsional dari ovarium, yang tidak
menyebabkan terlalu banyak kekhawatiran medis. Ovarium polikistik
merupakan ovarium yang membuat banyak folikel yang tidak pernah terjadi
ovulasi, sementara itu setiap folikel tetap bertahan di permukaan ovarium dan
membuat hormon. Kelebihan hormon pria dan wanita menyebabkan
kegemukan, timbul jerawat, dan pertumbuhan rambut yang belebihan dan
mempengaruhi status haid pada wanita.

Tahap-tahap kanker ovarium (Price, 2002):


1. Stadium I: Pertumbuhan terbatas pada ovarium.
2. Stadium II: Pertumbuhan mencakup satu atau kedua ovarium dengan perluas
pelvis.
3. Stadium III: Pertumbuhan mencakup satu atau kedua ovarium dengan metastasis
diluar pelvis atau nodus inguinal atau retro peritoneal positif.
4. Stadium IV: Pertumbuhan mencakup satu/kedua ovarium dengan metastasis jauh.

7
Sedangkan pembagian stadium kanker ovarium menurut International Federation
of Gynecologist and Obstetricians (FIGO) 1987 sebagai berikut:
Tabel 2.1 Stadium kanker ovarium
Stadium kanker
ovarium primer Kategori
(FIGO, 1987)
Stadium I Pertumbuhan terbatas pada ovarium
Ia Pertumbuhan terbatas pada satu ovarium, tidak ada asites
yang berisi sel ganas, tidak ada pertumbuhan di permukaan
luar, kapsul utuh.
Ib Pertumbuhan terbatas pada kedua ovarium, tidak ada asites
berisi sel ganas, tidak ada tumor di permukaan luar, kapsul
intak.
Ic Tumor dengan stadium Ia atau Ib tetapi ada tumor di
permukaan luar satu atau kedua ovarium, atau dengan kapsul
pecah, atau dengan asites berisi sel ganas atau dengan
bilasan peritoneum positif.
Stadium II Pertumbuhan pada satu atau kedua ovarium dengan
perluasan ke panggul.
Iia Perluasan dan/atau metastasis ke uterus dan/atau tuba.
Iib Perluasan ke jaringan pelvis lainnya.
Iic Tumor stadium Iia atau Iib tetapi dengan tumor pada
permukaan satu atau kedua ovarium, kapsul pecah, atau
dengan asites yang mengandung sel ganas atau dengan
bilasan peritoneum positif.
Stadium III Tumor mengenai satu atau kedua ovarium, dengan bukti
mikroskopik metastasis kavum peritoneal di luar pelvis,
dan/atau metastasis ke kelenjar limfe regional.
IIIa Tumor terbatas di pelvis kecil dengan kelenjar getah bening
negatif tetapi secara histologik dan dikonfirmasi secara
mikroskopik adanya pertumbuhan (seeding) di permukaan
peritoneum abdominal.
IIIb Tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant di

8
permukaan peritoneum dan terbukti secara mikroskopik,
diameter tidak melebihi 2 cm, dan kelenjar getah bening
negatif.
IIIc Implan di abdomen dengan diameter > 2 cm dan/atau
kelenjar getah bening retroperitoneal atau inguinal positif.
Stadium IV Pertumbuhan mengenai satu atau kedua ovarium dengan
metastasis jauh. Bila efusi pleura dan hasil sitologinya
positif dimasukkan dalam stadium IV. Begitu juga metastasis
ke parenkim liver.

2.3 Etiologi
1. Idiopatik
Sampai saat ini penyebab kista kebanyakan mengarah kepada hal-hal yang belum
diketahui secara pasti.
2. Bahan-bahan yang bersifat karsinogen
Secara umum penyakit dengan jenis kanker, atau tumor sangat dipicu oleh
beberapa zat predisposisi yang disebut dengan zat karsinogen, zat karsinogen
adalah zat-zat yang paling memicu terbentuknya sel-sel kanker dengan jalan
mengubah asam deoksiribonukleat (DNA) dalam sel-sel tubuh, dan hal ini
mengganggu proses-proses biologis, Contoh zat yang bersifat karsinogen berupa
zat kimia, polutan, hormonal, rokok dan lain-lain.
3. Gagalnya sel telur (folikel) untuk berovulasi.
4. Kegagalan fungsi ovarium karena produksi hormon tertentu
Fungsi ovarium yang normal tergantung kepada sejumlah hormon dan
kegagalan pembentukan, salah satu hormon tersebut bisa mempengaruhi fungsi
ovarium. Ovarium tidak akan berfungsi secara normal jika tubuh wanita tidak
menghasilkan hormon hipofisa (adalah jenis hormon yang mengendalikan
sebagian besar fungsi kelenjar endokrin) dalam jumlah yang tepat.
Sedangkan fungsi ovarium yang abnormal kadang menyebabkan
penimbunan folikel yang berbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium.
Folikel tersebut gagal mengalami pematangan dan gagal melepaskan sel telur,
karena itu terbentuklah kista di dalam ovarium. kista jenis ini adalah jenis kista

9
folikel multipel yang dapat terjadi setelah penggunaan klomifen atau gonadotropin
untuk menginduksi ovulasi.
5. Peningkatan prevalensi penggunaan metode progesteron saja yang biasanya
menimbulkan terbentuknya kista ovarium fungsional. Mc Cann dan Potter (1994)
menyatakan bahwa hal ini dapat terjadi dengan kelanjutan pemakaian dan
membaik jika POP tidak lagi digunakan.
Adapun teori lain yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya:
1. Teori hipotesis incessant ovulation
Teori menyatakan bahwa terjadi kerusakan pada sel-sel epitel ovarium
untuk penyembuhan luka pada saat terjadi ovulasi. Proses penyembuhan sel-sel
epitel yang terganggu dapat menimbulkan proses transformasi menjadi tumor.
2. Teori hipotesis androgen
Androgen mempunyai peran penting dalam terbentuknya kanker ovarium.
Hal ini didasarkan pada hasil percobaan bahwa epitel ovarium mengandung
reseptor androgen. Dalam percobaan in-vitro, androgen dapat menstimulasi
pertumbuhan epitel ovarium normal dan sel-sel kanker ovarium.
Sedangkan jika kita meninjau dari etiologi yang kemungkinan berasal dari faktor
resiko yang dapat memicu terjadinya, antara lain:
1. Masalah infertilitas atau nuliparitas
2. Usia >50 tahun
3. Pajanan terhadap asbes dan bedak.
4. Riwayat kanker payudara atau kanker rahim
5. Riwayat kanker ovarium pada keluarga (genetik)
6. Diet tinggi lemak jenuh
7. Mutasi gen BRCA (Breast Cancer) 1 dan BRCA 2

2.4 Patofisiologi Neoplasma Ovarium Kistik


2.4 Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil
yang disebut Folikel de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan
diameter lebih dari 2.8 cm akan melepaskan oosit mature. Folikel yang rupture akan
menjadi korpus luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5 – 2 cm dengan
kista ditengah-tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan
mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif. Namun bila terjadi fertilisasi,

10
korpus luteum mula-mula akan membesar kemudian secara gradual akan mengecil
selama kehamilan.
Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional
dan selalu jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang kadang-kadang disebut
kista theca-lutein. Kista tersebut dapat distimulasi oleh gonadotropin, termasuk FSH
dan HCG. Kista fungsional multiple dapat terbentuk karena stimulasi gonadotropin
atau sensitivitas terhadap gonadotropin yang berlebih. Pada neoplasia tropoblastik
gestasional (hydatidiform mole dan choriocarcinoma) dan kadang-kadang pada
kehamilan multiple dengan diabetes, HCg menyebabkan kondisi yang disebut
hiperreaktif lutein. Pasien dalam terapi infertilitas, induksi ovulasi dengan
menggunakan gonadotropin (FSH dan LH) atau terkadang clomiphene citrate, dapat
menyebabkan sindrom hiperstimulasi ovari, terutama bila disertai dengan pemberian
HCG.
Kista neoplasia dapat tumbuh dari proliferasi sel yang berlebih dan tidak
terkontrol dalam ovarium serta dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasia yang ganas
dapat berasal dari semua jenis sel dan jaringan ovarium. Sejauh ini, keganasan paling
sering berasal dari epitel permukaan (mesotelium) dan sebagian besar lesi kistik
parsial. Jenis kista jinak yang serupa dengan keganasan ini adalah kistadenoma serosa
dan mucinous. Tumor ovari ganas yang lain dapat terdiri dari area kistik, termasuk
jenis ini adalah tumor sel granulosa dari sex cord sel dan germ cel tumor dari germ sel
primordial. Teratoma berasal dari tumor germ sel yang berisi elemen dari 3 lapisan
germinal embrional; ektodermal, endodermal, dan mesodermal.
Endometrioma adalah kista berisi darah dari endometrium ektopik. Pada sindroma
ovari pilokistik, ovarium biasanya terdiri folikel-folikel dengan multipel kistik
berdiameter 2-5 mm, seperti terlihat dalam sonogram. Kista-kista itu sendiri bukan
menjadi problem utama dan diskusi tentang penyakit tersebut diluar cakupan artikel
ini.

11
Pathway

12
2.5 Manifestasi Klinis
Hal-hal yang menjadi tanda dan gejala yang sering muncul pada kasus kanker
ovarium adalah:
1. Pada beberapa kasus penyakit ini sering tidak tanpa gejala.
2. Kembung, perasaan penuh dan berat pada perut,
3. Peningkatan ukuran perut (asites).
4. Nyeri pelvis atau abdomen bagian bawah.
5. Sulit makan, mual muntah atau merasa cepat kenyang.
6. Tekanan dubur dan kandung kemih sehingga urgensi atau sering berkemih dan
bisa juga sulit berkemih. juga nyeri saat BAB dan BAK.
7. Untuk stadium lanjut ditemukan perubahan pola buang air besar atau
permasalahan pencernaan dan penurunan berat badan yang drastis.
8. Nyeri saat menstruasi, nyeri saat BAB BAK juga saat berhubungan seksual
9. Nyeri pada punggung bawah atau panggul yang menetap atau kambuhan
terkadang bisa menjalar sampai paha dan kaki.
10. Siklus menstruasi tidak teratur, bisa disertai jumlah darah yang keluar banyak.
11. Pengerasan pada payudara.

1.6 Komplikasi
Menurut manuaba ( 1998:417 ) komplikasi dari kista ovarium yaitu :
1. Asites atau gejala sindrome perut akut akibat perputaran tangkai tumor yang
mendadak hingga menimbulkan nyeri abdomen.atau gangguan peredaran darah
2. Perdarahan intra tumor

Perdarahan menimbulkan gejala klinik nyeri abdomen mendadak dan memerlukan


tindakan yang cepat.

3. Infeksi pada tumor yang menimbulkan gejala: badan panas, nyeri pada abdomen.
4. Robekan dinding kista
Pada torsi tangkai ada kemungkinan terjadi robekan sehingga isi kista tumpah
kedalam rungan abdomen.
Menurut Powell, komplikasi pada pasien dengan kista ovarium yaitu :

1. Torsi

Putaran kista yang biasanya searah dengan jarum jam dapat berputar sedikit atau
terjadi beberapa putaran. Akan timbul gangguan peredaran darah yang disebabkan

13
oleh torsi yang mengenai susunan vena sehingga kista berwarna kebiruan, dalam
keadaan ekstrim arteri juga akan terjepit. Torsi kadang-kadang disertai rasa nyeri
yang hebat dan terus menerus tetapi kadang pula nyeri hanya sementara.

2. Ruptur Kista

Hal ini jarang terjadi tetapi tidak menutup kemungkinan dapat terjadi secara
spontan atau oleh karena trauma. pada keduanya disertai gejala sakit, anoreksia,
nausea, dan muntah-muntah. Ruptur kista ini dapat membahayakan karena
penyebaran isi kista dalam ruang abdomen yang akan segera dibentuk cairan baru
oleh sel-sel di peritonium, sehingga akhirnya menyebabkan kematian.

3. Suppurasi dari Kista

Peradangan kista dapat terjadi setelah torsi atau dapat pula berdiri sendiri yaitu
secara hematogen atau limfogen.

4. Perubahan Keganasan pada Kistadenoma Serosum

Perbedaan histologi yang benigna dan maligna sukar ditentukan, tetapi suatu hal
yang nyata bahwa pada jenis ini lebih sering terjadi perubahan sifat dari jinak
menjadi ganas yaitu kurang lebih 25 %. Biasanya lebih sering terjadi pada usia
sebelum menarche dan pada usia diatas 45 tahun

1.7 Pemeriksaan Diagnostik


1. Laboratorium
a. Uji asam deoksiribonukleat mengindikasikan mutasi gen yang diwariskan.
b. Pemeriksaan laboratorium terhadap penanda tumor (Seperti antigen karsinoma
ovarium, antigen karsinoembrionik, dan HCG) menunjukkan abnormalitas
yang dapat mengindikasikan komplikasi.
2. Pencitraan: USG abdomen, CT scan, atau ronsen menunjukkan ukuran tumor.
3. Prosedur Diagnostik: Aspirasi cairan asites dapat menunjukkan sel yang tidak
khas.
4. Pemeriksaan Lain: Laparotomi eksplorasi, termasuk evaluasi nodus limfe dan
reseksi tumor, dibutuhkan untuk diagnosis yang akurat dan penetapan stadium.
Adapun pemeriksaan penunjang yang dilakukan menurut (Wiknjosastro, dkk 2008)
diantaranya:
1. Laparaskopi

14
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah tumor berasal
dari ovarium atau tidak, dan untuk menentukan silat-sifat tumor itu.
2. Ultrasonografi
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor apakah tumor
berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing, apakah tumor kistik atau
solid, dan dapatkah dibedakan pula antara cairan dalam rongga perut yang bebas
dan yang tidak.
3. Foto Rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks. Selanjutnya, pada
kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat gigi dalam tumor. Penggunaan foto
rontgen pada pictogram intravena dan pemasukan bubur barium dalam colon.
4. Parasentesis
Telah disebut bahwa fungsi pada asites berguna menentukan sebab asites. Perlu
diingatkan bahwa tindakan tersebut dapat mencemarkan cavum peritonei dengan
kista bila dinding kista tertusuk.
5. Pap smear
Untuk mengetahui displosia seluler menunjukan kemungkinan adaya kanker/kista.

1.8 Penatalaksanaan Medis dan Prinsip Keperawatan


1. Medis
Pengobatan pada pasien dengan diagnosa medis neoplasma ovarium kistik
dalam klasifikasi besar biasanya adalah pengangkatan melalui tindakan
pembedahan. Jika ukuran lebar kista kurang dari 5 cm dan tampak terisi oleh
cairan atau fisiologis pada pasien muda yang sehat, kontrasepsi oral dapat
digunakan untuk menekan aktivitas ovarium dan menghilangkan kista.
2. Prinsip Keperawatan
Pada prinsipnya yang harus dilakukan perawata adalah tindakan keperawatan
dalam bentuk asuhan yang holistik dan sesuai dengan prioritas masalah. Pada
kasus diagnosa medis neoplasma ovarium kistik yang dilakukan perawat adalah
melakukan pengamatan terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada klien.
Perawatan pasca operatif serupa dengan perawatan post-op abdomen.
Penurunan tekanan intra abdomen yang dilakukan oleh pengangkatan kista besar
biasanya mengarah pada distensi abdomen yang berat, komplikasi ini dapat
dicegah dengan pemakaian gurita abdomen yang ketat.

15
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pengkajian
3.1.1 Data Fokus
1. Identitas Klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama dan
alamat, serta penanggung jawab
2. Keluhan Utama
Pada pasien dengan diagnosa neoplasma ovarium kistik biasanya
keluhan utama yang dirasa adalah nyeri pada daerakh perut dan massa di
daerah abdomen, menstuasi yang tidak berhenti-henti.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Keluhan yang dirasakan klien nyeri pada daerah abdomen bawah, ada
pembesaran perut dan pembengkakan pada daerah perut, menstruasi yang
tidak teratur dan tidak kunjung berhenti, rasa mual muntah.
4. Riwayat Kesehatan Dahulu
Sebelumnya tidak ada keluhan, tetapi pada riwayat kebiasaan terkait
siklus menstuasi biasanya terdapat data keluhan nyeri saat haid
(digumenorhea dan bahkan sampai amenorhea) sering muncul pada
anamnesa kesehatan dahulu.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pada keluarga adakah yang mengalami penyakit sistemik hereditas
seperti diabetes melitus, hipertensi ataupun riwayat kanker dan riwayat
penyakit menular.
6. Data Sosial
Neoplasma ovarium kistik dapat terjadi pada semua golongan
masyarakatdan berbagai tingkat umur, baik sebelum pubertas ataupun
setelah menopouse.
7. Data Spiritual dan Psikologi
Kecenderungan memandang penyakit dalam keyakinan umat
beragama, gangguan psikologi mungkin muncul terkait dengan ovarium
merupakan bagian dari organ reproduksi wanita yang paling penting
dimana ovarium sebagai penghasil ovum atau sel telur, menginggat fungsi

16
ovarium tersebut sementara mengalami gangguan dan masalah maka
psikologi mental klien cenderung terganggu was-was terhadap ancaman
kemandulan.
8. Pola Daily Aktivity
Biasanya klien dengan neoplasma ovarium kistik mengalami gangguan
dalam beraktvitas dan tidur karena nyeri.
Seringkali untuk tanda-tanda kembung, peningkatan ukuran perut, sulit makan
atau merasa cepat kenyang dan sering berkemih merupakan tanda-tanda yang
samar dan tidak terdeteksi oleh dokter. Untuk memperjelas diagnosis dapat
dilakukan pemeriksaan fisik yakni :
- Deteksi massa adneksa pada pemeriksaan panggul.
- Pada tingkat lanjut ditemukan massa panggul imobil berukuran besar,
asites yang terasa tegang, dan lingkaran usus yang melekat.
3.1.2 Pemeriksaan Fisik Head To Toe
a. Kepala
- Kebersihan rambut dan keadaan rambut : adanya ketomb, parasit, scar,
hematom, benjolan pada kulit rambut, distribusi rambut merata atau
tidak, adanya kerontokan rambut, warna teksture rambut,
b. Mata
- Sklera ikterik/tidak
- Konjungtiva anemis/ tidak
- Mata simetris/tidak
c. Leher
- Distensi kelenjar tyroid dan vena jugularis, warna, teksture dan ada
tidaknya scar hematome atau benjolan lain pada kulit leher.
d. Dada
- Jenis, pola, frekuensi pernafasan
- Inspeksi pergerakan dinding dada atau penarikan sela iga,
kesimetrisan, kondisi kulit dan penggunaan otot bantu nafas
- Auskultasi suara paru adakah suara tambahan
- Palpasi taktil premitus, permukaan dada
e. Abdomen
- Nyeri tekan dan lepas disetiap kuadran abdomen
- Teraba massa abdomen

17
- Terkadang tampak benjolan, dan warna kulit abnormal
- Ukuran abdomen abnormal, lingkar perut abnormal
f. Ekstremitas
- Nyeri ekstremitas bawah pada panggul, punggung bawah, paha dan
kaki pada saat beraktivitas
- Terkadang disertai kelemahan atau penurunan tonus otot
g. Eliminasi
- Adanya konstipasi
- Adanya urgensi urine dan kesulitan berkemih

3.2 Diagnosa
Pre-Operasi
1. Nyeri berhubungan dengan adanya massa intra abdomen ditandai dengan gejala
klinis nyeri pelvis/ nyeri abdomen bawah, nyeri menstruasi, nyeri punggung yang
menjalar.
2. Ansietas berhubungan dengan, kurang pengetahuan dan informasi prosedure
tindakan penatalaksanaan medis ditandai dengan kecemasan sebelum
(pembedahan dan pemeriksaan diagnostik)
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan proses perjalanan penyakit, ditandai dengan
manifestasi klinis penyakit seperti sulit makan atau merasa kenyang,
permasalahan pencernaan, batasan nutrisi dan penurunan berat badan drastis.
4. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan ruptur ovarium ditandai dengan
akumulasi cairan kista pada intra abdomen (Asites dan perubahan ukuran lingkar
abdomen).

Post-Operasi
1. Risiko pendarahan berhubungan dengan risiko komplikasi intra peritonia,
komplikasi torsi hingga ruptur kista, ditandai dengan gejala peritonitis, jumlah
darah yang banyak keluar pada siklus menstruasi, perdarahan intra tumor.
2. Risiko konstipasi berhubungan dengan prognosis penyakit dan efek anestesi
ditandai dengan nyeri saat BAB, kembung, perubahan pola eliminasi fekal.
3. Risiko Infeksi berhubungan dengan post de entri luka insisi pasca bedah
(Ooverektomi) ditandai dengan suppurasi kista dan tanda-tanda infeksi sekitar
luka.

18
3.3 Intervensi
No. Diagnosa keperawatan Intervensi Rasional
DX NIC & Dongoes
1. Nyeri b.d massa intra Pain Management
abdomen d.d nyeri Mandiri
pelvis/abdomenbawah, 1. Kaji keluhan nyeri 1. Mengidentifikasi
nyeri menstruasi, nyeri (lokasi, durasi, derajat
punggung. frekuensi, kualitas, ketidaknyamanan dan
Tujuan NOC: intensitas skala 0-10) kebutuhan analgesik.
Setelah dilakukan 2. Observasi petunjuk 2. Mimik meringis dan
asuhan keperawatan verbal non-verbal dari suara rintihan
selama 3x24 jam ketidaknyamanan. menandakan
diharapkan nyeri penahanan rasa nyeri.
berkurang. 3. Ajarkan tehnik nafas 3. Meningkatkan
- Pain Level dalam dan menejemen relaksasi, dan
- Pain Control nyeri dan pengalihan meningkatkan
- Comport Level imajinasi kemampuan kopping
Kriteria Hasil: situasional.
- Ekspresi menunjukkan 4. Bantu pasien 4. Posisi bisa menjadi
penurunan rasa nyeri. menemukan posisi faktor predisposisi
- Tampak rileks dan nyaman. timbulnya nyeri.
mampu istirahat Posisi terlungkup
dengan tenang. meningkatkan
- Kooperatif dalam intensitas nyeri
upaya intervensi pain abdomen.
control Kolaborasi
nonfarmakologi. 5. Beri analgesik sesuai 5. Analgetik relatif
- Melaporkan bahwa indikasi dan program. meredakan nyeri yang
nyeri berkurang tidak tertahan.
- TTV dalam batas
normal.
2. Ansietas b.d defisit Anxiety Reduction
pengetahuan dan Mandiri

19
paparan informasi 1. Sediakan waktu 1. Menyediakan
prosedure medis d.d kunjungan personil informasi untuk
kecemasan pre-op dan bedah, diskusi strategi perawatan
pre-prosedur tindakan antisipasi predisposisi intraoperasi
pemeriksaan klien merasa cemas. formulatif dan
diagnostik meredakan keresahan.
Tujuan NOC: 2. Identifikasi dan 2. Mengetahui alasan
Setelah dilakukan asuhan evaluasi tingkat dan faktor penyebab
keperawatan selama anxiety, yang klien cemas. Respon
3x24 jam diharapkan mengharuskan verbal dan non-verbal
cemas penundaan prosedure seperti menangis
terkontrol/berkurang. bedah, catat respon menunjukkan suasana
- Anxiety Reduction verbal non-verbal dan psikologi. Rasa takut
- Control Copyng dorong ekspresi bebas yang berlebihan den
Kriteria Hasil: emosi. terus menerus
- Ekspresi menunjukkan mengakibatkan reaksi
penurunan tingkat stress, risiko potensial
nyeri. dari pembalikan
- Tampak rileks dan reaksi terhadap
mampu istirahat anestesi.
dengan tenang. 3. Beri informasi aktual 3. Mengetahui apa yang
- Kooperatif dalam mengenai diagnosis diharapkan dapat
upaya intervensi dan tindakan menurunkan tingkat
control anxiaty dan prognosis sesuai cemas, mengurangi
Control Copyng batasan profesi (jenis rasa takut bila klien
(pernyataan kesadaran & efek anestesi) berfikir “melihat”
terhadap prosedur bedah.
perasaan&cara sehat 4. Dorong keluarga 4. Keluarga memiliki
menghadapi masalah) untuk menenangkan kedekatan lebih
klien. dalam dan diharapkan
dapat membantu
memberi dorongan
semangat kepada

20
klien.
5. Lakukan back and 5. Memberi suasana
neck rub. nyaman secara
fisiologis
6. Dorong pasien untuk 6. Asumsi positif klien
berfikir positif melalui akan membuat
pendekatan kondisi psikologi
komunikasi terapeutik. klien normal dan
terhindar dari
guncangan.
3. Defisit nutrisi b.d Mandiri
prognosis penyakit d.d 1. Kaji status nutrisi 1. Mengetahui
anoreksia, masalah secara kontinu, penyimpangan
digestif, batasan nutrisi etiologi keabnormalan mempengaruhi
dan penurunan BB. status nutrisi. pilihan intervensi.
Tujuan NOC: 2. Pantau intake 2. Mengidentifikasi
Setelah dilakukan asuhan makanan, jumlah ketidakseimbangan
keperawatan selama kalori dan riwayat antara perkiraan
3x24 jam diharapkan makanan per 24 jam. kebutuhan nutrisi.
pasien menunjukkan 3. Kaji fungsi GI dan 3. Gangguan GI bisa
perbaikan nutrisi. toleransi pemberian menjadi etiologi klien
Kriteria Hasil makan. enggan makan.
- Peningkatan BB 4. Anjurkan klien makan 4. Mengupayakan intake
- Tidak ada tanda-tanda sedikit tapi sering. tetap masuk.
malnutrisi
- Hasil Lab. normal Kolaborasi
1. Rujuk pada ahli gizi 1. Membantu dalam
identifikasi defisit
nutrisi dan kebutuhan
terhadap intervensi
nutrisi
parenteral/enternal.
4. Gangguan perfusi Mandiri

21
jaringan b.d ruptur 1. Inspeksi kondisi 1. Mengenal gangguan
ovarium d.d akumulasi abdomen, identifikasi fungsi gangguan
cairan intra abdomen. tanda in-adekuat perfusi jaringan
Tujuan NOC: perfusi jaringan sekitar sekitar abdomen.
Setelah dilakukan asuhan abdomen.
keperawatan selama 2. Ukur TTV. 2. Indikator
3x24 jam diharapkan keadekuatan
perfusi jaringan klien sirkulasi.
adekuat. 3. Ukur Intake Output 3. Untuk mengetahui
Kriteria Hasil haluaran cairan, catat pengeluaran
- TTV dalam rentang karakteristik, jumlah, akumulasi cairan GI
normal. warna output cairan. akibat etiologi
- Menunjukkan diagnosa
perbaikan sirkulasi. keperawatan.
- Hasil pemeriksaan 4. Ukur lingkar perut. 4. Mengidentifikasi
abdomen dalam akibat lanjutan dari
kondisi normal. akumulasi cairan
(risiko asites)
Kolaborasi
1. Beri terapi diuretik 1. Diuretik untuk
sesuai indikasi dan membantu membuang
program dokter cairan berlebih pada
abdomen
2. Diskusikan intervensi 2. Mencari alternatif
lain dengan dokter. prosedur medis yang
mungkin dilakukan.
5. Risiko pendarahan b.d Mandiri
risiko komplikasi d.d 1. Beri kalung 1. Es mengakibatkan
perdarahan post-op es/kompres dingin vasokontriksi vaskuler
Tujuan NOC: disekitar area operasi sehingga menekan
Setelah dilakukan asuhan risiko pendarahan
keperawatan selama 2. Anjurkan konsumsi es 2. Batuk menyebabkan
1x24 jam diharapkan cream. penekanan pada

22
perdarahan dapat vaskuler sehingga
diminimalkan. mempertinggi
Kriteria Hasil perdarahan
- TTV dalam rentang 3. Pantau tanda-tanda 3. Meningkatkan
normal. terjadinya perdarahan, kewaspadaan kesiapan
- Tidak ada tanda-tanda jika ada segera penanganan.
perdarahan/menunjukk laporkan
an perdarahan
berkurang. Kolaborasi
1. Beri anti perdarahan 1. Farmakologi anti
(misal:vit K) sesuai perdarahan efektif
indikasi dan program. mencegah perdarahan
bila tidak ada
kontaindikasi.
6. Risiko konstipasi b.d Mandiri
efek anestesi ditandai 1. Auskultasi bising usus 1. Kembalinya fungsi
dengan nyeri saat BAB, GI mungkin
kembung, perubahan terlambat oleh efek
pola eliminasi fekal. depresan dari
Tujuan NOC: anestesi, inflamasi
Setelah dilakukan asuhan intaperitoneal.
keperawatan selama 2. Observasi feses, 2. Indikator kembalinya
1x24 jam diharapkan konsistensi, dan fungsi GI,
terhindar/teratasinya jumlah bila ada mengidentifikasikan
konstipasi dan pola defekasi. ketepatan intervensi
fungsi usus kembali 3. Anjurkan klien 3. Menurunkan risiko
normal. mengonsumsi iritasi dan membantu
Kriteria Hasil makanan yang tidak memperlancar
- Bising usus dalam mengiritasi dan defekasi
rentang normal. makanan kaya serat.
- Pola defekasi normal.
Kolaborasi
1. Berikan obat 1. Obat pencahar

23
pencahar, supositora mungkin diperlukan
sesuai indikasi dan untuk merangsang
program peristaltik usus
dengan evakuasi
feses.
7. Risiko Infeksi b.d post Infection control
de entri luka insisi pasca Mandiri
bedah d.d tanda infeksi 1. Kaji dan observasi 1. Deteksi dini
(kemeraha, pus, berbau kondisi luka insisi. terjadinya infeksi.
dll) sekitar luka. 2. Ukur TTV 2. Keabnormalan suhu
Tujuan NOC: dan TTV
Setelah dilakukan mengindikasikan
asuhan keperawatan adanya peradangan
selama 3x24 jam dan infeksi.
diharapkan tidak terjadi 3. Lakukan perawatan 3. Meminimalkan
infeksi. luka prinsip aseptik. kesempatan
- Immune Statue introduksi bakteri.
- Knowledge : Infection
Control
- Risk control
Kriteria Hasil Kolaborasi
- Tidak menunjukkan 1. Beri antibiotik sesuai 1. Antibiotik dapat
tanda-tanda infeksi. indikasi dan program mencegah sekaligus
- Suhu tubuh dalam dokter. membunuh kuman
rentang normal. penyakit untuk
berkembang biak

3.4 Evaluasi
1. Klien tampak menunjukkan kenyamanan dan nyeri yang berkurang
2. Klien tampak menunjukkan berkurangnya rasa cemas dan menunjukkan sistem
coppyng yang matur
3. Klien menunjukkan adanya perbaikan nutrisi

24
4. Perfusi jaringan klien adekuat dengan penurunan volume akumulasi cairan
abnormal dalam abdomen.
5. Klien tidak mengalami pendarahan, pendarahan dalam intensitas ringan dapat
ditangani.
6. Masalah konstipasi klien teratasi, pola defekasi kembali normal.
7. Klien terhindar dari risiko infeksi dan keadaan luka insisi post-operasi membaik.

25
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari pembahasan pada BAB 2 dan 3 dapat ditarik kesimpulan:
Neoplasma ovarium kistik merupakan tumor dengan histiogenesis yang beraneka
ragam, dapat berasal dari ketiga dermoblast (ektodermal, endodermal, mesodermal)
dengan sifat-sifat histiologis maupun biologis yang beraneka ragam. Penyebab pasti
dari penyakit ini sebagian idiopatik dan sebagian lagi masih berupa asumsi para ahli.
Neoplasma ovarium Kistik dapat mengganas per intraperitoneum melalui
pertambahan ukuran setempat atau penyebaran benih permukaan, dan terkadang
melalui aliran limfe dan aliran darah. Metastasis ke ovarium dapat terjadi dari kanker
payudara, kolon, lambung, dan pankreas.

4.2 Saran
Terlambatnya diagnosa Neoplasma ovarium kistik karena tanda dan gejala yang
samar-samar membuat penyakit ini disebut silent killer. Namun kita dapat mencegah
terjadinya penyakit neoplasma ovarium kistik menjalankan pola hidup yang bersih
dan sehat. Selain itu, dengan menambah khasanah ilmu pengetahuan sehingga dapat
segera mengambil tindakan dengan memeriksakan kesehatan.
Untuk pasien kista ovarium perlu adanya bantuan keluarga dalam daily aktivity
pasca operasi dan dianjurkan miring kanan, miring kiri untuk menghindari risiko
aspirasi.

26
DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth.2003. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8 volume 2.
Jakarta:EGC
Depkes. RISKESDAS. 2008. Profil Kesehatan Indonesia 2008. Jakarta: Depkes RI
Dongoes, Moorhouse & Geissler. 2012. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien/Editor Editor, T. Heater
Herdman; Alih bahasa I Made Kariasa & Ni Made Sumarwati; Editor Edisi
Bahasa Indonesia, Monica Ester & Yasmin Asih, Jakarta: 2012
Lowdermil, Perta. 2005. Maternity Woman’s Health Care. Seventh edit.
Manuaba. 2008. Ilmu kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana.
Jakarta:EGC.
NANDA International. 2012. Diagnosis Keperawatan: Definisi, dan Klasifikasi 2012-
2014/Editor, T. Heater Herdman; Alih bahasa, Ni Made Sumarwati & Nike Budhi
Subekti; Editor Edisi Bahasa Indonesia, Barrah Barrid, Monica Ester, dan Wuri
Praptani, Jakarta: EGC
Price, Sylvia A. (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit edisi 6 volume
2.Jakarta:EGC
Winknjosastro, Hanifa.2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

27

Anda mungkin juga menyukai