Anda di halaman 1dari 10

Senin, 21 April 2014

SOP PEMETAAN GEOLOGI


A. TUJUAN
1. Standarisasi pemetaan geologi dan tahapan kerjanya
2. Inventarisasi data geologi yang baik dan sistematis yang disimpan dalam bentuk
database geologi
3. Mengumpulkan data aktual sumberdaya batubara

B. SASARAN
1. Perhitungan estimasi sumber daya dan kualitas
2. Hasil dari pemetaan geologi ini selanjutnya akan digunakan untuk acuan dalam
penentuan lokasi titik pengeboran dangkal maupun pengeboran dalam/stratigrafi.
3. Perekaman data geologi yang baik, sistematis dan berkualitas sangat diperlukan untuk
basis data geologi yang merupakan data awal dalam pertimbangan penentuan daerah
prospek.
4. Interpretasi kondisi geologi yang benar dari data geologi yang baik juga diperlukan agar
hasil interpretasi yang ditampilkan dalam bentuk peta geologi dapat dipertanggung-
jawabkan dan digunakan untuk tahap kegiatan eksplorasi selanjutnya.

C. PENANGGUNGJAWAB
Yang berwenang untuk mempertanggung jawabkan kegiatan pemetaan geologi adalah
level manager, minimal level superintendent

D. MASUKAN YANG DIBUTUHKAN DALAM PROSES


1. Desk Study (Pra Lapangan)
2. Penyelidikan Lapangan untuk pengambilan data
3. Database Geologi
4. Evaluasi Data dan Pemrosesannya

E. KELUARAN YANG DIHASILKAN


1. Laporan Akhir Pemetaan Geologi
2. Peta Sebaran Singkapan Batubara dan Pendukung
3. Peta Geologi

F. CYCLE TIME

1. Waktu yang diperlukan untuk desk study (Pra Lapangan) adalah maksimal 1
minggu

2. Waktu yang diperlukan untuk penyelidikan lapangan dalam rangka pengambilan


data adalah tergantung luas area

3. Waktu yang diperlukan untuk menuangkan data dari lapangan ke dalam database
geologi adalah maksimal 1 bulan

4. Waktu yang dilakukan untuk melakukan evaluasi data dan pemrosesannya adalah
maksimal 1 bulan

G. Bagan Eksplorasi Geologi


H. URUTAN KERJA (PROSES)
A. INSTRUKSI KERJA
1. Desk Study (Pra Lapangan)
Desk study adalah kegiatan pengumpulan informasi geologi awal sebelum penyelidikan
lapangan yang bertujuan untuk mempersempit wilayah penelitian. Informasi awal ini di
dapat dari peta geologi regional, peta rupa bumi (Bakosurtanal) dan peta-peta lain
beserta infomasi-informasi tentang suatu daerah yang kemudian digunakan untuk
menghasilkan peta rencana lintasan pemetaan.

1.1 Peta Geologi Regional


Peta geologi regional memuat informasi formasi batuan, struktur geologi regional dan
arah jurus umum dan kemiringan lapisan batuan. Dari peta ini, dapat didelineasi batas
formasi pembawa batubara (coal bearing formation) sehingga area pemetaan dapat
diciutkan. Struktur geologi regional dan arah jurus umum dan kemiringan lapisan dapat
digunakan dalam perencanaan lintasan.

Peta Rupa Bumi


Peta rupa bumi memuat informasi topografi, jalan, aliran sungai, penggunaan lahan
serta demografi. Topografi dapat digunakan sebagai informasi morfologi regional dan
dapat diinterpretasi keadaan geologi suatu wilayah (kedudukan lapisan batuan dan
struktur geologi regional) sebagai gambaran awal kondisi geologi. Dari hasil interpretasi
ini, area pemetaan dapat diciutkan lagi. Aliran sungai dan jalan perlu di perhatikan
karena lintasan pemetaan hanya melewati sungai dan jalan yang memotong arah strike
saja. Sedangkan informasi mengenai jalan, penggunaan lahan dan demografi dapat
digunakan dalam perencanaan pencapaian lokasi pemetaan.

Peta Rencana
Peta Rencana Lintasan Pemetaan
Peta rencana lintasan pemetaan adalah peta acuan dalam pemetaan geologi.
Dalam membuat rencana lintasan, yang harus diperhatikan adalah:
a. Lintasan harus memotong strike lapisan batuan agar stratigrafi batuan dapat diketahui.
b. Lintasan berupa lintasan sungai atau dinding urukan jalan.
Dari peta rencana lintasan, dibuat rencana lintasan day to day untuk pemetaan, agar
kegiatan pemetaan benar-benar terencana dan sistematis

Peneliti Terdahulu
Hasil penelitian sebelumnya oleh orang/instansi pada daerah rencana penelitian maupun
bersinggungan dengan daerah penelitian dapat dijadikan bantuan untuk acuan
pembuatan rencana kerja pemetaan.

2. Penyelidikan Lapangan

Setelah peta rencana lintasan dan rencana lintasan day to day dibuat dilanjutkan pada
tahap selanjutnya adalah penyelidikan lapangan untuk mengambil data. Tahap
penyelidikan lapangan ini terdiri dari beberapa kegiatan.

2.1 Persiapan Alat


Alat-alat yang harus disiapkan untuk pemetaan geologi adalah:

- Meteran (5 m & 30 m/50 m) - Stapler besar

- Buku catatan - Linggis


lapangan

- Kamera - Clipboard

- Kompas - Cangkul
geologi

- Kantong sample - Parang

- Lup - Ganco

- Palu geologi - Penggaris segitiga, busur


(sedimen) derajat
- GPS (Global Positoning - Pensil, spidol
System) marker

- Peta - Label sample


lintasan

2.2 Pengambilan Data


2.2.1. Traversing
Dalam melakukan pelintasan (traversing), yang perlu diperhatikan adalah posisi. Setelah
berada dalam lintasan, tentukan dulu posisi dengan GPS atau membaca peta. Setiap
pergerakan harus selalu terpantau dengan menyalakan ”track log GPS” (GPS harus
selalu dalam keadaan on) atau mencatat pergerakan di buku catatan lapangan apabila
melakukan ”Passing and Compass”. Perekaman traversing ini berfungsi untuk membuat
peta lintasan pemetaan.

Jika menggunakan GPS, yang perlu diperhatikan adalah sinyal GPS tidak hilang dan
pastikan akurasi posisi GPS cukup baik. Alat bantu parang dapat digunakan jika jalan
rintisan belum ada.Lintasan dapat saja diganti di lapangan sesuai dengan kondisi di
lapangan.

2.2.2. Observasi Singkapan


Observasi singkapan merupakan kegiatan utama dalam pengambilan data geologi.
Kemampuan analisa geologi dalam mengobservasi singkapan menentukan
benar/tidaknya data (kualitas data). Urutan Langkah kerja dalam observasi singkapan
(outcrop) adalah s.b:

A. Penentuan Posisi Singkapan


Ketika menemukan singkapan (batubara dan atau struktur geologi), pertama kali yang
dilakukan adalah penentuan posisi singkapan. Catat posisi singkapan dengan marking di
GPS dan catat koordinat dan elevasi singkapan dalam buku catatan lapangan. Jika sinyal
GPS hilang pada posisi singkapan, lakukan passing and compass dari titik terdekat yang
mendapat sinyal GPS ke titik singkapan.

B. Pembersihan Singkapan (Outcop Cleaning)


Sebelum melakukan analisa geologi untuk singkapan, pembersihan singkapan perlu
dilakukan agar batuan yang segar (fresh) dari setiap interval singkapan, terlihat dari roof
sampai floor sehingga observasi dapat berlangsung maksimal. Pembersihan singkapan
ini menggunakan alat bantu cangkul, parang , linggis dan ganco.

C. Kode Singkapan, Waktu Pemetaan, Keadaan Cuaca dan Geologist


Semua point diatas dicatat dalam buku catatan lapangan.
Pemberian kode singkapan harus teratur dan sistematis. Nama singkapan merupakan
urutan inisial nama daerah -geologist-urutan nomor singkapan.
Contoh: nama daerah Kananai (inisial KN), nama geologist Abdullah (inisial AB),
singkapan ke-1, Maka kode singkapan adalah KNAC 001 , dan KNACP 001,
Catatan : Inisial nama daerah dan geologist dibuat dalam 2 digit huruf
Nomor urut dibuat sebanyak 3 digit angka

D. Pengukuran Kedudukan (Strike/Dip) Bidang Lapisan

E. Penentuan Roof dan Floor


Catat roof dan floor. Penentuan roof dan floor diperhatikan dari struktur sedimen yang
ada. Ini berguna untuk menentukan Top dan Bottom dari seam batubara. Roof dan floor
disini adalah lapisan batuan non-batubara yang paling atas dan paling bawah dari satu
atau lebih seam batubara.

F. Pembuatan Channel (Paritan) Pada Singkapan


Pembuatan channel bertujuan untuk kegiatan deskripsi batuan. Dengan pembuatan
channel, diharapkan bagian segar dari batuan dapat tersingkap dan seluruh bagian
lapisan batuan dari top ke bottom terlihat sehingga deskripsi batuan dapat dilakukan
lengkap dari top ke bottom batuan (batubara atau non-batubara).

G. Deskripsi Singkapan
Dalam deskripsi singkapan yang perlu diperhatikan adalah Interval batuan yang di
deskripsi dan deskripsi batuan dan jenis Litologi. Langkah deskripsi singkapan, yaitu:
a. Buat sketsa singkapan.
b. Ukur ketebalan batuan (batubara dan non batubara).
c. Catat interval batuan yang akan dideskripsi (khususnya untuk batubara)
d. Catat deskripsi batuan (batubara dan non-batubara).
Deskripsi batubara dilakukan secara ”ply by ply”. Skenario Pembagian ply by ply dalam
batubara mengikuti SOP ”Pengambilan Sample grab/Channel & Inti Bor Untuk Analisa
Kualitas Batubara
Selanjutnya pengambilan sample akan mengikuti pembagian ply dalam deskripsi ini.
Apabila terdapat satu ply yang cukup tebal (>0.5 m), hendaknya deskripsi dibagi-bagi
lagi sesuai kebutuhan.

Deskripsi batuan termasuk deskripsi batubara dan batuan non-batubara.


Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam Pemerian batubara adalah s.b:
a. Warna (color), adalah warna yang terlihat dipermukaan dengan mata telanjang.
b. Gores (streak), adalah warna dari batubara yang telah digores menjadi serbuk.
c. Tingkat kelapukan
d. Pecahan (fracture), istilah yang dipakai even, uneven, conchoidal, sub conchoidal,
flat.
e. Kilap (luster/bright), diklasifikasikan mengikuti Standard Coal Categories (Australian
standard). Penjabaran s.b:
Standard Symbol Coal Description
B Bright (greater than 90%)
Bd Bright with dull bands (60% to 90% bright)
DB Interbanded dull and bright (40% to 60% briht
Db Mainly dull with frequent bright bands (10% to
40% bright
Dmb Dull with minor bright bands (1% to 10%
bright)
D Dull (less than 1% bright)
Pemerian litologi selain batubara yang perlu diperhatikan adalah :
a. Warna (color) lithologi
b. Besar butir (grain size), adalah ukuran (diameter dari fragmen batuan). Skala
pembatasan yang dipakai adalah “Skala Wentworth”.
c. Pemilahan (sorting), adalah tingkat keseragaman besar butir. Istilah – istilah yang
dipakai adalah terpilah baik (butir – butir sama besar), terpilah sedang dan terpilah
buruk.
d. Kebulatan (roundness), adalah tingkat kelengkungan dari setiap fragmen butiran.
Istilah – istilah yang dipakai adalah :
- wellrounded (membundar baik)
- rounded (membundar)
- sub rounded (membundar tanggung)
- angular (menyudut)
- sub angular (menyudut tanggung)
e. Kemas (fabric), adalah sifat hubungan antar butir, kesatuannya di dalam satu massa
dasar atau di antara semennya. Istilah kemas terbuka digunakan untuk butiran yang
tidak saling bersentuhan, dan kemas tertutup untuk butiran yang saling bersentuhan.
f. Porositas, adalah perbandingan antara jumlah volume rongga dan volume
keseluruhan dari satu batuan. Dalam hal ini dapat dipakai istilah – istilah yang kualitatif
yang merupakan fungsi daya serap batuan terhadap cairan, yaitu porositas sangat baik
(very good), baik (good), sedang (fair), buruk (poor) diuji dengan meneteskan cairan.
g. Semen dan Massa Dasar (matrix)
Semen adalah bahan yang mengikat butiran. Semen terbentuk pada saat pembentukan
batuan, dapat berupa silika, karbonat, oksida besi atau mineral lempung. Massa dasar
(matrix) adalah massa dimana butiran/fragmen berada dalam satu kesatuan. Massa
dasar terbentuk bersama fragmen pada saat sedimentasi, dapat berupa bahan semen
atau butiran yang lebih halus.
h. Struktur Sedimen
Struktur sedimen termasuk ke dalam struktur primer, yaitu struktur yang terbentuk
pada saat pembentukan batuan (pada saat sedimentasi). Beberapa struktur sedimen
hanya dapat diamati pada satu atau beberapa satuan perlapisan. Perlapisan dapat
ditunjukkan oleh perbedaan besar butir atau warna dari bahan penyusunannya.
Perlapisan beragam dari yang tipis (laminasi) sampai tebal.

h.1. Perlapisan bersusun (graded bedding)


Merupakan susunan perlapisan dari butir yang kasar berangsur menjadi halus pada
satuan perlapisan. Struktur ini dapat dipakai sebagai petunjuk, umumnya butir yang
kasar merupakan bagian yang bawah (bottom/floor) dari lapisan yang halus bagian atas
(top/roof).
h.2. Perlapisan berselang (cross bedding)
Merupakan bentuk lapisan yang terpotong pada bagian atasnya oleh lapisan berikutnya
yang berlainan sudutnya. Terutama terdapat pada batupasir.
h.3. Gelembur gelombang (current ripple)
Bentuk perlapisan bergelombang, seperti berkerut dalam satu lapisan.

H. Sampling batubara
Tata cara sampling batubara mengikuti SOP ”Pengambilan Sample grab/Channel & Inti
Bor Untuk Analisa Kualitas Batubara (No. SOP 001/SOP/P&D/I/05)”.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan selain yang di atas, yaitu:
1. Sample di masukkan ke dalam kantong sample berlapis 2. kemudian label sample
dimasukkan diantara lapisan kantong sample luar dan lapisan kantong sample bagian
luar, ini mencegah agar label tidak kontak langsung dengan sample.
2. Catat list sample dalam buku catatan lapangan.
3. Masing – masing plastik sampel (bag) dijadikan satu sesuai dengan kode singkapan dan
diikat/distapler dengan kuat dan benar, supaya tidak berhamburan atau tercecer dan
memudahkan untuk pengecekan ulang sample.
4. Sampel langsung dibawa ke camp atau tempat yang sudah disediakan sebelum dibawa
ke laboratorium. Jika lokasi dekat dengan laboratorium sampel dapat langsung dibawa
ke lab.
5. Dari tempat lokasi pengambilan sampel sampai ke laboratorium, sampel tidak boleh
kehujanan atau rusak karena dapat mengurangi keakurasian hasil analisa.

I. Penandaan Singkapan
Tandai singkapan dengan pita plastik yang bertuliskan kode singkapan dan tanggal
observasi. Tulisan dibuat dengan memakai spidol marker (water proof). kemudian Ikat
pita pada pohon dekat singkapan.

J. Dokumentasi
Setelah semua kegiatan selesai. Dokumentasikan singkapan menggunakan kamera. Foto
yang dihasilkan harus jelas, menggunakan komparator (misal: orang) dan usahakan
mencakup semua komponen singkapan. Apabila ada bagian yang ingin ditunjukkan lebih
detil, dalam satu singkapan bisa saja lebih dari satu foto.

K. Orientasi Morfologi
Selain orientasi singkapan, hal yang penting untuk dicatat adalah morfologi umum
pada daerah penelitian seperti bentuk perbukitan, stadium erosi sungai, derajat umum
kemiringan tabing, dan sebagainya

2.2.3. Indikasi Struktur Geologi


Struktur geologi merupakan hal yang penting dalam pemetaan geologi. Struktur geologi
sangat mempengaruhi model geologi nantinya.
Langkah kerja dalam observasi singkapan struktur geologi, sebagian besar sama dengan
observasi singkapan di batubara, hanya perbedaannya yaitu pada deskripsi singkapan.
Deskripsi singkapan struktur geologi memerlukan interpretasi yang baik dan memahami
unsur struktur geologi.
Urutan deskripsi singkapan struktur geologi yaitu:
1. Interpretasi jenis struktur atau indikasi struktur seperti sesar (normal, naik atau
mendatar), off set sesar, breksiasi, fracture, lipatan dan lipatan mikro (mikrofold),
slicken side dan lain-lain.
2. Sketsa Singkapan
3. Pengukuran unsur-unsur struktur yaitu kedudukan bidang sesar, fracture (shear, gash
fracture, tension release), arah breksiasi, slicken side (trend, pitch), kedudukan
mikrofold.
4. Penandaan singkapan
5. Dokumentasi singkapan
6. Data hasil pengukuran struktur geologi ini kemudian dianalisa selanjutnya dalam analisa
struktur geologi.

3. Database Geologi
Data yang didapat dari lapangan (dalam buku catatan lapangan) kemudian dituangkan
dalam database geologi. Database tersebut diantaranya:
- Database singkapan (dituangkan dalam bentuk tabel, lihat lampiran contoh database
singkapan)
- Database struktur geologi (posisi singkapan, jenis/indikasi struktur geologi dan hasil
pengukuran unsur-unsur struktur)
- Database sample dan kualitas batubara (dituangkan dalam bentuk tabel, lihat lampiran
contoh database sample dan kualitas batubara)
- Database peta singkapan batubara (strike/dip batubara) dan struktur geologi
- Lembar deskripsi singkapan (lihat lampiran contoh lembar deskripsi singkapan)

4. Evaluasi Data dan Pemrosesannya


4.1. Evaluasi data
Evaluasi dilakukan selama proses dan setelah pengambilan data selesai.Adapun dalam
mengevaluasi data yang harus dilakukan adalah s.b:
Setiap data yang didapat dari lapangan, setelah sampai di camp, data harus selalu
dimasukkan ke dalam database geologi dan diplot dalam peta lintasan, terutama
singkapan batubara (kode, posisi, strike/dip, tebal) dan struktur geologi. Hal ini
bertujuan untuk memperkirakan penyebaran batubara dan lokasi struktur geologi.
Setelah tahap pengambilan data selesai, maka dapat dilakukan interpretasi korelasi
seam sementara secara menyeluruh tanpa memperhitungkan kualitas batubara, juga
dengan masukan dari hasil dari analisa struktur geologi. Hasil dari kegiatan ini adalah
peta geologi sementara.
Apabila pada saat evaluasi terdapat penilaian atas kekurangan data atau kualitas data
yang kurang baik, geologist harus kembali mengambil data dilapangan misal:
kekurangan sample atau terdapat area pemetaan yang belum tercover.
4.2. Proses Pembuatan Peta Geologi
Tahap pengerjaan peta geologi adalah s.b:
a. Plot data singkapan batubara dan singkapan batuan non-batubara yang ditemukan di
lapangan dalam peta lintasan. Data singkapan dalam peta mencakup kode singkapan,
posisi singkapan, kedudukan lapisan batuan (strike/dip), ketebalan batubara.
b. Plot data singkapan struktur geologi.
c. Interpretasikan kemenerusan struktur geologi dengan mempertimbangkan hasil dari
analisa struktur geologi.
d. Interpretasikan korelasi seam batubara dengan menggunakan hukum ”V”
e. Masukkan data kualitas batubara ke singkapan sebagai bahan pertimbangan dalam
korelasi batubara
f. Delineasi batas coal bearing formation (formasi pembawa batubara) untuk menentukan
coal limit (batas penyebaran batubara
g. Buat penampang geologi

5. Pelaporan dan Dokumentasi


5.1. Laporan Akhir Pemetaan Geologi
Laporan akhir dibuat dalam bentuk buku dengan lampiran yaitu peta geologi dan peta
lintasan/singkapan. Perhitungan sumberdaya batubara dilakukan dengan menggunakan
Australian metode (mengacu pada buku ”Guideline to the Australasian Code For
Reporting of Identified Mineral Resources and Reserves,4 1990”).
Contoh outline laporan akhir dapat dilihat pada lampiran.

5.2. Peta Sebaran Singkapan dan Pendukung


Komponen utama dari peta sebaran singkapan dan pendukung adalah plot jurus dan
kemiringan singkapan batubara yang disertai dengan peta hasil analisa kualitas setiap
singkapan, jika dilakukan dengan metoda ply by ply, maka cantumkan hasil composite
dari ply tersebut. Data pendukung sepeti jalan, posisi kampung, sungai, bekas jalan
logging, dan sebagainya.

5.2. Peta Geologi


Komponen utama peta geologi adalah korelasi seam batubara (cropline) dan kedudukan
lapisan batuan (strike/dip) yang mencakup juga kode singkapan dan ketebalan
batubara.
Perlu diperhatikan, penampilan garis cropline untuk seam dengan ketebalan < 1m harus
dibedakan dengan seam yang memiliki rata-rata ketebalan > 1m.

LAMPIRAN 1

Format Database Singkapan Batubara


Format Database untuk pengamatan lapangan

Anda mungkin juga menyukai