Anda di halaman 1dari 22

TUGAS MAKALAH BIK

“ Donor Sperma dan Surrogate Mother”

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Pendidikan Dokter Umum

Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

Disusun Oleh:

Aulia Nanda Safitri, S. Ked J510170010


Eva Laila Sulistianingtias, S.Ked J510170024
Laela Nurrochmah, S.Ked J510170077
Azka Auliarahman, S.Ked J510170088
Moh Ilham Akbar, S.Ked J510170090

BAITUL INSAN KAMIL

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2018
HALAMAN PENGESAHAN

TUGAS MAKALAH BIK

“ DONOR SPERMA dan SURROGATE MOTHER”

Diajukan untuk memenuhi persyaratan Pendidikan Dokter Umum Fakultas


Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

Oleh :

Aulia Nanda Safitri, S. Ked J510170010


Eva Laila Sulistianingtias, S.Ked J510170024
Laela Nurrochmah, S.Ked J510170077
Azka Auliarahman, S.Ked J510170088
Moh Ilham Akbar, S.Ked J510170090

Telah disetujui dan disahkan oleh Tim pembimbing stase Baitul Insan Kamil
Bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Surakarta

Dipresentasikan dihadapan

Dr. Dodik Nursanto, M.Biomed (...............................)

Yayuli, MPI (...............................)

pada tanggal 2018

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 tentang perkwainan pada pasal 1,


menyatakan bahwa perkawinan merupakan suatu ikatan lahir dan batin antara
seorang pria denganwanita sebagai suami dan istri dengan tujuan membentuk
keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkaan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Tujuan perkawinan adalah untuk membentuk suatu keluarga yang bahagia dan
kekal. Keluarga dalam pengertian ini adalah suatu kesatuan yang terdiri dari
ayah ibu dan anak(DPR, 2009).

Anak merupakan salah satu wujud pencapaian dari pernikahan, karena


anak dapat memberikan amal kebajikan di akhirat bagi kedua orang
tuanya(Rahmawati & Susilawati, 2017). Sebagaimana kisah Nabi Zakaria yang
selalu berdoa agar diberiikan keturunan meski dalam waktu yang sangat lama.
Karena itulah Allah memberikn anjuran pada tiap-tiap muslimin yang menikah
hendaknya selalu ikhtiar dan berdoa agar diberikan keturunan, yang tercantum
dalam Al-Qur’an Surat Maryam ayat 3-5 :

“(yaitu) ketika dia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut, Dia
(Zakaria) berkata, “ Ya Tuhanku, sungguh tulangku telah lemah dan kepalaku

3
telah dipenuhi uban, dan aku belum kecewa dalam berdoa kepada-Mu, ya
Tuhanku. Dan sungguh, aku khawatir terhadap mawaliku sepeninggalku, padahal
istriku seorang yang mandul, maka anugerahilah aku seorang anak dari sisi-Mu”

Pesatmya perkembangan teknologi di bidang kedokteran menemukan


cara pengawetan sperma dan metode pembuahan diluar rahim atau yang
terkenal dengan istilah In Vitro Fertilization (IVF). In Vitro Fertilization (IVF),
yaitu terjadinya pembuahan benih pria terhadap benih wanita dalam cawan petri
di laboratorium, yang mana setelah terjadinya penyatuan tersebut menghasilkan
zigot yang kemudian diimplantasikan di rahim wanita yang punya benih
tersebut (program bayi tabung) atau ditanamkan pada rahim wanita lain yang
tidak mempunyai hubungan sama sekali dengan sumber benih. Untuk hal ini
dilakukn melalui pernjanjian sewa (surrogacy) yang dikenal dengan istilah
surrogate mother (ibu pengganti / sewa rahim) (Yanggo, 2002).

Menurut Fatwa MUI hasil komisi fatwa tanggal 13 Juni 1979 di Jakarta,
Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia memfatwakan sebagai berikut :
1. Bayi tabung dengan sperma dan ovum dari pasangan suami isteri yang sah
hukumnya mubah (boleh), sebab hak ini termasuk ikhtiar berdasarkan kaidah-kaidah
agama.
2. Bayi tabung dari pasangan suami-isteri dengan titipan rahim isteri yang lain
(misalnya dari isteri kedua dititipkan pada isteri pertama) hukumnya haram
berdasarkan kaidah Sadd az-zari’ah, sebab hal ini akan menimbulkan masalah yang
rumit dalam kaitannya dengan masalah warisan (khususnya antara anak yang
dilahirkan dengan ibu yang mempunyai ovum dan ibu yang mengandung kemudian
melahirkannya, dan sebaliknya).
3. Bayi tabung dari sperma yang dibekukan dari suami yang telah meninggal dunia
hukumnya haram berdasarkan kaidah Sadd a z-zari’ah, sebab hal ini akan
menimbulkan masalah yang pelik, baik dalam kaitannya dengan penentuan nasab
maupun dalam kaitannya dengan hal kewarisan.
4. Bayi tabung yang sperma dan ovumnya diambil dari selain pasangan suami isteri

4
yang sah hukumnya haram, karena itu statusnya sama dengan hubungan kelamin antar
lawan jenis di luar pernikahan yang sah (zina), dan berdasarkan kaidah Sadd az-zari’ah
, yaitu untuk menghindarkan terjadinya perbuatan zina sesungguhnya.
Dalam islam sewa rahim dikenal dengan al-‘Ummu al-musta’jin atau al-
‘Ummu al-badilah atau dikenal juga dengan sebutan ar-rahmu al- musta’jin.
Dalam pengertian sewa rahim ini melibtkan pihak kedua yaitu wanita yang
menyewakan rahimnya kepada pasangan suami istri yang tidak memiliki
keturunan dengan membayar sesuai kesepakatan kedua belah pihak. Maka
dapat diartikan istilah dari “sewa rahim” merupakan pemakaian (peminjaman)
kandungan dengan syarat memberi/membayar uang sewa sesuai keputusan
kedua belah pihak(Selian, 2017).Sewa Rahim atau yang dikenal sebagai ibu
pengganti/surrogete mother menurutkamus ringkas kedokteran diartikan
sebagai seorang perempuan yang telah di kontrak untuk mengandung bagi
perempuan atau pasangan lain(Dirckx, 2004).

Secara terminologi, bank sperma merupakan bentuk pengambilan sperma


dari pendonor sperma, kemudian disimpan dan dibekukan dalam larutan ntrogen
cair untuk mempertahankan fertilitas sperma.Dalam bahasa medis dikenal sebagai
cryiobanking, suatu teknik penyimpanan sel cryopreservedyang digunakan
dikemudian hari agar benih sperma tidak mati(Zallum, 2007).Cara yang sering
digunakan yaitu controlledratefreezingcara inimenggunakangliseroldanegg–
yolksebagaicryoprotectant untuk mempertahankan integritas membran sel selama
proses pendinginan dan pencairan dari sperma itu sendiri(Selian, 2017).

Dari Ruwaifi’ bin Tsabit al-Anshari berkata, ketahuilah bahwa aku tidak
berkata kepada kalian kecuali apa yang aku dengarkan dari Rasulullah shallallohu
'alaihi wasallam, beliau bersabda pada hari Hunain, “Tidak halal bagi seseorang
yang beriman kepada Allah dan hari akhir untuk menyiramkan airnya ke ladang
orang lain.” Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Ahmad, dihasankan oleh al-
Albani dalam Shahih al-Jami’ no. 6507.

5
Dari beberapa firman Allah swt dan hadist- hadist diatas maka perlu
diperjelas bagaimana pandangan islam terhadap donor sperma dan surrogate
mother sebagai mana yang sudah tidak asing lagi bagi manusia di zaman
sekarang.

B. Tujuan
1. Menjelaskan pengertian dari Donor sperma dan Surrogate Mother
2. Mengetahui manfaat dari Donor sperma dan Surrogate Mother dari segi
kesehatan
3. Mengetahui hukum melakukan Donor sperma dan Surrogate Mother
dalam sudut pandang Islam

6
BAB II

ILUSTRASI KASUS

Seorang wanita bernama Ny Hanna usia 38 tahum merupakan seorang


wiraswasta dari Australia. Ny Hanna merupakan janda beranak satu. Beliau sudah
bercerai sejak lima tahun yang lalu dan membesarkan anak seorang diri. Karena
harus mencukupi kebutuhan sehari-hari maka dia harus bekerja keras yang dimana
lingkungan kerjanya banyak laki-laki.
Karena kepribadian Ny. Hanna menarik dan mudah bergaul dengan orang
lain sehingga banyak laki-laki yang tertarik, namun karena pernah gagal dalam
membina rumah tangga sehingga dia tidak lagi tertarik untuk memulai hubungan
dengan laki-laki serta penilaian terhadap laki-laki sudah berubah. Suatu saat dia
menginginkan untuk memiliki anak kembali dan menceritakannnya kepada
temannya. Oleh temannya diberi tahu tentang bank sperma .
Ny. Hanna pergi ke Denmark untuk ke kantor bank sperma tersebut dan
mencari pendonor sperma yang cocok. Ny. Hanna juga menetapkan kriteria untuk
calon donor sperma yang akan diterima seperti kondisi fisik, terbukti subur dan
telah berhasil membantu wanita lain untuk hamil. Setelah mendapat donor sperma
yang cocok yaitu teman nya yang menawarkan untuk menjadi pendonor.
Kemudian Ny. Hanna dan pendonor sperma melakukan konsultasi ke klinik
kesuburan. Ny. Hanna dan pendonor sperma menanda tangani perjanjian legal
yaitu si pendonor bisa bertemu dengan anaknya setahun dua kali. Semua prosedur
dilakukan di Denmark agar lebih mudah mengurus administrasi. Ny Hanna juga
memutuskan untu mencari surrogate mother untuk calon anaknya, karena Ny
Hanna trauma melahirkan.

7
BAB III

PEMBAHASAN PERSPEKTIF MEDIS

1. Surrogate Mother

A. PENGERTIAN SURROGATE MOTHER

Surrogate mother adalah wanita yang mengikatkan diri melalui suatu


perjanjian (gestational agreement) dengan pihak lain (suami-isteri) untuk
hamil dari hasil pembuahan suami isteri tersebut, dan setelah melahirkan
menyerahkan bayi tersebut kepada pihak suami isteri berdasarkan perjanjian
yang dibuat(Saxena, Mishra, & Malik, 2012).

B. SEJARAH IBU PENGANTI (SURROGATE MOTHER)


Praktik surrogate mother pertama kali dilakukan pada tahun 1987 di
Afrika Selatan. Seorang ibu (Edith Jones), melahirkan anak kembar tiga hasil
pencangkokan embrio putrinya yang bernama Suzanne dan suaminya. Hal ini
dilakukan karena Suzanne tak memiliki rahim sejak ia lahir. Proses
pembuahannya dilakukan di rumah sakit BMI Park, Nottingham. Inilah
pertama kalinya di dunia, sejarah tentang seorang puteri (Suzanne), yang
menyewa rahim ibunya (Edith Jones), guna mengandung embrio dari dirinya
dan suaminya. (Saxena, Mishra, & Malik, 2012)

C. ALASAN-ALASAN ETIS MELAKUKAN SURROGATE MOTHER

Terdapat beberapa alasan wanita yang memilih untuk menggunakan ibu


ganti gestasional:

 Terdapat kelainan rahim.


 Rahimnya telah diangkat dikarenakan proses pengobatan untuk penyakit
lain

8
 Memiliki gangguan jantung atau paru-paru yang dapat membahayakan
keselamatan jika terjadikehamilan atau melahirkan
 Tidak dapat hamil dengan teknik bayi tabung
 Tidak dapat mengadopsi anak karena status pernikahan , usia, atau
orientasi seksual(Sonny Dewi Judiasih, 2017)

D. PROSEDUR SURROGATE MOTHER


1. Memilih ibu pengganti
Calon ibu penganti dapat berasal dari teman, keluarga,
hinggamemberdayakan lembaga penyedia ibu pengganti.
2. Usia
Calon Ibu pengganti disarankan menggunakan rahim wanita yang berusia
minimal 21 tahun. Calon ibu pengaganti sebaiknya telah memiliki
riwayat persalinan sebelumnya guna mengetahui faktorrisiko selama
masa kehamilan dan persalinan.
3. Kondisi psikologis
Tes psikologis calon ibu penting untuk dilakukan. Prosedur ini wajib
dilakukan olh seorang psikolog untuk mencegah terjadinya hal yang tak
di inginkan. Seperti, ibu pengganti tidk ingin menyerahkan bayi yang
baru lahir.
4. Screening
Screening penyakit menular menular wajib dilakukan (sifilis, klamidia,
HIV, dan hepatitis B dan C). Ibu penganti juga harus screening imunitas
pada MMR, serta struktur rahim. Hal ini dilakukan untk mengevaluasi
potensi faktor risiko pada kehamilan.
5. Kontrak
Setiap negara memiliki aturan yang berbeda mengenai hal ini. Di
Amerika, belum terdapat undang-undang khusus yang mengatur soal
Surrogate Mother. Setelah proses melahirkan, orangtua harus tetap
melewati proses adopsi untuk mendapatkan hak asuh anak.

9
6. Biaya
Calon orangtua harus memikirkan dn menanggung biaya mulai dari
pemeriksaan awal, proses kehamilan, jasa kehamilan, hingga perawatan
setelah melahirkan(Hoda ahmari tehran, 2014).

E. METODE
Terdapat dua macam metode ibu pengganti yang dapat dilakukan. Pertama
pengganti tradisional, adalah metode dengan inseminasi buatan dengan
menyuntikkan sperma ayah ke sel telur rahim wanita yang menjadi ibu
pengganti. Kedua, penganti gestasional. Merupakan metode In Vitro
Fertilitation (IVF). Dengan menggunakan sel telur dan sperma kedua
pasangan suami istri untuk kemudian diletakkan di dalam rahim calon ibu
pengganti. Dengan kata lain, tidak ada hubungan genetik(Hoda ahmari tehran,
2014).

F. RISIKO YANG DI TIMBULKAN DARI SURROGATE MOTHER

Praktik titip kehamilan (Surogatte Mother) banyak dilarang di beragam


negara dikarenakan dapat menimbulkan dampak psikologis bagi anak dan ibu
pengganti. Anak-anak yang dilahirkan oleh praktik ini bisa jadi sulit
menerima penjelasan tntang asal usul mereka. Atau sebaliknya, orangtua yang
kesulitan menjelaskan hal tersebut kepada anaknya. Tak hanya anak, dampak
psikologis negatif juga menyerang ibu pengganti (Surogate Mother). Peneliti
menyatakan surogasi harus dianggap sebagai pengalaman emosional berisiko
tinggi. Karena dalam perjanjian tersebut, ibu pengganti (Surogatte Mother)
hanya menyewakan rahimnya saja, dan dipaksa tidak memiliki perasaan pada
bayi yang dikandungnya. Permasalahan selanjutnya, para ibu pengganti kerap
khawatir melahirkan bayi abnormal sehingga perjanjian sewa menjadi
batal(Sonny Dewi Judiasih, 2017)

10
2. Donor Sperma

A. PENGERTIAN DONOR SPERMA


Donor Sperma brsal dari kata Donor dan Sperma. Donor adalah
menyumbangkan sesuatu secara sukarela. Sperma berasal dari Bahasa yunani
yang artinya benih. Sehingga donor sperma adalah menyumbangkan benih
atau seorang laki-laki yang menyumbangkan sel dari sistem reproduksi.Hasil
donor sperma akan dibekukan dan disimpan dalam tabung pendingin berisi
nitrogen cair dengan suhu 198⁰C padasebuah tempat yang dinamakan“Bank
Sperma”.(Mobtadin, 2016).

B. SEJARAH DONOR SPERMA


Donor sprma pertama kali dilakukan di Jefferson Medical College,
Philadelphia, Amerika Serikat pada tahun1884. Kemudian pada tahun1945,
Dr. Mary marton, seorang dokter asal Inggris membuat organisi donor sperma
yang diumumkan melalui sebuah jurnal. Namun mendapatkan banyak
kecaman dari berbagai pihak karena dianggap illegal dan tidak sesuai norma
di masyrakat. Sampai pada akhirnya pada tahun 1970 di Amerika donor
sperma di legalkan(Mobtadin, 2016).
Sekalipun sudah di legalkan kegiatan pendonoran sprma namun pemberi
donor masih dirahsiakan, dan sebagian besar anak yang lahir dari proses
tersebut tidak diberi tahu ayah biologisnya. Seorang laki-laki pendonor
sperma boleh diketahui oleh anak hasil inseminasi tersebut sebagai ayah
biologisnya setalaah anak tersebut menginjak usia 18 tahun(Mobtadin, 2016).

C. ALASAN-ALASAN ETIS MELAKUKAN DONOR SPERMA


Ada alasan seseorang akhirnya memilih untuk mendonorkan
spermanya untuk disimpan di bank sperma, beberapa diantaranya :
1. Seseorang yang akan menjalani beberapa pengobatan terus menerus yang
dapat mengurangi produksi dan kualitas sperma.

11
2. Seseorang memiliki kondisi masalah ejakulasi, seperti : sklerosis
multiple, diabetes.
3. Seseorang yang menjalani chemotherapy atau radiasi yang akan
mengurangi atau merusak produksi dan kualitas sperma.
4. Seseorang akan bekerja didaerah terpapar racun reproduktif.
5. Seseorang akan menjalani vasektomi(Warner, 2008).

D. PROSEDUR DONOR SPERMA


Terdapat beberapa prosedur dilakukan sebelum sperma disimpan dalam bank
sperma:
1. Untuk mencegah penularan penyakit, seperti: hepatitis, kanker, kesehatan
jiwa, TBC hingga HIV/AIDS maka dilakukan uji kesehatan terlebih
dahulu. Tes kesehatan berlangsung selama 6 minggu,
2. Pemeriksaan kesehatan sampel sprma. Sperma dapat diterima jika dalam
kondisi sehat dan memiliki jumlah min. 20 juta sel per satu ml sperma,
kemudian disimpan bank sperma. Disimpan dalam jangka waktu 6 tahun.

E. METODE PEMBUAHAN SPERMA PADA DONOR SPERMA


Terdapat beberapa metode untuk membantu sperma agar dapat membuahi
ovum dikenal dengan inseminasi buatan (artificial insemination), yaitu :
1. Penempatan sperma didalam leher rahim (serviks) atau Intracervical
Insemination (ICI).
2. Penempatan sperma pada rahim atau Intrauterine Insemination (IUI),
3. Penempatan sperma pada tuba fallopi atau disebut Intratubal
Insemination (ITI)(Warner, 2008).

F. RISIKO YANG DI TIMBULKAN DARI DONOR SPERMA

Pemerintah Indonesia belum mengizikan adanya inseminasi buatan


menggunakan donor sperma. Di samping melanggar nilai- nilai agama dan
budaya masyarakat Indonesia, donor sperma juga menyebabkan

12
riw.genetik yang tidak jelas. Selain itu dapat munculkan masalah sosial
dikemudian hari, termasuk medikolegal.
Adanya bank sperma memungkinkan seorang laki-laki dapat
menyumbangkan spermanya kepada beberpa perempuan berbeda tanpa
status pernikahan. Jika anak dari hasil inseminasi tersebut tumbuh dewasa
dan menikah dengn seseorang yang ternyata berasal dari satu sperma yang
sama, maka berisikotinggi memiliki keturunan yang cacat. (Mobtadin,
2016) .

13
BAB IV

PANDANGAN ISLAM DAN MUHAMMADIYAH

1. Perspektif Islam tentang donor sperma

Inseminasi buatan atau disebut dengan bayi tabung merupakan hasil


rekayasamanusia yang bertujuan untuk membantu pasangan suami dan isteri yang
manduluntuk mendapatkan seorang anak. Didalam Islam persoalan anak menjadi
urusan Allah swt. Asalkan manusia tetap bertasbih di waktu pagi dan petang. Hal
ini terbuktiAllah swt. telah mengaruniai seorang anak kepada Nabi Zakaria as.
yang sudahberumur sangat tua dan isterinya dalam keadaan mandul. Akan tetapi
meskipunpersoalan anak menjadi urusan Allah swt. akan tetapi manusia (suami
dan isteri) yangmandul tetap berusaha dan berikhtiar untuk mendapatkan seorang
keturunan. Salahsatu caranya dengan menggunakan tekhnik bayi tabung.
Mobtadin (2016)

Donor sperma merupakan salah satu hal yang bertentangan dalam agama
islam. Oleh karena itu, demi kehati-hatian para Ulama’ mengharamkannya
dikarenakan berhubungan dengan perbuatan zina. Diantara yang mengharamkan
adalah Lembaga fiqih Islam, OKI, Majelis Ulama (MUI), Muktamar Tarjih
Muhammadiyah ke 21 di Klaten pada 6-11 April 1980, Muktamar NU ke 28 pada
November 1989, Mahmd Shaltut, Yusuf Alqordhowi, Alribasyi, dan Zakariya
Ahmad Albari dengan pertimbangan dikhawatirkan adanya pencampuran nasab
dan hal-hal yang tidak diinginkan (SK MUI No: Kep-925/MUI/XI/1990)
(Mobtadin, 2016).

A. Hukum Bank Sperma dalam Islam


Bahwasanya bank sperma itu tidak beda hal nya dengan zina dan
hukumnya jelas haram. Dalam ayat disebutkan:

14
“ Dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang bersuami, kecuali
budak-budak yang kamu miliki (Allah telah menetapkan hukum itu)
sebagai ketetapan-Nya atas kamu. Dan dihalalkan bagi kamu selain yang
demikian (yaitu) mencari istri-istri dengan hartamu untuk dikawini bukan
untuk berzina. Maka isteri-isteri yang telah kamu nikmati (campuri)
diantara mereka, berikanlah kepada mereka maharnya (dengan
sempurna),sebagai suatu kewajiban, dan tiadalah mengapa bagi kamu
terhadap sesuatu yang kamu telah saling merelakannya,sesudah
menentukan mahar itu. Sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha
bijaksana.” (QS An-nisa : 24)

Dan dalam ayat lain disebutkan :

Karena itu hendaklah orang-orang yang menukar kehidupan dunia dengan


kehidupan akhirat berperang di jalan Allah. Barang siapa yang berperang
di jalan Allah, lalu gugur atau memperoleh kemenangan maka kelak akan
kami berikan kepadanya pahala yang besar. (QS An-Nisa :74).

B. Sedangkan dari sisi lain, ada mudharat yang terkandung didalamnya antara
lain :

15
- Percampuran nasab, padahal islam sangat menjaga kesucian atau
kehormatan kelamin dan kemurnian nasab, karena nasab itu ada
kaitannya dengan kemahraman dan kewarisan
- Bertentangan dengan sunnatullah
- Inseminasi buatan dengan donor pada hakikatnya sama dengan
prostitusi, karena terjadinya percampuran sperma dan ovum tidak
dalam ikatan perkawina yang sah
- Kehadiran anak hasil inseminasi buatan bisa menjadi sumber konflik
dalam rumah tangga
- Anak hasil inseminasi buatan lebih banyak unsur negatifnya daripada
anak adopsi
- Anak hasil inseminasi buatan lahir tanpa melalui proses kasih sayang
yang alami, terutama inseminasi buatan melalui ibu titipan yang
menyerahkan bayi nya kepada pasangan suami istri yang punya
benihnya sesuai dengan kontak, tidak terjadi hubungan keibuan secara
alami (Utomo, 2003).

2. Perspektif Islam tentang Surrogate Mother

Surrogate mother adalah istilah ibu pengganti, yaitu seorang wanita yang
membesarkan zigot atau embrio hingga bayi itu lahir, yang mana zigot atau
embrio tersebut berasal dari sperma dan ovum yang dititipkan oleh pasangan
suami istri lain (Hidayat 2016).

Di dalam al-quran tidak dijumpai ayat yang mengatur tentang kedudukan


anak yang dilahirkan melalui proses bayi tabung yang menggunakan sperma dan
ovum dari pasangan suami istri lalu embrionya ditransplantasikan ke dalam rahim
ibu pengganti (surrogate mother) (Selian 2017).

َ‫ت أَفَبِّ ۡٱل َٰبَ ِّط ِّل ي ُۡؤ ِّمنُون‬ ‫ٱَّللُ َجعَ َل لَ ُكم ِّم ۡن أَنفُ ِّس ُك ۡم أ َ ۡز َٰ َو ٗجا َو َجعَ َل لَ ُكم ِّم ۡن أ َ ۡز َٰ َو ِّج ُكم بَنِّينَ َو َحفَدَ ٗة َو َرزَ قَ ُكم ِّمنَ ٱل ه‬
ِّ ِۚ ‫طيِّ َٰ َب‬ ‫َو ه‬
٧٢ َ‫ٱَّللِّ ه ُۡم َي ۡكفُ ُرون‬ ‫ت ه‬ ِّ ‫َو ِّبنِّعۡ َم‬

16
Artinya : Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan
menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan
memberimu rezeki dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman
kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah? (QS An-Nahl : 72)

Dari ayat diatas dapat disimpulkan bahwa penyewaan rahim belum


ditemukan jawabannya secara spesifik dalam Al-Qur‟an maupun al-Hadits.
Sehingga para ulama kontemporer berusaha berijtihad memecahkan masalah.
Semua ulama dan cendekiawan Muslim sepakat untuk membolehkan inseminasi
buatan, selama sperma dan ovum yang diproses itu berasal dari suami istri yang
mempunyai ikatan perkawinan yang sah (Hidayat 2016).

Banyak para ahli yang mengemukakan pendapat tentang hukum surrogate


mother menurut (Selian 2017), diantaranya ada yang memperbolehkan dan ada
yang tidak memperbolehkan.

1. Pendapat yang memperbolehkan Surrogate Mother


a. Prof. Dr. Jurnalis Udin, PAK. Mengemukakan pendapat bahwa jika rahim
milik istri peserta program fertilisasi in vitriol transfers embrio itu
memenuhi syarat untuk mengandung embrio itu hingga lahir,
penyelenggaraan reproduksi bayi tabung yang proses kehamilannya di
dalam rahim wanita lain (surrogate mother) hukumnya haram. Sebaliknya
apabila :
- Rahim istrinya tidak dapat mengandungkan embrio
- Belum ada teknologi yang dapat mengandungkan embrio tersebut di
dalam tabung hingga lahir
- Satu-satunya jalan untuk mendapatkan anak dari benihnya yaitu
dengan surrogate mother

maka hukum melakukan reproduksi bayi tabung dengan menggunakan


rahim wanita lain (surrogate mother) adalah mubah, karena hal itu
dilakukan selain dalam keadaan darurat juga karena keinginan mempunyai
anak sangat besar dan belum ada cara atau teknologi yang lain.

17
b. H. Ali Akbar, menyatakan bahwa boleh menitipkan bayi tabung pada
wanita surrogate mother, karena tidak bisa mengandung karena rahimnya
mengalami gangguan. Menyusukan anak kepada wanita lain di
perbolehkan dalam islam dan boleh diupahkan. Nabi dahulu juga disusui
oleh Halimatun Sa’diyahhal, hal itu disamakan dengan diperbolehkan
memberikan upah kepada wanita yang meminjamkan rahimnya.
c. H. Salim Dimyati memberikan pendapat bahwa Bayi tabung yang
menggunakan sel telur dan sperma dari suami yang sah, lalu embrionya di
titipkan kepada ibu pengganti, maka setelah anak itu lahir statusnya adalah
anak angkat, tidak ada hak mewarisi dan di warisi (Selian 2017).

2. Pendapat yang tidak memperbolehkan Surrogate Mother


a. As-Sayyid Sabiq, seorang ahli fiqh berpendapat, jika melihat pada syarat
sahnya sebuah sewa menyewa, yaitu:
- Kerelaan dua pihak yang melaksanakan akad;
- Mengetahui manfaat dengan baik;
- Barang yang menjadi objek akad (sewa-menyewa) dapat dimanfaatkan
kegunaannya menurut kriteria, realita, dan syara’;
- Serta manfaat adalah hal yang mubah bukan yang diharamkan.

Berdasarkan hal itu sewa rahim tidaklah diperbolehkan dikarenakan


caranya (menitipkan embrio pada rahim wanita lain) yang telah dinyatakan
oleh kebanyakan para ulama tidak diperbolehkan seperti yang telah
dipaparkan di atas.

b. Dr. Yusuf Qaradhawi, dalam buku Fatwa-Fatwa Kontemporer Jilid 3


antara lain menulis bahwa semua ahli fiqih tidak membolehkan
penyewaan rahim dalam berbagai bentuknya. Jika sperma berasal dari
laki-laki lain baik diketahui maupun tidak, atau sel telur berasal dari
wanita lain, atau sel telur milik sang istri, tapi rahimnya milik wanita lain
maka hal tersebut diharamkan. Menurut Qaradhawi, dikarenakan cara ini
akan menimbulkan membingungkan bagi anak tersebut dan nasab nya.

18
c. Syaikh Mahmud Syaltut (1963) berpendapat , jika inseminasi itu dari
sperma laki-laki lain yang tidak terikat akad, maka hal tersebut merupakan
suatu perbuatan yang sangat buruk dan suatu kejahatan yang lebih munkar
dari memungut anak.
d. Menurut Mu’tamar Tarjih Muhammadiyah tahun 1980 Tidak dibenarkan
menurut hukum Islam, sebab menanam benih pada rahim wanita lain
haram hukumnya sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang artinya :
“Tidak halal bagi seorang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat
menyirami airnya ke ladang orang lain.” Demikian pula di haramkan
karena (1) Pembuahan seperti itu termasuk kejahatan yang menurunkan
martabat manusia, dan (2) Merusak tata hukum yang telah di bina dalam
kehidupan masyarakat.
e. Pendapat Munas Alim Ulama’ (NU) Di Sukorejo Situbondo Tahun 1983,
Tidak sah dan haram hukumnya menyewakan rahim bagi suami istri yang
cukup subur dan sehat yang menginginkan seorang anaka namun kondisi
rahim istri tidak bisa untuk mengandung seorang bayi. Selain hadis di atas
para ulama’ peserta munas berdasarkan hadis Nabi yang terdapat pada
Tafsir Ibnu Katsir Juz 3/326:
Rasulullah bersabda, “Tidak ada dosa yang lebih besar setelah syirik di
bandingkan seseorang yang menaruh spermanya di rahim wanita yang
tidak halal baginya”.
f. Hasil sidang Lembaga Fiqh Islam OKI III di Yordania tahun 1986
Memutuskan bahwa sewa rahim itu adalah haram hukumnya dan di larang
mutlak bagi dirinya karena akan mengakibatkan percampuran nasab dan
hilangnya keibuan dan halangan-halangan syar’i lainnya. Dan begitu pula
tidak di perbolehkan menitipkannya ke rahim istri yang ke dua, ketiga dan
seterusnya bagi yang poligami.
g. Prof. Dr. Said Agil Husin Al-Munawar, MA, berpendapat bahwa
walaupun sewa rahim memiliki manfaat namun keburukan atau masfadah
yang di akibatkan jauh lebih besar dari pada manfaatnya, yaitu akan
menimbulkan kacaunya status anak. Selain itu menimbulkan

19
persengketaan yang akan timbul antara kedua ibu. Sehingga menurut Prof.
Dr. Said Agil, hukum penyewaan rahim tidak di benarkan (Haram).
Dari penjelasan di atas, dapat di simpulkan bahwa anak yang
dilahirkan oleh surrogate mother berdasarkan hukum islam dan penentuan
nasab, anak tersebut adalah hasil dari persetubuhan yang terselubung (bisa
dikatakan zina), sehingga anak tersebut dinasabkan pada ibunya. Para ahli
fiqih membuat pertemuan yang diselenggarakan di Kuwait untuk
membahas tentang surrogate mother, dengan hasil itjihad tersebut
menyatakan bahwa pembuahan berdasarkan konsep sewa rahim tersebut
dapat diterima asalkan para pihak melakukannya dalam ikatan perkawinan
tanpa campur tangan pihak lain. Hal tersebut sesuai dengan Surat
Keputusan MUI No : Kep. 952/MUI/1990 tentang inseminasi buatan yang
pada intinya bahwa inseminasi buatan yang diambil dari pasangan suami –
istri untuk istri – istri yang lain hukumnya haram. Para Ulama’ bersepakat
tentang pengharaman sewa rahim dalam keadaan berikut:
- Menggunakan rahim wanita lain selain isteri;
- Percampuran benih antara suami dan wanita lain;
- Percampuran benih isteri dengan lelaki lain;dan
- Memasukkan benih yang disenyawakan selepas kematian suami isteri.

20
BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan dan uraian sebelumnya, didapatkan beberapa


poin kesimpulan, yaitu:
1. Donor Sperma merupakan suatu kegiatan untuk menyumbangkan
sesuatu secara sukarela yaitu sperma atau yang dalam Bahasa yunani
artinya benih kepada penerima yang telah ditentukan/tidak sebelumnya
dalam usaha untuk mengembangkan embrio/janin tanpa melalui proses
koitus dengan berbagai alasan tertentu secara medis.
2. Donor sperma secara jelas bertentangan dengan ajaran agama islam. Hal
ini berhubungan dengan “fitrah” manusia untuk mendapat keturunan
dalam proses yang sesuai dengan kaidahnya, serta dikaitkan dengan
banyak hal yang menyimpang kedepannya jika hal ini diperbolehkan.
3. Surrogate mother merupakan perjanjian yang dilakukan oleh seorang
wanita yang mengikatkan diri dengan pihak lain (suami-isteri) untuk
mengijinkan dirinya hamil karena hasil pembuahan suami isteri tersebut
(dalam perjanjian) yang ditanamkan ke dalam rahimnya. Setelah
melahirkan,wanita tersebut diharuskan menyerahkan bayi tersebut
kepada pihak suami isteri sesuai dengan perjanjian yang telah dibuat.
4. Dari ayat diatas dapat disimpulkan bahwa penyewaan rahim belum
ditemukan jawabannya secara spesifik dalam Al-Qur‟an maupun al-
Hadits. Sehingga ulama kontemporer berusaha berijtihad untuk
memecahkan permasalahan tersebut. Sementara ini, ulama dan
cendekiawan Muslim sepakat untuk memperbolehkan inseminasi buatan
atau IVF atau bayi tabung selama sperma dan ovum yang diproses
berasal dari sperma suami dan ovum istri yang terbukti jelas memiliki
ikatan perkawinan yang sah.

21
DAFTAR PUSTAKA

Dirckx, J. H. (2004). Kamus Ringkas Kedokteran Stedman untuk Profesi


Kesehatan (4 ed.). Jakarta: EGC.
DPR. (2009). Undang-Undang Hukum Perdata (Burgelijk Wtboek) (cet. IV ed.).
Jakarta: PT. Dian Rakyat.
Hidayat, Z. (2016). Tinjauan Hukum Islam terhadap Kewarisan Anal yang
dilahirkan melalui Sewa Rahim. Jakarta.
Hoda ahmari tehran, S. T. (2014). Emotional Experience in surrogate mother: A
qualitative study. Iran J Repod Med, pp: 471-480 vol. 12 no. 7.
Mobtadin. (2016). Mencari Formulasi baru antara Agama dan Sains: refleksi Etis
atas kasus Bank Sperma. Shahih, 128 vol.1 no. 2 .
Rahmawati, N. A., & Susilawati, H. (2017). Fenomena Surrogate Mother (Ibu
Pengganti) dalam Perspektif islam ditinjau dari hadits. Nuansa, 14.
Ratman, D. (2012). Surrogate Mother dalam Perspektif Etika dan Hukum :
Bolehkah Sewa Rahim di Indonesia. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Saxena, P., Mishra, A., & Malik, S. (2012). Surrogacy: Ethical and Legal Issues.
Indian Journal of Community Medicine.
Selian, M. A. (2017). Surrogate Mother : Tinjauan Hukum Perdata dan Islam.
Jurnal Yuridis, 4, 131-147.
Sonny Dewi Judiasih, S. S. (2017). Jurnal Bina Mulia Hukum. Aspek Hukum
Surroget Mother Dalam Prespektif Hukum Indonesia, volume 1, nomor 2.
Utomo, S. B. (2008). Fiqih Aktual, Jawaban Tuntas Masalah Kontemporer.
Jakarta: Gema Insani.
Warner, M. (2008). Diambil kembali dari http://mazabels.com/MLcryobanking.
Yanggo, C. (2002). Problematika Hukum Islam Kontemporer I. Jakarta: Pustaka
Firdaus.
Zallum, A. Q. (2007). Beberapa Problem Kontemporer Dalam Pandangan Islam.
Bandung: Pustaka Ilmu.

22

Anda mungkin juga menyukai