NIM : 20190340045
1. Melamar
Sama seperti aturan adat di wilayah lainnya, suku Biak pun menjalankan prosesi lamaran
sebelum melakukan pernikahan. Bedanya, ada dua jenis lamaran yang disebut sanepen dan
fakfuken. Beberapa masyarakat suku Biak gemar menjodohkan anak-anaknya ketika masih
kecil. Proses pinangan yang dilakukan antar pihak orang tua ini disebut sanepen. Sedangkan
fakfuken merupakan prosesi lamaran yang ditujukan pada pihak keluarga perempuan setelah
kedua calon mempelai berumur minimal 15 tahun. Saat fakfuken, pihak laki-laki membawa
tanda perkenalan (kaken) berupa gelang atau kalung dari manik-manik. Jumlah kaken yang
diserahkan tergantung dari kemampuan pihak keluarga laki-laki. Pihak keluarga perempuan
juga akan memberikan kaken jika menerima lamaran tersebut. Selanjutnya, kedua belah pihak
akan menentukan mas kawin yang akan diberikan pihak laki-laki ke pihak perempuan. Konon,
zaman dulu laki-laki yang berasal dari kalangan terpandang akan memberikan mas kawin
berupa perahu. Sedangkan kebanyakan orang akan memberikan gelang dari kulit kerang
(kamfar). Kini, seiring perkembangan zaman, banyak pula yang memberikan perhiasan perak
sebagai mas kawin. Setelah penentuan mas kawin, pihak orang tua dari kedua belah pihak akan
mendatangi tetua adat (orang yang sangat dihormati) untuk menanyakan beberapa hal
mengenai pernikahan, salah satunya adalah menanyakan hari baik. Persiapan pernikahan biasa
mulai dilakukan satu minggu sebelum hari H
2. Persiapan Pernikahan
Proses persiapan dimulai dengan acara makan bersama dengan semua saudara laki-laki dari
pihak ibu kedua mempelai. Keesokan harinya, pengantin perempuan akan dihias dan diantar ke
rumah mempelai laki-laki, tempat prosesi pernikahan berlangsung. Saat menikah, kedua
pengantin mengenakan pakaian adat dan perhiasan-perhiasan khas suku Biak.
NAMA : NINDYA MASKURISNA HAMAMI
NIM : 20190340045
3. Upacara Pernikahan
Acara pernikahan diawali dengan penyerahan seperangkat benda pusaka seperti panah, parang
dan tombak oleh kerluarga wanita ke pihak laki-laki. Hal tersebut menjadi simbol bahwa pihak
keluarga sudah sepenuhnya menyerahkan anak gadisnya kepada keluarga laki-laki. Pihak laki-
laki pun membelas dengan memberikan hal yang sama sebagai simbol bahwa keluarga laki-laki
menerima gadis tersebut dan akan menjaganya seperti anak sendiri. Acara berlanjut dengan
pemberian sebatang rokok seperti cerutu yang wajib dihisap oleh kedua mempelai, dimulai
dengan pengantin laki-laki. Kemudian, tetua adat akan memberikan masing-masing satu untuk
kedua mempelai. Prosesi ini diiringi dengan doa dan mantera yang dibacakan tetua adat. Doa
yang diberikan biasanya berupa permohonan restu pada Yang Maha Kuasa dan harapan agar
kedua mempelai senantiasa bahagia dalam bahtera rumah tangganya. Seusai doa, kedua
mempelai saling menyuapi ubi. Pernikahan suku Biak diakhiri dengan acara makan-makan
bersama keluarga besar.