Model Jenjang Karir Perawat
Model Jenjang Karir Perawat
BERDASARKAN PEDOMAN
PENGEMBANGAN JENJANG KARIR
PROFESIONAL PERAWAT, DEPKES,
2006.
Jenjang karir profesional perawat
terdiri dari 4,yaitu:
Perawat Klinik (PK),
Perawat Manajer (PM),
Perawat Pendidik (PP),
Perawat Peneliti/Riset (PR),
dengan pengembangan berjenjang,
mulai level I sampai V.
Jenjang karir profesional Perawat Klinik
(PK) beserta syaratnya :
1. PK I/Novice
- Perawat lulusan D-III Keperawatan +
2 tahun pengalaman kerja
- S-1 Keperawatan (Ners) + 0 tahun
pengalaman
- Mempunyai sertifikat PK I
1. PK II/Advance Beginner
- D-III Keperawatan + 5 tahun
pengalaman kerja
- S-1 Keperawatan (Ners) + 3 tahun
pengalaman
- Mempunyai sertifikat PK II
1. PK III/Competen
- D-III Keperawatan + 9 tahun
pengalaman kerja
- S-1 Keperawatan (Ners) + 6 tahun
pengalaman
- Ners Spesialis 1 (S-2 Kep) + 0 tahun
pengalaman
- Mempunyai sertifikat PK III
1. PK IV/Proficient
- S-1 Keperawatan (Ners) + 9 tahun
pengalaman
- Ners Spesialis 1 (S-2 Kep) + 2 tahun
pengalaman
- Mempunyai sertifikat PK IV
1. PK V/Proficient
- S-1 Keperawatan (Ners) + 12 tahun
pengalaman
- Ners Spesialis 1 (S-2 Kep) + 5 tahun
pengalaman
- Mempunyai sertifikat PK V
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada era globalisasi sekarang ini, banyak sekali terjadi perubahan baik ilmu pengetahuan,
tehnologi maupun perubahan pola pikir masyarakat. Tuntutan masyarakat terhadap kualitas dan
profesionalisme pemberian pelayanan kesehatan semakin meningkat. Keperawatan sebagai
profesi dan perawat sebagai tenaga professional juga dituntut untuk bertanggung jawab dalam
memberikan pelayanan keperawatan sesuai kompetensi dan kewenangan yang dimiliki secara
mandiri maupun bekerja sama dengan anggota tim kesehatan lainnya.
Tenaga perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan memegang peranan penting dalam
mencapai tujuan pembangunan kesehatan. Bahkan WHO menyatakan bahwa perawat merupakan
“back bone” untuk mencapai target-target global, nasional maupun daerah. Hal ini disebabkan
karena perawat merupakan tenaga kesehatan dengan proporsi terbesar, melayani pasien selama
24 jam secara terus menerus dan berkesinambungan serta berada pada garis terdepan dalam
pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Proporsi tenaga perawat di sarana kesehatan merupakan proporsi terbesar yakni 40 %
dibanding tenaga kesehatan lainnya. Tenaga tersebut 65% bekerja di Rumah Sakit, 28 % di
Puskesmas dan selebihnya 7 % di sarana kesehatan lainnya Dari aspek kualifikasi tinkat
pendidikan terdapat beberapa kategori tenaga perawat yaitu perawat SPK 74 %, DIII 23%, S1
(Ners) 2,75 %, S-2 (Magister)/Spesialis dan S-3 (Doktor) Keperawatan 0,25 %. (PPNI, 2005)
Jenjang karir merupakan suatu sistem untuk meningkatkan kinerja dan profesionalisme
perawat sesuai bidang pekerjaannya melalui peningkatan kompetensi. Perawat profesional yang
saat ini diakui di Indonesia dimulaui dari lulusan D-3 Keperawatan dan akan terus meningkat.
Sehingga pada tahun 2010 diharapkan yang dikategorikan sebagai perawat profesional adalah
lulusan S-1 keperawatan dan jenjang lebih tinggi.
Dasar pemikiran penyusunan jenjang karir profesi keperawatan RS beranjak dari
kepentingan profesi untuk bertanggung jawab dan bertanggung gugat dalam memberikan asuhan
keperawatan. Pada tiap jenjang karir, perawat mempunyai kompetensi tertentu dalam
memberikan asuhan keperawatan sehingga dapat dipertanggungjawabkan.
Jenjang karir diperlukan untuk terwujudnya asuhan keperawatan yang bemutu mengingat
perawat mempunyai tenaga terbanyak dan terlama mendampingi pasien. Dengan dijaminnya
kualitas asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat sesuai dengan kompetensi yang
dimiliki, maka akan berkontribusi terhadap kualitas pelayanan rumah sakit. Dengan
ditetapkannya kompetensi perawat pada tiap jenjang, akan memudahkan dalam rekruitmen,
seleksi, orientasi, pembinaan dan pengembangan SDM keperawatan.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
a. Penetapan dan penyelenggaraan jenjang karir perawat untuk menjamin pemberian
asuhankeperawatan yang profesional;
b. Menumbuh kembangkan motivasi para profesional keperawatan untuk selalu menempuh dan
menambah pengetahuan serta kompetensi dengan laju pertumbuhan IPTEK;
c. Sebagai alat pembinaan dan pengembangan jangka panjang bagi para profesional keperawatan,
guna memanfaatkan kompetensi penyelenggaraan asuhan keperawatan;
2. Tujuan Khusus
a. Ditetapkannya pedoman penyelenggaraan jenjang karir perawat di RS.
b. Dilaksanakannya pengelompokan perawat.
c. Sesuai dengan jenjang karir.
d. Dilaksanakannya pembinaan perawat sesuai dengan jenjang karir.
e. Dilaksanakannya pengembangan perawat sesuai dengan jenjang karir
C. SASARAN
Seluruh praktisi keperawatan meliputi; perawat klinik, perawat manajer, perawat pendidik
dan perawat peneliti
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Pengembangan Sistem dapat berarti menyusun suatu sistem yang baru untuk
menggantikan sistem yg lama secara keseluruhan atau memperbaiki sistem yg telah ada.
Pengembangan jenjang karir merupakan suatu sistem untuk meningkatkan kinerja dan
profesionalisme sesuai bidang pekerjaannya melalui peningkatan kompetensinya. Salah satu
upayanya adalah pengembangan standard kompetensi, jenjang karir, dan sistem reward. Karir
diartikan sebagai suatu jenjang yang dipilih oleh individu untuk dapat memenuhi kepuasan kerja,
sehingga pada akhirnya akan memberikan kontribusi terhadap bidang profesi yang dipilihnya.
B. DASAR HUKUM
Dasar hukum yang mendasari penyusunan jenjang karir profesi keperawatan di RS adalah :
1. UU No. 8b Tahun 1974, tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, sebagaimana dirubah dengan UU
No. 49 tahun 1999;
2. UU RI No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.
3. UU RI No. 22 tahun 2000, tentang Otonomi Daerah.
4. Kep. Men. Kes. No 1239 tahun 2001, tentang Registrasi dan Praktik Perawat.
5. PP No. 32 tahun 1996, tentang Tenaga Kesehatan.
6. Kep. Men. PAN No 94 tahun 2001, tentang Jabatan Fungsional Perawat Dan Angka Kreditnya.
Dengan ditetapkannya dan dilaksanakannya jenjang karir perawat, maka tiap perawat dapat
fokus memenuhi kebutuhan pelanggan sesuai dengan kompetensinya, hubungan kerja
disesuaikan dengan jenjang karirnya, pengembangan dan peningkatan karir serta sistem
penghargaan sesuai kinerja berdasakan jenjang karir.
Bagan I.
Integrasi Penjenjangan antara Perawat Klinik, Manajer, Pendidik dan Riset
L. V PK. V PM. IV PP. III PR. II
L. IV PK. IV PM. III PP. II PR. I
L. III PK. III PM. II PP. I
L. II PK. II PM. I
L. I PK I
Keterangan ;
L = Level PP = Perawat Pendidik
PK = Perawat Klinik PR = Perawat Riset
PM = Perawat Manajerial
Untuk Level I masih termasuk perawat generalis dengan kompetensi perawatan dasar.
Sedangkan Level II termasuk perawatan dasar dengan kompetensi lanjutan yang merupakan
dasar spesialistik sesuai lingkup area. Mulai Level III termasuk perawat spesialistik dengan
kompetensi meliputi :
1. Perawat Medikal
2. Perawat Bedah
3. Perawat Anak
4. Perawat Maternitas
5. Perawat ICU/CCU
6. Perawat Gawat Darurat
7. Perawat Gerontik
8. Perawat Kesehatan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengembangan jenjang karir merupakan suatu sistem untuk meningkatkan kinerja dan
profesionalisme sesuai bidang pekerjaannya melalui peningkatan kompetensinya. Salah satu
upayanya adalah pengembangan standard kompetensi, jenjang karir, dann sistem reward. Karir
diartikan sebagai suatu jenjang yang dipilih oleh individu untuk dapat memenuhi kepuasan kerja,
sehingga pada akhirnya akan memberikan kontribusi terhadap bidang profesi yang dipilihnya.
B. Saran
Agar kompetensi tenaga perawat bisa meningkat perlu upaya pengembangan mutu sumber daya
manusia (SDM) perawat melalui pendidikan, pelatihan, dll.
PENGEMBANGAN SISTEM JENJANG KARIR PROFESIONAL PERAWAT
DI RSUD Ungaran
1. A. LATAR BELAKANG
Pelayanan keperawatan merupakan bagian dari pelayanan di rumah sakit dan merupakan
komponen yang menentukan kualitas baik buruknya pelayanan suatu rumah sakit.
Penyelenggaraan pelayanan keperawatan di rumah sakit ditentukan oleh 3 komponen utama
yaitu : jens pelayanan keperawatan yang diberikan, sumber daya manusia perawat sebagai
pemberi pelayanan dan manajemen sebagai tata kelola pemberi pelayanan. Jenis pelayanan
keperawatan di rumah sakit terdiri dari pelayanan keperawatan umum atau dasar serta pelayanan
spesialis atau lanjut. Untuk penyelenggaraannya diperlukan standar pelayanan, pendekatan
proses keperawatan serta indikator mutu pelayanan sebagai tolak ukur keberhasilannya.
Pelayanan bermutu memerlukan tenaga professional yang didukung oleh factor internal antara
lain motivasi untuk mengembangkan karir professional dan tutjuan pribadinya maupun factor
ekternal, anatara lain kebijakan organisasi, kepemimpinan, struktur organisasi, sistem penugasan
dan pembinaan.
Proporsi tenaga perawat di RSUD Ungaran mencapai 50-60% dari jumlah tenaga kesehatan yang
ada. Dari kualifikasi pendidikan terdapat beberapa kategori tenaga perawat yaitu terdiri dari :
SPK,DIII, S1/Ners.
Pada saat ini, system pengembangan jenjang karier dalam konteks system penghargaan bagi
perawat sudah dikembangkan untuk PNS di RSUD Ungaran melalui jabatan fugsional perawat
yang ditetapkan berdasarkan SK MENPAN No. 94/KEP/M.PAN/11/2001 tentang jabatan
fungsinal perawat dan angka kreditnya, walaupun belum sepenuhnya berbasis kompetensi.
Dengan adanya system jenjang karier professional perawat diharapkan kinerja perawat semakin
meningkat sehingga mutu pelayanan keperawatan juga meningkat. Akan tetapi pengembangan
karier perawat yang ada sekarang lebih menekankan pada posisi / jabatan baik structural maupun
fungsinal (job career) sedangkan jenjang karier professional berfokus pada pengembangan
jenjang karier professional yang sifatnya individual. Untuk itu perlu dikembangkan jenjang
karier professional bagi perawat yang bekerja di RSUD Ungaran dan buku pedomanya. Pedoman
ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan Komite Keperawatan dalam upaya
mengembangkan jenjang karier dalam konteks system penghargaan bagi perawat RSUD
Ungaran .
1. B. TUJUAN
1. 1. Tujuan Umum
Meningkatkan professionalisme dan akuntabilitas perawat klinik yang bekerja di RSUD Ungaran
terhadap masyarakat
1. 2. Tujuan Khusus
a) Adanya persamaan persepsi berbagai pihak tentang system pengembangan karir professional
perawat klinik di RSUD Ungaran.
b) Adanya system jenjang karir professional perawat dalam konteks system penghargaan bagi
perawat klinik di RSUD Ungaran.
1. C. RUANG LINGKUP
Adapun ruang lingkup system jenjang karier professional perawat di RSUD Ungaran adalah
yaitu :
1. Perawat Klinik (PK) yaitu perawat yang memberikan asuhan keperawatan langsung pada
klien sebagai individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
2. Perawat Manajer (PM) yaitu perawat yang mengelola pelayanan keperawatan disarana
kesehatan, baik sebagai pengelola tingkat bawah, tingkat menengah maupun tingkat atas.
Jenjang karier merupakan system untuk meningkatkan kinerja dan professionalism, sesuai
dengan bidang pekerjaan melalui peningkatan kompetensi (Depkes, 2008) Dalam pengembangan
system jenjang karir professional dapat dibedakan antara pekerjaan (job) dan karir (career).
Pekerjaan diartikan sebagai suatu posisi atau jabatan yang diberikan , serta ada keterikatan
hubungan antara atasan dan bawahan dan mendapat imbalan uang.
Karir diartikan sebagai suatu jenjang yang dipilih individu untuk dapat memenuhi kepuasan kerja
perawat dan mengarah vpada keberhasilan pekerjaan sehingga pada akhirnya akan memberikan
kontribusi terhadap bidang profesi yang dipilihnya.
1. Prinsip Pengembangan
1. Kualifikasi
Kualifikasi dimulai dari perawat dengan Pendidikan DIII Keperawatan.
1. Penjenjangan
Fungsi utama perawat klinik adalah memberikan asuhan keperawatanlangsung sesuai standar
praktik dank ode etik.
Setiap perawat klinik yang bekerja di RSUD Ungaran mempunyai kesempatan yang sama untuk
meningkatkan karir sampai jenjang karir professional tertinggi sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
1. Standar profesi.
Perawat yang bekerja di RSUD Ungaran dalam memberikan asuhan keperawatan mengacu pada
standart praktek dank ode etik keperawatan.
Perawat lulusan D III keperawatan memiliki pengalaman kerja 2 tahun atau Ners dengan
pengalaman keja 0 tahundan memiliki sertifikat PK –I.
Perawat lulusan D III keperawatan memiliki pengalaman kerja 5 tahun atau Ners dengan
pengalaman keja 3 tahun dan memiliki sertifikat PK –II.
Perawat lulusan D III keperawatan memiliki pengalaman kerja 9 tahun atau Ners dengan
pengalaman keja 6 tahun atau Ners Specialis dengan pengalaman kerja 0 tahun dan memiliki
sertifikat PK –III.
Bagi lulusan D III yang tidak melanjutkan S1 tidak dapat melanjutkan ke jenjang karier PK –
IV.
1. Perawat Klinik IV
Perawat lulusan Ners dengan pengalaman keja 9 tahun atau Ners Specialis dengan pengalaman
kerja 2 tahun dan memiliki sertifikat PK –IV. UNTUK Ners Konsultan dengan pengalaman kerja
0 tahun.
Perawat klinik V adalah ners specialis dengan pengalaman kerja 4 tahun atau ners specialis
konsultan dengan pengalaman kerja 1 tahun dan memiliki sertivikat PK –V.
1. F. SERTIFIKASI
Program sertifikasi dilaksanakan oleh organisasi PPNI. Dalam masa transisi sebelum terbentuk
konsil keperawatan Indonesia, uji sertifikasi dilaksanakan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi
(LSP) yang terdiri dari unsure PPNI dan stakeholders terkait.
1. G. REMUNERASI
Agar jenjang karir dapat dilaksanakansecara optimal harus didukung oleh system remunerasi.
Setiap kenaikan dari satu jenjang karir ke jenjag karir lebih tinggi perlu dikuti dengan pemberian
remunerasi sesuai dengan kinerja pada setiap jenjang.
1. I. MASA PERALIHAN
Aadapun langkah – langkah dalam penjenjangan karir perawat adalah sebagai berikut ;
1. Mapping ketenagaan
2. Maching kualifikasi dengan pedoman jenjang karir :
3. Pendidikan
4. Pengalaman kerja keperawatan klinik
5. Sertifikasi
6. Challenge test sesuai dengan proses dengan jenjang karir
7. Jika tidak lulus dialihkan jenjang yang lebih rendah
8. Pendidikan formal bagi yang mau dan mampu sesuai dengan persiapan jenjang karir PK
yang lebih tinggi.
1. J. PENUTUP
Hal – hal yang belum diatur dalam kerangka acuan kerja ini akan diatur kemudian.
Sebenarnya yang dicanangkan oleh PPNI tentang penetapan jenjang karir perawat pada Perawat
Klinik menurut saya cukup ideal. Ada PK 1, PK 2, PK 3, PK 4. Seorang perawat yang telah
memiliki kompetensi PK 3 maka dia tinggal mempertahankan kompetensi secara periodik untuk
di asses kembali. Karena bicara jenjang karir, tentu dia tidak akan turun menjadi PK 1 atau PK 2
lagi, kecuali karena alasan tertentu yang sangat ekstrim.
Berbeda dengan pemahaman banyak teman-teman perawat di rumah sakit, yang menganggap
sebagai Perawat Pelaksana, Ketua Team, Kepala Ruang, Supervisor adalah jenjang karir.
Pemahaman ini akan membawa mindset perawat dalam kondisi stagnan. Bisa dibayangkan,
apabila ada seorang perawat baru berusia 35 tahun, karena dinilai kompeten, kemudian dia
diangkat menjadi Kepala Ruang. Pertanyaannya, apakah dia akan menjadi Kepala Ruang sampai
pensiun karena tidak ada job di atasnya? Supervisor sudah penuh, Kasie sudah lengkap, Kabid
juga sudah ada.
Bila terus berlanjut, kapan perawat yunior dengan pendidikan tinggi dan dia memiliki
kompetensi yang baik dalam manajerial bisa menjadi kepala ruang? Kapan dia memiliki
kesempatan untuk naik menjadi Ketua Team karena Ketua Team dan Kepala Ruang di situ rata-
rata masih muda.
Keadaan ini akan menjadikan lingkungan yang tidak kondusif, tidak ada atmosfer kompetisi,
perawat yunior pun hanya akan menjadi penonton tanpa ada kemauan untuk berkembang lebih
baik, karena yang tertanam dalam pikiranya “ngapain begini begitu, toh sama saja”. Ini tentu
akan merusak suasana pembelajaran dan kompetisi untuk lebih maju dan lebih baik.
Sebenarnya kita bisa menerapkan model seperti di sekolah. Keputusan Menteri Pendidikan
Nasional nomor : 162/U/2003 tentang Pedoman Penugasan Guru sebagai Kepala Sekolah telah
mengarah pada sistim pembinaan yang cukup baik. Ada dua aspek penting dalam kedua Kepmen
tersebut yaitu : Kepala Sekolah adalah guru yang mendapat tugas tambahan sebagai Kepala
Sekolah dan masa jabatan Kepala Sekolah selama 4 (empat) tahun serta dapat diperpanjang
kembali selama satu masa tugas berikutnya bagi kepala sekolah yang berprestasi sangat baik.
Status Kepala Sekolah adalah guru dan tetap harus menjalankan tugas-tugas guru, mengajar
dalam kelas minimal 6 jam dalam satu minggu di samping menjalankan tugas sebagai seorang
manajer sekolah. Begitu juga ketika masa tugas tambahan berakhir maka statusnya kembali
menjadi guru murni dan kembali mengajar di sekolah.
Bila gambaran ini diterapkan di rumah sakit kepada perawat, maka setiap perawat memiliki
kesempatan yang sama untuk menjadi ketua team, kepala ruang atau supervisor. Cukup seorang
kepala ruang memiliki masa kerja empat tahun, bisa diperpanjang satu periode di ruang yang
sama, setelah dua periode tapi kompetensinya tetap baik, bisa dipindah ke ruang lain tapi tetap
sebagai kepala ruang. Atau bahkan menjadi supervisor, atau menjadi ketua team atau menjadi
perawat pelaksana biasa.
Ini mungkin hanyalah wacana yang memunculkan pro dan kontra. Penentangan pertama jelas
dari mereka yang merasa senior. Karena mereka merasa tidak pantas lagi kalau harus masuk shift
sore dan shift malam ketika menjadi perawat pelaksana.
Kondisi ini sebenarnya bisa diantisipasi dengan cara atmosfer pembelajaran tetap diciptakan,
kesadaran sebagai perawat dipertahankan. Orang yang memiliki kompetensi manajerial baik dan
diakui betul oleh komunitasnya, mengapa tidak dipertahankan sebagai kepala ruang dan mungkin
hanya dipindahkan ke ruang lain. Dan kalau toh dengan terpaksa harus menjadi perawat
pelaksana lagi, itupun harus disadari betul, karena memang pasien kita membutuhkan waktu 24
jam mendapatkan perawatan. Tidak senior tidak yunior, kalau kita menyadari posisi kita sebagai
perawat, konsekuensi itu musti harus diterima.
Dengan wacana Jenjang Karir Perawat yang dicanangkan PPNI (PK1, PK2, PK3, PK4) bila
diterapkan betul, niscaya akan mampu membawa kualitas perawat menuju kepada arah yang
ideal, membawa kompetisi ke arah yang baik dan membangkitkan semangat perawat untuk
selalu berpacu meningkatkan kompetensinya.
Teori From Novice To Expert yang dikembangkan oleh Patricia Benner diadaptasi dari Model Dreyfus
yang dikemukakan oleh Hubert Dreyfus dan Stuart Dreyfus. Teori From Novice to Expert menjelaskan 5
tingkat/tahap akuisisi peran dan perkembangan profesi meliputi: (1) Novice, (2) Advance Beginner, (3)
competent, (4) proficient, dan (5) expert. Penjelasan dari kelima tingkatan tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Novice
Tingkat Novice pada akuisisi peran pada Dreyfus Model, adalah seseorang tanpa latar belakang
pengalaman pada situasinya. Perintah yang jelas dan atribut yang obyektif harus diberikan untuk
memandu penampilannya. Di sini sulit untuk melihat situasi yang relevan dan irrelevan. Secara umum
level ini diaplikasikan untuk mahasiswa keperawatan.
b. Advance Beginner
Advance Beginner dalam Model Dreyfus adalah ketika seseorang menunjukkan penampilan mengatasi
masalah yang dapat diterima pada situasi nyata. Advance beginner mempunyai pengalaman yang cukup
untuk memegang suatu situasi. Fungsi perawat pada situasi ini dipandu dengan aturan dan orientasi
pada penyelesaian tugas. Advance beginner mempunyai responsibilitas yang lebih besar untuk
melakukan manajemen asuhan pada pasien. Benner menempatkan perawat yang baru lulus pada tahap
ini.
c. Competent
Advance beginner akan menjadi competent setelah menyelesaikan pembelajaran praktik dalam situasi
yang nyata. Tahap competent dari Model Dreyfus ditandai dengan kemampuan mempertimbangkan dan
membuat perencanaan yang diperlukan untuk suatu situasi dan sudah dapat dilepaskan. Tahap
competent ditandai dengan konsisten dan kemampuan memprediksi serta manajemen waktu. Perawat
competent dapat menunjukkan reponsibilitas yang lebih pada respon pasien, lebih realistik dan dapat
menampilkan kemampuan kritis pada dirinya.
d. Proficient
Perawat pada tahap ini menunjukkan kemampuan baru untuk melihat perubahan yang relevan pada
situasi, meliputi pengakuan dan mengimplementasikan respon keterampilan dari situasi yang
dikembangkan. Proficient akan menunjukan peningkatan percaya diri pada pengetahuan dan
keterampilannya. Pada tingkatan ini perawat banyak terlibat dengan keluarga dan pasien.
e. Expert
Benner menjelaskan, perawat expert mempunyai pegangan intuitiv dari situasi yang terjadi sehingga
mampu mengidentifikasi area dari masalah tanpa kehilangan pertimbangan waktu untuk membuat
diagnosa alternatif dan penyelesaian. Perubahan kualitatif pada expert adalah “mengetahui pasien”
yang berarti mengetahui tipe pola respon dan mengetahui pasien sebagai manusia. Aspek kunci pada
perawat expert adalah:
2.
Swansburg (2000), mengelompokkan jenjang karir menjadi empat, yaitu perawat klinik, manajemen,
pendidik dan peneliti. Model tahapan perawat klinik adalah sebagai berikut :
Blakemore memaparkan Nursing Careers di United Kingdom ( UK ) sejak tahun 2006 mengalami proses
modernisasi dengan model karir yang lebih fleksibel tertuang dalam career pathways. Karir yang
dikembangkan sejalan dengan konsep Benner (84) dan Swansburg (2000), yang menetapkan empat jalur
karir, meliputi perawat klinik, manajemen, pendidik dan peneliti. Namun demikian, konsep
pengembangan karir selanjutnya diarahkan pada lima career pathways yang meliputi :