Anda di halaman 1dari 3

Logika & Prima Principia - 24

Kembali kepada Prima-


Principia
Kemustahilan adanya kontradiksi dalam semua yang maujud. Ini adalah
hakikat inti prima-principia, yang disebut dengan prinsip non-kontradiksi ( qanun
tanaqudh). Secara lebih terperinci prima - principia ini terdiri atas tiga prinsip;
identitas (qanun dzatiyyah), non-kontradiksi (qanun tanaqudh) dan ketiadaan
batas (qanun imtina`).

Prinsip identitas artinya sesuatu selalu identik dengan dirinya sendiri. Prinsip
non-kontradiksi artinya sesuatu pasti tidak sama dengan yang bukan dirinya
sendiri. Prinsip ketiadaan batas artinya sesuatu tidak mungkin sekaligus
sesuatu dan bukan sesuatu tersebut pada saat yang bersamaan.

Contohnya; Tuhan itu Ada. Dan Ada memiliki makna hanya karena menurut
qanun dzatiyyah Ada itu benar-benar Ada. Kemudian, menurut qanun
tanaqudh, Ada itu pasti tidak sama dengan tidak Ada. Dan lebih tegas lagi,
menurut qanun imtina` , Tuhan itu Ada dan mustahil tidak Ada.

Demikianlah, tidak ada satu kebenaran apa pun yang dapat di -tashdiq
tanpa mengakui prima - principia. Karena berarti benar bisa sekaligus
salah, dan sebaliknya.

Dan bahkan tidak ada satu konsepsi apa pun, baik tunggal maupun
majemuk, yang dapat diterima tanpa sebelumnya mengakui prima -
principia. Karena segala sesuatu kehilangan identitasnya dan tak mungkin
diberi identitas tanpa menerima prinsip ini sebelumnya.
Logika & Prima Principia - 25
-

Keberadaannya dalam akal manusia niscaya, dan jelas bukan


merupakan prinsip yang bisa diturunkan dari fakta maupun prinsip lain.
Karena justru prinsip ini-lah tempat semua bangunan pengetahuan manusia
bertumpu.

Dan kebenarannya dalam alam obyektif tidak mungkin dapat dibantah.


Karena dengan menolak kebenarannya kita akan kehilangan keseluruhan
makna semua yang maujud.

Dan penolakan kepadanya hanyalah karena perbedaan istilah tentang


kontradiksi 1. Sehingga secara hakiki tidak mengubah kebenaran prinsip ini
yang Mutlak.

Sehingga benarlah jika dikatakan prinsip dasar seluruh bangunan


pengetahuan manusia adalah suatu ilmu hudhuriy. Karena prima-principia
yang merupakan kenyataan yang paling nyata dari yang nyata ternyata telah
hadir dalam akal manusia tanpa memerlukan suatu usaha rasional apa pun.

Bahkan sebagian filsuf 2 yakin bahwa pada hakikatnya semua ‘ilmu


bersifat hudhuriy. Karena bukankah semua ‘ilmu lain lahir dari, oleh dan
untuk prima - principia ini ?

Dan bahkan, prinsip kesegalaan,- tidak lain adalah prima - principia -, telah
ada secara niscaya pada jiwa manusia, sehingga terkadang manusia
disebut sebagai mikro-kosmos. Walaupun secara material manusia
sebagian kecil dari alam materi, namun sebagai intellegebles, manusia
mengandung hakikat semua yang maujud. Sehingga tak salah jika dikatakan

1
Ada delapan syarat untuk membuktikan adanya kontradiksi; kesatuan subyek , kesatuan predikat, kesatuan tempat, kesatuan
waktu, kesatuan potensialitas dan aktualitas, kesatuan keseluruhan dan sebagian, kesatuan dalam syarat/kondisi, kesatuan
dalam al-idhafah. Misalnya, saya mati dan saya hidup belum tentu merupakan kontradiksi, karena dapat dikatakan saya mati
setahun lagi dan saya hidup sekarang. Ini tidak memenuhi syarat kesatuan waktu. Contoh lain adalah, saya akan lulus dan
saya akan tidak lulus belum tentu merupakan kontradiksi, karena dapat dikatakan saya akan lulus jika rajin belajar dan saya
akan tidak lulus jika tidak rajin belajar. Contoh ini tidak memenuhi syarat kesatuan syarat / kondisi.
2
Seperti halnya ‘Allamah Muhammad Husain Tabataba`ie.
Logika & Prima Principia - 26
-

bahwa, seluruh yang ada qua seluruh yang ada telah secara niscaya
ada dalam jiwa manusia, in potentia , dengan memahami bahwa belum
tentu teraktualisasi sempurna. Apakah itu yang dimaksudkan dengan Tuhan tak
mungkin ditampung apapun kecuali di qalbi mu`min?

Dan semoga Ia menjernihkan al-‘aql dari hawa nafsu sehingga jelas tampak
semuapyang benar sebagaimana adanya, kabulkan Yaa Allah tunjukilah hatiku
yang sesat lagi gelap ini.

wallahu a’lam bish-showwab

Anda mungkin juga menyukai