Anda di halaman 1dari 21

A.

Miskonsepsi Aljabar
1. Memahami penjumlahan dan pengurangan bentuk aljabar

Gambar 1. Soal No.1 Gambar 3. Soal No.3

Gambar 2 . Soal No.2 Gambar 4. Soal No. 4

Analisis kesalahan siswa pada gambar 1 dan 2 mengenai penjumlahan


aljabar
Jenis Kesalahan Faktor penyebab Letak Kesalahan
kesalahan
Kesalahan penerapan Terjadi miskonsepsi Soal 1 langkah 3
sifat operasi antar saat menerima
variabel penjelasan guru
Kesalahan penafsiran Tidak melakukan Soal 1 langkah 3
kaidah pencoretan komputasi dengan
tepat
Kesalahan penerapan Belum terampil Soal 2 langkah 3
sifat perkalian distribusi menerapkan aturan
perkalian distribusi
Kesalahan tidak Kurangnya Soal 2 langkah 4
menggabungkan suku penguasaan materi
sejenis prasyarat
Analisis kesalahan siswa pada gambar 3 dan 4 mengenai pengurangan
aljabar
Jenis Kesalahan Faktor penyebab Letak Kesalahan
kesalahan
Kesalahan tidak Belum menguasai Soal 3 langkah 1
menerapkan perkalian konsep operasi
silang pengurangan pecahan
aljabar
Kesalahan penulisan Tidak cermat dalam Soal 4
akibat kecerobohan membaca soal
Kesalahan penerapan Tidak melakukan Soal 4 langkah 2
operasi hitung komputasi dengan tepat
Kesalahan tidak Tidak memeperhatikan Soal4 langkah 3
melakukan petunjuk soal
penyederhanaan
pecahan

2. Memahami perkalian bentuk aljabar

Gambar 5 . Soal No.5

Gambar 6 . Soal No.6


Analisis kesalahan siswa pada gambar 5 dan 6 mengenai perkalian aljabar
Jenis Kesalahan Faktor penyebab Letak Kesalahan
kesalahan
Kesalahan pemahaman Belum menguasasi Soal 5 langkah 2
konsep operasi konsep operasi
pemangkatan pecahan pemangkatan pecahan
aljabar
Kesalahan Kecerobohan siswa Soal 5 langkah 3
menghilangkan data saat mengerjakan soal
pada langkah
penyelesaian
Kesalahan penafsiran Tidak melakukan Soal 5 langkah 4
kaidah pencoretan komputasi dengan
tepat
Kesalahan penerapan Kecerobohan siswa Soal 6 langkah 2
operasi hitung saat mengerjakan soal
Kesalahan tidak Kurangnya penguasaan Soal 6 langkah 3
melakukan materi prasyarat
penyederhanaan
pecahan

3. Memahami pembagian bentuk aljabar

Gambar 7 . Soal No.7

Gambar 8 . Soal No.8


Analisis kesalahan siswa pada gambar 5 dan 6 mengenai perkalian aljabar
Jenis Kesalahan Faktor penyebab Letak Kesalahan
kesalahan
Kesalahan Kecerobohan siswa Soal 7 langkah 2
menghilangkan data saat mengerjakan soal
pada langkah
penyelesaian
Kesalahan penerapan Tidak melakukan Soal 7 langkah 3
sifat operasi antar komputasi dengan
variabel tepat
Kesalahan tidak Kurangnya penguasaan Soal 7 langkah 3
melakukan materi prasyarat
penyederhanaan
pecahan
Kesalahan pemahaman Belum menguasai Soal 8 langkah 1
konsep operasi operasi pembagian
pembagian pecahan pecahan aljabar dan
tidak memahami soal
dengan baik
Kesalahan penafsiran Kurangnya penguasaan Soal 8 langkah 2
kaidah pencoretan materi prasyarat

Miskonsepsi yang terjadi adalah :


a. Miskonsepsi Pengartian variabel
Miskonsepsi pada pengartian huruf dapat berupa; mengabaikan
keberadaan huruf (variabel), tidak dapat membedakan fungsi huruf
sebagai variabel atau sebagai satuan, menganggap huruf sebagai suatu
objek, menganggap ada aturan yang digunakan untuk menggunakan
angka dari suatu huruf, berfikir huruf memiliki nilai tertentu,
menganggap huruf yang berbeda mewakili huruf yang berbeda, dan
berfikir bahwa huruf mewakili suatu bilangan asli (LEARN).
 Siswa mengalami miskonsepsi pada konsep perkalian pada bentuk
aljabar suku tunggal yaitu mengabaikan huruf atau variabel.
Perkalian pada bentuk aljabar suku tunggal dilakukan dengan
mengalikan angka dengan angka dan variabel dengan variabel.
Contoh : 2𝑎 × 3𝑏 = (2 × 3) × (𝑎 × 𝑏) = 6𝑎.
 Siswa mengabaikan variabel pada pemangkatan bentuk aljabar
suku tunggal dengan memangkatkan koefisien dari suatu suku dan
mengabaikan variabelnya.

b. Miskonsepsi Notasi
Miskonsepsi notasi dapat berupa; kesalahan penggabungan huruf
dan angka disebabkan siswa menganggap simbol operasi bukan bagian
dari jawaban, dan mengabaikan penggunaan tanda kurung ketika
dibutuhkan (LEARN). Seorang siswa mengalami miskonsepsi pada
konsep penjumlahan dua bentuk aljabar dengan memahami notasi
penjumlahan sebagai perkalian sehingga dikategorikan ke bentuk
miskonsepsi notasi.
 Miskonsepsi pemangkatan pada bentuk aljabar suku tunggal
dengan menganggap notasi pangkat sebagai perkalian.
 Pada pengurangan dua bentuk aljabar seorang siswa mengabaikan
tanda negatif pada suatu suku.
 Pada pengurangan dua bentuk aljabar yang dikalikan dengan
konstanta siswa mengabaikan tanda kurung.
c. Miskonsepsi penggeneralisasian
Miskonsepsi pengeneralisasian dapat berupa; tidak memahami
pernyataan penting dari sebuah metode, ketidakmampuan
mengeneralisasi karena kurang memahami operasi aritmatika, dan
tidak mampu mengeneralisasi karena siswa tidak mampu untuk
menentukan metode yang digunakan. Dua siswa mengalami
miskonsepsi konsep bentuk aljabar yaitu menganggap suatu
bentukaljabar memiliki dua operasi berbeda. Dikategorikan
miskonsepsi pengeneralisasian karena tidak memahami konsep yaitu
terdapat variabel, atau kombinasi konstanta dan variabel melalui
operasi yang tidak mesti ada dua. Suatu bentuk aljabar terdiri dari
suatu konstanta dan variabel atau kombinasi konstanta dan variabel
melalui operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian,
pemangkatan, dan pengakaran.
 Siswa menganggap hanya angka yang berada didepan variabel-lah
yang merupakan koefisien. Seorang siswa menganggap setiap
angka yang posisinya berada paling depan dari sebuah bentuk
aljabar adalah koefisien. Dikategorikan miskonsepsi
pengeneralisasiam karena tidak memahami konsep yaitu koefisien
merupakan faktor angka dari suatu suku.
 Siswa mengalami miskonsepsi konsep suku-suku sejenis. Siswa
menganggap suku-suku dengan variabel berbeda merupakan suku
yang sejenis. dikategorikan miskonsepsi pengeneralisasiankarena
tidak memahami konsep yaitu suku sejenis memiliki variabel dan
berpangkat sama.
 Siswa mengalami miskonsepsi pada konsep jenis bentuk aljabar
berdasarkan jumlah suku berbeda yaitu menganggap suatu bentuk
aljabar dikatakan binomial jika ada operasinya. Seorang siswa
menganggap binomial sebagai bentuk aljabar yang memuat
variabel . Dikategorikan miskonsepsi pengeneralisasian karena
tidak memahami konsep yaitu Binomial merupakan bentuk aljabar
yang dihubungkan oleh satu operasi jumlah atau selisih.
 Siswa yang mengalami miskonsepsi pembagian pada bentuk
aljabar. Siswa menjelaskan bahwa yang mereka pahami adalah
pembagian dengan bilangan pokok yang sama pangkatnya dikurang
namun tidak dapat mengaplikasikan konsep tersebut. Hal ini
dibuktikan dengan adanya siswa yang keliru pada penerapan nilai
pangkat, dan menganggap variabel perpangkat 0 (nol) sama dengan
berpangkat satu.
 Siswa mengalami miskonsepsi penjumlahan dan pengurangan
bentuk aljabar. Seorang siswa menyatakan hanya tahu
mendekatkan suku-suku sejenis, namun tidak tahu menjumlahkan
atau mengurangkannya. Siswa lain kurang memahami operasi
aritmetika pada bilangan bulat.
 Siswa mengalami miskonsepsi penjumlahan dua bentuk aljabar
yang menganggap walaupun pangkat berbeda namun memiliki
variabel yang sama yaitu p sehingga dapat dijumlahkan. Siswa
lainnya menjumlahkan suku yang berbeda karena berada pada
kurung yang sama. Hal yang sama terjadi pada pada pengurangan
dua bentuk aljabar yang dikalikan sebuah konstanta. Suku-suku
pada bentuk aljabar dikatakan sejenis apabila memuat variabel dan
berpangkat sama. Sebaliknya jika variabelnya sama namun pangkat
berbeda maka suku-suku tersebut tidak sejenis.
 Pada pengurangan dua bentuk aljabar, siswa menganggap suatu
suku dapat dikurangkan/dijumlahkan dengan konstanta. Siswa
kurang memahami operasi aritmatika bilangan bulat. Konstanta
merupakan suku tanpa variabel, sehingga suatu suku bervariabel
dan suatu konstanta dapat dikatakan suku tidak sejenis.

d. Kesalahan mengaplikasikan aturan


Kesalahan pengaplikasian aturan dapat berupa mengabaikan tanda-
tanda ketika memanipulasi. Seorang siswa mengalami miskonsepsi
suku-suku sejenis dengan menganggap bahwa suku yang sejenis dan
yang tidak sejenis dapat ditentukan dengan menyederhanakannya.
Suku-suku pada bentuk aljabar dikatakan sejenis atau tidak sejenis
melalui variabel yang ada pada suku tersebut, jika variabelnya sama
dan pangkatnya sama maka suku-suku tersebut dikatakan sejenis.
Siswa mengalami miskonsepsi pengurangan dua bentuk aljabar,
siswa menganggap tanda negatif didepan tanda kurung hanya
mempengaruhi suku pertama bentuk aljabar yang ada didalam kurung.
Tanda negatif yang berada didepan tanda kurung pada suatu bentuk
aljabar merupakan suatu konstanta dengan nilai negatif satu yang
dikalikan terhadap bentuk aljabar tersebut,selanjutnya pada perkalian
konstanta dengan bentuk aljabar binomial dan polinomial berlaku sifat
distibutif;
𝑎(𝑏 ± 𝑐) = (𝑎 × 𝑏) ± (𝑎 × 𝑐)

CARA MENGATASI MISKONSEPSI ALJABAR


1. Disarankanbagi para guru untuk menjelaskan konsep-konsep
operasi bentuk aljabar secara lengkap dan tentunya mengaitkan
konsep tersebut ke kehidupan sehari-hari mereka dan guru
hendaknya dapat menerapkan dan memilih suatu metode yang
sesuai untuk mengatasi berbagai miskonsepsi tersebut.
2. Memastikan bahwa materi prasyarat telah dikuasai dengan baik
oleh siswa sehingga dapat memudahkan guru menjelaskan materi
selanjutnya
3. Menganalisis hasil pekerjaan siswa untuk mengetahui kesalahan
yang dilakukan dalam pemecahan persoalan, selanjutnya
mengkomunikasikan kesalahan dengan siswa agar kesalahan
serupa dapat dihindari.

B. Miskonsepsi Persamaan Dan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel


a. Kesalahan menggunakan definisi atau teorema
Kesalahan dalam menentukan variabel, koefisien dan konnstanta dari
persamaan linear satu variabel.
Butir Contoh jawaban salah
soal
Nomor Sebutkan variabel, konstanta dan koefisien
1 dari persamaan linear satu variabel
berikut!
3𝑦 − 27 = 0
Jawaban : koefisien : 27 dan 0, konstanta :
3, variabel : 3y
Nomor Tentukan penyelesaian dari persamaan
2 berikut jika variabel berupa bilangan
rasional!
2(4 − 3𝑛) ≤ 4(𝑛 − 5)
Jawaban :
−10𝑛 ≤ −28 ⟺ −10𝑛 + 10𝑛 ≤ −28 +
10,
28 ≤ 10𝑛 ⟺ 28 ∶ 8 ≤ 10𝑛 ∶ 28
Nomor Diketahui sebuah persegi dengan panjang
3 sisi (x+2) cm.
a. Tulislah rumus keliling persegi tersebut
(nyatakan dalam bentuk yang paling
sederhana)!
b. Jika keliling persegi tersebut 64 cm,
tentukan besar x!
Jawaban :
a. Keliling = 𝑠 × 𝑠 × 𝑠
b. (𝑥 + 2)4 = 64 ⟺ 4𝑥 + 8 ∶ 4 = 64 :4

b. Kesalahan teknis
Siswa kurang memahami materi prasyarat, seperti : operasi hitung aljabar
terutama menjabarkan bentuk aljabar menggunakan sifat distributif
perkalian terhadap operasi hitung bilangan bulat, mengganti tanda saat
pindah ruas dan ketidaktelitian siswa atau kecerobohan siswa dalam
menyelesaikan soal.

Butir soal Contoh jawaban salah


Nomor 2a Tentukan penyelesaian dari persamaan berikut jika
variabel berupa bilangan rasional!
4(2𝑥 + 3) − 2𝑥 = 12𝑥 + 9
Jawaban : 8𝑥 − 2𝑥 − 12𝑥 = 9 − 3 ⟺ 6𝑥 ∶ 6 =
6: 6
Nomor 2 Tentukan penyelesaian dari persamaan berikut jika
variabel berupa bilangan rasional!
2(4 − 3𝑛) ≤ 4(𝑛 − 5)
Jawaban :
−6𝑛 − 4𝑛 ≤ −20 − 8 ⟺ −2𝑛 ∶ −2 ≤ −28: 2,
8 − 6𝑛 ≤ 4𝑛 − 20 ⟺ 8 − 20 ≤ 6𝑛 − 4𝑛
Nomor 3 Diketahui sebuah persegi dengan panjang sisi
(x+2) cm.
a. Tulislah rumus keliling persegi tersebut
(nyatakan dalam bentuk yang paling
sederhana)!
Jawaban :
(𝑥 + 2)4 = 4𝑥 + 2
c. Kesalahan mengintepretasikan bahasa
Kesalahan ini terjadi saat siswa memodelkan kalimat matematika menjadi
bentuk persamaan atau pertidaksamaan linear satu variabel.

Butir soal Contoh jawaban salah


Nomor 5 Diketahui sebuah persegi dengan panjang sisi
(x+2) cm.
b. Jika keliling persegi tersebut 64 cm, tentukan
besar x!
Jawaban :
64 ∶ 4 = 16
16 - 2 = 12
Jadi x = (14+2) = 16
Nomor 2 Sebuah lapangan berukuran panjang (2𝑛 − 6)𝑚 ,
dan lebar 4 m. Luas lapangan itu tidak kurang dari
104m2.
a. Susunlah pertidaksamaan yang menyatakan
luas lapangan tersebut!
Jawaban :
(2𝑛 − 6)4 ≤ 104 ⟺ 2𝑛 − 24 ≤ 104
d. Siswa menganggap bahwa saat menyelesaikan sebuah pertidaksamaan,
variabelnya harus selalu ada pada proses dan hasil

e. Siswa menganggap bahwa proses penyelesaian pertidaksamaan sama halnya


dengan persamaan.

f. Siswa menganggap bahwa ketika mengalikan atau membagi kedua ruas


pertidaksamaan dengan bilangan negatif tanda ketaksamaan tidak perlu
diubah
g. Siswa menafsirkan “tidak lebih dari” sebagai “kurang dari”

CARA MENGATASI MISKONSEPSI PERSAMAAN DAN


PERTIDAKSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL :
1. Guru hendaknya mengadakan tes
diagnostik di setiap akhir pokok bahsan
sehingga dpaat menegetahui letak
kesalahan dan kesulitan siswa.
2. Merancang sebuah pendekatan lain selain
aljabar untuk menyelesaikan PTLSV,
misalnya dengan ilustrasi geometri
3. Memberikan apersepsi materi persamaan dan operasi aljabar.

C. Miskonsepsi Siswa Dalam Materi Perbandingan


Dalam memahami dan menyelesaikan masalah mengenai konsep
perbandingan baik perbandingan senilai maupun perbandingan berbalik nilai,
siswa sering kali mengalami kesalahan. Kesalahan yang dilakukan siswa
disebabkan oleh berbagai factor seperti kesalahan konsep, kesalahan
perhitungan, kesalahan penafsiran soal, dan kesalahan dalam penggunaan
bahasa. Berikut beberapa contoh kesalahan yang dilakukan siswa dalam
menyelesaikan soal mengenai materi perbandingan:

Gambar 1

Dalam soal pada gambar 1 di atas, siswa mampu memberikan contoh


dan sudah mengetahui bahwa perbandingan banyak buku dan harga buku pada
tabel merupakan contoh perbandingan senilai, namun ketika diminta untuk
menjelaskan alasannya ia menjelaskannya sebagai perbandingan berbalik nilai.
Dengan demikian, siswa belum memahami dengan benar konsep
perbandingan senilai dan berbalik nilai. Dari masalah tersebut, guru dapat
mengingatkannya kembali mengenai ciri-ciri dan perbedaan antara
perbandingan senilai dan berbalik nilai sehingga ia dapat membedakan kedua
konsep tersebut.
Gambar 2

Gambar 3
Selanjutnya untuk contoh soal pada gambar 2 dan 3 di atas, siswa
menjawab dengan cara menebak-nebak saja tanpa menggunakan konsep
perbandingan. Walaupun pada gambar 2 tebakan siswa benar, namun pada
gambar 2 siswa melakukan penyederhanaan harga dari Rp 16000 menjadi
satuan 16 = 10 + 6 kemudian lupa untuk mengembalikan nilainya seperti
semula sehingga terkesan harga sebuah buku dan pena masing-masing 10 dan
6, padahal seharusnya harga buku = Rp 10000 dan harga pena = Rp 6000.
Dari masalah tersebut, guru dapat mengingatkannya kembali mengenai konsep
perbandingan serta memperingatkan siswa untuk tidak asal menyederhanakan
suatu nilai, jika penyederhanaan memang dibutuhkan, mereka harus ingat
untuk mengembalikan nilainya seperti semula dengan cara mengalikan hasil
yang diperoleh dengan pembagi yang digunakan dalam menyederhanakan
nilai tersebut. Berikut contoh penyelesaian yang benar dari masalah pada
gambar 2 dan 3.
Gambar 4. Contoh penyelesaian yang benar dari masalah pada gambar 2
dan 3

Gambar 5

Kemudian untuk soal pada gambar 5, siswa melakukan kesalahan


dalam penafsiran soal. Pada soal tidak diketahui adanya kecepatan, namun
siswa menuliskan kecepatan sehingga mengakibatkan kesalahan pengerjaan.
Siswa juga tidak memahami konsep perbandingan yang seharusnya digunakan
dalam menyelesaikan soal, sehingga ia menggunakan cara lain yang salah.
Dari masalah tersebut guru dapat membimbing dengan menjelaskan maksud
dari soal dengan bahasa yang mudah dimengerti kemudian
menghubungkannya dengan konsep perbandingan.

Dari berbagai contoh kesalahan siswa tersebut, dapat disimpulkan


bahwa dalam mengatasi miskonsepsi siswa pada materi perbandingan guru
harus memberikan kejelasan mengenai ciri-ciri dan perbedaan dalam konsep
perbandingan terutama pada perbandingan senilai dan berbalik nilai.
Walaupun siswa diminta mengonstruk sendiri pengetahuannya melalui
berbagai model yang digunakan guru, guru harus tetap mengkonfirmasi
konsep yang diajarkan sehingga miskonsepsi dapat diminimalisasi. Sedangkan
jika kendala siswa ada pada memahami soal, guru dapat membiasakan dengan
berikan latihan soal cerita serta penggunaan diksi yang baik agar siswa tidak
salah paham.

D. Miskonsepsi Siswa Dalam Materi Aritmetika Sosial


Dalam memahami dan menyelesaikan masalah mengenai konsep
aritmetika sosial, siswa sering kali mengalami kesalahan. Kesalahan yang
dilakukan siswa disebabkan oleh berbagai factor seperti kesalahan konsep,
kesalahan perhitungan, kesalahan penafsiran soal, dan kesalahan dalam
penggunaan bahasa. Dari tipe kesalahan tersebut, sebagian besar siswa
mengalami kesalahan dalam penafsiran soal. Hal ini sesuai dengan penelitian
Rindyana (2015) yang menyatakan bahwa kesalahan yang banyak dialami
siswa dalam mengerjakan soal cerita adalah pada tahap pemahaman. Siswa
tidak dapat memahami arti keseluruhan soal dengan baik sehingga mengalami
kesulitan dalam menjelaskan informasi yang terdapat dalam soal. Berikut
beberapa contoh kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal
mengenai materi aritmetika sosial:

Soal 1:

Anita membeli 1 (satu) stel pakaian dengan harga Rp250.000,00. Berapa


rupiahkah Anita harus mebayar jika toko pakaian itu memberi diskon sebesar
25% kepada Anita?

Gambar 6

Pada gambar 6 di atas, siswa tidak memahami apa yang ditanyakan


pada soal. Ia hanya menulis yang ditulis pada pertanyaan tanpa mengetahui
cara memperoleh harga pembayaran, hal ini dibuktikan dari hasil wawancara
peneliti bahwa siswa sejatinya tidak tahu apa yang ditanyakan sehingga ia
menyimpulkan bahwa harga pembayaran adalah besar diskon sehingga ia
berhenti pada pengerjaan hasil diskon saja. Selain ketidakpahaman siswa
mengenai apa itu harga pembayaran, siswa juga tidak memahami konsep pada
aritmetika social bahwa harga pembayaran diperoleh dari harga asli – besar
diskon. Dari masalah tersebut, guru dapat menekankan bahwa diskon
merupakan potongan harga yang diberikan penjual dari harga asli, sehingga
siswa mampu memahami bahwa harga yang harus dibayar pembeli adalah
harga asli yang sudah dipotong/dikurangi oleh besarnya diskon yang diberikan
penjual.

Soal 2:

Bu Ratna membeli 4 kotak jeruk dengan harga Rp1.000.000,00. Pada kotak


tertulis brutto 40 kg, dan netto 36 kg. Pedagang itu kemudian menjual kembali
jeruk dengan harga Rp 7.500,00 per kg. Apakah Bu Ratna mengalami
untung/rugi dan berapa besar keuntungan/kerugiannya?

Gambar 7

Dari gambar 7 di atas dapat dilihat bahwa siswa tidak memahami


konsep dalam mencari presentase keuntungan. Dalam mencari presentasi
keuntungan, seharusnya siswa membagi selisih antara harga jual dan harga
beli dengan harga beli kemudian mengalikannya dengan 100%. Namun, siswa
malah membaginya dengan harga jual. Hal tersebut mengindikasikan bahwa
siswa belum memahami makna presentase keuntungan. Dengan demikian,
guru dapat menjelaskan bahwa presentase keuntungan merupakan persentase
keuntungan dari suatu penjualan terhadap modal yang dikeluarkan.
Soal 3:

Habib menyimpan uang di BPR sebesar Rp5.000.000,00 dengan suku bunga


12%setahun dengan bunga tunggal. Tentukan:
a. Besarnya uang setelah 3 tahun
b. Besarnya bunga pada akhir bulan keenam
c. Besarnya bunga pada hari ke-73 setelah menabung.

Pada gambar 8, siswa


diminta untuk menentukan
bunga pada bulan kelima. Dari
jawaban siswa dapat dilihat
bahwa siswa tidak memahami
soal dengan benar sehingga ia
salah memilih strategi
penyelesaian. Dari masalah
tersebut, guru dapat
membimbing siswa untuk
memahami soal tersebut mulai
dari siswa diminta untuk
mencari bunga per bulannya
kemudian bunga pada bulan
Gambar 8 kelima. Sedangkan untuk
membiasakan siswa menyelesaikan soal cerita, guru dapat menggunakan
latihan soal-soal cerita agar siswa terbiasa memahami soal cerita. Soal
yang diberikan juga bukan yang sama terus, melainkan soal yang
dimodifikasi agar melatih proses berpikir siswa.

Sedangkan untuk hasil


pengerjaan siswa pada gambar 9
di samping dapat dilihat bahwa
siswa mengalami kesulitan dalam
menentukan hasil akhir dari
permasalahan. Hal tersebut
dikarenakan siswa lupa, tidak
memahami konsep pembagian,
atau tidak terbiasa dengan
Gambar 9 pembagian yang menghasilkan
suatu bilangan decimal. Hal
tersebut dapat diatasi dengan cara siswa diingatkan kembali konsep
pembagian bilangan, sedangkan jika siswa tidak terbiasa dengan pembagian
yang menghasilkan suatu bilangan decimal, maka guru dapat melatih siswa
dengan membimbing dan memberikan soal-soal yang hasilnya suatu bilangan
decimal.
Dari berbagai contoh kesalahan siswa tersebut, dapat disimpulkan
bahwa dalam mengatasi miskonsepsi siswa pada materi aritmetika social guru
harus memberikan kejelasan definisi-definisi dalam konsep aritmetika social
seperti apa itu bunga, diskon, pajak, dll. Walaupun siswa diminta mengonstruk
sendiri pengetahuannya dengan berbagai model yang digunakan guru, guru
harus tetap mengkonfirmasi konsep yang diajarkan sehingga miskonsepsi
dapat diminimalisasi. Sedangkan jika kendala siswa ada pada memahami soal,
guru dapat membiasakan dengan berikan latihan soal cerita serta penggunaan
diksi yang baik agar siswa tidak salah paham.

E. Miskonsepsi Penyajian Data


a. Kesulitan yang berkaitan dengan pemahaman konsep pada penyajian data
dalam diagram lingkaran
Dugaan kesulitan siswa yang berkaitan dengan konsep disini adalah
diduga siswa kesulitan dalam memahami unsur-unsur lingkaran dan
aplikasi rumus untuk menghitung persentase jumlah data, sehingga siswa
akan mengalami kesulitan jika dihadapkan pada soal.

Siswa yang belum memahami tentang konsep lingkaran seperti jumlah


sudut satu lingkaran penuh, juring sudut data, persentase satu lingkaran
penuh, dan nilai bagian suatu lingkaran, maka diduga siswa akan
mengalami kesulitan dalam mengerjakan. Siswa juga diduga mengalami
kesulitan dalam mengingat rumus untuk mengubah data dalam bentuk
presentase.

b. Kesalahan dan kesulitan siswa dalam membaca suatu diagram

Pada gambar di atas, siswa mengalami kesulitan untuk membaca


diagram lingaran di atas. Siswa tidak dapat menentukan bagian siswa yang
mengikuti kegiatan ekstrakurikuler fotografi sehigga ia hanya menjumlah
bagian pramuka dan drama saja. Kemudian ia juga tidak memahami
konsep penyajian data dalam diagram lingkaran sehingga ia hanya
mengalikan bagian pramuka dan drama dengan jumlah siswa, padahal ia
harus menentukan bagian dari fotografi dengan cara 3600 – (1200 + 300 +
900 ) kemudian untuk menentukan jumlah siswa yang mengikuti fotografi
dengan cara:
𝐵𝑎𝑔𝑖𝑎𝑛 𝑓𝑜𝑡𝑜𝑔𝑟𝑎𝑓𝑖
× 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 (36 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎)
3600
Sedangkan untuk gambar tersebut, siswa mengalami kesalahan
dalam membaca interval pada suatu diagram batang. Pada diagram bulan
Februari siswa sudah membaca diagramnya dengan benar, namun pada
bulan Mei siswa melakukan kesalahan yang seharusnya dibaca 50 siswa
salah membaca datanya menjadi 45.

c. Kesalahan pada penulisan dan penyajian data dalam suatu diagram.

Dari kedua gambar di atas, menunjukkan bahwa dalam menyajikan


data ke dalam suatu diagram batang dan garis siswa tidak memperhatikan
interval pada sumbu vertical maupun horizontal sehingga penyajian data
menjadi kurang tepat dan terkesan asal-asalan.

d. Kesalahan siswa dalam menghitung.


Dari gambar tersebut dapat dilihat pada pekerjaan siswa di atas, ia
20 1
melakuan kesalahan perhitung pada bagian = 4 yang seharusnya
100
1
menjadi 5.

CARA MENGATASI MISKONSEPSI DALAM PENYAJIAN DATA


1. Untuk mengatasi dugaan kesulitan tentang konsep diagram lingkaran, secara
sistematis atau runtut hendaknya guru menjelaskan atau mengulas kembali
tentang lingkaran.
2. Menanamkan konsep dan melibatkan siswa dalam me nyusun rumus.

DAFTAR PUSTAKA

Fardianasari, A. (t.thn.). ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM


MELAKUKAN OPERASI ALJABAR. 1-8.

Maria Endah Savitri, Mardiyana, Sri Subanti. (2016). ANALISIS MISKONSEPSI


SISWA PADA MATERI PECAHAN DALAM BENTUK ALJABAR
DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF SISWA KELAS VIII SMP
NEGERI 2 ADIMULYO KABUPATEN KEBUMEN TAHUN AJARAN
2013/2014. Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika, 7-13.

Nugroho, Z. B. (2013). PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN MATEMATIKA


PADA MATERI STATISTIKA SMP KELAS IX. 5-17.

Rina; Purwanto; Parta, I Nengah. (2016). ANALISIS KESALAHAN SISWA


DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA
MATERI ARITMATIKA SOSIAL BERDASARKAN ANALISIS
NEWMAN. Proceding SEMNAS “Tren Penelitian Matematika dan
Pendidikan Matematika Abad 21” 726 – 730.
Sekararum, V. S. (2015). KAJIAN KESALAHAN SISWA KELAS VII SMP STELLA
DUCE 2 YOGYAKARTA DALAM MENYELESAIKAN SOAL
PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL
TAHUN AJARAN 2014/2015. YOGYAKARTA: UIVERSITAS SANATA
SHARMA .

Taqiyuddin, Muhammad;Sumiaty,Encum;Jupri,Al. (2017). MISKONSEPSI


SEKOLAH MENENGAH PERTAMA PADA TOPIK
PERTIDAKSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL. Jurnal Pendidikan
Matematika Indonesa, 2-19.

Wahid, A. H. (t.thn.). MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI OPERASI


PADA BENTUK ALJABAR KELAS VII SMP HAEBAT ISLAM. 7-12.

Wiwik; Sa’dijah, Cholis; Chandra, Tjang Daniel. (2016). ANALISIS


KESALAHAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH SOAL
CERITA MATERI PERBANDINGAN BERDASARKAN ANALISIS
KESALAHAN NEWMAN. Proceding SEMNAS “Tren Penelitian
Matematika dan Pendidikan Matematika Abad 21” 1009 – 1013

Anda mungkin juga menyukai