Vapor-Liquid Equilibrium (Vle) Water-Ethanol From Bulrush Fermentantion
Vapor-Liquid Equilibrium (Vle) Water-Ethanol From Bulrush Fermentantion
Ni Ketut Sari
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industry UPN “Veteran” Jatim
Jl. Raya Rungkut Madya Gunung Anyar, Surabaya 60294
e-mail: sari_ketut@yahoo.com
ABSTRACT
Liquid-vapor equilibrium date need in separation process for example distillation, extraction,
absorbsi processes, binary system or multi component system. Be inside Liquid-vapor equilibrium
date can be used for strenght what is mixture faundation azeotropic or zeotropic mixture. For can
be Liquid-vapor equilibrium date ethanol-water, generaly used raw material wich pro analitic (
pro analitic ethanol), In research will example for used raw material wich technical that is
bulrush fermentation yield wich already distillation (technical ethanol). This research can be
liquid-vapor equilibrium date binary system ethanol-water, verification of eksperiment yield with
literature date, and can be temperature date in distilate and in bottom binary system ethanol-
water. Research used device of Still Othmer Glass, raw material ethanol wish used that is
technical and pro analitic with variable of ethanol feed composition that is 0 ; 0.2 ; 0.4 ;0.6 ;0.8 ;1
(mol fraction) and constant pressure 300 bar. Ethanol yield wich used analysis used
spectrofotometer pharo 100. From yild research wich used, than liquid-vapor equilibrium date
binary system ethanol-water direction azeotropic point at ethanol composition 0.98 mol fraction,
and date wish used can be used in calculation at distilation, extraction, absorbsi processes.
PENDAHULUAN
Operasi pemisahan fasa liquid – liquid ada untuk memperoleh data kesetimbangan antara
beberapa macam yaitu distilasi, ekstrasi dan fase liquida dan fase gas adalah Glass Othmer
absorbsi. Seperti halnya pemisahan komponen – Still. Adapun hal – hal yang berpengaruh dalam
komponen campuran ethanol – air yang dilakukan sistem ksetimbangannya yaitu : Tekanan (P),
dengan proses distilasi. Distilasi adalah proses Suhu (T), Konsentrasi komponen A dalam fase
yang digunakan untuk memisahkan campuran liquid (x) dan Konsentrasi komponen A dalam
fluida berdasarkan titik didih yang diikuti oleh fase uap (y). Pada penelitian ini digunakan bahan
kondensasi. Data yang diperlukan dalam pe- baku ethanol dari hasil fermentasi rumput gajah
nyelesaian persoalan distilasi adalah data yang sudah didistilasi dengan kadar ethanol 96%
kesetimbangan antara fase liquid dan fase gas. dan ethanol Pro Analisis dengan kadar 99,8%.
Bentuk dan sumber data kesetimbangan antara Dari data yang diperoleh, dibuat kurva ke-
fase liquid dan fase gas diantaranya dapat setimbangan uap – cair sistem biner ethanol – air.
digambarkan dalam bentuk kurva kesetimbangan Analisa bahan baku dan produk menggunakan
atau diperoleh dengan cara eksperimen. Dua fasa spektrofotometer pharo 100, atau Gas Kro-
dikatakan berada dalam kesetimbangan jika matografi (GC). Dari penelitian sistem biner yang
temperatur, tekanan, dan potensial kimia dari telah dilakukan oleh peneliti terdahulu, dalam
masing-masing komponen yang terlibat di kedua penelitian tersebut masih diperlukan kesetim-
fasa bernilai sama. Salah satu alat yang digunakan bangan uap-cair sistem biner untuk menghasilkan
Ni Ketutsari VAPOR-LIQUID EQUILIBRIUM (VLE) WATER-ETHANOL 364
FROM BULRUSH FERMENTANTION
data yang akurat dan model korelasi yang dapat di bahan optimum (NH4)HPO4 sebesar 9 gram,
aplikasikan untuk memperkirakan kesetimbangan sehingga diperoleh 20 % ethanol.
uap-cair sistem multikomponen (Wiryanto &
Teddy, 1998). Sedangkan pada penelitian yang c. Ni Ketut Sari (2007), “Kajian Produksi Ethanol
dilakukan Hadi Supardi dengan sistem terner dari Limbah Tepung Tapioka” Penelitian ini
Aseton–n-Butanol-Ethanol (ABE) pada tekanan mengkaji tentang produk ethanol dengan
atmosferik, didapatkan data kesetimbangan uap- proses hidrolisis yang menggunakan H2SO4 1
cair sistem terner dan dapat mengetahui pengaruh N pada suhu 110 oC selama 2 jam sehingga
tekanan terhadap kesetimbangan. Jadi untuk dihasilkan kadar gula reduksi tertinggi 5 %
memperoleh data kesetimbangan uap-cair bisa dan kadar pati 16 %, gula reduksi ini
menggunakan sistem biner maupun terner (Hadi, mendapat perlakuan fermentasi yang optimum
1999). selama 5 - 25 jam dengan kadar alkohol 11 -16
%.
Beberapa publikasi tentang proses pembuatan
Ethanol yang dipublikasikan diantaranya : Ethanol atau ethyl alcohol kadang disebut juga
ethanol spiritus. Ethanol digunakan dalam
a. Penelitian yang sudah dilakukan terhadap biji beragam industri seperti campuran untuk
kapas dengan proses hidrolisis yang meng- minuman keras seperti sake atau gin, bahan
gunakan 0,8 % H2SO4 pada suhu 120oC baku farmasi dan kosmetika, dan campuran
selama 1 jam sehingga dihasilkan kadar bahan bakar kendaraan, peningkat oktan, dan
glukosa tertinggi 13,848 %, glukosa ini bensin ethanol (gasohol). Rumput gajah
mendapat perlakuan fermentasi yang optimum dikenal dengan nama ilmiah : Pennisetum
selama 72 jam dengan kadar alkohol 7,86 % Purpureum Schumach. Nama daerahnya :
(Rois, 2005). Elephant grass, napier grass (Inggris), Herbe
d’elephant, fausse canne a sucre (Prancis),
b. Penelitian lain juga dilakukan terhadap buah Rumput Gajah (Indonesia, Malaysia), Buntot-
siwalan menggunakan proses hidrolisis pada pusa (Tagalog, Filipina), Handalawi (Bokil),
suhu 100 oC, pH 2,3 dan H2SO4 1 N, di- Lagoli (Bagobo), Ya-nepia (Thailand), Co’
hasilkan kadar glukosa optimum sebesar 21,86 duoi voi (Vietnam), Pasto Elefante (Spanyol).
% kemudian dilakukan proses fermentasi Rumput gajah berasal dari Afrika tropika,
dengan penambahan optimum (NH4)HPO4 kemudian menyebar dan diper-kenalkan ke
sebesar 9 gram, sehingga diperoleh 9,92 % daerah-daerah tropika didunia. Dikembangkan
ethanol dan kadar glukosa sisa sebesar 8,02 % terus-menerus dengan ber-bagai silangan
(Eri, 2007). sehingga menghasilkan banyak kultivar,
terutama di Amerika, Philipina dan India.
Beberapa penelitian yang telah dilaksanakan
berkaitan dengan pemanfaatan tanaman yang Rumput gajah dikenal dengan nama ilmiah :
berselulosa tinggi sebagai ethanol diantaranya : Pennisetum Purpureum Schumach. Nama daerah-
nya : Elephant grass, napier grass (Inggris),
a. Ni Ketut Sari, Ketut Sumada (2006), “Kajian Herbe d’elephant, fausse canne a sucre (Prancis),
Produksi Ethanol dari Bengkuang” Penelitian Rumput Gajah (Indonesia, Malaysia), Buntot-
ini mengkaji tentang produk ethanol dengan pusa (Tagalog, Filipina), Handalawi (Bokil),
proses hidrolisis dengan peubah derajat Lagoli (Bagobo), Ya-nepia (Thailand), Co’ duoi
keasaman (pH) dan perbandingan H2SO4 voi (Vietnam), Pasto Elefante (Spanyol). Rumput
dengan bengkuang, dimana menggunakan 0,8 gajah berasal dari Afrika tropika, kemudian
% H2SO4 pada suhu 120 oC selama 1 jam menyebar dan diperkenalkan ke daerah-daerah
sehingga dihasilkan kadar gula reduksi tropika didunia. Dikembangkan terus-menerus
tertinggi 5 % dan kadar pati 16 %. Gula dengan berbagai silangan sehingga menghasilkan
reduksi ini mendapat perlakuan fermentasi banyak kultivar, terutama di Amerika, Philipina
yang optimum selama 24 - 72 jam dengan dan India. Rumput gajah merupakan keluarga
variable waktu fermentasi diperoleh kadar rumput-rumputan (graminae) yang telah dikenal
alkohol 9 %. manfaatnya sebagai pakan ternak pemamah biak
(ruminansia) yang alamiah di Asia Tenggara.
b. Ni Ketut Sari, Ketut Sumada (2006), “Kajian
Produksi Ethanol dari Air Leri” Penelitian ini Rumput gajah secara umum merupakan
mengkaji tentang menggunakan proses hi- tanaman tahunan yang berdiri tegak, berakar
drolisis pada suhu 100 oC, pH 2,3 dan H2SO4 dalam, tinggi rimpang yang pendek.Tinggi batang
1 N, dihasilkan kadar gula reduksi optimum dapat mencapai 2-4 meter (bahkan mencapai 6-7
sebesar 6,7 % dan kadar pati 7 %, kemudian meter), dengan diameter batang dapat mencapai
dilakukan proses fermentasi dengan penam- lebih dari 3 cm dan terdiri sampai 20 ruas/buku.
Jurnal Teknik Kimia, Vol.5, No.1, September 2010 365
a. Hidrolisis
1. pH (derajat keasaman)
pH mempengaruhi proses hidrolisis sehingga
dapat dihasilkan hidrolisis yang sesuai
dengan yang diinginkan, pH yang baik untuk
proses hidrolisis adalah 2,3
Gambar 2. Rumus Bangun Selulosa
Ni Ketutsari VAPOR-LIQUID EQUILIBRIUM (VLE) WATER-ETHANOL 366
FROM BULRUSH FERMENTANTION
4. Kualitas Ethanol
Kandungan Ethanol dalam rumput gajah mendekati satu, pengambilan asumsi bahwa =
dapat dikendalikan dengan mengatur berbagai 1 menimbulkan kesalahan yang kecil untuk
faktor yang mempengaruhi : Konsentrasi selulosa, kesetimbangan uap cair tekanan rendah, sehingga
pati dan glukosa, pH, Perbandingan rumput gajah diperoleh persamaan untuk menghitung
dengan larutan HCl, Jumlah Saccharomyces komposisi uap ( yi ) : (Smith dkk., 1996)
cerevisiae, Waktu fermentasi. Kualitas produk
yang akan dihasilkan mempunyai standar
komposisi sebagai berikut : ……… 4
Tabel 1. Standar komposisi produk Harga T sebagai harga awal akan digunakan
untuk mengetahui tekanan uap jenuh suatu zat
No Komponen Komposisi produk yang akan diestimasi dengan persamaan Antoine.
(% berat)
Keterangan Gambar :
1. Boiling Still
2. Kondensor
3. Kondensat Chamber
4. Cock
5. Thermometer
6. Heater
ngan sistem ethanol(1)-air(2) (Perry,6 th ed.). Dari Pada gambar 7 ditampilkan kurva kese-
gambar terlihat temperatur pada eksperimen lebih timbangan X,Y,T untuk sistem biner ethanol(1)-
tinggi dari literatur, hal ini disebabkan karena air(2) berdasarkan data eksperimen dengan
kadar bahan ethanol yang digunakan pada menggunakan ethanol pro analitis. Pada gambar
penelitian adalah 96% sedangkan pada literatur menunjukkan bahwa semakin besar fraksi mol
adalah ethanol absolute, dimana kadar ethanol maka temperatur pada dew point dan bubble point
mempengaruhi titik didih. Pada gambar 4 semakin menurun. Hal ini disebabkan karena
ditampilkan kurva kesetimbangan X,Y etha- komponen ethanol bersifat volatile dengan titik
nol(1)-air(2) berdasarkan data eksperimen dengan didih 78,32 oC sedangkan air bersifat non-volatile
menggunakan ethanol dari hasil fermentasi dengan titik didih 100 oC. Pada gambar 5
rumput gajah dengan kadar 96% dan hasil ditampilkan kurva kesetimbangan X,Y,T untuk
eksperimen dianalisa dengan spektrofotometer data sistem biner ethanol(1)-air(2) (eksperimen)
pharo 100, dari variasi komposisi ethanol yang dibandingkan dengan sistem ethanol(1)-air(2)
digunakan (0,2 ; 0,4 ; 0,8; 1 fraksi mol), (Perry,6 th ed.). Dari gambar kurva dew point
menunjukkan bahwa pada titik 0,8 (komposisi terlihat temperature pada eksperimen lebih tinggi
umpan) fraksi mol hampir mendekati titik dari literature, hal ini disebabkan karena kadar
azeotrop. bahan yang digunakan pada penelitian adalah
99,8% sedangkan pada literature adalah ethanol
d. Grafik kurva kesetimbangan Ethanol-Air absolute. Karena salah satu faktor yang
dari data literatur dan hasil eksperimen mempengaruhi titik didih adalah kadar ethanol.
dengan bahan baku ethanol pro analitis (99,8 Kurva kesetimbangan X,Y sistem biner
%) ethanol(1)-air(2) berdasarkan data eksperimen
dengan menggunakan ethanol Pro Analisis untuk
daerah setelah azeotrop. Pada titik 0,85 dan 0,9
fraksi mol termasuk dalam fase uap sedangkan
pada titik 0,95 dan 0,98 fraksi mol termasuk
dalam fase cair. Pada gambar 5 terlihat bahwa
hasil eksperimen terlihat fase cair dan fase uap
sehingga dapat mengetahui titik azeotropnya
sedangkan pada literatur tidak ditemukan fase
cairnya.
Glukosa yang dihasilkan : 0,2966 mol = 0,2966 3. Kurva kesetimbangan uap-cair sistem biner
mol x 180 = 53,388 gram ethanol-air yang dihasilkan dengan bahan
baku ethanol teknis penyimpangannya lebih
Pada reaksi (3) : besar dibandingkan penggunaan bahan baku
ethanol pro analitis, karena ethanol teknis
Ethanol yang dihasilkan : 2 x 0,2966 mol = mengandung kadar air dan impuritis yang
0,5933 mol = 0,5933 mol x 46 = 27,291 gram tinggi, sehingga penyimpangan terjadi saat
mendekati titik azeotropik.
CO2 yang dihasilkan : 2 x 0,2966 mol = 0,5933
mol = 0,5933 mol x 44 = 26,105 gram 4. Kurva kesetimbangan uap-cair sistem biner
ethanol-air hasil penelitian dengan bahan
2. Perhitungan Yied Ethanol baku ethanol teknis mendekati data literatur
pada saat variabel berubah 0,2 dan 0,4 fraksi
Yield ethanol yang dihasilkan adalah 31,69 %. mol ethanol.
Dalam 100 gram rumput gajah terdapat 31,69 5. Kurva kesetimbangan uap-cair sistem biner
gram ethanol ; dalam 1000 gram rumput gajah ethanol-air hasil penelitian dengan bahan
terdapat 316,9 gram ethanol ; dalam 1 kg rumput baku ethanol pro analitis mendekati data
gajah terdapat 316,9 gram ethanol, diketahui literatur pada saat variabel berubah 0,85 dan
densitas ethanol = 0,98 gr/liter. 0,9 fraksi mol ethanol.
Lamiya Mu'nisatus Zahro. 2000. “Keseimbangan Perry, J.H., and C.H.Chilton. 1996 “Chemical
Uap-Cair Secara Isothermal Untuk Engineers Handbook”, 6th edition. New
Campuran-Campuran Biner Yang Terlibat York : McGraw-Hill.
Dalam Distilasi Alcohol”, Jurnal
Penelitian Teknik Kimia. Suparni. S. R. 2009. “Dasar Kesetimbangan Uap-
http://74.125.153.132/search?q=cache:Bq_ Cair”, Jurnal Penelitian Teknik Kimia.
RqTOSSioJ:lamiyamz.blogspot.com/2009/ http://www.chemstry.org/materi_kimia/kimia-
03/diagram-keseimbanganfase industri/teknologi-proses/dasar-
pada.html+jurnal+kesetimbangan+uap+cai kesetimbangan-uap-cair/
r+pada+sistem+biner&cd=7&hl=id&ct=cl
nk&gl=id Soebijanto, T. 1986. “HFS dan Industri Ubi Kayu
Lainnya”, Gramedia : Jakarta
Mhd. Darwis M. 2009. “Keseimbangan Uap
Cair”, Laporan Praktikum Kimia Fisika. Wiryanto, Tedddy S.W. 1999. “Kesetimbangan
http://spirit-awis.blogspot.com/ Uap-Cair Sistem Biner Etanol(1) – Air (2),
Aseton (1) – Air (2), Air (1) – n-Butanol
Ni Ketut Sari. 2007. “Pemisahan Sistem Biner (2) dan Kesetimbangan Cair-cair Air(1) –
Etanol-Air Dan Sistem Terner ABE n-Butanol(2)”, Jurnal Penelitian Teknik
Dengan Distilasi Batch Sederhana”. Jurnal Kimia.
INDUS-TRI Jurnal Ilmiah Sains dan
Teknologi Vol. 6 / Fakultas Teknik
Industri ITS Surabaya.