Abstrak— Penggunaan energi fosil saat ini masih sangat kondisi yang tidak aman, dimana hal terburuk yang dapat
dominan, dimana energi fosil yang paling efisien adalah gas alam. terjadi adalah dapat menghentikan proses produksi gas alam.
Agar gas alam dapat digunakan dengan baik, maka harus H2S merupakan zat yang berbahaya dan bersifat korosif. CO2
diproses terlebih dahulu pada suatu plant untuk dihilangkan merupakan zat yang sulit untuk dibakar, sehingga keberadaan
kandungan H2S, CO2, dan H2O yang disebut Gas Processing
CO2 pada gas alam dapat menurunkan kualitas bahan bakar.
Facility (GPF). GPF terbagi dua unit yaitu H2S Removal System
dan TEG Dehydration Unit. Adanya material recycle, integrasi
H2O yang terkandung dalam gas juga dapat mengalami
panas serta produksi gas alam yang tidak selalu stabil menjadi kondensasi pada pipa yang dapat menyebabkan erosi dan
permasalahan dalam GPF ini, sehingga pengendalian proses plant korosi. Hal tersebut merupakan hal yang dihindari dalam
yang kompleks dibutuhkan dalam menyelesaikan permasalahan proses industri, sehingga diperlukan suatu plant untuk
ini. Perancangan desain plantwide control (PWC) pada GPF memproses pengolahan gas atau yang biasa dikenal dengan
berhasil menyelesaikan permasalahan tersebut, terbukti dengan Gas Processing Facility (GPF).
adanya analisis dampak dari sisi energi, ekonomi dan dari Proses untuk melakukan pemurnian gas biasa dikenal
kestabilan plant. Metode PWC yang digunakan menurunkan dengan istilah gas puryfication untuk mengolah sour gas
metode milik Luyben dan Skogestad. Hasil perancangan PWC
menjadi sweet gas. Proses ini bertujuan untuk menghilangkan
pada kenaikan feed 5% mampu menurunkan penggunaan energi
sebesar 52.366 kJ perjam dan mampu meningkatkan profit
kandungan H2S dan CO2 pada gas alam. Terdapat beberapa
sebesar 357,36 U$ perhari sedangkan pada penurunan feed cara untuk melakukan pengolahan gas, salah satunya dengan
sebesar 5% mampu menurunkan penggunaan energi sebesar bantuan bahan kimia. Bahan kimia yang paling sering
61.377 kJ perjam dan mampu meningkatkan profit sebesar 467 digunakan adalah alkanolamines. Plant yang digunakan untuk
U$ perhari. Penerapan PWC juga dapat menghasilkan respon menghilangkan kandungan H2S dan CO2 pada gas disebut H2S
sistem yang stabil saat dilakukan uji gangguan dibuktikan Removal System [3]. Plant ini secara umum terdiri dari
dengan settling time dan overshoot yang menurun serta eror contactor dan regenerator. Dimana contactor berfungsi untuk
steady state yang hilang dibandingkan dengan pengendalian PID menghilangkan kandungan H2S dan CO2 pada gas dengan
saja sebelum dilakukan perancangan PWC.
bantuan amine, sedangkan regenerator berfungsi untuk
Kata Kunci : Gas processing, kontrol proses, plantwide control
meregenerasi amine agar dapat digunakan kembali.
Cara yang digunakan untuk melakukan pengeringan gas
antara lain dengan cara absorbsi dan adsorpsi. Metode
I. PENDAHULUAN absorbsi merupakan metode pengeringan gas dengan
menggunakan liquid, sedangkan adsorpsi menggunakan solid.
K ebutuhan energi merupakan salah satu kebutuhan manusia
yang penting untuk menjalankan kehidupan, dimana
kebutuhan energi ini jumlahnya akan terus meningkat
Dalam penerapannya metode absorbsi adalah yang paling
sering digunakan, dimana liquid yang digunakan untuk
seiring berjalannya waktu. Saat ini sumber energi terbesar mengikat gas adalah glycol. Saeid Mokhatab menyebutkan
dalam memenuhi kebutuhan energi diduduki oleh sumber dalam bukunya bahwa triethylene glycol (TEG) merupakan
energi fosil yang menghasilkan minyak dan gas alam. Ditinjau yang paling sering digunakan, yang dikenal dengan TEG
dari penggunaanya, gas alam merupakan yang paling efisien Dehydration Unit [4]. Sistem kerja plant ini hampir sama
dibandingkan minyak atau batu bara [1]. dengan sistem kerja H2S Removal System. Apabila H2S
Gas alam yang berasal dari sumur produksi masih removal system dan TEG dehydration unit digabungkan
mengandung hidrogen sulfida (H2S) karbon dioksida (CO2) menjadi GPF akan menjadi sistem yang begitu kompleks.
dan uap air (H2O). Terdapat batas standar untuk CO2 yaitu Lebih parah dari itu, kekomplekan plant ini disebabkan
sebesar 1 mol% dan H2S adalah sebesar 4ppm [2]. Sedangkan oleh adanya amine dan TEG yang digunakan secara berulang-
batas kandungan air adalah 7 lb/MMscf untuk sistem ulang sehingga menyebabkan kualitas dan kuantitas amine dan
perpipaan US, 4 lb/MMscf untuk sistem perpipaan Kanada, TEG akan menurun seiring berjalannya waktu. Penurunan
serta 1-2 lb/MMscf untuk sistem perpipaan lingkungan Alaska kualitas dan kuantitas pada amine dan TEG tersebut
[1]. Gas yang mengandung kandungan tersebut dapat menyebabkan efek bola salju, dimana efek bola salju ini terjadi
menyebabkan penggumpalan dan penyumbatan pada pipa. karena adanya ketidakseimbangan massa yang kembali pada
Kondisi ini dapat berakibat fatal karena termasuk dalam contactor untuk mengikat komposisi pada gas. Efek bola salju
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 2
(2.5)
III. METODOLOGI
Suatu pemodelan dapat dijalankan apabila jumlah DOF
adalah nol. Apabila DOF bernilai lebih dari nol maka terdapat
lebih banyak variabel yang tidak diketahui daripada persamaan
yang independen. Terdapat banyak penyelesaian untuk kasus
ini, salah satunya dengan melakukan optimasi pada
performansi sistem. Namun apabila jumlah DOF dibawah nol,
maka lebih banyak persamaan independen dibandingkan
jumlah variabel. Pada kasus ini, pemodelan tidak akan dapat
diselesaikan [12].
Dalam mendesain struktur kontrol, analisis DOF dikenal
sebagai control degrees of freedom (CDOF). Pada
pengertiannya, CDOF merupakan jumlah maksimum dari
variabel yang dapat dimanipulasi untuk mendesain struktur
kontrol. Persamaan CDOF yang dikembangkan oleh Konda
adalah sebagai berikut.
(2.6)
dimana :
= jumlah stream yang ada pada proses
= jumlah stream proses yang tidak bisa
dimanipulasi
= jumlah stream proses yang tidak butuh untuk
dikontrol pada prosesnya Gambar 3.1 Diagram Alir Metodologi Penelitian
3.1 Pengumpulan Data Komponen dan Konfigurasi peralatan
2.4 First Order Plus Death Time (FOPDT) pada Gas Processing Facility (GPF) Plant.
Sistem dinamik dari proses industri dapat dimodelkan Tahap mengumpulkan data merupakan data yang langkah
dengan fungsi transfer FOPDT (first order plus death time). yang pertama dilakukan. Data yang diperlukan berupa
FOPDT didapatkan dari melakukan uji open loop . Persamaan dokumen process flow diagram (PFD), piping and
FOPDT sebagai berikut [14]. instrumentation diagram (P&ID) serta datasheet peralatan
seperti contactor, regenerator, pump dan cooler pada setiap
unit yang terdapat pada Gas Processing Facility (GPF) baik
(2.7) pada H2S removal system serta TEG dehydration unit. Data
dimana : tersebut selanjutkan akan digunakan untuk memodelkan plant
K = gain sistem agar dapat mengetahui gambaran proses secara umum
= time constant menggunakan sofware HYSYS.
= dead time
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 4
3.2 Pemodelan Proses Kolom pada Gas Processing Facility 3.4.1. Penentuan Fungsi Objektif
(GPF) Plant Fungsi objektif pada perancangan PWC ini adalah profit
Data megenai H2S removal system dan TEG dehydration yang maksimal yang didapatkan dari penjualan produk yang
unit yang telah didapat dari langkah pertama selanjutnya akan dalam GPF ini adalah penjualan gas yang bebas dari CO2 dan
disimulasikan atau dimodelkan pada software HYSYS. H2O dikurangi dengan biaya operasional yang digunakan pada
Simulasi atau pemodelan ini bertujuan untuk mengetahui reboiler dan pompa pada kedua unit baik pada H2S removal
gambaran proses yang terjadi pada GPF. Pemodelan tersebut system serta TEG dehydration unit. Harga untuk gas bersih
dibuat dengan menggunakan proses kesetimbangan massa dan adalah 2,89 U$/mmbtu. Sedangkan biaya operasional adalah
kesetimbangan energi yang telah ada pada software HYSYS. 0,065 U$/kW. Berikut adalah persamaan fungsi objektif pada
Pemodelan plant ditunjukkan pada gambar 2.1-2.2. perancangan PWC ini.
(3.1)
3.4.6. Lapisan pengendalian supervisory Tabel 4.3 Perbandingan Energi pada H2S Removal System
Pengendali supervisory yang dipilih adalah MPC (Model Energi Energi Total
Predictive Control) yang akan memberikan perubahan set Uji Strategi
Reboiler pompa Energi
point yang optimal pada lapisan pengendali regulatory Gangguan Kontrol
(kJ/h) (kJ/h) (kJ/h)
(PI/PID). MPC sudah tersedia pada HYSYS dengan
menggunakan data pemodelan first order (FOPDT) yang telah Feed naik PID 4725420 246 4725666
divalidasi. Pemasangan MPC diletakkan pada amine 5% PWC 4703340 245.68 4703586
regenerator dan TEG regenator yang merupakan kolom
Feed turun PID 4657180 245 4657425
distilasi. Lapisan pengendalian supervisory sama dengan PWC
milik Skogestad dan pengendalian setiap loop pada PWC milik 5% PWC 4637070 244.78 4637315
Luyben.
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 6
Tabel 4.8 Perbandingan Karakteristik Respon pada FIC 357,36 U$. Pada penurunan umpan sebesar 5%, penambahan
Lean Amine saat Feed Turun 5% profit yang didapat adalah sebesar 19,581 U$ perjamnya.
Karakteristik Respon PID PWC Sehingga dalam satu hari mampu meningkatkan profit sebesar
Maximum Overshoot 5,858% 2,504% 467 U$. Dalam dua kondisi yang telah diuji terbukti bahwa
Eror Steady State 0,01% 0% desain PWC sangat menguntungkan baik dalam penghematan
Settling Time (detik) 3365 3043 energi maupun dalam keuntungan ekonomi yang akan didapat.
Hal ini dapat terjadi karena desain PWC dilengkapi oleh
supervisory control serta optimizer, yang dapat memberikan
set point kepada pengendali PID yang optimal, sehingga bisa
mencapai fungsi objektif yang pada tugas akhir ini adalah
profit yang maksimal.
Pada uji gangguan pada umpan yang diberikan juga
bisa dianalisis dari segi kestabilan respon. Dimana dari uji
kenaikan set point sebesar 5%, pada respon laju aliran lean
amine mampu menurunkan maximum overshoot dari 6,521%
menjadi 2,504%, dan mampu menghilangkan eror steade state,
serta dapat menurunkan settling time dari 161 detik ke 138
detik. Begitu juga pada saat diberi penurunan uji gangguan
sebesar 5%, baik pada pengendalian laju aliran massa lean
amine maupun lean TEG, semuanya terbukti menghasilkan
Gambar 4.4 Perbandingan Respon untuk Struktur
respon yang lebih baik. Tiga hal yang menjadi parameter
kontrol PID dan PWC pada FIC Lean TEG saat Feed respon yang lebih baik adalah menurunnya maksimum
Turun 5% overshoot dan settling time serta hilangnya nilai eror steady
state. Hasil grafik respon pada pengendali laju aliran massa
Tabel 4.9 Perbandingan Karakteristik Respon pada FIC lean amine dan lean TEG juga dikarenakan adanya peran dari
Lean TEG saat Feed Turun 5% pengendali feedforward. Dengan begitu, apabila terjadi
Karakteristik Respon PID PWC gangguan pada umpan, maka dengan cepat pengendali
Maximum Overshoot 7,002% 2,508% feedforward akan memberikan informasi pada pengendali PID.
Eror Steady State 0,01% 0% Sehingga respon yang didapat akan lebih baik.
Settling Time (detik) 5159 4848
V. KESIMPULAN
Dari uji gangguan yang diberikan, maka didapatkan
hasil bahawa karakteristik respon yang dihasilkan oleh struktur Adapun kesimpulan yang didapatkan dari perancangan
pengendali PWC mampu menghilangkan error steady state PWC pada Gas Processing Facility (GPF) adalah sebagai
serta mampu mempercepat settling time. berikut:
1. Penerapan PWC pada Gas Processing Facility (GPF)
4.3 Pembahasan berhasil dilakukan dengan menggabungkan metode PWC
Perancangan desain PWC pada GPF ini telah berhasil milik Luyben dan Skogestad menjadi tujuh langkah.
dilakukan dengan menggabungkan metode PWC milik Luyben 2. Penerapan PWC pada Gas Processing Facility (GPF)
dan Skogestad menjadi tujuh langkah. Perancangan ini
pada kenaikan feed 5% mampu menurunkan penggunaan
berhasil menyelesaikan permasalahan yang terjadi pada GPF
yaitu untuk menjaga kualitas dan kuantitas kesetimbangan energi sebesar 52.366 kJ perjam dan mampu
massa akibat adanya efek bola salju atau material recycle, meningkatkan profit sebesar 357,36 U$ per hari
untuk meminimalis penggunaan energi dengan cara melakukan sedangkan pada penurunan feed sebesar 5% mampu
integrasi panas, serta untuk menjaga kestabilan plant dari menurunkan penggunaan energi sebesar 61.377 kJ
adanya gangguan. Desain PWC yang dihasilkan juga sangat perjam dan mampu meningkatkan profit sebesar 467 U$
menguntungkan dari sisi ekonomi dibandingkan dengan
per hari dibandingkan dengan GPF sebelum
menggunakan pengendali PID saja.
Dari hasil optimisasi yang telah dilakukan, terbukti menggunakan PWC.
bahwa PWC mampu menghemat energi baik pada saat umpan 3. Penerapan PWC pada Gas Processing Facility (GPF)
dinaikkan maupun pada saat diturunkan. Pada saat umpan mampu menghasilkan respon sistem yang stabil ketika
dinaikkan sebesar 5%, desain PWC mampu menghemat energi diberi gangguan berupa perubahan laju aliran umpan. Hal
reboiler pada kedua regenerator sebesar 52.366 kJ perjamnya. ini ditunjukkan dengan penurunan settling time dan
Sedangkan pada saat umpan diturunkan 5%, desain PWC maximum overshoot serta hilangnya error steady-state.
mampu menghemat energi sebesar 61.377 kJ perjamnya.
Dalam sisi ekonomi, pada saat kenaikkan plant 5%, desain
PWC mampu menambah profit sebesar 14,89 U$ perjamnya.
Sehingga dalam satu hari mampu meningkatkan profit sebesar
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 8
DAFTAR PUSTAKA