Anda di halaman 1dari 19

Referat

Leukorrhea

Disusun Oleh
Maria Rosario Angelina Mella
112017246

Dokter Pembimbing
dr. Rhabbi Chandra Hadiningrat, Sp.OG

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEBIDANAN & KANDUNGAN


PERIODE 01 Oktober 2018 – 08 Desember 2018
RUMAH SAKIT BAYUKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
2018

1
Pendahuluan
Leukorrhea (fluor albus/vaginal discharge/duh tubuh vagina) atau yang lebih dikenal dengan
keputihan merupakan keluhan yang sering menjadi alasan seorang wanita untuk berobat ke dokter.
Leukorrhea bukan penyakit melainkan suatu gejala dan merupakan gejala yang sering dijumpai
dalam ginekologi.
Leukorrhea dapat menyerang wanita mulai dari anak-anak sampai wanita dewasa atau
menopause. Leukorrhea menyebabkan seorang wanita acapkali mengganti pakaian dalamnya atau
menggunkan pembalut, biasanya disertai dengan keluhan lain seperti perasaan gatal, rasa panas
pada alat kelamin maupun nyeri sewaktu bersenggama. Keluhan dapat bervariasi dari ringan
hingga berat, namun banyak penderita yang tidak menghiraukannya. Padahal leukorrhea bisa
merupakan bagian dari perjalanan suatu penyakit yang apabila tidak segera ditangani secara dini
dengan baik akan dapat menyebabkan hal yang serius seperti menyebabkan kehamilan ektopik,
peritonitis, kanker rahim, kematian, ketidaksuburan, keguguran, kematian janin, prematuritas,
lahir dengan berat badan bayi rendah, infeksi kongenital, sehingga dapat menyebabkan kematian
di awal kehidupannya.
Tujuan utama klinikus adalah membedakan leukorrhea fisiologis atau patologis, dengan kriteria
klinik, laboratorium dan mikrobiologi. Ketepatan dalam mendiagnosis penyebab leukorrhea
merupakan kunci utama dalam keberhasilan pengelolaan leukorrhea.

Definisi
Leukorrhea (fluor albus, vaginal discharge, duh tubuh vagina) atau keputihan adalah cairan
bukan darah yang keluar berlebihan dari vagina. Beberapa literatur memberikan batasan, yang
dimaksud dengan leukorrhea adalah keluarnya cairan berlebihan dari liang senggama (vagina),
yang disertai oleh perasaan gatal, nyeri, rasa terbakar di bibir kemaluan atau kerap juga disertai
bau busuk dan rasa nyeri sewaktu berkemih atau senggama.

Lekorrhea dibagi menjadi dua, yaitu :


I. Leukorrhea Fisiologis
Yaitu sekret dari vagina normal yang berwarna jernih atau putih, menjadi kekuningan
bila kontak dengan udara yang disebabkan oleh proses oksidasi. Secara mikroskopik terdiri dari
sel-sel epitel vagina yang terdeskuamasi, cairan transudasi dari dinding vagina, sekresi dari
endoserviks berupa mukus, sekresi dari saluran yang lebih atas dalam jumlah bervariasi serta

2
mengandung berbagai mikroorganisme terutama Lactobacillus doderlein. Memiliki pH < 4,5
yang terjadi karena produksi asam laktat oleh Lactobacillus dari metabolisme glikogen pada sel
epitel vagina.
Leukorrhea fisiologis terdapat pada keadaan sebagai berikut :
1 Bayi baru lahir sampai dengan usia 10 hari, hal ini disebabkan pengaruh estrogen di
plasenta terhadap uterus dan vagina bayi.
2 Premenarche, mulai timbul pengaruh estrogen
3 Saat sebelum dan sesudah haid
4 Saat atau sekitar ovulasi, keadaan sekret dari kelenjar pada serviks uteri menjadi lebih
encer
5 Adanya rangsangan seksual pada wanita dewasa karena pengeluaran transudasi dinding
vagina
6 Pada kehamilan, karena pengaruh peningkatan vaskularisasi dan bendungan di vagina
dan di daerah pelvis
7 Stress emosional
8 Penyakit kronis, penyakit saraf, karena pengeluaran sekret dari kelenjar serviks uteri juga
bertambah
9 Pakaian (celana dalam ketat, pemakaian celana yang jarang ganti, pembalut)
10 Leukorrhea yang disebabkan oleh gangguan kondisi tubuh, seperti keadaan anemia,
kekurangan gizi, kelelahan, kegemukan, dan usia tua > 45 tahun

II. Leukorrhea Patologis


Leukorrhea dikatakan tidak normal jika terjadi peningkatan volume (khususnya
membasahi pakaian), bau yang khas dan perubahan konsistensi atau warna. Penyebab terjadinya
leukorrhea patologis bermacam-macam, dapat disebabkan oleh adanya infeksi (oleh bakteri,
jamur, protozoa, virus) adanya benda asing dalam vagina, gangguan hormonal akibat menopause
dan adanya kanker atau keganasan dari alat kelamin, terutama pada serviks.
Penyebab leukorrhea patologis :
a. Infeksi
Penyebab leukorrhea terbanyak adalah infeksi pada vagina (vaginitis) dan seviks (servisitis).
Ada atau tidaknya bau, gatal dan warna dapat membantu menemukan etiologinya. Sekret
yang disebabkan oeh infeksi biasanya mukopurulen, warnanya bervariasi dari putih

3
kekuningan hingga berwarna kehijauan. Vaginitis paling sering disebabkan oleh Candida
spp., Trichomonas vaginalis, Vaginalis bakterialis. Sedangkan servisitis paling sering
disebabkan oleh Chlamidia trachomatis dan Neisseria gonorrhoeae. Selain itu penyebab
infeksi yang lain adalah infeksi sekunder pada luka, abrasi (termasuk yang disebabkan oleh
benda asing), ataupun terbakar.
b. Non infeksi
Dapat disebabkan oleh :
- Kelainan alat kelamin didapat atau bawaan
Kadang-kadang pada wanita ditemukan cairan dari vagina yang tercampur dengan
urine atau feses. Hal ini dapat terjadi akibat adanya fistel uterovagina, fistel
rektovagina yang disebabkan kelainan kongenital, cedera persalinan, radiasi pada
kanker alat kandungan atau akibat kanker itu sendiri.
- Benda asing
Adanya benda asing seperti kotoran tanah atau biji-bijian pada anak-anak ataupun
tertinggalnya tampon maupun kondom pada wanita dewasa, adanya cincin
pesariumpada wanita yang menderita prolaps uteri serta pemakaian alat kontrasepsi
seperti IUD dapat merangsang pengeluaran sekret secara berlebihan.
- Hormonal
Perubahan hormonal estrogen dan progesteron yang terjadi dapat dikarenakan adanya
perubahan konstitusi dalam tubuh wanitu itu sendiri atau karena pengaruh dari luar
misalnya karena obat/cara kontrasepsi, dapat juga karena penderita sedang dalam
pengobatan hormonal.
- Kanker
Pada kanker terdapat gangguan dari pertumbuhan sel normal yang berlebihan
sehingga mengakibatkan sel bertumbuh sangat cepat secara abnormal dan mudah
rusak, akibatnya terjadi pembusukan dan perdarahan akibat pecahnya pembuluh
darah yang bertambah untuk memberikan makanan dan oksigen pada sel kanker
tersebut. Pada Ca cerviks terjadi pengeluaran cairan yang banyak disertai bau busuk
akibat terjadinya proses pembusukan tadi, dan acapkali disertai adanya darah yang
tidak segar.

4
- Vaginitis atrofi
Usia pra pubertas, masa laktasi, pasca menopause dan beberapa keadan yang
menyebabkan kurangnya estrogen, akan menyebabkan meningkatnya pH vagina.
Naiknya pH akan menyebabkan pertumbuhan bakteri normal dalam vagina menjadi
berkurang, tetapi sebaliknya pH yang meningkat akan memicu pertumbuhan bakteri
patogen di vagina. Kurangnya estrogen akan menyebabkan penipisan mukosa vagina
sehingga mudah terluka dan terinfeksi

DIAGNOSIS
Ketepatan dalam mendiagnosis penyebab leukorrhea merupakan kunci utama dalam
keberhasilan pengobatan, sehingga sangat perlu mengidentifikasi kuman penyebabnya secara
pasti.
I. Anamnesis
Dalam anamnesis harus terungkap apakah lekore ini fisiolgis atau patologis. Selain
disebabkan karena infeksi harus difikirkan juga kemungkinan ada benda asing atau
neoplasma
II. Pemeriksaan klinis
Pada pemeriksaan spekulum harus diperhatikan sifat cairannya seperti kekentalan, warn,
bau serta kemungkinan adanya benda asing, ulkus dan neoplasma (kelompok khusus).
Pemeriksaan dalam dilakukan setelah pengambilan sediaan untuk pemeriksaan
laboratorium
III. Laboratorium
Dibuat sediaan basah NaCl 0,9% fisiologis untuk trikomoniasis, KOH 10% untuk
kandidias, pengecatan gram untuk bakteri penyebab gonore. Pemeriksaan tambahan
dilakukan bila ada kecurigaan keganasan. Kultur dilakukan pada keadaan klinis ke arah
gonore tetapi hasil pemeriksaan gram negatif. Pemeriksaan serologis dilakukan bila
kecurigaan ke arah klamidia.
IV. Pengobatan
Pengobatan terapi jangan semata-mata bertumpu pada hasil-hasil pemeriksaan
laboratorium. Pada pengalaman klinik, ternyata kebanyakan lekore disebabkan oleh
infeksi campuran sehingga harus diberikan terapi kombinasi. Selain terapi untuk pasien
dan pasangannya pada waktu bersamaan harus juga diberikan penyuluhan/ konseling

5
bahwa obat harus dimakan sesuai anjuran dan tidak melakukan hubungan selama
pengobatan dan harus melalukan pemeriksaan ulang sesuai anjuran
V. Pengawasan
Pada kunjungan ulang dilakukan pemeriksaan klinis dan laboratorium untuk menilai
keberhasilan terapi dan menentukan langkah selanjutnya. Bila lekore masih ada,
sedangkan tanda klinis sudah hilang, perlu dipikirkan sebab lain misalnya hormon. Bila
keadaan memburuk dan timbul reinfeksi harus dicari penyebabnya, bila perlu dilakukan
pemeriksaan kultur dan resistensi serta diulangi sesuai protokol.

INFEKSI PADA VAGINA


Pada pemeriksaan sekret vagina pada pasien normal, dapat ditemukan batang gram positif, yaitu
Lactobacillus acidophillus. Bakteri ini dapat mempertahankan ekosistem vagina dengan 3 cara:
a. Memproduksi asam laktat yang mempertahankan pH vagina normal, yaitu 4 (rata-rata 3,8-4,2) ,
sehingga dapat menghambat patogen
b. Memproduksi Hidrogen Peroksida yang toksis terhadap mikroflora anaerob
c. Memiliki mikrovili yang menempel pada reseptor di sel-sel epitel vagina, sehingga menghalangi
penempelan patogen.

Pewarnaan gram pada sekret vagina normal

I. Infeksi Jamur
Kandidiosis vulvovaginal (KV)
Kandidiosis vulvovaginal merupakan infeksi vagina yang disebabkan oleh Candida spp
terutama Candida albicans. Diperkirakan sekitar 50% wanita pernah mengalami kandidiosis

6
vulvovaginitis paling sedikit dua kali dalam hidupnya. Jamur ini hidup dalam suasana asam yang
mengandung glikogen. Keadaan-keadaan yang mendukung timbulnya infeksi adalah kehamilan,
pemakaian pil kontrasepsi, pemakaian kortikosteroid dan pada penderita Diabetes Melitus.

Gambaran Mikroskopis Candida albicans

Gejala klinis Kandidiosis Vulvovaginal (KV)


Ø Duh tubuh vagina disertai gatal pada vula
Ø Disuria eksternal dan dipareunia superfisial
Ø Pada pemeriksaan tampak vulva eritem, edem dan lecet

Vagina dengan Fluor albus


Ø Pada pemeriksaan spekulum tampak duh tubuh vagina dengan jumlah yang bervariasi,
konsistensi dapat cair atau seperti susu pecah

7
Pemeriksaan vagina dengan spekulum

Ø Pada kasus yang lebih berat pemeriksaan inspekulo menimbulkan rasa nyeri pada penderita.
Mukosa vagina dan ektoserviks tampak eritem, serta pada dinding vagina tampak gumpalan
putih seperti keju.
Ø Pemeriksaan pH vagina berkisar 4-4,5

Diagnosis
- Leukorrhea yang bervariasi mulai dari cair sampai kental dan sangat gatal (pruritus vulva)
- Dapat ditemukan rasa nyeri pada vagina, dispareunia, rasa terbakar pada vulva dan iritasi vulva
- Tanda inflamasi : dapat ditemukan eritem (+), edem (+) pada vulva dan labia, lesi diskret
pustulopapular (+), dermatitis vulva
- Laboratorium : pH vagina < 4,5, Whiff test (-). Pada sediaan gram : bentuk ragi (+) dan
pseudohifa (+)
- Mikroskopik : leukosit, sel epitel, 80% pasien dengan gejala terlihat : ragi (yeast) mycelia atau
pseudomycelia
- Saran: kultur jamur untuk menegakkan diagnosis. (kultur merupakan jenis pemeriksaan yang
paling sensitif untuk mendeteksi adanya candida)

Pengobatan
- Klotrimazol 500 mg intravagina dosis tunggal atau
- Klotrimazol 200 mg intravagina selama 3 hari atau
- Nistatin 100.000 unit intravagina selama 14 hari atau
- Fluconazole 150 mg peroral dosis tunggal atau
- Itraconazole 200 mg 2 x 1 tablet selama 1 hari atau
- Imidazole vagina krem, 1 tablet setiap hari selama3-7 hari
Wanita hamil sebaiknya hanya menggunakan penggunaan topikal dengan tablet vagina

8
II. Infeksi Protozoa
Trichomoniasis
Trichomoniasis adalah infeksi traktus urogenitalis yang disebabkan oleh protozoa yaitu T.
vaginalis. Masa inkubasi berkisar antara 5-28 hari. Pada wanita T. vaginalis paling sering
menyebabkan infeksi pada epitel vagina, selain pada uretra, serviks, kelenjar Bartholini dan
kelenjar skene.

Gambaran mikroskopis Trichomoniasis

Trichomoniasis biasanya ditularkan melalui hubungan seksual tanpa menggunakan pelindung


(kondom) dengan seseorang yang mengidap trichomoniasis atau dapat juga ditularkan melalui
perlengkapan mandi (handuk).

Gejala klinis
- Asimtomatis pada sebagian wanita penderita trichomoniasis
- Bila ada keluhan, biasanya berupa cairan vagina yang banyak, sekitar 50% penderita
mengeluh bau yang tidak enak disertai gatal pada vulva dan dispareunia.
- Pada pemeriksaan, sekitar 75% penderita dapat ditemukan kelainan pada vulva dan vagina.
Vulva tampak eritem, lecet dan sembab. Pada pemasangan spekulum terasa nyeri, dan
dinding vagina tampak eritem
- Sekitar 2-5% serviks penderita tampak gambaran khas untuk trichomoniasis, yaitu
berwarna kuning, bergelumbung, biasanya banyak dan berbau tidak enak
- Pemeriksaan pH vagina >4,5

9
Gambaran fluor albus pada Trichomonas vaginalis

Diagnosis
- Jumlah leukorrhea banyak, sering disertai bau yang tidak enak, pruritus vulva, external
dysuria dan iritasi genital sering ada
- Warna sekret : putih, kuning atau purulen
- Konsistensi : homogen, basah, sering frothy atau berbusa (foamy)
- Tanda-tanda inflamasi: eritem pada mukosa vagina dan itrocoitus vagina, kadang-kadang
petechie pad serviks, dermatitis vulva
- Sekitar 2-5% serviks penderita tampak strawberry serviks
- Laboratorium : pH vagina ³ 5,0, whiff test biasanya (+)
- Mikroskopik : dengan pembesaran 400 kali dapat terlihat pergerakan trichomonas.
Bentuknya ovoid, ukuran lebih besar dari sel PMN dan mempunyai flagel. Pada 80-90%
penderita symtomatic leucocyte (+), clue cell dapat (+)

Pengobatan
Ø Metronidazole 2 gram peroral dosis tunggal atau
Ø Metronidazole 2x500 mg peroral selama 7 hari
Ø Pada wanita hamil trimester pertama dapat diberikan pengobatan topikal klotrimazol 100
mg intravagina selama 6 hari
Ø Metronidazole tidak boleh diberikan pada kehamilan trimester pertama namun dapat
diberikan pada trimester kedua dan ketiga

10
Penanganan pada partner Seksual
- Partner tetap atau sumber kontak : pemeriksaan rutin traktus genitourinarius, pengobatan
dengan tablet metronidazole 2 gram peroral dosis tunggal

III. Infeksi Bakteri


Vaginosis Bakterial (VB)
Vaginosis bakterial merupakan sindroma atau kumpulan gejala klinis akibat pergeseran
lactobacilli yang merupakan flora normal vagina yang dominan oleh bakteri lain, seperti
Gardnerella vaginalis, Prevotella spp, Mobilancus spp, Mycoplasma spp dan Bacteroides spp.
Vaginosis bakterial merupakan penyebab vaginitis yang sering ditemukan terutama pada wanita
yang masih aktif secara seksual, namun demikian Vaginosis bakterial tidak ditularkan melalui
hubungan seksual.

Gejala klinis
• Asimtomatik pada sebagian penderita vaginosis bakterialis
• Bila ada keluhan umumnya berupa cariran yang berbau amis seperti ikan terutama setelah
melakukan hubungan seksual
• Pada pemeriksaan didapatkan jumlah duh tubuh vagina tidak banyak, berwarna putih,
keabu-abuan, homogen, cair, dan biasanya melekat pada dinding vagina

Gambaran Fluor albus akibat Vaginosis bakterial

• Pada vulva atau vagina jarang atau tidak ditemukan inflamasi


• Pemeriksaan pH vagina >4,5 , penambahan KOH 10% pada duh tubuh vagina tercium bau
amis (whiff test)

11
• Pada sediaan apus vagina yang diwarnai dengan pewarnaan gram ditemkan sel epitel vagina
yang ditutupi bakteri batang sehingga batas sel menjadi kabur (clue cells)

Diagnosis vaginosis bakterial dapat ditegakkan bila ditemukan tiga dari empat gejala berikut
(Kriteria Amsell) :
1 Cairan vagina homogen, putih keabu-abuan, melekat pada dinding vagina
2 pH vagina > 4,5
3 Whiff test (+)
4 Ditemukan clue cell pada pemeriksaan mikroskopik

Diagnosis
• Keputihan yang berbau tidak enak/bau seperti ikan, terutama setelah berhubungan seksual
• Sekret berlebihan, banyaknya sedang sampai banyak, warna sekret : putih atau abu-abu dan
melekat pada dinding vagina terutama forniks posterior
• Tanda-tanda inflamasi tidak ada
• Laboraorium : whiff test (+), pH ³ 4,5 (biasanya 4,7-5,7)
• Mikroskopik : clue cell (+), jarang lekukosit, banyaknya lactobacilli berlebihan karena
bercampur dengan flora, meliputi coccus gram (+) dan coccobacilli

Pengobatan
• Metronidazole 2 gram, peroral dosis tunggal atau
• Metronidazole 500 mg peroral, 2x1 hari selama 7 hari atau
• Ampisilin 500 mg peroral 4x1 hari selama 7 hari

Pengobatan lain dapat diberikan


Ø Krim klindamisin vagina 2% intravagina selama 7 hari atau
Ø Gel metronidazole 0,75% intravagina sehari 2 kali selama 5 hari
Ø Metronidazole tidak boleh diberikan pada kehamilan trimester pertama

Penanganan pada partner seksual


• Partner tetap atau sumber kontak : pemeriksaan rutin penyakit menular seksual (sexual
transmitted disease)

12
• Biasanya tidak diindikasikan untuk pengobatan

Tabel : Penyebab, Gejala Klinis, Diagnosis Infeksi Vagina


Kandidosis Trichomoniasis Vaginosis Bakterial
Vulvovaginalis
PENYEBAB C.albicans T.vaginalis G.vaginalis
Bakteri anaerob
Mycoplasma
KELUHAN
- bau duh tubuh Bau asam Bau Bau amis
vagina
- lecet pada vulva + + Jarang
- iritasi pada vulva + + Jarang
- dispareunia + + Jarang
GEJALA
- Vulvitis/vaginitis + + Jarang
- Duh tubuh vagina
• Jumlah Sedikit-sedang Banyak Sedang
• Warna Putih Kuning Putih Keabuan
• konsistensi Encer/menggumpal/cheesy Encer/berbusa purulen Encer/berbusa.
plaques Homogen, tipis,
melekat pada dinding
vagina
DIAGNOSIS
- pH vagina £ 4,5 > 4,5 > 4,5
- Whiff test (-) seringkali (+) (+)
- Mikroskopis
• KOH 10% Bentuk ragi/sel tunas
Pseudohifa bentuk ragi
(+)
• Gram Clue cells, PMN
sedikit, lactobacilli
sedikit (-)
NaCl Gerakan Trichomonas
(+)
Banyak sel PMN

13
Tabel : Terapi Infeksi Vagina
Kandidosis Trichomoniasis Vaginosis Bakterial
Vulvovaginalis
TERAPI - Klotrimazol 500 - Metronidazole 2 - Metronidazole 2 gr
mg intravagina, gr peroral, dosis peroral, dosis
dosis tunggal atau tunggal atau tunggal atau
- Klotrimazol 200 - Metronidazole - Metronidazole
mg / intravagina 2x500 mg 2x500 mg peroral, 2
selama 3 hari atau peroral, selama 7 kali selama 2 hari
- Nistatin 100.000 hari atau
unit / intravagina - Ampisilin 500 mg
selama 14 hari atau peroral 4xsehari
- Flukonazole 150 selama 7 hari
mg / peroral dosis - Krim klindamisin
tunggal atau vagina 2%,
- Ketokonazole 200 intravagina selama
mg 2x1 tablet 7 hari atau
selama 5 hari atau - Gel metronidazole
- Itrakonazole 200 0,75% intravagina
mg 2x1 tablet 2xsehari selama 5
selama 1 hari hari

Infeksi pada Serviks


I. Servisitis Gonore
Gonore merupakan suatu infeksi yang disebabkan oleh N. gonnorrheae pada traktus genitalis
dan organ tubuh lainnya seperti konjungtiva, faring, rektum, kulit, persendian, serta organ dalam.
Ditularkan melalui hubungan seksual. Pada wanita, N. gonnorrhoeae pertama kali mengenai
kanalis servikalis. Selain itu dapat mengenai uretra, kelenjar skene, dan kelenjar bartholini. Masa
inkubasi bervariasi, umumnya 10 hari.

14
Gejala klinis :
• Asimtomatik pada lebih dari sebagian penderita gonore
• Bila ada keluhan umunya cairan vagina jumlahnya meningkat, menoragi atau perdarahan
intermenstrual
• Pada penderita yang menunjukan gejala biasanya ditemukan duh tubuh serviks yang
mukopurulen. Serviks tampak eritem, edem, ektopi dan mudah berdarah saat
pengambilan bahan pemeriksaan

Diagnosis:
Ditegakkan berdasarkan pemeriksaan laboratorium yaitu pemeriksaan langsung sediaan
apus endoserviks dengan pengecatan gram akan ditemukan diplokokus gram negatif yang
tampak di dalam sel PMN dan di luar sel PMN

Pengobatan:
• Siprofloksasin 500 mg peroral, dosis tunggal atau
• Ofloksasin 400 mg peroral, dosis tunggal atau
• Tiamfenikol 3,5 gr peroral, dosis tunggal atau
• Seftriakson 250 mg, intramuskuler, dosis tunggal atau
• Spektinomisin 2 gr, intra muskuler, dosis tunggal
• Siprofloksasin, Ofloksasin dan Tiamfenikol tidak boleh diberikan pada wanita hamil atau
sedang menyusui dan anak-anak.

II. Servisitis yang disebabkan Chlamidia trachomatis


Penyakit yang disebabkan oleh Chlamidia trachomatis sebagian besar serupa dengan
gonore. Pada wanita, traktus genitalis yang paling sering terinfeksi oleh C. trachomatis adalah
endoserviks. Pada 60 % penderita biasanya asimtomatik (silent sexually transmitted disease).

15
Gambaran Mikroskopis Chlamidia trachomatis
Gejala klinis
• Bila penderita yang mempunyai keluhan, biasanya tidak khas dan serupa dengan keluhan
servisitis gonore, yaitu adanya duh tubuh vagina
• Pada pemeriksaan inspekulo sekitar 1/3 penderita dijumpai duh tubuh servks yang
mukopurulen, serviks tampak eritem, ektopi dan mudah berdarah pada saat pengambilan
bahan pemeriksaan dari mukosa endoserviks

Gambaran pemeriksaan spekulum pada infeksi Chlamidia trachomatis

Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan laboratorium, yaitu pemeriksaan sitologi,
identifikasi antigen C.trachomatis, PCR dan isolasi C.trachomatis pada biakan sel

Pengobatan
o Doksisiklin 2x200 mg peroral, selama 7 hai atau
o Azitromisisn 1 gr peroral, dosis tunggal atau
o Eritromisin 4x500 mg peroral, selama 7 hari atau
o Tetrasiklin 4x500 mg peroral, selama 7 hari
o Doksisiklin, Tetrasiklin dan Azitromisin tidak boleh diberikan pada wanita hamil atau
sedang menyusui dan anak-anak.

16
Protokol Penanganan Leukorrhea di Bagian Obgyn RSHS/FKUP

LEKORE

ANAMNESIS

PEMERIKSAAN SPEKULUM
DAN PEMERIKSAAN DALAM

ENCER, PUTIH
BERNANAH, KELOMPO
BERBUSA, KENTAL,
SERVIKS K KHUSUS
BERBAU, SUSU BASI, PURULENT PUTIH-ABU
KUNING YOGHURT
KEHIJAUAN
SUSPEK:
SUSPEK: SUSPEK: GONORE
TRIKOMONIAS
KANDIDIASI KLAMIDIA
IS
S SIS
VAGINOSIS

LABORATORIUM: MIKROSKOPIK PREPARAT BASAH


NaCl 0,9%-----KOH-----PENGECATAN GRAM
PEMERIKSAAN TAMBAHAN: TES PAP, BIAKAN, SEROLOGIS

PENGOBATAN: -PASIEN DAN PASANGANNYA


-PENYULUHAN DAN KONSELING

KUNJUNGAN ULANG 7-14 HARI KEMUDIAN

LEKORE MASIH
ADA LEKORE TIDAK ADA
Pikirkan: cara
pengobatan reinfeksi,
sebab lain

17
Kesimpulan
Leukorrhea atau keputihan merupakan cairan bukan darah yang keluar berlebihan dari
vagina. Leukorrhea merupakan suatu gejala yang timbul. Leukorrhea harus dibedakan antara yang
fisiologis atau patologis. Leukorrhea patologis paling banyak disebabkan oleh infeksi, selain itu
juga dapat disebabkan oleh kelainan kongenital, benda asing, menopause, kanker, penyakit
diabetes melitus, kehamilan dan penggunaan obat-obatan (antibiotik, kortikosteroid, Penegakkan
diagnosis harus melalui beberapa tahap. Dalam anamnesis harus terungkap apakah leukorrhea ini
patologis atau fisiologis. Dalam pemeriksaan fisik harus dapat diketehui sifat cairan, kemungkinan
benda asing, ulkus dan neoplasma. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah
pemeriksaan dengan mikroskop, pH, Pap Smear, kultur dan tes resistensi. Pengelolaan leukorrhea
harus tuntas, selain terapi pada penderita pasangan seksual juga harus diperiksa karena penyebab
terbesar infeksi adalah karena hubungan seksual.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. De Charney. Alan H, M.D. 2003. Current Obstetric and Gynaecology Diagnosis and Treatment.
New York : McGraw Hill.
2. Daili, Sjaiful Fahmi, Wresti Indriatmi B. 2003. Penyakit Menular Seksual. Jakarta: Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
3. Hidayat Wijayanegara, Achmad Suardi, Wiryawan Permadi, Tina Dewi Judistiani. 1997. Pedoman
Diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi RSUP Dr.Hasan Sadikin Edisi kedua. Bandung:
Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi FKUP/RSUP Dr.Hasan Sadikin.
4. Medscape General Medicine,1999 in Normal Vaginal Ecosystem Physiology.
www.medscape.com,
5. Medscape General Medicine, 1999 in Practice Guide to Diagnosing and Treating Vaginitis.
www.medscape.com,
6. Natakusumah, Rustama. 1992. Penatalaksanaan Umum Keputihan. Dalam Kumpulan Makalah
Simposium Pengelolaan Keputihan dan Masalah yang terkait.

19

Anda mungkin juga menyukai