Gambaran Kinerja Supply Chain PD Proyek Konstruksi Gedung PDF
Gambaran Kinerja Supply Chain PD Proyek Konstruksi Gedung PDF
Abstrak
Industri konstruksi dikenal sebagai industri yang tidak efisien. Penerapan lean construction
khususnya pengelolaan rantai pasok, atau Supply Chain Management (SCM), adalah salah satu usaha
yang berpotensi untuk meningkatkan efisiensi suatu pelaksanaan proyek konstruksi. Pada proyek
pembangunan gedung bertingkat tinggi, terdapat kecenderungan peningkatan peran pemilik proyek
dalam penyusunan jaringan supply chain konstruksi. Strategi pemecahan kontrak merupakan upaya
pihak pemilik untuk meningkatkan value atas biaya yang sudah dikeluarkannya. Namun, jaringan supply
chain konstruksi yang efektif selayaknya adalah jaringan yang dapat meningkatkan value bagi seluruh
pihak yang terlibat. Untuk mengetahui gambaran kinerja supply chain pada proyek konstruksi bangunan
gedung, telah dilakukan survei ke empat lokasi proyek di Jakarta. Dengan menggunakan sepuluh
indikator yang dipilih berdasarkan konsep-konsep lean construction (conversion, flow, dan value),
didapatkan gambaran karakteristik kinerja proyek-proyek yang memiliki bentuk supply chain yang
berbeda. Analisa terhadap nilai-nilai indikator menunjukkan bahwa para kontraktor secara umum telah
menjalankan konsep conversion. Pembentukan hubungan kerjasama jangka panjang dengan pihak
subkontraktor dan supplier, serta pengadaan material strategis secara terpusat adalah upaya kontraktor
dalam SCM. Di sisi lain, implementasi konsep flow dan value dalam proyek konstruksi masih lemah.
Kata kunci: Kinerja, rantai pasok, proyek, konstruksi, konstruksi ramping, conversion, flow dan value
Abstract
Construction has not been considered as an efficient industry. The application of lean construction
principles, particularly the Supply Chain Management (SCM), is potential to improve the efficiency of
construction processes. Recent trends show the increasing role of owners in selecting the construction
supply chains on high-rise building projects. Owners prefer to deal with different partners using separate
contracts in order to increase value of their expenses. While this strategy has benefited owners, however,
an effective supply chain should also increase values for all the parties involved in the supply chain. The
effect of separating contract on supply chain performance has been contemplated; thus, the first step of
the study was to obtain a general portrayal of supply chain performance. Surveys to four high-rise
building construction sites in Jakarta, each had different characteristics, were conducted and by using
the previously developed performance indicators, a rough assessment on their performances has been
identified. The indicators include three aspects, namely, “conversion,” “flow,” and “value.” The findings
indicate that among the three issues, the concept of “conversion” is the most realized in construction
projects. The study also found that contractors maintain long term partnerships with subcontractors and
suppliers; furthermore, contractors have implemented central-based strategic material procurement.
Although “flow” and”value”concepts have only been partially recognized, these findings demonstrated
that contractors had implemented strategies in line with supply chain management.
Keywords: Performance, supply chain, construction, projects, lean construction, conversion, flow and
value
258
Gambaran Kinerja Supply Chain pada Proyek Konstruksi Bangunan Gedung
JURNAL TEKNOLOGI, Edisi No.4 Tahun XXII, Desember 2008, 258-269 259
R. D. Wirahadikusumah, B.W. Soemardi, M. Abduh, C. Z. Oktaviani
260 JURNAL TEKNOLOGI, Edisi No. 4 Tahun XXII, Desember 2008, 258-269
Gambaran Kinerja Supply Chain pada Proyek Konstruksi Bangunan Gedung
Gambar 1.
Indikator Kinerja SC Konstruksi yang Relevan [7].
JURNAL TEKNOLOGI, Edisi No.4 Tahun XXII, Desember 2008, 258-269 261
R. D. Wirahadikusumah, B.W. Soemardi, M. Abduh, C. Z. Oktaviani
Tabel 1.
Data Umum Proyek Studi Kasus
Proyek A Proyek B Proyek C Proyek D
Penggunaan Gedung Rumah Sakit Perkantoran Apartemen Apartemen
Kompleksitas 8 Lantai + 1 6 Lantai + 1 24 Lantai + 2 4 Tower, masing-
Bangunan Basement Basement Basement masing 34 Lantai +
2 Basement
Pemilik Pemerintah Pemerintah Swasta Swasta
Pola Jaringan SC Pola Umum Pola Umum Pola Khusus Pola Khusus
Metoda Kontrak Umum Umum Terpisah Terpisah
Kontraktor Utama Kontraktor X Kontraktor Y Kontraktor X Kontraktor Y
Subkontraktor 6 Perusahaan 8 Perusahaan 10 Perusahaan 35 Perusahaan
Struktur
Subkontraktor 15 Perusahaan 22 39 Perusahaan
Arsitektur Perusahaan
Subkontraktor M/E 6 Perusahaan 11
Perusahaan
Kontraktor lain 10 Perusahaan
Pemasok/Supplier 32 Perusahaan 20 22 Perusahaan 25 Perusahaan
Perusahaan
Nominated Sub Tidak Ada 1 Perusahaan 11 Perusahaan 1 Perusahaan
Contractor
Material yang Tidak Ada Karpet, IT, M/E, Keramik, Keramik, M/E,
Disediakan Pemilik Soundsystem Saniter Saniter, Pintu
262 JURNAL TEKNOLOGI, Edisi No. 4 Tahun XXII, Desember 2008, 258-269
Gambaran Kinerja Supply Chain pada Proyek Konstruksi Bangunan Gedung
Gambar 2.
Pola SC pada Proyek A
TINGKATAN
ORGANISASI
ORGANISASI
TINGKAT 1
PEMILIK PROYEK
ORGANISASI
TINGKAT 2 KONSULTAN KONSULTAN MANAJEMEN
KONTRAKTOR Y
PERENCANA KONSTRUKSI
ORGANISASI
TINGKAT 3 SUBKONTRAKTOR SUBKONTRAKTOR SUBKONTRAKTOR SUBKONTRAKTOR NSC PEKERJAAN IT
(MANDOR) PEK. DINDING PEK. PLAFOND PEK. KERAMIK PEK. M/E PROFESIONAL
Alat bantu Alat bantu Alat bantu Alat bantu Alat bantu Material Supplied
By Owner
Soundsistem
Tenaga Kerja Material Material Material Tenaga Kerja Profesional, IT,
Karpet
Gambar 3.
Pola SC pada Proyek B
JURNAL TEKNOLOGI, Edisi No.4 Tahun XXII, Desember 2008, 258-269 263
R. D. Wirahadikusumah, B.W. Soemardi, M. Abduh, C. Z. Oktaviani
Gambar 4.
Pola SC pada Proyek
Gambar 5.
Pola SC pada Proyek D
264 JURNAL TEKNOLOGI, Edisi No. 4 Tahun XXII, Desember 2008, 258-269
Gambaran Kinerja Supply Chain pada Proyek Konstruksi Bangunan Gedung
pekerjaan yang terjadi pada proyek adalah Kontraktor X yang menangani Proyek A
sebanyak 30-40 kali selama waktu dan C mengadakan persediaan material
pengamatan. Sama halnya dengan indikator sampai dengan 10% dari kebutuhan
1, pada Proyek C juga tidak terdapat bulanan, sedangkan pada Kontraktor Y
banyak masalah (8 kali) dibandingkan dalam menangani proyek-proyek
dengan proyek-proyek lain walaupun konstruksinya membatasi persediaan
Proyek C cukup kompleks dan pola SC nya material antara 5% sampai 10%.
sangat dipengaruhi oleh pihak pemilik.
Keluhan dari pihak pemilik ke
Intensitas rapat koordinasi (indikator 3) kontraktor terjadi jauh lebih sering daripada
hampir sama pada setiap proyek, namun timbulnya keluhan dari kontraktor ke
khusus pada Proyek D yang mencakup subkontraktor/ pemasok. Hal ini khususnya
lingkup konstruksi yang besar, dilakukan terjadi pada Kontraktor Y, jumlah keluhan
koordinasi tambahan khusus untuk sebanyak 44 kali dalam berhubungan
menangani urusan-urusan yang bersifat dengan pemilik pemerintah dan 33 kali
eksternal terkait dengan pihak lain yang dengan pemilik swasta. Pada Kontraktor X,
terlibat dalam proyek tetapi bukan di bawah terjadi 15 kali keluhan dari pemilik pada
koordinasi kontraktor utama. Proyek A yang pola SC-nya tradisional, dan
terjadi 25 kali keluhan dari pemilik pada
Inventory material seperti ditunjukkan
proyek C yang pola SC-nya memang lebih
pada indikator 8 tidak dipengaruhi oleh terfragmentasi.
pola SC pada tiap proyek, namun
merupakan implementasi dari kebijakan
perusahaan kontraktor di tingkat pusat.
Tabel 2.
Formulasi Indikator Kinerja SC Proyek Konstruksi [6]
No Indikator Sumber Data Cara Perhitungan
1 Intensitas perubahan/revisi Variation Order atau Change Jumlah kejadian revisi
terhadap rencana kerja Order
2 Intensitas kendala selama Daftar kendala yang terjadi Jumlah kejadian kendala
pelaksanaan pekerjaan selama masa pelaksanaan
3 Intensitas rapat koordinasi antar Data risalah jenis-jenis rapat Jumlah seluruh jenis rapat
pihak yang terlibat yang dilakukan selama masa koordinasi
pelaksanaan
4 Intensitas defect pekerjaan Data catatan hasil pengawasan (Jumlah kegagalan dalam
yang dilakukan proyek terkait tes/Jumlah inspeksi dan tes) x
inspeksi dan tes terhadap 100%
subkontraktor
5 Kinerja supplier dalam Purchase Order (Jumlah kedatangan material
memenuhi jadwal pengiriman tidak tepat waktu/Jumlah
material kedatangan material) x 100%
6 Waktu tenggang (lead time) Purchase Order dan data (Jumlah kejadian lead time aktual
antara pemesanan dan monitoring kedatangan material lebih panjang daripada lead time
pengiriman yang direncanakan/Jumlah
kedatangan material) x 100%
7 Intensitas kejadian reject Data material reject (Jumlah kejadian reject/Jumlah
material kedatangan material) x 100%
8 Inventori material Data inventory material di (Volume material di
gudang gudang/volume total material
yang dibeli) x 100%
9 Keikutsertaan subkontraktor di Catatan keikutsertaan Kualitatif
dalam perencanaan pelaksanaan subkontraktor dalam (ada/tidak ada keikutsertaannya)
perencanaan pelaksanaan
10 Intensitas complaints dari owner Daftar complaints yang terjadi Jumlah keluhan dari owner ke
kepada kontraktor & dari selama masa pelaksanaan kontraktor + Jumlah keluhan dari
kontraktor kepada supplier kontraktor ke pemasok
JURNAL TEKNOLOGI, Edisi No.4 Tahun XXII, Desember 2008, 258-269 265
R. D. Wirahadikusumah, B.W. Soemardi, M. Abduh, C. Z. Oktaviani
Tabel 3.
Kinerja Supply Chain Proyek Studi Kasus [8]
Proyek A Proyek C Proyek B Proyek D
Kontraktor X Kontraktor Y
No. Indikator Pola Umum Pola Khusus Pola Umum Pola
Khusus
Pemerintah Swasta Pemerintah Swasta
1 Intensitas perubahan/revisi terhadap 59 kali 12 kali 48 kali 52 kali
rencana kerja
2 Intensitas kendala selama pelaksanaan 43 kali 8 kali 35 kali 42 kali
pekerjaan
3a Intensitas rapat koordinasi intern antar 28 kali 20 kali 28 kali 28 kali
pihak yang terlibat
3b Intensitas rapat koordinasi ekstern antar 28 kali 20 kali 28 kali 56 kali
pihak yang terlibat
3c Intensitas rapat koordinasi manajemen 28 kali 20 kali 28 kali 28 kali
proyek dengan kantor pusat
3d Intensitas rapat koordinasi khusus 15 kali 2 kali 4 kali 8 kali
4 Intensitas defect pekerjaan < 2% < 2% < 2% < 2%
5 Kinerja supplier dalam memenuhi jadwal 100% 100% 100% 100%
pengiriman material
6 Waktu tenggang (lead time) antara 0% 0% 0% 0%
pemesanan dan pengiriman
7 Intensitas kejadian reject material < 2% < 2% < 2% < 2%
8 Inventori material < 10% < 10% 5% - 10% 5% - 10%
9 Keikutsertaan subkontraktor di dalam Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak
perencanaan pelaksanaan Ada
10a Intensitas complaints dari owner kepada 15 kali 25 kali 44 kali 33 kali
kontraktor
10b Intensitas complaints dari kontraktor 1 kali 2 kali 2 kali 3 kali
kepada supplier
266 JURNAL TEKNOLOGI, Edisi No. 4 Tahun XXII, Desember 2008, 258-269
Gambaran Kinerja Supply Chain pada Proyek Konstruksi Bangunan Gedung
Gambar 6.
Indikator Kinerja Supply Chain yang Terkait dengan Konsep Conversion
Gambar 7.
Indikator Kinerja Supply Chain yang Terkait dengan Konsep Flow
JURNAL TEKNOLOGI, Edisi No.4 Tahun XXII, Desember 2008, 258-269 267
R. D. Wirahadikusumah, B.W. Soemardi, M. Abduh, C. Z. Oktaviani
Gambar 8.
Indikator Kinerja Supply Chain yang Terkait dengan Konsep Value
Kontraktor juga mengelola material sisa nilai-nilai yang tertera dalam kontrak.
pelaksanaan konstruksi. Perhitungan Namun, keinginan pihak pemilik tidak
kebutuhan dilakukan secara seksama seluruhnya dapat disampaikan secara
dengan tujuan meminimalkan sisa material. eksplisit dalam dokumen kontrak, sehingga
Material sisa yang tidak dapat dihindari, sejak sebelum dimulainya tahap konstruksi
seperti sisa pengecoran beton, potongan- perlu dilakukan komunikasi yang baik
potongan besi, dan keramik dimanfaatkan dengan pemilik untuk mengurangi potensi
lagi sedemikian rupa sehingga tidak kegagalan pencapaian value tersebut. Hal
menimbulkan permasalahan baru. ini terutama penting diupayakan pada
proyek-proyek konstruksi yang kompleks
Konsep “Value”
dan yang melibatkan banyak pihak serta
Tujuan mendasar semua tahapan dalam melibatkan banyak kontrak terpisah.
proses produksi adalah penciptaan value
yang sesuai keinginan konsumen. Value 6. Kesimpulan
merupakan nilai yang ditentukan oleh
konsumen yang merupakan kebutuhan yang Hasil pengukuran kinerja SC secara
harus diterjemahkan secara spesifik yaitu terbatas terhadap empat proyek konstruksi
dalam spesifikasi teknis, batas waktu, dan menunjukkan bahwa ditemui berbagai
biaya sesuai kontrak. Proses penciptaan upaya kontraktor sejalan dengan
value ini didukung oleh proses conversion pencapaian lean construction. Secara
dan flow yang telah dibahas sebelumnya. umum, kinerja SC proyek cenderung relatif
Terkait dengan konsep value, terdapat dua lebih baik dalam pencapaian konsep
indikator yang digunakan seperti dijelaskan conversion dibandingkan dengan konsep
pada Gambar 8. flow dan value. Kesimpulan ini tidak
mengherankan karena konsep conversion
Kegiatan pengendalian defect
adalah konsep yang paling tradisional dan
(pekerjaan yang tidak sesuai secara kualitas
yang minimal harus secara optimal
dan kuantitas) telah dilakukan dengan baik
dilakukan oleh kontraktor untuk bertahan
oleh kedua kontraktor, pemeriksaan mutu
dalam bisnis konstruksi. Kedua kontraktor
pekerjaan dilakukan oleh pengawas internal
yang diamati adalah perusahaan-perusahaan
sehingga setiap defect yang ditemukan
yang telah puluhan tahun berkecimpung di
langsung diperbaiki. Pemeriksaan kualitas
dunia konstruksi sehingga telah sangat baik
pekerjaan pada proyek-proyek pemerintah mengimplementasikan konsep conversion.
biasanya dilakukan secara terpadu pada
Sedangkan implementasi konsep flow dan
masa akhir konstruksi, namun demikian
value lebih bersifat meningkatkan kinerja.
pihak kontraktor selalu melakukan
pemeriksaan periodik secara mandiri oleh
Hipotesa bahwa pola SC yang lebih
tim pengawas internalnya.
terfragmentasi akan cenderung
Jumlah keluhan dari pemilik kepada menghasilkan kinerja yang relatif lebih
kontraktor utama cukup sering ditemui, buruk daripada pola SC tradisional, tidak
namun keluhan tersebut segera ditangani terbukti dalam studi kasus. Baik Kontraktor
oleh kontraktor. Pemahaman kontraktor X maupun Y, dalam menangani proyek
terhadap definisi value masih terbatas pada yang melibatkan peran pemilik yang besar
268 JURNAL TEKNOLOGI, Edisi No. 4 Tahun XXII, Desember 2008, 258-269
Gambaran Kinerja Supply Chain pada Proyek Konstruksi Bangunan Gedung
Daftar Acuan
JURNAL TEKNOLOGI, Edisi No.4 Tahun XXII, Desember 2008, 258-269 269