Anda di halaman 1dari 2

Prinsip Berpikir

Berpikir dalam prosesnya merupakan salah satu komunikasi intrapersonal. Ia merupakan


proses terakhir yang sebelumnya terdapat sensasi, persepsi, dan memori. Dalam pengertian
harafiahnya berpikir memiliki beberapa definisi bergantung pada persepsi ilmu yang ada. Salah
satunya adalah definisi menurut Paul Mussen dan Mark R. Rosenzwig yaitu berpikir
menunjukkan berbagai kegiatan yang melibatkan penggunaan konsep dan lambing sebagai
pengganti peristiwa dan objek.

Selain ilmu komunikasi, berpikir termasuk didalam ilmu logika atau yang lebih luas
adalah filsafat. Dalam ilmu ini berpikir ditafsirkan lebih luas dan mendasar karena filsafat sendiri
merupakan ibunya seluruh ilmu. Dalam filsafat berpikir merupakan kemampuan manusia untuk
melihat dan memberikan tanggapan tentang apa yang ada melalui inderanya. Secara garis besar
terdapat 3 kaidah dalam berpikir yaitu prinsip berpikir, hukum berpikir, dan bentuk-bentuk
berpikir. Yang kali ini akan dibahas ialah mengenai prinsip berpikir.

Mengenai berpikir dalam ilmu filsafat kita tentu tidak akan melupakan salah seorang paling
berpengaruh dalam dunia filsafat, yaitu Aristoteles. Aristoteles berpendapat bahwa prinsip
berpikir ada 3 yaitu :

1. Prinsip Identitas (Law of Identity).

Adalah hukum yang berbunyi, “suatu benda adalah benda itu sendiri, tak mungkin yang
lain. Dan jika di simbolkan akan berbunyi “A adalah A, tak mungkin B”. Jadi arti yang
benar dari suatu benda adalah sama selama benda itu dibicarakan atau dipikirkan. Kita tak
boleh merubah atribut-atribut dari benda itu sendiri, karena jika kita merubah atribut-
atribut itu sendiri berarti konsep dari benda itu pun akan berubah pula.

2. Prinsip Kontradiksi (Law of Contradiction)

Hukum ini menyatakan bahwa dua sifat yang berlawanan tidak mungkin ada pada suatu
benda pada waktu dan tempat yang sama. Atau jika kita analogikan, “meja itu berwarna
hijau dan pasti berwarna hijau”, tidak mungkin berbunyi “meja itu hijau dan tidak
berwarna hijau”, atau contoh yang lain nya, “benda itu bentuknya besar dan kecil”.
3. Prinsip Jalan Tengah (Law of Ecluded Middle).

Sekilas, prinsip atau hukum ini terlihat sama. Hukum Jalan Tengah menyatakan bahwa
dua sifat yang berlawanan tidak mungkin dimiliki satu benda, hanya satu sifat yang bisa
dimiliki oleh suatu benda.

Contoh, “A” harus “B”, atau “tidak B”. Pada hukum kontradikisi, dua sifat tidak mungkin
benar pada suatu benda, salah satunya haruslah bernilai salah. Dan pada hukum
penyisihan jalan tengah, du sifat yang berbeda tak mungkin bernilai salah pada suatu
benda, salah satunya harus ada yang bernilai benar. Jadi, jika kedua prinsip ini
digabungkan, maka kebenaran salah satu dari dua hal yang berkontradikisi, menunjukan
kesalahan yang lainya dan kesalahan yang satu menunjukan kebenaran yang lainya.

Selain 3 diatas, seorang filsuf lain yang juga seorang matematikawan dan konsultan politik asal
Jerman, Gottfried Wilhelm von Leibniz menambahkan satu lagi prinsip berpikir sehingga
menggenapkannya menjadi 4 yaitu :

4. Hukum Cukup Alasan.

Hukum ini sebenarnya adalah hukum tambahan dari hukum identitas. Hukum ini
mengatakan, “jika ada sesuatu kejadian pada suatu benda, hal itu harus mempunyai
alasan yang cukup. Demikian juga jika ada perubahan pada suatu benda itu”. Contoh,
“air membeku”, air membeku karena adanya suhu dibawah titik beku disekitar air itu,
dan suhu itu bertahan dengan waktu yang cukup lama untuk membekukan air tersebut.
Kenapa hukum ini merupakan hukum tambahan dari hukum identitas? Karena secara
tidak langsung, hukum ini menyatakan bahwa suatu benda haruslah tetap, tidak berubah.
Adapun jika ada perubahan/penambahan, harus ada sesuatu yang mendahuluinya, yang
cukup untuk menyebabkan perubahan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai