Anda di halaman 1dari 112

SKRIPSI– TK141581

EKSTRAKSI SENYAWA BIOAKTIF DARI RIMPANG


CURCUMA MANGGA MENGGUNAKAN PELARUT
RAMAH LINGKUNGAN NATURAL DEEP EUTECTIC
SOLVENT (NADES)

Oleh :

Nurhasanah
NRP. 2314 106 019

Umra Misli Saktia


NRP. 2314 106 020

Dosen Pembimbing :
Orchidea Rachmaniah, S.T., M.T
NIP. 1978 02 14 2003 12 2001

Prof. Dr. Ir. H. M. Rachimoellah, Dipl. Est


NIP. 1949 11 17 1976 12 1001

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA 2017
FINAL PROJECT– TK141581

EXTRACTION OF CURCUMA MANGGA’S BIOACTIVE


COMPOUNDS USING NATURAL DEEP EUTECTIC
SOLVENT (NADES) AS A GREEN SOLVENT

Students Name :

Nurhasanah
NRP. 2314 106 019

Umra Misli Saktia


NRP. 2314 106 020

Advisors :
Orchidea Rachmaniah, S.T., M.T
NIP. 1978 02 14 2003 12 2001

Prof. Dr. Ir. H. M. Rachimoellah, Dipl. Est


NIP. 1949 11 17 1976 12 1001

CHEMICAL ENGINEERING DEPARTMENT


FACULTY OF INDUSTRIAL TECHNOLOGY
SEPULUH NOPEMBER INSTITUTE OF TECHNOLOGY
SURABAYA 2017
EKSTRAKSI SENYAWA BIOAKTIF DARI
RIMPANG CURCUMA MANGGA
MENGGUNAKAN PELARUT RAMAH
LINGKUNGAN NATURAL DEEP EUTECTIC
SOLVENT (NADES)

Nama / NRP : 1. Nurhasanah (2314106019)


2. Umra Misli Saktia (2314106020)
Jurusan : Teknik Kimia FTI-ITS
Pembimbing : 1. Orchidea Rachmaniah, S.T., M.T
2. Prof. Dr. Ir. H. M. Rachimoellah, Dipl.Est

ABSTRAK

Curcuma mangga atau yang lebih dikenal sebagai kunir


putih telah diketahui mengandung senyawa-senyawa bioaktif
antikanker berupa curcuminoid (curcumin (C),
demethoxycurcumin (DMC) dan bisdemethoxycurcumin
(BDMC)). Secara umum, senyawa bioaktif tersebut diektraksi
menggunakan pelarut organik seperti etanol, metanol, heksana,
ataupun secara steam distillation menggunakan uap air. Dalam
penelitian ini digunakan green solvent yaitu Natural Deep
Eutectic Solvents (NADES) sebagai pengganti pelarut-pelarut
organik. Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan Natural
Deep Eutectic Solvent (NADES) sebagai pelarut dalam ekstraksi
senyawa-senyawa bioaktif berupa curcuminoid terutama
curcumin dari Curcuma mangga serta mendapatkan perolehan
yield senyawa bioaktif tersebut dan membandingkannya dengan
metode konvensional, ekstraksi soxhlet dan maserasi dengan
etanol sebagai pelarut.
Natural Deep Eutectic Solvents (NADES) jenis netral,
asam, dan basa dipilih sebagai pelarut dalam proses ekstraksi

ii
senyawa bioaktif dari Curcuma mangga. Ekstraksi senyawa
bioaktif menggunakan NADES dilakukan dengan menambahkan
serbuk Curcuma mangga 2±0,1 mg ke dalam 2,00±0,1 g NADES
dan diaduk pada suhu 40 oC dalam 5 mL botol sampel amberlite
tertutup. Pengadukan dilakukan selama 1x24 jam. Ekstraksi
Soxhlet dan maserasi menggunakan etanol adalah metode
ekstraksi konvensional pembanding yang dipilih untuk
mengetahui efektifitas penggunaan pelarut alternatif, NADES,
guna ekstraksi senyawa bioaktif dari Curcuma mangga. Metode
Analisa yang digunakan yaitu analisa kualitatif secara Thin Layer
Chromatography (TLC) dan analisa kuantitatif secara High
Performance Liquid Chromatography (HPLC).
Hasil analisa menunjukkan bahwa ekstraksi dengan
NADES, FS-H2O (2:1:32), dapat mengambil ekstrak curcuminoid
lebih baik dibandingkan dengan etanol (96%) dan air. Perolehan
yield curcuminoid pada ekstraksi dengan NADES (FS-H2O =
2:1:32) sebagai pelarut dapat mengekstraksi curcuminoid lebih
banyak dibandingkan etanol (96%) baik secara ekstraksi-soxhlet
ataupun maserasi; FS-H2O (2:1:32) memberikan selektifitas
curcumin yang lebih tinggi (98%-berat) dibandingkan etanol
(96%); yang mana etanol hanya mampu mengektrak 60-61%
curcumin, 22-23% DMC, dan sisanya BDMC. Sedangkan BDMC
dan DMC kurang selektif terekstrak pada penggunaan FS-H2O
(2:1:32) sebagai pelarut.

Kata kunci : curcumin, DMC, BDMC, kunir putih, green


solvent

iii
EXTRACTION OF CURCUMA MANGGA’S
BIOACTIVE COMPOUNDS USING NATURAL
DEEP EUTECTIC SOLVENT (NADES) AS A
GREEN SOLVENT

Name / NRP : 1. Nurhasanah (2314106019)


2. Umra Misli Saktia (2314106020)
Department : Teknik Kimia FTI-ITS
Advisor : 1. Orchidea Rachmaniah, S.T., M.T
2. Prof. Dr. Ir. M. Rachimoellah, Dipl.Est

ABSTRACT

Curcuma mangga or more popular as white turmeric has


been known to contain anticancer bioactive compounds such as
kurkuminoid (curcumin (C), demetoxycurcumin (DMC) and
bisdemetoxycurcumin (BDMC)). Generally, these bioactive
compounds extracted using organic solvents such as ethanol,
methanol, hexane, or by steam distillation using water vapor.
This study used a green solvent that is Natural Deep Eutectic
Solvents (NADES) as solvent substitute for organic solvents. This
research aims to uses Natural Deep Eutectic Solvent (NADES) as
a solvent in the extraction of bioactive compounds such as
curcuminoid especially curcumin from Curcuma mangga and gets
the yield of bioactive compounds mentioned and compare with the
conventional method, soxhlet extraction and maceration with
ethanol as a solvent.
Natural Deep Eutectic Solvents (NADES) type of neutral,
acid and alkali that are chosen as a solvent in the extraction
process of bioactive compounds from Curcuma mangga.
Extraction of bioactive compounds using NADES done by adding
powdered Curcuma mangga 2±0.1 mg in 2.00±0.1 g NADES and
stirred at a temperature of 40 °C in 5 mL sample bottle Amberlite
closed. Stirring is done for 1x24 hours. Soxhlet extraction and

iv
maceration using ethanol is a comparison of conventional
extraction methods that are chosen to determine the effectiveness
of the use of alternative solvents, NADES, to the extraction of
bioactive compounds from Curcuma mangga. The analysis
method used is qualitative analysis by Thin Layer
Chromatography (TLC) and quantitative analysis High
Performance Liquid Chromatography (HPLC).
The analysis shows that the extraction with NADES, FS-
H2O (2:1:32), can be extracted curcuminoid better than ethanol
(96%) and water. Result yield curcuminoid on extraction with
NADES (FS-H2O = 2:1:32) as the solvent can extract
curcuminoid more than ethanol (96%), either soxhlet extraction
or maceration; FS-H2O (2:1:32) giving curcumin higher
selectivity (98%-weight) than ethanol (96%); where ethanol is
only able extracted 60-61% curcumin, 22-23% DMC, and
remaining BDMC. While BDMC and DMC less selectively
extracted on the use of FS-H2O (2: 1: 32) as the solvent.

Keywords: curcumin, DMC, BDMC, white turmeric, green


solvent

v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur penyusun panjatkan kepada
Allah SWT yang telah melipahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan skripsi yang
berjudul ”Ekstraksi Senyawa Bioaktif Dari Rimpang Curcuma
Mangga Menggunakan Pelarut Ramah Lingkungan Natural
Deep Eutectic Solvent (NADES)”
Laporan skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat
untuk menyelesaikan studi program S-1 di Jurusan Teknik Kimia,
FTI - ITS.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan
skripsi ini dapat selesai atas bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan kasih
kepada :
1. Orang tua dan seluruh keluarga yang telah memberikan doa
dan dukungan kepada penyusun.
2. Bapak Juwari, S.T., M.Eng., Ph.D, selaku Kepala Jurusan
Teknik Kimia FTI-ITS.
3. Ibu Orchidea Rachmania, S.T., M.T dan Bapak Prof. Dr. Ir.
M. Rachimoellah, Dipl. Est selaku Dosen Pembimbing yang
telah memberikan saran dan masukan.
4. Ibu Dr. Lailatul Qadariyah, S.T., M.T, selaku koordinator
Tugas Akhir dan Skripsi Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS.
5. Bapak dan Ibu Dosen Pengajar serta seluruh karyawan
Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS.
6. Teman-teman di Laboratorium Biomassa dan Konversi
Energi, serta para teman-teman LJ Genap 2014 yang telah
memberikan saran dan motivasi.
Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih berada
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penyusun
mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat konstruktif
dari semua pihak bagi kesempurnaan laporan ini.
Surabaya, 23 Januari 2017
Penyusun

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................... i
ABSTRAK ................................................................................ ii
ABSTRACT .............................................................................. iv
KATA PENGANTAR............................................................... vi
DAFTAR ISI ............................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................ x
DAFTAR TABEL ..................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................... 1
I.1 Latar Belakang...................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................ 4
1.3 Tujuan .................................................................. 6
1.4 Manfaat ................................................................ 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................ 7
II.1 Kunyit/ Kunir Putih (Curcuma Mangga) ............ 7
II.2 Curcuminoid ........................................................ 9
II.3 Ekstraksi .............................................................. 10
II.4 Natural Deep Eutectic Solvent (NADES) ........... 12
II.5 Metode Analisa Curcuminoid ............................ 14
II.5.1 High Pressure Liquid Chromatography
(HPLC) .................................................. 14
II.5.2 Thin Layer Chromatography (TLC) ..... 18
II.6 Studi Hasil Penelitian Sebelumnya ................... 20
BAB III METODE PENELITIAN.......................................... 23
III.1 Bahan-bahan yang digunakan ............................ 23
III.2 Alat-alat yang digunakan ................................... 23
III.3 Variabel Penelitian ............................................. 23
III.3.1 Variabel Tetap pada Ekstraksi
menggunakan Natural Deep Eutectic
Solvent (NADES) ............................. 23

vii
III.3.2 Variabel Bebas pada Ekstraksi
menggunakan Natural Deep Eutectic
Solvent (NADES) ............................. 23
III.3.3 Variabel Respon................................... 24
III.4 Metode Penelitian ............................................ 24
III.4.1 Pembuatan Natural Deep Eutectic
Solvents (NADES) ........................................... 24
III.4.2 Ekstraksi Senyawa Bioaktif menggunakan
Natural Deep Eutectic Solvents
(NADES) ............................................ 26
III.4.3 Ekstraksi Senyawa Bioaktif dengan
Soxhlet dan Maserasi .......................... 27
III.4.4 Analisa Kuantitatif secara High
Performance Liquid Chromatography
(HPLC) ............................................. 30
III.4.5 Analisa Kualitatif secara Thin Layer
Chromatography (TLC) ..................... 30
III.5 Diagram Alir Metode Penelitian ..................... 32
III.5.1 Diagram Alir Penelitian secara
Keseluruhan ........................................ 32
III.5.2 Diagram Alir Pembuatan Natural Deep
Eutectic Solvents (NADES) ................ 33
III.5.3 Diagram Alir Ekstraksi Senyawa Bioaktif
menggunakan Natural Deep Eutectic
Solvents (NADES) .............................. 34
III.5.4 Diagram Alir Ekstraksi Senyawa Bioaktif
secara Konvensional ......................... 35
III.5.5 Metode Analisa .................................... 37
III.5.5.1 Analisa Kuantitatif secara High
Performance Liquid
Chromatography (HPLC) ......... 37
III.5.5.2 Analisa Kualitatif secara Thin Layer
Chromatoghraphy (TLC) ......... 38

viii
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................... 41
IV.1 Pembuatan dan Kestabilan Natural Deep Eutectic
Solvents (NADES) .......................................... 41
IV.2 Ekstraksi Curcuma mangga dengan Soxhlet dan
Maserasi ........................................................... 48
IV.3 Ekstraksi Curcuma mangga dengan Natural
Deep Eutectic Solvents NADES ...................... 50
IV.3.1 Kalibrasi Curcuminoids menggunakan
High Performance Liquid
Chromatography (HPLC) .................. 50
IV.3.2 Ekstraksi Curcuma mangga menggunakan
Natural Deep Eutectic Solvents
(NADES) ........................................... 55
IV.4 Sifat-sifat Fisik Natural Deep Eutectic Solvents
(NADES) ......................................................... 64
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................... 67
V.1 Kesimpulan ....................................................... 67
V.2 Saran ................................................................. 67
DAFTAR PUSTAKA................................................................ xiv
LAMPIRAN

ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.1 Struktur Curcuminoid ................................... 9
Gambar III.1 Skema Pembuatan NADES dengan
Menggunakan Metode Pemanasan Kombinasi
freeze-dry ...................................................... 25
Gambar III.2 Skema Ekstraksi Senyawa Bioaktif dari
Curcuma Mangga Menggunakan NADES ... 26
Gambar III.3 Skema Ekstraksi Soxhlet ............................... 28
Gambar III.4 Skema Ekstraksi Maserasi............................. 29
Gambar IV.1 FS- H2O (2:1:19 dan 2:1:11) Tidak Stabil .... 41
Gambar IV.2 FG-H2O (1:1:4) ............................................. 42
Gambar IV.3 NADES yang dihasilkan FS-H2O (2:1:32) dan
FG- H2O (1:1:10) .......................................... 42
Gambar IV.4 Kombinasi BG-H2O (5:2:5) dan BS-H2O
(1:1:6) tidak terbentuk NADES (terbentuk
kristal maupun terbentuk endapan) ............... 43
Gambar IV.5 Perubahan Warna CAS-H2O dan MAS-H2O 45
Gambar IV.6 FTIR Spektra MAS- H2O jernih/tidak berubah
warna (a); MAS- H2O yang berubah warna (b);
sukrosa padat (c); dan malic acid padat (d) .. 47
Gambar IV.7 FTIR Spektra CAS-H2O berubah warna (a);
sukrosa padat (b); dan citric acid padat ........ 47
Gambar IV.8 Kromatogram Curcumnioid standard pada
HPLC (High Performance Liquid
Chromatography) pada konsentrasi
curcuminoid 25,7 ppm (BDMC=0,785 ppm;
DMC=4,750 ppm dan C=20,166 ppm) ......... 50
Gambar IV.9 Spektrum dari atas ke bawah:
Bisdemethoxycurcumin (BDMC),
Demethoxycurcumin (DMC) dan
Curcumin (C) ................................................ 51
Gambar IV.10 Kurva Kalibrasi Bisdemethoxycurcumin
(BDMC) ........................................................ 52

x
Gambar IV.11 Kurva Kalibrasi Demethoxycurcumin
(DMC) ........................................................... 53
Gambar IV.12 Kurva Kalibrasi Curcumin (C) ...................... 53
Gambar IV.13 Kromatogram Curcuminoid standar pada HPLC
(High Performance Liquid Chromatography)
pada konsentrasi curcuminoid 0,028 ppm
(BDMC=0,001 ppm; DMC = 0,005 ppm dan
C= 0,022 ppm) .............................................. 54
Gambar IV.14 Kromatogram Curcuminoid standar pada HPLC
(High Performance Liquid Chromatography)
pada konsentrasi curcuminoid 0,0102 ppm
(BDMC=0,0003 ppm; DMC = 0,002 ppm dan
C= 0,008 ppm) .............................................. 54
Gambar IV.15 Bentuk curcumin pada berbagai pH: berbentuk
terprotonisasi pada lingkungan asam (pH<1);
berbentuk netral pada pH 1-7; dan berbentuk
deprotonisasi pada pH>7,5 (Salem et al., 2014;
Fagundes et al., 2015) ................................... 60
Gambar IV.16 Penampakan lempeng Thin Layer
Chromatography (TLC): (1) disemprot
menggunakan 20% H2SO4 dalam etanol (v/v);
(2) penampakan bercak pada 365 nm. Legenda:
S = standar curcuminoids, E = ekstrak etanol,
dan A= ekstrak air. Ekstraksi dilakukan
menggunakan 5 mg serbuk Curcuma mangga/ 2
gr pelarut, 1x24 jam, 40oC, sampel yang
ditotolkan ± 50μL ......................................... 62
Gambar IV.17 Penampakan lempeng Thin Layer
Chromatography (TLC): (1) disemprot
menggunakan 20% H2SO4 dalam etanol (v/v);
(2) penampakan bercak pada 365 nm; (3)
penampakan bercak pada 254 nm. Legenda: S =
standar curcuminois M = ekstrak MAS-H2O
(1:1:11), dan C= ekstrak CAS-H2O (1:2:16).
Ekstraksi dilakukan menggunakan 5 mg serbuk

xi
Curcuma mangga/ 2 gr pelarut, 1x24 jam, 40oC,
sampel yang ditotolkan ± 50μL ................... 63
Gambar IV.18 Penampakan lempeng Thin Layer
Chromatography (TLC): (1) setelah dilakukan
penyemprotan bercak dengan 20% H2SO4
dalam etanol (v/v). Legenda: S = standar
curcuminoids, F1 = ekstrak FS-H2O 1x24 jam,
F2 = ekstrak FS-H2O 2x24 jam, F3 = ekstrak
FS-H2O 3x24 jam, F4 = ekstrak FS-H2O 4x24
jam. Ekstraksi dilakukan menggunakan 5 mg
serbuk Curcuma mangga/ 2 gr pelarut, 1x24
jam, 40oC, sampel yang ditotolkan ± 50μL ... 63

xii
DAFTAR TABEL

Tabel II.1 Spesifikasi Kunyit/ Kunir Putih (Curcuma


Mangga) (Hutapea, 1993) ....................................... 8
Tabel II.2 Nama Kimia dan Berat Molekul dari Curcuminoid
(Pushpakumari et al., 2014) ................................... 10
Tabel II.3 Daftar Natural ILs dan DES (Choi et al., 2011)..... 13
Tabel II.4 Beberapa Metode Analisa Curcuminoid secara
HPLC ..................................................................... 16
Tabel II.5 Beberapa Metode Analisa Curcuminoid secara
TLCmenggunakan silica plate sebagai fase diam ... 19
Tabel IV.1 NADES yang digunakan dalam penelitian ini ........ 45
Tabel IV.2 Yield Curcuminoid (mg/g) yang diekstrak
Menggunakan Metode Konvensional ...................... 49
Tabel IV.3Hasil Ekstraksi Curcuma mangga dengan NADES . 56
Tabel IV.4 LOD dan LOQ pada kondisi analisa HPLC ............ 57
Tabel IV.5 Yield Curcuminoid (mg/g) pada Berbagai Metode
Ekstraksi .................................................................. 59
Tabel IV.6 Pengukuran pH NADES ......................................... 61
Tabel IV.7 Densitas NADES..................................................... 65

xiii
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Saat ini, kanker telah menjadi masalah kesehatan yang
signifikan di dunia. Kanker menduduki peringkat kedua penyebab
kematian di dunia setelah penyakit jantung (tahun 2000-2010)
dan terus akan meningkat dan menduduki peringkat pertama
penyebab kematian di tahun 2030 (Atun et al., 2013).
Phytochemical merupakan senyawa-senyawa bioaktif
yang salah satu manfaatnya adalah mencegah dan/atau
melindungi tanaman dari penyakit/hama ataupun serangga.
Senyawa bioaktif yang dihasilkan tanaman tidak hanya berguna
untuk melindungi diri mereka sendiri tetapi juga diindikasikan
berpotensi sebagai senyawa obat bagi manusia. Telah banyak
penelitian yang dilakukan terhadap senyawa-senyawa bioaktif
yang berasal dari tanaman terutama tentang pemanfaatannya
sebagai senyawa aktif obat untuk manusia, khususnya penyakit
jantung dan kanker, dua penyakit penyebab kematian tertinggi di
dunia. Salah satu senyawa bioaktif yang berpotensi sebagai obat
anti kanker yaitu curcumin (Pushpakumari et al., 2014).
Curcumin telah memasuki uji klinis ilmiah di fase I dan
fase II hanya dalam 10-15 tahun terakhir. Di samping efek anti-
kanker, curcumin telah dilaporkan memiliki efek menguntungkan
pada alergi, asma, penyakit jantung dan diabetes. Efek tersebut
mungkin disebabkan kemampuannya untuk memodulasi sistem
kekebalan tubuh. Walaupun penyerapan curcumin dalam tubuh
setelah dikonsumsi rendah, beberapa penelitian menunjukkan
bahwa konsentrasi fisiologis dari curcumin cukup untuk
kemopreventif dan aktivitas kemoterapi. Dengan demikian,
curcumin memiliki beberapa manfaat (terapi multitargeted) yang
diperlukan untuk pengobatan penyakit. Curcumin dikenal murah
dan aman dalam uji klinis pada manusia. Meskipun khasiat dan
keamanannya baik, saat ini curcumin belum disetujui sebagai
agen terapeutik. Kesenjangan antara tingginya studi pra-klinis

1
dengan keterbatasan penggunaannya secara klinis disebabkan
oleh rendahnya kelarutan curcumin dalam air serta rendahnya
bioavailabilitas curcumin itu sendiri sehingga menyebabkan
banyak ketidakpastian dalam efek terapeutik (Bar-Sela G et al.,
2010).
Curcumin telah dilaporkan aman dikonsumsi hingga dosis
12 gram/hari. Namun, karena curcumin mengalami metabolisme
yang cepat dalam tubuh sehingga bioavailabilitasnya rendah.
Curcumin yang telah dikonsumsi dalam jumlah banyak hanya
sedikit terdeteksi dalam tubuh sebagaimana dilaporkan oleh
Salem et al. (2014). Total curcumin yang dikonsumsi (3,6
gram/hari) hanya terdeteksi dalam jumlah nanomolar pada 1 jam
dihari pertama, hari kedua, kedelapan, dan keduapuluh sembilan.
Curcumin adalah suatu curcuminoid yang diketahui
terdapat dalam Curcuma. Curcuma mangga atau yang lebih
dikenal sebagai kunir putih telah diketahui mengandung senyawa-
senyawa bioaktif antikanker berupa curcuminoid (curcumin (C),
demethoxycurcumin (DMC) dan bisdemethoxycurcumin
(BDMC)), polisakarida, caretonoid, ataupun minyak-minyak
essensial (Fagundes et al., 2015). Secara umum, senyawa bioaktif
tersebut diektraksi menggunakan pelarut organik seperti etanol,
metanol, heksana, ataupun secara steam distillation menggunakan
uap air.
Ekstraksi adalah salah satu proses kimia yang tidak ramah
lingkungan karena melibatkan senyawa organik yaitu solvent/zat
pelarut itu sendiri. Oleh sebab itu, upaya untuk meminimalkan,
mengganti atau bahkan menghilangkan penggunaan pelarut
organik yang mudah menguap (Volatile Organic Carbon, VOC)
dalam proses ekstraksi terus dikembangkan. Upaya ini harus
mengarah pada penghematan biaya baik untuk pembuangan
limbah dan pemanfaatan energi. Penggunaan senyawa kimia
dalam proses ekstraksi senyawa-senyawa obat akan memperbesar
resiko terdapatnya residu senyawa kimia di dalam ekstrak kasar
obat-obatan yang diperoleh. Resiko lebih lanjut, terdepositnya
senyawa kimia tersebut didalam tubuh jika dikonsumsi dalam

2
jangka waktu tertentu. Oleh sebab itu, perlu digunakan pelarut
ramah lingkungan yang aman bagi kesehatan dan kebersihan
lingkungan pada proses ekstraksi senyawa-senyawa obat.
Pelarut eutektik (Deep Eutectic Solvent, DES) serta cairan
ionik (Ionic Liquids, ILs) adalah dua kandidat green solvent yang
banyak diteliti di samping cairan superkritis (Supercritical Fluids,
SCF). Namun, ILs menghadapi beberapa tantangan untuk aplikasi
dalam skala besar seperti berbiaya produksi tinggi, masalah
toksisitas, stabilitas jangka panjang yang belum sepenuhnya
diketahui, dan viskositas ILs yang relatif tinggi. Natural Deep
Eutectic Solvents (NADES) merupakan bagian dari DES yang
ramah lingkungan dan dibuat dari senyawa-senyawa metabolit
primer yang alami dan aman seperti asam-asam amino,
monosakarida, disakarida, polisakarida, asam asetat, asam laktat,
kolin klorida dll dengan perbandingan mol ratio tertentu.
Natural Deep Eutectic Solvents (NADES) akan
digunakan sebagai pelarut pengganti pelarut-pelarut organik yang
selama ini digunakan dalam penelitian ini mengingat
keunggulannya yang terbuat dari bahan-bahan alam yang ramah
lingkungan. Selain itu Dai et al. (2013) menunjukkan kesesuaian
NADES seperti proline-malic acid (PMA), sucrose-choline
chloride (SCC), glucose-choline chloride (GCC), sorbitol-choline
chloride (SoCC), 1,2-propanediol-choline chloride (PCC),
fructose-glucose-sucrose (FGS), dan lactic acid-glucose (LAG)
untuk ekstraksi senyawa-senyawa fenolat seperti cartormin dan
carthamin dari safflower (Flos Carthami) dan corolla dari
Carthamus tinctorius L. Hasil ekstraksi menunjukkan kelarutan
cartormin dan carthamin yang tinggi di dalam NADES: Sucrose-
choline chloride (SCC), PMA, dan LAG. Kelarutan senyawa
fenolat yang tinggi di dalam NADES juga diikuti oleh senyawa-
senyawa lain: rutin, quercetin, asam sinamat, carthamin, taxol,
dan ginkgolide B dalam NADES (Dai et al, 2013). Bervariasinya
senyawa-senyawa bioaktif yang dapat larut dalam NADES, baik
makromolekul maupun mikromolekul, menunjukkan besarnya
potensi yang dimiliki NADES sebagai pelarut-multi komponen

3
baik senyawa-senyawa nonpolar hingga polar. Namun, masih
diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai aplikasi dari NADES
sebagai pelarut ekstraksi yang ramah lingkungan terhadap
senyawa-senyawa bioaktif yang lainnya.
Menimbang keunggulan yang dimiliki NADES tersebut
di atas dan pentingnya penggunaan ekstrak senyawa obat yang
bebas dari residu kimia, berbagai tipe NADES (netral, asam, dan
basa) akan digunakan sebagai pelarut dalam mengekstraksi
senyawa bioaktif dari Curcuma mangga. Diharapkan, dengan
tingginya kemampuan NADES untuk melarutkan senyawa-
senyawa non polar dan polar tersebut akan meningkatkan
kelarutan curcumin di dalam air sehingga kesenjangan antara
kebutuhan dan supply curcumin dipasaran untuk uji klinis dapat
terpenuhi. Selain tipe NADES, pengaruh kandungan air dalam
NADES terhadap perolehan yield curcumin juga turut di teliti
dalam penelitian ini.

I.2 Rumusan Masalah


Penggunaan senyawa-senyawa organik sebagai zat
pelarut dalam proses ekstraksi membahayakan keamanan dan
kesehatan lingkungan. Oleh sebab itu, perlu dilakukan upaya-
upaya untuk meminimalkan, mengganti atau bahkan
menghilangkan penggunaan pelarut organik yang mudah
menguap (Volatile Organic Carbon, VOC) tsb. Natural Deep
Eutectic Solvent (NADES) sebagai salah satu kandidat green
solvent dipilih sebagai pelarut alternatif dalam ekstraksi senyawa-
senyawa bioaktif dalam penelitian ini. NADES terdiri dari
campuran senyawa-senyawa metabolit primer seperti gula, gula
alkohol, poli-alkohol, basa organik, asam organik, dan asam
amino dalam kombinasi molar ratio tertentu yang diyakini aman
bagi manusia dan lingkungan. Mengingat senyawa-senyawa
metabolit primer merupakan senyawa alami yang ditemukan di
semua tanaman, misalnya asam amino, karbohidrat, lipid, lemak,
protein, asam nukleat, asam organik dan basa, tersedia dalam
skala besar dan berbiaya rendah. Sehingga NADES

4
biodegradable, biokompatibel, lebih mudah dan murah dalam hal
pembuangan limbah proses yang dihasilkan.
Curcuma mangga atau kunir putih telah dikenal secara
luas mengandung senyawa bioaktif antikanker (Anand et al.,
2007; Bar-Sela et al., 2010; Salem et al., 2014) yang potensial
untuk dikembangkan. Dalam hal pengembangan obat, langkah
pertama yaitu metode ekstraksi dan isolasi natural products (NP)
adalah sangat penting. Oleh sebab itu, penting untuk
mengembangkan metode ekstraksi yang dapat memenuhi semua
persyaratan seperti keamanan, yield, dan selektivitas untuk NP
target. Penggunaan, green solvent, NADES sebagai pelarut
alternatif pengganti metanol ataupun etanol yang selama ini
banyak digunakan pada ekstraksi Curcuma mangga diharapkan
akan menghasilkan yield, selektifitas, dan efisiensi ekstraksi yang
comparable. Sehingga kombinasi zat antikanker yang potensial
disertai proses ekstraksi ramah lingkungan tanpa residu bahan
kimia akan mampu meningkatkan efektifitas zat antikaker
senyawa-senyawa bioaktif tsb.
Natural Deep Eutectic Solvents (NADES) jenis netral,
asam, dan basa dipilih sebagai pelarut dalam proses ekstraksi
senyawa bioaktif dari Curcuma mangga mengingat curcumin
memiliki kelarutan yang berbeda, tergantung pH pelarutnya (pH
3-9) (Salem et al., 2014). Selain itu matriks tanaman, rimpang
serbuk Curcuma mangga, donasi dari Sari Herbal (Sukun,
Malang, Indonesia) digunakan sebagai bahan baku. Kondisi
bahan baku sebelum proses pengeringan dan grounding
merupakan batasan penelitian sebagaimana jenis NADES yang
digunakan dan dilakukan pula ekstraksi Soxhlet dan maserasi
menggunakan etanol untuk mengetahui efektifitas penggunaan
pelarut alternatif, NADES, guna ekstraksi senyawa bioaktif dari
Curcuma mangga.

5
I.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah:
 Memanfaatkan Natural Deep Eutectic Solvent (NADES)
sebagai pelarut dalam ekstraksi senyawa-senyawa bioaktif
berupa curcuminoid terutama curcumin dari Curcuma
mangga.
 Mendapatkan perolehan yield senyawa bioaktif Curcuma
mangga (curcuminoid) secara ekstraksi menggunakan
Natural Deep Eutectic Solvent (NADES) dan
membandingkannya dengan metode ekstraksi soxhlet dan
maserasi dengan etanol sebagai pelarut.

I.4 Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan
ekstrak senyawa bioaktif (curcuminoid) dari Curcuma mangga
yang aman dan bebas residu kimia sehingga dapat digunakan
sebagai bahan dasar pembuatan obat-obatan dan berpotensi untuk
dapat dimanfaatkan ataupun dikonsumsi langsung oleh
konsumen.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Kunyit/ Kunir Putih (Curcuma Mangga)
Curcuma mangga adalah ramuan rhizomatous dari
keluarga Zingiberaceae. Rimpang C. mangga digunakan di Jawa
sebagai bumbu untuk makanan dan pengobatan untuk sakit perut,
demam dan penyakit kanker terkait (Malek et al., 2011).
Beberapa jenis kunyit telah lama menjadi komoditas perdagangan
dunia. Kebutuhan kunyit dunia hingga saat ini mencapai ratusan
ribu ton/tahun dan telah dipenuhi oleh negara-negara seperti
India, Haiti, Srilanka, Cina, dan Indonesia. Rimpang (rhizome)
tanaman kunir putih mengandung senyawa penting untuk
pengobatan tradisional dan industri obat-obatan. (Saefudin et al.,
2014). Penjelasan tentang spesifikasi kunyit/kunir putih
(Curcuma mangga) menurut Hutapea (1993) ditampilkan pada
Tabel II.1.
Pemanfaatan kunyit umumnya digunakan dalam berbagai
industri makanan sebagai pewarna makanan terutama dalam
produk susu, minuman, sereal, kembang gula, es krim, roti, dan
produk gurih. Kunyit ditambahkan pada jumlah yang lebih tinggi
untuk sosis, acar, relishes, saus, campuran kering, dan ikan
sebagai bumbu (Jayandran et al., 2015).
Kunyit putih telah terbukti memiliki efek farmakologis
bersifat hemostatis (menghentikan pendarahan), penambah nafsu
makan, antitoksik, dan mempercepat penyembuhan luka baik luka
akibat kanker dan tumor. Curcumin yang terkandung dalam
rimpang kunyit putih bermanfaat sebagai antitumor dan anti-
inflamasi (anti-radang). Sementara itu, saponin berkhasiat sebagai
antineoplastik (anti-kanker) dan polifenol berfungsi sebagai
antioksidan (Mangan, 2003). Kunyit putih telah digunakan di
klinik di China untuk pengobatan kanker servik (Windono, 2002).
Kunyit putih diketahui mengandung 11 senyawa, yaitu
campuran stigmaterol dan β-sitosterol, demethoxycurcumin,
bisdemethoxycurcumin, 1,17-bis (4-hidroksifenil)-1,4,6-

7
heptatrien-3-on, 7-hidroksi-6-metoksi kaumarin, curcumin,
zerumin B, curcumanggoside, asam-4-hidroksisinamik, -8(17),
12-diene,15,16-dial dan calcalatarin A (Abas, 2005).

Tabel II.1 Spesifikasi Kunyit/ Kunir Putih (Curcuma Mangga)


(Hutapea, 1993)

Divisi Spermatophyta
Subdivisi Angiospermae
Kelas Monocotyledoneae
Klasifikasi Bangsa Zingiberales
Suku Zingiberabceae
Marga Curcuma
Jenis Curcuma manga
Habitus Semak, tinggi 1-2 m
Batang Semu, tegak, lunak, batang
didalam tanah membentuk
rimpang, hijau
Daun Tunggal, berpelepah, lonjong, tepi
rata, ujung dan pangkal
meruncing, pertulangan menyirip,
hijau
Deskripsi Bunga Majemuk, di ketiak daun, bentuk
tabung, ujung terbelah, benang
sari menempel pada mahkota,
putih, putik silindris, kepala putik
bulat, kuning, mahkota lonjong,
putih
Buah Kotak, bulat, hijau kekuningan
Biji Bulat, coklat
Akar Serabut, putih
Rimpang & daun mengandung
Kandungan
saponin dan flavonoida, dan daun
kimia
juga mengandung polifenol

8
II.2 Curcuminoid
Curcumin dan oleoresin adalah dua komponen utama
yang merupakan faktor paling penting untuk signifikansi kunyit
(Jayandran, 2015). Curcumin merupakan salah satu zat utama
yang ditemukan dalam rimpang Curcuma mangga dan curcuma
lainnya. Curcumin (C), demethoxycurcumin (DMC) dan
bisdemethoxycurcumin (BDMC) termasuk dalam kelompok
diarylheptanoids. Ketiga senyawa ini disebut curcuminoid
(Lestari dan Indrayanto, 2014; Pushpakumari et al., 2014; Popuri
and Pagala 2013). Curcumin umumnya digunakan sebagai zat
pewarna serta additive. WHO makanan menyatakan asupan
harian diterima dari curcumin sebagai aditif makanan di kisaran
0-3 mg/kg. Penggunaan terapeutik juga telah diteliti dan dikenal
memiliki potensi penggunaan sebagai antikanker (Lestari and
Indrayanto, 2014). Struktur kimia dari curcuminoid beserta berat
molekulnya ditunjukkan pada (Gambar II.1) dan (Tabel II.2)

Gambar II.1 Struktur Curcuminoid

Curcumin memiliki titik leleh 176-177°C, membentuk


garam coklat kemerahan dengan alkali, tidak larut dalam air
(Nabati et al., 2014), tetapi larut dalam metanol, etanol, alkali,
keton, asam asetat, dichloromethane (DCM) atau dimethyl

9
sulfoxide (DMSO) dan kloroform (Bagchi, 2012; Nabati et al.,
2014). Mengingat curcumin memiliki kelarutan yang berbeda
pada kisaran pH 3-9. Curcumin berada pada kondisi paling stabil
pada 10-55 ᵒC dan akan terdegradasi secara total pada 70 ᵒC
selama 24 jam membentuk vanilin, asam vanilin, asam ferulat,
feruloylmethane, dan p-hydroxybenzaldehyde (Salem et al.,
2014). Kunyit mengandung sekitar 4-6%-berat curcuminoid, 2-
4%-berat minyak esensial dan 2-3%-berat karotenoid termasuk
turmerone, atlantone, dan zingiberone. Konstituante lain
termasuk gula-gula, protein dan resin juga terkandung didalam
kunyit (Paulucci et al., 2013; Popuri dan Pagala, 2013).

Tabel II.2 Nama Kimia dan Berat Molekul dari Curcuminoid


(Pushpakumari et al., 2014)
Berat
Nama Kimia RumusMolekul
Molekul
Curcumin
C21H20O6 368
(Diferuloyl Methane)
Demethoxy curcumin
(p-Hydroxy-cinnamoyl- C20H18O5 338
feruloyl-methane)
Bis-demethoxy curcumin
(pp’-Dihydroxy- C19H16O4 308
dicinnamoyl-methane)

II.3 Ekstraksi
Ekstraksi yaitu proses pemisahan dan isolasi senyawa
target dari suatu raw material dengan penambahan pelarut
tertentu untuk mengeluarkan senyawa target dari raw material
atau zat cair. Senyawa target yang diinginkan bersifat larut dalam
pelarut (solvent) (Wahyuni et al., 2004).
Terdapat beberapa teknik ekstraksi padat-cair (leaching)
yg tersedia: soxhlet, maserasi, perkolasi, destilasi dengan
air/steam. Namun, belum ada metode ekstraksi tunggal dan
terstandarisasi untuk memperoleh senyawa bioaktif dari suatu

10
bahan alam. Masing-masing metode ekstraksi menghadirkan
kelebihan dan kekurangan. Demikian pula, tidak ada metode
ekstraksi tunggal yang mampu mengekstrak semua senyawa
bioaktif yang terkandung di dalam bahan alam (Mustaq et al.,
2014). Teknik ekstraksi konvensional yang paling umum
digunakan adalah ektraksi perendaman (maserasi), ekstraksi
soxhlet dan destilasi. (Rastagno dan Prado., 2003)
Jenis-jenis metode ekstraksi yang digunakan adalah sebagai
berikut :
A. Maserasi. Maserasi merupakan metode sederhana yang
paling banyak digunakan. Metode ini dilakukan dengan
memasukkan serbuk tanaman dan pelarut yang sesuai ke
dalam wadah inert yang tertutup rapat pada suhu kamar.
Proses ekstraksi dihentikan ketika tercapai kesetimbangan
antara konsentrasi senyawa dalam pelarut dengan konsentrasi
dalam sel tanaman. Setelah proses ekstraksi, pelarut
dipisahkan dari sampel dengan penyaringan. Kerugian utama
dari metode maserasi ini adalah memakan banyak waktu,
pelarut yang digunakan cukup banyak, dan besar
kemungkinan beberapa senyawa hilang. Selain itu, beberapa
senyawa mungkin saja sulit diekstraksi pada suhu kamar.
Namun di sisi lain, metode maserasi dapat menghindari
rusaknya senyawa-senyawa yang bersifat termolabil (tidak
tahan panas) (Mukhriani, 2014).
B. Soxhlet. Metode ini dilakukan dengan menempatkan serbuk
sampel dalam sarung selulosa (dapat digunakan kertas
saring) dalam slonsong yang ditempatkan di atas labu dan di
bawah kondensor. Pelarut yang sesuai dimasukkan ke dalam
labu dan suhu penangas diatur di bawah suhu reflux. Pada
Soxhlet konvensional, sampel ditempatkan dalam thimble-
holder dan selama beroperasi secara bertahap diisi dengan
fresh solvent dari labu distilasi. Ketika cairan mencapai
tingkat overflow, secara otomatis dikosongkan oleh siphon
kemudian pelarut mengalir kembali ke labu destilasi. Operasi
ini diulang sampai ekstraksi selesai dicapai. Keuntungan dari

11
metode ini adalah proses ektraksi yang kontinyu, sampel
terekstraksi oleh pelarut murni hasil kondensasi sehingga
tidak membutuhkan banyak pelarut dan tidak memakan
banyak waktu. Kerugiannya adalah senyawa yang bersifat
termolabil dapat terdegradasi karena ekstrak yang diperoleh
terus-menerus berada pada titik didih (Mukhriani, 2014).
Ekstraksi soxhlet adalah teknik ekstraksi yang sangat
sederhana dan umum digunakan sebagai metode pembanding
dengan pendekatan efisiensi ekstraksi ~100% (Castro dan
Ayuso, 2000).

II.4 Natural Deep Eutectic Solvent (NADES)


Cairan superkritis (Supercritical Fluids, SFS), yang
sebagian besar menggunakan karbon dioksida (CO2), cairan ionik
(Ionic Liquids, ILs), dan pelarut eutektik (Deep Eutectic Solvent,
DES) adalah kandidat green solvent. Pelarut ini telah diberi label
sebagai "green" karena tekanan uapnya diabaikan dan tidak
mudah terbakar dibandingkan penggunaan solvent dari golongan
volatile organic compounds (VOCs) (Deetlefs dan Seddon, 2010;
Domínguez de María dan Maugeri, 2011; Gorke et al., 2010;
Wood dan Stephens 2010). Green solvent memiliki efek minimal
terhadap kesehatan manusia, aman dan ramah lingkungan dalam
hal pemanfaatan, dan pembuangan (Deetlefs dan Seddon, 2010).
Cairan ionik dan DES adalah campuran dari garam yang
berbentuk cair pada suhu kamar dan memiliki sifat fisik-kimia
yang dapat disesuaikan dengan selektivitas yang diharapkan
hanya dengan menggabungkan jenis kation dan anion yang
berbeda. Cairan ionik terdiri dari kation sintetis khas seperti
dialkylimidazolium dan derivatif alkylpyridium, dan anion seperti
chloroaluminate dan logam halida lainnya (Domínguez de María
dan Maugeri, 2011). Bila perlu, jenis anion yang reaktif terhadap
adanya uap air tsb dapat diganti dengan halida atau anion (BF4
atau PF4) yang lebih stabil terhadap kehadiran air dan udara
(Gorke et al., 2010). Namun, ILs masih menghadapi tantangan
untuk aplikasi skala besar karena mahal dan toksik (Thuy Pham et

12
al., 2010). Cairan ionik (ILs) diproduksi secara sintetis dari
komponen yang sangat murni tetapi umumnya masih memerlukan
proses pemurnian lebih lanjut karena kehadiran sedikit pengotor
dapat mengubah sifat ILs secara signifikan.
Campuran metabolit primer seperti gula, gula alkohol,
poli-alkohol, basa organik, asam organik, dan asam amino dapat
membentuk DES dan disebut sebagai Natural Deep Eutectic
Solvent (NADES) (Choi et al., 2011). Berdasarkan penelitian
yang telah dilakukan sebelumnya, NADES dibagi dalam tipe-tipe
sebagai berikut (Dai et al., 2013): (1) cairan ionik, terdiri dari
asam-asam organik (asam sitrat, asam maleat, asam laktat) dan
senyawa-senyawa basa (choline chloride, dan betaine); (2)
NADES netral, tidak ada konstituen ionik, seperti campuran
polyalcohols (gliserol, glisin, 1-2-propandiol); (3) NADES yang
bersifat asam, terdiri dari senyawa-senyawa netral (glukosa,
fruktosa, sukrosa, maltosa, trehalose) dan senyawa-senyawa
asam; (4) NADES yang bersifat basa, yang terdiri dari senyawa-
senyawa netral dan senyawa-senyawa basa, dan (5) NADES yang
bersifat amfoter, kombinasi dari asam amino (-Proline, -
Alanine) dan gula, polyalcohol, atau senyawa-senyawa asam.

Tabel II.3 Daftar Natural ILs dan DES (Choi et al., 2011)
Kombinasi Molar Rasio
Asam sitrat:choline chloride 1:2, 1:3
Asam maleat:choline chloride 1:1, 1:2, 1:3
Asam maleat:choline chloride 1:1, 1:2, 1:3
Aconitic acid:choline chloride 1:1
Glisin:choline chloride:air 1:1:1
Fruktosa:choline chloride:air 1:1:1
Sukrosa:choline chloride: air 1:1:1
Asam sitrat:Proline 1:1, 1:2, 1:3
Asam maleat:Glisin 1:1
Asam maleat:Fruktosa 1:1
Asam maleat:Sukrosa 1:1
Asam sitrat:Glisin 2:1

13
Asam sitrat:trihalose 2:1
Asam sitrat:Sukrosa 1:1
Asam maleat:Glisin 4:1
Asam maleat:Sukrosa 1:1
Glisine:Fruktosa 1:1
Fruktosa:Sukrosa 1:1
Glisine:Sukrosa 1:1
Sukrosa:Glisin:Fruktosa 1:1:1

Meskipun memiliki viskositas tinggi, NADES masih


berwujud cair pada suhu kamar dan bahkan pada suhu rendah.
Viskositas akan menurun secara signifikan dengan penambahan
sejumlah kecil air. Selain itu, NADES memiliki cakupan polaritas
dalam rentang yang lebar, mulai lebih polar daripada air hingga
polaritas sama dengan metanol. NADES terbukti menjadi pelarut
yang sangat baik untuk berbagai metabolit dengan polaritas
rendah sampai menengah yang tidak atau sukar larut dalam air.
Makromolekul seperti DNA, protein dan polisakarida juga larut
dalam NADES. NADES yang tidak beracun dan ramah
lingkungan digunakan untuk berbagai aplikasi pada bidang
makanan, kosmetik, agrokimia dan industri farmasi sebagai media
baru Green Technology (Dai et al., 2013).

II.5 Metode Analisa Curcuminoid


II.5.1 High Pressure Liquid Chromatography (HPLC)
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) atau High
Performance Liquid Chromatography (HPLC) merupakan salah
satu metode analisis kuantitatif yang didasarkan konsep kimia dan
fisika-kimia. HPLC termasuk metode analisis terbaru: suatu
teknik kromatografi dengan fasa gerak cairan dan fasa diam
padat. Metode ini memiliki banyak keunggulan jika dibandingkan
dengan metode lainnya, antara lain (Putra, 2004):
• mampu memisahkan senyawa-senyawa target dari suatu
campuran
• mudah melaksanakannya

14
• kecepatan analisis dan kepekaan yang tinggi
• dapat dihindari terjadinya dekomposisi/kerusakan bahan
yang dianalisis
• memiliki resolusi yang baik
• dapat menggunakan bermacam-macam detektor
• kolom dapat digunakan kembali
• mudah melakukan "sample recovery"

Metode analisa curcuminoids: curcumin (C),


demethoxycurcumin (DMC) dan bisdemethoxycurcumin (BDMC)
secara kromatografi telah banyak dikembangkan. Metode analisis
curcuminoids secara HPLC menawarkan keuntungan, yang mana
pemisahan dan penentuan kandungan dari curcuminoids dapat
dilakukan secara simultan. Selain itu, metode ini memiliki
ketelitian yang tinggi dan rendahnya detection limit (Zhang et al.,
2013)
Sejumlah penelitian telah dilakukan untuk dapat
memisahkan pigmen curcuminoid antara lain: secara thin layer
chromatography (TLC), high performance thin layer
chromatography (HPTLC), dan column chromatography (CC).
Metode HPLC sensitif, tepat, dan akurat untuk deteksi dan
kuantifikasi curcuminoid dalam ekstrak rimpang Curcuma.
Pemisahan dengan High Performance Liquid Chromatography
(HPLC) dilakukan sebagian besar menggunakan kolom fase
terbalik (reversed-phase column) menggunakan mobile phase
campuran air, asetonitril, etanol, dan metanol. Karena pigmen
curcuminoid bervariasi dalam struktur kimia maka karakteristik
fisika-kimia serta sifat fungsional akan bervariasi pula (Revathy
et al., 2011). Beberapa metode analisa kuantitatif curcuminoid
secara HPLC ditampilkan pada Tabel II.4.

15
Tabel II.4 Beberapa Metode Analisa Curcuminoid
secara HPLC.

Mobile
Stationary
Phase/ fase Metode Analisa Referensi
phase/ fase
bergerak
diam
- Isokratik mobile
phase
Thermo
- Volume injeksi
Scientific
Metanol : sampel 6,0 L
Accucore
10 mM - Flow rate 0,8
Polar (Tracy,
phosphoric mL/min
Premium 2013)
acid = - UV-DAD deteksi
(100 × 3,0
80:20 (v/v) pada 428 nm;
mm ID, 2,6
40 ᵒC
m)
- Total running time =
4 menit
- Isokratik mobile
phase
Thermo
100 nM - Volume injeksi
Scientific
phosphate sampel 2,0 L
Acclaim
buffer (pH - Flow rate 0,4 (Zhang et
RSLC PA2
3) : mL/min al., 2013)
(50× 2,1
metanol = - UV-DAD deteksi
mm ID, 3
25:75 (v/v) pada 426 nm
m)
- Total running time =
3 menit
Agilent - Isokratik mobile
0.1%-
ZORBAX phase
phosphoric
Eclipse - Volume injeksi
acid dalam (Horkey,
Plus C18 sampel 1,0 L
air : 2013)
(50 mm× - Flow rate 1,0
asetonitril =
2,1 mm mL/min
60:40 (v/v)
ID,1,8 m) - UV-DAD deteksi

16
pada 425 nm;
35 ᵒC
- Total running time =
2 menit
- Isokratik mobile
phase
Agilent - Volume injeksi
ZORBAX Asetonitril : sampel 25 L
Eclipse metanol : - Flow rate 1,5
(Syed et
Plus C18 air (pH 3) = mL/min
al., 2015)
(250 mm× 40:20:40 - UV-DAD deteksi
4,6 mm (v/v/v) pada 370 nm;
ID,5 m) - 35 ᵒC
- Total running time =
9 menit
- Isokratik mobile
phase
- Volume injeksi
Alltect Asetonitril :
sampel 20 L
Alltima 2% asam (Wichitnit
- Flow rate 2,0
C18 (150 × asetat had et al.,
mL/min
4,6 mm ID, dalam air = 2009)
- UV-DAD deteksi
5 m) 40:60 (v/v)
pada 425 nm; 33 ᵒC
- Total running time =
16 menit
- Gradien sistem
Metanol mobile phase: linier
(A) : 2% selama 0-15 menit
Water -
asam asetat dengan 45-65% Guddadar
bondapack
(B) : asetonitril dalam B; angavvan
C18 (300 ×
asetonitril gradien 65-45% ahally, et
4,6 mm
(C) asetonitril dalam B al (2002)
ID)
(gradient selama 15-20 menit;
system) dan konstan 5%
untuk A selama 1

17
menit.
- Volume injeksi
sampel 20 L
- Flow rate 1,0
mL/min
- UV-DAD deteksi
pada 425 nm; suhu
kamar
- Total running time =
20 menit
Mobile phase metanol : 10 mM phosphoric acid akan dicoba
digunakan sebagai mobile phase (Tracy et al., 2013) dalam
penelitian ini, mengingat baik metanol dan asetonitril dapat
memisahkan dengan baik curcuminoids pada HPLC
menggunakan kolom C18 (Tracy et al., 2013; Zhang et al., 2013).
Akan tetapi, pemilihan penggunaan metanol dibandingkan
asetonitril lebih diutamakan dengan pertimbangan ekonomis.

II.5.2 Thin Layer Chromatography (TLC)


Metode Thin Layer Chromatography (TLC) atau
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) umumnya digunakan sebagai
metode kualitatif untuk memantau jalannya suatu reaksi, proses
pemisahan atau yang lainnya. Mengingat metode ini cukup
sederhana, mudah dan murah. Silika gel adalah fase stasioner
paling umum digunakan dalam TLC dengan sistem pelarut yang
berbeda termasuk benzen, etil asetat, etanol, kloroform, asam
asetat, heksan, dan metanol untuk pemisahan kromatografi.
Beberapa metode analisa kualitatif curcuminoid secara TLC
ditampilkan pada Tabel II.5.

18
Tabel II.5 Beberapa Metode Analisa Curcuminoid secara
TLC menggunakan silica plate sebagai fase diam.
Fase gerak Keterangan Referensi
- 20 mL mobile phase
(Diklorometan : metanol =
95:5 (v/v)) dibuatkan dan
dituangkan dalam KLT-
chamber. Tunggu hingga
chamber benar-benar jenuh
dengan fase gerak.
Diklorometan : (Fagundes
- Totol yang terbentuk
metanol = 95:5 et al.,
diamati dibawah cahaya
(v/v) 2015)
putih dan mengekspos plate
ke sinar UV (365 nm dan
254 nm).
- Penampakan bercak dapat
dilakukan dengan
penyemprotan 20%-v
H2SO4 dalam etanol.
- 200 mg crude extract
dilarutkan dalam 1 mL
dichloromethan:metanol =
99:1 (v/v). Kemudian
larutan tersebut ditotolkan
Diklorometan : pada lempeng TLC-silika (Anderson
metanol = 97:3 dan dielusikan pada fase et al.,
(v/v) gerak tertentu. 2000)
- Curcumin (C),
demethoxycurcumin (DMC)
dan bisdemethoxycurcumin
(BDMC) terdeteksi berturut-
turut dengan Rf 0.49; 0.22;

19
II.6 Studi Hasil Penelitian Sebelumnya
Baru-baru ini, telah dikembangkan jenis pelarut baru
berdasarkan DES yang merupakan campuran eutektik bertitik
leleh lebih rendah dari masing-masing komponen penyusunnya.
Campuran terbentuk dari senyawa-senyawa metabolit primer
yang umum di alam, yaitu gula, basa dan asam organik, asam
amino, protein, alkohol, polyalkohol, dll. Mengingat komponen-
komponen penyusunnya telah tersedia secara alamiah, maka
diberi NADES – Natural Deep Eutectic Solvent (Choi et al.,
2011; Dai et al., 2013). Air terkadang merupakan salah satu
konstituen penyusun. Kemudahan pembuatan NADES yang
terdiri dari senyawa-senyawa baku berharga murah, dan
ketersediaannya secara alami dan melimpah, sifatnya yang aman;
menjadikan NADES memiliki sejumlah keunggulan
dibandingkan green solvent lainnya (Dai et al., 2013). Walaupun
telah dilakukan penelitian pada NADES, masih terdapat
kekurangan informasi tentang isu-isu praktis yang berkaitan
dengan aplikasi mereka sebagai pelarut terutama untuk produk-
produk alami senyawa bioaktif berskala komersial.
Aplikasi dari NADES untuk ekstraksi metabolit sekunder
(Dai et al., 2013; Guo et al., 2013; Park et al., 2014; Zhang et al.,
2014) telah dilaporkan serta penerapannya dalam pengolahan
biodiesel (Huang et al., 2013; Shahbaz et al., 2011; Shahbaz et
al., 2013; Tang et al., 2014). Mikro atau makro-molekul bisa
dilarutkan dengan NADES (Dai et al., 2013). Misalnya, diketahui
NADES memberikan kelarutan yang baik dari pada serangkaian
senyawa bioaktif seperti rutin, quercetin, asam sinamat, taxol,
carthamin, ginkgolide B serta beberapa makromolekul seperti
gluten, DNA, dan pati di NADES dilaporkan (Dai et al. 2013).
Kelarutan senyawa-senyawa tsb dalam NADES secara substansial
lebih tinggi dibandingkan kelarutan mereka di air. NADES seperti
proline-malic acid-water (PMH), sucrose-choline chloride-water
(SCH), glucose-choline chloride-water (GCH), sorbitol-choline
chloride-water (SoCH), 1,2-propanediol-choline chloride-water
(PCH), fructose-glucose-sucrose-water (FGSH), dan lactic acid-

20
glucose-water (LGH) untuk ekstraksi fenolat seperti cartomin
dan carthamin dari safflower (Flos Carthami), corolla dari
Carthamus tinctorius L. telah ditunjukkan oleh (Dai et al., 2013 ).
Zat warna alami safflower ini terbukti memiliki kelarutan tinggi
dalam PMH, dan LGH. Namun, berbagai jenis metabolit
sekunder, seperti fenolat lainnya termasuk flavonoid, terpenoid,
glikosida, dan alkaloid, memiliki sifat dan karakteristik kelarutan
yang berbeda. Hal ini juga ditunjukkan dalam studi kelarutan
dengan rutin murni, quercetin, asam sinamat, carthamin, taxol,
dan ginkgolide B (Dai et al., 2013). Ekstraksi metabolit fenolik
dari safflower (Carthamus tinctorius) dengan pelarut NADES
(Dai et al. 2013) termasuk stabilitasnya juga telah dilaporkan.
NADES berbasis gula stabil untuk pigmen fenolik alami ketika
terkena cahaya, suhu yang lebih tinggi, dan waktu penyimpanan
yang lama. Oleh karena itu, NADES menawarkan keuntungan
jelas atas DES sintetis terutama untuk bahan makanan, kosmetik,
dan aplikasi farmasi. Hasil ini menunjukkan perlunya penelitian
lebih lanjut tentang aplikasi dari NADES sebagai pelarut
ekstraksi ramah lingkungan.

21
Halaman ini sengaja dikosongkan

22
BAB III
METODE PENELITIAN

III.1 Bahan-bahan Kimia yang digunakan


Serbuk Curcuma mangga diperoleh dari donasi Sari
Herbal (Sukun, Malang, Indonesia). Pelarut pada metode
ekstraksi soxhlet adalah etanol 96%. Etanol 96% diperoleh dari
UD. Sumber Ilmiah Persada. Kurkumin standard HPLC grade
(kemurnian 99%) dari TCI (Tokyo, Japan), sedangkan bahan-
bahan kimia lain pendukung analisa juga diperoleh dari Sigma-
Aldrich (St. Louis, MO, USA).

III.2 Alat-alat yang digunakan


Aparatus extractor soxhlet, mantel pemanas, rotary
evaporator, hot plate, UV lamp (254 nm dan 365 nm), dan
HPLC.

III.3 Variabel Penelitian


III.3.1 Variabel Tetap pada Ekstraksi menggunakan Natural
Deep Eutectic Solvent (NADES)
1. Waktu ekstraksi : 1 x 24 jam, NADES yang memberikan
hasil terbaik (yield curcuminoid tertinggi) dilakukan
ekstraksi kembali dengan waktu ekstraksi 48, 72, dan 96
jam
2. Suhu ekstraksi : 40oC
3. Serbuk Curcuma mangga yang digunakan dan ratio
pelarut:bahan yang digunakan (w/w) (2 mg/2 g NADES)

III.3.2 Variabel Bebas pada Ekstraksi menggunakan Natural


Deep Eutectic Solvents (NADES)
 Tipe NADES
a. Netral :
• Fruktosa-glukosa-air (FG-H2O = 1:1:9)
• Fruktosa-sukrosa-air (FS-H2O = 2:1:22)

23
b. Basa:
• Betaine chloride-sukrosa-air (BS-H2O = 1:1:6)
• Betaine chloride-glukosa-air (BG-H2O = 5:2:5)
c. Asam:
• Asam maleat-glukosa-air (MAG-H2O = 1:1:4)
• Asam maleat-sukrosa-air (MAS-H2O = 1:1:8)
• Asam sitrat-sukrosa-air (CAS-H2O = 1:2:10)
 Kandungan Air
a) Netral:
• Fruktosa-glukosa-air (FG-H2O = 1:1:10)
• Fruktosa-sukrosa-air (FS-H2O = 2:1:32)
b) Basa:
• Betaine chloride-sukrosa-air (BS-H2O = 1:1:7)
• Betaine chloride-glukosa-air (BG-H2O = 5:2:6)
c) Asam:
• Asam maleat-glukosa-air (MAG-H2O = 1:1:7)
• Asam maleat-sukrosa-air (MAS-H2O = 1:1:11)
• Asam sitrat-sukrosa-air (CAS-H2O = 1:2:16)

III.3.3 Variabel Respon


1. Yield curcuminoid hasil ekstraksi menggunakan NADES
yield dihitung dari persamaan berikut:

2. Properties fisik NADES : densitas

III.4 Metode Penelitian


III.4.1 Pembuatan Natural Deep Eutectic Solvents (NADES)
Semua Natural Deep Eutectic Solvents (NADES) yang
digunakan dalam penelitian ini dipersiapkan berdasarkan metode
yang dilakukan Dai et al. (2013). Metode pemanasan kombinasi
freeze-dry dipilih untuk pembuatan NADES. Komponen-
komponen penyusun (misal: fruktosa, glukosa, dan air untuk FG-
H2O) dicampurkan sesuai dengan mol ratio yang telah ditentukan
pada botol tertutup. Campuran tersebut diaduk pada suhu 70 oC

24
menggunakan magnetic stirrer dalam water bath hingga
diperoleh campuran berbentuk liquida yang bening. Selanjutnya
campuran liquid yang diperoleh dimasukkan ke dalam freeze-dry
hingga beratnya konstan (3 hari). Campuran liquida keluar
freeze-dry diamati, jika tetap berbentuk cairan liquida yang
bening (tidak mengendap, tidak berubah warna ataupun
mengkristal), maka selanjutnya campuran liquida tersebut disebut
sebagai NADES.

Campurkan komponen-komponen
penyusun NADES sesuai mol ratio
yang ditentukan

Komponen-2 Komponen-3

Komponen-1

Set suhu
pemanasan hot
plate (70 ᵒC)

Freeze- NADES
dry
(3 hari)

Magnetic
stirrer
Aduk dengan magnetic
stirrer hingga terbentuk
campuran liquid bening

Gambar III.1 Skema pembuatan NADES dengan


menggunakan metode pemanasan kombinasi freeze-dry

25
III.4.2 Ekstraksi Senyawa Bioaktif menggunakan Natural
Deep Eutectic Solvents (NADES)
Ekstraksi senyawa bioaktif menggunakan NADES
dilakukan dengan menambahkan serbuk Curcuma mangga 2±0,1
mg ke dalam 2,00±0,1 g NADES yang telah ditimbang secara
akurat dan diletakkan dalam 5 mL botol sampel amberlite
tertutup. Botol sampel diaduk pada suhu 40 oC menggunakan hot
plate dan berpengaduk magnetik. Pengadukan dilakukan selama
1x24 jam dan setelah 24 jam sampel diambil untuk diketahui
kandungan curcuminoid yang telah terekstrak. Untuk sampel
NADES yang memberikan nilai yield tertinggi, dilakukan
ekstraksi lanjutan; ekstraksi dilanjutkan hingga 48, 72, dan 96 jam
dan dianalisa yield curcuminoid yang didapat. Jika terjadi
perubahan fisik, misal terjadi kritalisasi ataupun karamelisasi,
ekstraksi dihentikan. Selanjutnya sampel disimpan pada suhu
ruang dan gelap untuk keperluan analisa pada tahap selanjutnya.

Termometer
NADES Serbuk Curcuma
(2 g) mangga (2 mg)
 Setelah ekstraksi
(24 jam),
ekstraksi
dihentikan Analisa
 Simpan sampel HPLC
(suhu ruang &
tempat gelap) Yield
Sampel Curcuminoid
Water bath
NADES+serbuk
Curcuma mangga Hot plate
Lakukan ekstraksi pada
40 ᵒC selama 24 jam
Gambar III.2 Skema ekstraksi senyawa bioaktif dari
Curcuma mangga menggunakan NADES

26
III.4.3 Ekstraksi Senyawa Bioaktif dengan Soxhlet dan
Maserasi
Soxhlet ekstraksi menggunakan etanol dipilih sebagai
metode konvensional (Fagundes et al., 2015). Masukkan 40 g
bubuk kunyit (Curcuma mangga) ke dalam thimble extractor
soxhlet. Tambahkan 250 mL etanol ke labu sebagai pelarut,
rangkai alat extraksi soxhlet dan letakkan didalam mantel
pemanas, nyalakan mantel pemanas dan lakukan ekstraksi hingga
reflux etanol berwarna jernih/tidak berwarna, menandakan bahwa
hampir semua curcuminoid telah berhasil diektrak. Catat waktu
ekstraksi soxhlet yang diperlukan dan banyaknya sirkulasi solvent
yang terjadi. Selama proses soxhletasi jaga suhu ekstraksi konstan
dan tidak overheat untuk mencegah terjadinya bubled. Setelah
ekstraksi selesai, dinginkan dan simpan larutan ekstrak untuk
tahap kedua. Tahap kedua dilakukan penyaringan larutan etanol
menggunakan kertas saring untuk memastikan tidak ada serbuk
Curcuma mangga terikut dalam larutan ekstrak. Selanjutnya
lakukan penguapan pelarut, etanol, menggunakan rotary
evaporator untuk menguapkan solvent mendapatkan ekstrak
terkonsentrasi. Timbang berat ekstrak yang diperoleh. Simpan
ekstrak tersebut pada tempat gelap untuk analisa selanjutnya.

27
Kertas
Serbuk Curcuma Buncher saring
mangga (40 g) funnel
Ke vacuum
pump
Etanol 96% Buncher
(250 mL) flask
Penyaringan
Pemanas
(Hot plate)
Lakukan
ekstraksi soxhet
hingga Etanol
reflux jernih
Rotary evaporator
ekstrak
Analisa HPLC

Yield curcumin
Gambar III.3 Skema Ekstraksi Soxhlet

Metode maserasi juga turut dilakukan menggunakan


wadah inert yang tertutup rapat (erlenmayer) pada suhu kamar
dengan perbandingan solvent dan bubuk kunyit yang sama
sebagaimana ektraksi soxhlet (40 g serbuk Curcuma mangga dan
250 mL etanol 96%). Proses ekstraksi ini dilakukan disertai
pengadukan menggunakan magnetic stirrer selama 1x24 jam.
Setelah 24 jam ekstraksi dilakukan, solvent dan ekstrak terlarut
disaring; selanjutnya residu serbuk Curcuma mangga
ditambahkan kembali 250 mL fresh etanol dan ekstraksi ke-2

28
dimulai. Proses ekstraksi maserasi tersebut terus dilakukan hingga
ketika ekstrak yang diperoleh tidak lagi berwarna kuning,
menandakan bahwa hampir semua curcuminoid telah berhasil
diektrak. Catat waktu total yang diperlukan untuk maserasi dan
volume total solvent yang diperlukan. Kumpulkan menjadi satu
semua ekstrak yang diperoleh. Selanjutnya, proses ekstraksi
selesai, pelarut dipisahkan dari sampel dengan penyaringan,
penguapan pelarut etanol, menggunakan rotary evaporator untuk
mendapatkan ekstrak terkonsentrasi. Timbang berat ekstrak yang
diperoleh. Simpan ekstrak tersebut pada tempat gelap untuk
analisa selanjutnya. Ekstraksi soxhlet dan maserasi ini dilakukan
secara duplo (dua kali ulangan).

Residu Serbuk
Etanol Serbuk Curcuma Fresh Etanol Curcuma
(250 mL) mangga (40 g) (250 mL) mangga (40 g)

Buncher Kertas
funnel saring
Analisa
HPLC
Penyaringan Ke vacuum
Yield
pump
Curcuminoid
Setelah ekstraksi Buncher Ekstraksi diulang hingga
(24 jam, suhu filtrate ekstrak berwarna
flask
kamar), ekstraksi jernih (ekstraksi 24 jam,
dihentikan suhu kamar)

Gambar III.4 Skema Ekstraksi Maserasi

29
III.4.4 Analisa Kuantitatif secara High Performance Liquid
Chromatography (HPLC)
A. Preparasi sampel sebelum diinjeksikan High
Performance Liquid Chromatography (HPLC)
Ekstrak sampel 100 µL ditimbang secara akurat dan
diencerkan hingga 1 mL dalam labu takar yang bersesuaian
dengan metanol p.a HPLC grade. Sedangkan untuk ekstrak hasil
maserasi dan soxhlet semua ekstrak yg diperoleh ditambahkan
metanol hingga 100 mL dalam labu takar yang bersesuaian
dengan metanol p.a HPLC grade. Sampel diultrasonik selama 5
menit. Saring sampel tersebut dengan 0.2 µm nylon membrane
syringe filter. Sampel siap diinjeksikan ke HPLC dan dianalisa
pada 421,4 nm.

B. Analisa Senyawa Bioaktif menggunakan High


Performance Liquid Chromatography (HPLC)
Analisa HPLC dilakukan untuk mengkuantifikasi
senyawa bioaktif (curcumin (C), demethoxycurcumin (DMC) dan
bisdemethoxycurcumin (BDMC)) yang berhasil terekstrak oleh
NADES. Kolom HPLC Zorbax Eclipse XDB RP-18, (5µm, 150 x
4,6 mm ID) digunakan. Isokratik sistem mobile phase dengan
komposisi asetonitril:asam asetat 1% = 50:50 (v/v) digunakan
pada flow rate 1,0 mL/min, volume injeksi = 20 L, 30oC suhu
kolom, dan total running time = 10 menit. Absorbansi diukur
pada 421,4 nm.

III.4.5 Analisa Kualitatif secara Thin Layer Chromatography


(TLC)
A. Preparasi sampel untuk analisa secara Thin Layer
Chromatography (TLC)
Potong lempeng KLT-silica ukuran (5 cm x 6 cm), tandai
dengan pensil pada 1 cm dari batas bawah dan 0,5 cm dari bagian
atas lempeng. Totolkan larutan sampel secukupnya (200 mg
crude extract yang telah dilarutkan dalam 1 mL
diklorometan:metanol = 99:1 (v/v)) pada lempeng silika yang

30
telah disiapkan dan sertakan pula larutan standar curcuminoids
sebagai pembanding bercak (1 mg/mL). Lempeng yang telah
ditotolkan sampel ekstrak dan larutan standar dibiarkan selama 1
menit untuk pengeringan.

B. Analisa Senyawa Bioaktif menggunakan Thin Layer


Chromatography (TLC)
Siapkan sekitar 20 mL 5% metanol dalam diklorometan
(mobile phase). Letakkan filter paper ke dalam KLT-chamber.
Tuangkan mobile phase secukupnya, pastikan KLT-chamber
jenuh dengan mobile phase dan ruang tertutup rapat. Lempeng
yang telah ditotolkan diletakkan dalam ruang kromatografi/ KLT-
chamber secara vertikal. Letakkan secara perlahan dan hati-hati.
Pastikan lempeng diletakkan secara bersamaan dalam posisi
vertikal dan ruang chamber tertutup rapat. Tunggu beberapa saat
hingga mobile phase mencapai batas atas lempeng. Ketika solvent
mencapai tanda garis, keluarkan plat dan biarkan kering.
Terakhir, amati kromatogram (plat) dibawah cahaya putih
kemudian pigmen dipisahkan dengan mengekspos plate ke radiasi
cahaya radiasi UV (365 nm dan 254 nm) atau setelah
penyemprotan plat dengan 20% larutan H2SO4 dalam etanol.
Tandai bercak yang timbul dan hitunglah nilai Rf dari tiap-tiap
bercak.

31
III.5 Diagram Alir Metode Penelitian
III.5.1 Diagram Alir Penelitian secara Keseluruhan

Ekstraksi metode
Pembuatan NADES konvensional

Ekstraksi senyawa
bioaktif Ekstraksi secara Ekstraksi
menggunakan soxhlet secara maserasi
NADES (2 mg (40 g serbuk/ (40 g serbuk/
serbuk/ 2 g NADES) 250 mL etanol) 250 mL etanol)

Ekstraksi diulang
Ekstrak senyawa dihentikan jika hingga filtrate
bioaktif dalam etanol reflux ekstrak
NADES berwarna jernih berwarna jernih
(ganti solvent setiap
1x24 jam)
Analisa secara HPLC

Yield Curcuminoid Analisa secara HPLC

Yield Curcuminoid

32
III.5.2 Diagram Alir Pembuatan Natural Deep Eutectic
Solvents (NADES)
Mencampurkan komponen-komponen penyusun NADES
(sesuai mol ratio yang telah ditentukan)

Mengaduk campuran tersebut pada suhu 70 oC menggunakan


magnetic stirrer dalam water bath hingga diperoleh
campuran berbentuk liquida yang bening

Memasukkan ke dalam freeze-dry hingga berat konstan (3


hari )

Jika campuran liquida tetap bening (tidak mengendap,


mengkristal ataupun berubah warna), maka NADES telah
diperoleh

33
III.5.3 Diagram Alir Ekstraksi Senyawa Bioaktif
menggunakan Natural Deep Eutectic Solvents
(NADES)
Menambahkan serbuk Curcuma mangga 2±0,1 mg ke dalam
2±0,1 g NADES dan diletakkan kedalam 5 mL botol sampel
amberlite tertutup

Mengaduk botol sampel pada suhu 40oC mengunakan hot


plate dan magnetic selama 1x24 jam

Setelah 24 jam sampel diambil untuk diketahui kandungan


curcuminoid yang telah terekstrak

Untuk sampel NADES yang memberikan yield tertinggi,


ekstraksi dilanjutkan hingga 48, 72, dan 96 jam

Sampel disimpan pada suhu ruang dan gelap untuk keperluan


analisa pada tahap selanjutnya

34
III.5.4 Diagram Alir Ekstraksi Senyawa Bioaktif secara
Konvensional
A. Soxhlet
Memasukkan 40 g bubuk kunyit ke dalam thimble extractor
soxhlet

Tambahkan 250 mL etanol ke labu

Melakukan ekstraksi hingga etanol reflux berwarna jernih

Setelah ekstraksi selesai, dinginkan dan simpan larutan

Menyaring larutan menggunakan kertas saring

Menguapkan etanol menggunakan rotary evaporator untuk


mendapatkan ekstrak terkonsentrasi

Menimbang berat ekstrak yang diperoleh

Menyimpan ekstrak pada tempat gelap untuk analisa


selanjutnya

35
B. Maserasi

Memasukkan 40 g bubuk kunyit ke dalam erlenmeyer

Tambahkan 250 mL etanol ke erlenmeyer

Melakukan ekstraksi hingga diperoleh filtrate ekstrak


berwarna jernih

Menyaring larutan menggunakan kertas saring

Menguapkan etanol menggunakan rotary evaporator untuk


mendapatkan ekstrak terkonsentrasi

Menimbang berat ekstrak yang diperoleh

Menyimpan ekstrak pada tempat gelap untuk analisa


selanjutnya

36
III.5.5 Metode Analisa
III.5.5.1 Analisa Kuantitatif secara High Performance Liquid
Chromatography (HPLC)
A. Preparasi sampel sebelum diinjeksikan High
Performance Liquid Chromatography (HPLC)

Menimbang ekstrak sampel 100 µL dan mengencerkan


hingga 1 mL dalam labu takar yang bersesuaian dengan
metanol p.a HPLC grade. Menambahkan 100 mL dalam labu
takar yang bersesuaian dengan metanol p.a HPLC grade
untuk hasil ekstrak maserasi dan soxhlet yang diperoleh

Sampel diultrasonik selama 5 menit

Menyaring sampel tersebut dengan 0.2 µm nylon membrane


syringe filter

Menginjeksikan sampel ke HPLC dan menganalisa pada


421,4 nm

37
III.5.5.2 Analisa Kualitatif secara Thin Layer Chromatography
(TLC)
A. Preparasi sampel untuk analisa secara Thin Layer
Chromatography (TLC)
Memotong lempeng TLC silica ukuran (5 cm x 6 cm)

Menandai dengan pensil pada 1cm dari batas bawah dan 0,5
cm dari bagian atas lempeng

Menotolkan larutan sampel secukupnya (200 mg crude


extract yang telah dilarutkan dalam 1 mL
diklorometan:metanol = 99:1 (v/v)) pada lempeng silika yang
telah disiapkan dan melakukan sertakan pula larutan standard
curcuminoids sebagai pembanding bercak (1 mg/mL)

Menunggu selama 1 menit untuk pengeringan

38
B. Analisa Senyawa Bioaktif menggunakan Thin Layer
Chromatography (TLC)

Menyiapkan sekitar 20 mL 5% metanol dalam diklorometan


(mobile phase)

Meletakkan filter paper ke dalam TLC-chamber

Meletakkan lempeng yang telah ditotolkan sampel ekstrak


dan larutan standard dalam ruang kromatografi/ TLC-
chamber secara vertikal

Menunggu beberapa saat hingga mobile phase mencapai


batas atas lempeng. Saat mencapai tanda garis, keluarkan plat
dan biarkan kering

Mengamati kromatogram (plat) dibawah cahaya putih


kemudian pigmen dipisahkan dengan mengekspos plate ke
radiasi cahaya UV (365 nm dan 254 nm) atau setelah
penyemprotan plat dengan 20% larutan H2SO4 dalam etanol

Menandai bercak yang timbul dan hitunglah nilai Rf dari tiap-


tiap bercak

39
Halaman ini sengaja dikosongkan

40
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
IV.1 Pembuatan dan Stabilitas Natural Deep Eutectic
Solvents (NADES)
Pembuatan Natural Deep Eutectic Solvents (NADES)
pada penelitian ini berdasarkan metode pemanasan yang
dilakukan oleh Dai et al. (2013). Metode ini selain sederhana juga
murah, hanya memerlukan pengaduk pada suhu moderat (70 oC)
sehingga aman dan jauh dari suhu degradasi komponen-
komponen pembentuk NADES.

FS-H2O (2:1:19)

FS-H2O (2:1:11)

Gambar IV.1 FS-H2O (2:1:19 dan 2:1:11) Tidak Stabil

Komponen-komponen pembentuk NADES ditimbang


sesuai dengan molar ratio yang telah ditentukan, dicampurkan
dengan air (jumlah tertentu) hingga larut pada suhu 70 oC. Setelah
diperoleh campuran liquida, selanjutnya campuran tersebut di
masukkan ke dalam freeze dry hingga beratnya konstan (3 hari)
dan diperoleh liquida bening-transparan yang kental. Selanjutnya
dihitung kembali mol ratio air di dalam NADES yang terbentuk.
Nilai mol ratio yang tercantum adalah nilai mol ratio masing-
masing komponen penyusunnya secara berurutan; Sebagai contoh
NADES fruktosa-glukosa-air (FG-H2O = 1:1:9) menunjukkan
mol fruktosa = 1 mol, glukosa = 1 mol dan air = 9 mol. Oleh
sebab itu, kandungan air dalam NADES tidak dapat ditentukan

41
diawal, karena air yang terikat dalam NADES adalah molekul air
yang tertahan di dalam NADES setelah freeze dry (Gambar
IV.1); selain itu tidak semua perbandingan mol ratio air
menghasilkan NADES yang stabil (Gambar IV.1). Dalam hal
ini, sebagai contoh pada pembuatan NADES, FG-H2O (1:1:9),
NADES yang dihasilkan stabil, tetapi dengan ratio 1:1:4 terdapat
pengendapan solid (Gambar IV.2). Terlihat NADES ((FG-H2O =
1:1:4) buram setelah 3-4 hari masa penyimpanan (Gambar
IV.2).

FG-H2O (1:1:9)
FG-H2O (1:1:4)
Gambar IV.2 FG-H2O (1:1:4)

Campuran larutan liquida yang dihasilkan, dikatakan


terbentuk menjadi NADES apabila setelah freeze dry (3 hari)
tetap berupa liquida yang bening/transparan, tidak terbentuk
endapan, ataupun terbentuk kristal dan stabil dalam waktu
tertentu (3-7 hari). NADES stabil yang dihasilkan ini akan tetap
stabil dan dapat disimpan pada suhu ruang hingga 3-12 bulan
tanpa terjadi perubahan baik bentuk dan warna (Gambar IV.3).

Gambar IV.3 NADES yang dihasilkan (kiri ke kanan):


FS-H2O (2:1:32) dan FG-H2O (1:1:10)

42
NADES dikatakan gagal (X) apabila dalam waktu tertentu
campuran liquida tidak larut sempurna/tidak dapat larut, terdapat
endapan ataupun terbentuk kristal (Gambar IV.1 dan Gambar
IV.4). Sebagai contoh pada pembuatan NADES tipe basa
Betaine-sukrosa-air (BS-H2O = 1:1:6) dan Betaine-glukosa-air
(BG-H2O = 5:2:5). Pada BS-H2O (1:1:6), betaine tidak dapat larut
dalam campuran betaine-sukrosa-H2O dalam berbagai
perbandingan molar ratio air. Sedangkan pada BG-H2O (5:2:5),
kristal terbentuk sesaat setelah campuran liquida dingin (suhu
ruang). NADES tipe basa yang dipilih, gagal terbentuk (Gambar
IV.4), oleh karena itu variabel NADES tipe basa beserta
kandungan airnya tidak dapat dilakukan. NADES yang digunakan
dalam penelitian ini ditampilkan pada Tabel IV.1. NADES
dengan kandungan air yang lebih besar dipilih sebagai NADES
dengan variabel kandungan air.

Gambar IV.4 Kombinasi BG-H2O (5:2:5) dan BS-H2O (1:1:6)


tidak terbentuk NADES (terbentuk kristal maupun terbentuk
endapan)

Perbedaan mol ratio dari komponen-komponen


pembentuk NADES, dapat mempengaruhi stabilitas NADES.
Untuk memperoleh kestabilan dari NADES maka dilakukan
percobaan dengan mengubah rasio molar dari air, peningkatan
rasio molar air dilakukan dengan cara penambahan/pengenceran
NADES dan jika ingin mengurangi rasio molar air dilakukan

43
freeze dry kembali hingga diperoleh NADES yang stabil. NADES
dapat diencerkan (dengan penambahan air dalam molar tertentu)
25% hingga maksimum 50% tanpa kehilangan sifatnya sebagai
NADES. Pengenceran lebih lanjut (>50%) akan menyebabkan
hilangnya sifat NADES, akibat hilangnya ikatan hidrogen pada
larutan (Choi et al., 2011; Dai et al., 2013)
NADES dapat terbentuk karena adanya ikatan hidrogen
antar molekul dari komponen-komponen pembentuknya.
Penambahan jumlah air ataupun pengenceran terhadap NADES
akan menimbulkan perubahan drastis dari stuktur NADES,
kemungkinan besar karena putusnya ikatan hidrogen yang
terbentuk (Choi et al., 2011; Dai et al., 2013, Dai et al., 2013a).
NADES adalah suatu liquid kristal yang mana semua
molekulnya tersusun melalui ikatan hidrogen dan gaya antar
molekul lainnya (Dai et al., 2013). Sebagaimana yang
ditunjukkan oleh Choi et al. (2011) dalam penelitiannya, adanya
struktur yang lebih besar yang terbentuk pada malic acid-sucrose
(MAS-H2O); demikian pada pada NADES: 1,2-propanediol-
choline chloride (Dai et al., 2013) dan proline-malic acid (Dai et
al., 2015). Pada 1,2-propanediol-choline chloride, ikatan
hidrogen mungkin terbentuk antara gugus hidroksil dari 1,2-
propanediol dengan choline chloride (Dai et al., 2013);
sedangkan ikatan hidrogen terbentuk antara gugus hidroksil malic
acid dengan atom hidrogen pada gugus amina dari proline (Dai et
al., 2015).

44
Table IV.1 NADES yang digunakan dalam penelitian ini
Golongan Komponen Mol rasio Ket
Fruktosa-glukosa-air (FG-H2O)* 1:1:09** √
Fruktosa-glukosa-air (FG-H2O) 1:1:10 √
Netral
Fruktosa-sukrosa-air (FS-H2O) 2:1:22 √
Fruktosa-sukrosa-air (FS-H2O) 2:1:32 √
Malic acid-glukosa-air (MAG-H2O) 1:1:04 √
Malic acid-glukosa-air (MAG-H2O) 1:1:07 √
Asam Malic acid-sukrosa-air (MAS-H2O) 1:1:08 √
Malic acid-sukrosa-air (MAS-H2O) 1:1:11 √
Citric acid-sukrosa-air (CAS-H2O) 1:2:10 √
Citric acid-sukrosa-air (CAS-H2O) 1:2:16 √
Betaine-sukrosa-air (BS-H2O) 1:1:06 X***
Basa
Betaine-glukosa-air (BG-H2O) 5:2:05 X
*Singkatan yang dipakai pada NADES sbb: F = fruktosa, G = glukosa, S =
sukrosa, MA = malic acid, CA = citric acid, dan B = betaine.
**Nilai molar ratio secara berurutan sesuai dengan urutan komponen NADES.
Contoh FG-H2O = 1:1:09, berturut-turut 1 adalah molar ratio untuk fruktosa
(F), 1 untuk glukosa (G), dan 09 untuk air (H2O).
***X = NADES gagal terbentuk, dalam hal ini terjadi pengendapan ataupun
pengkristalan.

CAS-H2O MAS-H2O

Gambar IV.5 Perubahan warna CAS-H2O dan MAS-H2O

Selain terjadinya pengendapan ataupun terbentuknya


kristal, (Gambar IV.4), NADES yang mengandung sukrosa

45
mengalami perubahan warna beberapa saat setelah dilakukan
pemanasan; perubahan warna dari kuning muda hingga kuning-
kecoklatan, Gambar IV.5. NADES yang mengandung sukrosa:
CAS-H2O (1:2:10), CAS-H2O (1:2:16), MAS-H2O (1:1:8) dan
MAS-H2O (1:1:11), namun uji FTIR yang dilakukan
menunjukkan tidak adanya perubahan struktur pada NADES
tersebut (Gambar IV.6 dan Gambar IV.7 ). Spektra FTIR baik
untuk MAS-H2O (Gambar IV.6) maupun CAS-H2O (Gambar
IV.7) hanya menunjukkan terjadinya sedikit pergeseran spektra.
Terjadinya perubahan warna pada NADES yang mengandung
sukrosa ini diduga karena terhidrolisanya sukrosa menjadi
glukosa dan fruktosa. Akan tetapi uji FTIR yang telah dilakukan
tidak dapat mendeteksi ada/tidaknya gugus 1,4--glikosidik pada
fruktosa. Sehingga diperlukan analisa metode lain (missal: FTIR-
Raman) untuk membuktikan dugaan terjadi/tidaknya hidrolisa
sukrosa (Brizuela et al., 2012).

Sukrosa Malic acid

46
Gambar IV.6 FTIR Spektra MAS-H2O jernih/tidak berubah
warna (a); MAS-H2O yang berubah warna (b); sukrosa padat
(c); dan malic acid padat (d).

Gambar IV.7 FTIR Spektra CAS-H2O berubah warna (a);


sukrosa padat (b); dan citric acid padat (c).

47
IV.2 Ekstraksi Curcuma mangga dengan Soxhlet dan
Maserasi
Pemilihan metode ekstraksi tergantung pada sifat bahan
dan senyawa yang akan diisolasi. Ada beberapa teknik ekstraksi
padat-cair yang tersedia. Teknik konvensional yang umum
digunakan adalah ektraksi perendaman (maserasi), ekstraksi
soxhlet dan perkolasi. Pada penelelitian ini dilakukan ekstraksi
soxhlet dan ekstraksi perendaman (maserasi).
Ekstraksi soxhlet adalah metode ekstraksi yang paling
umum digunakan yang menghasilkan yield lebih tinggi daripada
metode ekstraksi konvensional lainnya (Rastagno dan Prado.,
2003). Metode ini dilakukan dengan menempatkan serbuk
Curcuma mangga ke dalam thimbel, penggunaan thimble
dimaksudkan supaya tidak terjadinya carry over (terikutnya
serbuk Curcuma mangga ke dalam ruang sirkulasi siphon).
Ekstraksi soxhlet dilakukan pada suhu 78 oC, pelarut yang
menguap dikondensasikan (diembunkan) dalam kondensor.
Penguapan dan kondensasi pelarut tersebut terjadi berulang-ulang
hingga ruang sirkulasi penuh dan overflow. Proses ini dinamakan
1 sirkulasi, semakin banyak jumlah sirkulasi diharapkan semakin
banyak senyawa target yang terekstrak sehingga proses ekstraksi
dapat berjalan dengan maksimal. Selanjutnya, pelarut akan
bercampur dengan sampel, serbuk Curcuma manga (40 g);
mengekstrak (memisahkan/mengambil) senyawa yang diinginkan
(curcuminoid). Terjadi 15x sirkulasi pada ekstraksi soxhlet yang
dilakukan. Ekstraksi dihentikan saat warna pelarut pada
extraction chamber telah jernih. Ekstrak yang diperoleh
dipekatkan menggunakan rotary evaporator.
Proses ekstraksi perendaman (maserasi) menempatkan
bubuk Curcuma mangga (40 g) dan pelarut (etanol 96%) 250 mL
dalam wadah tertutup (terlindung dari cahaya). Maserasi
dilakukan pada suhu kamar disertai dengan pengadukan. Proses
ekstraksi dihentikan ketika tercapai kesetimbangan antara
konsentrasi senyawa dalam pelarut dengan konsentrasi dalam
serbuk yang ditandai dengan jernihnya warna ekstrak yang

48
didapatkan. Kontak antara bubuk Curcuma mangga dan pelarut
(etanol 96%) hingga terjadi kesetimbangan yaitu selama 15 hari.
Setiap hari (1x24 jam) digunakan pelarut fresh sebanyak 250 mL.
Lama waktu maserasi (15 hari) berdasarkan banyaknya sirkulasi
yang terjadi pada ekstraksi soxhlet. Setelah proses maserasi,
semua ekstrak yang diperoleh disatukan, disaring untuk
selanjutnya filtrat yang didapat dipekatkan dengan rotary
evaporator.

Tabel IV.2 Yield Curcuminoid (mg/g) yang diekstrak


Menggunakan Metode Konvensional
Yield (mg/g*)
Metode
BDMC** DMC C
Soxhlet 0,020 0,028 0,071
Maserasi 0,026 0,034 0,092
*yield dinyatakan sebagai mg senyawa bioaktif/g berat kering Curcuma
mangga
**bisdemethoxycurcumin (BDMC), demethoxycurcumin (DMC) dan
curcumin (C)

Hasil analisa menunjukkan bahwa metode perendaman


(maserasi) yield yang diperoleh lebih besar dibandingkan
ekstraksi soxhlet baik yield untuk BDMC, DMC, dan C (Tabel
IV.2). Kekurangan dari metode maserasi ini adalah memakan
banyak waktu dan memerlukan lebih banyak jumlah pelarut
dibandingkan metode soxhlet. Selain itu pada metode ekstraksi
soxhlet, ekstraksi dilakukan pada titik didih pelarut terpilih
(etanol, 78 oC), memungkinkan terjadinya degrdasi curcuminoid
khususnya curcumin. Salem et al. (2014) menginformasikan
bahwa curcumin stabil pada 10-55 oC dan akan terdegradasi pada
70 oC selama 24 jam.
Kemungkinan terdegradasinya curcumin juga didukung
dengan rendahnya yield curcuminoids yang diperoleh; Sandur et
al. (2007) mendapatkan yield crude curcuminoids sebesar 50
mg/g pada ekstraksi rimpang Curcuma longa Thailand

49
menggunakan etanol (95%) selama 24 jam. Sedangkan Popuri
dan Pagala (2013) hanya mendapatkan yield curcuminoids
sebesar 26 mg/g dari ekstraksi rimpang Curcuma longa
menggunakan etanol (95%) selama 1 jam.

IV.3 Ekstraksi Curcuma mangga dengan Natural Deep


Eutectic Solvents (NADES)
IV.3.1 Kalibrasi Curcuminoids menggunakan High
Performance Liquid Chromatography (HPLC)
Berikut HPLC (High Performance Liquid Chromatography)
kromatogram standard curcuminoid (Gambar IV.8),
bisdemethoxycurcumin (BDMC), demethoxycurcumin (DMC) dan
curcumin (C) berturut-turut terlihat pada retention time (RT)
4,615; 5,096; dan 5,644 min. Spektrum bisdemethoxycurcumin,
demethoxycurcumin dan curcumin pada panjang gelombang 421,4
nm sebagaimana berikut (Gambar IV.9).

curcumin

demethoxycurcumin

bisdemethoxycurcumi
n

Gambar IV.8 Kromatogram Curcuminoid standard pada


HPLC (High Performance Liquid Chromatography) pada
konsentrasi curcuminoid 25,7 ppm (BDMC = 0,785 ppm;
DMC = 4,750 ppm dan C = 20,166 ppm)

50
Gambar IV.9 Spektrum dari atas ke bawah:
Bisdemethoxycurcumin (BDMC), Demethoxycurcumin (DMC)
dan Curcumin (C)

51
Adapun kurva kalibrasi dari standar curcuminoid:
bisdemethoxycurcumin (BDMC), demethoxycurcumin (DMC) dan
curcumin (C) ditampilkan pada Gambar IV.10-Gambar IV.12.
Hubungan antara kadar (ppm = mg/L) dan luas area untuk
bisdemethoxycurcumin, demethoxycurcumin dan curcumin
berturut-turut: y = 137,2x + 1,598 (R2 = 0,997); y =146,0x +
7,993 (R2 = 0,999); y = 153,3x – 19,76 (R2 = 0,999) (Gambar
IV.10-Gambar IV.12).

Gambar IV.10 Kurva Kalibrasi Bisdemethoxycurcumin


(BDMC)

52
Gambar IV.11 Kurva Kalibrasi Demethoxycurcumin (DMC)

Gambar IV.12 Kurva Kalibrasi Curcumin (C)

53
curcumin

demethoxycurcumin

Gambar IV.13 Kromatogram Curcuminoid standar pada


HPLC (High Performance Liquid Chromatography) pada
konsentrasi curcuminoid 0,028 ppm (BDMC = 0,001 ppm;
DMC = 0,005 ppm dan C = 0,022 ppm)

Gambar IV.14 Kromatogram Curcuminoid standar pada


HPLC (High Performance Liquid Chromatography) pada
konsentrasi curcuminoid 0,0102 ppm
(BDMC = 0,0003 ppm; DMC = 0,002 ppm dan C = 0,008
ppm)

54
IV.3.2 Ekstraksi Curcuma mangga menggunakan Natural
Deep Eutectic Solvents (NADES)
Ekstraksi curcuminoid menggunakan NADES dari serbuk
Curcuma mangga dilakukan pada berbagai macam NADES dan
dibandingkan dengan etanol 96% dan air sebagai pelarut
pembanding (Tabel IV.3). Etanol (96%) dan air dipilih sebagai
pelarut pembanding mengingat etanol (96%) digunakan pada
ekstrasi soxhlet dan maserasi selain juga banyak digunakan
sebagai pelarut pada ekstraksi curcuminoids; sedangkan air
dipilih mengingat NADES larut dengan baik dalam air. Hasil
ekstraksi yang dilakukan ditampilkan pada Tabel IV.3.
Hasil analisa menunjukkan bahwa ekstraksi dengan
NADES, FS-H2O (2:1:32), dapat mengambil ekstrak curcuminoid
lebih baik dibandingkan dengan etanol (96%) dan air. Sedangkan
tidak terdeteksinya curcuminoid pada ekstrak NADES yang
lainnya termasuk etanol (96%) dan air dimungkinkan oleh alasan
berikut: (1) kadar curcuminoid yang terdeteksi diluar nilai kadar
batas terkuantifikasi (Limit of Quantification, LOQ) dari kalibrasi
kurva standard yang dilakukan; (2) curcuminoid memang benar
tidak terekstrak oleh NADES. Oleh sebab itu, perlu dilakukan
ekstraksi dengan nilai solid rasio yang lebih besar, >2 mg serbuk
Curcuma manga/2 g NADES.
Gambar IV.13 konsentrasi standard curcuminoid 0,028
ppm yang diinjeksikan, komposisi BDMC, DMC, dan C masing-
masing sebesar 0,001 ppm; 0,005 ppm; dan 0,022 ppm, berurutan.
Peak BDMC tidak terlihat, hanya terdapat peak DMC dan C. Hal
ini menunjukkan bahwa Limit of Detection (LOD) dari BDMC
adalah 0,001 ppm. Sedangkan pada konsentrasi curcuminoid
0,0102 ppm (Gambar IV.14) tidak didapatkan peak baik untuk
BDMC, DMC, dan C; yang menunjukkan bahwa nilai LOD dari
DMC dan C masing-masing yaitu 0,002 ppm dan 0,008 ppm.
Sedangkan nilai Limit of Quantification (LOQ) dari masing-
masing curcuminoids berdasarkan nilai konsentrasi terendah pada
kurva kalibrasi curcuminoids yang telah dilakukan (Gambar
IV.10-Gambar IV.12).

55
Tabel IV.3 Hasil Ekstraksi Curcuma mangga dengan
NADES*
NADES Mol Konsentrasi (μg/μL)
rasio BDMC** DMC C
Tipe NADES
FG- H2O 1:1:9 < 1,56x10-5 < 0,52x10-5 < 2,20x10-5
FS-H2O 2:1:22 < 1,56x10-5 < 0,52x10-5 < 2,20x10-5
MAG-H2O 1:1:4 < 1,56x10-5 < 0,52x10-5 < 2,20x10-5
MAS-H2O 1:1:8 < 1,56x10-5 < 0,52x10-5 < 2,20x10-5
CAS-H2O 1:2:10 < 1,56x10-5 < 0,52x10-5 < 2,20x10-5
Kandungan Air
FG- H2O 1:1:10 < 1,56x10-5 < 0,52x10-5 < 2,20x10-5
FS-H2O 2:1:32 < 1,56x10-5 1,75x10-5 3,98x10-4
MAG-H2O 1:1:7 < 1,56x10-5 < 0,52x10-5 < 2,20x10-5
MAS-H2O 1:1:11 < 1,56x10-5 < 0,52x10-5 < 2,20x10-5
CAS-H2O 1:2:16 < 1,56x10-5 < 0,52x10-5 < 2,20x10-5
Pembanding
Etanol - < 1,56x10-5 < 0,52x10-5 < 2,20x10-5
Air - < 1,56x10-5 < 0,52x10-5 < 2,20x10-5
*Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan 2 mg serbuk
Curcuma manga dan 2 mL NADES.
**bisdemethoxycurcumin (BDMC), demethoxycurcumin (DMC)
dan curcumin (C).

Tidak terdeteksinya ataupun tidak terkuantifikasinya


curcuminoids pada variable NADES selain FS-H2O (2:1:32) pada
Tabel IV.3, dapat dihindari dengan menggunakan solid rasio
sebagaimana telah diusulkan pada paragraph sebelumnya ataupun
dengan menginjeksikan jumlah sampel yang lebih besar pada
analisa HPLC, >20 μL/sampel/injeksi. Akan tetapi, injeksi sampel
dalam jumlah lebih besar perlu dilakukan secara hati-hati untuk
menghindari overloaded maupun terdepositnya sampel pada

56
coloumn HPLC. Oleh sebab itu, konsentrasi sampel yang akan
diinjeksikan sebaiknya dikondisikan berada dalam range LOD
dan LOQ (Tabel IV.4). Sehingga pada kurva kalibrasi sebaiknya
diperbanyak pengambilan data pada konsentrasi rendah.

Tabel IV.4 LOD dan LOQ pada kondisi analisa HPLC


Konsentrasi (μg/μL)
Curcuminoids
LOD LOQ
-6
BDMC 0,85x10 1,56x10-5
DMC 1,89x10-6 0,52x10-5
C 8,00x10-6 2,20x10-5

Terdapat perbedaan kemampuan mengekstraksi


curcuminoid pada NADES, FS-H2O (2:1:32) dengan FS-H2O
(2:1:22). Yang mana, FS-H2O (2:1:32) berhasil mengekstrak
curcuminoid dalam range konsentrasi terkalibrasi (Tabel IV.3).
Hal tersebut dimungkinkan adanya pengaruh air terhadap
kemampuan NADES mengekstraksi curcuminoid; walaupun
curcuminoid khususnya curcumin tidak larut dalam air (Salem et
al., 2014). Peningkatan kandungan air dalam NADES FS-H2O
akan meningkatkan kelarutan curcuminoid dalam NADES,
mengingat semakin besar kandungan air dalam NADES maka
viskositas/kekentalan NADES akan berkurang sehingga
kontak/penetrasi pelarut kedalam matrik tanaman (serbuk
Curcuma mangga) semakin baik. Tingginya viskositas dari
NADES menimbulkan kesulitan dalam praktek ektraksi, yaitu
akibat rendahnya mass-transfer pelarutan/ekstraksi senyawa
target kedalam badan liquid pelarut/solvent (Dai et al., 2015).
Yang mana kekurangan ini telah diminimalkan dengan
melakukan pengenceran/penambahan air pada NADES yang
dimaksud serta ditambahkan gaya eksternal berupa pengadukan
menggunakan stirrer dan ekstraksi pada suhu 40 oC.
Tabel IV.5 menunjukkan perolehan yield curcuminoid
pada ekstraksi soxhlet, maserasi dan NADES (FS-H2O = 2:1:32).

57
Terlihat bahwa NADES (FS-H2O = 2:1:32) sebagai pelarut dapat
mengekstraksi curcuminoid lebih banyak dibandingkan etanol
(96%) baik secara ekxtraksi-soxhlet ataupun maserasi. Selain itu,
FS-H2O (2:1:32) memberikan selektifitas curcumin yang lebih
tinggi (96%-berat) dibandingkan etanol (96%); yang mana etanol
hanya mampu mengektrak 60-61% curcumin, 22-23% DMC, dan
sisanya BDMC. Sedangkan BDMC dan DMC kurang selektif
terekstrak pada penggunaan FS-H2O (2:1:32) sebagai pelarut.
Rohman, Abdul (2012) menjelaskan bahwa kandungan C, DMC,
dan BDMC berturut-turut 60-80%, 15-30%, dan 2-6%-berat
terhadap total curcuminoid di dalam rimpang Curcuma longa.
Merujuk Dai et al. (2013), polaritas FS-H2O (2:1:32)
didekati dengan menggunakan polaritas FGS-H2O (1:1:1:11);
mengingat keduanya mengandung gula-gula. Polaritas FGS-H2O
(1:1:1:11) dilaporkan sebesar 48,21 kcal/mol (nilai polaritas
dilaporkan sebagai ENR), yang mana nilai kepolaran tersebut
bernilai sama dengan polaritas air; sedangkan metanol yang
bersifat sedikit kurang polar dibandingkan air memiliki nilai ENR
= 51,89 kcal/mol. Walapun demikian, FS-H2O (2:1:32) berhasil
mengekstrak curcumin (C) dan demethoxycurcumin (DMC),
sedangkan air tidak. Selain itu, diperlukan pengukuran polaritas
dari FS-H2O (2:1:32) itu sendiri, untuk mengetahui nilai polaritas
yang sebenarnya.

58
Table IV.5 Yield Curcuminoid (mg/g) pada Berbagai Metode
Ekstraksi
Yield Curcuminoid (mg/g*) Total
Metode (%**) Curcuminoid
BDMC*** DMC C (mg/g)
Soxhlet 0,020 (17) 0,028 (23)0,071 (60) 0,120
Maserasi 0,026 (17) 0,034 (22)0,092 (61) 0,152
NADES N.D**** 0,013 (4) 0,287 (96) 0,300
(FS-H2O = 2:1:32)
*yield dinyatakan sebagai mg senyawa bioaktif/g berat kering
Curcuma mangga
**Prosentase berat terhadap total berat curcuminoid yang berhasil
terekstrak. Curcuminoid = BDMC + DMC + C
***bisdemethoxycurcumin (BDMC), demethoxycurcumin (DMC)
dan curcumin (C)
****N.D = not detected

Selain polaritas pelarut, terdapat berbagai macam faktor


yang mempengaruhi keberhasilan suatu ekstraksi dari matrix
tanaman, diantaranya: sifat-sifat fisika-kimia senyawa target
(seperti: polaritas, pKa, kelarutan), sifat-sifat fisika-kimia pelarut
(seperti; densitas, viskositas, polaritas, pKa), letak/lokasi senyawa
target didalam matrix tanaman, hidrofobisitas dan hidrofilisitas
dari senyawa target (Rachmaniah et al., 2014). Mengingat
curcumin (C) bersifat ionik, yang mana bentuknya didalam suatu
pelarut tergantung pada pH lingkungannya (Salem et al., 2014)
maka tingkat keasaman/kebasaan (pH) NADES juga diukur.
Gambar IV.15 menunjukkan bentuk curcumin pada berbagai pH
dan sebagai konsekuensi dari senyawa yang terprotonisasi, maka
kelarutan curcumin akan meningkat dengan meningkatnya pH
larutan, sehingga pada pH asam dan netral curcumin tidak larut
dalam air.
Tingkat keasaman/kebasaan (pH) NADES didekati
dengan pengukuran pH pada NADES yang telah diencerkan 10x
dengan aquadest. Pengenceran harus dilakukan mengingat sifat

59
NADES sangat kental/viskos, sehingga pengukuran pH secara
langsung pada NADES tidak dimungkinkan. Tabel IV.6
menampilkan pH NADES pada 10x pengenceran. Kelarutan
curcumin di dalam air akan meningkat dalam kondisi alkali
sementara itu praktis tidak larut dalam air pada pH asam dan
netral (Salem et al., 2014) Namun Tabel IV.6 menunjukkan
bahwa curcumin dapat larut dan terektrak pada FS-H2O (2:1:32)
yang memiliki pH = 6 (netral) dan benar curcumin tidak
didapatkan pada ekstrak NADES MAG-H2O, MAS-H2O, dan
CAS-H2O yang memiliki pH asam (pH = 2). Hal ini menunjukkan
bahwa NADES memiliki karakteristik lain yang tidak sama
dengan komponen-komponen pembentuknya.

Gambar IV.15 Bentuk curcumin (C) pada berbagai pH:


berbentuk terprotonisasi pada lingkungan asam (pH <1);
berbentuk netral pada pH 1-7; dan berbentuk deprotonisasi
pada pH>7,5 (Salem et al., 2014; Fagundes et al., 2015).

60
Table IV.6 Pengukuran pH* NADES
Variabel Rasio pH
Tipe NADES
FG-H2O 1:1:9 6
Netral
FS-H2O 2:1:22 6
MAG-H2O 1:1:4 2
Asam MAS-H2O 1:1:8 2
CAS-H2O 1:2:10 2
Kandungan Air
FG-H2O 1:1:10 6
Netral
FS-H2O 2:1:32 6
MAG-H2O 1:1:7 2
Asam MAS-H2O 1:1:11 2
CAS-H2O 1:2:16 2
*merupakan nilai pendekatan pH; diukur pada NADES
yang telah diencerkan 10x dengan aquadest.

Melihat kandungan curcuminoids terekstrak yang sangat


kecil (Tabel IV.3), maka dilakukan kembali ekstraksi
curcuminoids dengan NADES menggunakan 5 mg serbuk
Curcuma manga/ 2 gr NADES, selama 1x24 jam, pada 40 oC.
Penggunaan ratio solid yang lebih besar, diharapkan akan
diperoleh ekstrak yang lebih pekat sehingga lebih mudah untuk
dianalisa baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Ekstraksi
dilakukan dengan menggunakan MAS-H2O (1:1:11) dan CAS-
H2O (1:2:16) sebagai pelarut serta etanol (96%) dan air sebagai
pelarut pembanding. Deteksi Rf pada bisdemethoxycurcumin
(BDMC), demethoxycurcumin (DMC) dan curcumin (C)
mengikuti literatur (Fagundes et al., 2015).
Hasil analisa lempeng Thin Layer Chromatography
(TLC) menunjukkan bahwa tidak ada curcuminoids yang
terekstrak baik pada etanol (96%) maupun air (Gambar IV.16);
sedangkan pada MAS-H2O (1:1:11), CAS-H2O (1:2:16) terlihat

61
adanya spot curcumin (C) dan bisdemethoxycurcumin (BDMC),
menunjukkan bahwa C dan BDMC terektrak oleh MAS-H2O
(1:1:11) dan CAS-H2O (1:2:16) (Gambar IV.17).
MAS-H2O (1:1:11) dan CAS-H2O (1:2:16) menunjukkan
selektifitas yang berbeda dibandingkan dengan FS-H2O (2:1:32).
MAS-H2O (1:1:11) dan CAS-H2O (1:2:16) lebih selektif terhadap
BDMC dibandingkan C; sedangkan FS-H2O (2:1:32) lebih
selektif terhadap C dibandingkan DMC (Tabel IV.5). BDMC
lebih larut pada MAS-H2O (1:1:11) dan CAS-H2O (1:2:16) yang
bersifat asam (pH = 2, Tabel IV.6) dibandingkan curcumin.

Curcumin (C)
Demethoxycurcumin
Bisdemethoxycurcumin
(DMC)

Gambar IV.16 Penampakan lempeng Thin Layer


Chromatography (TLC): (1) disemprot menggunakan 20%
H2SO4 dalam etanol (v/v); (2) penampakan bercak pada 365
nm. Legenda: S = standar curcuminoids, E = ekstrak etanol,
dan A = ekstrak air. Ekstraksi dilakukan menggunakan 5 mg
serbuk Curcuma mangga/ 2 gr pelarut, 1x24 jam, 40 oC,
sampel yang ditotolkan 50 L.

62
Curcumin (C)
Demethoxycurcumin
(DMC)
Bisdemethoxycurcumin
(BDMC)

Gambar IV.17 Penampakan lempeng Thin Layer


Chromatography (TLC): (1) disemprot menggunakan 20%
H2SO4 dalam etanol (v/v); (2) penampakan bercak pada 365
nm; (3) penampakan bercak pada 254 nm. Legenda: S =
standar curcuminoids, M = ekstrak MAS-H2O (1:1:11), dan C
= ekstrak CAS-H2O (1:2:16). Ekstraksi dilakukan
menggunakan 5 mg serbuk Curcuma manga/ 2 gr NADES,
1x24 jam, 40 oC, sampel yang ditotolkan 50 L.

Curcumin (C)
Demethoxycurcumin
(DMC)
Bisdemethoxycurcumin
(BDMC)

Gambar IV.18 Penampakan lempeng Thin Layer


Chromatography (TLC) setelah dilakukan penyemprotan
bercak dengan 20% H2SO4 dalam etanol (v/v). Legenda: S =
standar curcuminoids, F1 = ekstrak FS-H2O 1x24 jam, F2 =
ekstrak FS-H2O 2x24 jam, F3 = ekstrak FS-H2O 3x24 jam,
dan F4 = ekstrak FS-H2O 4x24 jam. Ekstraksi dilakukan
menggunakan 2 mg serbuk Curcuma manga/ 2gr NADES, 40
o
C, sampel yang ditotolkan 50 L.

63
Pengaruh waktu ektraksi terhadap perolehan yield
curcuminoids terekstrak juga diteliti lebih lanjut menggunakan
lempeng TLC (Gambar IV.18). Hasil lempeng TLC
menunjukkan adanya DMC terekstrak pada NADES, FS-H2O
(2:1:32); akan tetapi waktu ekstraksi tidak banyak mempengaruhi
besaran nilai DMC terekstrak, mengingat seragamnya intensitas
titik DMC baik pada 1x24 jam waktu ekstraksi hingga 4x24 jam
waktu ekstraksi.
Gambar IV. 18, hasil TLC, juga menunjukkan bahwa
FS-H2O (2:1:32) lebih selektif pada DMC. Hal ini tidak sesuai
dengan hasil dari analisa HPLC bahwa FS-H2O (2:1:32) lebih
selektif terhadap curcumin dibandingkan terhdap DMC maupun
BDMC (Tabel IV.4). Adanya perbedaan tersebut, tidak dapat
kami jelaskan lebih lanjut.

IV.4 Sifat-sifat Fisik Natural Deep Eutectic Solvents


(NADES)
Sifat-sifat fisika NADES yang dapat terukur yaitu
densitas, viskositas, suhu dekomposisi, suhu glass, pH dan
polaritas. Mengingat terdapatnya keterbatasan dalam hal analisa,
maka hanya sifat fisika berupa densitas dan suhu dekomposisi
yang dilaporkan (Tabel IV.7). Secara umum, semua NADES
memiliki densitas yang lebih besar dibandingkan dengan densitas
air (1 g/mL). Terlihat bahwa semakin besar kandungan air di
dalam NADES, maka densitas NADES akan semakin menurun.
Selain itu, NADES memiliki sifat yang sangat kental
(viskositas tinggi), walaupun tetap berupa liquid pada suhu ruang
(30 oC) dan bahkan pada suhu rendah (18 oC). Hal tersebut
menunjukkan bahwa NADES berbentuk liquid kristal dan akan
tetap berada pada bentuk liquid pada rentang suhu yang lebar,
hingga -100 oC NADES dilaporkan tetap berbentuk liquid dan
terdekomposisi pada >200 oC (Dai et al., 2013). Viskositas
NADES menurun dengan peningkatan suhu, dan menurun secara
signifikan dengan penambahan air. Sebaliknya, viskositas
NADES akan meningkat dengan turunnya suhu penyimpanan.

64
Tabel IV.7 Densitas NADES
Kandungan
Mol Densitas Tdekomposisi
Golongan Komponen Air
rasio (g/mL) (oC)
(%-berat)
FG- H2O 1:1:09 28 1,3223 >122,47
FG- H2O 1:1:10 30 1,3469 >129,08
Netral
FS-H2O 2:1:22 32 1,3825 >131,47
FS-H2O 2:1:32 41 1,3529 >118,58
MAG-H2O 1:1:04 19 1,3757 >222,68
MAG-H2O 1:1:07 28 1,3552 >128,90
Asam MAS-H2O 1:1:08 23 1,3949 >134,16
MAS-H2O 1:1:11 33 1,3424 >127,12
CAS-H2O 1:2:10 19 1,4267 >128,87
CAS-H2O 1:2:16 26 1,3696 >127,07

Tabel IV.7 juga menunjukkan suhu dekomposisi


NADES. Dekomposisi NADES terjadi karena berkurangnya
kandungan air didalam NADES tersebut, sehingga ikatan
hidrogen yang terbentuk menjadi rusak dan bentuk liquid kristal
tidak tercapai (Dai et al., 2013). NADES dengan mol rasio air
lebih tinggi lebih cepat terdekomposisi. NADES dengan mol rasio
air terendah, MAG-H2O (1:1:4) memiliki suhu dekomposisi
tertinggi. Hal ini menunjukkan bahwa NADES dapat digunakan
sebagai solvent pada suhu 0 oC hingga 120 oC.

65
Halaman ini sengaja dikosongkan

66
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
Dari penelitian ekstraksi senyawa bioaktif dari rimpang
Curcuma mangga menggunakan pelarut ramah lingkungan
Natural Deep Eutectic Solvent (NADES) yang telah dilakukan
dapat disimpulkan bahwa :
1. Natural Deep Eutectic Solvent (NADES) (FS-H2O =
2:1:32) dapat digunakan sebagai pelarut dalam
ekstraksi senyawa bioaktif berupa curcuminoid
terutama curcumin dari Curcuma mangga.
2. Yield senyawa bioaktif Curcuma mangga
(curcuminoid) secara ekstraksi menggunakan Natural
Deep Eutectic Solvent (NADES) diperoleh 0,344 mg
senyawa bioaktif/g berat kering Curcuma mangga;
secara ekstraksi Soxhlet diperoleh 0,120 mg senyawa
bioaktif/g berat kering Curcuma mangga dan secara
maserasi 0,152 mg senyawa bioaktif/g berat kering
Curcuma mangga.
3. Ekstraksi senyawa bioaktif (curcuminoid) dengan
NADES FS-H2O = 2:1:32 memberikan yield lebih
besar dibandingkan dengan ekstraksi menggunakan
etanol ataupun air (waktu dan suhu ekstraksi yang
sama, 1x24 jam; 40oC)

V.2 Saran
1. Pada penelitian selanjutkan dilakukan pembuatan
NADES tipe basa dengan komponen yang berbeda.
2. Menambahkan kuantitas (banyaknya) bahan baku
serbuk Curcuma mangga yang digunakan untuk
ekstraksi.

67
Halaman ini sengaja dikosongkan

68
DAFTAR PUSTAKA

Abas, Faridah. 2005. ‘Phytocemical and Biologycal Activity Studies of


Cosmos Caudatus and Curcuma Mangga and the Online
Characterization of Bioactive Fraction from Melicope
Ptelefolia’. Universiti Putra Malaysia.
Anand P, Kunnumakkara AB, Newman RA, and Aggarwal BB. 2007.
‘Bioavailability of Curcumin: Problems and Promises’.
Molecular Pharmaceutics 4: 807–18.
Anderson, Andrew M, Matthew S Mitchell, and Ram S Mohan. 2000.
‘Isolation of Curcumin from Turmeric’. Journal of Chemical
Education 77 (3): 359–60.
Atun, Sri, Retno Arianingrum, Eddy Sulistyowati, and Nurfina Aznam.
2013. ‘Isolation and Antimutagenic Activity of Some
Flavanone Compounds from Kaempferia Rotunda’.
International Journal of Chemical and Analytical Science 4 (1):
3–8. doi:10.1016/j.ijcas.2013.03.004.
Bagchi, Anamika. 2012. ‘Extraction of Curcumin’. IOSR Journal of
Environmental Science, Toxicology and Food Technology
(IOSR-JESTFT) 1 (3). www.iosrjournals.org.
Bar-Sela G, Epelbaum R, and Schaffer M. 2010. ‘Curcumin as an Anti-
Cancer Agent: Review of the Gap Between Basic and Clinical
Applications’. Current Medicinal Chemistry 17: 190–97.
Brizuela, Alicia Beatriz, Laura Cecilia Bichara, Elida Romano, Alisia
Yurquina, Silvano Locatelli, and Silvia Antonia Brandán. 2012.
‘A Complete Characterization of the Vibrational Spectra of
Sucrose’. Carbohydrate Research 361 (November): 212–18.
doi:10.1016/j.carres.2012.07.009.
Castro, M.D.Luque de, and L.E.Garcia Ayuso. 2000. ‘Enviromental
Applications/Soxhlet Extraction’. Academic Press University of
Cordoba, 2701–9.
Choi, Young Hae, Jaap van Spronsen, Yuntao Dai, Marianne Verberne,
Frank Hollmann, and Isabel W.C.E. Arends. 2011. ‘Are Natural
Deep Eutectic Solvents the Missing Link in Understanding
Cellular Metabolism and Physiology?’ American Society of
Plant Biologists 156: 1701–1705.
Dai, Yuntao, Jaap van Spronsen, Geert-Jan Witkamp, Robert Verpoorte,
and Young Hae Choi. 2013. ‘Natural Deep Eutectic Solvents as

xiv
New Potential Media for Green Technology’. Analytica
Chimica Acta, 61–68.
Dai, Yuntao, Geert-Jan Witkamp, Robert Verpoorte, and Young Hae
Choi. 2013a. 'Natural Deep Eutectic Solvents as A New
Extraction Media for Phenolic Metabolites in Carthamus
tinctorius L'. Analytical Chemistry, 6272-6278.
Dai, Yuntao, Geert-Jan Witkamp, Robert Verpoorte, and Young Hae
Choi. 2015. 'Tailoring Properties of Natural Deep Eutectic
Solvents with Water to Facilitate their Applications'. Food
Chemistry, 14-19.
Deetlefs, Maggel, and Kenneth R Seddon. 2010. ‘Assessing the
Greenness of Some Typical Laboratory Ionic Liquid
Preparations’. Green Chemistry 12: 17–30.
doi:10.1039/b915049h.
Domínguez de María, Pablo, and Zaira Maugeri. 2011. ‘Ionic Liquids in
Biotransformations: From Proof-of-Concept to Emerging Deep-
Eutectic-Solvents’. Current Opinion in Chemical Biology,
Biocatalysis and Biotransformation/Bioinorganic Chemistry, 15
(2): 220–25. doi:10.1016/j.cbpa.2010.11.008.
Fagundes, Thayssa da S. F, Karen Danielle B Dutra, Carlos Magno R
Ribeiro, Rosângela de A. Epifanio, and Alessandra L.
Valverde. 2015. ‘Using a Sequence of Experiments with
Turmeric Pigments from Food To Teach Extraction,
Distillation, and Thin-Layer Chromatography to Introductory
Organic Chemistry Students’. Journal of Chemical Education.
doi:10.1021/acs.jchemed.5b00138.
Gorke, Johnathan, Friedrich Srienc, and Romas Kazlauskas. 2010.
‘Toward Advanced Ionic Liquids. Polar, Enzyme-Friendly
Solvents for Biocatalysis’. Biotechnology and Bioprocess
Engineering 15: 40–53.
Guddadarangavvanahally, Jayaprakasha, Mohan Rao Lingamullu Jagan,
and Sakariah Kunnumpurath K. 2002. ‘Improved HPLC
Method for the Determination of Curcumin,
Demethoxycurcumin, and Bisdemethoxycurcumin’. Journal of
Agricultural and Food Chemistry 50: 3668–82.
Guo, Wujie, Yucui Hou, Weize Wu, Shuhang Ren, Shidong Tian, and
Kenneth N. Marsh. 2013. ‘Separation of Phenol from Model
Oils with Quaternary Ammonium Salts via Forming Deep

xv
Eutectic Solvents’. Green Chemistry 15: 226–29.
doi:10.1039/c2gc36602a.
Horkey, Adam. 2013. ‘Rapid Analysis of Curcuminoids in Turmeric
Extract Using the Agilent 1290 Infinity LC and STM
Columns’. Agilent Technologies, 1–4.
Huang, Wei, Shaokun Tang, Hua Zhao, and Songjiang Tian. 2013.
‘Activation of Commercial CaO for Biodiesel Production from
Rapeseed Oil Using a Novel Deep Eutectic Solven’. Industrial
& Engineering Chemistry Research 52: 11943−11947.
Hutapea, Johnny Ria. 1993. Inventaris Tanaman Obat Indonesia (II).
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Jayandran, Muhamed Haneefa, and Balasubramanian. 2015. ‘Synthesis
Characterization and Comparative Studies Of Turmeric
Oleoresin Derived From Selected Turmeric Plants’. Asian
Journal of Pharmaceutical Science & Technology 5 (1): 18–21.
Lestari, Maria L.A.D., and Gunawan Indrayanto. 2014. ‘Chapter Three -
Curcumin’. In Profiles of Drug Substances, Excipients and
Related Methodology, edited by Harry G. Brittain, Volume
39:113–204. Academic Press.
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/B9780128001
738000039.
Malek, Sri Nurestri A., Guan Serm Lee, Sok Lai Hong, Hashim Yaacob,
Norhanom Abdul Wahab, Jean-Frederic Faizal Weber, and
Syed Adnan Ali Shah. 2011. ‘Phytochemical and Cytotoxic
Investigations of Curcuma Mangga Rhizomes’. Molecules, no.
16: 4539–48. doi:10.3390/molecules16064539.
Mangan, Yellia. 2003. Cara Bijak Menaklukkan Kanker. AgroMedia.
Mukhriani. 2014. ‘Ekstraksi, Pemisahan Senyawa, Dan Identifikasi
Senyawa Aktif’. Jurnal Kesehatan 7 (2): 361–67.
Mushtaq, Mian Yahya, Young Hae Choi, Robert Verpoorte, and Erica
G. Wilson. 2014. ‘Extraction for Metabolomics: Access to The
Metabolome’. Phytochemical Analyis 25: 291–306.
Nabati, Mehdi, Mehrdad Mahkam, and Hassan Heidari. 2014. ‘Isolation
and Characterization of Curcumin from Powdered Rhizomes of
Turmeric Plant Marketed in Maragheh City of Iran with
Soxhlet Technique’. Iranian Chemical Communication 2: 236–
43.
Park, Ha Eun, Baokun Tang, and Kyung Ho Row. 2014. ‘Application of
Deep Eutectic Solvents as Additives in Ultrasonic Extraction of

xvi
Two Phenolic Acids from Herba Artemisiae Scopariae’.
Analytical Letters, 1476–84.
doi:10.1080/00032719.2013.874016.
Paulucci, Viviane P., Renê O. Couto, Cristiane C. C. Teixeira, and Luis
Alexandre P. Freitas. 2013. ‘Optimization of the Extraction of
Curcumin from Curcuma Longa Rhizomes’. Revista Brasileira
de Farmacognosia 23 (1): 94–100. doi:10.1590/S0102-
695X2012005000117.
Popuri, Asok Kumar, and Bangaraiah Pagala. 2013. ‘Extraction of
Curcumin From Tumeric Roots’. International Journal of
Innovative Research & Studies 2 (5).
Pushpakumari, K.N, Varghese Naijo, and Kottol Kavitha. 2014.
‘Purification And Seperation Of Individual Curcuminoids From
Spent Turmeric Oleoresin, A By- Product From Curcumin
Production Industry’. International Journal of Pharmaceutical
Sciences and Research 5 (8): 3246–54.
doi:10.13040/IJPSR.0975-8232.5(8).3246-54.
Putra, Effendy De Lux. 2004. ‘Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Dalam
Bidang Farmasi’. USU Digital Library.
Rachmaniah Orchidea, Young Hae Choi, Erica G. Wilson, Robert
Verpoorte, and Geert-Jan Witkamp. 2014. ‘Solubility Study of
Galanthamine-HBr in Natural Deep Eutectic Solvent (NADES)
Solubility Study of Galanthamine-HBr in Natural Deep
Eutectic Solvent (NADES)’, 115–128.
Rastagno, Mauricio, and Juliana Prado. 2003. Natural Product
Extraction. RSC Publishing.
Revathy, S, S Elumalai, Merina Benny, and Benny Antony. 2011.
‘Isolation, Purification and Identification of Curcuminoids from
Turmeric (Curcuma Longa L.) by Column Chromatography’.
Journal of Experimental Sciences 2 (7): 21–25.
Rohman, Abdul. 2012. 'Mini Review Analysis of Curcuminoidds in
Food and Pharmaceutical Products'. International Food
Research Journal 19 (1): 19-27.
Saefudin, Fauzia Syarif, and Chairul. 2014. ‘Potensi Antioksidan Dan
Aktivitas Antiproliferasi Ekstrak Kunyit Putih (Curcuma
Zedoaria Rosc.) Pada Sel Hela’. Pusat Penelitian Biologi-LIPI
17 (3): 381–90.
Salem, M, S Rohani, and E.R Gillies. 2014. ‘Curcumin, a Promising
Anti-Cancer Therapeutic: A Review of Its Chemical Properties,

xvii
Bioactivity and Approaches to Cancer Cell Delivery’. Royal
Society of Chemistry Advance 4, 10815–10829.
Shahbaz, K., F. S. Mjalli, M. A. Hashim, and I. M. AlNashef. 2011.
‘Eutectic Solvents for the Removal of Residual Palm Oil-Based
Biodiesel Catalyst’. Separation and Purification Technology 81
(2): 216–22. doi:10.1016/j.seppur.2011.07.032.
Shahbaz, K., F. S. Mjalli, M. A. Hashim, and I. M. AlNashef. 2013.
‘Elimination of All Free Glycerol and Reduction of Total
Glycerol from Palm Oil-Based Biodiesel Using Non- Glycerol
Based Deep Eutectic Solvents’. Separation and Purification
Technology 48: 1184–1193.
doi:10.1080/01496395.2012.731124.
Syed, Haroon Khalid, Kai Bin Liew, Gabriel Onn Kit Loh, and Kok
Khiang Peh. 2015. ‘Stability Indicating HPLC–UV Method for
Detection of Curcumin in Curcuma Longa Extract and
Emulsion Formulation’. Food Chemistry 170 (March): 321–26.
doi:10.1016/j.foodchem.2014.08.066.
Tang, Baokun, Yu Jin Lee, Ha Eun Park, and Kyung Ho Row. 2014.
‘Pretreatment of Biodiesel by Esterification of Palmitic Acid in
Brønsted–Lowry Acid Based Deep Eutectic Solvents’.
Analytical Letters.
Thuy Pham, Thi Phuong, Chul-Woong Cho, and Yeoung-Sang Yun.
2010. ‘Environmental Fate and Toxicity of Ionic Liquids: A
Review’. Water Research, Emerging Contaminants in water:
Occurrence, fate, removal and assessment in the water cycle
(from wastewater to drinking water), 44 (2): 352–72.
doi:10.1016/j.watres.2009.09.030.
Tracy, Mark. 2013. ‘Separation of Curcuminoids from Turmeric –
Comparison of Polar Embedded and C18 Solid HPLC Core
Columns’. Thermo Fisher Scientific, Sunnyvale, CA, USA.
Wahyuni, A Hardjono, and Paskalina Hariyantiwasi Yamrewav. 2004.
‘Ekstraksi Kurkumin Dari Kunyit’. Prosiding Seminar
Nasional Rekayasa Kimia Dan Proses.
Wichitnithad, Wisut, Nutthapon Jongaroonngamsang, Sunibhond
Pummangura, and Pornchai Rojsitthisak. 2009. ‘A Simple
Isocratic HPLC Method for the Simultaneous Determination of
Curcuminoids in Commercial Turmeric Extracts’. Wiley
Interscience 20: 314–319. doi:10.1002/pca.1129.

xviii
Windono, Tri, and Nani Parfati. 2002. ‘Curcuma Zedoaria (Berg Ius)
Roscoem Kajian Pustaka Kandungan Kimia Dan Aktivitas
Farmakologik’. Fakultas Farmasi Universitas Surabaya.
Wood, Nicola, and Gill Stephens. 2010. ‘Accelerating the Discovery of
Biocompatible Ionic Liquids’. Physical Chemistry Chemical
Physics 12: 1670–74.
Zhang, Heng, Baokun Tang, and Kyung Ho Row. 2014. ‘Extraction of
Catechin Compounds from Green Tea with a New Green
Solvent’. Chem. Res. Chin. Univ 30 (1): 37–41.
doi:10.1007/s40242=014-3339-0.
Zhang, Qi, David Thomas, and Ian Acworth. 2013. ‘The Quantitative
Analysis of Curcuminoids in Food and Food Additives Using
Rapid HPLC With Electrochemical, UV, or Fluorescence
Detection’. Thermo Fisher Scientific, Chelmsford, MA, USA.

xix
APPENDIKS A
PERHITUNGAN PEMBUATAN NADES
A.1 Mol Rasio untuk Variabel Tipe NADES
Contoh perhitungan menggunakan NADES (MAG-H2O)
Berat gelas kimia kosong = 97,4296 gram
Berat Malic Acid = 25,4682 gram
Berat Glukosa = 37,6390 gram
Berat air (H2O) = 39,0663 gram

Total = Berat Malic Acid + Berat Glukosa + Berat air


NADES (H2O)
= 25,4682 gram + 37,6390 gram + 39,0663 gram
= 102,1735 gram

Menghitung fraksi massa


Fraksi massa Malic Acid

Fraksi massa Glukosa

Fraksi massa air (H2O)

Menghitung mol
Mol Malic Acid

A-1
Mol Glukosa

Mol air (H2O)

Total mol = Mol Malic Acid + Mol Glukosa + Mol air (H2O)
= 0,1899 mol + 0,1899 mol + 2,1704 mol
= 2,5502 mol

Menghitung fraksi mol


Fraksi mol Malic Acid

Fraksi mol Glukosa

Fraksi mol air (H2O)

Menghitung mol rasio


Mol rasio Malic Acid

Mol rasio Glukosa

Mol rasio air (H2O)

A-2
Massa NADES sebelum freeze dry
Berat gelas kimia + NADES = 191,8597 gram

Berat NADES = (Berat gelas kimia + NADES) - Berat


gelas kimia kosong
= 191,8597 gram - 97,4296 gram
= 94,4301 gram
Massa Malic Acid = fraksi massa Malic Acid x berat NADES
= 0,2493 x 94,4301 gram
= 23,5380 gram
Massa Glukosa = fraksi massa Glukosa x berat NADES
= 0,3684 x 94,4301 gram
= 34,7865 gram
Massa air (H2O) = fraksi massa air (H2O) x berat NADES
= 0,3824 x 94,4301 gram
= 36,1056 gram

Massa NADES setelah freeze dry selama 3 hari


Berat gelas kimia + NADES = 169,4096 gram

Berat NADES = (Berat gelas kimia + NADES) - Berat


gelas kimia kosong
= 169,4096 gram - 97,4296 gram
= 71,9800 gram

Massa Malic Acid = Massa Malic Acid sebelum freeze dry


= 23,5380 gram
Massa Glukosa = Massa Glukosa sebelum freeze dry
= 34,7865 gram
Massa air (H2O) = Berat NADES - Massa Malic Acid -
Massa Glukosa

A-3
= (71,9800 - 23,5380 - 34,7865) gram
= 13,6555 gram

Menghitung fraksi massa


Fraksi massa Malic Acid

Fraksi massa Glukosa

Fraksi massa air (H2O)

Menghitung mol
Mol Malic Acid

Mol Glukosa

Mol air (H2O)

Total mol = Mol Malic Acid + Mol Glukosa + Mol air (H2O)
= 0,1755 mol + 0,1755 mol + 0,7586 mol
= 1,1097 mol

A-4
Menghitung fraksi mol
Fraksi mol Malic Acid

Fraksi mol Glukosa

Fraksi mol air (H2O)

Menghitung mol rasio


Mol rasio Malic Acid

Mol rasio Glukosa

Mol rasio air (H2O)

A-5
Tabel A.1 Mol Rasio untuk Variabel Tipe NADES
MAG-H2O(1:1:5) mass mol mol
Gelas kimia BM Mol
fraction fraction ratio
kosong 97.4296 gr
Asam Maleat 25.4682 gr 134.09 0.2493 0.1899 0.0745 1
Glukosa 37.6390 gr 198.17 0.3684 0.1899 0.0745 1
Air 39.0663 gr 18 0.3824 2.1704 0.8510 11
TOTAL
NADES 102.1735 gr 1.0000 2.5502 1.0000

Sebelum Freeze Dry


Beaker+Nades 191.8597 gr
Nades Only 94.4301 gr

Asam Maleat 23.5380 gr


Glukosa 34.7865 gr
Air 36.1056 gr

Setelah Freeze Dry (3 Hari)


Beaker+Nades 169.4096 gr
Nades Only 71.9800 gr mass mol mol
BM mol
fraction fraction ratio
Asam Maleat 23.5380 gr 134.09 0.3270 0.1755 0.1582 1
Glukosa 34.7865 gr 198.17 0.4833 0.1755 0.1582 1

A-6
Air 13.6555 gr 18 0.1897 0.7586 0.6836 4
1.0000 1.1097 1.0000

A.2 Mol Rasio untuk Variabel Kandungan Air


Contoh perhitungan menggunakan NADES (MA-G-H2O)
Berat gelas kimia kosong = 91,1405 gram
Berat NADES = 17, 8153 gram (Dari hasil
Variabel Tipe NADES)

Berat Malic Acid = Berat NADES x fraksi massa Malic


Acid setelah freeze dry
= 17, 8153 gram x 0,3270
= 5,8257 gram
Berat Glukosa = Berat NADES x fraksi massa Glukosa
setelah freeze dry
= 17, 8153 gram x 0,4833
= 8,6098 gram
Berat air (H2O) = Berat NADES x fraksi massa air (H2O)
setelah freeze dry
= 17, 8153 gram x 0,1897
= 3,3798 gram

Penambahan air (H2O) sebanyak 2,0633 gram


Sehingga, total NADES menjadi = (17, 8153 + 2,0633) gram
= 19,8786 gram

Menghitung fraksi massa


Fraksi massa Malic Acid

A-7
Fraksi massa Glukosa

Fraksi massa air (H2O)

Menghitung mol
Mol Malic Acid

Mol Glukosa

Mol air (H2O)

Total mol = Mol Malic Acid + Mol Glukosa + Mol air (H2O)
= 0,0434 mol + 0,0434 mol + 0,3042 mol
= 0,3893 mol

Menghitung fraksi mol


Fraksi mol Malic Acid

A-8
Fraksi mol Glukosa

Fraksi mol air (H2O)

Menghitung mol rasio


Mol rasio Malic Acid

Mol rasio Glukosa

Mol rasio air (H2O)

Tabel A.2 Mol Rasio untuk Variabel Kandungan Air


Botol kimia 91.1405 gr
Nades Only 17.8153 gr
Stirrer 5.0887 gr mass mol mol
BM mol
fraction fractionratio
Asam Maleat 5.8257 gr 134.09 0.2931 0.0434 0.1116 1
Glukosa 8.6098 gr 198.17 0.4331 0.0434 0.1116 1
Air 3.3798 gr 18 0.2738 0.3024 0.7768 7
1.0000 0.3893 1.0000

A-9
Penambahan Air 2.0633 gr
Total NADES 19.8786 gr

APPENDIKS B
PERHITUNGAN DENSITAS NADES
B.1 Densitas NADES
Menghitung densitas NADES (FS-H2O)
Dimana :
Berat pikno kosong = 15,8333 gram
Berat pikno + NADES = 29,3626 gram
Volume pikno = 10 mL

Perhitungan dengan cara yang sama dilakukan untuk


NADES lainnya.

A-10
Tabel B.1 Densitas NADES
Berat Pikno Berat Pikno + Berat Denstias
NADES kosong NADES NADES (g/ml)
(gram) (gram) (gram)
CAS-H2O* 15,8328 30,0998 14,2670 1,4267
CAS-H2O** 15,8325 29,5289 13,6964 1,3696
FG-H2O* 15,8345 29,0573 13,2228 1,3223
FG-H2O** 15,8333 29,3027 13,4694 1,3469
MAS-H2O* 15,1827 29,1316 13,9489 1,3949
MAS-H2O** 15,8313 29,2551 13,4238 1,3424
MAG-H2O* 15,8325 29,5892 13,7567 1,3757
MAG-H2O** 15,8577 29,4101 13,5524 1,3552
FS-H2O* 15,1883 29,0136 13,8253 1,3825
FS-H2O** 15,8333 29,3626 13,5293 1,3529
Ket : * Variabel Tipe NADES
** Variabel Kandungan Air

A-11
APPENDIKS C
PERHITUNGAN JUMLAH CURCUMINOID
DARI EKSTRAKSI RIMPANG CURCUMA
MANGGA
C.1 Kurva Kalibrasi

A-12
Gambar C.1 Kurva Kalibrasi Bisdemethoxycurcumin
(BDMC)

Gambar C.2 Kurva Kalibrasi Demethoxycurcumin (DMC)

A-13
Gambar C.3 Kurva Kalibrasi Curcumin (C)
C.2 Jumlah Curcuminoid
Menghitung yield ekstrak curcuminoid menggunakan
NADES (FS-H2O)
Berat Curcuma mangga = 2,07 mg = 0,00207 gram
Berat NADES (FS-H2O) = 2,0191 gram

Volume NADES (FS-H2O)

Areacurcuminoid (dari hasil HPLC) masing-masing


 Area bisdemethoxycurcumin = 0 mAU.s
 Area demethoxycurcumin = 10,91663 mAU.s
 Area curcumin = 40,23962mAU.s

A-14
Untuk menghitung kadar sampel ektrak, digunakan
persamaan kurva kalibrasi yang diperoleh dimana sumbu y
merupakan respon area (mAU.s) dan sumbu x merupakan
kadar (ppm).
 Bisdemethoxycurcumin (BDMC)
Persamaan kurva kalibrasi y = 137,2x + 1,598

 Demethoxycurcumin (DMC)
Persamaan kurva kalibrasi y =146,0x +7,993

 Curcumin (C)
Persamaan kurva kalibrasi y = 153,3x – 19,76

A-15
Perhitungan yield curcuminoid :
 Bisdemethoxycurcumin (BDMC)

= - 0,008 mg/g

 Demethoxycurcumin (DMC)

= 0,014 mg/g

 Curcumin (C)

= 0,282 mg/g

A-16
Tabel C.1 Yield ekstrak demethoxycurcumin (DMC)
menggunakan NADES
Berat Ekstrak
Area Kadar Berat
Curcuma DMC
DMC (ppm) (mg)
mangga (g) (mg/g)
10,91663 0,020 0,000030 0,014
FS- H2O 9,32026 0,009 0,000014 0.00207 0,007
11,40388 0,023 0,000035 0,017

Tabel C.2 Yield ekstrak curcumin (C) menggunakan NADES


Berat Ekstrak
Kadar Berat
Area C Curcuma C
(ppm) (mg)
mangga (g) (mg/g)
40.23962 0,391 0,000584 0,282
FS- H2O 40.83877 0,395 0,000590 0.00207 0,285
42.67340 0,407 0,000608 0,294

APPENDIKS D
PERHITUNGAN YIELD EKSTRAK
CURCUMINOID DARI EKSTRAKSI
RIMPANG CURCUMA MANGGA
D.1 Ekstraksi Maserasi dengan Solvent Etanol 96%
Menghitung yield ekstrak curcuminoid pada Run 1 Maserasi
Berat Curcuma mangga = 40,0060 gram
Sampel hasil ekstrak maserasi dan soxhlet yang volumenya
sekitar 100 cc di adkan dengan metanol p.a hingga 100 mL =
0,1 L

Area curcuminoid (dari hasil HPLC) masing-masing


 Area bisdemethoxycurcumin = 1404,98584 mAU.s

A-17
 Area demethoxycurcumin = 2103,05518 mAU.s
 Area curcumin = 5747,40674mAU.s

Untuk menghitung kadar sampel ektrak, digunakan


persamaan kurva kalibrasi yang diperoleh dimana sumbu y
merupakan respon area (mAU.s) dan sumbu x merupakan
kadar (ppm).
 Bisdemethoxycurcumin (BDMC)
Persamaan kurva kalibrasi y = 137,2x + 1,598

 Demethoxycurcumin (DMC)
Persamaan kurva kalibrasi y =146,0x +7,993

 Curcumin (C)
Persamaan kurva kalibrasi y = 153,3x – 19,76

A-18
Perhitungan yield curcuminoid :
 Bisdemethoxycurcumin (BDMC)

= 0,026 mg/g

 Demethoxycurcumin (DMC)

= 0,036 mg/g

 Curcumin (C)

A-19
= 0,094mg/g

Perhitungan dengan cara yang sama dilakukan untuk metode


soxhlet (Run 1) dan maserasi (Run 1 & 2)

Tabel D.1 Yield ekstrak bisdemethoxycurcumin (BDMC)


metode soxhlet & maserasi
Berat Ekstrak
Kadar Berat
BDMC Curcuma BDMC
(ppm) (mg)
mangga (g) (mg/g)
1132,84595 8,245 0,825 0,021
Soxhlet
40.0031
Run 1 1122,75342 8,172 0,817 0,020
1123,30493 8,176 0,818 0,020
1404,98584 10,229 1,023 0,026
Maserasi
40.0060
Run 1 1402,44983 10,210 1,021 0,026
1399,73437 10,190 1,019 0,025
1431,17224 10,420 1,042 0,026
Maserasi
40.0046
Run 2 1430,54065 10,415 1,042 0,026
1577,57532 11,487 1,149 0,029

Tabel D.2 Yield ekstrak demethoxycurcumin (DMC) metode


soxhlet &maserasi
Berat Ekstrak
Kadar Berat
DMC Curcuma DMC
(ppm) (mg)
mangga (g) (mg/g)
1649,54333 11,237 1,124 0,028
Soxhlet
40.0031
Run 1 1637,63208 11,155 1,115 0,028
1644,45093 11,202 1,120 0,028
2103,05518 14,343 1,434 0,036
Maserasi
40.0060
Run 1 2099,52588 14,319 1,432 0,036
2091,22437 14,262 1,426 0,036
Maserasi 2018,04712 13,761 1,376 40.0046 0,034

A-20
Run 2 1990,55554 13,572 1,357 0,034
1642,46460 11,188 1,119 0,028

Tabel D.3 Yield ekstrak curcumin (C) metode soxhlet


&maserasi
Berat
Kadar Berat Ekstrak
C Curcuma
(ppm) (mg) C (mg/g)
mangga (g)
4330,29297 28,408 2,841 0,071
Soxhlet
40.0031
Run 1 4375,76123 28,704 2,870 0,072
4363,46289 28,624 2,862 0,072
5747,40674 37,640 3,764 0,094
Maserasi
40.0060
Run 1 5725,95312 37,500 3,750 0,094
5717,70947 37,446 3,745 0,094
5448,77734 35,694 3,569 0,089
Maserasi
40.0046
Run 2 5470,77295 35,838 3,584 0,090
5694,32813 37,294 3,729 0,093

A-21
BIODATA PENULIS

Penulis 1
Nurhasanah, perempuan kelahiran
Bontang, Kalimantan Timur, 14
September 1992, merupakan anak
ketujuh dari sembilan bersaudara.
Penulis pernah menempuh
pendidikan di SD Negeri 002
Bontang Selatan, SMPN3 Bontang,
SMK Negeri 1 Bontang Jurusan
Analis Kimia. Penulis juga telah
menyelesaikan pendidikan Diploma
III di Jurusan Teknik Kimia
Politeknik Negeri Samarinda pada
tahun 2014. Untuk memenuhi syarat
meraih gelar Ahli Madya, penulis menyelesaikan Laporan Akhir
dengan judul “Pembuatan Katalis Heterogen Dari Kulit Telur
Ayam Dengan Metode Impregnasi Menggunakan Kalium Iodida
Berpenyangga Al2O3”. Pada tahun 2015, penulis melanjutkan
pendidikan S1 di Departemen Teknik Kimia FTI-ITS lewat
program Lintas Jalur. Pada tahun 2016, penulis mengambil
bidang studi Biomassa dan Konversi Energi. Penulis memiliki
pengalaman kerja praktek di PT. Kaltim Parna Industri bagian
Process Engineer pada tahun 2013 dan PT. Indonesia Power di
bagian Effisiensi dan Laboratorium pada tahun 2016. Agustus
2016, penulis menyelesaikan Tugas Desain Pabrik Kimia sebagai
syarat meraih gelar Sarjana dengan judul “Pra Desain Pabrik
Syngas dari Gasifikasi Batu Bara Kualitas Rendah Sebagai
Pasokan Gas Pabrik Pupuk”. Email : hasanahana14@gmail.com
BIODATA PENULIS

Penulis 2
Umra Misli Saktia, perempuan
kelahiran Muara Badak,
Kalimantan Timur, 08 Januari
1993, merupakan anak pertama dari
tiga bersaudara. Penulis pernah
menempuh pendidikan di SD
Negeri 006 Muara Badak, SMP
Terbuka Muara Badak, SMA
Negeri 1 Muara Badak. Penulis
juga telah menyelesaikan
pendidikan Diploma III di Jurusan
Teknik Kimia Politeknik Negeri
Samarinda pada tahun 2014. Untuk memenuhi syarat meraih gelar
Ahli Madya, penulis menyelesaikan Laporan Akhir dengan judul
“Pirolisis Sampah Plastik Polyethylene Terephthalate (PET)
dengan Penambahan Steam”. Pada tahun 2015, penulis
melanjutkan pendidikan S1 di Departemen Teknik Kimia FTI-ITS
lewat program Lintas Jalur. Pada tahun 2016, penulis mengambil
bidang studi Biomassa dan Konversi Energi. Penulis memiliki
pengalaman kerja praktek di Vico Indonesia bagian Operation
Integrity Department pada tahun 2013 dan di bagian Northern
Area Department pada tahun 2016. Agustus 2016, penulis
menyelesaikan Tugas Desain Pabrik Kimia sebagai syarat meraih
gelar Sarjana dengan judul “Pra Desain Pabrik Syngas dari
Gasifikasi Batu Bara Kualitas Rendah Sebagai Pasokan Gas
Pabrik Pupuk”.

Email : umrathya@yahoo.com

Anda mungkin juga menyukai