PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Keberadaan Reksa Dana di Indonesia dapat dikatakan telah dimulai pada saat
diaktifkannya kembali pasar modal di Indonesia. Pada saat itu penerbitan Reksa Dana
dilakukan oleh persero (BUMN) yang didirikan khusus untuk menunjang kegiatan pasar
modal Indonesia, sekalipun pada saat itu belum ada pengaturan khusus mengenai Reksa
Dana. Istilah Reksa Dana lebih dikenal pada tahun 1990 dengan diizinkannya pelaku pasar
modal untuk menerbitkan Reksa Dana melalui Keppres No. 53 Tahun 1990 tentang Pasar
Modal. Keberadaan Reksa Dana di Indonesia dapat dikatakan telah dimulai pada saat
diaktifkannya kembali pasar modal di Indonesia. Pada saat itu penerbitan Reksa Dana
dilakukan oleh persero (BUMN) yang didirikan khusus untuk menunjang kegiatan pasar
modal Indonesia, sekalipun pada saat itu belum ada pengaturan khusus mengenai Reksa
Dana. Istilah Reksa Dana lebih dikenal pada tahun 1990 dengan diizinkannya pelaku pasar
modal untuk menerbitkan Reksa Dana melalui Keppres No. 53 Tahun 1990 tentang Pasar
Modal.
Pada tahun 1929 sewaktu bursa saham jatuh maka pertumbuhan industri reksadana
ini menjadi melambat. Menanggapi jatuhnya bursa maka Kongres Amerika mengeluarkan
Undang-undang Surat Berharga 1933 (Securities Act of 1933) dan Undang-undang Bursa
Saham 1934 (Securities Exchange Act of 1934).
Berdasarkan peraturan tersebut maka reksadana wajib didaftarkan pada Securities
and Exchange Commission atau biasa disebut SEC yaitu sebuah komisi di Amerika yang
menangani perdagangan surat berharga dan pasar modal. Selain itu pula, penerbit
reksadana wajib untuk menyediakan prospektus yang memuat informasi guna keterbukaan
informasi reksadana, juga termasuk surat berharga yang menjadi objek kelolaan, informasi
mengenai manajer investasi yang menerbitkan reksadana.
1
B. Rumusan masalah
Dari latar belakang diatas ada beberapa rumusan masalah yang penulis akan uraikan antara
lain yaitu:
1. Bagaimana memahami reksa dana sebagai alternatif investasi ?
2. Bagaimana sejarahnya reksa dana ?
3. Bagaimana bentuk dan jenis reksa dana ?
4. Bagaimana karakteristik reksa dana ?
5. Bagaimana pengelolaan dan sifat reksa dana ?
6. Bagaimana reksadana dijual ?
7. Apa manfaat dan resiko reksa dana?
8. Apa hal-hal yang perlu di perhatikan dalam reksadana ?
9. Apa Pengaruh Pajak terhadap Reksa Dana ?
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menjawab rumusan masalah yang
diuraikan oleh penulis antara lain yaitu:
BAB II
PEMBAHASAN
A. Memahami Reksa dana
Secara etimologi kata reksa dana berasal dari dua kata yaitu “reksa” yang
berartikan jaga atau pelihara dan “dana” berarti uang. Secara sederhana dapat kita
simpulkan bahwa reksa dana adalah kumpulan uang yang di jaga atau dipelihara. Sehingga
2
dalam hal ini istilah reksa dana didefinisikan sebagai suatu wadah yang dipergunakan
untuk menghimpun dana dari masyarkaat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam
portofolio efek oleh manajer investasi.[[1]]
Reksadana merupakan terjemahan dari mutual fund. Bagi masyarakat Indonesia,
meskipun reksadana bukan hal baru, tetapi kurang populer, sehingga kurang menarik bagi
investor. Konsep mutual fund sendiri lahir sekitar seratus tahun lalu di London, Inggris. Di
Indonesia, lembaga reksadana dipelopori oleh PT Danareksa, sebuah BUMN (Badan
Usaha Milik Negara) di bawah kontrol Departemen Keuangan.
Reksadana merupakan salah satu bentuk dari perusahaan investasi (investment
company). Prinsip investasi pada reksadana adalah melakukan investasi yang menyebar
pada sekian alat investasi yang diperdagangkan di pasar modal.[[2]]
Menurut Undang-undang Pasar Modal nomor 8 Tahun 1995 pasal 1, ayat (27):
“Reksadana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat
Pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio Efek oleh Manajer Investasi”.
[[3]]
3
Dari definisi di atas, dapat disimpulan bahwa terdapat tiga unsur penting dalam pengertian
Reksadana yaitu:[[4]]
1. Adanya kumpulan dana masyarakat, baik individu maupun institusi
Dengan melakukan pengumpulan dana dari para pemodalnya memungkinkan pemodal-
pemodal yang memiliki dana yang minim dapat ikut andil berinvestasi dalam bentuk efek.
2. investasi bersama dalam bentuk suatu portofolio efek yang telah terdiversifikasi
Yang dimaksud dengan efek adalah surat berharga, seperti suratpengakuan
utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan,
kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas Efek, dan setiap turunan dari Efek, baik
Efek yang bersifat utang maupun yang bersifat ekuitas, seperti opsi dan waran. Portofolio
efek yang dikelola oleh reksa danadapat berupa kumpulan dari beberapa jenis efek (tidak
hanya sejenis).
4
B. Sejarah reksa dana
Pertama kali dikenal terbit dengan nama Massachusetts Investors Trust yang
diterbitkan tanggal 21 Maret 1924 ini adalah jenis reksa dana yang bisa dibilang muncul
pertama di zaman modern meskipun pada masa-masa awal tahun 1744 yang didirikan oleh
seorang Adriaan van Ketwich.
Pada akhir tahun 2007, secara keseluruhan total aset kelolaan reksa dana di dunia
adalah $26,1 triliun dengan jumlah produk sebanyak 66.350 buah. Sebuah perkembangan
yang sangat luar biasa jika dibandingkan dengan pada saat Massachusetts Investors Trust
diterbitkan yang "hanya" $392.000.
Di Indonesia sendiri perkembangan reksa dana sendiri dimulai pada tahun 1976 yang
diawali dengan munculnya PT.Danareksa. Pada waktu itu PT. Danareksa menerbitkan
reksa dana yang disebut dengan sertifikat Danareksa. Setiap hari harga unit Danareksa ini
diumumkan dan didengarkan melalui siaran radio bersamaan dengan harga sembilan bahan
pokok. Kemudian pada tahun 1995 berdiri sebuah Reksa Dana tertutup yaitu PT.BDNI
Reksa Dana dengan menawarkan 600 juta saham dengan nilai satu saham Rp 500,-
sehingga terkumpul dana sebesar Rp 300 miliar.[[5]]
6
Reksadana yang mempunyai perbandingan target aset alokasi pada efek saham dan
pendapatan tetap yang tidak dapat dikategorikan ke dalam ketiga reksadana lainnya. Reksa
dana campuran dalam orientasinya lebih fleksibel dalam menjalankan investasi. Fleksibel
berartikan, pengelolaan investasi dapat digunakan untuk berpindah-pindah dari saham, ke
obligasi, maupun ke deposit. Atau tergantung pada kondisi pasar dengan melakukan
aktivitas trading,
4. Reksadana Pasar Uang. (Money Market Fund)
Reksadana yang investasinya ditanam pada efek bersifat hutang dengan jatuh
tempo yang kurang dari satu tahun. Umumnya investasi dalam kategori reksa dana pasar
uang memiputi, deposito, SBI, Obligasi serta efek hutang lainnya.
Reksadana pasar uang memiliki tingkat resiko yang minim, namun keuntungan yang di
dapat juga sangat terbatas. Tujuannya adalah perlindungan modal dan untuk menyediakan
likuiditas yang tinggi, sehingga ketika dibutuhkan dapat dicairkan setiap hari kerja dengan
resiko penurunan nilai investasi yang hamper tidak ada.
1. Perlindungan 100% pada nilai pokok investasi, jika dicairkan sesuai dengan
jangka waktu yang ditentukan.
8
Penyertaan yang telah dijualnya. Investor hanya dapat menarik investasinya dengan
cara menjual/mengalihkan saham/unit penyertaan yang dimilikinya kepada investor lain
yang berminat.
9
c. Transparansi informasi
Reksa Dana wajib memberikan informasi atas perkembangan portofolionya
dan biayanya secara kontinyu sehingga pemegang Unit Penyertaan dapat
memantau keuntungannya, biaya, dan risiko setiap saat.
Pengelola Reksa Dana wajib mengumumkan Nilai Aktiva Bersih (NAB)
nya setiap hari di surat kabar serta menerbitkan laporan keuangan tengah tahunan
dan tahunan serta prospektus secara teratur sehingga Investor dapat memonitor
perkembangan investasinya secara rutin.
d. Likuiditas yang tinggi
Agar investasi yang dilakukan berhasil, setiap instrumen investasi harus
mempunyai tingkat likuiditas yang cukup tinggi. Dengan demikian, Pemodal dapat
mencairkan kembali Unit Penyertaannya setiap saat sesuai ketetapan yang dibuat
masing-masing Reksadana sehingga memudahkan investor mengelola kasnya.
Reksadana terbuka wajib membeli kembali Unit Penyertaannya sehingga sifatnya
sangat likuid.
e. Biaya Rendah
Karena reksadana merupakan kumpulan dana dari banyak pemodal dan
kemudian dikelola secara profesional, maka sejalan dengan besarnya kemampuan
untuk melakukan investasi tersebut akan menghasilkan pula efisiensi biaya
transaksi.[[10]]
2. Resiko Reksa Dana
Dalam berinfestasi tentulah kita perlu seorang investor mengenal jenis
risiko yang berpotensi timbul apabila membeli Reksadana.
1. Risiko menurunnya NAB (Nilai Aktiva Bersih) Unit Penyertaan
Penurunan ini disebabkan oleh harga pasar dari instrumen investasi yang
dimasukkan dalam portofolio Reksadana tersebut mengalami penurunan
dibandingkan dari harga pembelian awal. Penyebab penurunan harga pasar
portofolio investasi Reksadana bisa disebabkan oleh banyak hal, di antaranya
akibat kinerja bursa saham yang memburuk, terjadinya kinerja emiten yang
memburuk, situasi politik dan ekonomi yang tidak menentu, dan masih banyak
penyebab fundamental lainnya.
Salah satu tolak ukur dalam memantau hasil dari suatu Reksa Dana adalah
dengan melakukan pengukuran NAB (Nilai Aktiva Bersih). NAB per saham/unit
10
penyertaan adalah harga wajar dari portofolio suatu Reksadana setelah dikurangi
biaya operasional kemudian dibagi jumlah saham/unit penyertaan yang telah
beredar (dimiliki investor) pada saat tersebut
2. Risiko Likuiditas
Potensi risiko likuiditas ini bisa saja terjadi apabila pemegang Unit
Penyertaan reksadana pada salah satu Manajer Investasi tertentu ternyata
melakukan penarikkan dana dalam jumlah yang besar pada hari dan waktu yang
sama. Istilahnya, Manajer Investasi tersebut mengalami rush (penarikan dana
secara besar-besaran) atas Unit Penyertaan reksadana. Hal ini dapat terjadi apabila
ada faktor negatif yang luar biasa sehingga memengaruhi investor reksadana untuk
melakukan penjualan kembali Unit Penyertaan reksadana tersebut. Faktor luar
biasa tersebut di antaranya berupa situasi politik dan ekonomi yang memburuk,
terjadinya penutupan atau kebangkrutan beberapa emiten publik yang saham atau
obligasinya menjadi portofolio Reksadana tersebut, serta dilikuidasinya perusahaan
Manajer Investasi sebagai pengelola Reksadana tersebut.
3. Risiko Pasar
Risiko Pasar adalah situasi ketika harga instrumen investasi mengalami
penurunan yang disebabkan oleh menurunnya kinerja pasar saham atau pasar
obligasi secara drastis. Istilah lainnya adalah pasar sedang mengalami kondisi
bearish, yaitu harga-harga saham atau instrumen investasi lainnya mengalami
penurunan harga yang sangat drastis. Risiko pasar yang terjadi secara tidak
langsung akan mengakibatkan NAB (Nilai Aktiva Bersih) yang ada pada Unit
Penyertaan Reksadana akan mengalami penurunan juga. Oleh karena itu, apabila
ingin membeli jenis Reksadana tertentu, Investor harus bisa memperhatikan tren
pasar dari instrumen portofolio Reksadana itu sendiri.
4. Risiko Default
Risiko Default terjadi jika pihak Manajer Investasi tersebut membeli
obligasi milik emiten yang mengalami kesulitan keuangan padahal sebelumnya
kinerja keuangan perusahaan tersebut masih baik-baik saja sehingga pihak emiten
tersebut terpaksa tidak membayar kewajibannya. Risiko ini hendaknya dihindari
dengan cara memilih Manajer Investasi yang menerapkan strategi pembelian
portofolio investasi secara ketat.
11
G. Hal-hal Yang Perlu Di Perhatikan Dalam Reksadana
1. Reksa Dana bukan merupakan produk bank, sehingga tidak dijamin oleh bank,
serta tidak termasuk dalam cakupan objek program penjaminan pemerintah atau
penjaminan simpanan.
2. Semakin tinggi potensi keuntungan yang dapat Anda raih, semakin besar pula
risiko hilangnya nilai investasi Anda.
3. Pastikan memperoleh Bukti Kepemilikan Unit Penyertaan.
4. Pastikan memiliki hak untuk menjual kembali sebagian atau seluruh Unit
Penyertaannya, kepada Manajer Investasi.
5. Dapatkan laporan posisi Nilai Aktiva Bersih dari Unit Penyertaan dan laporan
tahunan posisi penyertaan serta pembaharuan prospektus.
6. Ketahui dan pahami rencana investasi portfolio yang akan ditanam dari produk
Reksadana baik potensi hasil dan risiko dengan membaca prospektus secara
cermat.
7. Pahami tujuan rencana keuangan pribadi dan pemilihan produk sesuai profil
resiko.
8. Tetap menyediakan dana yang cukup dan menabung secara teratur untuk
mengantisipasi timbulnya risiko investasi.
9. Pilih jangka waktu investasi yang sesuai dengan rencana keuangan Anda dan
jangan mudah terpengaruh pendapat orang lain, serta berpikir dan bertindak
realistis dalam berinvestasi.
H. Pengaruh Pajak terhadap Reksa Dana
Reksadana tumbuh sangat pesat dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir
dan telah menjelma menjadi salah satu raksasa kecil di sektor keuangan. Faktor
pembebasan pajak atas investasi pada reksadana tidak bisa dipungkiri lagi menjadi
salah satu faktor utama pemicu melesatnya pertumbuhan reksadana. Dengan adanya
pembebasan pajak selama lima tahun untuk suatu portofolio reksadana maka
investor memiliki preferences yang lebih menarik untuk menanamkan uangnya pada
reksadana. Berbeda dengan deposito yang dihimpun oleh bank-bank, secara
fundamental pemilik deposito akan terkena pajak final atas bunga yang
diperolehnya sebesar 20%. Dengan adanya faktor pajak tersebut, deposito yang
dihimpun oleh industri perbankan tidak mengalami pertumbuhan sepesat dan
secepat reksadana. Peran dispensasi pajak sangat kuat sekali dalam mendorong
12
pertumbuhan reksadana selain dipengaruhi oleh faktor lain seperti misalnya rate of
return maupun komposisi portofolio reksadana itu sendiri. Reksadana yang berbasis
obligasi rekap dianggap lebih menarik oleh investor karena faktor keamanan (zero-
risky-assets) maupun rate of return yang lebih tinggi.
Apabila dispensasi pajak juga diberikan kepada simpanan dalam bentuk
deposito, maka bukanlah sesuatu yang tidak mungkin kalau deposito akan mampu
berkembang dan tumbuh secepat reksadana. Pengenaan pajak atas bunga deposito
sebesar 20% bersifat final tentu saja dirasakan kurang menguntungkan bagi para
pemilik dana dan tentunya investor akan mencari jenis penanaman dana yang
memberikan tingkat keuntungan yang lebih baik. Walaupun secara fundamental
reksadana tidak dijamin oleh pemerintah karena tidak termasuk dalam program
blanket guarantee, namun tetap saja lebih menarik dari deposito karena secara
struktural memang mampu menghasilkan keuntungan yang lebih baik ditambah
dengan faktor pembebasan pajak. Lihat saja saat ini deposito satu tahun hanya
memberkan bunga pada kisaran 8%-11,5% belum dipotong pajak pendapatanbunga
deposito sebesar 20%, sebaliknya reksadana memberikan rate of return lebih tinggi
misalnya saja Trimegah Dana Tetap yang mberikan tingkat keuntungan 17%
ataupun BNI Dana Berbunga Dua sebesar 17,45% dan keuntungan tersebut sudah
bersih dari faktor pajak. Investor akan semakin tertarik untuk memilih reksadana
apabila tingkat inflasi memperlihatkan tren penurunan karena dengan tingkat inflasi
yang rendah investasi pada instrumen keuangan yang berbunga tetap seperti
deposito menjadi semakin tidak menarik. Pada akhirnya arbritage theory yang akan
berbicara disini, artinya kalau seorang pemilik dana ingin mencari yang rate of
return yang lebih tinggi tentu dia akan memilih reksadana sebagai instrumen
investasinya dibandingkan pada deposito. Oleh karena itu perbedaan perlakuan
pajak tersebut secara tidak langsung sangat mempengaruhi pertumbuhan reksadana
dan deposito.
Selain itu, investasi pada deposito maupun reksadana memiliki karakter
yang sangat berbeda. Perbedaan tersebut terletak pada jangka waktunya karena
reksadana merupakan instrumen investasi jangka panjang sedangkan deposito atau
produk bank lain seperti giro dan tabungan merupakan instrumen jangka pendek.
Mengingat perbedaan jangka waktu tersebut, rate of return dari reksadana dan
deposito serta tabungan dan giro juga berbeda. Reksadana pada dasarnya memiliki
13
rate of return yang lebih tinggi dibandingkan instrumen investasi jangka pendek
yang dikeluarkan oleh bank seperti deposito dan tabungan. Tingkat keuntungan
yang lebih tinggi tersebut sangat wajar mengingat reksadana adalah instrumen
investasi jangka panjang dan memerlukan rate of return yang lebih besar untuk
mengcover volatility ririko-risiko yang akan muncul di kemudian hari. Oleh karena
itu, risk premium (premi risiko) yang diperlukan untuk mengcover risiko jangka
panjang yang sulit diprediksikan tersebut haruslah tercermin pada rate of return
yang lebih tinggi. Apabila rate of return untuk investasi jangka pendek dan jangka
panjang adalah sama, maka investor tidak tertarik untuk menanamkan dananya pada
instrumen investasi jangka panjang karena ketidak pastian risiko yang dihadapi
pada jangka panjang sulit untuk diukur. Secara teoritis, semua investor yang
melakukan penanaman dana dalam bentuk instrumen apapun selalu berpegang pada
prinsip risk-averse yang berarti investor akan memilih jenis investasi yang
memberikan rate of return yang sebesar mungkin dengan tingkat risiko yang
serendah mungkin.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
14
Reksadana merupakan salah satu bentuk dari perusahaan investasi (investment
company). Prinsip investasi pada reksadana adalah melakukan investasi yang menyebar
pada sekian alat investasi yang diperdagangkan di pasar modal.
Saran
Saran yang dapat kami berikan selaku penulis kepada para pembca lainnya adalah
sebagai mahasiswa seharusnya kita lebih memahami bagaimana sebenarnya pengelolaan
reksadana tersebut sehingga kita dapat mempraktekkannya dan memetik manfaatnya
dimasa yang akan datang.
Daftar Pustaka
Widoatmodjo, Sawidji, Cara Sehat Investasi di Pasar Modal pengetahuan dasar, Jakarta:
PT. Jurnalindo Aksara Grafika, 1996.
Bodie Zvi, Kane Alex, Marcus Alan J., Investments, Jakarta: Salemba Empat, 2008.
http://karyagen-jar.blogspot.com/2012/06/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html.
http://id.wikipedia.org/wiki/Reksadana.
http://just-for-duty.blogspot.com/2012/04/1.html.
http://www.bisnisinvestasisaham.com/investasi-reksadana/pengertian-reksadana/
[1] http://karyagen-jar.blogspot.com/2012/06/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html.
[2] Sawidji, Widoatmodjo, Cara Sehat Investasi di Pasar Modal: pengetahuan dasar,
(Jakarta: PT. Jurnalindo Aksara Grafika, 1996), cetakan ke-2, h. 172-173
[3] http://id.wikipedia.org/wiki/Reksadana.
[4] http://www.bisnisinvestasisaham.com/investasi-reksadana/pengertian-reksadana/
[5] http://just-for-duty.blogspot.com/2012/04/1.html
[6] Ibid opcit. hlm. 41
[7] Ibid. hlm. 41
15
[8] Firdaus Muhammad, Dkk. 2005. Briefcase Book Edukasi Profesional Syariah Investasi
Halal di Reksa Dana Syariah. Renaisan. Jakarta. hlm. 37
[9] Zvi Bodie, Alex Kane, Alan J. Marcus, Investments, (Jakarta: Salemba Empat, 2008),
edisi, ke-6, h. 150-151
[10] wikipedia.org/wiki/Reksadana, op.cit
16