Defisit Perawatan Diri
Defisit Perawatan Diri
A. Latar Belakang
Gangguan jiwa adalah sindrom atau pola perilaku yang secara klinis
bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan menimbulkan
gangguan pada satu atau lebih fungsi kehidupan manusia. Gangguan jiwa
merupakan kumpulan dari keadaan-keadaan yang tidak normal, baik yang
berhubungan dengan fisik maupun mental yang meliputi gangguan jiwa dan sakit
jiwa. Seseorang yang mengalami gangguan jiwa masih mengetahui dan
merasakan kesulitannya, serta kepribadiannya tidak jauh dari realitas dan masih
hidup dalam alam kenyataan.Sedangkan orang yang terkena sakit jiwa tidak
memahamai kesulitannya, kepribadiannya dari segi tanggapan, perasaan, dan
dorongan motivasi sangat terganggu. Orang tersebut hidup jauh dalam alam
kenyataan. (Keliat, 2011)
Gangguan jiwa adalah suatu ketidakberesan kesehatan dengan manifestasi-
manifestasi psikologis atau perilaku terkait dengan penderitaan yang nyata dan
kinerja yang buruk, disebabkan oleh gangguan biologis, sosial, psikologis,
genetik, fisis dan kimiawi. Gangguan jiwa memiliki suatu keadaan tidak beres
yang berhakikatkan penyimpangan dari suatu konsep normatif. Setiap jenis
ketidakberesan kesehatan itu memiliki tanda-tanda dan gejala-gejala yang khas
(Kurniawan, 2012).
Keperawatan jiwa adalah salah satu bidang spesialisasi dari praktik
keperawatan, yang menerapkan teori perilaku sebagai ilmunya dan penggunaan
diri secara terapeutik sebagai kiatnya. Teori lain mengatakan keperawatan jiwa
adalah menerapkan teori perilaku dengan penggunaan diri secara total dalam
membantu proses penyembuhan seperti sikap positif dalam menanggapi keluhan
pasien. Jadi fokus perhatian dalam memberikan pelayanan keperawatan jiwa
adalah bagaimana meningkatkan motivasi seseorang yang menderita gangguan
jiwa. (Suliswati, 2010)
Kesehatan jiwa adalah kondisi dimana individu dapat berkembang secara
mental, fisik, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut, menyadari
kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif dan
1
2
Sumber : Rekam Medik Rumah Sakit jiwa Propinsi kalimantan Barat, 2016
Berdasarkan fenomena dari data rekam medik dan hasil observasi langsung
pada pasien di Rumah Sakit jiwa Provinsi Kalimantan Barat tahun 2016, defisit
perawatan diri menjadi kasus terbanyak No 2, tenaga kesehatanya terbatas dan
asuahan keperawatan yang diberikan belum maksimal banyak ditemukan, data-
data yang tidak lengkap, khususnya pada pemeriksaan fisik, data penunjang,
SOAP yang sama dalam setiap evaluasi, dalam penerapan SP (Strategi
Pelaksanaan) sendiri banyak pasien tidak dilaksanakan SP sesuai dengan penyakit
dan tahapannya serta pemberian obat yang tidak tepat waktu. Sehingga proses
penyembuhan pasien sangat lama, bahkan proses penyembuhannya terjadi
bertahun –tahun.
Bedasarkan fenomena yang terjadi, peneliti tertarik mengambil penelitian
tentang defisit perawatan diri karena peneliti merasa perlu melakukan asuhan
keperawatan pada pasien defisit perawatan diri sebab jika tidak dilakukan asuhan
keperawatan maka keadaan pasien akan parah menjadi gangguan pemeliharaan
kesehatan kemudian berlanjut isolasi sosial dan kemudian berlanjut pada
halusinasi dan akhirnya dapat mengakibatkan resiko harga diri rendah kronis.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan di atas, maka rumusan masalah penelitian
adalah “Bagaimanakah asuhan keperawatan pada pasien dengan defisit
perawatan diri di Rumah Sakit jiwa provinsi kaliamantan barat tahun
2017?”
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran asuhan keperawatan pada pasien dengan
defisit perawatan diri di Rumah Sakit jiwa Daerah singkawang
provinsi kaliamantan barat tahun 2017.
5
.
2. Tujuan Khusus
Diharapkan bagi penulis mampu:
a. Melakukan pengkajian data pada pasien dengan gangguan Defisit
Perawatan Diri Di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Kalimantan
Barat dengan baik dan benar.
b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan
gangguan Defisit Perawatan Diri dengan baik dan benar.
c. Menyusun rencana keperawatan dengan masalah gangguan Defisit
Perawatan Diri dengan baik dan benar.
d. Melakukan tindakan keperawatan pada pasien dengan
gangguan Defisit Perawatan Diri dengan baik dan benar.
e. Melakukan evaluasi pada pasien dengan gangguan Defisit
Perawatan Diri dengan baik dan benar.
f. Melakukan Pendokumentasian pada pasien dengan
gangguan Defisit Perawatan Diri dengan baik dan benar.
D. Manfaat Penelitian
3. Bagi peneliti
Selain menambah wawasan, peneliti juga dapat mengembangkan
dan menerapkan Asuhan Keperawatan pada Pasien skizofrenia
dengan halusinasi pendengaran.
7
1. Definisi
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam
memenuhi kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya,
kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien
dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan
perawatan diri ( Depkes, 2010).
Defisit perawatan diri adalah suatu kondisi pada seseorang yang
mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi
aktivitas perawatan diri secara mandiri seperti mandi (hygiene), berpakaian
atau berhias, makan (Keliat,2010).
Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan
dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang
perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan
perawatan kebersihan untuk dirinya ( Tarwoto dan Wartonah 2010 ).
Jenis–Jenis Perawatan Diri:
a. Kurang perawatan diri : Mandi / kebersihan
b. Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk
melakukan aktivitas mandi/kebersihan diri.
c. Kurang perawatan diri : Mengenakan pakaian / berhias.
Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan
kemampuan memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri.
d. Kurang perawatan diri : Makan
Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk
menunjukkan aktivitas makan.
2. Etiologi
Menurut Tarwoto dan Wartonah, (2010) Penyebab kurang perawatan diri
adalah sebagai berikut :
8
a. Kelelahan fisik
b. Penurunan kesadaran
Menurut Depkes (2010: 20), penyebab kurang perawatan diri adalah:
1. Faktor prediposisi
a. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu.
b. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
c. Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang
kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan
termasuk perawatan diri.
d. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan
kemampuan dalam perawatan diri.
2. Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presiptasi defisit perawatan diri adalah kurang
penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas,
lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu
kurang mampu melakukan perawatan diri.
Menurut Depkes (2010: 59) Faktor – faktor yang mempengaruhi
personal hygiene adalah:
a. Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi
kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga
individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
9
b. Praktik Sosial
Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
c. Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta
gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan
uang untuk menyediakannya.
d. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan
yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien
penderita diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
e. Budaya
Disebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
f. Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam
perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain – lain.
Adaptif Maladaptif
6. Fase
Pada mulanya klien merasa dirinya tidak berharga lagi sehingga
merasa tidak aman berhubungan dengan orang lain. Biasanya klien berasal
dari lingkungan yang penuh permasalahan, ketegangan, kecemasan
dimana-mana, tidak mungkin mengembangkan kehangatan emosional, dan
hubungan positif dengan orang lain yang melibatkan diri dalam situasi
yang baru. Ia terus berusaha mendapatkan rasa aman. Begitu menyakitkan
12
8. Perilaku
Perilaku klien tidak yakin dengan apa yang diharapkan jika perilaku
klien tidak lazim atau tidak dapat diperkirakan keluarga. Juga dapat
merasa bersalah atau bertanggung jawab dengan meyakini bahwa mereka
gagal menyediakan kehidupan penuh cinta dan dukungan klien bahwa
mereka gagal menyediakan kehidupan dirumah dan dukungan.
9. Penatalaksanaan
a. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri
b. Membimbing dan menolong klien merawatan diri
c. Ciptakan lingkungan yang mendukung
13
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses
keperawatan, terhadap pengkajian terdiri dari pengumpulan data,
pengelompokkan data dan analisa data.
Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial dan
spiritual, dimana pengumpulan data dilakukan pada saat klien masuk dan
dilanjutkan secara terus menerus selama keperawatan berlangsung (Stuart
dan Sudden, 2005).
Cara pengkajian lain berfokus pada (5) lima dimensi: Fisik, Emosional,
Intelektual, Sosial dan Spiritual.
Isi pengkajian meliputi:
a. Identitas Klien
Biodata klien yang meliputi : nama, umur, jenis kelamin, alamat,
tanggal masuk rumah sakit, nomor register dan tanggal pengkajian.
b. Keluhan Utama
Klien dibawa kerumah sakit pada umumnya karena Defisit dalam
merawat diri, dari perawatan -perawatan diri yang biasa dilakukan, dan
sekarang jarang dilakukan dengan diawali masalah seperti senang
menyendiri, tidak mau banyak berbicara dengan orang lain, terlihat
murung.
c. Faktor Predisposisi
1) Pada umumnya klien pernah mengalami gangguan jiwa di masa
lalu.
2) Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
3) Pengobatan sebelumnya kurang berhasil.
4) Harga diri rendah, klien tidak mempunyai motivasi untuk merawat
diri
14
d. Pemeriksaan Fisik
Pengkajian fisik difokuskan pada system dan fungsi organ; yang
meliputi:
1) Ukur dan observasi tanda–tanda vital, tekanan darah, nadi, suhu,
dan pernapasan klien.
2) Ukur tinggi badan dan berat badan klien
3) Keluhan fisik: biasanya tidak ada keluhan fisik.
e. Aspek Psikososial
1) Gambaran diri: pada umumnya klien bisa menerima anggota tubuh
yang dimiliki.
2) Identitas diri: klien mengetahui status dan posisi klien sebelum
dirawat.
3) Peran: klien tidak mampu melaksanakan perannya sebagaimana
mestinya, baik peran dalam keluarga ataupun dalam kehidupan
masyarakat.
4) Ideal diri: klien memiliki harapan untuk segera sembuh dari
penyakitnya, dan kembali hidup normal seperti sebelum klien sakit.
5) Harga diri: klien mengalami harga diri rendah berhubungan dengan
kegagalan yang terjadi dimasa lampau dan klien merasa tidak
dihargai oleh orang lain.
f. Status Mental
1) Penampilan: penampilan klien tidak rapi, misalnya rambut acak–
acakan, kancing baju tidak tepat, dan baju tidak pernah diganti.
15
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah identifikasi atau penilaian terhadap pola
respon klien baik aktual atau potensial (Stuart dan Sudden,
2005).Rumusan diagnosa dapat menggunakan PE yaitu permasalahan (P)
yang berhubungan dengan etiologi (E) dan keduanya ada hubungan sebab
akibat secara ilmiah. Rumusan PES sama dengan PE hanya ditambah
symtom (S) atau gejala sebagai data penunjang dalam perawatan jiwa
ditemukan diagnosa anak beranak (pohon masalah), dimana jika etiologi
sudah diberikan tindakan dan permasalahan belum selesai maka P
dijadikan etiologi pada diagnosa yang baru, demikian seterusnya. Hal ini
dapat dilakukan karena permasalahan tidak disebabkan oleh suatu etiologi
yang sama sehingga walaupun etiologi sudah diberi tindakan maka
permasalahan belum selesai. Untuk jalan keluarnya jika permasalahan
tersebut menjadi etiologi maka tindakan diberikan secara tuntas.
Setelah selesai pengkajian dilakukan maka data yang terkumpul
tersebut dianalisa sehingga dapat dirumuskan keperawatan yang ada dan
17
Pohon masalah
Gambar 2.2 Pohon Masalah
Pohon masalah
Perawatan diri kurang : higiene
No Perencanaan Intervensi
Dx Diagnosa Keperawatan Tujuan Kriteria evaluasi
1. Defisit Perawatan diri TUM : Pasien dapat Ekspresi wajah 1. Sapa klien
memelihara bersahabat, menunjukan dengan ramah
kebersihan diri secara rasa senang, klien baik verbal
mandiri bersedia berjabat tangan, maupun
TUK : klien bersedia nonverbal
1. Klien dapat menyebutkan nama, ada 2.22. Perkenalkan diri
membina hubungan kontak mata, klien dengan sopan
saling percaya bersedia duduk 3. Tanyakan nama
berdampingan dengan lengkap klien
perawat, klien bersedia dan
mengutarakan masalah nama panggilan
yang dihadapinya 1. Jelaskan tujuan
pertemuan
2. Jujur dan
menempati janji
3. Tunjukan sikap
empati dan
menerima klien
apa adanya
4. Beri perhatian
pada
pemenuhan
kebutuhan dasar
klien
1. Mengidentifikasi Klien dapat menyebutkan 1. Kaji pengetahuan
kebersihan diri kebersihan dirinya klien tentang
klien kebersihan diri
dan tandanya
2. Beri kesempatan
klien untuk
19
menjawab
pertanyaan
3. Berikan pujian
terhadap
kemampuan
klien menjawab
pertanyaan
2. Menjelaskan Klien dapat memahami 1. Menjelaskan
pentingnya pentingnya kebersihan diri pentingnya
kebersihan diri kebersihan diri
2. Meminta klien
menjelaskan
kembali
pentingnya
kebersihan diri
3. Diskusikan
dengan klien
tentang
kebersihan diri
4. Beri penguatan
positif atas
jawabannya
3.Menjelaskan Klien dapat menyebutkan 1. Menjelaskan alat
peralatan yang dan dapat yang dibutuhkan
digunakan untuk mendemonstrasikan dan cara
menjaga kebersihan dengan alat kebersihan membersihkan
diri dan cara diri
melakukan 2. Memperagakan
kebersihan diri cara
membersihkan
diri dan
mempergunakan
alat untuk
membersihkan
diri
20
3. Meminta klien
untuk
memperagakan
ulang alat dan
cara kebersihan
diri
4. Beri pujian
positif terhadap
klien
4. Menjelaskan cara Klien dapat mengerti cara 1. Menjelaskan cara
makan makan yang benar makan yang
yang benar benar
2. Beri kesempatan
klien untuk
bertanya dan
mendemonstrasi
kan cara yang
benar
3. Memberi pujian
positif terhadap
klien
5. Menjelaskan cara Klien dapat mengerti cara 1. Menjelaskan cara
mandi yang benar mandi yang benar mandi yang
benar
2.Beri kesempatan
klien untuk
bertanya dan
mendemonstrasi
kan cara yang
benar
3. Memberi pujian
positif terhadap
klien
6. Menjelaskan cara Klien dapat mengerti cara 1. Menjelaskan cara
berdandan yang berdandan yang benar berdandan yang
21
benar benar
2. Beri kesempatan
klien untuk
bertanya dan
mendemonstrasi
kan cara yang
benar
3. Memberi pujian
positif terhadap
klien
7. Menjelaskan cara Klien dapat mengerti cara 1. Menjelaskan cara
toileting yang benar toileting yang benar toileting yang
benar
2. Beri kesempatan
klien untuk
bertanya dan
mendemonstrasi
kan cara yang
benar
3. Memberi pujian
positif terhadap
klien
8. Mendiskusikan Keluarga dapat mengerti 1. Menjelaskan
masalah yang tentang merawat klien kepada keluarga
dirasakan tentang
pengertian tanda
dan gejala defisit
perawatan diri,
dan jenis defisit
perawatan
keluarga dalam
merawat pasien
diri yang dialami
pasien beserta
proses terjadinya
22
2. Menjelaskan
kepada keluarga
cara – cara
merawat pasien
defisit perawatan
diri
3. Beri kesempatan
keluaraga untuk
bertanya
4. Beri pujian
positif
terhadap
keluarga
2. Menarik Diri TUM: 1) Klien dapat a. Beri kesempatan
Pasien dapat mengungkapkan untuk
berinteraksi dengan perasaannya mengukapkan
orang lain TUK: 2)Klien dapat perasaan nya
1. Mengidentifikasi mengungkapkan b. Bantu klien
penyebab isolasi penyebab isolasi sosial dapat
sosial klien : menarik diri mengukapkan
2. Mengidentifikasi penyebab isolasi
keuntungan 1) Diharapkan klien sosial
berinteraksi dan mampu menyebutkan c. Klien mampu
kerugian tidak keuntungan meyebutkan
berinteraksi berhubungan sosial dan Keuntungan
dengan orang lain kerugian menarik diri berhubungan
- Banyak teman sosial dan
- Tidak kesepian kerugian
- Bisa berdiskusi menarik diri.
- Saling menolong Tanyakan pada
Kerugian menarik diri, klien tentang :
misal: - Manfaat
- Sendiri hubungan sosial
- Kesepian - Kerugian
- Tidak bisa diskusi menarik diri.
23
berkenalan
dengan
kelompok “
selamat pagi
temen 2 “ nama
saya perawat
fajar
c) Beri
reinforcement
positif atas
tindakan klien
yang benar
a. Mendiskusikan 1) Keluarga dapat : a) Bina hubungan
masalah yang - Menjelaskan perasaan saling percaya
dirasakan keluarga nya dengan keluarga
dalam merawat - Menjelaskan cara - Saling berkenalan
klien merawat klien menarik - Jelaskan tujuan
b. Menjelas kan diri - Buat kontrak
pengertian menarik - Mendemonstrasikan - Ekplorasi
diri, tanda dan cara perawatan klien perasaan
gejala serta proses menarik diri keluarga klien
terjadinya - Berpartisipasi dalam b) Motivasi
c. Menjelaskan cara perawatan klien keluarga klien
merawat klien menarik diri untuk
isolasi sosial 1) Keluarga mengerti dan menyetujui dan
menarik diri Menyebutkan kembali mengikuti
pengertian, tanda dan kontrak
gejala, dan proses c) Diskusikan
terjadinya isolasi sosial dengan keluarga
: Menarik diri klien tentang : 18
c. Menjelas kan
cara merawat
klien isolasi
sosial : menarik
diri meyebutkan
25
kembali
pengertian, tanda
dan gejala, dan
proses terjadinya
isolasi sosial :
menarik diri.
- Isolasi sosial :
menarik diri
- Penyebab
isolasi
sosial
- Akibat yang
akan terjadi
jika
isolasi sosial :
menarik diri
tidak di tangani
-
Cara keluarga
menghadapi
isolasi sosial :
menarik diri
d) Dorong anggota
keluarga untuk
mengikuti cara
merawat klien
isolasi sosial :
menarik diri
e) Beri
reinforcement
positif pada
keluarga
26
- Gangguan
pemeliharaan
kesehatan
- Penyebab
gangguan
pemeliharaan
kesehatan
- Akibat yang
akan terjadi jika
gangguan
pemeliharaan
kesehatan tidak
ditangani
4. Dorong anggota
keluarga untuk
mengikuti cara
merawat klien
gangguan
pemeliharaan
kesehatan
5. Beri
reinforcement
positif pada
keluarga
29
30
Sumber:Rusdi,2009
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah : inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai
tujuan yang spesifik, tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan
disusun dan ditujukan pada Nursing Orders untuk membantu klien
mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang
spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor–faktor yang
mempengaruhi masalah kesehatan klien (Iyer et al 2010).
32
5. Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang berkelenjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dilaksanakan terus menerus
pada respon klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
Evaluasi dapat dibagi jadi dua yaitu: Evaluasi proses atau formatif
dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan.
Evaluasi hasil atau sumatif dilakukan dengan membandingkan respon
klien.
Evaluasi dapat dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP,
sebagai pola fikir.
S = respon subyektif klien terhadap tindakan keperawatan yang
telah dilaksanakan.
O = respon obyektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan.
A = analisa ulang atas data subyektif dan obyektif untuk menyimpulkan
apakah masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data yang
kontradiksi dengan masalah yang ada.
P = perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon
klien.
Rencana tindak lanjut dapat berupa :
a. Rencana teruskan, jika masalah tidak berubah.
33
6. Dokumentasi Keperawatan
Adalah kegiatan pendokumentasian keperawatan mencakup rencana
secara sistematis.Semua kegiatan dalam kegiatan kontrak perawat-klien
dalam kurun waktu tertentu, secara jelas, lengkap dan objektif. Hal ini
bertujuan untuk memberi kemudahan dalam memberikan asuhan
keperawatan dan jaminan mutu, disamping pencatatan, kegiatan
pendokumentasian keperawatan juga mencakup penyimpangan atau
pemeliharaan hasil pencatatan dan pendokumentasian pada anggota
sesama tim kesehatan untuk kepentingan pengelolaan klien serta kepada
aparat penegak hukum bila diperlukan untuk pembuktian (Dongoes, 2006).
34
B. Partisipan
1. Partisipan
Partisipan dalam penelitian ini adalah pasien dengan Defisit
perawatan diri yang di rawat di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Kalimantan
Barat, dan memenuhi kriteria inklusi sebagai berikut:
1. Terdiagnosa oleh dokter menderita skizofrenia dengan Defisit
perawatan diri
2. Kondisi pasien dalam keadaan dapat berinteraksi
3. Kesadaran kompos mentis dan kooperatif
E. Prosedur Penelitian
F. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini data yang diteliti berupa data tulisan yang
diperkuat dengan wawancara, observasi dan dokumentasi. Untuk
mendapatkan data dibutuhkan alat bantu berupa format pengkajian. Format
pengkajian berisi item-item yang harus diisi dari apa yang didapatkan
peneliti dalam wawancara tersebut berupa identitas, alasan masuk, faktor
predisposisi, pemeriksaan fisik, psikososial, status mental, kebutuhan
perencanaan pulang, daftar masalah dan diagnosa keperawatan.Namun
item-item ini tidak diperlihatkan pada responden pada saat pelaksanaan
wawancara karena metode yang digunakan adalah interviu bebas.
G. Etik Penelitian
H. Analisa Data
I. Jadwal Penelitian
Bulan
No Kegiatan Desember Januari Februari Maret April
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Perizinan
2 Penyusunan
proposal
3 Seminar proposal
4 Revisi proposal
5 Pelaksanaan
penelitian
6 Pengolahan data,
analisis dan
penyusunan laporan
7 Seminar hasil
8 Revisi
9 Penyelesaian data