Anda di halaman 1dari 22

Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan

Pengaruh Kadar Enzim Terhadap Kecepatan Reaksi Pengubahan


Amilum

Oleh
Devi Nur Melati Fitriasari 17030204056

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2019
A. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh kadar enzim terhadap kecepatan reaksi pengubahan
amilum menjadi glukosa ?

B. Tujuan Percobaan
1. Untuk mengamati pengaruh kadar enzim terhadap kecepatan reaksi
pengubahan amilum menjadi glukosa.

C. Hipotesis
H1 : Terdapat pengaruh kadar enzim terhadap kecepatan reaksi
pengubahan amilum menjadi glukosa.
H0 : Tidak terdapat pengaruhkadar enzim terhadap kecepatan reaksi
pengubahan amilum menjadi glukosa.

D. Kajian Pustaka
Pengertian Enzim
Satu karakteristik dari organism hidup adalah berlangsungnya
secara teratur sejumlah reaksi kimia pada setiap sel. Walaupun terjadi
banyak reaksi yang berbeda pada setiap waktu tertentu namun tidak pernah
terjadi kekacauan, senyawa yang mengontrol metabolisme tersebut adalah
enzim.
Enzim adalah protein yang mempunyai aktivitas katalis. Reaksi – reaksi
kimia yang terjadi dalam sel hidup secara keseluruhan disebut metabolism.
Beberapa reaksi membentuk molekul-molekul besar misalnya pati,
selulosa, lemak, protein dan asam nukleat.

Sifat-Sifat Enzim
Sifat-sifat enzim antara lain :
1. Enzim aktif dalam jumlah yang sangat sedikit. Dalam biokimia hanya
sejumlah kecil enzim diperlukan untuk mengubah sejumlah besar
substrat menjadi produk hasil.
2. Enzim tidak terpengaruh terhadap reaksi yang dikatalisnya pada
kondisi yang stabil. (kondisi lingkungan tidak melebihi batas
optimum pH dan suhu kemampuan enzim mengkatalisis suatu
reaksi).
3. Meskipun enzim berfungsi untuk mempercepat terjadinya suatu
rekasi, namun enzim tidak mempengaruhi suatu kesetimbangan
rekasi.
4. Enzim bekerja secara spesifik. Enzim menunjukkan kekhasan untuk
reaksi yang dikatalisnya yakni Suatu enzim mengkatalisis suatu
reaksi dan tidak dapat mengkatalisis reaksi lainnya.

5. Enzim dapat bekerja secara bolak-balik.


6. Kerja enzim dipengaruhi oleh lingkungan, seperti oleh suhu, pH,
konsentrasi, dan lain-lain.
7. Bekerjanya ada yang di dalam sel (endoenzim ) dan diluar sel
( ektoenzim .
8. Contoh ektoenzim : amilase, maltase
Umumnya enzim tak dapat bekerja tanpa adanya suatu zat non protein
tambahan yang disebut kofaktor
Klasifikasi Enzim
Berikut ini klasifikasi yang sangat sederhana dari enzim
berdasarkan reaksi kimia yang dikatalis, antara lain :
a. Enzim Hidrolisis (Hidrolase)
Enzim hidrolisis merupakan enzim yang berfungsi memutuskan
ikatan kimia dengan penambahan air atau mengkatalisis penambahan air
ke ikatan spesifik dari substrat. Hidrolase dibagi atas beberapa kelompok
kecil berdasarkan substratnya, yaitu :
 Karbohidrase, yaitu enzim-enzim yang menguraikan golongan
karbohidrat. Karbohidrase dibagi lagi berdasarkan karbohidrat
yang diuraikannya. Misalnya :
- Amylase, yaitu enzim yang menguraikan amilum
( polisakarida ) menjadi maltose (disakarida ).
2 (C6H10O5)n + n H2O n C12H22O11
- Maltase, yaitu enzim yang menguraikan maltosa menjadi
glukosa
C12H22O11 + H20 2 C6H12O6
- Sukrase, yaitu enzim yang mengubah sukrosa (gula tebu)
menjadi glukosa dan fruktosa.
- Laktase, yaitu enzim yang mengubah laktase menjadi
glukosa dan galaktosa.
- Selulase, emzim yang menguraikan selulosa ( suatu
polisakarida) menjadi selobiosa ( suatu disakarida)
- Pektinase, yaitu enzim yang menguraikan pektin menjadi
asam-pektin.

 Esterase, yaitu enzim-enzim yang memecah golongan ester


Contohnya :
- Lipase, yaitu enzim yang menguraikan lemak menjadi
gliserol dan asam lemak.
- Fosfatase, yaitu enzim yang menguraikan suatu ester
hingga terlepas asam fosfat.
 Proteinase atau protease, yaitu enzim yang menguraikan
golongan protein.
Contohnya :
- Peptidase, yaitu enzim yang menguraikan peptida menjadi
asam amino.
- Gelatinase, yaitu enzim yang menguraikan gelatin.
- Renin, yaitu enzim yang menguraikan kasein dari susu.
b. Enzim Oksidasi Reduksi (Oksidoreduktase : oksidase, reduktase,
dehidrognase)
Enzim oksidase reduksi mengkatalisis pengambilan atau
penambahan hidrogen, oksigen atau elektron dari atau ke substrat yang
dalam proses ini dioksidasi atau direduksi.
Enzim ini dibagi menjadi 2, yaitu :
 Dehidrogenase
Enzim yang memegang peranan penting dalam mengubah zat-
zat organic menjadi hasil-hasil oksidasi.
 Katalase
Enzim yang menguraikan hydrogen peroksida menjadi air dan
oksigen.
c. Enzim Fosforilasi (Fosforilase)
Fosforilase mengkatalisis dapat balik pemecahan secara
fosforolisis satu ikatan spesifik pada suatu substrat. Fosforilase yang
cukup dikenal adalah yang mengkatalisis penambahan asam fosfat ke
ikatan glikosida pati.
d. Transferase
Transferase mengkatalis pemindahan satu gugus dari satu molekul
donor ke satu molekul aseptor. Kelompok enzim transferase adalah
transglikosidase, transpeptidase, transaminase, transmetilase, transsalilase
dan kinase.
e. Karboksilase
Karboksilase mengkatalis pengambilan atau penambahan
karbondioksida. Satu contoh enzim yang mengambil karbondioksida
adalah glutamate dekarboksilase.
f. Isomerase
Isomerase mengkatalisis penyusunan kembali suatu molekul
membentuk suatu struktur isomernya, misalnya perubahan gula aldosa
menjadi gula ketosa.
g. Epimerase
Epimerase mengkatalisis perubahan satu gula atau satu derivate
gula menjadi epimernya. Contohnya adalah xilulosa-5-fosfat menjadi
ribulosa-5-fosfat.

Kofaktor : Aktivator, Gugus Prostetik dan Koenzim


Banyak enzim yang dalam aktifitasnya memerlukan komponen
nonprotein yang disebut kofaktor. Tidak seperti enzim, kofaktor stabil
pada suhu yang relatif tinggi dan tidak berubah pada akhir reaksi. Kofaktor
dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu ion anorganik (activator), gugus
prostetik dan koenzim. Banyak molekul organik beberapa merupakan
kerabat vitamin berlaku sebagai kofaktor. Molekul kofaktor akan berikatan
erat dengan enzim (seperti pada gugus prostetik) atau hanya berasosiasi
lemah dengan enzim (seperti pada koenzim). Pada kedua keadaan, molekul
kofaktor berperan sebagai pembawa kelompok atom tunggal atau elektron
yang akan dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain dalam satu jalur
metabolisme.
Ion Anorganik sebagai Aktivator Enzim
Aktivator biasanya berikatan lemah dengan satu enzim. Banyak enzim
yang erasosiasi dengan glikolisis memerlukan logam sebagai activator.
Beberapa yang merupakan aktovator enzim adalah Cu, Fe, Mn, Zn. Ca, K
dan Co.
Gugus Prostetik
Gugus prostetik berikatan dengan enzim (protein) oleh ikatan kovalen.
Misalnya FAD, FMN dan biotin.
Koenzim
Banyak enzim yang tidak mempunyai gugus prostetik memerlukan
senyawa organik lain untuk aktivitasnya yang disebut koenzim. Koenzim
tidak melekat erat pada bagian protein enzim. Contoh koenzim adalah
NAD, NADP, koenzim A dan ATP.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laju reaksi Enzimatis


Konsentrasi enzim dan konsentrasi substrat
Konsentrasi enzim dan konsentrasi substrat masing-masing
dapat merupakan pembatas. Katalisis hanya terjadi jika enzim dan
substrat membentuk satu kompleks sementara. Jadi, laju reaksi
bergantung kepada jumlah benturan ayng terjadi antara substrat dan
enzim, yang selanjutnya bergantung pada konsentrasi. Jika terdapat
banyak substrat, peningkatan enzim dua kali akan meningkatkan laju
reaksi dua kali pula. Dengan penambahan lebih banyak enzim laju
reaksi mulai konstan karena substrat kini menjadi pembatas.
Jika konsentrasi enzim dipertahankan konstan, biasanya terjadi
perbandingan langsung antara laju dan konsentrasi substrat hingga
konsentrasi enzim menjadi pembatas. Pada konsentrasi substrat ini
penambahan substrat tidak meningkatkan laju reaksi, karena hampir
semua telah berkombinasi dengan substrat. Untuk meningkatkan laju
reaksi perlu ditambahkan lebih banyak enzim.

pH
Enzim biasanya dipengaruhi oleh pH. Biasanya enzim yang
berfungsi pada pH optimum, jika pada nilai pH yang labih tinggi atau
lebih rendah dari nilai optimum akan menurunkan aktifitas enzim itu.
Setiap enzim mempunyai Ph optimal masing-masing sesuai dengan
“tempat kerja nya”. Contohnya enzim pepsin, bekerja di lambung yang
bersuasana asam, memiliki pH optimal 2 dan enzim ptyalin, yang
bekerja di mulut yangbersuasana basa, memiliki pH optimal 7,5-8
Hasil rekasi
Jika hasil reaksi (produk) menumpuk maka akan dapat
menimbulkan hambatan balik karena penimbunan substrat.
Aktivator dan inhibitor
Akivator adalah zat yang dapat mengaktifkan dan menggiatkan
kerja enzim. Contohnya ion klorida yang dapat mengaktifkan enzim
amylase.
Inhibitor adalah suatu zat yang dapat menghambat kerja dari
suatu enzim. Banyak substrat asing yang menghambat pengaruh
katalis enzim, dapat berupa senyawa organik maupun anorganik.
Senyawa tersebut dikelompokkan ke dalam inhibitor kompetitif
adalah inhibitor yang bersaing aktif dengan substrat untuk
mendapatkan situs aktif enzim (struktur mirip dengan substrat dan
melekat pada sisi aktif enzim). Contohnya sianida bersaing dengan
oksigen dalam pengikatan Hb sedangkan inhibitor nonkompetitif
adalah inhibitor yang melekat pada sisi selain situs aktif pada enzim,
yang lama-kelamaan dapat mengubah sisi aktif enzim (struktur
berbeda dengan substrat dan melekat bukan pada sisi aktif enzim).

Suhu

Enzim tidak dapat bekerja secara optimal apabila suhu


lingkungan terlalu rendah atau terlalu tinggi. Jika suhu lingkungan
mencapai 0 atau lebih rendah lagi, enzim tidak aktif. Jika suhu
lingkungan mencapai 40 atau lebih, enzim akan mengalami denaturasi
(rusak). Suhu optimal enzim bagi masing-masing organisme berbeda-
beda. Untuk hewan berdarah dingin, suhu optimal enzim adalah 25° C,
sementara suhu optimal hewan berdarah panas, termasuk manusia,
adalah 37° C.
Mekanisme Kerja Enzim
Pada waktu reaksi berlangsung, molekul yang berenergi tinggi
mengalami perubahan.. Enzim berfungsi dengan cara meningkatkan
proporsi molekul yang mempunyai cukup energi untuk bereaksi
sehingga mempercepat proses. Enzim melakukan hal ini dengan
menurunkan energi yang diperlukan untuk reaksi, bukan meningkatkan
jumlah energi tiap molekul.
Mekanisme kerja enzim meliputi pembentukan dan penguraian
suatu kompleks enzim substrat. Kerja enzim dapat dicontohkan pada
penguraian amilum menjadi glukosa.
Amilum banyak terdapat di bagian-bagian tubuh tanaman,
tetapi tempat yang paling banyak mengandung amilum adalah tempat-
tempat menyimpan cadangan makanan, seperti akar, umbi, atau dalam
bji-bijian. Pada umumnya, suatu butir tepung itu terdiri dari beberapa
lapis yang mengelilingi suatu pusat atau hilum. Pengangkutan amilum
dari sel ke sel tidak mungkin dalam bentuk amilum, meleinkan harus
dalam bentuk gula karena gula apat larut di dalam air, tetapi amilum
tidak dapat larut.
Untuk menyederhanakan menjadi glukosa sehingga diperoleh
energi, prosesnya tentu melibatkan kerja enzimatis. Enzim yang
diperlukan adalah enzim alfa dan beta amilase (  ,  amilase) yang
mengkatalisis proses penambahan air terhadap ikatan 1,4 glikosida.
 amilase, banyak ditemukan di dalam biji dan dapat diisolasi

dari beberapa tumbuhan. Inkubasi enzim  amilase daengan amilosa,


menyebabkan terurainya amilosa menjadi maltosa. Aktifitas  amilase
dalam menguraikan amilum selalu dimulai dari ujung non reduksi, dan
dilakukan secara teratur. Setiap kali penguraian selalu dihasilkan satu
unit gula yang terdiri atas dua molekul glukosa yang diberi nama
maltosa. Sedangkan aktifitas  amilase dalam penguraian amilum
bersifat acak pada ikatan alfa (  ) 1,4 dimana saja. Hasil paling
sederhana penguraian amilum oleh enzim amilase adalah gula yang
terdiri atas dua molekul glukosa, yaitu maltosa. Maltosa adalah bentuk
gula yang tidak mudah dipakai oleh tumbuhan untuk menghasilkan
energi, yaitu glukosa. Untuk mengubah maltosa menjadi glukosa
diperlukan enzim maltase.
Denaturasi
Jika struktur enzim berubah sehingga tidak dapat lagi berikatan,
maka aktivitas katalisis enzim akan hilang (denaturasi). Beberapa faktor
yang menyebabkan denaturasi yaitu pemanasan dengan suhu yang ekstrim,
homogenasi (penghancuran), oksigen dan zat pengoksidasi lain juga
mampu mendenaturasi banyak enzim.

Peranan Enzim bagi makhluk hidup


Enzim mempunyai berbagai fungsi biologis dalam tubuh
organisme hidup. Enzim berperan dalam transduksi signal dan regulasi sel,
seringkali melalui enzim kinase dan fosfatase. Enzim juga berperan dalam
menghasilkan pergerakan tubuh, dengan miosin menghidrolisis ATP untuk
menghasilkan kontraksi otot. ATPase lainnya dalam membran sel
umumnya adalah pompa ion yang terlibat dalam transpor aktif. Enzim juga
terlibat dalam fungs-fungsi yang khas, seperti lusiferase yang
menghasilkan cahaya pada kunang-kunang. Virus juga mengandung enzim
yang dapat menyerang sel, misalnya HIV integrase dan transkriptase balik.

Enzim lusiferase pada kunang-kunang memiliki kofaktor lusiferin


(kuning-hijau) yang dapat memancarkan cahaya. Salah satu fungsi penting
enzim adalah pada sistem pencernaan hewan. Enzim seperti amilase dan
protease memecah molekul yang besar (seperti pati dan protein) menjadi
molekul yang kecil, sehingga dapat diserap oleh usus. Molekul pati,
sebagai contohnya, terlalu besar untuk diserap oleh usus, namun enzim
akan menghidrolisis rantai pati menjadi molekul kecil seperti maltosa,
yang akan dihidrolisis lebih jauh menjadi glukosa, sehingga dapat diserap.
Enzim-enzim yang berbeda, mencerna zat-zat makanan yang berbeda
pula. Pada hewan pemamah biak, mikroorganisme dalam perut hewan
tersebut menghasilkan enzim selulase yang dapat mengurai sel dinding
selulosa tanaman.

Beberapa enzim dapat bekerja bersama dalam urutan tertentu, dan


menghasilkan lintasan metabolisme. Dalam lintasan metabolisme, satu
enzim akan membawa produk enzim lainnya sebagai substrat. Setelah
reaksi katalitik terjadi, produk kemudian dihantarkan ke enzim lainnya.
Kadang-kadang lebih dari satu enzim dapat mengatalisasi reaksi yang
sama secara bersamaan.

Enzim menentukan langkah-langkah apa saja yang terjadi dalam


lintasan metabolisme ini. Tanpa enzim, metabolisme tidak akan berjalan
melalui langkah yang teratur ataupun tidak akan berjalan dengan cukup
cepat untuk memenuhi kebutuhan sel. Dan sebenarnya, lintasan
metabolisme seperti glikolisis tidak akan dapat terjadi tanpa enzim.
Glukosa, contohnya, dapat bereaksi secara langsung dengan ATP, dan
menjadi terfosforliasi pada karbon-karbonnya secara acak. Tanpa
keberadaan enzim, proses ini berjalan dengan sangat lambat. Namun, jika
heksokinase ditambahkan, reaksi ini tetap berjalan, namun fosforilasi pada
karbon akan terjadi dengan sangat cepat, sedemikiannya produk glukosa-
6-fosfat ditemukan sebagai produk utama. Oleh karena itu, jaringan
lintasan metabolisme dalam tiap-tiap sel bergantung pada kumpulan
enzim fungsional yang terdapat dalam sel tersebut.

E. Variabel Penelitian
 Variabel control : Jenis amilum (kecambah), berat amilum
(kecambah) , jenis enzim (amylase), konsentrasi larutan amilum, volume
substrat, rentang waktu penetesan, jumlah tetes KI-I2, fosfat sitrat buffer,
lama dan kecepatan dalam mensentrifugasi kecambah yang sudah
dihancurkan.
 Variabel manipulasi : Kadar konsentrasi enzim pada kecambah kacang
hijau.
 Variabel respon : Waktu perubahan warna larutan KI-I2 setiap 2
menitnya dari warna biru menjadi warna kuning dan kecepatan rekasi
pengubahan amilum menjadi glukosa sederhana.

F. Definisi Operasional Variabel


Variabel yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :
Variabel yang dibuat sama dalam praktikum ini yaitu jenis
kecambah, larutan amilum dengan konsentrasi 1 % , berat kecambah 20
gram, volume substrat sebanyak 5 ml, rentang waktu penetesan (setiap 2
menit), jumlah tetes KI-I2 (1 tetes), fosfat sitrat buffer, lama dan kecepatan
dalam mensentrifugasi kecambah yang sudah dihancurkan 5 menit 2 rpm.
Variabel yang dibuat berbeda yaitu kadar konsentrasi enzim pada
kecambah kacang hijau yang berumur 1 hari mulai 0%, 25%, 50%, dan
100%.
Variabel yang terjadi akibat adanya variabel manipulasi yaitu
Waktu perubahan warna larutan KI-I2 setiap 2 menitnya dari warna biru
menjadi warna kuning dan kecepatan rekasi pengubahan amilum menjadi
glukosa sederhana.

G. Alat dan Bahan


Pada praktikum pengaruh kadar enzim terhadap kecepatan reaksi
pengubahan amilum membutuhkan beberapa alat yang harus disiapkan
terlebih dahulu, alat-alat tersebut berupa mortar dan penumbuk porselin,
tabung reaksi sebanyak 8 buah, gelas ukur 10 ml sebanyak 1 buah,
centrifuge, cawan tetes, pipet kecil, lampu spirtus, dan pegangan tabung
reaksi. Selain itu, juga harus menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan
berupa kecambah kacang hijau berumur 2 hari sebanyak 20 gram, larutan
amilum 4 %, aquades 5 ml pada masing-masing konsetrasi kecuali
konsentrasi 100%, larutan KI-I2, dan larutanfosfat sitrat buffer pH = 5,6
sebanyak 10 ml.

H. Rancangan Percobaan
Biji kecambah yang berumur sehari

- di buang kulitnya
- di timbang 30 gr
Di hancurkan di cawan porselin dan menambahkan

Larutan buffer fosfat sitrat 30 ml

Dimasukkan dalam tabung reaksi

Di sentrifuse selama 5 menit

Supernatan diambil
Di masukkan dalam tabung reaksi

- dianggap enzim 100%


- ditambahkan dengan 2 ml
amilum 1%
- dikocok sampai tercampur

Meneteskan pada lempeng penguji

Di tambahkan 1 tetes KI-I2 setiap 2


menit sampai warna berubah menjadi
merah

Mencatat waktu

Menguji dengan kadar enzim 50%, 25%, dan 0%

I. Langkah Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Membuang kulit biji kecambah.
3. Menimbang berat kecambah dengan berat 20 gram.
4. Menggerus 40 gram kecambah kacang hijau dan menambahkan 20 mL
larutan buffer fosfat sitrat sampai sampai semua kecambah hancur.
5. Memasukkan ke dalam tabung centrifuge dan mensentrifugasi selama 5
menit dengan kecepatan 2 rpm.
6. Mengambil cairan bagian atas (supernatan) dan memasukkan ke dalam
tabung reaksi. Cairan ini dianggap sebagai larutan enzim amilase 100%.
7. Membuat enzim dengan kadar 0%, 25%, 50% dari enzim yang berkadar
100% dengan cara sebagai berikut: untuk kadar 50%, mengambil 5 mL
enzim 100% dan menambahkan aquades sampai volume 10 mL. Untuk
kadar 25%, mengambil 5 mL enzim 50% dan ditambahkan aquades
sampai volume 10 mL. Untuk kadar 0%, memanaskan 5 mL enzim
100% sampai mendidih.
8. Menyediakan tabung reaksi dan mengisinya dengan 5 mL larutan enzim
100%, menambahkan 2 mL larutan amilum. Mencatat waktunya,
kemudian mengocok perlahan sampai larutan tercampur benar. Ketika
mencampur larutan amilum dan enzim ditetapkan sebagai saat nol.
9. Setiap 2 menit, mengambil 1 tetes campuran lalu menguji dengan 1 tetes
larutan KI-I2 pada lempeng penguji (cawan tetes atau kaca arloji).
10. Mencatat waktu tiap perubahan warna yang terjadi pada lempeng
penguji.
11. Mengulangi langkah kerja 8-10 untuk masing-masing kadar 50%, 25%,
dan 0%.

J. Rancangan Tabel Pengamatan


Tabel 1. Pengamatan Pengaruh Kadar Enzim terhadap Kecepatan Reaksi
Pengubahan Amilum menjadi Glukosa

2 menit Konsentrasi enzim


ke- 0% 25% 50% 100%

1 Biru + + + Biru + + + Biru kehijauan Biru + + +


+++

2 Biru + + + Biru + + Hijau + + + Hijau + + +

3 Biru + + + Biru + + Hijau + + + Hijau + + +

4 Biru + + Biru + + Hijau + + + Hijau + +

5 Biru + + Biru + Hijau + + + Hijau +

6 Biru + + Biru + Hijau + + Hijau +

7 Biru + + Biru + Hijau + + Hijau +

8 Biru + + Biru + Hijau + + Hijau +

9 Biru + + Biru + Hijau + + Hijau +

10 Biru + + Biru + Hijau + + Hijau +

11 Biru + + Biru + Hijau + + Hijau +

12 Biru + + Biru + Hijau + + Hijau +


13 Biru + + Biru + Hijau + + Hijau +

14 Biru + + Biru + Hijau + + Hijau +

15 Biru + + Biru + Hijau + Kuning

16 Biru + + Hijau + + + Hijau +

17 Biru + + Hijau + + Hijau +

18 Biru + + Hijau + + Kuning

19 Biru + + Hijau + +

20 Biru + + Hijau +

21 Biru + + Hijau +

22 Biru + + Kuning

Keterangan : Biru + + + : biru kehitaman

Biru + + : biru tua

Biru + : biru kehijauan

Biru

Grafik 1. Pengamatan Pengaruh Kadar Enzim terhadap Kecepatan


Reaksi Pengubahan Amilum menjadi Glukosa
K. Rencana Analisis Data
Dari Tabel diatas, maka dapat dianalisis bahwa besarnya
konsentrasi enzim pada kecambah kacang hijau berpengaruh terhadap
kecepatan reaksi pengubahan amilim menjadi glukosa karena ada enzim
amylase (pemecah amilum menjadi glukosa yang lebih sederhana).
Kecepatan reaksi pengubahan amilum menjadi glukosa tercepat pada
konsentrasi enzim 100% dengan kecepatan reaksi sebesar 3,33 M/s dan
waktu yang diperlukan sebesar 30 menit. Pada kadar enzim 50%
kecepatan reaksi sebesar 1,39 M/s dan waktu yang diperlukan 36 menit.
Adapun pada konsentrasi 25% kecepatan reaksi sebesar 0,57 M/s
dan waktu yang diperlukan 44 menit. Sedangkan pada konsentrasi 0%
kecepatan reaksi sangat lambat dan tidak terjadi perubahan warna (warna
tetap) biru kehitaman. Hal ini karena pada kadar tersebut enzim tidak bisa
bekerja lagi karena enzim mengalami denaturasi pada saat proses
pemanasan.

L. Hasil Analisis Data


Dari kegiatan percobaan tentang pengaruh kadar enzim terhadap
kecepatan reaksi pengubahan amilum didapatkan adanya perubahan warna
pada tiap-tiap konsentrasi amilase yang ditetesi larutan amilum dan larutan
KI-I2. Berdasarkan analisis di atas maka dapat diketahui bahwa besarnya
konsentrasi enzim berpengaruh terhadap kecepatan reaksi pengubahan
amilum menjadi glukosa (enzim amilase). Hal ini tampak pada konsentrasi
enzim 100% mempunyai kecepatan reaksi sebesar 3,33 M/s dan waktu 30
menit. Hal ini disebabkan karena pada saat reaksi berlangsung, enzim akan
meningkatkan energi molekul untuk bereaksi sehingga kecepatan reaksi
semakin cepat. Enzim akan menurunkan energi yang diperlukan untuk
reaksi tiap molekul. Hal ini terjadi pada waktu substrat diubah menjadi
produk. Penghambat energi harus diturunkan. Penghambat tersebut berupa
energy. Enzim bekerja dengan menurunkan energi aktivasi. Jika energi
aktivasi suatu reaksi rendah, maka akan lebih banyak molekul (substrat)
yang dapat bereaksi, sehingga waktu yang diperlukan untuk memecah
amilum menjadi glukosa menjadi lebih singkat. Oleh karena itu, kecepatan
reaksipun semakin cepat.
Kecepatan reaksi menurun pada konsentrasi enzim 50%, yakni
menjadi 1,39 M/s dalam waktu 36 menit. Kecepatan reaksi juga menurun
pada konsentrasi enzim 25%, yakni 0,57 M/s dalam waktu 44 menit. Hal
ini dikarenakan pada konsentrasi enzim tersebut mempunyai kecepatan
reaksi yang lambat karena pada waktu sebstrat diubah menjadi produk
(hasil), penghalang (barrier) yang disebut energi aktivasi tidak dapat
dikurangi (diturunkan) dalam reaksi tersebut. Karena energi aktivasi
tinggi, maka molekul (substrat) lebih sedikit yang bereaksi sehingga waktu
yang diperlukan pun lebih lama dan pada akhirnya laju reaksi pun lebih
lambat.
Pada konsentrasi enzim 0% reaksi pengubahan amilum menjadi
glukosa sangat lambat. Hal ini disebabkan karena enzim tidak aktif.
Ketidak aktifan enzim disebabkan karena enzim dipanaskan. Akibat
pemanasan tersebut, maka enzim yang merupakan protein mengalami
denaturasi yakni peristiwa perubahan struktur protein dari bentuk tiga
dimensi menjadi tidak beraturan sehingga substrat tidak dapat terikat
dengan enzim. Oleh karena itu enzim kehilangan sifat katalisnya dan
menyebabkan kecepatan reaksi menjadi lambat
Proses pengubahan amilum menjadi glukosa :
Amylase Maltase
Amilum Maltosa Glukosa

Diskusi
1. Dari tes KI-i2 pada larutan amilum + enzim 100% warna apa yang
saudara peroleh mengapa demikian ?
Jawab : Warna yang diperoleh dari uji KI-I2 pada larutan amilun
ditambah dengan enzim 100% adalah biru, biru muda, kehijauan dan
kekuningan. Warna yang pertama muncul adalah biru, karena pada saat
tersebut enzim amylase baru bekerja memecah amilum menjadi
glukosa yang lebih sederhana, yang selanjutnya lama-kelamaan
menunjukkan warna kekuningan. Hal ini dikarenakan enzim amylase
sudah aktif bekerja, yakni memecah atau mengubah amilum menjadi
glukosa sehingga sudah tidak ada amilum, oleh karena itu warna
larutan tersebut berwarna kuning. Apabila sebelum berwarna
kekuningan masih tampak warna biru berarti masih terdapat amilum
yang belum dipecah menjadi glukosa, dimana warna biru merupakan
indikator reaksi antara iodine dengan amilum.
2. Apa fungsi dari Fosfat Sitrat Buffer ?
Jawab : Fosfat sitrat buffer berfungsi untuk menjaga pH bagi enzim
amylase, sehingga enzim amylase tidak rusak, hal ini terkait dengan
sifat enzim yang sangat dipengaruhi oleh pH. Fungsi lain yaitu sebagai
larutan penyangga, yakni menjaga enzim tetap bekera aktif dan tidak
rusak pada kondisi asam serta menjaga kondisi agar tidak terlalu basa.
3. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi kerja enzim ?
Jawab : Faktor-faktr yang mempengaruhi kerja enzim :
- Suhu
- Waktu
- pH
- Konsentrasi substrat
- Konsentrasi enzim
- Konsentrasi produk

M. Kesimpulan
Dari percobaan Pengaruh Kadar Enzim terhadap Kecepatan Reaksi
Pengubahan Amilum yang telah dilakukan, maka dapat diambil simpulan
yaitu :

- Kadar/konsentrasi enzim berpengaruh terhadap kecepatan/laju reaksi


pengubahan amilum menjadi glukosa.
- Makin tinggi kadar/konsentrasi enzim maka laju reaksi pengubahan
amilum menjadi glukosa makin cepat.
- Pada reaksi yang sedikit atau tidak terdapat enzim, maka reaksi
pengubahan amilum menjadi glukosa membutuhkan waktu yang lama.
- Larutan KI-I2 merupakan indikator untuk mengetahui perubahan amilum
menjadi glukosa dengan aktivitas enzim amilse didalamnya.
- Mekanisme kerja enzim sangat dipengaruhi oleh suhu, pH, konsentrasi
substrat, konsentrasi produk, konsentrasi aktivator, dan konsentrasi
inhibitor.

N. DaftarPustaka
Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi FMIPA Unesa : Unesa
Press
Rahayu, Yuni Sri. 2008. Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Surabaya.
Sasmitahardja, Dradjat, dkk. 1996. Fisiologi Tumbuhan. Bandung : Proyek
Sasmitamihardja, Dardjat. 1996. Fisiologi Tumbuhan. Bandung : FMIPA
ITB
Soerodikoesoemo, Wibisono. 1993. Anatomi dan Fisiologi Tumbuhan.
Jakarta : Universitas Terbuka
Soerodikoesoemo, Wibisono. 1995. Anatomi dan Fisiologi Tumbuhan.
Jakarta: UT Depdikbud

LAMPIRAN PERHITUNGAN
Perhitungan laju rekasi (Kecepatan rekasi) pengubahan amilum menjadi glukosa
1. 100% =

= 3,33 M/s

2. 50% =

= 1,39 M/s

3. 25% =

= 0,57 M/s

4. 0% =

= 0 M/s

Kadar Enzim Kecepatan Rekasi


(%) (M/s)
0 0
25 0,57
50 1,39
100 3,33

LAMPIRAN GAMBAR KEGIATAN

No. Gambar Keterangan


1. Proses penghancuran kecambah
kacang hijau sebanyak 20 gram
dengan mortar alu dan dengan
penambahan larutan buffer
sebanyak 30 ml.
2. Hasil dari penghancuran kecambah
kacang hijau dan buffer 30 ml
dimasukkan dalam tabung
sentrifuge.

3. Hasil penghancuran kacang hijau


yang siap untuk disentrifuge.

4. Kondisi ekstrak kacang hijau


setelah disentrifuge.

5. Supernatan diambil sebanyak 5 ml


dan dimasukkan dalam tabung
reaksi dan dianggap sebagai
amilase dengan kadar 100%.

6. Kadar 0% dipanaskan di atas


lampu spirtus hingga mendidih.

7. Pengamatan perubahan warna


enzim yang telah dicampur dengan
amilum 1% dan di tetesi dengan
larutan KI-I2.

Anda mungkin juga menyukai