Anda di halaman 1dari 2

Nama saya Silka Khairunnisa dan saya berasal dari keluarga yang memiliki

kebudayaan yang berbeda-beda atau disebut juga akulturasi. Nama ayah saya adalah Sugi
puswanto , beliau merupakan keturunan orang sunda-jawa dan ibu saya bernama Elsa Decy
Naya , beliau merupakan keturunan orang Bugis-Jawa. Ada beberapa nilai perbedaan dalam
budaya yang berbeda. Keturunan orang Bugis (Sulawesi Selatan) biasanya memiliki
karakteristik yang kuat dan keras dalam pendapatnya atau budayanya. Maka dari itu ibu saya
yang merupakan keturunan bugis selalu mempunyai komentar atau pendapat yang kuat dalam
berinteraksi tetapi dibalik sifatnya yang kuat tersebut jika mengenal lebih dalam ibu saya
adalah orang yang sangat ramah dan perhatian . Ayah saya adalah orang sunda-jawa tetapi
ayah saya adalah orang Bogor asli karena ayah saya dari lahir sampai sekarang bertempat
tinggal di Bogor maka dari itu dia menggunakan logat bahasa sunda kasar meskipun tidak
sering. Jujur, ayah dan ibu saya tidak terlalu menganut adat budayanya ke dalam
kehidupannya maka dari itu saya dan adik saya tidak terlalu kental dalam adat istiadat . Tetapi
ibu saya menceritakan bahwa pada saat ibu dan ayah saya akan menikah, ayah dari ibu saya
dengan keras ingin orang tua saya menikah dengan adat istiadat dari Bugis. Menurut saya ,
adat pernikahan dari Bugis cukup unik dan mempunyai hal-hal yang beragam dari sebelum
akad nikah sampai akad nikah. Dibawah ini saya akan menceritakan susunan acara
pernikahan dari Bugis sulawesi selatam

Hari Pertama

- Pagi : Pengajian dan pembacaan barzanji

Maksudnya sebagai ungkapan syukur pada ALLOH SWT dan sanjungan


kepada nabi Muhammad SAW.

- Sore : Cemme' passili (memandikan pengantin)

Maksudnya supaya pengantin dijauhkan dari segala macam bahaya/bala oleh


ALLOH SWT.

- Malam : Mappacci (Malam Penyucian)

Adapun telapak tangan calon pengantin wanita diletakkan diatas susunan dari
bawah ke atas yaitu bantal (simbol penghormatan) yang telah diberi 7 lembar sarung sutra
(simbol harga diri), selembar daun pisang (simbol kehidupan yang berkesinambungan) dan 7
lembar daun nangka (simbol harapan), sepiring beras kuning (simbol berkembang dengan
baik), sebuah lilin (simbol penerangan) dan daun pacar yg telah dihaluskan (simbol
kebersihan/kesucian) ditempatkan di mangkuk logam. Tatacaranya adalah tamu/kerabat yg
sudah ditentukan jumlahnya 9 orang dipersilahkan satu persatu mengusapkan pacar di telapak
tangan kanan dan kiri sambil didoakan kemudian ditaburi beras kuning di atas kepala. Tamu
dan kerabat disuguhi hidangan kue-kue khas bugis seperti lapis onde-onde,agar-agar berlapis
telur dan karasa yang ditempatkan di bosrak (wadah kue).

Hari Kedua

-Akad nikah

Calon mempelai wanita di dalam kamar meminta ijin ke ayah kandungnya untuk dinikahkan
dengan pilihannya. Setelah proses ayah kandung mengijinkan baru kemudian calon pengantin
putri dengan membawa mahar/mas kawin berupa perhiasan emas, hasil bumi (tebu,padi,buah
lontar,kelapa) , kue-kue ,seperangkat keperluan mandi,baju,sepatu dan keperluan rias wajah
setelah disambut oleh keluarga calon mempelai wanita kemudian calon mempelai pria
didudukan di tempat akad nikah berlangsung. Calon mempelai wanita masih berada di dalam
kamar sampai proses akad nikah selesai. Proses akad nikah calon pengantin pria melafalkan
kalimat ijabkabul dengan memberi mahar/mas kawin seperangkat perhiasan emas. Proses
akad nikah sah setelah saksi-saksi dari kedua belah pihak menyatakan sah. Doa dipanjatkan
semoga bisa membina rumah tangga yang sakinah,mawadah warahmah . Setelah selesai
rangkaian akad nikah dilanjutkan dengan acara Batal wudhu,dimana pengantin pria
ditemukan dengan istrinya di dalam kamar untuk batal wudhu dengan menyentuh dengan
cara bersalaman.

-Resepsi

Para tamu , kerabat dan keluarga memberikan selama dan doa restu kepada pengantin dan
dilanjutkan dengan makan-makan.

Anda mungkin juga menyukai