Anda di halaman 1dari 39

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Macam-macam Sistem Koordinat

Allah SWT menciptakan alam semesta ini dalam keadaan yang

teratur rapi. Regularitas gerakan matahari, planet, satelit, komet dan

benda-benda langit lainnya menyebabkan gerakan benda-benda langit

tersebut dapat dipelajari dengan seksama. Dengan memahami gerakan

benda-benda langit tersebut, manusia dapat memperkirakan peristiwa-

peristiwa yang terjadi di masa depan dengan akurat. Kapan matahari

terbenam, kapan terjadi bulan purnama, kapan terjadi gerhana matahari

dan gerhana bulan dapat dihitung dengan ketelitian tinggi.

Sistem koordinat adalah suatu cara/metode untuk menentukan letak

suatu titik. Posisi benda langit seperti matahari dapat dinyatakan dalam

sistem koordinat tertentu, misalkan dalam sistem koordinat ekliptika.

Untuk memudahkan pemahaman terhadap posisi benda-benda langit,

diperkenalkan beberapa sistem koordinat.

Adapun beberapa macam sistem koordinat, antara lain:

1. Sistem Koordinat Kartesius

Untuk menyatakan posisi sebuah benda dibutuhkan suatu sistem

koordinat yang memiliki pusat koordinat dan sumbu koordinat. Sistem

koordinat yang paling dasar/sederhana adalah sistem koordinat

kartesius. Jika berbicara ruang dua dimensi, maka koordinat kartesius

Aplikasi Sistem Koordinat..., Alina Rahmatika, FKIP UMP, 2012


dua dimensi memiliki pusat di O dan dua sumbu koordinat yang saling

tegak lurus yaitu x dan y. Dalam gambar di bawah ini, titik P dinyatakan

dalam koordinat x dan y.


y

x
O
Gambar 1. Sistem Koordinat Kartesius
Bulan dalam berevolusi mengelilingi bumi, suatu saat bulan

berada pada arah yang berlawanan dengan matahari dan posisi

matahari, bumi dan bulan berada pada suatu garis lurus yang disebut

bulan purnama (full moon). Bulan purnama juga sering disebut dengan

istilah istiqbal. (Azhari, 2007:19)

Gambar 1. dapat digunakan untuk menentukan waktu terjadinya

bulan purnama. Waktu bulan purnama dapat dicari melalui titik potong

antara lintasan edar matahari dan bulan yang saling berpotongan. Jika

posisi matahari dan bulan pada saat bulan purnama berada pada titik

potong tersebut, maka rumus persamaan garis lurus dapat digunakan

untuk menentukan waktu terjadinya bulan purnama. Garis lurus adalah

sebuah garis yang merupakan objek geometris, jika ditempatkan pada

suatu bidang koordinat maka garis ini akan mempunyai persamaan

yaitu persamaan garis lurus. Persamaan garis lurus adalah suatu

persamaan yang jika digambarkan ke dalam bidang koordinat kartesius

Aplikasi Sistem Koordinat..., Alina Rahmatika, FKIP UMP, 2012


akan membentuk sebuah garis lurus. Untuk mengetahui persamaan

garis lurus, maka diperlukan suatu kemiringan garis (gradien).

Gradien

Gradien suatu garis lurus adalah perbandingan antara komponen

y (ordinat) dan komponen x (absis) antara dua titik pada garis itu.

Gradien suatu garis sering disebut kecondongan sebuah garis atau

kemiringan sebuah garis dan biasanya dinotasikan dengan huruf kecil

m. Adapun garis-garis dengan beragam kemiringan yaitu jika garis

mendatar maka mempunyai kemiringan nol, garis yang naik ke kanan

mempunyai kemiringan positif dan garis yang jatuh ke kanan

mempunyai kemiringan negatif. Semakin besar kemiringannya, maka

semakin condong garis tersebut. Konsep kemiringan garis tegak tidak

mempunyai arti karena akan menyangkut pembagian dengan nol. Oleh

karena itu, kemiringan untuk garis tegak dibiarkan tak terdefinisi.

(Purcell, 2003: 25)


y
(x2, y2)
R

y2 – y1
(x1, y1)
Q
P x2 – x1

O x

Gambar 2. Gradien Pada Bidang Koordinat Kartesius

Aplikasi Sistem Koordinat..., Alina Rahmatika, FKIP UMP, 2012


Berdasarkan Gambar 2, menunjukkan bahwa sebuah garis lurus

pada bidang koordinat yang melalui titik P dan R. Garis lurus tersebut

dibentuk oleh titik-titik dengan koordinat (x 1 , y 1 ) dan (x 2 , y 2 ), maka

untuk mengetahui kemiringan suatu garis (gradien) yang mempunyai

titik P dan R dapat menggunakan perbandingan komponen y dan

komponen x sebagai berikut:

Komponen y
Gradien =
Komponen x

∆y
m=
∆x

y 2 − y1
m=
x 2 − x1

y 2 − y1
Jadi, kemiringan suatu garis (m) adalah .
x 2 − x1
(Purcell, 2003: 24)
y K
(x, y)

y2 – y1
(1, 4)

x2 – x1

Gambar 3. Menunjukkan Sebuah Garis K yang Melalui


Titik (1, 4) dan Titik yang Lain

Aplikasi Sistem Koordinat..., Alina Rahmatika, FKIP UMP, 2012


Berdasarkan Gambar 3 di atas, ambil sebarang titik lain pada

garis K, misalkan titik dengan koordinat (x, y). Jika titik-titik dengan

koordinat (1, 4) dan (x, y) digunakan untuk mengukur kemiringan garis

1
K, maka harus diperoleh m = sebagai berikut:
2

Titik (x, y) sebagai titik (x 1 , y 1 ) dan titik (1, 4) sebagai titik (x 2 , y 2 ).

Komponen y
Gradien =
Komponen x

y 2 − y1
m=
x 2 − x1

1 y −4
=
2 x −1

atau setelah mengalikannya dengan (x – 1) akan diperoleh persamaan:

1
y–4= ( x − 1)
2

Persamaan ini dipenuhi oleh semua titik pada garis K, bahkan

oleh titik (1, 4). Selanjutnya, tak satu pun titik yang tidak terletak pada

garis tersebut dapat memenuhi persamaan tersebut. Berdasarkan contoh

pada Gambar 3 yang telah dilakukan di atas, maka dapat diperoleh

bentuk persamaan:

y - y 1 = m(x – x 1 )

Bentuk y - y 1 = m(x – x 1 ) merupakan bentuk persamaan garis lurus yang

mempunyai gradien dan sebuah titik koordinat.

(Purcell, 2003: 25)

Aplikasi Sistem Koordinat..., Alina Rahmatika, FKIP UMP, 2012


Contoh :

Tentukan bentuk persamaan garis untuk garis yang melalui titik (3, 2)

dan mempunyai gradien 2 !

Jawab:

y - y 1 = m(x – x 1 )

y – 2 = 2(x – 3)

y – 2 = 2x – 6

2x – 6 – y + 2 = 0

2x – y – 6 + 2 = 0

2x – y – 4 = 0

Jadi, bentuk persamaan garis lurusnya adalah 2x – y – 4 = 0.

Berdasarkan Gambar 2 dan Gambar 3, maka rumus gradien dan

bentuk persamaan garis lurus yang mempunyai gradien dan sebuah titik

koordinat yang telah diketahui dapat digunakan untuk mengetahui

bentuk persamaan garis lurus melalui dua titik dengan cara sebagai

berikut:

y 2 − y1
Rumus gradien yaitu m = dianggap sebagai persamaan (1) dan
x 2 − x1

bentuk persamaan garis lurus yang mempunyai gradien dan sebuah titik

koordinat yaitu y - y 1 = m(x – x 1 ) dianggap sebagai persamaan (2).

Substitusikan persamaan (1) ke dalam persamaan (2), maka akan

diperoleh sebagai berikut:

Aplikasi Sistem Koordinat..., Alina Rahmatika, FKIP UMP, 2012


y - y1 = m (x - x 1 )
y 2 − y1
y – y1 = (x − x1 )
x 2 − x1
y - y1 = ( y 2 − y1 )( x − x1 )
x 2 − x1
y − y1
= ( y 2 − y1 )(x − x1 )
y 2 − y1 ( y 2 − y1 )(x2 − x1 )
y − y1 x − x1
=
y 2 − y1 x 2 − x1

Jadi, bentuk persamaan garis yang melalui dua titik adalah

y − y1 x − x1
=
y 2 − y1 x 2 − x1

2. Sistem Koordinat Kutub

Jika O merupakan titik pusat koordinat dan garis OX merupakan

sumbu absis, maka titik P dapat ditentukan koordinatnya dalam sistem

koordinat polar berdasarkan sudut vektor (αv ) dan radius vektor (r) atau

(garis OP) yaitu P (r, α v ).

P(r, αv)
r
y
αv
O X
x

Gambar 4. Garis yang Melalui Titik P(r, αv)

Aplikasi Sistem Koordinat..., Alina Rahmatika, FKIP UMP, 2012


3. Sistem Koordinat Bola

Sistem koordinat kartesius tiga dimensi (x, y, z) pada Gambar 5

dapat diubah menjadi sistem koordinat bola (spherical coordinate) tiga

dimensi (r, α, β) seperti pada Gambar 6. Dalam koordinat kartesius tiga

dimensi, seluruh koordinat (x, y dan z) berdimensi panjang. Sedangkan

dalam koordinat bola, terdapat satu koordinat yang berdimensi panjang

(r) dan dua koordinat lainnya berdimensi sudut (α dan β). Titik P masih

tetap menyatakan titik yang sama dengan titik P pada Gambar 5. Jarak

titik P ke pusat O sama dengan r. Jika titik P diproyeksikan ke bidang

datar xy, maka sudut antara garis OP dengan bidang datar xy adalah β

(beta). Selanjutnya sudut antara proyeksi OP pada bidang xy dengan

sumbu x adalah α (alpha).

Gambar 5. Sistem Koordinat Kartesius Tiga Dimensi (x, y, z)


z

P(r, α, β)

O β y
α

x
Gambar 6. Sistem Koordinat Bola Tiga Dimensi (r, α, β)

Aplikasi Sistem Koordinat..., Alina Rahmatika, FKIP UMP, 2012


B. Bola Bumi

Bumi merupakan salah satu di antara sembilan planet yang

mengelilingi matahari sebagai pusat tata surya. Bumi itu sebagai benda

putar yang berbentuk seperti bola, sehingga bumi dapat dianggap sebagai

bola bumi. Hal ini dapat dibayangkan jika setengah lingkaran diputar

mengelilingi diameter sebagai sumbu putarnya. Pada bola bumi ada

beberapa istilah atau bagian-bagian yang perlu diketahui sebelum

mempelajari lebih dalam mengenai ilmu falak, diantaranya adalah:


KBU

Greenwich

Equator bumi
Garis bujur

B T

Garis lintang

KBS

Gambar 7. Garis-garis Semu Pada Permukaan Bola Bumi

Seandainya dalam khayalan dihadirkan sebuah bola bumi yang

berputar dari barat ke timur satu kali dalam sehari semalam, seolah-olah

bola bumi itu berputar pada sebuah poros. Maka, semua titik di permukaan

bumi itu bergerak dari barat ke timur juga, kecuali dua buah titik di

sebelah utara dan selatan yang tidak bergerak. Kedua titik itu dinamakan

Kutub Bumi Utara (KBU) dan Kutub Bumi Selatan (KBS).

Aplikasi Sistem Koordinat..., Alina Rahmatika, FKIP UMP, 2012


Khatulistiwa/equator bumi

Adalah lingkaran yang membagi dua sama besar bola bumi menjadi bagian

selatan dan bagian utara.

Garis Bujur

Adalah lingkaran-lingkaran besar yang melalui titik kutub dan

memotong tegak lurus garis equator atau khatulistiwa. Jika setiap titik di

permukaan bumi ditarik garis-garis bujur, maka garis-garis bujur itu akan

memenuhi seluruh permukaan bumi dan membentuk bangun bulat seperti

bola. Garis bujur yang melintasi kota Greenwich mempunyai kedudukan

istimewa. Dari bujur Greenwich (bujur 0o) ke arah timur sampai 180o

dinamakan bujur timur dan ke arah barat sampai 180o dinamakan bujur

barat. Lambang bujur tempat adalah τ (Torsi).

Garis Lintang

Adalah lingkaran-lingkaran yang sejajar dengan garis equator atau

khatulistiwa. Jika pengamat berdiri di selatan khatulistiwa, maka lintang

tempat pengamat bernilai negatif. Kemudian jika pengamat berdiri di

sebelah utara khatulistiwa, maka lintang tempat pengamat bernilai positif.

Lambang lintang tempat adalah φ (fi).

Selain bumi memiliki beberapa bagian pada permukaannya, bumi

juga melakukan beberapa gerakan yang alami yaitu gerak rotasi bumi dan

revolusi bumi. Rotasi bumi adalah perputaran bumi pada sumbunya dari

arah barat ke timur dengan durasi rata-rata 24 jam untuk satu kali putaran

atau 15° per jam. Dalam waktu bersamaan ketika bumi mengelilingi

Aplikasi Sistem Koordinat..., Alina Rahmatika, FKIP UMP, 2012


matahari, bulan juga mengelilingi bumi pada orbitnya. Hanya saja

kecepatan bulan dalam mengelilingi bumi jauh lebih besar dari kecepatan

bumi dalam mengelilingi matahari, yaitu 13° per hari. Oleh karena itu,

setiap kali satu putaran bumi mengelilingi matahari terjadi dua belas kali

putaran bulan mengelilingi bumi. Dalam perjalanan mengitari bumi itu,

suatu saat bulan berada diantara matahari dan bumi atau bulan berada

dibelakang matahari dan bumi. Poros (sumbu) bumi merupakan garis

khayal yang menandakan sumbu rotasi dari bumi yang melalui kutub utara

dan kutub selatan. (Syamsul, 2011: 62)

Revolusi bumi adalah gerak bumi mengelilingi matahari dari arah

barat ke timur dengan menempuh jarak 00°59′08.33″ per hari dengan

kecepatan 107.000 km per jam atau sekitar 29,7 km per detik.

Sebagaimana diketahui bahwa Hukum Keppler pertama menyebutkan

bahwa bumi beredar mengelilingi matahari berada di salah satu titik

fokusnya. Lintasan penuh elips ini ditempuh bumi dalam waktu satu tahun

(365,25 hari) atau dengan kata lain bumi berevolusi sempurna dalam

waktu satu tahun. (Anwar, 2011: 62)

Bentuk perjalanan keliling bumi mengelilingi matahari membentuk

sebuah lingkaran telur (lingkaran berbentuk elips) yang menyebabkan

jarak bumi dari matahari bervariasi dari segi jauh atau dekatnya. Aphelion

adalah titik terjauh bumi dari matahari dalam perjalanannya mengitari

matahari. Perihelion adalah titik terdekat bumi dengan matahari.

(Anwar, 2011: 63)

Aplikasi Sistem Koordinat..., Alina Rahmatika, FKIP UMP, 2012


C. Bola Langit

Sebenarnya bola langit itu sama sekali tidak ada, hanya karena

ruangan langit itu sangat luas maka para sarjana astronomi menganggap

bahwa bola langit itu ada untuk memudahkan penelitian-penelitian di

ruang angkasa. Sehingga, benda-benda langit itu mudah dan dapat

diketahui dimana tempatnya, letaknya dan bagaimana hubungannya

dengan benda-benda angkasa yang lain. Adapun bola langit yang dianggap

ada ialah lingkaran khayal yang merupakan batas pandang mata pengamat

ke angkasa yaitu tempat benda-benda langit berada. Seolah-olah semua

benda langit melekat pada langit. Bintang, matahari dan bulan tampak

seolah-olah sama jauhnya dari mata pengamat walaupun letak bintang itu

sangat jauh dibandingkan dengan letak bulan ke bumi. (Shadiq, 1994: 16)
KBU

B T
Bola bumi

Bola langit
KBS

Gambar 8. Bola Bumi yang diekspansikan


menjadi Bola Langit

Aplikasi Sistem Koordinat..., Alina Rahmatika, FKIP UMP, 2012


B1
M1
B

Pt M

Bt
Bt1

Gambar 9. Letak Benda-benda Langit Pada


Bola Langit

Keterangan:
Pt : Pengamat di pusat bumi atau pusat bola langit
B : Bulan yang letaknya sangat dekat ke bumi tampak
seolah – olah berada di B1
M : Matahari tampak seolah-olah berada di M1
Bt : Bintang yang letaknya sangat jauh dari bumi, tampak seolah-olah
berada di Bt1

C.1. Sistem Koordinat Ekliptika

Secara abstrak bola langit dapat digambarkan seperti pada

Gambar 9. Bidang ekliptika yang berbentuk elips jika diekpansikan

akan memotong bola langit dalam bentuk lingkaran ekliptika yang biasa

disebut lingkaran ekliptika atau ekliptika. Lingkaran ekliptika adalah

lingkaran yang seakan-akan dilalui oleh matahari dan merupakan jalan

peredaran matahari dalam waktu satu tahun.


Pole

M M1

Lingkaran
M2 β
φ ekliptika
λλ
λ

Gambar 10. Peredaran Matahari Pada Lingkaran Ekliptika

Aplikasi Sistem Koordinat..., Alina Rahmatika, FKIP UMP, 2012


Keterangan :
M : Matahari
M1, M2 : Perjalanan matahari pada garis edar

Sistem koordinat ekliptika merupakan sistem koordinat bola

dimana lingkaran ekliptika sebagai lingkaran tengah atau lingkaran

utamanya dan bujur yang melewati vernal equinox (titik Aries) sebagai

bujur standar dengan garis normal dari bidang ekliptika yang

menembus kutub bola langit. Sebuah benda langit yang berada pada

bola langit, kedudukannya dalam sistem koordinat ekliptika ditentukan

oleh:

a) Bujur ekliptika (diberi tanda λ)


Bujur ekliptika adalah sudut yang dibentuk oleh garis yang

menghubungkan pengamat dengan titik Aries (garis Ptγ dalam

Gambar 11) dan garis yang menghubungkan pengamat dengan

proyeksi benda langit pada lingkaran ekliptika (garis Ptk′ dalam

Gambar 11) atau dalam Gambar 11 dinyatakan oleh sudut γPtk′ atau

busur γk′. Bujur ekliptika dihitung mulai 0 sampai 360 dan diukur
0 0

mulai dari titik menelusuri ekliptika ke arah timur. (Azhari, 2007:31)

b) Lintang ekliptika (diberi tanda β )

Lintang ekliptika adalah sudut yang dibentuk oleh garis yang

menghubungkan antara pengamat dan proyeksi benda langit pada

lingkaran ekliptika (Ptk′ pada Gambar 11) dan garis yang

menghubungkan pengamat dengan benda langit (garis PtK pada

Gambar 11) dinyatakan oleh sudut k′PtK atau busur k′K.

Aplikasi Sistem Koordinat..., Alina Rahmatika, FKIP UMP, 2012


Lintang ekliptika diukur mulai dari ekliptika sampai kutub

utara ekliptika untuk benda-benda langit yang berada sebelah utara

ekliptika atau dari 0° sampai 90°. Sedangkan, untuk benda-benda

langit yang berada sebelah selatan ekliptika, pengukurannya dimulai

dari ekliptika sampai kutub selatan ekliptika atau dari 0° sampai

-90°. (Azhari, 2007: 32)

KLU

K
Ekliptika

Pt β
B λ T
k’

KLS

Gambar 11. Sistem Koordinat Ekliptika

Setiap hari matahari terlihat terbit di sebelah timur, lalu bergerak

makin lama makin tinggi, hingga akhirnya pada tengah hari mencapai

tempat kedudukannya yang paling tinggi pada hari itu yang dinamakan

titik kulminasi. Setelah itu, matahari meneruskan perjalanannya di

lingkaran ekliptika dan pada senja hari terlihat bahwa matahari

terbenam dari ufuk timur ke ufuk barat. Perjalanan matahari seperti itu

bukanlah gerak matahari yang sebenarnya.

Aplikasi Sistem Koordinat..., Alina Rahmatika, FKIP UMP, 2012


Akibat rotasi bumi dari arah barat ke timur, maka matahari

tampak seperti bergerak dari timur ke barat. Namun, sebenarnya

matahari tersebut tidak bergerak. Gerakan matahari ini disebut sebagai

gerak semu matahari atau lingkaran semu matahari. Karena gerak semu

ini dapat dilihat setiap hari, maka disebut gerak semu harian matahari

atau lingkaran semu harian matahari. Disamping melakukan perjalanan

semu harian, matahari juga melakukan perjalanan tahunan yang

sesungguhnya, yaitu perjalanan matahari dari arah timur ke barat dalam

waktu satu tahun (365,2425 hari) untuk sekali putaran. Dengan

demikian dalam sehari matahari dapat bergerak sebesar 0°59′08,33″.

Deklinasi 0°
o
Deklinasi 23 1
o
Deklinasi -23 1
2 2
B

Timur
A

Barat
C

Lingkaran semu harian matahari

Gambar 12. Perjalanan Semu Harian Matahari


Keterangan :
A : Posisi matahari saat terbit
B : Posisi matahari saat kulminasi
C : Posisi matahari saat terbenam

Aplikasi Sistem Koordinat..., Alina Rahmatika, FKIP UMP, 2012


C.2. Sistem Koordinat Equator

Lingkaran besar khatulistiwa yang berbentuk elips melewati

pusat bumi dengan bidangnya yang tegak lurus sumbu rotasi bumi,

jika diekpansikan maka akan memotong bola langit dalam bentuk

lingkaran khatulistiwa langit yang biasa disebut equator langit.

KLU

Bola langit

Bola Equator
bumi langit

Equator
bumi

KLS

Gambar 13. Equator Bumi dan Equator Langit

Sistem koordinat equator merupakan sistem koordinat bola

dengan khatulistiwa langit sebagai equator (lingkaran tengah) dan

garis normal dari khatulistiwa langit menembus bola langit pada

kutub lintang utara (KLU), kemudian dari KLU ditarik bujur

melewati vernal equinox sebagai bujur standar.

Dalam sistem koordinat equator, kedudukan suatu benda langit pada

bola langit dapat ditentukan oleh:

Aplikasi Sistem Koordinat..., Alina Rahmatika, FKIP UMP, 2012


a) Asensiorekta (diberi tanda α)

Adalah jarak dari vernal equinox ke bujur bola langit diukur

melalui lingkaran waktu dan dihitung dengan derajat, menit dan

detik.

b) Deklinasi (diberi tanda δ)

Adalah jarak dari suatu benda langit ke equator langit diukur

melalui lingkaran waktu dan dihitung dengan derajat, menit dan

detik.

Gambar 14. Sistem Koordinat Equator

Berdasarkan Gambar 14. sistem koordinat equator dapat

digunakan untuk mengetahui waktu di bumi saat benda-benda langit

seperti matahari dan bulan beredar pada lintasannya. Hal itu dapat

diketahui dengan cara memproyeksikan benda-benda langit ke

sistem koordinat equator.

Aplikasi Sistem Koordinat..., Alina Rahmatika, FKIP UMP, 2012


C.3. Sistem Koordinat Ekliptika dan Sistem Koordinat Equator
Pole
Penumbra
Umbra
AE

Equator

VE

Ekliptika

Gambar 15. Gambaran Gerhana Bulan Pada Sistem Koordinat


Ekliptika dan Sistem Koordinat Equator

Berdasarkan Gambar 15, dapat diketahui bahwa hubungan

sistem koordinat ekliptika dan sistem koordinat equator dapat

digunakan untuk mengetahui fenomena gerhana bulan. Pada Gambar

15 juga menggambarkan fenomena bulan purnama karena jika

terjadi gerhana bulan pasti akan terjadi bulan purnama, namun jika

terjadi bulan purnama belum tentu terjadi gerhana bulan. Sistem

koordinat ekliptika dapat digunakan untuk menggambarkan posisi

benda-benda langit seperti matahari dan bulan beserta regularitas

edarannya, sedangkan sistem koordinat equator dapat digunakan

untuk mengetahui waktu di bumi pada saat benda-benda langit

beredar pada lintasannya dan dapat juga untuk mengetahui waktu

terjadinya fenomena alam seperti gerhana bulan, dan lain-lain.

Pada fase new moon, seluruh bagian bulan yang gelap akan

menghadap ke bumi. New moon atau ijtimak merupakan bulan baru

yaitu bulan dalam berevolusi mengelilingi bumi, suatu saat bulan

Aplikasi Sistem Koordinat..., Alina Rahmatika, FKIP UMP, 2012


akan berada pada arah yang sama dengan matahari atau letak bulan

diantara matahari dan bumi. Sementara itu pada fase full moon,

seluruh permukaan bulan yang terang akan menghadap ke bumi.

Meskipun pada fase full moon kedudukan bulan berada satu arah

dengan matahari, namun karena bidang lintasan bulan mengelilingi

bumi tidak berimpit dengan bidang ekliptika, maka kedudukan bumi,

bulan dan matahari tidak selalu berada dalam satu garis lurus.

(Azhari, 2007:19)

Untuk menentukan waktu terjadinya bulan purnama, maka

diperlukan program pendukung yaitu program data Winhisab.

Program ini dapat mempermudah dalam pengambilan data-data yang

update dan akurat yang akan digunakan dalam menentukan waktu

bulan purnama.

Program data Winhisab yaitu salah satu dari Software

Aplikasi Falak (SAF) adalah Program hasil kreasi Badan Hisab dan

Rukyat (BHR) Departemen Agama RI. Program ini direlease mulai

tahun 1996. Program komputer ini didesain khusus untuk

perhitungan (hisab) terhadap hitung-hitungan ilmu falak. Progarm

data Winhisab berisi tentang data-data sebagai berikut:

a) Tinggi hilal saat matahari terbenam

Tinggi hilal saat matahari tenggelam adalah data dalam

program Winhisab, yang didapat dengan menggunakan data GHA

(Greenwich Hour Angle) atau sudut waktu untuk kota-kota

Aplikasi Sistem Koordinat..., Alina Rahmatika, FKIP UMP, 2012


Greenwich. Greenwich Hour Angel ini biasanya diberi simbol “t”,

karena data “t” tidak disediakan oleh alamanak falakiyah ini.

Sebagai gantinya, dapat menggunakan apparent right ascension

(asensiorekta), baik untuk bulan maupun matahari.

b) Data astronomi matahari dan bulan

Data astronomi matahari dan bulan adalah data yang

disediakan dalam program Winhisab yang mana data tersebut sering

digunakan dalam melakukan kegiatan hisab dan rukyat, untuk

menentukan arah kiblat, waktu-waktu ibadah dan hari-hari besar

Islam.

Berikut ini rincian dari data astronomi matahari dan bulan:

1) Data Astronomi Matahari

Ecliptic Longitude

Ecliptic longitude dikenal dalam Bahasa Indonesia

sebagai bujur astronomis. Data ini adalah jarak matahari dari

titik Aries yang diukur sepanjang lingkaran ekliptika.

Ecliptic Latitude

Ecliptic latitude dikenal dalam Bahasa Indonesia sebagai

lintang astronomis. Data ini adalah jarak titik pusat matahari

dari lingkaran ekliptika. Sebenarnya ekliptika itu sendiri adalah

lingkaran yang ditempuh oleh gerak semu matahari secara

tahunan. Oleh karena itu, matahari selalu berada di lingkaran

ekliptika. Namun, karena jalannya tidak rata persis maka ada

Aplikasi Sistem Koordinat..., Alina Rahmatika, FKIP UMP, 2012


sedikit geseran. Keadaan seperti ini dapat kita lihat dari nilai

ecliptic latitude yang selalu mendekati nol.

Apparent Right Ascension

Apparent right ascension dikenal dalam Bahasa

Indonesia dengan asensiorekta. Data ini adalah jarak matahari

dari Titik Aries (vernal equinox) yang diukur sepanjang

lingkaran equator.

Apparent Declination

Apparent dec, singkatan dari Apparent declination

dikenal dalam Bahasa Indonesia sebagai deklinasi matahari atau

lebih dikenal sebagai deklinasi. Data ini adalah jarak matahari

dari equator. Jika nilai deklinasi positif, berarti matahari berada

di sebelah utara equator dan jika nilai deklinasi, negatif berarti

matahari berada disebelah selatan equator.

True Geosentric Distance

True geosentric distance dikenal dalam Bahasa

Indonesia dengan istilah jarak geosentris. Data ini

menggambarkan jarak antara bumi dan matahari. Nilai pada data

ini merupakan jarak rata-rata bumi dengan matahari sekitar 150

juta km. Oleh karena itu, bumi dalam mengelilingi matahari

tidak tetap setiap saat bumi menempati titik perigee (titik

terdekat), sedangkan jarak terjauh pada saat bumi menempati

titik terjauh yaitu titik apogee.

Aplikasi Sistem Koordinat..., Alina Rahmatika, FKIP UMP, 2012


Semi Diameter

Semi diameter dikenal dalam Bahasa Indonesia sebagai

jari-jari. Data ini adalah jarak titik pusat matahari dengan

piringan luarnya.

True Obliquity

True obliquity dikenal dalam Bahasa Indonesia sebagai

kemiringan ekliptika. Data yang ini adalah kemiringan ekliptika

dari equator.

Equation of Time

Equation of time dikenal dalam Bahasa Indonesia

sebagai perata waktu. Data ini adalah selisih antara waktu

kulminasi matahari hakiki dengan waktu kulminasi matahari

rata-rata. Data ini biasanya dinyatakan dengan huruf “e” kecil.

2) Data Astronomi Bulan

Apparent Longitude

Apparent longitude dapat diterjemahkan sebagai bujur

astronomis bulan yang terlihat. Lebih dikenal dengan sebagai

bujur astronomi bulan. Data ini adalah jarak antar titik Aries

(vernal equinox) diukur sepanjang lingkaran ekliptika.

Apparent Latitude

Apparent latitude dapat diterjemahkan sebagai lintang

astronomis bulan yang terlihat, lebih dikenal sebagai lintang

astronomis bulan. Data ini adalah jarak antara bulan dengan

Aplikasi Sistem Koordinat..., Alina Rahmatika, FKIP UMP, 2012


lingkaran ekliptika yang diukur sepanjang lingkaran kutub

ekliptika.

Apparent Right Ascension

Apparent right Ascension dikenal dalam Bahasa

Indonesia sebagai asensiorekta dari bulan yang terlihat. Data ini

adalah jarak titik bulan dari titik Aries diukur sepanjang

lingkaran equator.

Apparent Declination

Apparent declination dikenal dalam Bahasa Indonesia

sebagai deklinasi bulan. Data ini adalah jarak bulan dari equator.

Horizontal Parallax

Parallax yang dikenal dalam Bahasa Indonesia sebagai

“benda terlihat”. Data ini adalah sudut antara garis yang ditarik

dari benda langit ke titik pusat bumi dan garis yang ditarik dari

benda langit ke mata si pengamat. Sedangkan, horizontal

parallax adalah parallax dari bulan yang sedang berada persis di

garis ufuk.

Semi Diameter

Semi diameter yang dikenal sebagai jari-jari adalah jarak sudut

antara titik pusat bulan dengan piringan luarnya.

Aplikasi Sistem Koordinat..., Alina Rahmatika, FKIP UMP, 2012


Angle Bright Limb

Angle bright limb yang dikenal dalam istilah Bahasa

Indonesia sebagai sudut kemiringan hilal. Data ini adalah sudut

kemiringan piringan hilal yang memancarkan sinar sebagai

akibat arah posisi hilal dari matahari. Sudut ini diukur dari garis

yang menghubungkan titik pusat hilal dengan titik pusat

matahari dengan arah sesuai dengan perputaran jarum jam.

Fraction Illumination

Fraction illumination adalah besarnya piringan bulan

yang menerima sinar matahari terlihat dari bumi, maka

bentuknya akan berupa bulatan penuh. Dalam keadaan seperti

ini, nilai fraction illumination adalah mendekati satu atau nilai

FI terbesar, yaitu persis saat pada puncaknya bulan purnama.

Sedangkan jika bumi, bulan, dan matahari persis berada pada

satu garis lurus, maka akan terjadi gerhana matahari total.

Dalam keadaan seperti ini nilai fraction illumination bulan (FIB)

adalah nol.

Setelah program data Winhisab dan fenomena bulan purnama

diketahui, maka langkah selanjutnya adalah menentukan tanggal

terjadinya bulan purnama dengan cara-cara sebagai berikut:

Aplikasi Sistem Koordinat..., Alina Rahmatika, FKIP UMP, 2012


a) Buka program data Winhisab, kemudian klik hilal atau klik

gambar seperti bulan sabit.

Hilal

b) Klik tulisan “ijtimak” pada program data Winhisab dan ubahlah

tanggal sesuai yang diinginkan.

Ijtimak

c) Tanggal ijtimak yang telah diketahui pada poin b ditambah 14

hari, tanggal ini merupakan tanggal bulan purnama. Setelah itu,

klik tanda ephemeris (berwarna kuning) yang ditunjuk tanda

panah dan ubahlah tanggal sesuai tanggal bulan purnama,

kemudian klik tanda seperti huruf U (update) dan secara otomatis

Aplikasi Sistem Koordinat..., Alina Rahmatika, FKIP UMP, 2012


semua data pada program Winhisab tersebut akan berubah sesuai

tanggal yang diinginkan.

Ephemeris Update

d) Belum tentu tanggal bulan purnama yang telah diketahui pada

poin c merupakan tanggal bulan purnama yang sebenarnya. Oleh

karena itu, perlu dicari FIB terbesar sesuai tanggal yang diperoleh

pada poin c melalui program data Winhisab. Jika pada tanggal

tersebut tidak terdapat FIB terbesar, maka cari FIB terbesar pada

sebelum dan sesudah tanggal pada poin c tersebut. Sehingga,

tanggal yang mempunyai FIB terbesar itu merupakan tanggal

terjadinya istiqbal (bulan purnama) yang sebenarnya.

C.4. Sistem Koordinat Horizon

Sistem koordinat horizon merupakan sistem koordinat bola

dengan lingkaran horizon sebagai lingkaran tengah dan garis normal

dari horizon menembus bola langit pada Kutub Langit Utara (KLU)

menjadi titik zenith dan menembus bola langit pada Kutub Langit

Selatan (KLS) menjadi titik nadir, kemudian dari KLU ditarik bujur

Aplikasi Sistem Koordinat..., Alina Rahmatika, FKIP UMP, 2012


melewati vernal equinox sebagai bujur standar dan jika arah utara

dan selatan pada bumi diekspansikan menembus bola langit akan

menjadi KLU dan KLS.


Keterangan:
Z
Pt = Pengamat di bumi
T = Timur
M
B = Barat
Meridian
langit

Lingkaran Vertikal U = Utara


T Tinggi
S = Selatan
Z = Zenith
U S S
N = Nadir
P
Pt M = Matahari
L K = Titik perpotongan
B Lingkaran
Horizon lingkaran horizon
dengan lingkaran
N vertikal yang ditarik
melalui M.
Gambar 16. Sistem Koordinat Horizon

Berdasarkan Gambar 16, dapat dijelaskan beberapa istilah

yang terdapat pada gambar tersebut yaitu titik zenith adalah titik

puncak pada bola langit yang letaknya dianggap berada di atas

kepala pengamat. Sedangkan, titik nadir adalah titik terendah dari

bola langit yang yang letaknya dianggap berada di bawah kaki

pengamat. Meridian langit adalah lingkaran vertikal yang melalui

kutub langit (KLU dan KLS) dan dihubungkan oleh poros langit

yang merupakan perpanjangan dari poros bumi yang

menghubungkan KBU dan KBS (Shadiq, 1994:19). Lingkaran

vertikal adalah lingkaran-lingkaran yang melalui titik zenith dan titik

nadir serta tegak lurus dengan lingkaran horizon atau garis yang

menghubungkan titik zenith dengan titik nadir serta melalui tempat

pengamat berdiri (bumi).

Aplikasi Sistem Koordinat..., Alina Rahmatika, FKIP UMP, 2012


Lingkaran ufuq adalah lingkaran yang persis membagi dua

bagian sama besar bola langit yang merupakan batas pandang si

pengamat atau merupakan batas diantara belahan langit yang tampak

dan belahan langit yang tidak tampak oleh pengamat. Lingkaran

ufuq biasa disebut juga dengan horizon. Jika matahari berada diatas

ufuq, hari dalam keadaan siang dan jika matahari berada di bawah

ufuq, hari dalam keadaan malam. (Shadiq, 1994:19)

Adapun manfaat dari sistem koordinat horizon adalah untuk melihat

berbagai gejala alam yang terjadi karena rotasi bumi seperti:

a) Terjadinya pergantian siang dan malam

Daerah bumi yang terkena sinar matahari dinamakan siang,

sedangkan daerah bumi dibelakangnya yang tidak terkena sinar

matahari dinamakan malam. Akibat adanya rotasi menyebabkan

terjadinya pergiliran daerah siang dan malam secara bergantian.

Jika rotasi bumi terjadi selama 24 jam, maka lama siang dan

malam masing-masing terjadi selama 12 jam.

b) Perbedaan waktu di berbagai tempat di muka bumi

Akibat gerakan rotasi bumi dari barat ke timur

menyebabkan daerah sebelah timur akan menjumpai siang

terlebih dahulu, dibanding daerah barat. Perbedaan ini

menyebabkan adanya perbedaan waktu di setiap bagian bumi.

Karena rotasi bumi maka permukaan bumi di sebelah timur akan

Aplikasi Sistem Koordinat..., Alina Rahmatika, FKIP UMP, 2012


melihat matahari terbit dan terbenam lebih cepat daripada daerah

di sebelah barat.

Untuk menyamakan waktu secara internasional digunakan

waktu GMT (Greenwich Mean Time). Waktu ini sesuai dengan

waktu di kota Greenwich kecuali di daerah dekat kutub.

Ditetapkan bahwa kota Greenwich sebagai bujur 0°. Garis bujur

di sebelah timur Greenwich dinamakan BT (garis bujur timur),

sedangkan garis bujur disebelah baratnya dinamakan BB (garis

bujur barat).

Di Indonesia, ada 3 zona waktu yaitu (1) Waktu Indonesia

Barat (WIB), yang meliputi Sumatera, Jawa, Madura, Kalimantan

Barat, dan Kalimantan Tengah. (2) Waktu Indonesia Tengah

(WITA), meliputi Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur,

Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.

(3) Waktu Indonesia Timur (WIT), meliputi Maluku dan Papua.

Perhitungannya adalah WIB = GMT + 7, WITA = GMT + 8 dan

WIT = GMT + 9.

c) Gerak semu harian bintang

Akibat rotasi bumi dari arah barat ke timur maka bintang-

bintang (termasuk matahari) tampak seperti bergerak dari timur

ke barat. Namun, sebenarnya bintang-bintang tersebut tidak

bergerak. Oleh karena itu, gerakan bintang ini disebut sebagai

gerak semu. Karena gerak semu ini dapat dilihat setiap hari, maka

Aplikasi Sistem Koordinat..., Alina Rahmatika, FKIP UMP, 2012


disebut gerak semu harian. Dengan gerak semu harian ini, maka

matahari tampak terbit di timur dan terbenam di barat demikian

juga dengan bintang-bintang pada malam hari.

D. Fenomena Gerhana Bulan

Menurut majelis tarjih dan tajdid pimpinan pusat muhammadiyah

dalam bukunya menjelaskan bahwa gerhana adalah peristiwa alam yang

terjadi beberapa kali setiap tahun. Dalam hadist-hadist Nabi SAW

peristiwa tersebut dinyatakan sebagai bagian dari tanda-tanda kebesaran

Allah SWT. Ada dua macam gerhana, yaitu gerhana matahari yang dalam

fikih disebut kusuf dan gerhana bulan yang disebut khusuf. Bila titik

perpotongan berhimpit atau mendekati garis lurus antara matahari dan

bumi, maka terjadilah gerhana yaitu gerhana matahari pada saat bulan

berada di antara matahari dan bumi, atau gerhana bulan apabila bumi

berada di antara matahari dan bulan.

Gerhana bulan (khusuf) terjadi ketika bulan masuk ke dalam

bayangan yang dibentuk oleh bumi. Fenomena ini hanya dapat terjadi

ketika bumi secara langsung berada diantara matahari dan bulan, atau

dapat dikatakan ketika bulan sedang berlawanan dengan matahari. Ini

berarti menunjukkan bahwa akan terjadi bulan purnama. Namun hal itu

juga merupakan proses gambaran terjadinya gerhana bulan. Sehingga,

dapat disimpulkan bahwa pada saat terjadi bulan purnama belum tentu

terjadi gerhana bulan juga, akan tetapi jika terjadi gerhana bulan pasti

terjadi bulan purnama juga.

Aplikasi Sistem Koordinat..., Alina Rahmatika, FKIP UMP, 2012


Kondisi terjadinya gerhana bulan mensyaratkan bulan dekat

dengan garis ekliptika ketika gerhana total, yang berarti bulan harus dekat

dengan titik node (titik perpotongan ekliptika dengan garis orbit bulan).

Ketika seluruh piringan bulan gelap, itu menunjukkan gerhana bulan total.

Ketika hanya sebagian piringan bulan yang gelap, itu menunjukkan

gerhana bulan partial/sebagian. (Smart, 1980:378)


Penumbra
Bumi

Matahari BM
M•
B

Moon’s
Orbit Umbra

Gambar 17. Gambaran Umum Gerhana Bulan

1. Macam-macam gerhana bulan

Macam-macam gerhana bulan dapat dikategorikan berdasarkan

keadaan saat fase puncak gerhana, gerhana bulan dapat dibedakan

menjadi 4 macam yaitu :

a) Gerhana Bulan Total

Jika saat fase maksimum gerhana, keseluruhan bulan masuk

ke dalam bayangan inti (umbra bumi), maka gerhana tersebut

dinamakan gerhana bulan total. Gerhana bulan total ini maksimum

durasinya bisa mencapai lebih dari 1 jam 47 menit.

Aplikasi Sistem Koordinat..., Alina Rahmatika, FKIP UMP, 2012


Gambar 18. Gerhana Bulan Total

b) Gerhana Bulan Sebagian

Jika hanya sebagian bulan saja yang masuk ke daerah

umbra bumi, dan sebagian lagi berada dalam bayangan tambahan

(penumbra bumi) pada saat fase maksimumnya, maka gerhana

tersebut dinamakan gerhana bulan sebagian.

Gambar 19. Gerhana Bulan Sebagian

c) Gerhana Bulan Penumbra Total

Pada gerhana bulan jenis ketiga ini, seluruh bulan masuk ke

dalam penumbra pada saat fase maksimumnya. Tetapi tidak ada

Aplikasi Sistem Koordinat..., Alina Rahmatika, FKIP UMP, 2012


bagian bulan yang masuk ke umbra atau tidak tertutupi oleh

penumbra. Pada kasus seperti ini, gerhana bulannya dinamakan

gerhana bulan penumbra total.

Gambar 20. Gerhana Bulan Penumbra Total


d) Gerhana Bulan Penumbra Sebagian

Pada gerhana bulan jenis terakhir ini, jika hanya sebagian

saja dari bulan yang memasuki penumbra, maka gerhana bulan

tersebut dinamakan gerhana bulan penumbra sebagian. Gerhana

bulan penumbra biasanya tidak terlalu menarik bagi pengamat.

Karena pada gerhana bulan jenis ini, penampakan gerhana hampir-

hampir tidak bisa dibedakan dengan saat bulan purnama biasa.

Gambar 21. Gerhana Bulan Penumbra Sebagian

Aplikasi Sistem Koordinat..., Alina Rahmatika, FKIP UMP, 2012


Setelah macam-macam gerhana bulan diketahui, maka selanjutnya

perlu mengetahui fase-fase yang dialami gerhana bulan. Semua fase yang

dialami gerhana bulan pada saat awal dan akhir terjadinya gerhana bulan

dapat digambarkan secara keseluruhan sebagai berikut:

Gambar 22. Fase-fase Gerhana Bulan

Berdasarkan Gambar 22, dapat dijelaskan bahwa gerhana bulan

mempunyai waktu untuk setiap fasenya baik mulai dari awal

penumbra sampai akhir penumbra kembali. Fase-fase tersebut tidak

semuanya dapat dilalui karena semua fase sangat bergantung dengan

jenis gerhana bulannya. Momen terjadinya gerhana bulan diurut

berdasarkan urutan terjadinya yaitu awal gerhana penumbra, awal

gerhana umbra, tengah gerhana bulan, akhir gerhana umbra, dan akhir

gerhana penumbra.

Awal gerhana penumbra adalah kontak penumbra yaitu saat piringan

bulan bersinggungan luar dengan penumbra bumi. Ini menandai

dimulainya gerhana bulan secara keseluruhan.

Aplikasi Sistem Koordinat..., Alina Rahmatika, FKIP UMP, 2012


Awal gerhana umbra adalah kontak umbra yaitu saat piringan bulan

bersinggungan luar dengan umbra bumi.

Tengah gerhana bulan adalah saat jarak pusat piringan bulan dengan

pusat umbra/penumbra mencapai minimum.

Akhir gerhana umbra adalah kontak umbra yaitu saat piringan bulan

kembali bersinggungan luar dengan umbra bumi.

Akhir gerhana penumbra adalah kontak penumbra yaitu saat piringan

bulan kembali bersinggungan luar dengan penumbra bumi. Ini adalah

kebalikan dari proses awal gerhana penumbra, dan menandai

berakhirnya peristiwa gerhana bulan secara keseluruhan.

Lintasan peredaran bulan mengelilingi matahari tidak berhimpit

dengan lintasan peredaran bumi mengelilingi matahari melainkan

berpotongan dengan membentuk sudut kemiringan sebesar 05°08′. Pada

Gambar 15, memperlihatkan adanya dua daerah bayang-bayang bumi yaitu

umbra (daerah yang gelap/bayangan inti) dan penumbra (daerah yang

samar-samar/bayangan tambahan).

2. Langkah-langkah perhitungan waktu gerhana bulan

Menurut majelis tarjih dan tajdid pimpinan pusat muhammadiyah

dalam bukunya menjelaskan bahwa waktu terjadinya gerhana bulan dapat

diketahui melalui rumus ephemeris. Dikatakan rumus ephemeris karena

data-data yang digunakan dalam perhitungan diambil dari ephemeris

program data Winhisab.

Aplikasi Sistem Koordinat..., Alina Rahmatika, FKIP UMP, 2012


Adapun rumus ephemeris dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a) Menentukan tanggal ijtimak

b) Menentukan tanggal bulan purnama

c) Menentukan saat terjadinya istiqbal (bulan purnama)

d) Menentukan tanggal terjadinya gerhana bulan dengan cara sebagai

berikut:

1) Menentukan harga apparent latitude (β b ) pada saat istiqbal

2) Menentukan batas terjadinya gerhana bulan dengan melihat besarnya

apparent latitude (β b ), yaitu:

1) β b > 1°36′38″ = tidak mungkin terjadi gerhana penumbra

2) 1°26′19″ < β b < 1°36′38″ = mungkin terjadi gerhana penumbra

3) 1°03′46″ < β b < 1°26′19″ = pasti terjadi gerhana penumbra

4) 0°53′26″ < β b < 1°03′46″ = mungkin terjadi gerhana umbra

5) β b < 0°53′26″ = pasti terjadi gerhana umbra

f) Menentukan besarnya semi diameter matahari (s.d. m ), Semi Diameter

bulan (S.D. b ), dan Horizontal Parallax bulan (HP b ) pada saat istiqbal

g) Menentukan Horizontal Parallax matahari (HP m )

HP m = 8.794′′ / TGD (True Geocentric Distance).

h) Menentukan jari-jari bayangan semu (f 1 ) dan jari-jari bayangan inti

bumi (f 2 )

f 1 = 1.02 x (HP b + s.d. m + HP m )

f 2 = 1.02 x (HP b - s.d. m + HP m )

Aplikasi Sistem Koordinat..., Alina Rahmatika, FKIP UMP, 2012


Nilai f 1 dicari untuk menentukan besarnya jari-jari daerah

penumbra pada saat terjadi gerhana bulan. Nilai f 2 digunakan untuk

menentukan besarnya jari-jari daerah umbra saat terjadi gerhana bulan.

i) Menentukan awal dan akhir gerhana bulan dengan jalan sebagai berikut:

1) H = sin-1 (sin β b / sin 05°09′)

2) U = tan-1 (tan β b / sin H)

3) Z = sin-1 (sin U x sin H)

4) K = cos β b x (B′ - B′′) / cos U

5) P = f 1 + S.D. b

6) Q = f 2 + S.D. b

7) R = f 2 - S.D. b

8) b = cos-1 (cos β b / cos Z)

9) c = cos-1 (cos P / cos Z)

10) d = cos-1 (cos Q / cos Z)

11) e = cos-1 (cos R / cos Z)

12) t = (b/K) x 1 jam

13) T1 = (c/K) x 1 jam

14) T2 = (d/K) x 1 jam

15) To (Tengah gerhana) = saat istiqbal ± t – 2.5 menit (konstanta)

Jika harga apparent latitude bulan semakin membesar maka nilai t

(-) dan sebaliknya jika nilai harga apparent latitude bulan semakin

kecil maka nilai t (+).

Aplikasi Sistem Koordinat..., Alina Rahmatika, FKIP UMP, 2012


16) Awal gerhana penumbra = To – T1

17) Awal gerhana umbra = To – T2

18) Akhir gerhana umbra = To + T2

19) Akhir gerhana penumbra = To + T1

Aplikasi Sistem Koordinat..., Alina Rahmatika, FKIP UMP, 2012

Anda mungkin juga menyukai