Anda di halaman 1dari 2

1.

Surat Yakobus
a. Penulisan, Tempat, dan Waktu Penulisan

Penulis memperkenalkan dirinya: “Yakobus sebagai Hamba Allah dan Tuhan Yesus
Kritus” (Yakobus 1:1a. Wajarjika kita mempertanyakan siapa ebenarnya Yakobus in,
menggingat namaYakobus sangat umum dipergunakan dalam waktu itu. Dalam Perjanjian
Baru, kita bertemu dengan lima orang yang disebut sebagai Yakobus. Yakobus anak
Zebedeus (Mrk 1:19; 3:17; par. Kis 12:2). Yakobus anak Alfeus (Mrk 3:8), Yakobus
saudara Yesus (Mrk 6:3, par ; 1 Kor 15:7, dsb), Yakobus muda (Mrk 15:40), dan Yakobus
ayah Yudas (bukan Iskariot, Luk 6:16;Kis 1:13).

Surat Yokobus ditunjukan kepada orang yang cukup dikenal dalam jemaat mula-mula.
Dengan demilian, ada dua Yakobus yang dimaksudka, yaitu Yakobus anak Zebedeus dan
Yakobus saudara Yesus. Yakobus anak Zebedeus telah dibunuh oleh Herodes Agripa I
(tahun 44 M). Sedangkan surat Yakobus ditulis sesudah zaman itu. Yang tersisa adalah
Yakobus saudara Yesus. Menurut Kisah Para Rasul 12, 17, 15, 13, 21, 8. Di Yerusalem
ada seseorang yang sangat berwibawa, yang bernama Yakobus. Sanagat mungkin bahwa
dia yang menulis surat itu.

Memang dalam Yakobus 1:1, penulis menyebut dirinya bernama Yakobus, hambah
Allah dan Tuhan Yesus Kristus. Tetapi tidak jelas siapa Yakobus yang dimaksud. Yang
pasti, Yakobus ini adalah seorang Kristen yang berlatar belakan Yahudi, yang sudah lama
berada di perantauan. Ia menulis surat ini dengan menggunakan ‘wibawah Yakobus
saudara Tuhan’.

Tentang tempat penulisan ini memeang sulit juga untuk ditentukan secara pasti.
Namun, salah satu ciri dari in surat ini adalah penulis cukup akrab dengan istilah-istilah
yang berhubungan dengan laut. Misalnya, “orang-orang yang diombang-ambingkan oleh
gelobang laut” (Yak 1:6), binatang-binatang laut (3:7), mata air asin (3:12). Di pihak lain,
persoalan yang berkaitan dengan tingkat sosial ekonomi yang dihadapi oleh jemaat yang
disapa dalam surat ini, yaitu persoalan antara orang yang kaya dengan para pekerja yang
miskin, mengindikasikan surat ini ditulis didaerah perkotaan. Maka, dengan tertuju ke kota
Alexandria.

Persoaalan yang juga sulit ditentukan dengan pasti adalah tentang waktu penulisan
surat ini. Memang situasi jemaat dalam surat Yakobus sudah cenderung menduniawi. Hal
ini menunjukan bahwa ini sudah lama berdiri. Surat ini mengcam beberapa anggota jemaat
yang menyalah gunakan ajaran Paulus tentang pembenaran hanya oleh iman. Dismping
itu, Yakobus justru menekankan bahwa iman tanpa perbuatan adalh mati. Jadi, jika
Yakobus penyalahgunaan pikiran Paulus. Maka itu berarti bahwa surat ini ditulis sesudah
zaman Paulus. Dengan demikian, kita dapat menduga bahwa durat ini ditulis sekitar akhir
abad pertama (tahun 80\90 M).
b. Keadaan Jemaat

Masalah yang dihadapi oleh surat Yakobus adalah kelakuan jemaat yang tiadak etis.
Didalam jemaat, ada orang yang pilih kasih dengan mengutamakan oarang kaya (Yak
2:2-4), ada yang mengejar pangkat (3:1-2). Yang lainnya mengejar keuntungan sebesar-
besarnya dengan tidak takut akan Allah (Yak 4:13-17). Ada yang bertengkar dan bertikai
(4:1-2), ad pula yang mencintai dunia (4:4). Karena itu, penulis hendak membina moral
mereka dengan memberikan ajaran-ajarn dan nasehat-nasehat yang terdiri dari
serangkaian aforisme (perkataan-perkataan pendek yang menggugat).

c. Pokok-pokok Teologis Surat Yakobus

Yakobus, menurut surat ini, menggambarkan iman yang demikian sebagai iman yang
kososng dan mati. “Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi
setan-setanpun juga percaya akan hal itu dan ereka gemar” (2:19). Menurut Yakobus,
iman tidak dapat berdiri sendiri. Iman yang demikian adalah iman yang bersifat inteletual.
Iman yang demikian tidak dapat menyelamatkan (Yak 2:14). Iman itu harus disertai
dengan perbuatan (2:18,22).

Menurut Yakobus, kasih akan sesama (2:8) merupakan inti hukum Taurat yang harus
dilaksanakan (2:10), sebab kasih itu merupakan hukum kerajaan Allah. Maka orang yang
mengasihi akan mewarisi kerajaan Allah itu (2:5). Hukum kasih itu yang juga Paulus
sebutkan sebagai kegenapan hukum Taurat dan diumumkan oleh Yesus sendiri, termasuk
kasih kepada Allah (Mat 19:19).

Kasih sebagai wujud dari iman itu juga harus diberlakukan dalam persekutuan jemaat.
Maka, dalam pertemuan jemaat, janganlah memandang muka. Janganlah yang kaya
dihormati, sedangkan yang miskin dilecehkan (2:1-7). Mereka harus diberikan
penghormatan yang sama. Kasih kepada sesama juga termaksud mengunjungi yatimpiatu
dan para janda (1:27), serta saling mendoakan satu kepada yang lain. Semua prinsip hidup
ini bukan untuk direnungkan saja, tetapi harus dilaksanakan berdasarkan hukum kasih.

Menurut Yakobus, penderitaan itu merupajkan suatu ujian terhadap iman mereka
juga, apakah mereka tetap bertekun dan bersabar. Dalam hubungan dengan kesabaran dan
ketekunan ini. Yakobus mengkat dua contoh untuk menjelaskan pandangannya itu. Yang
Pertama, kesabaran sorang petani menantikan hasil panen sehingga telah turun hujan
musim gugur dan hujan musim semi (5:7). Sang petani tidak bisa berbuat lain, selain
menunggu dengan sabar. Kedua, ketekunan Ayub dalam menghadapi penderitaan. Akhir
dari ketekunan Ayub (Ayb 42:7-17). Demikian juga Yakobus menasehati jemaatnya agar
tetap sabar dan bertekun hingga tiba kedatangn Tuha (5:8).

Anda mungkin juga menyukai