Dosen Pengampu: Rudy Lizwaril, Drs., Se., Mm., Ak., Ca., Cpma
Kelompok
Kelas: I
Fakultas Ekonomi
Program Studi Akuntansi S1
Universitas Widyatama
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang hingga saat
ini masih berkenan memberikan kepercayaan-Nya kepada kami semua untuk
menikmati segala karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “ Biaya Modal“.
Adapun makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen
Keuangan lanjutan. Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pemahaman diri penyusun tentang mata kuliah ini. Demi kesempurnaannya,
penyusun mengharapkan saran dan masukan dari berbagai pihak.
Tidak lupa penyusun mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
mendukung hingga terselesaikan makalah ini.
Harapan penyusun semoga makalah ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi
penyusun sendiri dan umumnya bagi siapa saja yang membacanya. Akhirnya kata
5kami ucapkan terimakasih.
1. LATAR BELAKANG
Ada tiga hal yang menjadikan biaya modal sebagai materi pembahasan yang penting:
Selain itu biaya modal merupakan konsep penting dalam analisis investasi karena
dapat menunjukkan tingkat minimum laba investasi yang harus diperoleh dari
investasi tersebut. Jika investasi itu tidak dapat menghasilkan laba investasi sekurang-
kurangnya sebesar biaya yang ditanggung maka investasi itu tidak perlu dilakukan
lebih mudahnya, biaya modal merupakan rata-rata biaya dana yang akan dihimpun
untuk melakukan suatu investasi. Dapat pula diartikan bahwa biaya modal suatu
perusahaan adalah bagian (suku rate" yang harus dikeluarkan perusahaan untuk
memberi kepuasan pada para investornya pada tingkat risiko tertentu.
BAB II
PEMBAHASAN
BIAYA MODAL
(Cost of Capital)
1. Pengertian
a. Cost of bonds
b. Cost of debt
c. Cost of preferred stock
d. Cost of retained earning
e. Cost of new common stock
f. Weigted average cost of capital
Berikut ini adalah tabel mengenai notasi struktur modal perusahaan, komponen biaya
(%), pendanaan yang diminta investor.
Tabel 12.1
Modal perusahaan terdiri dari modal asing dan modal sendiri. Modal asing berasal
dari supplier dan perbankan/kreditur sedangkan modal sendiri berasal dari pemegang
saham maupun laba ditahan/yang tidak dibagikan.
Kebutuhan modal perusahaan bisa diperoleh dari supplier / bank berupa kredit
atau dengan menjual surat berharga berupa obligasi atau saham kepada investor.
Perusahaan berkewajiban memberikan hasil (retrun) baik bagi kreditur maupun bagi
investor. Hasil yang diinginkan oleh kreditor maupun investor itu bagi perusahaan
merupakan biaya, yang disebut biaya modal (cost of capital) seperti : biaya bunga,
biaya emisi surat berharga serta biaya-biaya lain yang berkaitan dengan modal
tersebut.
Dari contoh ini sebenarnya biaya modal dari kredit itu bukan Cuma bunga tapi
ditambah juga dengan provisi dan lain-lain Rp. 100.000.- yaitu (2% x bulan x
Rp.1.000.000) + Rp.20.000.- = Rp.120.000 + Rp.20.000 = Rp. 140.000.- Biaya modal
per bulan = (140.000 : 1.000.000) : 6 = 2,333%.
Sebesarnya inilah biaya modal dari hutang yang dibaya perusahaan secara riil.
Persentasenya > dari biaya bunga yang tercantum di PK. Biaya modal dari laba
ditahan (cost of retained earning) besarnya = tingkat keuntungan yang diinginkan
oleh investor. Asumsinya dila laba ditahan itu diinvestasikan pada perusahaan lain
akan mendatangkan keuntungan yang besar = tingkat keuntungan yang diharapkan
perusahaan dari saham yang ditahamnya (expected rate of return on the stock).
Cost of capital dapat dihitung satu per satu dari masing-masing sumber dana
→ biaya modal individual. Akan tetapi bila perusahaan menggunakan beberapa
sumber modal maka biaya modal yang digunakan adalah biaya modal rata-rata
tertimbang (weighte average cost of capital) dari seluruh modal yang digunakan,
disingkat WACC.
Karena biaya modal digunakan sebagai ukuran untuk menentukan diterima atau
ditolaknya suatu usulan investasi adalah biaya modal menyeluruh (overall cost of
capital) maka sewajarnya kalau seluruh biaya modal dihitung dengan basis setelah
pajak.
kt = kb (1-T)
Pada dasarnya biaya pengguna hutang jangka panjang (cost of debt) yang
berasal dari obligasi (cost of bond) dapat dihitung dengan cara seperti mencari tingkat
pendapatan investasi (yield) dari obligasi.
Contoh :
PT.A mengeluarkan obligasi dengan nilai nominal Rp.25.000 per lembar jatuh
temponya 10 tahun. Hasil penjualan netto yang diterima Rp.24.250,- bunga atau
kupon pertahun 4% pajak 30%. Besarnya biaya modal dapat dihitung dengan 2 cara :
N = umur pinjaman
Contoh :
Perusahaan BATU ANTIK mengeluarakan obligasi berumur 5 tahun, dengan
nilai nominal Rp.800.000,00 per lembar, bungan 25% per tahun. Harga jual
obligasi sebesar Rp.650.000,00 per lembar. Terntukan biaya utang atau
obligasi yang ditanggung perusahaan.
Jawab :
𝐼. 𝑀 + (𝑀 − 𝑃): 𝑛
𝐾 =
(𝑀 + 𝑃) ∶ 2
200.000 + 150.000 ∶ 5
𝐾 =
(800.000 + 650.000) ∶ 2
70.000
𝐾 = = 0,96
725.000
Biaya modal dari utang biasanya dihitung setelah pajak, jika tingkat pajak 35% maka
biaya modal dari utang atau obligasi tersebut sebesar :
Kdb = 6,275%
iMt 𝑀
Kdb =∑ + (1+𝐾𝑑𝑏) – p = 0
(1+Kdb)
𝐷𝑝
Kp = 𝑃𝑛
𝐷𝑝𝑠
Vps = 𝐾𝑝𝑠
Dimana :
Vps = nilai saham preferen
Dps = deviden saham preferen
Kps = tingkat keuntungan yang diisyaratkan pemegang saham preferen
Rumus diatas adalah rumus mencari present value dari suatu perpetuity.
Contoh :
Saham B diprediksi memberikan deviden sebesar Rp100,00 per lembar
setahun mendatang. Calon pembeli saham tersebut mensyaratkan suatu
tingkat keuntungan pada saham sebesar 10% per tahun dan deviden
diperkirakan tidak tumbuh (g=0) atau tetap sebesar Rp100,00. Berapa harga
saham yang bersedia dibayar oleh calon pembeli tersebut? Berapa harga
saham tersebut jika deviden diberikan setiap 3 bulan sebesar Rp100,00 dan
tidak pernah tumbuh (g=0) sedangkan tingkat keuntungan yang diisyaratkan
investor 12% atau 4% per 3 bulan?
𝐷𝑜 (1+𝑔)𝑡
Po =∑∞
𝑖=1 (1+𝐾𝑠)𝑡
Jika g adalah konstan, dan Ks ≥ g, maka persamaan diatas dapat
disederhanakan menjadi:
𝐷𝑜 (1+𝑔) 𝐷1
Po = = 𝐾𝑠−𝑔
𝐾𝑠−𝑔
Dimana :
Po = nilai/harga saham biasa pada t = 0
Do = deviden terakhir yang dibagikan (deviden yang telah berlalu, tidak akan
kita terima jika kita tidak membeli saham sekarang / pada t=0)
g = growth atau tingkat pertumbuhan deviden
Ks = tingkat keuntungan yang diisyaratkan pada saham
Umumnya deviden saham biasa suatu perusahaan tidak konstan tapi berubah
sesuai dengan daur hidup (life cycle) perusahaan tersebut.
Langkah-langkah menghitung nilai saham biasa jika pertumbuhan deviden
tidak konstan:
a) Membuat estimasi pertumbuhan deviden
b) Menghitung present value deviden selama periode dimana deviden
tidak bertumbuh secara konstan
c) Menghitung nilai saham pada akhir periode pertumbuhan tidak
konstan
d) Jumlahkan b dan c untuk mendapat Po.
Contoh :
Deviden saham B diharapkan bertumbuh secara konstan sebesar 30% pada 3 tahun
pertama. Setelah itu deviden akan bertumbuh 10% setiap tahun selamanya. Deviden
terakhir yang dibayarkan adalah $1,82. Berapa harga saham B jika para investor
mensyaratan tingkat keuntungan pada saham tersebut sebesar 16%?
Biaya modal saham preferen adalah biaya rill yang harus dikeluarkan oleh perusahaan
bila perusahaan menggunakan dana dengan menjual saham preferen.
Biaya modal saham preferen = tingkat keuntungan yang diinginkan oleh investor.
Dengan kata lain tingkat keuntungan yang diinginkan investor adalah biaya yang
harus dikeluarkan oleh perusahaan.
Biaya modal saham preferen berupa deviden yang jumlahnya tetap. Oleh karena itu
saham preferen mempunyai sifat hutang dan sifat saham biasa. Sifat hutang karena
mengharuskan kewajiban tetap untuk membayar deviden secara periodik. Sifat saham
biasa karena memrupakan bukti kepemilikan perusahaan. Sifat preferennya sendiri
adalah hak untuk memperoleh pembagian deviden lebih dahulu dan bila perusahaan
likuidasi mempunyai hak didahulukan daripada pemegang saham biasa.
Kp = Dp / Pp
Contoh :
PT. A menjual saham preferen nominal Rp15.000 per lembar. Harga jual Rp18.000.
deviden tiap tahun Rp1.500 biaya penerbitan (floating cost) per lembar Rp150. Biaya
saham preferen (Kp) = 1.500 / (18.000 – 150) = 8%
3.4 Biaya Modal Saham Biasa dan Laba Ditahan
Biaya modal saham biasa dan biaya modal laba di tahan, biasanya disatukan
sebagai biaya modal sendiri atau biaya ekuitas (K e ).
Biaya modal saham biasa adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan
yang memperoleh dana dari menjual saham biasa atau menggunakan laba di tahan.
Laba di tahan adalah laba yang sebenarnya menjadi hak pemegang saham tapi tidak
dibagikan, maka bila perusahaan menggunnakan laba ditahan maka biayanya sama
dengan tingkat keuntungan yang diinginkan investor dengan resiko tertentu bila
investor meng investasikan dananya di perusaan. Berarti sama dengan biaya ekuitas
(K e ).Maka muncul persamaaan :
JAWAB
Biaya hutang setelah pajak 7% (1-0,4) = 4,2%
Jadi WACC :
keterangan Biaya Modal Prop.modal WACC
Σ 100% 10,32%
Biaya modal minimal perlu dijaga agar biaya idak mengalami kenaika,
biaya modal rata-rata yang minimal tercapai pada struktur .modal yang
optimum. Dengan kata lain struktur mdal optimum merupakan struktur modal
dengan baiaya modal rata-rata minimal.
Biasanya perusahaan memperoleh modal demgan melihat atau
mempertahankan susunan/komponen modal yang telah ada dengan menjaga
agar besarnya biaya modal rata-rata tetap sama dengan biaya modal sebelum
ada tambahan modal. Dan perusahaan pun bisa mendapat modal dari laba
ditahan.
Untuk mencari jumah masing-masing komponen setelah ada
tambahan modal tersebut, maka cari dahulu besarnya jumlah dana baru yang
di butukan untuk menjaga struktur modal.
Contoh :
PT. Astra pada tahun 2008 memperoleh laba bersih setelah pajak sebesar Rp.
10.000 dimana sebesar Rp.6000 dibagikan kepada pemegang saham sebagai
dividen, sedangkan sisanya Rp. 4000 ditahan sebagai modal sendiri untuk
diinvestasikan lagi. perusahaan menginginkan agar WACC dipertahankan
10,32% .
Penyelesaian :
Dalam struktur modal proporsi laba di tahan =50% sedangkan tambahan laba
yang ditahan adalah Rp. 4000 dengan demikian jumlah dana baru = Rp. 4000
× 2 = 8000 adalah:
Σ 8000 904.
Biaya modal rata-rata setelah ada tambahan dana, disebut sebagai Marginal
average cost of capital (MACC) adalah :
904/8000 x 100% = 11,3%