Buku Petunjuk Praktikum Pharm Care 2018
Buku Petunjuk Praktikum Pharm Care 2018
disusun oleh:
Dr. Rita Suhadi, M.Si., Apt.
Christianus Heru Setiawan, M.Sc., Apt.
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
1
I. Tata Tertib Praktikum
II. Penilaian
Perilaku Praktikum 20%
Kegiatan Praktikum 30% (rincian seperti dalam RPS)
Pretest-postest 20%
Responsi 30%
2
RPS PRAKTIKUM PHARMACEUTICAL CARE
Urutan Praktikum dapat berubah dan akan diinformasikan sebelum praktikum.
3
6 Mampu mencari Critical Latihan Ketepatan dan 10% Web terkait
(3 jp) sumber referensi Appraisal Pencarian ketelitian
dan melakukan (EBM) sumber mencari dan
evaluasi sumber Continuning informasi mengevaluasi
referensi tersebut Pharmacist melalui sumber
untuk Education Pubmed referensi
pemanfaatan
klinis CA terapi Ketepatan
dalam
Mampu Latihan pelaksanaan
melaksanakan mendapat SKP pembelajaran
pembelajaran on-line dan berkelanjutan
berkelanjutan tracker
on-line
7 Mampu Medication Latihan kasus Ketepatan 10% Web dan
(3jp) melaksanakan Possession Simulasi menghitung Proceeding dari
evaluasi ketaatan Ratio wawancara dan dan ISPOR
terapi pasien pengumpulan mengevaluasi
untuk outcome Persistence data ketaatan pasien
therapy yang
lebih baik Medication Ketepatan
Adherence wawancara
(Morisky)
4
10 Praktikan Layanan Praktikan Ketepatan 10% DiPiro, J.T., 2008
(3 jp) memiliki Kefarmasian Di mengobservasi dalam Pharmacotherapy
pengalaman nyata Apotek dan mengobservasi
dalam praktek menjabarkan dan
pelayanan penyelesaian 3 menjabarkan
kefarmasian klinis kasus riil di penyelesaian 3
di apotek baik apotek terkait kasus riil di
swamedikasi swamedikasi. apotek terkait
maupun swamedikasi.
pelayanan resep. Praktikan
2.Praktikan mengobservasi
mampu bersikap dan
kritis, empati, dan menjabarkan
bertanggungjawab penyelesaian 2
dalam pelayanan kasus riil di
resep kepada apotek terkait
pasien. pelayanan
resep.
5
ASISTENSI
Tujuan:
1. Mahasiswa mengetahui kegiatan yang dilalui selama 1 semester;
2. Mahasiswa mengatehui sistem penilaian dan tugas-tugas.
3. Mahasiswa dapat lancar mengikuti praktikum dan mendapatkan manfaat dari praktikum
ini.
6
BAB 1. ISTILAH MEDIS
Tujuan:
Mahasiswa dapat menterjemahkan beberapa istilah sederhana dari jurnal kesehatan dan dapat
menjelaskan teknik pemenggalan istilah medis.
Materi Praktikum
7
8
9
Singular-Plural Noun dalam Istilah Medis
10
FORM KERJA ISTILAH MEDIS (PRINT)
11
BAB 2. PENGENALAN ALAT KESEHATAN
Tujuan:
Mahasiswa mengenali (menyebutkan) beberapa alat yang digunakan di RS dan manfaatnya dari
alat nyata dan foto/gambar.
Kegiatan:
Mahasiswa mempelajari dan berdiskusi mengenai manfaat alat-alat yang selama 1 jam di akhiri
dengan post-test.
Mahasiswa menyaksikan dan mencatat tahap-tahap penggunaan nebulizer.
Catheter
Foley No
14; 16; 18; 8
12
Transfusion
Set
Single blood
bag with
transfusion
set
IV Canula
Syringe
Insulin
0.5ml/1ml
Torniquet
13
Thermo-
meter
infrared
Stetoscope
Nebulizer
Mercury
Sphygmoma
nometer
14
MERCURY
BP
CUFF+BUL
B+LATEX+
VALVE 1
SET
Sphygmoma
nometer
Pegas
Walkiing
Stick
15
Walking
flame
Wheel Chair
Common
chair
16
Bedpen
Urinal
Hot Water
Bag
(WWZ)
ECG Paper
17
Cat gut
2/0;3/0;4/0
Gauze
bandage
5 cm; 10 cm
Vaginal
Specurum
Size S;M
USG Gel
18
Wooden
Tongue
Nylon with
needle
Silk with
needle
2/0
3/0
4/0
Computeriz
ed syringe
infusion
pump
19
Infusion
pump
Infusion
Lancet
Vaccum
tube
20
Instrument
tray + tutup
Needle
holder
Gunting
Bandage
Gunting
Forcep
Laryngosco
pe
Balloon
catheter
21
22
23
24
JENIS ALAT NAMA CARA PAKAI
5. tutup kembali
turbuhaler
6. Kumur
25
Inhaler 1. Lepaskan tutup
2. Kocok
INHALER dan
pegang inhaler
3. Keluarkan
nafas dan pegang
posisi yang benar
letakan mouthpiece
diantara gigi jangan
digigit dan tarik
nafas
4. Sedot dan
Tekan telunjuk
5. Tahan nafas
6. Tutup
7. kumur
26
Diskus inhaler 1. Buka diskus
dengan
mendorong
thumb grip ke
kanan hingga
bunyi klik
2. Dorong tuas
hingga bunyi
klik, lihat dose
counternya
3. Hisap dengan
cepat dan
dalam
4. berkumur
Peakflowmeter 1. memastikan
sliding marker
Mengetahui keadaan asma berada di angka
apakah telah terkendali dan 0
stabil 2. berdiri tegak,
Tarik nafas
dalam-dalam
3. letakkan peak
flow meter ke
mulut dan tiup
nafas
sekencang
mungkin
hingga tidak
ada lagi udara
4. perhatikan
angka
5. Ulangi 3 kali
catat angka
tertinggi
6. Lakukan setiap
hari
27
BAB 3. LAB FINDINGS
Tujuan:
Mahasiswa mengintrepetasi keadaan pasien berdasarkan temuan hasil lab
Kegiatan:
Mengintepretasikan keadaan pasien berdasarkan hasil temuan lab pada kasus yang ada.
Materi:
Hasil tes sering ditafsirkan dalam kaitannya dengan kondisi pasien. Sangat penting untuk
membuat keputusan tentang tes medis dan hasil lab untuk hasil yang sehat melalui perawatan
yang berpusat kepada pasien.
Praktikum ini menjelaskan efek dari penyakit pada struktur organ tubuh, baik secara keseluruhan
dan mikroskopis.
HB (HEMOGLOBIN)
Hemoglobin adalah molekul di dalam eritrosit (sel darah merah) dan bertugas untuk mengangkut
oksigen. Kualitas darah dan warna merah pada darah ditentukan oleh kadar Hemoglobin.
Nilai normal Hb :
Wanita 12-16 gr/dL
Pria 14-18 gr/dL
Anak 10-16 gr/dL
Bayi baru lahir 12-24gr/dL
Penurunan Hb terjadi pada penderita :
• anemia penyakit ginjal,
• pemberian cairan intra-vena (misalnya infus) yang berlebihan.
• Selain itu dapat pula disebabkan oleh obat-obatan tertentu seperti antibiotika, aspirin,
antineoplastik (obat kanker), indometasin (obat antiradang).
Peningkatan Hb terjadi pada pasien :
• dehidrasi,
• penyakit paru obstruktif menahun (COPD),
• gagal jantung kongestif, dan luka bakar.
• Obat yang dapat meningkatkan Hb yaitu metildopa (salah satu jenis obat darah tinggi) dan
gentamicin
TROMBOSIT (PLATELET)
Trombosit adalah komponen sel darah yang berfungsi dalam proses menghentikan perdarahan
dengan membentuk gumpalan.
Penurunan sampai di bawah 100.000 permikroliter (Mel) berpotensi terjadi perdarahan dan
hambatan permbekuan darah.
28
Jumlah normal pada tubuh manusia adalah 200.000-400.000/Mel darah. Biasanya dikaitkan
dengan penyakit demam berdarah.
HEMATOKRIT (HMT)
Hematokrit menunjukkan persentase zat padat (kadar sel darah merah, dan Iain-Iain) dengan
jumlah cairan darah.
Semakin tinggi persentase HMT berarti konsentrasi darah makin kental. Hal ini terjadi karena
adanya perembesan (kebocoran) cairan ke luar dari pembuluh darah sementara jumlah zat padat
tetap, maka darah menjadi lebih kental.Diagnosa DBD (Demam Berdarah Dengue) diperkuat
dengan nilai HMT > 20 %.
Nilai normal HMT :
Anak 33 -38%
Pria dewasa 40 – 48 %
Wanita dewasa 37 – 43 %
Penurunan HMT terjadi pada pasien yang mengalami kehilangan darah akut (kehilangan darah
secara mendadak, misal pada kecelakaan), anemia, leukemia, gagal ginjal kronik, mainutrisi,
kekurangan vitamin B dan C, kehamilan, ulkuspeptikum (penyakit tukak lambung).
Peningkatan HMT terjadi pada dehidrasi, diare berat,eklampsia (komplikasi pada kehamilan),
efek pembedahan, dan luka bakar, dan Iain-Iain.
ERITROSIT
Sel darah merah atau eritrosit berasal dari Bahasa Yunani yaitu erythros berarti merah dan kytos
yang berarti selubung. Eritrosit adalah jenis se) darah yang paling banyak dan berfungsi
membawa oksigen ke jaringan tubuh. Sel darah merah aktif selama 120 hari sebelum akhirnya
dihancurkan. Pada orang yang tinggal di dataran tinggi yang memiliki kadar oksigen rendah
29
maka cenderung memiliki sel darah merah lebih banyak.
Nilai normal eritrosit :
Pria 4,6 – 6,2 jt/mm3
Wanita 4,2 – 5,4 jt/mm3
KREATININ
Merupakan produk akhir metabolisme kreatin otot dan kreatin fosfat (protein) diproduksi dalam
hati. Ditemukan dalam otot rangka dan darah, dibuang melalui urin. Peningkatan dalam serum
tidak dipengaruhi oleh asupan makanan dan cairan.
Nilai normal dalam darah :
Pria 0,6 – 1,3 mg/dl
Wanita 0,5 – 0,9 mg/dl
Anak 0,4 -1,2 mg/dl
Bayi 0,7 -1,7 mg/dl
Bayi baru lahir 0,8 -1,4 mg/dl
Peningkatan kreatinin dalam darah menunjukkan adanya penurunan fungsi ginjal dan penyusutan
massa otot rangka. Hal ini dapat terjadi pada penderita gagal ginjal, kanker, konsumsi daging
sapi tinggi, serangan jantung. Obat-obatan yang dapat meningkatkan kadar kreatinin nyaitu
vitamin C, antibiotik golongan sefalosporin,aminoglikosid, dan Iain-Iain.
30
Prosedur Kerja:
Mahasiswa mendapatkan hasil lab kasus, mahasiswa diminta mengartikan hasil lab yang tidak
normal dan mencoba mengintrepetasikannya.
https://labtestsonline.org/understanding/
31
Pemeriksaan yang dibutuhkan lebih lanjut untuk menegakkan diagnosis:
32
5. Dugaan problem medik pasien:
Alasan:
33
Pemeriksaan yang dibutuhkan lebih lanjut untuk menegakkan diagnosis:
BAB 4. PHARMACOVIGILANCE
Tujuan:
34
Mahasiswa mampu melakukan monitoring efek samping obat
Kegiatan:
Simulasi kasus dimana mahasiswa diminta apakah kasus terjadi efek samping atau tidak, jika
diketahui terjadi efek samping obat apa yang harus dilakukan.
Materi:
Pharmacovigilance, juga dikenal sebagai "Keamanan Obat", adalah ilmu farmakologis yang
berkaitan dengan pengumpulan, deteksi, penilaian, pemantauan, dan pencegahan efek samping
produk farmasi. Program ini dilakukan secara berkesinambungan untuk mendukung upaya
jaminan atas keamanan obat, sejalan pelaksanaan evaluasi aspek efikasi, keamanan dan mutu
seteleh suatu obat diberikan ijin edar (pasca-pemasaran).
The science and activities relating to the detection, asssessment, understanding, and prevention
of adverse effects or any other drug-related problems (DRPs)
DRP meliputi: ADR/ME; kegagalan terapi; obat palsu/kualitas rendah (substandard); DI;
penggunaan obat yang salah.
Manfaat melakukan monitoring efek samping obat:
Perlindungan kepentingan pasien
Peningkatan pemahaman obat
Identifikasi reaksi baru obat yg tdk diharapkan
Identifikasi pola kejadian yang tidak diharapkan
Pharmacovigilance dapat menjadi perlindungan bagi setiap konsumen yang menggunakan obat.
Di Indonesia, pharmacovigilance ini sudah diwajibkan bagi semua industri farmasi. Hal ini
diterangkan dalam PERMENKES RI No. 1799/MENKES/PER/XII/2010 Pasal 9 dan Peraturan
BPOM RI. Setiap industri farmasi wajib melakukan pharmacovigilance, berupa pemantauan
keamanan obat tersebut di pasaran dan pelaporan adanya efek samping obat tersebut. Pelaporan
ini tentunya berasal dari konsumen, bisa jadi dari profesi kesehatan (doker, apoteker, perawat)
dan dari masyarakat secara umum. Konsumen tersebut diharapkan untuk melaporkan efek
samping yang dialaminya pada perusahaan obat yang mereka keluhkan.
OBJECTIVES
35
Students have the ability to calculate some equation and formulae for the evaluation of
cardiovascular risk, including: pulse pressure, mean arterial, indirect-LDL Cholesterol,
Cholesterol Ratio, Framingham Score, and hypertension classification.
PRACTICE MATERIAL
A. Pulse Pressure
𝑃𝑃𝑚𝑚𝐻𝑔 = 𝑆𝐵𝑃 − 𝐷𝐵𝑃 − − − (1)
Blood pressure readings are given in two numbers. The top number is the maximum pressure
your heart exerts while beating (systolic pressure), and the bottom number is the amount of
pressure in your arteries between beats (diastolic pressure). The numeric difference between your
systolic and diastolic blood pressure is called your pulse pressure. For example, if your resting
blood pressure is 120/80 millimeters of mercury (mm Hg), your pulse pressure is 40 — which is
considered a normal and healthy pulse pressure.
A high pulse pressure may be a strong predictor of heart problems and, especially for older
adults, if your pulse pressure is greater than 60 it is considered a risk factor for cardiovascular
disease. Generally, a pulse pressure greater than 40 mm Hg is abnormal. A pulse pressure lower
than 40 may mean you have poor heart function, while a higher pulse pressure may mean your
heart's valves are leaky (valve regurgitation).
http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/high-blood-pressure/expert-answers/pulse-
pressure/faq-20058189
https://www.nursingcenter.com/NCBlog/December-2011/Calculating-the-MAP
𝑆𝐵𝑃+2𝐷𝐵𝑃
𝑀𝐴𝑃 = − − − (2)
3
*1. Discussion
Compare the PP and MAP values of male and female subjects, are they significantly different?
36
𝑇𝑟𝑖𝑔𝑙𝑦𝑐𝑒𝑟𝑖𝑑𝑒𝑠
𝐿𝐷𝐿 = 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑐ℎ𝑜𝑙𝑒𝑠𝑡𝑒𝑟𝑜𝑙 − 𝐻𝐷𝐿 − − − − (3)
5
D. Cholesterol Ratio
𝐻𝐷𝐿 𝐶ℎ𝑜𝑙𝑒𝑠𝑡𝑒𝑟𝑜𝑙
𝐶ℎ𝑜𝑙𝑒𝑠𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = − − − (4)
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐶ℎ𝑜𝑙𝑒𝑠𝑡𝑒𝑟𝑜𝑙
To calculate your cholesterol ratio, divide your high-density lipoprotein (HDL, or
"good") cholesterol number into your total cholesterol number. An optimal ratio is less than 3.5-
to-1. A higher ratio means a higher risk of heart disease. Non-HDL cholesterol, as its name
implies, simply subtracts your HDL cholesterol number from your total cholesterol number. So it
contains all the "bad" types of cholesterol. An optimal level of non-HDL cholesterol is less than
130 milligrams per deciliter (mg/dL), or 3.37 millimoles per liter (mmol/L). Higher numbers
mean a higher risk of heart disease.
Your cholesterol ratio is calculated by dividing your total cholesterol by your HDL
number. For instance, if your total cholesterol is 180 and your HDL is 82, your cholesterol ratio
is 2.2. According to the American Heart Association (AHA), you should aim to keep your ratio
below 5, with the ideal cholesterol ratio at 3.5. According to Harvard Medical School, a
cholesterol ratio of 5 indicates average risk of heart disease for men. Men run double the risk for
heart disease if their ratio reaches 9.6 and have roughly half the average risk for heart disease
with a cholesterol ratio of 3.4. Because their HDL levels are often higher, women’s cholesterol
ratio risk categories differ. For women, a 4.4 ratio indicates average risk for heart disease.
Women’s heart disease risk doubles if their ratio is 7, while a ratio of 3.3 signifies roughly half
the average risk. Two people with the same total cholesterol number can have different
cholesterol ratios. The ratios indicate different levels of heart disease risk. Harvard Medical
School cites the following example: If your total cholesterol is 200 and your HDL is 60, your
cholesterol ratio would be 3.3. That’s near the AHA ideal level. However, if your HDL is 35—
below the recommended level of 40 for men and 50 for women—your cholesterol ratio would be
5.7. This ratio places you in a higher risk category. http://www.healthline.com/health-
slideshow/cholesterol-ratio
*2. Discussion
37
1. Interactive model to calculate Framingham Score to predict CVD Risk in the next 10
years of a particular patient aged from 30- 75 years old. Left: using blood cholesterol
level; Right using BMI value.
Ref: http://www.framinghamheartstudy.org/risk-functions/cardiovascular-disease/10-year-
risk.php
*3. Discussion:
a. Describe all variables impact/correlation with the Frammingham!
b. Calculate the heart vascular age and the mean diiference of the actual age with HVA! Is the
HVA of the subjects significantly different to the riil age?
c. Is the Framigham Score Model 1 and 2 significantly different?
38
F. ATP III Guidelines At-A-Glance Quick Desk Reference
39
G. Hypertension Classification
Table 1. Comparison of Recommended Blood Pressure Goal Based on JNC7, JNC8, and
ESH-ESC Guidelines
Systolic/Diastolic Blood Pressure Goal (mmHg)
Age Group
JNC71) JNC82) ESH-ESC 20133)
Younger Adult <60 y.o.:<140/90 <140/90
≥18 years old:
<140-150*/-
Elderly <140/90 ≥60 y.o.:<150/90
*>80 y.o. & not-fit
Diabetes mellitus <140/85
Chronic Kidney <130/80 <140/90
<140/90
Disease
1) The Seventh Join National Committee [Chobanian et al. 2003]
2) The Eighth Join National Committee [James et al . 2013]
3) European Society of Hypertension-European Society of Cardiology [Mancia et al. 2013]
*4. Discussion:
Classify the subjects using the 3 guidelines as hypertension or not. Is the classification different
among the guideline?
40
TOTAL/
Mean Mean Diff JNCVII JNCVIII ESC/ESH
Gender Pulse CHOL HDL Framing Framing
No Age BMI SBP DBP Arterial PULSE GDS TG HDL LDL COMOR HVA HVA - HTN=1 HTN=1 HTN=1
male=1 Press Tot Male=5 Score (a) Score (b)
Pressure Actual Age No=2 No=2 No=2
Fem=4.4
1 42 2 25.5 166 101 80 64 160 200 55 Asma
2 61 1 26.5 145 89 87 51 100 112 40 CKD
3 50 2 24.7 179 94 79 71 111 132 39 no
4 80 1 23.5 149 77 89 67 112 93 41 CKD-DM
5 69 1 22.9 140 90 86 266 113 108 44 CKD
6 67 1 24.2 190 85 91 215 117 145 47 no
7 70 2 24.2 194 94 103 317 118 152 36 DM
8 57 2 27.8 117 75 79 89 226 287 48 koles
9 40 1 27.5 167 103 81 55 129 128 52 no
10 60 2 25.1 173 87 70 47 129 138 45 no
11 48 2 23.1 121 79 111 373 130 145 50 DM
12 55 2 31.3 136 80 83 65 132 147 49 Asma
13 74 1 18.4 144 84 80 112 332 391 50 koles
14 75 1 24.1 200 95 100 128 163 244 55 OA
15 52 2 31.6 165 81 89 52 138 156 67 OA
16 65 1 24.1 164 72 102 296 145 169 56 DM-HTN
17 68 2 19.7 141 68.5 68 58 147 169 57 Asma-HF
18 65 1 23.4 152 73 78 77 348 403 69 kolester
19 40 2 27.0 151 79 91 76 152 166 40 insomnia
20 81 1 27.3 149 68 91 146 287 361 53 HF
21 32 1 26.0 198 111 86 83 288 293 53 HTN
22 57 2 31.9 187 85 140 208 291 299 55 DM-koles
23 70 2 19.0 198 99 67 75 293 322 56 koles
24 54 2 26.0 147 105 89 92 156 199 43 stroke
25 65 1 19.2 172 62 67 86 169 149 45 maag
26 75 2 24.8 158 94 95 267 163 192 50 no
27 65 2 20.7 158 88 92 295 163 230 47 no
28 52 1 30.4 117 69 84 218 165 182 55 Obes-hipo
29 48 2 23.2 146 91 101 393 390 397 64 koles
30 80 2 25.7 145 83 89 101 466 411 67 koles
41
Students Activity:
Langsung di laptop
42
BAB 6. CRITICAL APPRAISAL
(Evidence Based Medicine/Practice)
PRETEST
1. Hitung RR
2. Hitung ARR
3. Hitung NNT
43
TABLE 6-6 Number Needed to Treat and Number Needed to Harm
In this example, the clinical question is whether or not the addition of clopidogrel to the regimen
of a 65-year-old man with unstable angina who is already taking aspirin would prevent death or
coronary event. A search of published trials and presented papers at scientific meetings
uncovered only one relevant study (N Engl J Med 2001;345(7):494–502)
In the trial:
12,562 subjects with coronary syndrome were randomized to aspirin alone or aspirin
plus clopidogrel.
On average, patients were followed for 9 months.
The primary end point was to prevent cardiovascular (CV) death, myocardial infarction
(MI), or stroke.
To calculate the number needed to treat (NNT), first calculate the absolute risk reduction
(ARR). This is the absolute difference between the event rate in the control group (CER) minus
the event rate in the experimental group (EER). The NNT is the inverse of the ARR.
The trial reports that 11.47% of the aspirin-alone group (control group) had MI, stroke, or CV
death. In contrast, 9.28% of the aspirin-plus-clopidogrel group (experimental group) had these
events.
Control Event Rate Experimental Event Rate RRR = (CER – ARR = NNT =
(Aspirin-Alone (Aspirin-Plus- EER)/CER (CER – 1/ARR
Group) Clopidogrel) EER)
11.47% 9.28% 19% 2.19% 46
Thus the NNT is 46. That is, treating 46 patients with unstable angina for 9 months with aspirin
plus clopidogrel should prevent MI, stroke, or CV death in 1 patient. To balance risks against
benefits of an intervention, we can generate a similar number needed to harm to express the
risks associated to the intervention.
The trial reports that 2.7% of the aspirin-alone group had major nonfatal bleeding events
compared with 3.6% of subjects in the intervention group (aspirin plus clopidogrel).
To calculate the number needed to harm (NNH), first calculate the absolute risk increase (ARI).
This is the absolute difference between the event rate in the experimental group (EER) minus
the event rate in the control group (CER). The NNH is the inverse of the ARI.
(Continued) TABLE 6-6 Number Needed to Treat and Number Needed to Harm
44
treating 1,000 individuals with unstable angina with the combination of aspirin plus clopidogrel
would prevent 21 patients from having a stroke, MI, or CV death at the cost of 9 major nonfatal
bleeding events.
The relative risk reduction (RRR), as a measure of the magnitude of an intervention's effect, can
be misleading. It does not discriminate between large and trivial absolute differences between the
control and experimental groups. For example, an intervention may result in a 50% risk
reduction for the adverse outcome, and this amount of decrease would sound impressive to most
clinicians and patients. However, it might represent only a small difference in the risk of a rare
event (e.g., 0.2% of patients in a placebo group died compared with 0.1% of patients on active
drug). In contrast, a 50% risk reduction might reflect a much more meaningful difference, for
instance, when 50% of placebo group died versus 25% of patients in the intervention group (an
absolute difference of 25%). The RRR is the same for both examples, but the magnitude of the
impact of the intervention is drastically different. The information provided by the RRR is
incomplete because it does not take into account the baseline risk of subjects in the trial.
Clinical Controversy
NNT and NNH can be a bit nebulous when it comes to applying these values in clinical
situations. P values are considered significant routinely when they fall below 0.05, but
what is a good NNT in one study may not be so good in another trial. NNT and NNH
provide visualizations for how much risk and benefit are present when a group of similar
patients—such as those seen by a physician or cared for in a pharmaceutical care
clinic—are all treated with a medication or other intervention.
Applying the Results
For every healthcare professional, the ultimate test of which studies are important and which are
not comes down to the decision of how to treat each patient. Thus, clinical judgment is crucial in
assessing the importance of drug-therapy evidence.
Compare the patient with those in the study (similar disease state and stage, similar
baseline characteristics). This assessment should ensure that the population studied has a
similar disease state and prognostic factors as the patient now being treated. For instance,
the results of a trial assessing the mortality benefit of simvastatin in dyslipidemic men
with known coronary artery disease would not likely apply to dyslipidemic women with
no other coronary risk factors.
Consider the patient's baseline risk for the outcome of interest and other potential risks
associated with the therapy. If this patient has a higher baseline risk for the outcome than
the population studied, then treatment may yield an even higher benefit. In contrast, if the
patient has a lower baseline risk than the population studied, then treatment-associated
risks may outweigh the potential benefit. For example, premenopausal women, in
general, have a lower cardiovascular mortality risk than men. Therefore, an intervention
45
shown to prevent cardiovascular mortality in men may result in a smaller benefit in
women.
Consider the patient's values, beliefs, concerns, and readiness for the intervention. In
addition, healthcare delivery characteristics (cost and accessibility) must be factored in.
Although not very long ago healthcare professionals were considered patriarchal figures
who directed the patient's treatment, today patients are fully engaged partners in decisions
about therapy. The evidence must be discussed and integrated with the patient's specific
circumstances to result in successful outcomes.
ARR
46
Tugas mencari terapi yang termasuk dalam Level of Recommendation A; B; C, dst sesuai kasus
Tugas Mandiri :
CEBMH http://cebmh.warne.ox.ac.uk/cebmh/education_critical_appraisal.htm.
47
CONTINUING EDUCATION
Tujuan:
Mahasiswa mampu melaksanakan simulasi continuing education secara online.
Kegiatan:
Mahasiswa menyelesaikan 2 artikel CE yang dibuktikan dengan sertifikat dan trackernya.
Mekanisme kerja:
Mahasiswa dibagi kelompok berdasarkan kasus.
Mahasiswa mencari kasus CE online dimulai dengan membaca materi CE, mendaftarkan diri
untuk mendapatkan CE, mengerjakan soal, mengisi identitas CE, mendapatkan sertifikat CE,
print screen sertikat dan Tracker.
48
Contoh Sertifikat
Contoh tracker.
49
Contoh Tracker 2.
50
BAB 7. PERSISTENCE dan ADHERENCE
TUJUAN
Menjelaskan/ menghitung beberapa parameter ketaatan pasien dalam menjalankan terapi dan
memanfaatkan data tersebut untuk kepentingan layanan kefarmasian.
MATERI PRAKTIKUM
Persistence adalah lamanya durasi dari permulaan sampai dengan berhenti terapi diukur dalam
hari.
Medication Possession Ratio (MPR)
Paramater MPR adalah rasio jumlah hari yang mendapat obat yang sebenarnya dibagi jumlah
hari yang seharusnya mendapat obat ditambah dengan jumlah hari mendapat obat pada peresepan
terakhir dalam persen. Hari mendapat obat (days of supply) dihitung dari hari pertama mendapat
obat (index date) sampai dengan hari pada kunjungan (visit) terakhir.
51
(30) (15)
ATOR 10 ATOR 10 ATOR 10 ATOR 10
Desember 31 (30) (15) (30) (30)
Note: semua kunjungan pasien diandaikan tanggal 1 tiap bulannya.
52
E
4. Suatu simulasi ketaatan pasien yang menggunakan 2 atau lebih obat kombinasi hitung
MPRnya.
Bulan Jumlah Obat Obat A Obat B
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
a. MPR Obat A
b. MPR Obat B
53
INSTRUMEN INTERVIEW KETAATAN MORISKY
Kuisioner Morisky
1. Apakah anda kadang-kadang lupa untuk minum obat rutin? Ya (1)/Tidak(2)
2. Dalam 2 minggu terakhir ini apakah ada hari di mana anda tidak Ya/Tidak
meminum obat rutin anda?
3. Pernahkah anda tidak meminum obat anda tanpa memberitahu Ya/Tidak
dokter karena saat anda meminum obat tersebut anda merasa
tidak enak badan?
4. Pernahkah saat anda bepergian dari rumah untuk waktu yang Ya/Tidak
tidak sebentar anda lupa membawa obat rutin?
5. Anda meminum semua obat anda kemarin? Ya/Tidak
6. Apakah anda pernah tidak meminum obat karena anda merasa Ya/Tidak
sehat/tidak ada gejala penyakit yang mengganggu?
7. Pernah anda merasa terganggu/jenuh dengan jadwal minum obat Ya/Tidak
rutin anda?
8. Bagi anda seberapa sulit untuk mengingat untuk minum obat A. Tidak pernah
rutin? B. Pernah sekali
C. Kadang-kadang
D. Biasanya
E. Selalu
1. Simulasi wawancara ketaatan Morisky untuk 2 orang teman!
Sheet Hasil Wawancara Simulasi
No Pertanyaan Pasien Keterangan Pasien Keterangan
A B
1. Apakah anda kadang-kadang lupa Ya /Tidak
untuk minum obat rutin?
2. Dalam 2 minggu terakhir ini Ya/Tidak
apakah ada hari di mana anda
tidak meminum obat rutin anda?
3. Pernahkah anda tidak meminum Ya/Tidak
obat anda tanpa memberitahu
dokter karena saat anda meminum
obat tersebut anda merasa tidak
enak badan?
4. Pernahkah saat anda bepergian Ya/Tidak
dari rumah untuk waktu yang
tidak sebentar anda lupa
membawa obat rutin?
5. Anda meminum semua obat anda Ya/Tidak
kemarin?
6. Apakah anda pernah tidak Ya/Tidak
meminum obat karena anda
merasa sehat/tidak ada gejala
penyakit yang mengganggu?
7. Pernah anda merasa Ya/Tidak
terganggu/jenuh dengan jadwal
54
minum obat rutin anda?
8. Bagi anda seberapa sulit untuk A. Tidak
mengingat untuk minum obat pernah
rutin? B. Pernah
sekali
C.
Kadang-
kadang
D.
Biasanya
E. Selalu
55
meminum obat karena anda
merasa sehat/tidak ada gejala
penyakit yang mengganggu?
7. Pernah anda merasa Ya/Tidak
terganggu/jenuh dengan jadwal
minum obat rutin anda?
8. Bagi anda seberapa sulit untuk A. Tidak
mengingat untuk minum obat pernah
rutin? B. Pernah
sekali
C. Kadang-
kadang
D. Biasanya
E. Selalu
Evaluasi Ketaatan:
Langsung di laptop
*****RS*****
56
BAB 8. WARDS PHARMACY
TUJUAN
Mampu melaksanakan tugas apoteker saat visite.
KEGIATAN
Simulasi kasus yang terjadi di bangsal. Mahasiswa diminta mengerjakan kasus terkait apa yang
biasanya dilakukan apoteker, praktikum menggunakan Mannequin Body Interact.
Mahasiswa diminta menyiapkan guidline hipertensi, DM, Stroke, Asma, Pneumonia
MATERI PRAKTIKUM
Secara umum wards pharmacy adalah kegiatan farmasis di bangsal rumah sakit. Salah satu
kegiatan farmasi di rumah sakit terutama di rawat inap adalah visite. Saat visite ada banyak hal
yang dapat dilakukan yakni konseling, monitoring efek terapi obat, monitoring efek samping,
rekonsiliasi, dokumentasi dll yang sering disebut praktek kefarmasian.
Praktek kefarmasian atau sering disebut juga dengan Pharmaceutical Care adalah praktek model
farmasi klinik yang secara garis besar bertujuan untuk meningkat outcome pasien dan
mengurangi efek merugikan dari pengobatan. Ada banyak metode yang dapat dipakai untuk
mempermudah dalam melakukan praktek kefarmasian teruatama dalam melakukan dokumtasi
pelayanan kefarmasian seperti metode SOAP (Subjective-Objective-Assessment-Plan), metode
CORE (Condition-Outcomes-Regimen-Evaluation), PRIME (Pharmaceutical-Risks-Interactions-
Mismatch-Efficacy), dan FARM (Findings-Assessment-Resolution-Monitoring). Pada bab ini
akan dibahas lebih dalam mengenai metode SOAP karena sering dipakai dan lazim digunakan.
Metode SOAP harus dilakukan berkaitan dan berkesinambungan antar Subjective, Objective,
Assessment, dan Plan.
1. Data Subjektive
Data ini dapat diambil dari wawancara pasien atau keluarganya yang tidak dapat
dikonfirmasi kebenarannya. Contohnya: mengenai keluhan pasien terhadap penyakitnya,
riwayat pengobatan dimana pasien tidak membawa obatnya dan tidak dapat ditelusuri
dari rekam medis, cerita kronologis pasien sebelum datang ke Rumah Sakit.
2. Data Objective
Data yang diambil dari hasil observasi dan pengkuran yang dilakukan oleh profesi
kesehatan dimana hasilnya dapat dipertanggungjawabkan dan dapat dikonfirmasi
kebenarannya. Contohnya: dignosa dokter, hasil lab, skala nyeri VAS (Visual Analogue
Scale), suhu badan, tekanan darah dll.
3. Data Assesment
Assesment merupakan hasil analisa yang dilakukan apoteker mengenai kesesuaian terapi
yang akan/sedang dijalankan pasien. Kesesuaian terapi dinilai ada tidaknya terjadi DRP
(Drug Related Problems). DRP yang dimaksud bisa berupa adanya obat yang tidak
diperlukan, adanya obat yang diperlukan tetapi tidak diberikan, obat yang diberikan tidak
sesuai, dosis obat tidak sesuai, adanya efek yang tidak dikehendaki (aktual/potensial), dan
ketidaktaatan pasien dalam mengkonsumsi obat.
Perlu diingat antara problem medis, data subyektif/obyektif, terapi, dan analisa harus
adanya sinkronisasi jangan mengisikan terapi yang bukan problem medis tersebut.
Sehingga jika problem medis lebih dari 1 maka dituliskan berurutan ke bawah (biasa
dimulai dari problem medis yang serius), dan terapi yang belum masuk hendaknya
57
dimasukkan semua. Jika ada problem medis yang tidak ada terapinya maka termasuk
DRP, adanya obat yang diperlukan tetapi tidak diberikan. Begitu juga jika ada terapi
tetapi tidak ada problem medis maka termasuk DRP, adanya obat yang tidak diperlukan.
4. Data Plan
Plan merupakan perencanaan terhadap terapi yang sedang dijalankan pasien.
Perencanaan tidak hanya dalam mengganti terapi terkait DRP, kadang tidak semua DRP
khususnya adanya interaksi obat dapat langsung ditangani dengan penggantian terapi, ada
yang perlu dimonitoring khusus terkait interaksi dengan pertimbangan benefit > risk.
Data ini juga berisi rencana kedepan terkait prognosis penyakit pasien, monitoring yang
harus dilakukan berkala, terapi non-farmakologi, apa yang harus dilaporkan terkait efek
yang tidak diinginkan dari suatu pengobatan.
58
FORM KERJA WARDS PHARMACY (PRINT)
Kasus 1
59
Kasus 2
60
BAB EKSTRA. Penyiapan Parenteral Nutrition
(dibuang sayang)
Tujuan:
Mahasiswa mampu menyiapkan parenteral nutrition secara benar dan aseptis.
Dasar Teori:
Nutrisi parenteral merupakan suatu metode pemberian nutrisi tanpa melalui saluran penceranaan,
nutrisi yang diberikan melalui pembulu vena. Penggunaan nutrisi parenteral biasanya terbatas
pada situasi saluran cerna tidak berfungsi atau tidak dapat dilalui, pasien membutuhkan nutrisi
lebih, misalnya pada pasien yang menderita luka bakar, kanker, gangguan saluran pencernaan,
gagal hati, gagal ginjal akut dan kronik, gagal nafas, operasi abdomen, trauma.
Kandungan nutrisi parenteral harus disesuaikan dengan kebutuhan nutrisi pasien dan
mengandung cairan, makronutrien (protein, karbohidrat, lemak) dan mikronutrient (elektrolit,
mineral, dan vitamin) dalam jumlah yang tepat.
Komplikasi pemberian makanan secara parenteral meliputi infeksi lewat kateter, trombosis vena,
atau emboli akibat masuknya gelembung udara ke dalam pembuluh vena, ekstravasasi akibat
penempatan ujung kateter yang kurang tepat. Efek samping pemberian nutrisi terlalu
banyak/lama dapat menyebabkan gangguan pernapasan dan hati
Bahan:
1. Parenteral nutrition
2. Dextrose 10%
3. Elektrolit
Alat:
1. Set Alat Pelindung Diri (APD)
2. Infusion Set
3. Spuit injeksi
Cara kerja:
1. Satu kelompok praktikum mendapat soal parenteral nutrition yang akan diberikan pada hari
praktikum
2. Lakukan perhitungan dosis dan penyiapan bahan sesuai dengan soal yang didapat
3. Melakukan simulasi penyiapan parenteral nutrition dengan benar sesuai soal yang didapat
dan melakukan simulasi secara aseptis
4. Labelling
5. Lanjutkan simulasi pembuangan bahan sisa dan penyimpanan bagi bahan yang masih bisa
dipakai, dan lakukan simulasi pemberian nutrisi
6. Catat dan berikan penjelasan terkait monitoring efek dan efek samping dari parenteral
nutrition yang diberikan
61
FORM KERJA
Label
Nama Pasien
Ruang perawatan pasien
Komposisi produk
No Batch
Tanggal pembuatan
Tanggal kadaluarsa
Cara penyimpanan
Perhatian khusus
Instruksi
Monitoring
Tanda/Gejala/Hasil Lab Alasan
62
63
Diskusi
Kesimpulan
Pustaka
64
BAB 9. Sterile Preparation
Tujuan:
Mahasiswa mampu menyiapkan sterile preparation secara benar dan aseptis
Mahasiswa mampu menghandling sitostatika
Dasar Teori:
Sterile preparation merupakan persiapaan sediaan steril untuk diberikan secara parenteral yang
mengandung 1 atau lebih bahan aktif, dapat diberikan secara injeksi, infus, atau implant.
Biasanya dikemas dalam wadah dosis tunggal atau multi dosis.
Parenteral preparation membutuhkan bahan pembantu seperti pelarut, enhancer, suspending
agents, buffering agents, pengawet dll. Bahan pembantu diharapkan tidak memperburuk dari
bioavailabilitas, keamanan, dan efek dari obat.
Keuntungan sterile pereparation:
Dapat berfungsi ganda
memelihara atau menjaga keseimbangan cairan tubuh
obat yang ada di dalam diharapkan dapat mempertahankan kadar terapi obat dalam
plasma
Hemat vena
Lebih praktis dalam pemberian
Mengencerkan larutan injeksi yang iritan
Menghindari konsentrasi obat yang tinggi saat pemberian obat yang cepat
Mempertahankan kadar terapi obat dalam plasma
Pertimbangan via oral kurang efektif (contoh pasien pada kondisi kritis), pemberian im
absorpsi kurang baik karena gangguan sirkulasi, mengencerkan suatu obat jika terlalu pekat
diberikan iv bolus
Bahan:
1. Antibiotik
2. Dextrose 5%
3. NaCl 0,9% 500 mL
4. Water for Injection
Alat:
1. Set Alat Pelindung Diri (APD)
2. Infusion Set
3. Spuit injeksi
Cara kerja:
1. Seminggu sebelumnya, praktikan akan diberikan obat apa yang akan dipakai
2. Satu kelompok praktikum mendapat soal sterile preparation yang akan diberikan pada hari
praktikum
3. Lakukan perhitungan dosis dan penyiapan bahan sesuai dengan soal yang didapat
65
4. Melakukan simulasi penyiapan sterile preparation dengan benar sesuai soal yang didapat dan
melakukan simulasi secara aseptis
5. Labelling
6. Lanjutkan simulasi pembuangan bahan sisa dan penyimpanan bagi bahan yang masih bisa
dipakai, dan lakukan simulasi pemberian obat
7. Catat dan berikan penjelasan terkait monitoring efek dan efek samping dari sterile
preparation yang diberikan
No Batch
Tanggal pembuatan
Tanggal kadaluarsa
Cara penyimpanan
Perhatian khusus
Instruksi
Monitoring
Tanda/Gejala/Hasil Lab Alasan
66
67
Diskusi
Kesimpulan
Pustaka
68
PRAKTIKUM 7
LAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK
Lokasi praktikum :
Tanggal pelaksanaan :
Tujuan
1. Praktikan memiliki pengalaman nyata dalam praktek pelayanan kefarmasian klinis di apotek
baik swamedikasi maupun pelayanan resep.
2. Praktikan mampu bersikap kritis, empati, dan bertanggungjawab dalam pelayanan resep
kepada pasien.
Petunjuk kerja
1. Praktikan mengobservasi dan menjabarkan penyelesaian 2 kasus riil di apotek terkait
swamedikasi.
2. Praktikan mengobservasi dan menjabarkan penyelesaian 2 kasus riil di apotek terkait
pelayanan resep.
3. Praktikan tidak boleh melakukan penyerahan obat tanpa didampingi oleh Apoteker.
4. Penyelesaian yang dimaksud berdasarkan teori
69
FORM KERJA LAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK (PRINT):
Dosen : Komptensi Skor: (maksimal 10)
Ketepatan menjelaskan alur
manajemen dan peran farmasi
di apotek
Paraf: Ketepatan melakukan tugas
swamedikasi
Ketepatan melakukan tugas
skrining resep
Aktivitas
Rata-rata
Pilihan terapi yang tersedia (berdasarkan pengamatan Anda terkait kesediaan obat di Apotek)
Nama obat Zat aktif Bentuk sediaan
70
Form Swamedikasi (kasus 2)
Pasien dengan keluhan:
Hasil penggalian informasi:
Pilihan terapi yang tersedia (berdasarkan pengamatan Anda terkait kesediaan obat di Apotek)
Nama obat Zat aktif Bentuk sediaan
71
Form Pelayanan Resep (kasus 1)
Resep (identitas dokter dan pasien disamarkan)
Skrining Resep
72
Etiket
73
Skrining Resep
Etiket
74
PIO/konseling yang seharusnya diberikan
75
LAMPIRAN PRAKTIKUM PENGENALAN IV ADMIXTURE
76
77
CN & IV Solution -
78
AMINOFLUID®(electrolytes, glucose, amino acids)
Composition 500 mL 1000 mL
P 5 mmol 10 mmol
Zn2+ 2.5 µmol 5 µmol
79
AMINOVEL®
AMINOVEL 600 injection adalah campuran asam amino tipe L yang seimbang dan dalam
perbandingan yang optimal untuk keperluan sintesis protein. Sorbitol, vitamin dan
elektrolit ditambahkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh. Infus AMINOVEL 600
adalah larutan steril yang dapat mensuplai 600 kalori per liter.
Komposisi :
Setiap 1000 ml AMINOVEL-600 mengandung :
Indikasi :
AMINOVEL 600 direkomendasikan sebagai nutrisi parenteral pada kondisi dibawah ini :
Sebagai nutrisi tambahan pada gangguan saluran cerna seperti short bowel syndrome,
anoreksia dan kelainan saluran cerna yang berat
Puasa saluran cerna yang lama seperti pada fistulae enterokutan kondisi yang mengenai
saluran cerna.
80
Kebutuhan metabolik yang meningkat seperti pada luka bakar berat, trauma dan setelah
pembedahan.
Pada keadaan kritis lainnya yang membutuhkan asupan nutrisi eksogen seperti pada
tumor, infeksi berat, stres berat dan defisiensi protein.
Untuk kelainan internal atau defisiensi protein pra pembedahan : dosis dewasa yang
lazim adalah 500 ml AMINOVEL 600 melalui drip intravena selama 4-6 jam (20-30
tetes/menit) secara bersamaan atau kemudian diikuti dengan pemberian dekstrosa 10%
500ml selama 2 jam (60-80 tetes/menit). Pemberian larutan infus ini dapat diulangi
setelah 12 jam selama 5 – 7 hari. Interval waktu pemberian dapat ditingkatkan menjadi
24 jam tergantung kondisi dan respon penderita.
Untuk sintesis protein setelah pembedahan : dosis dewasa yang lazim adalah 500ml
AMINOVEL 600 melalui drip intravena selama 4-6 jam (20-30 tetes/menit) setelah
pemberian infus larutan Darrow 1000 ml selama 4 jam (60-100 tetes/menit) dan diikuti
oleh infus larutan dekstrosa 10% 500 ml selama 2 jam (60-100 tetes/menit). Larutan infus
ini diberikan pada hari ke-3 pasca operasi, dan diulangi dalam 24 jam selama 5-7 hari)
AMINOVEL 600 Injection menyediakan komponen berikut ini untuk nutrisi parenteral :
Kedelapan asam amino esensial : Isoleusin, Leusin, Lisin, Metionin, Fenilalanin, Treonin,
Triptopan dan Valin sangat dibutuhkan untuk sintesis protein.
Sorbitol sebagai sumber kalori untuk memenuhi kebutuhan energi metabolik.
Vitamin untuk mencegah defisiensi dan meningkatkan biosintesis protein.
Mineral untuk memelihara keseimbangan elektrolit dan meningkatkan sintesis protein.
Penyimpanan :
Kemasan :
81
AMIPAREN®
AMIPAREN adalah larutan infus steril yang seluruhnya mengandung asam Amino,
ditujukan untuk hiperalimentasi atau nutrisi parenteral secara umum.
AMIPAREN mengandung asam amino rantai cabang yang relatif lebih banyak (leucine,
isoleucine dan valine), yang dapat menekan pemecahan protein dan meningkatkan sintesis
protein didalam otot. Serangkaian uji preklinis dan uji klinis memastikan bahwa
AMIPAREN efektif dalam melindungi protein tubuh pada berbagai kelainan dan
malnutrisi.
Indikasi :
82
Dosis lazim dewasa adalah 400-800 ml per-hari secara drip melalui vena sentral.
Dosis dapat ditingkatkan atau diturunkan bergantung pada usia, gejala dan berat badan
pasien.
Dosis lazim dewasa adalah 200-400 ml per dosis secara drip melalui vena perifer.
Kecepatan infus perifer adalah kecepatan yang dapat menyediakan 10 g asam amino
selama 60 menit dengan tujuan untuk mencapai utilisasi fisiologis asam amino yang
optimal.
Kecepatan infus rata-rata dewasa yang sesuai adalah 100 ml selama 60 menit (sekitar 25
tetes per menit) dan kecepatannya harus diturunkan pada pasien anak, orang tua dan
pasien sakit berat.
Dosis dapat ditingkatkan atau diturunkan bergantung pada usia pasien, gejala dan berat
badan.
Kombinasi AMIPAREN dengan larutan karbohidrat sangat direkomendasikan untuk
efisiensi pemakaian asam amino di dalam tubuh.
Farmakologi :
Kegunaan AMIPAREN sebagai sumber asam amino untuk dukungan nutrisi dinilai pada terapi
hiperalimentasi dengan menggunakan tikus normal dan tikus yang dilukai :
Penyimpanan :
Kemasan :
83
AMINOLEBAN® INJECTION
Terapi Utama secara cepat dan persisten untuk Memperbaiki semua derajat ensefalopati
hepatik.
Komposisi :
Indikasi :
Dewasa : 500 – 1000 mL melalui drip intravena . Pada orang dewasa kecepatan
pemberian infus perifer yang lazim adalah 500 mL selama 180 – 300 menit ( kurang lebih
25-40 tetes per menit).
84
Untuk Total Parenteral Nutrisi : 500-1000 mL dikombinasikan dengan larutan dektrosa
atau larutan lainnya dan diberikan selama 24 jam lewat vena sentral. Dosis dapat
disesuaikan bergantung umur, gejala, dan berat badan.
Kontra Indikasi :
1. Pasien dengan gangguan ginjal berat ( jumlah cairan yang cenderung berlebih dan kondisi
pasien bisa memburuk. Urea dan metabolit asam amino lain bisa bertahan, yang mana
bisa memperburuk kondisi klinis pasien).
2. Pasien dengan metabolisme asam amino yang abnormal (karena asam amino yang
diberikan tidak dimetabolisme dengan adekuat, kondisi klinis pasien bisa menjadi buruk).
Perhatian :
Hati-hati diberikan pada : Pasien dengan asidosis berat, pasien dengan gagal jantung
kongestif.
Penggunaan untuk Anak : Belum ada pengalaman pemberian Aminoleban Infus pada
anak-anak.
Efek Samping :
Kemerahan pada kulit atau reaksi hipersensitif yang lain jarang dilaporkan dan pemberian
harus dihentikan bila ditemukan tanda-tanda seperti diatas.
Saluran cerna : mual dan muntah bisa terjadi
Pemberian dosis besar dan cepat : Asidosis bisa terjadi setelah pemberian Aminoleban
Infus dalam dosis besar dan cepat.
Lainnya : Menggigil, demam, sakit kepala dan nyeri vaskuler bisa terjadi.
Penyimpanan :
Kemasan :
Kemasan 500 mL
Nomor Registrasi :
DKL 87187016949A1
85
Aminoleban® Oral
Terapi nutrisi untuk memperbaiki kualitas dan harapan hidup penderita penyakit hati
Meningkatkan status nutrisi pasien-pasien yang mengalami insufisiensi hati termasuk pasien
dengan ensefalopati hepatik.
Cara penyiapan :
Tuangkan 180mL air hangat (atau kira-kira 50ºC) ke dalam shaker atau blender, kemudian
tambahkan 1 bungkus Aminoleban Oral dan kocok sampai melarut. Volume campuran ini
kira-kira 200 mL dan mengandung energi 210 kkal
Komposisi :
Rasa :
Paket:
Bubuk 50 g / bungkus
Registration Number :
86
ASERING®
ASERING®
Komposisi :
Electrolyte mEq/L
Na+ = 130
Cl- = 108.7
K+ = 4
Ca++ = 2.7
Acetate- = 28
Kemasan :
87
KA-EN 3A®
Komposisi :
Electrolyte mEq/L
Na+ = 60
Cl- = 50
K+ = 10
Lactate- = 20
Dextrose = 27 gr/L
Indikasi , Perhatian dan Kontraindikasi dapat di lihat pada brosur di dalam kemasan.
Kemasan :
500 mL,
Reg. No. DKL 9218703049A1
88
KIDMIN®
adalah larutan infus asam amino 7.2%, yang mengandung sejumlah besar BCAA (Asam amino
rantai cabang) yaitu leucine, isoleucine dan valine yang dapat menghambat pemecahan protein
otot dan meningkatkan sintesa protein otot.
Kidmin juga mengandung beberapa asam amino nonesensial kecuali glisin, untuk memenuhi
Kebutuhan yang meningkat pada gangguan ginjal. Rasio asam amino esensial dan non esensial
adalah 2,6 dan pada tiap 100 ml larutan mengandung 1gram nitrogen sehingga memudahkan
dalam menghitung nitrogen pada pemberian tiap dosisnya.
Komposisi :
Indikasi :
KIDMIN diindikasikan untuk memberikan asam amino pada pasien gangguan ginjal baik
akut maupun kronik yang mengalami Hipoproteinemia, malnutrisi, dan sebelum dan
sesudah operasi.
89
Gagal ginjal Kronik
Infus vena perifer : Dosis umum dewasa adalah 200 ml per hari, diinfuskan lewat vena
perifer.Kecepatan infus pada dewasa adalah 100 ml per 60 menit (rata-rata 25 tetes per
menit) dan harus diberikan lebih lambat pada pasien anak, orang tua dan kasus serius.
Dosis dapat ditingkatkan sesuai kondisi pasien, berat badan dan usia. Jika diberikan
selama hemodialis, harus diinfuskan lewat sisi vena lubang injeksi dialisis, 90 – 60 menit
sebelum terapi hemodialysis berakhir. Dianjurkan memberikan Kalori 1500 kkal per hari
untuk melindungi pemecahan asam amino.
Infus vena sentral : Dosis umum dewasa adalah 400 ml per hari, diinfuskan lewat vena
sentral sebagai total nutrisi parenteral. Dosis dapat ditingkatkan sesuai kondisi pasien,
berat badan dan usia. Lebih dari 300kkal dari non protein kalori harus diberikan tiap
1gram nitrogen (100 ml produk) untuk efisiensi asam amino.
Dosis dewasa adalah 600 ml perhari, diinfuskan lewat vena sentral sebagai total nutrisi
parenteral (TPN).
Dosis dapat ditingkatkan sesuai kondisi pasien, berat badan dan usia. Lebih dari 300 kkal
dari non protein kalori harus diberikan tiap 1 gram nitrogen(100 ml produk) untuk
efisiensi asam amino.
Penyimpanan:
Kemasan :
90
NEO-MUNE®
Formula Imunonutrisi lengkap yang pertama untuk Pembedahan, Trauma, Luka bakar dan
pasien-pasien ICU
Komposisi:
Dosis :
Rasa:
Vanilla
Kemasan :
Bubuk 48 g/sachet
Nomor Registrasi :
91
PAN-AMIN®G
Komposisi :
L-Leucine * : 4.1 g
L-Isoleucine * : 1.8 g
L-Valine * : 2 g
L-Lysine Monohydrochloride : 6.2 g
L-Threonine : 1.8 g
L-Tryptophan : 0.6 g
L-Methionine : 2.4 g
L-Phenylalanine : 2.9 g
L-Histidine Monohydrochloride : 1.3 g
L-Arginine Monohydrochloride : 2.7 g
Glycine : 3.4 g
D-Sorbitol : 50 g
Cl- : 52 mEq
OSMOLARITY : 507 mOsm/L
Indikasi:
Pada kasus umum diberikan infus cairan sebanyak 500ml per hari dengan kecepatan
sedang.
Penyimpanan :
Kemasan :
92
PAN-ENTERAL®
Nutrisi Enteral lengkap dan Seimbang, kaya MCT dan Osmolaritas rendah
Deskripsi:
Pan-Enteral adalah formula nutrisi lengkap untuk oral dan tube feeding.
Komposisi:
Dosis:
Rasa:
Vanilla
Kemasan:
Bubuk 40 g/sachet
Nomor Registrasi :
93
PROTEN®
Asupan Protein Harian untuk mengatasi Kurang Energi Protein dan Mempercepat
Penyembuhan:
Dosis:
Nomor Registrasi :
94
95