Haccp Rendang Ayam
Haccp Rendang Ayam
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pangan merupakan kebutuhan dasar bagi kelangsungan hidup manusia, sehingga
setiap orang perlu dijamin dalam memperoleh pangan yang bermutu dan aman.
Penyediaan pangan tidak hanya menyangkut jumlahnya tetapi juga keamanannya. Aspek
keamanan pangan sangat penting karena berkaitan erat dengan kesehatan masyarakat.
Jaminan akan keamanan pangan di Indonesia belum sepenuhnya ada. Hal tersebut terlihat
dari masih adanya kasus keracunan yang disebabkan oleh makanan penggunaan bahan
tambahan makanan berbahaya, maupun peredaran dan pemasaran makanan yang tidak
layak konsumsi.
Penyelenggaraan makanan di Industri Jasa Pangan harus optimal dan sesuai
dengan mutu pelayanan standar kesehatan serta indikasi penyakit pasien.
Penyelenggaraan makanan yang kurang memenuhi syarat kesehatan (tidak saniter dan
higienis) selain memperpanjang proses perawatan, juga dapat menyebabkan timbulnya
infeksi silang (cross infection), yang di antaranya dapat melalui makanan khususnya
makanan dari sumber hewani yaitu ayam.
Terdapat beberapa kasus keracunan yang disebabkan oleh jasa boga terjadi di
Yogyakarta pada tahun 2015 ini. Sekitar 70 orang karyawan pabrik garmen di Sleman pada
tanggal 21 Januari 2015 keracunan seusai menyantap menu makan siang yang disediakan
oleh perusahaan (Sunartono, 2015). Sebanyak 193 orang buruh pabrik rambut palsu di
Bantul pada tanggal 4 Februari 2015 menjadi korban keracunan setelah menyantap
makanan dari katering yang disediakan oleh perusahaan (Sidik, 2015).
Hal tersebut dapat terjadi karena lemahnya pengawasan pemerintah dalam proses
produksi, distribusi, dan pemasaran pangan. Lemahnya pengawasan ini dapat dibuktikan
dengan masih banyaknya pangan yang tidak aman beredar di pasar. Baik itu pangan yang
mengandung zat-zat tambahan yang berbahaya, maupun pangan yang proses
pembuatannya tidak higienis (Widijantoro, 2012).
Pengawasan pangan yang mengandalkan pada uji produk akhir tidak dapat
menjamin keamanan makanan yang beredar di pasaran. Oleh karena itu dikembangkan
suatu sistem jaminan keamanan pangan yang disebut Analisis Bahaya dan Pengendalian
Titik Kritis (Hazard Analysis Critical Control Point /HACCP) adalah teknik yang dianjurkan
untuk penyehatan makanan karena HACCP merupakan pendekatan paling efektif dari segi
2
B. Rumusan Masalah
Apakah rendang ayam yang diproduksi Katering Marwah sudah menerapkan
pengawasan mutu (HACCP)?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menetapkan pengawasan mutu makanan berdasarkan konsep Hazard Analysis Critical
Control Point (HACCP) dari proses penerimaan, penyimpanan, persiapan, pengolahan
dan penyajian rendang ayam di Katering Marwah.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan produk rendang ayam yang ada di Katering Marwah
b. Mengidentifikasi adanya bahaya dalam suatu proses atau produk yang dapat
terjadi pada setiap tahapan proses, mulai dari produksi sampai siap dikonsumsi
pada rendang ayam.
c. Menganalisis potensi bahaya setiap tahapan dalam proses pada rendang ayam
d. Menentuan Titik Kendali Kritis (Critical Control Point/CCP) setiap tahapan di dalam
proses pembuatan pada rendang ayam
e. Menetapkan batas kritis pada rendang ayam
f. Memonitoring efektivitas pengendalian dari CCP rendang ayam
g. Melakukan tindakan koreksi terhadap hasil pemantauan CCP yang tidak dapat
dikendalikan
D. Manfaat
1. Bagi Industri Jasa boga (Katering)
Laporan ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam perbaikan mutu
makanan, sehingga diharapkan bagi pihak instalasi gizi dapat lebih meningkatkan
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Keamanan Pangan
Keamanan pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah
Pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat
mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia serta tidak
4
bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, sehingga aman untuk
dikonsumsi. Pangan yang tidak aman akan menyebabkan penyakit yang disebut
foodborne disease, yaitu segala penyakit yang timbul akibat mengkonsumsi pangan
yang mengandung bahan atau senyawa beracun atau organisme patogen.
Penyebab Ketidakamanan Pangan
Penyebab ketidakamanan pangan adalah (Baliwati, dkk, 2004):
1. Segi gizi, jika kandungan gizinya berlebihan yang dapat menyebabkan berbagai
penyakit degeneratif seperti jantung, kanker, diabetes.
2. Segi kontaminasi, jika pangan terkontaminasi oleh mikroorganisme ataupun
bahan-bahan kimia.
Penyebab pangan tersebut berbahaya karena, makanan tersebut dicemari zat-
zat yang membahayakan kehidupan dan juga karenan di dalam makanan itu sendiri
telah terdapat zat-zat yang membahayakan kesehatan (Azwar, 1995).
B. HACCP
HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) merupakan suatu alat (tools)
yang di gunakan untuk menilai tingkat bahaya, menduga perkiraan resiko dan
menetapkan ukuran yang tepat dalam pengawasan dengan menitikberatkan pada
pencegahan dan pengendalian proses pengujian proses akhir yang biasanya di lakukan
dengan cara pengawasan tradisional. Hazard Analysis adalah analisis bahaya atau
kemungkianan adanya resiko bahaya yang tidak dapat di terima. Bahaya disini adalah
segala macam aspek mata rantai produksi pangan yang tidak dapat diterima karena
merupakan penyebab masalah keamanan pangan.
HACCP adalah suatu sistem manajemen yang memfokuskan perhatian pada
keamanan pangan melalui analisis dan pengendalian bahaya biologis, kimia dan fisik
mulai tahap produksi bahan baku sampai akhir. Untuk keberhasilan penerapan HACCP,
manajemen harus mempunyai komitmen yang kuat terhadap konsep HACCP. Suatu
konsep manajemen puncak yang kuat terhadap HACCP akan menumbuhkan pengertian
karyawan perusahaan tentang pentingnya memproduksi makanan yang aman (Wahono,
2006).
HACCP merupakan suatu pendekatan sistematik untuk menjamin keamanan
makanan, terdiri dari tujuh prinsip, yaitu:
a. Mengidentifikasi bahaya dan penetapan resiko
b. Penetapan CCP (Critical Control Point)
c. Penetapan limit atau batas kritis
d. Pemantauan CCP
e. Tindakan koreksi terhadap penyimpangan
f. Verifikasi
g. Dokumentasi
5
diterima. (Wahono,2006). Menurut Thaher (1995), Critical Control Point, CCP (Titik
Kendali Kritis) dapat berupa bahan mentah, lokasi, praktek, prosedur, atau
pengolahan dimana pengendalian dapat diterapkan untuk mengurangi bahaya.
Langkah pengendalian adalah faktor-faktor tindakan dan aktivitas yang dapat
digunakan untuk mengendalikan suatu bahaya keamanan pangan yang
teridentifikasi. Dalam langkah pengendalian ada tiga macam pengendalian bahaya
antara lain :
a. Pengendalian bahaya biologi, langkah-langkah pengendalian biologi dapat
dikendalikan dengan membatasi, memindahkan, atau merubah kinetika
pertumbuhan mikroba yang diperlukan untuk bertahan hidup, tumbuh dan
berkembang biak.
b. Pengendalian bahaya kimia digunakan sebagai bahan yang digunakan atau
diperoleh melalui proses kimia.
Tabel 4.
Bahaya dan Pencegahan pada Alat
Bahaya Fisik Sumber Pencegahan
Gelas Bahan baku, wadah, fittings, lampu, Gunakan pemasok yang sudah
peralatan laboratorium, alat berkualitas
pengolahan
Logam Bahan baku, alat kantor (paper clips, Gunakan pemasok yang sudah
streples, paku), wadah peralatan berkualitas, melarang adanya
pengolahan, peralatan pembersihan logam di daerah penanganan
makanan, detektor logam
Batu ranting daun Bahan baku (tanaman), lingkungan Gunakan pemasok yang sudah
sekitar pengolahan berkualitas, jaga lingkungan,
pasang kawat saringan serangga
di jendela dan pintu tertutup
Serangan, bangkai Serangga yang mati di ruang produksi Membersihkan ruang produksi
secara periodik
Plastik Lingkungan sekitar pengolahan Pelatihan karyawan tentang
makanan, peralatan yang digunakan, hygiene dan sanitasi yang baik,
menjaga kebersihan lingkungan
Hama Bahan baku, lingkungan sekitar Gunakan pemasok yang sudah
pengolahan makanan, lingkungan berkualitas, pasang kawat
kotor saringan serangga di jendela,
9
3. Batas Kritis
Merupakan batas toleransi yang harus dipenuhi/dicapai yang menjamin
bahwa CCP dapat mengendalikan secara efektif bahaya yang mungkin timbul atau
suatu nilai yang merupakan batas antara keadaan dapat diterima dan tidak dapat
diterima berdasarkan bahaya mikrobiologi, kimia, dan fisik. Batas kritis dapat
ditetapkan berdasarkan pada suatu standar, pedoman tahap proses yang ada,
informasi dari pemasok, hasil penelitian, hasil challenge test, pemodelan matematis,
pendapat pakar atau kelompok pakar (expert judgement), dan sebagainya (Dewanti,
2013). Batas-batas kritis harus ditetapkan secara spesifik dan divalidasi apabila
mungkin untuk setiap CCP. Dalam beberapa kasus lebih dari satu batas kritis akan
diuraikan pada suatu tahapan khusus.
Batas kritis bisa berupa serangkaian faktor seperti suhu, waktu (waktu
minimum paparan), dimensi fisik produk, aktivitas air, kadar air, pH, klorin yang
tersedia, dsb. Batas kritis juga bisa berupa parameter sensoris seperti kenampakan
(deteksi wadah yang rusak) dan tekstur. Satu atau lebih batas kritis bisa disusun
untuk mengendalikan potensi bahaya yang teridentifikasi pada suatu CCP tertentu.
Misalnya: untuk sandwich yang dibungkus dalam film dengan pita berwarna. Warna
berbeda untuk hari yang berbeda dan disimpan pada penyimpanan dingin (+3°C)
sebelum disajikan, titik kritisnya bisa berupa suhu ruang penyimpan dan warna pita.
Sekali batas kritis telah ditentukan, maka batas kritis tersebut akan ditulis pada
dokumen rancana HACCP bersama dengan deskripsi tahapan proses, angka CCP
dan deskripsi potensi bahaya. Batas kritis bisa berhubungan dengan satu atau
beberapa karakteristik; fisik, kimia, mikrobiologis atau dari hasil pengamatan selama
proses.
Batas kritis akan memenuhi peraturan pemerintah, standar perusahaan atau
data ilmiah yang lain. Setelah diketahui titik-titik dimana bahaya yang ada dapat
diatasi. Langkah selanjutnya adalah menentukan batas toleransi yang tidak boleh
dilewati. Misalnya, keberadaan bahaya mikroba patogen di tahap penerimaan
bahan baku akan dapat diatasi pada saat proses sterilisasi. Pada tahap ini
seharusnya suhu lingkungan selalu tetap rendah.
10
4. Monitoring
Pemantauan atau monitoring adalah seperangkat pengamatan terjadwal yang
diimplementasikan pada CCP untuk menjamin bahwa batas kritisnya terpenuhi.
Sistem Pengawasan adalah sistem pengukuran atau pengawasan yang terjadwal
dari suatu CCP relatif dengan batas kritisnya. Dalam rencana HACCP, CL dari
suatu CCP adalah apa yang dipantau dan siapa yang ditugaskan untuk memantau
adalah petugas yang memiliki keterampilan untuk melakukan pemantauan dan juga
ditugaskan di area yang sama dengan tahap proses yang dipantau, kapan atau
seberapa sering pemantauan dilakukan harus didasarkan pada analisis kebutuhan
berdasarkan pengalaman atau statistika (Dewanti, 2013). Pada prinsipnya sistem
pengawasan memiliki sifat sebagai berikut :
a. Mampu mendeteksi seluruh penyimpangan yang terjadi dari upaya
pengendalian.
b. Mampu untuk memberikan informasi penyimpangan tepat pada waktunya agar
dapat dilakukan penyesuaian yang perlu serta tindakan perbaikan bila mana
perlu.
c. Mampu melakukan penyesuaian sebelumterjadi penyimpangan. Penyesuaian
proses harus dapat dibuat ketika proses pengawasan menunjukkan suatu trend
yang mengarah pada hilangnya pengendalian pada titik-titik kritis
d. Mampu menerjemahkan data yang dihasilkan ke dalam dokumentasi tertulis
sehingga dapat dievaluasi oleh orang yang berwenang dan memiliki
pengetahuan serta kekuasan untuk melakukan tindakan perbaikan bilamana
diperlukan.
e. Apabila karena suatu alasan sehingga tidak dapat dilakukan secara terus
menerus, sistem pengawasan harus memiliki jumlah atau frekuensi
pengawasan yang memadai untuk menjamin bahwa CCP masih dibawah
kendali.
f. Semua catatan dan dokumenyang yang berkaitan dengan pengawasan CCP
harus ditandatangani oleh orang yang melakukan pengawasan danoleh
petugas peninjau yangbertanggung jawab dalam perusahaan tersebut.
5. Tindakan Koreksi
Adapun yang dimaksud dengan tindakan perbaikan adalah “Semua tindakan
yang harus diambil ketika hasil pengawasan pada CCP Menunjukkan kegagalan
pengendalian.” Tindakan perbaikan harus dikembangkan untuk masing-masing CCP
agar dapat mengatasi penyimpangan bilamana ada. Tindakan-tindakan ini harus
11
6. Verifikasi
Verifikasi dalam perencanaan HACCP adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan untuk menjamin bahwa rencana HACCP tersebut dapat (Dewanti, 2013):
a. Mengendalikan keamanan pangan secara efektif.
b. Telah disusun sesuai tujuh prinsip HACCP yang ada.
c. Telah di implementasikan sesuai dengan rencana HACCP yang disusun.
Untuk menjamin bahwa rencana HACCP dapat mengendalikan keamanan
pangan, maka dilakukan pengujian produk, kalibrasi alat, dan review terhadap hasil
pemantauan. Sementara itu, untuk menjamin bahwa penyusunan rencana HACCP
dan implementasinya telah sesuai dengan 7 prinsip HACCP, umumnya dilakukan
audit (Dewanti, 2013).
12
BAB III
METODE
B. Tim Pelaksana
Pada proses pelaksanaan HACCP terdapat tim pelaksana dengan pembagian tugas
masing-masing dapat dilihat di tabel 3 sebagai berikut.
Tabel 5. Tim Pelaksana
Anggota Tim Jabatan Nama Peran
Jaminan Mutu Ahli Gizi Erma Fitriana Menjamin mutu rendang ayam dari segi
Syari rasa, aroma, warna dan kesesuaian diet.
Yovi
Perencanaan Ahli Gizi Erma Fitriana Bertanggung jawab atas pengadaan
Syari bahan makanan terkait rendang ayam.
Yovi
Persiapan Tenaga Ibu Ning Bertanggung jawab mempersiapkan
Racik Bapak Budi bahan yang akan dimasak yaitu
membersihkan dan meracik bumbu.
Pengolahan Koki Ibu Pur Bertanggung jawab melakukan
pengolahan bahan hingga menjadi
rendang ayam sesuai dengan standar
porsi dan diet.
Penyajian Koki Ibu Pur Bertanggung jawab dalam menempatkan
makanan sesuai dengan wadah, jenis diet
dan bentuk makanan yang akan
distribusikan ke RSUD Sleman, RSA UGM
dan homecare.
5) Kunyit
6) Jahe
7) Sereh
8) Kayu manis
9) Lengkuas
10) Cengkeh
11) Gula jawa
12) Daun jeruk
13) Kapulaga
14) Tomat
15) Garam
16) Kaldu rasa jamur (totole)
c. Bahan pelengkap: santan kemasan (kara)
2. Alat
Pisau, talenan, baskom plastik, wadah plastik tertutup, blander, wajan dan sotel.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Produk
1. Nama produk
Rendang Ayam
2. Komposisi
Rendang ayam terdiri dari bahan utama seperti ayam dan santan. Bumbu yang
digunakan adalah (sereh, kemiri, jahe, lengkuas, kayu manis, daun salam, daun jeruk,
kapulaga, cengkeh, kunyit, bawang putih, gula jawa, bang merah dan tomat. bawang
putih, lada, garam). Olahan ini ditambahkan dengan kaldu jamur (totole) instan untuk
menambah cita rasa rendang ayam
3. Sifat fisik
Sifat fisik rendang ayam, ayam yang dimasak merupakan bagian dada, ayam
tersebut bertekstur empuk, lunak, berkuah kuning agak kemerahan,aroma harum dan
rasa yang gurih.
14
4. Teknik pengawetan
Produk rendang ayam diolah tanpa menambahkan bahan pengawet, maka
produk tersebut akan tahan dalam waktu kurang dari 1 hari.
5. Kemasan
Produk olahan rendang ayam dimasukkan ke dalam wadah bersih tertutup
hingga diantarkan ke RSA UGM.
6. Masa kadaluarsa
Rendang ayam tidak terdapat masa kadaluarsa.
7. Petunjuk pemakaian
Rendang ayam diperuntukkan bagi pasien khusus untuk diet normal dan diet khusus
yaitu DM, RG, DHDJ.
8. Label khusus
Rendang ayam yang telah selesai diolah, dilakukan pelabelan sesuai dengan jenis diet.
Hasil survey CNN (Cable News Network) pada tahun 2011 tentang World’s 50 Most
Delicious Foods (50 makanan terlezat di dunia) menempatkan rendang pada posisi nomor
satu sebagai makanan terlezat di dunia. Rendang merupakan salah satu makanan khas
dari kebudayaan Minangkabau. Rendang dibuat dari daging sapi (atau dapat juga dari
daging ayam, kerbau dan bebek) yang dimasak dengan santan dan rempah-rempah
selama beberapa jam sampai airnya habis dan daging menyerap bumbu rempah-rempah.
Ada dua jenis rendang yaitu rendang kering dan basah. Rendang kering dapat disimpan
selama 3-4 bulan dan rendang basah, atau biasa disebut kalio memiliki proses pembuatan
mirip dengan pembuatan rendang kering, tetapi hasilnya tidak sekering dan secoklat
rendang karena proses pembuatannya yang lebih singkat. Rendang umumnya dibuat dari
daging sapi yang tinggi kolagen seperti paha atas (round), sehingga harus dimasak pada
suhu yang tidak terlalu tinggi (kurang dari 100 0C) dengan waktu yang cukup lama.
Sedangkan pada pemasakan dengan bahan ayam lama perebusan yang terbaik dengan
suhu 800C yaitu selama 15 menit (Lapase, Oki, 2016).
m. Kapulaga
n. Tomat
o. Garam
p. Kaldu rasa jamur (totole)
2. Prosedur pengolahan rendang ayam
a. Menyiapkan ayam yang sudah di potong sesuai standar porsi
b. Membersihkan dan mencuci ayam dengan air mengalir hingga bersih
c. Meniriskan ayam kedalam wadah yang berlubang kecil-kecil
d. Mencuci semua bumbu kecuali (gula jawa,kapulaga,garam,kayu manis dan
cengkeh) dan dikupas hingga besih
e. Menghaluskan semua bumbu hingga halus menggunakan blender (kecuali gula
jawa,kapulaga,garam,sereh,daun salam,daun jeruk, kayu manis dan cengkeh
f. Menumis bumbu halus hingga harum dan matang.
g. Tambahkan gula jawa, kapulaga, kayu manis,sereh, daun salam,daun jeruk,
cengkeh dan air ke dalam wajan.
h. Mencampur semua bumbu dan bahan hingga rata
i. Tunggu hingga air mendidih dan menjadi kental
j. Memasukan ayam ke dalam wajan yang sudah berisi bumbu-bumbu.
k. Tambahkan tomat yang sudah dihaluskan, aduk ayam, tunggu 45 menit hingga
bumbu meresap kedalam ayam
l. Tambahkan air dan santan ke dalam wajan tersebut.
m. Tunggu hingga santan mendidih dan mengental
n. Rendang ayam siap disajikan untuk diet RG, sedangkan untuk jenis diet lainya
tambahkan sedikit garam dengan memasukan kedalam wadah plastik.
3. Diagram alir pengolahan rendang ayam
Terlampir.
Di Katering Marwah sendiri menu rendang ayam yang dimaksud adalah rendang
ayam basah (kalio) karena pada akhir pemasakanya masih ada sedikit kuahnya (tidak
kering). Rendang ayam yang dimasak di Marwah terdiri dari bumbu-bumbu rendang
pada umumnya namun dengan bahan utama berbeda yaitu ayam dan santan. Bumbu
yang digunakan adalah sereh, kemiri, jahe, lengkuas, kayu manis, daun salam, daun
jeruk, kapulaga, cengkeh, kunyit, bawang putih, gula jawa, bawang merah, tomat,
bawang putih, lada, dan garam. Olahan ini ditambahkan dengan kaldu jamur (totole)
instan untuk menambah cita rasa rendang ayam. Proses pemasakanyapun tidak cukup
lama ±60 menit. Pemasakan dengan waktu yang tidak terlalu lama tersebut dapat
mencegah terjadinya kerusakan protein, dan penurunan kadar air dalam ayam yang
berlebihan. Sifat fisik rendang ayam, ayam yang dimasak merupakan bagian dada,
ayam tersebut bertekstur empuk, lunak, berkuah kuning agak kemerahan, aroma harum
dan rasa yang gurih.
16
7 Serai F Tanah
B Jamur
18
Bersihkan dengan
menggunakan air yang
mengalir
8 Kayu manis F Tanah Pemilihan kayu manis yang
B Jamur segar
Disimpan ditempat yang kering
9 Lengkuas F Tanah Pemilihan lengkuas yang segar
B Jamur Disimpan ditempat yang kering
F Kotoran, debu
2. Potensi Bahaya dan Tindakan Pengendalian pada Alat Pembuatan Rendang Ayam
Tabel 7. Potensi Bahaya dan Tindakan Pengendalian pada
Alat Pembuatan Rendang Ayam
No Alat Bahaya Jenis bahaya Pengendalian
1 Baskom K Sisa kotoran dan minyak Cuci menggunakan sabun
20
Alat yang digunakan dalam proses pembuatan dapat berpotensi menjadi bahaya karena
alat memungkinkan mengandung bahaya bilologi, fisik maupun kimia. Pencucian alat
menggunakan alir mengalir dan sabun Sunlight serta terpisah dengan pencucian bahan.
Perbedaan tempat ini untuk menghindari dari kontaminasi silang.
6 Kunyit + + - - - - VI
7 Serai + + - - - - VI
8 Kayu Manis + + - - - - VI
9 Lengkuas + + - - - - VI
10 Cengkeh + + - - - - VI
11 Gula Jawa + + - - - - VI
12 Daun Jeruk + + - - - - VI
13 Kapulaga + + - - - - VI
14 Merica + + - - - - VI
15 Tomat + + - - - - VI
16 Garam + + - - - - VI
17 Jahe + + - - - - VI
18 Kemiri + + - - - - VI
19 Kaldu jamur + + - - - - VI
20 Rendang Ayam + + - + + + VI
Keterangan:
A = Produk nonsteril untuk konsumen berisiko tinggi
B = Mengandung bahan yang sensitif terhadap bahaya biologis/kimia/fisik
C = Tidak ada tahap untuk mencegah/menghilangkan bahaya
D = Kemungkinan mengalami kontaminasi kembali setelah pengolahan
E = Kemungkinan penanganan yang salah selama distribusi, penjualan, konsumsi
F = Tidak ada cara mencegah/ menghilangkan bahaya oleh konsumen/ pasien
YA
YA
22
b. Santan
YA
YA
Jadi santan merupakan bahan CCP namun setelah mengalami
pengolahan bahan tersebut dapat menghilangkan bahaya sehingga bukan
merupakan bahan CCP.
c. Bawang Merah
Apakah bawang merah mungkin MENGANDUNG/ SENSITIF bahan
berbahaya (mikrobiologis/ kimia/ fisik) ?
YA
YA
23
d. Bawang Putih
YA
YA
e. Daun Salam
YA
YA
24
f. Kunyit
YA
YA
g. Serai
YA
YA
25
h. Kayu Manis
Apakah kayu manis mungkin MENGANDUNG/ SENSITIF bahan
berbahaya (mikrobiologis/ kimia/ fisik) ?
YA
YA
i. Lengkuas
YA
j. Cengkeh
YA
YA
k. Gula Jawa
Apakah gula jawa mungkin MENGANDUNG/ SENSITIF bahan
berbahaya (mikrobiologis/ kimia/ fisik) ?
YA
YA
l. Daun Jeruk
YA
YA
Jadi daun jeruk merupakan bahan CCP namun setelah mengalami
pengolahan bahan tersebut dapat menghilangkan bahaya sehingga bukan
merupakan bahan CCP.
m. Kapulaga
YA
YA
n. Merica
YA
YA
o. Tomat
YA
YA
29
q. Jahe
Apakah jahe mungkin MENGANDUNG/ SENSITIF bahan berbahaya
(mikrobiologis/ kimia/ fisik) ?
YA
YA
r. Kemiri
YA
YA
30
s. Kaldu Jamur
YA
YA
2. Alur Pemrosesan
a. Pengupasan
TIDAK
YA
b. Pencucian YA
1 Bukan CCP
YA YA
Bukan CCP Bukan CCP
32
f. Penirisan 1 h. Pengupasan 2
Tahap ini khusus ditujukan untuk menghilangkan/ Tahap ini khusus ditujukan untuk menghilangkan/
mengurangi bahaya sampai batas aman mengurangi bahaya sampai batas aman
TIDAK TIDAK
Apakah kontaminasi bahaya dapat terjadi/ Apakah kontaminasi bahaya dapat terjadi/
meningkat sampai melebihi batas? meningkat sampai melebihi batas?
YA YA
YA YA
Bukan CCP Bukan CCP
33
j. Pencucian 4
l. Penghalusan 2
Tahap ini khusus ditujukan untuk menghilangkan/
mengurangi bahaya sampai batas aman Tahap ini khusus ditujukan untuk menghilangkan/
mengurangi bahaya sampai batas aman
TIDAK
TIDAK
YA
Tahap ini khusus ditujukan untuk menghilangkan/
mengurangi bahaya sampai batas aman YA
Tahap ini khusus ditujukan untuk menghilangkan/
Apakah tahap proses selanjutnya dapat menghilangkan/
mengurangi
Apakahbahaya
tahap sampai batas amandapat menghilangkan/
proses selanjutnya
mengurangi bahaya sampai batas aman?
mengurangi bahaya sampai batas aman?
TIDAK
TIDAK
YA Bukan CCP
YA Bukan CCP
Apakah kontaminasi bahaya dapat terjadi/
meningkat sampai melebihi batas? Apakah kontaminasi bahaya dapat terjadi/
meningkat sampai melebihi batas?
k. Pencucian 5
m. Pencucian 6
YA
YA
n. Pencucian 7
Apakah tahap proses selanjutnya dapat menghilangkan/
mengurangi bahaya sampai batas aman? Apakah tahap proses selanjutnya dapat menghilangkan/
mengurangi bahaya sampai batas aman?
YA YA
Bukan CCP Bukan CCP
34
o. Pembersihan s. Penumisan
Tahap ini khusus ditujukan untuk menghilangkan/ Tahap ini khusus ditujukan untuk
mengurangi bahaya sampai batas aman
p. Pencucian 8 menghilangkan/ mengurangi bahaya sampai
batas aman
TIDAK TIDAK
Apakah kontaminasi bahaya dapat terjadi/ Apakah kontaminasi bahaya dapat terjadi/
meningkat sampai melebihi batas? meningkat sampai melebihi batas?
TIDAK
YA bahaya dapatBukan
Apakah kontaminasi terjadi/ YA Bukan CCP
CCP
meningkat sampai melebihi batas?
Apakah kontaminasi bahaya dapat terjadi/
meningkat sampai melebihi batas?
q. Penirisan 2
YA t. Perebusan 1
YA
r. Pencucian 8
Apakah tahap proses selanjutnya dapat menghilangkan/
mengurangi bahaya sampai batas aman? Apakah tahap proses selanjutnya dapat menghilangkan/
mengurangi bahaya sampai batas aman?
w. Penyajian 1 diet RG
u. Perebusan 2
Tahap ini khusus ditujukan untuk menghilangkan/
Tahap ini khusus ditujukan untuk menghilangkan/ mengurangi bahaya sampai batas aman
mengurangi bahaya sampai batas aman
TIDAK
TIDAK
Apakah kontaminasi bahaya dapat terjadi/
Apakah kontaminasi bahaya dapat terjadi/ meningkat sampai melebihi batas?
meningkat sampai melebihi batas?
YA
YA
Apakah tahap proses selanjutnya dapat menghilangkan/
Apakah tahap proses selanjutnya dapat menghilangkan/ mengurangi bahaya sampai batas aman?
mengurangi bahaya sampai batas aman?
Tahap ini khusus ditujukan untuk menghilangkan/ Tahap ini khusus ditujukan untuk menghilangkan/
mengurangi bahaya sampai batas aman mengurangi bahaya sampaiTIDAK
batas aman CCP
TIDAK CCP
TIDAK TIDAK
Apakah kontaminasi bahaya dapat terjadi/ Apakah kontaminasi bahaya dapat terjadi/
meningkat sampai melebihi batas? meningkat sampai melebihi batas?
x. Penyajian 2 diet DM
v. Pemisahan sesuai diet
YA YA
TIDAK
YA
TIDAK
YA
TIDAK CCP
z. Distribusi
Tabel 9. Titik Kendali Kritis Bahan dan Proses Pembuatan Rendang Ayam
Kesimpulan
Bahan Mentah Bahaya Potensial P1 P2 P3 P4 P5 P6
(CCP/ CP)
Daging Ayam B, F, K Ya Ya Bukan CCP
Santan B, K Ya Ya Bukan CCP
Bawang Merah B, F Ya Ya Bukan CCP
Bawang Putih B, F Ya Ya Bukan CCP
Daun Salam B, F Ya Ya Bukan CCP
Kunyit B, F Ya Ya Bukan CCP
Serai B, F Ya Ya Bukan CCP
Kayu Manis B, F Ya Ya Bukan CCP
Lengkuas B, F Ya Ya Bukan CCP
Cengkeh B, F Ya Ya Bukan CCP
Gula Jawa B, F Ya Ya Bukan CCP
Daun Jeruk B, F Ya Ya Bukan CCP
Kapulaga B, F Ya Ya Bukan CCP
Merica B, F Ya Ya Bukan CCP
Tomat B, F Ya Ya Bukan CCP
Garam B, F Ya Ya Bukan CCP
Tahap Proses
Pencucian 1 Biologi , Fisik , Kimia Tidak Ya Ya Bukan CCP
Penghalusan Biologi, Fisik, Kimia Tidak Ya Ya Bukan CCP
Pengupasan 1 Biologi, Fisik, Kimia Tidak Ya Ya Bukan CCP
Pencucian 2 Fisik, Kimia Tidak Ya Ya Bukan CCP
Penirisan 1 Biologi, Fisik, Kimia Tidak Ya Ya Bukan CCP
Pencucian 3 Fisik, Kimia Tidak Ya Ya Bukan CCP
Pengupasan 2 Biologi, Fisik, Kimia Tidak Ya Ya Bukan CCP
Pemotongan Fisik, Kimia Tidak Ya Ya Bukan CCP
Pencucian 4 Fisik, Kimia Tidak Ya Ya Bukan CCP
Pencucian 5 Fisik, Kimia Tidak Ya Ya Bukan CCP
Penghalusan 2 Biologi, Fisik, Kimia Tidak Ya Ya Bukan CCP
Pencucian 6 Fisik, Kimia Tidak Ya Ya Bukan CCP
Pencucian 7 Fisik, Kimia Tidak Ya Ya Bukan CCP
Pembersihan Fisik, Kimia Tidak Ya Ya Bukan CCP
Pencucian 8 Fisik, Kimia Tidak Ya Ya Bukan CCP
Penirisan 2 Biologi, Fisik, Kimia Tidak Ya Ya Bukan CCP
Pencucian 8 Fisik, Kimia Tidak Ya Ya Bukan CCP
Penumisan Biologi Tidak Ya Ya Bukan CCP
Perebusan 1 Biologi, Fisik, Kimia Tidak Ya Tidak CCP
Perebusan 2 Biologi, Fisik, Kimia Tidak Ya Tidak CCP
Penyajian 1 diet RG Biologi, Fisik, Kimia Tidak Ya Tidak CCP
Penyajian 2 diet DM Biologi, Fisik, Kimia Tidak Ya Tidak CCP
Penyajian 3 diet normal Biologi, Fisik, Kimia Tidak Ya Tidak CCP
Distribusi Biologi, Fisik, Kimia Tidak Ya Tidak CCP
Keterangan :
P1 = Apakah bahan mentah mengandung bahaya sampai pada tingkat yang berbahaya
P2 = Apakah pengolahan/ penanganan selanjutnya (termasuk cara penggunaan oleh
konsumen) dapat menghilangkan atau mengurangi bahaya sampai pada tingkat yang
aman?
P3 = Apakah formulasi atau komposisi atau struktur produk antara atau produk akhir
penting untuk mencegah meningkatnya bahaya sampai pada tingkat yang tidak dapat
diterima?
P4 = Mungkinkah kontaminasi ulang terjadi? Mungkinkah bahaya akan meningkat?
P5 = Apakah pengolahan atau penanganan (termasuk penggunaan oleh konsumen) dapat
menghilangkan bahaya?
P6 = Apakah tahap proses ditujukan untuk menghilangkan atau mengurangi bahaya sampai
batas aman?
E. Batas Kritis
Batas kritis adalah nilai maksimum dan/atau minimum dari parameter biologi, kimia atau
fisik yang harus dikendalikan pada suatu CCP untuk menghilangkan atau mengurangi
potensi bahaya pada makanan hingga batas yang bisa diterima.Batas kritis pada
pengolahan perkedel tahu kukus dapat dilihat pada tabel 4 sebagai berikut.
Tabel 10. Batas Kritis Pada Pengolahan Rendang Ayam
CCP Potensi Bahaya Batas Kritis
Perebusan 1 Biologi, Fisik, Kimia Tidak ada kotoran yang ikut tercampur
Suhu 800C,15 menit
Perebusan 2 Biologi, Fisik, Kimia Tidak ada kotoran yang ikut tercampur
Suhu 800C, 15 menit
Penyajian1 diet RG Biologi, Fisik, Kimia Wadah yang digunakan tahan panas,
bersih, tidak berbau dan tertutup
Penyajian 2 diet DM Biologi, Fisik, Kimia Wadah yang digunakan tahan panas,
bersih, tidak berbau dan tertutup
Penyajian 3 diet normal Biologi, Fisik, Kimia Wadah yang digunakan tahan panas,
bersih, tidak berbau dan tertutup
Distribusi Biologi, Fisik, Kimia Wadah yang digunakan tahan panas,
bersih, tidak berbau dan tertutup
Berdasarkan tabel 10 menunjukkan bahwa terdapat tahap atau proses yang dimasukkan
ke dalam batas kritis adalah hanya tahapan yang teridentifikasi sebagai CCP. Potensi
bahaya yang ditampilkan adalah bukan potensi bahaya yang secara utuh ada pada bahan
baku, namun hanya potensi bahaya yang dapat dikendalikan oleh suatu CCP.
Proses penetapan batas kritis dilakukan sesuai dengan potensi bahaya yaitu bahaya
biologi, fisik dan kimia. Batas kritis untuk bahaya biologi pada proses perebusan 1 dan
perebusan 2 dilakukan berdasarkan hasil pengamatan dan penelitian yang dilakukan oleh
Lapase, Oki Ankeli (2016) menyatakan bahwa perebusan daging ayam terbaik adalah
dengan suhu 800C selama 15 menit. Lama perebusan menyebabkan terjadinya kerusakan
dan perubahan struktur protein otot terutama pada aktin dan myosin. Namun kerusakan
aktin dan myosin menyebabkan penurunan otot dan meningkatkan keempukan pada
daging ayam (Bouton, dkk, 1972). Batas kritis untuk bahaya fisik pada proses perebusan 1
dan perebusan 2 dilakukan berdasarkan hasil pengamatan yaitu tidak ada kotoran yang
ikut tercampur dalam proses perebusan misalnya kerikil, plastik dll.
Proses penyajian 1, 2 dan 3 penetapan batas kritis untuk biologi, fisik dan kimia
dilakukan berdasarkan hasil pengamatan yaitu wadah yang digunakan dalam penyajian
tahan panas, bersih, tidak berbau dan tertutup yang selalu dipastikan oleh tenaga ahli gizi
mengenakan APD lengkap yaitu celemek, penutup kepala, masker, dan alat kaki khusus.
Kemudian proses distribusi batas kritis untuk biologi, fisik dan kimia dilakukan
berdasarkan hasil pengamatan yaitu wadah yang digunakan dalam penyajian tahan panas,
bersih, tidak berbau dan tertutup yang dilakukan oleh driver dengan mengenakan pakaian
rapi lengkap dengan APD (masker dan penutup kepala).
F. Monitoring
Tabel 11.
Monitoring pada Pengolahan Rendang Ayam
Monitoring
CCP Potensi Bahaya Batas kritis
Apa Bagaimana Frekuensi Siapa
Perebusan 1 Biologi, Fisik, Kimia Tidak ada kotoran yang Suhu dan waktu Monitor suhu, Kontinyu Tenaga
ikut tercampur monitor waktu pengolah
Suhu 800C, 15 menit
Perebusan 2 Biologi, Fisik, Kimia Tidak ada kotoran yang Suhu dan waktu Monitor suhu, Kontinyu Tenaga
ikut tercampur monitor waktu pengolah
Suhu 800C, 15 menit
Penyajian 1 diet Biologi, Fisik, Kimia Wadah yang digunakan Produk sudah matang Kontinyu Tenaga
Pemeriksaan secara
RG tahan panas, bersih, tidak sesuai diet pramusaji
langsung
berbau dan tertutup
Penyajian 2 diet Biologi, Fisik, Kimia Wadah yang digunakan Produk sudah matang Kontinyu Tenaga
Pemeriksaan secara
DM tahan panas, bersih, tidak sesuai diet pramusaji
langsung
berbau dan tertutup
Penyajian 3 diet Biologi, Fisik, Kimia Wadah yang digunakan Produk sudah matang Kontinyu Tenaga
Pemeriksaan secara
normal tahan panas, bersih, tidak sesuai diet pramusaji
langsung
berbau dan tertutup
Distribusi Biologi, Fisik, Kimia Wadah yang digunakan Waktu, sesuai diet dan Monitor waktu dan Kontinyu Driver/
tahan panas, bersih, tidak kondisi tertutup pemeriksaan secara Pramusaji
berbau dan tertutup langsung
Penetapan tindakan monitoring untuk setiap CCP pada proses pembuatan
rendang ayam akan dilakukan oleh tim pelaksana (pekerja) di Katering Marwah. Pada
perebusan 1 dan perebusan 2 dilakukan monitoring suhu dan waktu secara kontinyu
oleh tenaga pengolah. Proses ini dilakukan untuk menghindari rendang ayam tidak
matang atau terjadi overcook (terlalu matang). Namun dalam monitoring suhu tidak
kematangan ayam dengan dilakukan uji organoleptik yaitu tekstur dan rasa pada
rendang ayam.
Pada penyajian 1, 2 dan 3 dilakukan monitoring hasil rendang ayam sudah
matang dan dipisahkan sesuai dengan diet pasien secara kontinyu oleh pramusaji
dengan menggunakan wadah yang bersih dan tertutup untuk menghindari cemaran
terhadap menu rendang ayam. Kemudian distribusi dilakukan monitoring rendang ayam
diantar kepada pasien tepat waktu sesuai jadwal pendistribusian, diantar dengan benar
sesuai jenis diet pasien serta menggunakan wadah bersih dan tertutup oleh pramusaji.
G. Tindakan Koreksi atau Perbaikan
bagaimana, frekuensi dan siapa yang bertanggungjawab dalam proses pembuatan rendang
ayam pada setiap CCP yang ditetapkan. Tindakan perbaikan atau koreksi penting dilakukan
untuk menghindari atau mengurangi bahaya yang akan ditimbulkan pada makanan sebelum
dikonsumsi oleh para pasien dan karyawan. Pada perebusan 1 dan 2 dilakukan tindakan
koreksi terhadap waktu pemasakan dan suhu yang tercapai dalam proses perebusan, namun
untuk koreksi pada suhu perebusan tidak dilakukan karena tenaga pengolah hanya memastikan
dengan tingkat kematangan ayam saja dengan mengamati tekstur rendang ayam. Perbaikan
pada alat dan tempat yang digunakan untuk perebusan juga dilakukan yaitu jika alat dan wadah
kotor akan digantikan dengan mencuci terlebih dahulu sebelum dilakukan perebusan.
Pada penyajiaan 1, 2 dan 3 sesuai diet pasien merupakan proses pemorsian makanan
yang sebelum diantarkan ke rumah sakit. Tindakan koreksi dilakukan pada wadah yang
digunakan bersih dan tidak berbau, jika sebelum dilakukan pemorsian wadah terlihat kotor dan
berbau maka akan diganti atau dicuci kembali dengan air bersih dan sabun yang mengandung
antibacterial. Penyajian 1, 2 dan 3 dilakukan sesuai dengan jenis diet pasien dengan wadah
yang terpisah agar tidak terjadi kesalahan ketika didistribusikan kepada pasien sesuai jenis
menu diet.
Pada distribusi dilakukan tindakan koreksi terhadap wadah tertutup dan alat yang
digunakan dipastikan bersih serta diantarkan dengan mobil tertutup sehingga menghindari
cemaran ketika proses pendistribusian terhadap makanan (rendang ayam). Jika terdapat wadah
terbuka maka akan ditutup dengan baik dan selalu diantarkan dengan mobil tertutup ke rumah
sakit. Jika terjadi kesalahan diet pada pasien maka akan digantikan dengan makanan sesuai
A. Kesimpulan
1. Produk makanan yang di lakukan HACCP adalah rendang ayam yang diperuntukan
untuk pasien diet normal dan pasien diet khusus (RG,DM dan DHDJ). Rendang
ayam merupakan menu ke-9 dalam siklus 10+1 hari yang disajikan kepada pasien
RSA UGM. Bahan yang digunakan untuk mengolah rendang ayam di Katering
Marwah adalah ayam dada tanpa kulit, santan kemasan (Kara), bawang putih,
bawang merah, kemiri, daun salam, kunyit, jahe, sereh, kayu manis, lengkuas,
cengkeh, gula jawa, daun jeruk, kapulaga, tomat, garam dan kaldu rasa jamur
(totole).
2. Analisis porensi bahaya dalam pembuatan rendang ayam termasuk dalam kategori
bahaya tingkat risiko VI atau resiko paling tinggi.
3. Titik kendali kritis rendang ayam ditemukan pada proses perebusan 1, perebusan 2,
penyajian 1 diet RG, penyajian 2 diet DM, penyajian 3 diet normal, dan distribusi.
4. Batas kritis rendang ayam ditemukan pada proses perebusan 1, perebusan 2,
penyajian 1 diet RG, penyajian 2 diet DM, penyajian 3 diet normal, dan distribusi.
5. Tahapan proses yang dimonitoring pada rendang ayam yaitu pada tahap perebusan
1, perebusan 2, penyajian 1 diet RG, penyajian 2 diet DM, penyajian 3 diet normal,
dan distribusi.
6. Tindakan koreksi pada tahap perebusan 1 dan perebusan 2 adalah pemantauan
terhadap suhu dan waktu pemasakan serta tidak ada kotoran tercampur, penyajian
1 diet RG, penyajian 2 diet DM, dan penyajian 3 diet normal adalah wadah yang
kotor digantikan dengan yang bersih atau dicuci kembali, dan pada tahap distribusi
adalah wadah tertutup yang kotor digantikan dengan yang bersih atau dicuci
kembali, diantar dengan mobil tertutup dan jika ada kesalahan jenis diet akan
digantikan sesuai jenis diet pasien.
B. Saran
1. Untuk mengurangi potensi bahaya fisik, sebelum pengolahan dilakukan
penghalusan bumbu dengan blender yang tertutup rapat.
2. Mempertahankan penggunaaan APD lengkap pada saat proses persiapan bahan
makanan, pengolahan makanan dan pemorsian makanan.
3. Meningkatkan pengetahuan dan wawasan tenaga pengolah tentang hyginie sanitasi
makanan dengan pemberian sosialisasi secara berkala terhadap seluruh pegawai
penjamah makanan.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar A, 1995. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan, PT. Mutiara sumber. Widya, Jakarta.
Baliwati, Y. F, Khomsan, A, Dwiriani, M. C. 2004. Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta:
Swadaya.
Dewanti, Ratih. 2013. HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) Pendekatan
Sistematik Pengendalian Keamanan Pangan. PT. Dian Rakyat, Jakarta.
Domiszewski, Z., G. Bienkiewicz, and D. Plust. 2011. Effects Of Different Heat Treatments On
Lipid Quality Of Striped Catfish (Pangasius Hypophthalmus). Acta Sci. Pol. Technol.
Aliment. 10(3):359-373.
Fajri PY dkk.2013.Evaluasi Nilai Biologis Protein Rendang Dan Kalio Khas Sumatera Barat
(Biological Value Evaluation Of Protein In Rendang And Kalio- Traditional Cuisine Of
West Sumatera). Penelitian Gizi dan Makanan, Vol. 36 (2): 113-120
Fayle SE, Gerard JA. 2002. The Maillard reaction. New Zealand: The Royal Society of
Chemistry.
Lapase, Oki.2016. Kualitas Fisik (Daya Ikat Air, Susut Masak, Dan Keempukan) Daging Paha
Ayam Sentul Akibat Lama Perebusan.Skripsi. UNPAD
Muchtadi D.2010 Teknik Evaluasi Nilai Gizi Protein. Bandung: Alfabeta
Sidik, Heri. 2015. Polres Bantul Tangani Kasus Buruh Keracunan Makanan. Diakses dari
http://www.antarayogya.com/berita/329224/polres-bantul-tangani-kasus-buruh-
keracunan-makanan pada tanggal 9 Agustus 2017
SNI 01-4852. 1998. Sistem Analisa Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis (HACCP) serta
Pedoman Penerapannya. Departemen Perindustrian Indonesia, Jakarta. Badan
Standarisasi Indonesia
Thaheer, H. 2005. Sistem Manajemen HACCP (Hazard Analysis Critical Control. Point). Bumi
Aksara. Jakarta.
Tondas Gifsan.2013. Kajian Aplikasi HACCP Pada Proses Produksi Ayam Goring Di Salah Satu
Restoran Di Bogor.skripsi.IPB
Wahono, T. 2006. Sistem Manajemen Mutu dan Keamanan Pangan. Fakultas Teknologi
Pertanian Universitas Brawijaya. Malang.
Widijantoro, J. 2012. Hak Atas Pangan Sehat dan Aman. Diakses dari
http://lembagakonsumen.org/2012/08/hak-atas-pangan-sehat-dan-aman/ pada tanggal 9
Agustus 2017.
Winarno, F.G., Surono. 2004. HACCP dan Penerapannya dalam Industri Pangan. Bogor : M-
Brio Press.
Yilmaz Y, Toledo R. 2005 Antioxidant activity of water soluble Maillard reaction product. Food
Chem. 2005;93:273-278.
Lampiran 1
Diagram Alir Pengolahan Rendang Ayam
Pencucian 5
Pencucian 3 Pencucian 8
Kemiri Penghalusan 2
Gula Jawa
Penumisan
Air mentah
Perebusan 1
Totole
Air mentah
Perebusan 2
Penyajian Santan
1 diet RG Pemisahan sesuai
jenis diet
Pendistribusia Penyajian
n 2 diet DM
DHDJ Garam
Penyajian 3
diet Normal
Lampiran 2
Lampiran 2
Dokumentasi HACCP RENDANG AYAM