Anda di halaman 1dari 4

KISAH ORANG SUKSES DENGAN AL-QUR’AN

Sahabat Rasulullah, Usaid bin Al-Hudhair

“Malaikat pun dahagakan bacaan Al-Qur’annya”

Sejarah Usaid Memeluk Islam


Usaid bin Hudhair adalah salah seorang sahabat nabi Muhammad dari Suku Aus dari kalangan Anshar.
Usaid digelari kaumnya dengan sebutan “Al Kamil” (yang sempurna), karena otaknya yang cemerlang
dan kebangsaannya yang masih murni. Dia menguasai pedang dan pandai menulis. Sebagai
penunggang kuda yang cekatan dia memiliki ketepatan memanah. Di samping itu dia dikenal sebagai
pembaca dan penulis dalam masyarakat. Usaid bin Hudhair adalah pemimpin Aus. Usaid bin Hudhair
pertama kali mendengar bacaan al-Quran adalah sewaktu beliau hadir ke majlis ta’lim Mus’ab bin
Umair di kebun bani ‘Abd al-Asyhal. Hadirnya bukanlah diundang bahkan dengan tujuan untuk
menghalang Mus’ab yang sedang berdakwah kepada penduduk Madinah setelah mendengar laporan
daripada seseorang bahwa telah datang seorang pendakwah yakni Mus’ab dari Mekah berdekatan
dengan kampung halaman mereka. Ketika itu Usaid bersama dengan Sa’ad bin Mu’az, yang mana
kedua-dua mereka adalah pimpinan kepada kaum Aus. Justru sebagai ketua, Usaid bertanggungjawab
terhadap segala yang berlaku dan tanpa lengah, dia mencapai tombaknya menuju ke tempat ta’lim
Mus’ab bin Umair.

As’ad bin Zurarah tampak kehadiran Usaid lalu berkata kepada Mus’ab;
“Jika dia memeluk Islam, pasti ramai yang akan mengikutnya memeluk Islam. Oleh itu, berlaku
benarlah dengan Allah ketika berhadapan dengannya. Terangkan Islam kepada beliau dengan sebaik
mungkin.”

Usaid bin Hudhair berdiri ditengah-tengah jamaah. Dia memandang kepada Mush’ab dan sahabatnya,
As’ad bin Zurarah, seraya berkata, “Apa maksud tuan-tuan datang kesini? Tuan-tuan hendak
mempengaruhi rakyat kami yang bodoh-bodoh. Pergilah tuan-tuan sekarang juga, jika tuan-tuan masih
ingin hidup.”
Mush’ab menoleh kepada Usaid dengan wajah berseri-seri memantulkan cahaya iman. Dia berbicara
dengan gayanya yang simpatik dan menawan, “Wahai pemimpin! Maukah anda mendengarkan yang
lebih baik dari itu?”
Tanya Usaid, “Apa itu?”
Kata Mush’ab, “Silakan duduk bersama-sama kami mendengarkan apa yang kami perbincangkan,
silakan ambil, dan jika anda tidak suka, kami akan meninggalkan anda dan tidak kembali lagi ke
kampung anda.”
Kata Usaid, “Anda memang pintar!”
Lalu ditancapkannya lembingnya ke tanah, kemudian dia duduk.

Mush’ab mengarahkan pembicaran kepadanya tentang hakikat Islam, sambil membaca ayat-ayat Al-
Qur’an di sela-sela pembicarannya. Rasa gembira terpancar di muka Usaid. Lalu dia
berkata, “Alangkah bagusnya apa yang kamu katakan. Dan alangkah indahnya apa yang kamu baca.
Apa yang kamu lakukan jika kamu hendak masuk Islam?”
Jawab Mush’ab, “Mandi (bersihkan badan), bersihkan pakaian, ucapkan syahadatain (bersaksi tidak
ada Tuhan selain Allah dan sesungguhnya Muhammad Rasulullah), sesudah itu shalat dua rakaat.”
Usaid langsung berdiri dan pergi ke telaga mensucikan badan, kemudian diucapkannya syahadatain,
dan sesudah itu dia shalat dua rakaat. Mulai hari itu bergabunglah ke dalam pasukan berkuda Islam
seorang bangsa Arab, penunggang kuda yang terkenal mengagumkan, pemimpin suku Aus yang
diperhitungkan. Usaid digelari kaumnya “Al Kamil” (yang sempurna), kerana otaknya yang cemerlang,
dan kebang ananya yang murni. Dia menguasai pedang dan qalam (pena). Sebagai penunggang kuda
yang cekatan dia memiliki ketepatan memanah. Di samping itu dia dikenal sebagai pembaca dan
penulis dalam masyarakat.

Dengan Islamnya Usaid, menyebabkan Sa’ad bin Mu’adz masuk Islam pula. Dan dengan Islamnya ke
dua tokoh ini, menyebabkan pula seluruh masyarakat Aus masuk Islam. Maka jadilah Madinah sesudah
itu menjadi tempat hijrah Rasulullah , dan tempat berdirinya pusat pemerintahan Islam yang besar.

Cintanya Usaid terhadap Al-Quran


Cinta Usaid kepada Islam berputik daripada keindahan Al-Quran yang dibacakan oleh Mus’ab sewaktu
pertemuan mereka di kebun bani ‘Abd al-Asyhal. Beliau seterusnya tanpa lengah bersungguh-sungguh
membacanya ditambah pula dengan suaranya yang merdu, jelas sebutan dan membuatkan
penyampaiannya tersangatlah baik sehinggakan penghuni langit terus dahagakan mendengar bacaan
beliau.

Pada suatu tengah malam, Usaid bin Hudhair duduk di beranda belakang rumahnya. Anaknya, Yahya,
tidur disampingnya. Kuda yang selalu siap sedia untuk berperang fi sabilillah, ditambat tidak jauh dari
tempatnya duduk. Suasana malam tenang, lembut, dan hening. Permukaan langit jernih dan bersih.
Bintang-bintang melayangkan pandangannya ke permukan bumi yang sedang tidur dengan perasaan
kasihan dan penuh simpati. Terpengaruh oleh suasana malam hening dan kudus itu, hati Usaid tergerak
hendak menyebarkan harum-haruman ke udara lembab dan bersih berupa harum-haruman Al-Qur’an
yang suci. Maka dibacanyalah Al-Qur’an dengan suaranya yang empuk dan merdu membangkit kasih:

‫)وَاَّلَذِينَ ُيؤْ ِمنُونَ بِمَا‬٣( َ‫)اَّلَذِينَ ُيؤْ ِمنُونَ بِالْ َغيْبِ َويُقِيمُونَ الصََّالةَ وَمِمََّا رَزَ ْقنَاهُمْ ُينْفِقُون‬٢( َ‫)ذَِلكَ الْكِتَابُ ال َريْبَ فِيهِ ُهدًى لِلْ ُمتََّقِين‬١( ‫الم‬
)٤( َ‫ُأنْ ِزلَ إَِل ْيكَ وَمَا ُأنْ ِزلَ ِمنْ قَبِْلكَ َوبِاآلخِ َرةِ هُمْ يُو ِقنُون‬
“Alif, Lam, Mim, Inilah kitab (Al-Qur’an) yang tidak ada keraguan padanya: menjadi petunjuk bagi
orang-orang yang iman kepada yang ghaib, yang menegakkan shalat, dan menafkahkan sebagian
rezeki yang kami anugerahkan kepada mereka. Dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al-Qur’an)
yang diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelum kamu, serta mereka yang
yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.” (Al-Baqarah : 1-4)
Mendengar bacaan tersebut, kudanya lari berputar-putar hampir memutuskan tali pengikatnya. Ketika
Usaid diam, kuda itu diam dan tenang pula. Usaid melanjutkan membaca :

)٥( َ‫علَى هُدًى مِنْ رَبَِّهِمْ وَأُولَئِكَ هُمُ ا ْل ُم ْفلِحُون‬


َ َ‫أُولَئِك‬
“Mereka itulah yang mendapat petunjuk dari Tuhannya, dan merekalah orang-orang yang
menang.” (Al Baqarah : 5).
Kudanya lari dan berputar-putar pula lebih hebat dari semula. Usaid diam, maka diam pula kuda
tersebut. Hal seperti itu terjadi berulang-ulang. Bila dia membaca, kudanya lari dan berontak. Bila dia
diam, maka tenang pula kuda itu kembali.

Usaid khawatir anaknya akan terinjak oleh kuda, lalu dibangunkannya. Ketika dia melihat ke langit,
terlihat olehnya awan seperti payung yang mengagumkan, dan belum pernah terlihat olehnya
sebelumnya. Payung itu sangat indah berkilat-kilat, tergantung seperti lampu-lampu memenuhi ufuk
dengan sinarnya yang terang. Awan itu bergerak naik hingga hilang dari pemandangan. Setelah hari
pagi, Usaid pergi menemui Rasulullah . Diceritakannya kepada beliau peristiwa yang dialami dan
dilihatnya semalam.

Rasulullah berkata,

Itu malaikat yang ingin mendengarkan engkau membaca Al-Qur’an, hai Usaid. Seandainya engkau
teruskan bacaanmu, pastilah orang banyak akan melihatnya pula. Pemandangan itu tidak akan
tertutup dari mereka.

Cinta Usaid terhadap Rasulullah saw.


Sebagaimana Usaid bin Hudhair mencintai Al-Qur’an, seperti itu pula cintanya pada Rasulullah .
Rasulullah pernah berkata tentang peribadi Usaid, “Dia sangat bersih dari yang bersih, sangat halus
dari yang halus, penuh iman ketika membaca Al-Qur’an atau ketika mendengarkannya.”
Ketika Rasulullah berpidato atau berbicara, dia sangat rindu hendak menyentuh tubuh Rasulullah ,
merangkul dan mencium pipi beliau. Maka pada suatu ketika dia mendapat kesempatan melepaskan
kerinduannya. Pada suatu hari, Usaid mengejutkan orang banyak dengan ujung tombaknya. kerana itu
Rasulullah mencubit perut Usaid yang telanjang dengan tangan beliau, untuk memperingatkan Usaid
agar jangan bertindak kasar.

Lalu kata Usaid kepada Beliau, “Mengapa anda menyakitiku, ya Rasulullah!”


Jawab Rasulullah,”Balaslah, hai Usaid!”
Kata Usaid, “Anda pakai baju. Sedangkan aku Anda cubit tanpa memakai baju.”
Rasululah menyingkapkan bajunya, sehingga kelihatan perut Beliau. Lalu dipeluk oleh Usaid dan
diciuminya antara perut dan ketiak Beliau. Sesudah itu Usaid berkata, “Ya Rasulullah! Kini
terlaksanalah keinginanku yang terpendam sejak aku mengenal Anda.”

Rasulullah membalas cinta Usaid


Rasulullah membalas cinta kasih Usaid kepadanya dengan cinta kasih pula. Rasulullah memelihara
cintanya kepada Usaid, sebagai rombongan yang pertama-tama masuk Islam, dan yang membela beliau
dalam perang Uhud, sehingga pada hari itu Usaid mendapat tujuh luka besar. Rasulullah pun tahu
derajat dan kedudukan Usaid di kalangan rakyatnya. Kerana itu apabila Rasulullah memohonkan
syafa’at bagi seseorang, beliau tidak lupa memohonkannya pula bagi Usaid.

Usaid pernah bercerita, “Suatu ketika aku datang kepada Rasulullah . Lalu kuceritakan kepada beliau
seorang ahli rumah kaum Anshar yang miskin dan memerlukan bantuan. Apalagi ahli rumah itu
seorang wanita.”

Jawab Rasululah, “Ya, Usaid! Engkau datang kepada ketika harta kami telah habis kami nafkahkan.
Tunggulah, apabila engkau dengar rezeki datang kepada kami, ingatkanlah kami akan ahli rumah
tersebut.”

Tidak lama sesudah itu harta rampasan dari Khaibar datang kepada Rasulullah. Beliau membagi-
bagikannya kepada kaum muslimin. Kaum Anshar dibaginya pula dan dilebihkannya. Ahli rumah
tersebut dibaginya pula dan dilebihkannya.

Kataku kepada beliau, “Semoga Allah membalasi kebaikan Anda terhadap mereka dengan kebaikan
berlipat ganda, ya Nabiyallah!”

Jawab Rasulullah, “Semoga kalian kaum Anshar dibalasi Allah pula dengan balasan yang lebih baik.
Setahuku, sesungguhnya kalian adalah kelompok awan suci. Kalian akan menemui orang-orang yang
mementingkan diri sendiri sepeninggalku. Kerana itu bersabarlah kalian sampai kalian menemuiku
nanti di al-Haudh 2.”

Ketelitian Usaid terhadap Hadis Nabi saw.


Kata Usaid, “Ketika pucuk pucuk pemerintahan pindah ke tangan Khalifah Umar bin Khatthab, beliau
membagi-bagikan harta kekayaan kepada kaum muslimin. Beliau mengirim pakaian, tetapi pakaian itu
sempit bagiku. Ketika aku berada di masjid, aku melihat seorang pemuda Quraisy berpakaian serupa
dengan pakaian yang dikirimkan Khalifah kepadaku. Pakaian itu sangat lapang dan panjang baginya
hingga menyapu tanah. Maka kuingatkan kepada orang yang disampingku sabda Rasulullah,
“Sesungguhnya kalian akan menemui orang-orang yang mementingkan diri tanpa mempedulikan orang
lain sepeninggalku.”

Kemudian kataku kepada orang itu, “Ucapan Rasulullah tersebut sekarang telah terbukti.”
Orang yang di sampingku itu pergi menemui Khalifah Umar dan menyampaikan ucapanku kepada
beliau. Khalifah Umar buru-buru mendatangiku ketika aku sedang shalat. Katanya, “Apa sebetulnya
yang telah Anda ucapkan?”

Maka kuceritakan kepada beliau apa yang kulihat dan apa yang kuucapkan. Kata Khalifah Umar,
“Semoga Allah memaafkan Anda! Pakaian itu sesungguhnya aku kirimkan kepada si Fulan dari
golongan Anshar yang ikut bersumpah di Aqabah dan ikut pula berperang di Badar dan di Uhud.
Kemudian pakaian itu dijualnya kepada pemuda Quraisy tersebut lalu dipakainya. Apakah kerana itu
Anda mengira hadis Rasulullah tersebut sudah terjadi pada zaman Anda!” Tidak lama sesudah itu
Usaid bin Hudhair dipanggil Allah ke sisi-Nya. Dia meninggal pada masa Umar ra memerintah. Justru
dia meninggalkan hutang empat ribu dirham. Ahli warisnya bermaksud menjual tanah untuk membayar
hutang tersebut.

Ketika Khalifah Umar mengetahui hal itu, beliau berkata, “Jangan dibiarkan anak-anak saudaraku
Usaid ditinggalkannya hidup miskin.” Khalifah Umar meminta kesediaan orang yang berpiutang agar
dia sudi dibayar dengan hasil panen selama empat tahun, dengan nilai seribu dirham setahun.

Sayyid Qutb menulis, “AI-Hayaa-u fii zhilal al-Qur’an ni’matun, laa yazuuquhaa illa man
zaaqohaa…”Maksudnya, “ Hidup di bawah naungan Al-Qur’an adalah suatu nikmat terindah
yang tidak akan diketahui kecuali oleh orang yang pernah merasakannya “.
Jika kita sudah merasakan indahnya hidup dalam naungan Al-Qur’an, maka dia akan bahagia menanti
kedatangan ajalnya. Ingin tahu indahnya hidup dan mati ? Satu-satunya cara adalah dengan mulai
menjalani hidup sesuai kebenaran Al-Qur’an. Bukan saja hidup, mati pun akan terasa membahagiakan.

Sumber:

Shuwar Min Hayatus Shohabah, Dr. Abdul Rahman Ra’fat al-Basha, Terjemahan Pustaka Salam Mac
2006 diadopsi dari http://dakwah.info/biografi/usaid-bin-al-hudhair/

Anda mungkin juga menyukai