HIPOTIROIDISME

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 11

HIPOTIROIDISME

KONSEP DASAR
Pengertian
Hipotiroidisme merupakan keadaan yang ditandai dengan terjadinya hipofungsi
tiroid yang berjalan lambat dan diikuti oleh gejala-gejala kegagalan tiroid. Keadaan ini
terjadi akibat kadar hormon tiroid berada di bawah nilai optimal.
Tipe hipotiroidiseme yaitu :
 Hipotiroidisme primer atau tiroidal yang mengacu kepada disfungsi kelenjar tiroid
itu sendiri
 Hipotiroidisme sentral, apabila disfungsi tiroid disebabkan oleh kegagalan kelenjar
hipofisis, hipotalamus atau keduanya. Hipotiroidisme sentral dapat disebut sebagai
hipotiroidisme sekunder atau pitutaria juka sepenuhnya disebabkan oleh kelainan
hipofisis, dan hipotiroidisme tertier atau hipotalamus jika ditimbulkan oleh
kelainan hipotalamus yang mengakibatkan sekresi TSH tidak adekuat akibat
penurunan stimulasi oleh TRH.

Etiologi

Primer : congenital, idiopatik, defisiensi iodiom tiroiditas kronis, tirotoksin


Sekunder/tersier : disfungsi hypofisa atau hypothalamus
Iatrogenik : iodineradioaktif, pembedahan tiroid, obat anti tiroid.

Patifisiologi

Jika produksi hormon tiroid tidak adekuat, maka kelenjar tiroid akan
berkompensasi untuk meningkatkan sekresinya sebagai respon terhadap rangsangan
hormon TSH. Penurunan sekresi hormon kelenjar tiroid akan menurunkan laju
metabolisme basal yang akan mempengaruhi semua system tubuh. Proses metabolic yang
dipengaruhi adalah :
a. Penurunan produksi asam lambung
b. Penurunan motilitas usus
c. Penurunan detak jantung
d. Gabgguan fungsi neurologik
e. Penurunan produksi panas
Penurunan hormon tiroid juga akan mengganggu metabolisme lemak dimana akan
terjadi peningkatan kadar kolesterol dan trigliserida sehingga klien berpotensi mengalami
atherosklerosis. Akumulasi proteoglikans hidrophilik di rongga intestisial seperti rongga
pleura, cardiac dan abdominal sbagai tanda dari mixedema. Pembentukan eritrosis yang
tidak optimale sebagai dampak dari penurunan hormon tiroid memungkinkam klien
mengalami anemia.
Secara garis besar dampak hipotiroidisme terhadap berbagai system tubuh sebagai
berikut :
1. System integumen seperti kulit dingin, pucat, kering, bersisik dan menebal ;
pertumbuhan kuku buruk, kuku menebal ; rambut kering, kasar ; rambut rontok dan
pertumbuhannya buruk.
2. Sistem pulmonary seperti hipoventilasi, pleural effusion, dispnea.
3. Sistem kardiovaskular seperti bradikardi, disritmia, pembesaran jantung, toleransi
terhadap aktivitas menurun.
4. metabolic seperti penurunan metabolisme basal, penurunan suhu tubuh, intoleransi
terhadap dingin.
5. Sistem muskuloskeletal seperti nyeri otot, kontraksi dan relaksasi otot yang melambat.
6. Sistem neurologis seperti fungsi intelektual yang lambat, berbicara lambat dan terbata-
bata, gangguan memori, kurang perhatian, lethargi atau somnolen, bingung, hilang
pendengaran, parastesia, penurunan refleks tendon.
7. Gastrointestinal seperti anoreksia, peningkatan berat badan,obstipasi, distensi abdomen.
8. Sistem reproduksi, pada wanita : perubahan menstruasi seperti amenore atau masa
menstruasi yang memanjang, infertilitas, anovulasi, dan penurunan libido. Pada pria :
penurunan libido dan impotensia.
9. Psikologi / emosi ; apatis, agitasi, depresi, paranoid, menarik diri, perilaku mania.

Manifestasi Klinik
Gejala dini hypotiroidisme tidak spesifik, namun kelelahan yang ekstrim
menyulitkan penderita mengerjakan pekerjaan sehari-hari secara penuh atau ikut serta
dalam aktivitas yang lazim dialakukannya.

Tanda-tanda dan gejala karena defisiensi T3 dan T4 menimbulkan penurunan


fungsi metabolik normal yang dikotrol oleh hormon-hormon ini.. Biasanya periubahan
faktor fisologi terjadi secara lambat dan awal. Gejala-gejala yang timbul tidak jelas
(kelelahan, kelemahan, letargi, teloransi terhadap dingin, tubuh lebam, mengantuk,
konsultasi, kulit kering ronntokl, infertilitas, penurunan libido, penurunan suhu tubnuh,
menoragi pada wanita muda. Myxedema merupankan hypotiroidisme yang berat
perlambatan fungsi metabolic dan akumulasi cairan yang hebat menimbulkan gambaran
mexedema yang khas.
Karekteristik hypotiroidisme berbeda-beda tergantung usia pada saat penyakit
timbul dan beratnya defisiensi. Terdapat penimbulan asam hyaluronat dan perubahan
substansi dasar menimbulkan edema mucinous. Keadaan ini bertanggung jawab terhadap
terjadinya penebalan jaringan tangan kaki dan lidah serta jaringan sekitar mata dan
terhadfap timbulnya efusi pleura, pericardium dan sendi.
Wajah yang khas pada myxedema berkulit kasar, mudah memar, (karena
peningkatan fraginitas kapiler) dan pucat serta kuning (karena anemia dan
hiperkarotenemia). Rambut mudah kusam, kering dan mudah putus. Proses mental berjalan
lambat, kehilangan inisiatif, defisit memori, dan bahasa yang kacau, somnolen, konfius
bahkan dimensia dapat terjadi. Kekacauan otot dan sendi srring terjadi, selera makan
menurun dan penurunan pristaltik yang menyebabkan konstipasi. Meskipun terjadi
perubahan yang hebat pada beberapa individu tampaknya tidak perduli dengan perubahan
fungsi fisik, dan tingkah laku yang mereka alami.
Disfungsi kardiovaskuler merupakan keadaan yang serius yang terjadi pada
hipotiroidisme yang tidak diobati. Disamping bradikardi mungkin pula terdapat
peningkatan tekanan darah diastolik, dan efusi perikardial, efusi pleura, asites, jantung
membesar, selain itu semua fungsi tubuh melambat, refleks tendon dalam berkurang, dan
mungkin pula terdapat efusi sendi.
Koma myxedema menggambarkan stadium hipotiroidisme yang ekstrim dan berat,
dimana pasien mengalami hipotermia dan tidak sadarkan diri.
Penatalaksanaan medik umum
Tujuan primer penatalaksanaan hipotiroidisme adalah memulihkan metabolisme pasien
kembali kepada keadaan metabolik normal dengan cara mengganti hormon yang
hilang,misalnya : Levotiroksin sintetik (synthroid atau levothroid). Dosis terapi pengantian
hormonan didasarkan pada kosnsentrasi TSH dalam serum pasien.
Pada hipotiroidisme yang berat dan koma mexedema, penatalaksanaannya mencakup
pemeliharaan berbagai fungsi vital. Pengukuran gas darah arteri untuk memandu
pelaksanaan bantuan ventilasi untuk mengatasi hipoventilasi. Pemberian cairan dilakukan
dengan hati-hati karena bahaya intoksikasi air. Jika terdapat hipoglikemia yang nyata,
Infus larutan glukosa pekat dapat dilakukan untuk memberikan glukosa tanpa
menimbulkan kelebihan cairan

Penatalaksanaan Keperawatan
Modifikasi aktivitas. Penderita hipotiroidisme akan mengalami pengurangan tenaga
dan letargi sedang hingga berat . Sebagai akibatnya,resiko komplikasi akibat imobilisasi
akan meningkat sehinga aktivitas pasien terbatas akibat perubahan pada status
kardiovaskuler dan pulmoner yang terjadi akibat tiroidisme.Peran perawat yang penting
adalah membantu perawatan dan kebersihan diri pasien sambil mendorong partisipasi
pasien untuk melakukan aktivitas yangmasih berada dalam batas-batas toleransi yang
ditetapkan untuk mencegah komplikasi imobilasasi.
Pemantauan yang berkelanjutan. Pemantauan tanda –tanda vital dan tingkat kognitif
pasien dilakukan dengan ketat selama proses penegakan diagnosis dan awal terapi untuk
mendeteksi : 1) kemunduran status fisik serta mental 2) gejala peningkatan laju metabolic
akibat terapi yang melampaui kemampuan reaksi sistim kardiovaskuler dan pernapasan 3)
keterbatasan dan komplisi mexedema yang berkelanjutan.
Pengaturan suhu. Pasien sering mengalami gejala menggigil dan menderita
inteloransi yang ekstrim terdapat hawa dingin ektra pakaian dan selimut dapat diberikan,
dan pasien harus dilindugi dari hembusan angin.
Dukungan emosional. Penderita hipotiroidisme sedang hingga berat dapat mengalami
reaksi emosional hebat terhadap perubahan penampilan serta citra tubuhnya dan terhadap
terlambatnya diagnosis yang sering dijumpai pada penyakit ini. Pasien dan keluarganya
harus diberitahu bahwa semua gejala tersebut serta ketidakmampuan untuk mengenalinya
sering terjadi dan merupakan bagian dari kelainan itu sendiri, sehingga pasien dan keluarga
memerlukan bantuan dan konseling untuk mengatasi masalah dan reaksi emosional yang
muncul
Pendidikan pasien dan pertimbangan perawatan dirumah. Pasien dan keluarganya
sering sangat perihatin terhadap perubahan yang mereka saksikan akibat hipotiroid. Sering
kita harus menentramkan kembali pasioen dan keluarganya dengan menjelaskan bahwa
banyak diantara gejala tersebut akan menghilang setelah terapi berhasil dilakukan selain itu
pasien harus diberitahu untuk terus minum obat seperti yang diresepkan meskipun gejala
sudah membaik, intruksi diet untuk meningkatkan penurunan berat badan begitu
pengobatan dimulai, untuk mempercepat pemulihan pola defekasi normal. Menjelaskan
tujuan terapi , program pengobatan serta efek samping harus disampaikan kepada dokter.
ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian data dasar


1. Riwayat atau adanya faktor-faktor penyebab.
 Tiroidektomi subtotal
 Terapi radioiodin
 Takar lajak obat-obat antitiroid

2. Menanyakan tentang perubahan fungsi seksual


 Penuruna fungsi libido
 Impotensi dan infertilitas
 Abnormaslitas menstruasi (amenore,)

3. Pemeriksaan fisik berdasarkan pengkajian umum


 Perubahan kulit atau kuku (kering, kulit kasar, dan tebal, kuku rapuh)
 Rambut rontok
 Perubahan kardiovaskular (bradikardi)
 Perubahan GI (anoreksia, konstipasi, penambahan berat badan)
 Perubahan neurologis (pada awalnya somnolen, dan peka rangsang berlanjut
sampai apatis dan lethargi, kelelahan ekstrem, bicara lambat, defisist memori,
gerakan lambat, hiporefleksi tendon)
 Perubajhan metabolic (intoleransii terhadap dingin)
 Penampilan umum (penampilan wajah gembung, penebalan jaringan pada
tangan dan kaki, pembesaran lidah)

4. Pemeriksaan diagnostik
 Kadar T3 dan T4 serum dibawa rentang normal
 JDL menunjukkan anemia (SDM, HB,dan hematokrit dibawa kadar normal)

5. Kaji perasaan pasien dan masalah tentang kondisi dan dampak gaya hidup.
6. Kaji tentang pemahaman tentang kondisi dan tindakan-tindakan.

Diagnosa keperawatan dan intervensi

1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan proses kognitif


Tujuan : meningkatkan partisipasi dalam aktivitas dan kemandirian
Intervensi :
 Atur interval waktu antar aktivitas untuk meningkatkan istrahat dan latihan yang
dapat ditolerir (mendorong aktivitas sambil memberikan kesempatan untuk
mendapatkan istirahat yang adekuat )
 Bantu aktivitas perawatan mandiri ketika pasien berada dalam keadaan lelah
(memberi kesempatan pada pasien untuk berpartisipasi dalam aktivitas
perawatan mandiri)
 Berikan stimulasi melalui percakapan dan aktivitas yang tidak menimbulkan stress
(meningkatkan perhatian tanpa terlalu menimbulkan stress pada [asien)
 Pantau respon pasien terhadap peningkatan aktivitas.(menjaga pasien agar tidak
melakukan aktivitas yang berlebihan atau kurang)

2. Perubahan suhu tubuh


Tujuan : pemeliharaan suhu tubuh yang normal
Intervensi :
 Berikan tambahan lapisan pakaian atau tambahan selimut (meminimalkan
kehilangan panas)
 Hindari dan cegah pernggunaan sumber panas dari luar(misalnya bantal pemanas,
selimut listrik, atau penghangat) (mengurangi resiko vasodilatasi perifer dan
kolasp vascular)
 Lingdungi terhadap pajangan hawa dingin dan hembusan angin (meningkatkan
tingkat kenyamanan pasien dan menurunkan lebih lanjut kehilangan panas)

3. Konstipasi berhubungan dengan penurunan fungsi gastrointestinal


Tujuan : pemulihan fungsi usus yang normal
Intervensi :
 Doromg peningkatan asupan cairan dalam batas-batas restriksi cairan
(meminimalkan kehilangan panas)
 Berikan makanan yang kaya akan serat (meningkatkan massa feses dan
frekwensi buang air besar)
 Ajarkan pada pasien tentang jenis-jenis makanan yang banyak mengandung air
(memberikan rasional peningkatan asupan cairan kepada pasien)
 Doromg pasien untuk meningkatkan mobilitas dalam batas-batas toleransi latihan
(meningkatkan evakuasi usus)
 Dorong pasien untuk menggunakan pencahar dan enema hanya bila diperlukan saja
(meminimalkan ketergantungan pasien pada pencahar serta enema, dan
dorong pola evakuasi usus yang normal)

4. Kurangnya pengetahuan tentang program pengobatan untuk terapi penggantian tiroid


seumur hidup
Tujuan : pemahaman dan penerimaan terhadap program pengobatan yang diresepkan
Intervensi :
 Jelaskan dasar pemikiran untuk terapi pengganti hormon tiroid (memberikan
rasional penggunaan terapi pengganti hormon tiroid seperti yand diresepkan,
kepada pasien )
 Uraikan efek pengobatan yang dikehendaki pada pasien (mendorong pasien untuk
mengenali perbaikan status fisik dan kesehatan yang akan terjadi pada terapi
hormon tiroid)
 Bantu pasien menyusun jadwal dan cheklist untuk memastikan pelaksanaan sendiri
terapi penggantian hormon tiroid (memastikan bahwa obat digunakan seperti
yang direspkan.)
 Uraikan tanda-tanda dan gejala permberian obat dengan dosis yang berlebihan dan
kurang (berfungsi sebagai pengecekan bagi pasien untuk menentukan apakah
tujuan terapi terpenuhi)
 Jelaskan perlunya tindak lanjut jangka panjang kepada pasien dan keluyarganya
(meningkatkan kemungkinan bahwa keadaan hipotiroid atau hipertiroid akan
dapat dideteksi dan diobati)

5. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi


Tujuan : perbaikan status respiratorius dan pemeliharaan pola nafas normal
Intervensi :
 Pantau frekuensi, kedalaman, pola pernapasan;oksimetri denyut nadi dan gas darah
arterial (mengidentifikasi hasil pemeriksaan dasar untuk memantau
perubahan selanjutnya dan mengevaluasi efektivitas intervensi)
 Dorong pasien untuk napas dalam dan batuk (mencegah atelektasis dan
meningkatkan pernapasan yang adekuat)
 Berikan obat (hipnotik dan sedatif) dengan hati-hati. (pasien hipotiroldisme
sangat sangat rentan terhadap ganguan pernapasan akibat penggunaan obat
golongan hipnotik-sedatif)
 Pelihara saluran nafas pasien dengan melakukan pengisapan dan dukungan
ventilasi bila diperlukan (penggunaan saluran nafas artificial dan dukungan
ventilasi mungkin diperlukan bila terjadi depresi pernafasan)

6. Perubahan proses berfikir berhubungan dengan gangguan metabolisme dan perubahan


status kardiovaskular serta pernafasan
 Orientasikan pasien terhadap waktu, tempat, tanggal dan kejadian disekitar
dirinya.(memudahkan orientasi rialitas kepada pasien)
 Berikan stimulasi lewat percakapan dan aktifitas yang tidak bersifat mengancam
(memudahkan stimulasi dalam batas-batas toleransi pasien terhadap stress).
 Jelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa perubahan pada fungsi kognitif dan
mental merupakan akibat dari proses penyakit (meyakinkan pasien dan keluarga
tentang prubahan kognitif dan bahwa hasil akhir yang positif dimungkinkan
jika dilakukan terapi yang tepat)
 Pantau proses kognitif serta mental dari responnya terhadap pengobatan serta terapi
lainnya (memungkinkan evaluasi terhadap efektifitas pengobatan)

7. masalah kolaboratif : mixedemedan koma mixedeme


 pantau pasien akan adanya peningkatan akan adanya peningkatan keparahan tanda
dan gejala hipotiroidisme (hipotiroidisme berat jika tidak ditangani akan
mengakibatkan mixedema, koma mexedema dan pelambatan seluruh system
tubuh)
 Dukungan dengan ventilasi jika terjadi depresi dan kegagalan pernafasan.
(dukungan ventilasi diperlukan untuk mempertahankan oksigenasi yang
adekuat dan pemeliharaan saluran nafas)
 Berikan obat (misalnya hormon tiroksin) seperti yang diresepkan dengan sangat
hati-hati. (metabolisme yang lambat dan etherosklerosis pada mixedema dapat
mengakibatkan serangan angina pada saat pemberian toksin)
 Balik dan ubah posisi tubuh pasien dengan interval waktu tertentu (minimalkan
resiko yang berkaitan dengan immobilisasi)
 Hindari penggunaan obat-oabt golongan hipnotik, sedatif dan anlgetik (perubahan
pada metabolisme obat-obat ini sangat meningkatkan risiko jika diberikan
pada keadaan miksedema)
DAFTAR PUSTAKA

1. Marilynn E Doenges, dkk, Nursing Care Plans, edisi 2, F.A Davis


Company.Philadelphia, 1984.
2. Purnawan Junadi, dkk, Kapita Selekta Kedokteran, edisi 2, Media Aesculapius FK
UI, Jakarta, 1982.
3. Barbara C Long, Perawatan Medikal Bedah, jilid 3, terjemahan, Yayasan Ikatan
Alumni Pendidikan Keperawatan Padjajaran Bandung, Bandung, 1996.
4. Hotma Rumaharbo, S.Kp. Asuhan Keperawatan Klien dengan Ganguan Sistim
Endokrin, EGC, 1999.
5. K. Murray, dkk. Biokimia Harper, Edisi 24 EGC. 1999.
6. Brunner dan Suddarth dkk. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8,
Volume , EGC, 200 .
7. Barbara Engram, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, volume 3, EGC,
Jakarta, 1998.

Anda mungkin juga menyukai