Makalah Logam Bukan Besi
Makalah Logam Bukan Besi
Disusun Oleh :
Kelompok lV
Kelas : 2EGC
Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Esa, kiranya pantaslah kami panjatkan
puji syukur atas segala nikmat yang telah diberikan kepada penulis, baik kesempatan maupun
kesehatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Bahan Rekontruksi Kimia dengan
baik. Tidak lupa pula penulis kirimkan salam dan shalawat kepada junjungan kita semua,
Rasulullah SAW, keluarga, dan seluruh sahabatnya.
Makalah Bahan Rekontruksi Kimia yang telah penulis susun ini berjudul Logam
Bukan Besi. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Bahan Rekontruksi Kimia yang telah
diberikan oleh dosen. Banyak pihak yang telah turut membantu dalam pembuatan makalah
ini. Olehnya itu, dengan segala kerendahan hati, penulis ucapan banyak terima kasih. Namun
penulis pun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Saran dan kritik
dari pembaca yang kami harapkan demi perbaikan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat
untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Logam non ferro atau logam bukan besi adalah logam yang tidak mengandung unsur
besi (Fe). Logam non ferro murni kebanyakan tidak digunakan begitu saja tanpa dipadukan
dengan logam lain, karena biasanya sifat – sifatnya belum memenuhi syarat yang diinginkan.
Kecuali logam non ferro murni, platina, emas dan perak tidak dipadukan karena sudah
memiliki sifat yang baik, misalnya ketahanan kimia dan daya hantar listrik yang baik serta
cukup kuat, sehingga dapat digunakan dalam keadaan murni. Tetapi karena harganya mahal,
ketiga jenis logam ini hanya digunakan untuk keperluan khusus. Misalnya dalam teknik
proses dan laboratorium di samping keperluan tertentu seperti perhiasan dan sejenisnya. Ciri
dari logam non besi adalah mempunyai daya tahan terhadap korosi yang tinggi, daya hantar
listrik yang baik dan dapat berubah bentuk secara mudah.
Dalam keadaan murni logam bukan besi ini memiliki sifat yang sangat baik namun
untuk meningkatkan kekuatan umumnya dicampur dengan logam lain sehingga membentuk
paduan. Logam bukan besi ini di bagi dalam dua golongan menurut berat jenisnya, yaitu
logam berat dan logam ringan. Logam berat adalah logam yang mempunyai berat jenis diatas
5 kg/m3. Secara umum dapat dinyatakan bahwa makin berat suatu logam bukan besi maka
makin banyak daya tahan korosinya. Bahan logam bukan besi yang sering dipakai adalah
paduan tembaga, paduan alumunium, paduan magnesium, dan paduan timah.
Tabel 1. Berat Jenis dan Titik Cair dari Logam Bukan Besi
Dari tabel 1, diperlihatkan perbandingan berat jenis berbagai logam bukan besi.
Kebanyakan logam bukan besi tahan terhadap korosi (air atau kelembaban). Secara umum
semakin berat suatu logam bukan besi semakin baik daya tahan korosinya. Pengecualian pada
aluminium, pada permukaan nya terbentuk suatu lapisan oksida yang dapat melindungi logam
aluminium tersebut dari korosi selanjutnya.
Warna asli dari logam bukan besi, yaitu kuning, abu-abu, perak, dan lain sebagainya,
termasuk teknik pewarnaan, seperti: anodisasi pada aluminium, dapat menambah nilai
estetika logam-logam tersebut.
Pada umumnya, logam non-besi mempunyai daya hantar listrik lebih baik
dibandingkan dengan besi, sebagai contoh: tembaga, mempunyai daya hantar listrik 5,3 kali
lebih baik dibandingkan besi, sedangkan aluminium, 3,2 kali lebih baik. Demikian juga hal
nya dengan titik cair, titik cair logam bukan besi berkisar antara 327 0C s/d 1800 0C, namun
untuk penuangan, biasanya suhu nya dinaik kan antara 200 0C s/d 315 0C diatas suhu titik cair
nya. Umumnya logam bukan besi, agak sulit untuk dilas, sedangkan kemampuan terhadap
pengecoran, permesinan dan pembentukan, berbeda-beda, misalnya: ada logam yang dapat
mengalami pembentukan dengan pengerjaan dingin, namun ada pula yang tidak mungkin
untuk dibentuk dalam keadaan dingin.
2.3. Macam-Macam Logam Bukan Besi dan Sifat-Sifatnya
Logam non Ferro ini terdapat dalam berbagai jenis dan masing-masing memiliki sifat
dan karakteristik yang berbeda secara spesifik antara logam yang satu dengan logam yang
lainnya.
Keberagaman sifat dan karakteristik dari logam Non Ferro ini memungkinkan
pemakaian secara luas baik digunakan secara murni atau pun dipadukan antara logam non
ferro bahkan dengan logam Ferro untuk mendapatkan suatu sifat yang baru yang berbeda dari
sifat asalnya. Untuk mengetahui macam-macam logam non ferro dan sifat-sifatnya dapat
disebutkan sebagai berikut:
1. Lead, Timbal, Timah hitam, Plumbum (Pb)
Timah hitam sangat sangat lunak, lembek tetapi ulet, memiliki warna putih
terang yang sangat jelas terlihat pada patahan atau pecahannya. Timah Hitam
memiliki berat jenis (ρ) yang sangat tinggi yaitu =11,3 kg/dm³ dengan titik cair
327ºC, digunakan sebagai isolator anti radiasi Nuclear. Timah hitam diperoleh dari
senyawa Plumbum-Sulphur (PbS) yang disebut “Gelena” dengan kadar yang sangat
kecil.
Proses pemurniannya dilakukan dengan memanaskannya didalam dapur tinggi,
proses pencairan untuk menghilangkan oxides serta unsur lainnya. Selain untuk
pemakaian sebagai isolator radiasi, Timah hitam digunakan juga sebagai bahan
pelapis pada bantalan luncur, bahan timah pateri serta sebagai unsur paduan dengan
baja atau logam Non Ferro lainnya yang menghasilkan logam dengan sifat Free
Cutting atau yang disebut sebagai baja Otomat.
5. Aluminium (Al)
Aluminium ialah logam yang berwarna putih terang dan sangat mengkilap
dengan titik cair 660ºC sangat tahan terhadap pengaruh Atmosphere juga bersifat
electrical dan Thermal Conductor dengan koefisien yang sangat tinggi.
Secara komersial Aluminium memiliki tingkat kemurnian hingga 99,9 % , dan
Aluminium non paduan kekuatan tariknya ialah 60 N/mm2 dan dikembangkan
melalui proses pengerjaan dingin dapat ditingkatkan sesuai dengan kebutuhannya
hingga 140 N/mm2.
Gambar. Aluminium (Al)
Logam bukan besi/non ferro ini ditambang dalam bentuk bijih-bijihan, akan tetapi
tidak dalam keadaan murni melainkan bercampur dengan unsur-unsur lain. pada umumnya
bijih-bijih logam ini terdiri atas logam (0,5-20%) dengan batu-batuan (kapur dan pasir) yang
secara kimiawi terikat dengan oksigen, belerang serta karbon dioksida.
Secara umum pengolahan untuk memperoleh suatu logam non ferro adalah sebagai
berikut:
1. PROSES BIJIH LOGAM
Bijih-bijih logam yang yang diperoleh dari hasil penambangan terlebih dahulu
dipecah menjadi bagian-bagian kecil. Pecahan-pecahan tersebut kemudian digiling halus,
untuk selanjutnya dicampur dengan minyak dan air diaduk hingga antara tepung, minyak
dan air tercampur dengan baik, kemudian ditenangkan. Minyak akan mengikat logam dan
belerang yang akan berada di bagian atas adonan, sedangkan air akan mengikat lumpur
dan kotoran lain yang berada di bagian bawah adonan. Setelah dipisahkan antara yang ada
di bagian bawah dengan bagian atas, campuran lumpur dan air dibuang. Campuran antara
minyak, logam dan belerang tersebut kemudian dipanasi dengan udara panas untuk
menghilangkan belerang hingga diperoleh logam oksid.
4. PROSES KERAMIK
Logam yang bertitik lebur tinggi seperti wolfram dan molibdenium tidak dapat
diproses dengan proses kering maupun basah melainkan dengan proses keramik. Proses
keramik/yang biasa juga disebut proses sinter, terdiri atas pengerjaan sebagai berikut:
a. serbuk logam karbida diberi pengerjaan pendahuluan, yaitu digiling,
dicampur, ditamah dengan lilin dan dijadikan butiran-butiran.
b. serbuk yang telah diberi pengerjaan pendahuluan ini dipadatkan.
c. bentuk yang telah padat tersebut diberi pengerjaan sinter pendahuluan pada
suhu ± 700°C
d. bentuk padat yang telah diberi pengerjaan sinter pendahuluan tersebut
dipadatkan lagi dengan tekanan tinggi (60 N/cm2)
e. kemudian bentuk padat tersebut di sinter lagi pada suhy 1400°C
f. selanjutnya hasil sinter yang kedua tersebut dicloning untuk menghilangkan
distorsi bentuk yang kecil dan menjaga komponen agar dalam toleransi yang
dikehendaki.
5. PROSES PELEBURAN
Logam bukan besi tidak ditemukan sebagai logam murni dialam bebas, biasanya
masih terikat sebagai oksida dengan berbagai macam kotoran – kotoran yang membentuk
bijih – bijih. Ada beberapa tahapan untuk mengolah bijih logam bukan besi,yakni:
- Tahap penghalusan mineral
- Tahap pencucian
- Tahap pemisahan antara logam dengan kotoran
- Tahap peleburan
Kadang – kadang, tahap proses peleburan menjadi lebih sulit, misalnya karena
bijih tembaga, timah hitam dan seng, hanya didapat di suatu daerah tertentu saja, atau
bahkan di suatu daerah dijumpai campuran dari 21 jenis bijih logam bukan besi.
Dapur Peleburan
Pada mulanya, Tanur Tinggi dengan kapasitas kecil, digunakan untuk melebur
tembaga, timah dan beberapa unsur lainnya. Didalam tanur bahan baku dicampur dengan
kokas, kemudian ditiupkan udara untuk mempercepat proses pembakaran. Karena tiupan
udaranya cukup cepat (kencang), maka ukuran kokas, maupun bijih tidak boleh lebih
kecil dari 1 cm. Saat proses peleburan berlangsung, ditambahkan fluks untuk
memperoleh logam yang lebih murni, sekaligus untuk mengurangi kekentalan
(viskositas) terak cair.
Dapur – dapur yang umum digunakan untuk melebur logam bukan besi, biasanya
dari jenis reverberasi. Penambahan fluks (pembentuk terak), bertujuan untuk mengurangi
oksidasi, dimana biasanya dapur dilengkapi oleh alat tadah uap maupun tadah debu.
Biasanya, disamping menggunakan dapur peleburan, digunakan juga dapur pemanggang
untuk mengoksidasi bijih dari mineral sulfida, gas oksidasi dihembuskan melalui kisi dan
mengenai bijih, sedangkan dapur pemanggang digunakan untuk memurnikan tembaga
dan seng.
a. Induksi
b. Krusibel
Fe2O3 tidak larut dalam basa yang dihasilkan, sehingga bisa dipisahkan melalui
penyaringan. SiO2 larut dalam bentuk silikat Si(OH)62-. Ketika cairan yang dihasilkan
didinginkan, terjadi endapan Al(OH)3, sedangkan silikat masih larut dalam cairan
tersebut. Al(OH)3 yang dihasilkan kemudian dipanaskan
Limbah sisa-sisa logam aluminium yang berasal dari industri peralatan rumah
tangga dan elektronik dapat dimanfaatkan menjadi bahan yang lebih bernilai, salah
satu diantaranya menjadi flokulan Poli Aluminium Klorida (PAC = Poly Aluminium
Chloride). PAC dapat digunakan pada proses penjernihan air sungai menjadi air
minum. Pengguna flokulan jenis PAC ini diantaranya adalah PDAM Surabaya sebagai
pengolah air sungai menjadi air minum, tetapi karena memiliki kendala pada harganya
yang lebih mahal dari tawas, maka saat ini digunakan tawas sebagai bahan penjernih
air.
c. Pembuatan tambaga
Chalcopirit adalah bijih tembaga, merupakan campuran antara dan yang di
peroleh dari hasil tambang di bawah permukaan tanah. Gambar berikut adalah proses
mebuat nya. Alur proses yang ditunjukkan pada gambar diatas adalah dimulai dari
bijih chalcopirit, digiling dan dicampur dengan batu kapur serta bahan fluks silika.
Setelah tepung bijih dipekatkan, lalu dipanggang, sehingga terbentuk campuran, dan,
campuran inilah yang disebut: “Kalsin”. Kalsin kemudian di lebur dengan batu kapur
sebagai fluks nya di dalam Dapur Reverberatory, tujuan nya untuk melarutkan besi
(Fe) di dalam terak, sisanya adalah Tembaga-Besi yang disebut “matte” di tuangkan
kedalam konverter.
Dengan menghembuskan udara kedalam konverter untuk selama 4 s/d 5 jam,
maka kotoran-kotoran teroksida dan besi akan membetuk terak yang pada saat-saat
tertentu, dikeluarkan dari konverter.
Karena panas oksidasi cukup tinggi, maka muatan akan tetap cair yang akhir
nya dapat merubah sulfida-tembaga menjadi oksida-tembaga atau yang dikenal
dengan nama: sulfat. Bila kemudian aliran udara dihentikan, maka oksida kupro akan
bereaksi dengan sulfida kupro yang akan membentuk tembaga blister dan dioksida
belerang. Tembaga blister dengan tingkat kemurnian antara 98 % s/d 99 % ini
kemudian dicor menjadi slab untuk kemudian di olah secara elektolitik menjadi
tembaga murni.
Bila diperlukan pengendalian suhu yang lebih akurat, maka dapat menggunakan
beberapa jenis dapur, antara lain: dapur tahanan listrik, busur tak langsung atau dapur
induksi.
Dengan menggunakan dapur listrik, biasanya sangat sesuai untuk tujuan penelitian
ataupun untuk suatu instalasi yang berkapasitas relatif tidak besar.
Paduan tembaga yang banyak digunakan atau pemakaian nya adalah: kuningan dan
perunggu. Kuningan adalah merupakan paduan antara tembaga danseng dengan kadar seng
nya bervariasi anatara 10 % sampai dengan 40 %. Sifat-sifat mekanik paduan, seperti:
kekuatan, kekerasan dan ke uletan, akan meningkat se iring dengan meningkatnya persentase
seng, namun bila kadar seng nya melebihi 40 %, maka umum nya akan terjadi penurunan
kekuatan, dan pada saat peleburan, seng akan sangat mudah menguap.
Dengan menambah unsur timah sebanyak 0,5 % sampai dengan 5 %, maka akan
menjadikan paduan lebih mampu untuk di mesin (machinability yang baik).
Kuningan sebagai bahan hasil paduan tembaga dan seng, banyak sekali dugunakan di
industri, sebab selain kuat, penampilan nya bagus, daya tahan terhadap korosi sangat tinggi
serta bila diperlukan, relatif mudah untuk di rol, di tuang dan bahkan di ekstrusi.
Perunggu adalah paduan antara tembaga dengan unsur-unsur lain nya, seperti: timah
putih, mangan dan beberapa elemen-elemen lain nya sebagai unsur-unsur tambahan. Unsur-
unsur tambahan ini, dapat meningkatkan kekerasan, kekuatan dan daya tahan terhadap korosi
dari perunggu.
Tembaga, sering digunakan sebagai salah satu unsur dasar paduan, sebab bila
tembaga diatas 8%, dapat menambah kekuatan dan kekerasan bahan.
Paduan aluminium yang mengandung unsur silikon, akan memiliki sifat cor yang baik
sekali, sekaligus menambah daya tahan terhadap korosi yang lebih baik.
Magnesium sebagai unsur paduan dasar, akan meningkatkan sifat mampu mesin yang
lebih baik, hasil pengecoran yang lebih halus dan juga dapat meningkatkan daya tahan
terhadap korosi. Keistimewaan yang lain dari magnesium ini adalah: massa jenis nya yang
rendah (kurang lebih dua per tiga massa jenis aluminium atau seper empat dari massa jenis
logam ferrous).
Mangan, bila digunakan dalam jumlah yang kecil, akan meningkatkan ketahanan
logam ferrous terhadap air garam.
Bahan yang menggunakan magnesium sebagai paduan nya, banyak diguakan untuk membuat
peralatan-peralatan portabel, di industri-industri pesawat terbang dan konstruksi-konstruksi
lain yang mengutamakan material ringan (teknologi ruang angkasa).
Cara pengecoran hampir sama dengan logam besi, dengan sedikit perbedaan:
a. Cetakan umumnya dibuat dengan cara dan alat yang sama dengan logam besi,
b. Pasir cetak harus lebih halus, karena benda cetak umumnya lebih kecil dan
biasanya diinginkan permukaan yang rata;
c. Pasir tidak perlu tahan panas yang tinggi karena suhu pengecoran lebih rendah;
d. Perpaduan dilakukan dengan menambahkan unsur-unsur tertentu dengan tepat
pada logam dasar.
1. Kuningan (brass)
Kuningan adalah merupakan paduan antara tembaga dan seng dengan kadar
seng nya bervariasi anatara 10 % sampai dengan 40 %. Sifat-sifat mekanik
paduan, seperti: kekuatan, kekerasan dan ke uletan, akan meningkat se iring
dengan meningkatnya persentase seng, namun bila kadar seng nya melebihi 40 %,
maka umum nya akan terjadi penurunan kekuatan, dan pada saat peleburan, seng
akan sangat mudah menguap.
Dengan menambah unsur timah sebanyak 0,5 % sampai dengan 5 %, maka
akan menjadikan paduan lebih mampu untuk di mesin (machinability yang baik).
Kuningan sebagai bahan hasil paduan tembaga dan seng, banyak sekali
dugunakan di industri, sebab selain kuat, penampilan nya bagus, daya tahan
terhadap korosi sangat tinggi serta bila diperlukan, relatif mudah untuk di rol, di
tuang dan bahkan di ekstrusi.
2. Perunggu (bronze)
Perunggu adalah paduan antara tembaga dengan unsur-unsur lain nya,
seperti: timah putih, mangan dan beberapa elemen-elemen lain nya sebagai unsur-
unsur tambahan. Unsur-unsur tambahan ini, dapat meningkatkan kekerasan,
kekuatan dan daya tahan terhadap korosi dari perunggu.
3. Brons Alumunium
Brons alumunium ini adalah paduan dari tembaga dan alumunium dengan
tambahan nikel dan mangan. Kandungan alumunium 8-15,5%, nikel kurang dari
6,5% mangan kurang dari 3,5% dan sisanya adalah tembaga. Untuk diagram fasa
dan paduannya dapat dilihat pada gambar 2.1 kesetimbangan fasa tembaga
dimana pada diagram ini dapat dilihat temperature terbentuknya fasa cairan, fasa
α dan fasa β pada logam tembaga serta mengetahui temperatur cair dari kadar
komposisi tembaga dengan kadar 100% Cu atau tembaga murni adalah 1084°C.
Paduan aluminum yang tak dapat di heat treatment yaitu Al – Mn (1,3% Mn) dan
Al – Mg Mn (2,5% Mg dan 0,3% Mn), memiliki kekuatan mekanik yang tinggi, ductil,
tahan korosi dan dapat dilas. Paduan aluminium tuang merupakan paduan yang komplek
dari aluminium dengan tembaga, nikel, besi, silikon dan unsur lain.
Duraluminium (dural) adalah paduan Al – Cu – Mg, dimana Mg dapat
ditambahkan (meningkatkan kekuatan, dan ketahanan korosi) dan begitu juga dengan
penambahan Si & Fe.Komposisi ducal : 2,2-5,2% Cu, diatas 1,75 % Mg, di atas 1%
Si,diatas 1% Fe, dan diatas 1% Mn. Paduan aluminium yang terdiri dari 8-14% Si disebut
silumin. Paduan aluminium dengan (10 – 13% Si & 0,8% Cu) dan (8 -10% Si, 0,3% Mg &
0,5% Mn)mempunyai sifat-sifat dapat dituang dengan baik dan tahan korosi serta ductile.
Logam aluminium mempunyai beberapa sifat yang penting sehingga dipilih dalam
kelompok logam konstruksi, antara lain adalah sifat ringan tahan korosi, penghantaran
listrik dan panas yang sangat baik. Karena berat jenisnya ringan (2,8 gr/cm3) walaupun
kekuatannya termasuk rendah tetapi strength to weight ratio-nya masih lebih tinggi
daripada logam baia, oleh karena itu dipilih untuk suatu konstruksi yang memerlukan
persyaratan harus ringan misalnya alat-alat transportasi, pesawat terbang dan sebagainya.
Sifat tahan korosi pada aluminium diperoleh karena terbentuknya lapisan oksida
aluminium pada permukaan aluminium, dimana lapisan oksida ini melekat pada
permukaan dengan kuat dan rapat serta sangat stabil (tidak bereaksi dengan kondisi
lingkungannya misalnya asam/basa) sehingga melindungi bagian dalam. Tetapi, oksida
aluminium (A12O3) ini. juga disamping menyebabkan tahan korosi menyebabkan logam
aluminium menjadi sukar dilas (welding) dan disolder.
Beberapa jenis logam aluminium dan paduannya yang penting, antara lain :
Paduan magnesium (Mg) merupakan logam yang paling ringan dalam hal berat
jenisnya. Magnesium mempunyai sifat yang cukup baik seperti alumunium, hanya saja
tidak tahan terhadap korosi. Magnesium tidak dapat dipakai pada suhu diatas 150°C
karena kekuatannya akan berkurang dengan naiknya suhu. Sedangkan pada suhu rendah
kekuatan magnesium tetap tinggi.
Magnesium dan paduannya lebih mahal daripada alumunium atau baja dan hanya
digunakan untuk industry pesawat terbang, alat potert, teropong, suku cadang mesin dan
untuk peralatan mesin yang berputar dengan cepat dimana diperlukan nilai inersia yang
rendah. Logam magnesium ini mempunyai temperature 650°C yang perubahan fasanya
dapat dilihat pada gambar 2.2.
Logam nikel adalah suatu logam yang berwarna putih perak, mempunyai berat
jenis 8,90 dengan titik leleh 1455°C dan titik lebur (boiling point) 2730°C, termasuk nilai
ekonomisnya mahal kira-kira 3 kali lipat nilai ekonomis (harga) logam tembaga.
Memiliki sifat fisis-nekanis yang baik sekali, yaitu tahan korosi, tahan oksidasi,
tahan pada temperatur tinggi, dapat membentuk larutan padat yang ulet, kuat dan tahan
korosi dengan banyak logam-logam lainnya.
Contoh paduan nickel yang banyak dipakai, yaitu :
1. Monel, adalah paduan nickel (Ni = 67%) dengan logam tembaga (Cu = 28%) dan
element logam lain ferro, Mn, dan Si.
2. Paduan Nickel-Chrow-Ferro (Nichrom)
3. Paduan Hastelloy, adalah paduan nickel dengan berbagai logam lain, seperti
komposisi : Ni-Cr-Mo-Fe (Hastelloy C dan X)
f. Logam Babbit (Babbit Metal)
Logam Babbit adalah logam paduan empat element logam (quarternary alloy atau
ternary alloys) dari element-element Timah putih (Tin, Sn), Timah hitam (lead, Pb),
Antimony (Stibium, Sb), dan Tembaga (Copper, Cu), Logam paduan ini ditemukan oleh
ISAAC BABBIT di USA (pada tahun 1839).
Logam Babbit dipakai untuk bahan bearing (bearing metal). Bearing (bantalan)
adalah bagian mesin yang berfungsi meneruskan/memindahkan beban antara dua
permukaan yang saling bergesekan. Sedangkan bantalan (bearing), yaitu bantalan luncur
(sliding contact bearing) dan bantalan gelinding (rolling contact bearing). Pada umumnya
logam babbit dipakai untuk bantalan luncur.
3.1. Kesimpulan
Logam non ferro atau logam bukan besi adalah logam yang tidak mengandung unsur
besi (Fe). Logam non ferro murni kebanyakan tidak digunakan begitu saja tanpa dipadukan
dengan logam lain, karena biasanya sifat-sifatnya belum memenuhi syarat yang diinginkan.
Logam bukan besi tidak ditemukan sebagai logam murni di alam bebas. Biasanya
terikat sebagai oksida dengan kotoran-kotoran membentuk bijih-bijih. Pengolahan bijih
logam bukan besi mengikuti beberapa tahap, yaitu tahap penghalusan mineral, tahap
pencucian, tahap pemisahan antara logam dan kotoran, dan tahap peleburan.
Kebanyakan logam bukan besi tahan terhadap korosi (air atau kelembaban).
Magnesium tahan terhadap korosi dalam lingkungan udara biasa akan tetapi dalam air laut
ketahanan korosinya dibawah baja biasa. Secara umum dapat dikatakan, bahwa makin berat
suatu logam bukan besi, maka makin baik daya tahan nya terhadap korosi dan salah satu sifat
atau ciri khas logam bukan besi adalah: berat jenis nya.
3.2. Saran
Dengan terselesainya makalah yang berjudul “Logam Non Ferro (logam bukan besi)“
ini, penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya.
Penulis sangat berharap kepada para pembaca setelah membaca makalah ini, dapat
meningkatkan potensi pembaca dalam penggunaan logam non ferro baik di dalam kehidupan
sehari-hari maupun di bidang industri secara lebih efektif dan efisien.sehingga dapat
memperoleh keuntungan yang maksimal. Mengingat begitu banyaknya unsur-unsur yang
terkandung di dalam bumi kita ini.
Jika ada penjelasan yang sulit dimengerti dan terdapat kesalahan kata-kata, kami
mohon maaf, dan kami harapkan saran dan tanggapan yang positif untuk lebih memehami
tantang pembahasan kita dalam perkuliahan ini.
Atas perhatian anda sekalian kami ucapkan banyak terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA