Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kita pernah melihat sesorang yang sedang
membuat kue. Perlu diketahui bahwa kue dibuat menurut resep atau formula
tertentu, yaitu perbandingan antara bahan-bahan yang diperlukan. Hal yang kira-
kira sama juga berlaku dalam reaksi kimia. Setiap senyawa kimia memiliki
komposisi tertentu. Sehingga, untuk membuat suatu senyawa melalui reaksi
kimia, harus diperhitungkan campuran bahan-bahan dalam perbandingan tertentu.
Hal inilah yang menjadi pembahasan dalam makalah ini. Hal-hal yang akan
dibahas yaitu tentang perbandingan unsur-unsur dalam senyawa, serta
perbandingan zat-zat dalam reaksi kimia.
Hal yang pertama kita sebut stoikiometri senyawa, sedangkan yang kedua kita
sebut stoikiometri reaksi. Istilah stoikiometri berasal dari bahasa Yunani, yaitu
dari kata stoicheion yang berarti unsur, dan metron yang berarti mengukur. Jadi,
stoikiometri berarti perhitungan kimia. Konsep-konsep yang mendasari
perhitungan kimia adalah massa atom relatif, rumus kimia, persamaan reaksi, dan
konsep mol. Oleh karena itu, sebelum masuk ke dalam perhitungan kimia, akan
dibahas berbagai konsep tersebut.

B. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka
permasalahan yang akan dihadapi adalah bagaimana mengamati reaksi kimia yang
terjadi dan menghitung perbandingan unsur dalam senyawa serta menuliskan
reaksi kimia yang terjadi.

C. Tujuan
Berdasarkan permasalahan di atas, tujuan dari makalah tentang percobaan
stoikiometri ini adalah mengamati reaksi kimia yang terjadi dan menghitung
perbandingan unsur dalam senyawa serta menuliskan reaksi kimia yang terjadi.

1|Page
D. Prinsip
Adapun prinsip – prinsip dalam percobaan ini yaitu massa zat sebelum dan
sesudah reaksi adalah sama, maka dalam suatu reaksi tidak ada materi yang hilang
dan tidak ada pula materi yang terbentuk.

2|Page
BAB II
ISI DAN PEMBAHASAN
A. Dasar Teori
Stoikiometri berasal dari bahasa Yunani yaitu stoiceon (unsur) dan metrein
(mengukur). Stoikiometri berarti mengukur unsur-unsur dalam hal ini adalah
partikel atom ion, molekul yang terdapat dalam unsur atau senyawa yang terlibat
dalam reaksi kimia. Stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari dan menghitung
hubungan kuantitatif dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia (persamaan
kimia) yang didasarkan pada hukum-hukum dasar dan persamaan reaksi.
(Ahmad,1985)
Stoikiometri beberapa reaksi dapat dipelajari dengan mudah, salah satunya
dengan metode JOB atau metode Variasi Kontinu, yang mekanismenya yaitu
dengan dilakukan pengamatan terhadap kuantitas molar pereaksi yang berubah-
ubah, namun molar totalnya sama. Sifat fisika tertentunya (massa, volume, suhu,
daya serap) diperiksa, dan perubahannya digunakan untuk meramal stoikiometri
sistem. Dari grafik aluran sifat fisik terhadap kuantitas pereaksi, akan diperoleh
titik maksimal atau minimal yang sesuai titik stoikiometri sistem, yang
menyatakan perbandingan pereaksi-pereaksi dalam senyawa. (Muhrudin, 2011)
Stoikiometri reaksi adalah penentuan perbandingan massa unsur-unsur dalam
senyawa dalam pembentukan senyawanya. Pada perhitungan kimia secara
stoikiometri, biasanya diperlukan hukum-hukum dasar ilmu kimia.(Brady,1986)
Hukum kimia adalah hukum alam yang relevan dengan bidang kimia. Konsep
paling fundamental dalam kimia adalah hukum konservasi massa, yang
menyatakan bahwa tidak terjadi perubahan kuantitas materi sewaktu reaksi kimia
biasa. (Hiskia,1991)
a. Hukum – Hukum Dasar Kimia
1. Hukum Kekekalan Massa (Hukum Lavoisier)
"Massa zat-zat sebelum dan sesudah reaksi adalah tetap".
Contoh soal:
2Mg + O2 → 2MgO
(4g) (32g) (36g)

3|Page
2. Hukum Perbandingan Tetap (Hukum Proust)
"Perbandingan massa unsur-unsur dalam tiap-tiap senyawa adalah tetap"
Contoh soal:
a. Pada senyawa NH3 = massa N : massa H
= 1 Ar . N : 3 Ar . H
= 1 (14) : 3 (1)
= 14 : 3
b. Pada senyawa SO3 = massa S : massa O
= 1 Ar . S : 3 Ar . O
= 1 (32) : 3 (16)
= 32 : 48
=2:3
Keuntungan dari hukum Proust:
Bila diketahui massa suatu senyawa atau massa salah satu unsur yang membentuk
senyawa tersebut maka massa unsur lainnya dapat diketahui.
Contoh soal:
Berapa kadar C dalam 50 gram CaCO3 ? (Ar: C = 12; O = 16; Ca = 40)
Massa C = (Ar C / Mr CaCO3)× massa CaCO3
= 12 / 100 × 50 gram
= 6 gram
Kadar C = massa C / massa CaCO3 × 100%
= 6 / 50 × 100%
= 12%
3. Hukum Perbandingan Berganda = Hukum Dalton
"Bila dua buah unsur dapat membentuk dua atau lebih senyawa untuk massa
salah satu unsur yang sama banyaknya maka perbandingan massa unsur kedua
akan berbanding sebagai bilangan bulat dan sederhana".
Contoh soal:
Bila unsur nitrogen dan oksigen disenyawakan dapat terbentuk,
NO dimana massa N : O = 14 : 16 = 7 : 8
NO2 dimana massa N : O = 14 : 32 = 7 : 16

4|Page
Untuk massa nitrogen yang sama banyaknya maka perbandingan massa
Oksigen pada senyawa NO : NO2 = 8 :16 = 1 : 2
4. Hukum-Hukum Gas
Untuk gas ideal berlaku persamaan : PV = nRT
dimana:
P = tekanan gas (atm)
V = volume gas (liter)
n = mol gas
R = tetapan gas universal = 0.082 liter.atm/mol Kelvin
T = suhu mutlak (Kelvin)
Perubahan-perubahan dari P, V, dan T dari keadaan 1 ke keadaan 2 dengan
kondisi-kondisi tertentu dicerminkan dengan hukum-hukum berikut:
a. Hukum Boyle
Hukum ini diturunkan dari persamaan keadaan gas ideal dengan n1 = n2 dan T1
= T2 ; sehingga diperoleh:
P1.V1 = P2.V2
b. Hukum Gay-Lussac
"Volume gas-gas yang bereaksi dan volume gas-gas hasil reaksi bila diukur
pada suhu dan tekanan yang sama, akan berbanding sebagai bilangan bulat dan
sederhana".
Jadi untuk: P1 = P2 dan T1 = T2 berlaku:
V1 / V2 = n1 / n2
c. Hukum Boyle-Gay Lussac
Hukum ini merupakan perluasan hukum terdahulu dan diturukan dengan
keadaan harga n1 = n2 sehingga diperoleh persamaan:
(P1.V1) / T1 = (P2.V2) / T2
d. Hukum Avogadro
"Pada suhu dan tekanan yang sama, gas-gas yang volumenya sama
mengandung jumlah mol yang sama". Dari pernyataan ini ditentukan bahwa pada
keadaan STP (0o C 1 atm) 1 mol setiap gas, volumenya 22,4 liter. Volume ini
disebut sebagai volume molar gas.

5|Page
Contoh soal:
Berapa volume 8,5 gram amoniak (NH3) pada suhu 27 oC dan tekanan 1 atm ?
(Ar: H = 1 ; N = 14)
Jawab:
8,5 g amoniak = 8,5 / 17 = 0,5 mol
Volume amoniak (STP) = 0,5 × 22,4 = 11,2 liter
Berdasarkan persamaan Boyle-Gay Lussac:
(P1.V1) / T1 = (P2.V2) / T2
(1. 112,1) / 273 = (1. V2) / (273 + 27)
V2 = 12,31 liter

b. Persamaan Reaksi
Persamaan reaksi mempunyai sifat:
1. Jenis unsur-unsur sebelum dan sesudah reaksi selalu sama.
2. Jumlah masing-masing atom sebelum dan sesudah reaksi selalu sama.
3. Perbandingan koefisien reaksi menyatakan perbandingan mol (khusus yang
berwujud gas perbandingan koefisien juga menyatakan perbandingan volume
asalkan suhu dan tekanannya sama).
Langkah-langkah penulisan persamaan reaksi:
1. Nama-nama reaktan dan hasil reaksi dituliskan. Penulisan ini disebut
persamaan sebutan.
2. Tuliskan persamaan reaksi dengan menggunakan lambang-lambang, yaitu
rumus-rumus kimia zat, dan wujud reaksi. Penulisan ini disebut persamaan
kerangka.
3. Setarakan persamaan kerangka tersebut sehingga diperoleh persamaan reaksi
setara yang disebut persamaan kimia.
Penyetaraan persamaan reaksi sesuai dengan hukum kekekalan reaksi Lavoisier
dan teori atom Dalton. Menurut hukum Lavoisier, pada reaksi kimia tidak terjadi
perubahan massa. Artinya, jumlah dan jenis atom di ruas kiri (reaktan) sama
dengan jumlah dan jenis atom di ruas kanan (hasil reaksi). Sesuai teori atom
Dalton, dalam reaksi kimia tidak ada atom yang hilang atau tercipta, yang terjadi

6|Page
hanyalah penataan ulang atom-atom reaktan membentuk susunan baru, yaitu hasil
reaksi. Agar jenis dan jumlah atom di ruas kiri sama dengan di ruas kanan,
persamaan reaksi disetarakan (diseimbangkan) dengan cara mengatur angka di
depan reaktan dan hasil reaksi. Angka yang diberikan di depan reaktan dan hasil
reaksi disebut koefisien. Angka satu sebagai koefisien tidak dituliskan. Oleh
karena itu persamaan reaksi dapat dituliskan sebagai berikut.
Tahap-tahap penyetaraan persamaan reaksi dapat dilakukan dengan:
1. Tuliskan persamaan kerangka, yaitu persamaan reaksi yang belum setara,
dengan reaktan di ruas kiri dan hasil reaksi di ruas kanan.
2. Tetapkan koefisien zat/senyawa yang lebih rumit adalah satu.
3. Setarakan reaksi dengan mengatur koefisien reaktan dan hasil reaksi yang lain.
c. Konsep Mol
Mol adalah satuan bilangan kimia yang jumlah atom-atomnya atau molekul-
molekulnya sebesar bilangan Avogadro dan massanya = Mr senyawa itu. Jika
bilangan Avogadro = L , maka:
L = 6,023 x 1023
1 mol atom = L buah atom, massanya = Ar atom tersebut.
1 mol molekul = L buah molekul massanya = Mr molekul tersebut.
Massa 1 mol zat disebut sebagai massa molar zat.
Contoh soal:
Berapa molekul yang terdapat dalam 20 gram NaOH ?
Jawab:
Mr NaOH = 23 + 16 + 1 = 40
mol NaOH = = = 0,5 mol
Banyaknya molekul NaOH = 0,5 × L
= 0,5 × 6,023 x 1023
= 3.01 × 1023 molekul
Hubungan Mol dengan Jumlah Partikel
Telah diketahui bahwa 1 mol zat X = l buah L partikel zat X, maka
2 mol zat X = 2 × L partikel zat X
5 mol zat X = 5 × L partikel zat X

7|Page
n mol zat X = n × L partikel zat X
Jumlah partikel = n × L
Contoh soal:
Berapa mol atom timbal dan oksigen yang dibutuhkan untuk membuat 5 mol
timbal dioksida (PbO2).
Jawab:
1 mol timbal dioksida tersusun oleh 1 mol timbal dan 2 mol atom oksigen (atau 1
mol molekul oksigen, O2). Sehingga terdapat
Atom timbal = 1 × 5 mol = 5 mol
Atom oksigen = 2 × 5 mol = 10 mol (atau 5 mol molekul oksigen, O2)
1. Massa Atom dan Massa Rumus
a. Massa Atom
Massa atom didefinisikan sebagai massa suatu atom dalam satuan atomic mass
unit (amu) atau satuan massa atom (sma). Satu amu didefinisikan sebagai kali
massa satu atom C-12. Karbon-12 adalahsalah satu isotop karbon yang memiliki 6
proton dan 6 neutron. Unsur ini dijadikan sebagai standar pembanding sebab
unsur ini memiliki sifat yang sangat stabil dengan waktu paruh yang panjang.
Dengan menetapkan massa atom C-12 sebesar 12 sma, kita dapat menentukan
massa atom unsur lainnya. Sebagai contoh, diketahui bahwa satu atom hidrogen
hanya memiliki massa 8,4% dari massa satu atom C-12. Dengan demikian, massa
satu atom hidrogen adalah sebesar 8,4% × 12 sma atau 1,008 sma. Dengan
perhitungan serupa, dapat diperoleh massa satu atom oksigen adalah 16,00 sma
dan massa satu atom besi adalah 55,85 sma. Hal ini berarti bahwa satu atom besi
memiliki massa hampir 56 kali massa satu atom hidrogen.
b. Massa Atom Relatif (Ar)
Massa atom unsur sebenarnya belum dapat diukur dengan alat penimbang
massa atom, karena atom berukuran sangat kecil. Massa atom unsur ditentukan
dengan cara membandingkan massa atom rata-rata unsur tersebut terhadap 1 / 12
massa rata-rata satu atom karbon-12 sehingga massa atom yang diperoleh adalah
massa atom relatif (Ar).

8|Page
c. Massa Molekul Relatif
Unsur dan senyawa yang partikelnya berupa molekul, massanya dinyatakan
dalam massa molekul relatif (Mr). Pada dasarnya massa molekul relatif (Mr)
adalah perbandingan massa rata-rata satu molekul unsur atau senyawa dengan 1 /
12 massa rata-rata satu atom karbon-12.
Jenis molekul sangat banyak, sehingga tidak ada tabel massa molekul relatif.
Akan tetapi, massa molekul relatif dapat dihitung dengan menjumlahkan massa
atom relatif atom-atom pembentuk molekulnya.
Mr = ΣAr
Untuk senyawa yang partikelnya bukan berbentuk molekul, melainkan pasangan
ion-ion, misalnya NaCl maka Mr senyawa tersebut disebut massa rumus relatif.
Massa rumus relatif dihitung dengan cara yang sama dengan seperti perhitungan
massa molekul relatif, yaitu dengan menjumlahkan massa atom relatif unsur-unsur
dalam rumus senyawa itu.
d. Massa Molar
Telah diketahui bahwa satu mol adalah jumlah zat yang mengandung partikel
(atom, molekul, ion) sebanyak atom yang terdapat dalam 12 gram karbon dengan
nomor massa 12 (karbon-12, C-12). Sehingga terlihat bahwa massa 1 mol C-12
adalah 12 gram. Massa 1 mol zat disebut massa molar. Massa molar sama dengan
massa molekul relatif (Mr) atau massa atom relatif (Ar) suatu zat yang dinyatakan
dalam gram.
Massa molar = Mr atau Ar suatu zat (gram)
Hubungan mol dan massa dengan massa molekul relatif (Mr) atau massa atom
relatif (Ar) suatu zat dapat dicari dengan:
gram = mol × Mr atau Ar
Contoh soal:
Berapa gram propana C3H8 dalam 0,21 mol jika diketahui Ar C = 12 dan
H = 1?
Jawab:
Mr Propana = (3 × 12) + (8 × 1) = 33 g/mol
sehingga,

9|Page
gram propana = mol × Mr = 0,21 mol × 33 g/mol = 9,23 gram
e. Volume Molar
Avogadro mendapatkan hasil dari percobaannya bahwa pada suhu 0 °C (273
K) dan tekanan 1 atmosfir (76 cmHg) didapatkan tepat 1 liter oksigen dengan
massa 1,3286 gram. Pengukuran dengan kondisi 0 °C (273 K) dan tekanan 1
atmosfir (76 cmHg) disebut juga keadaan STP (Standard Temperature and
Pressure). Pada keadaan STP, 1 mol gas oksigen sama dengan 22,4 liter.
Avogadro yang menyatakan bahwa pada suhu dan tekanan yang sama, gas-gas
yang bervolume sama mengandung jumlah molekul yang sama. Apabila jumlah
molekul sama maka jumlah molnya akan sama. Sehingga, pada suhu dan tekanan
yang sama, apabila jumlah mol gas sama maka volumenya pun akan sama.
Keadaan standar pada suhu dan tekanan yang sama (STP) maka volume 1 mol gas
apasaja/sembarang berharga sama yaitu 22,4 liter. Volume 1 mol gas disebut
sebagai volume molar gas (STP) yaitu 22,4 liter/mol. Volume gas tidak standar
pada persamaan gas ideal dinyatakan dengan:
PV = nRT
keterangan:
P : tekanan gas (atm)
V : volume gas (liter)
n : jumlah mol gas
R : tetapan gas ideal (0,082 liter atm/mol K)
T : temperatur mutlak (Kelvin)

d. Rumus Molekul dan Rumus Empiris


Rumus kimia menunjukkan jenis atom unsur dan jumlah relatif masing –
masing unsur yang terdapat dalam zat. Banyaknya unsur yang terdapat dalam zat
ditunjukkan dengan angka indeks. Rumus kimia dapat berupa rumus empiris dan
molekul. Rumus empiris, rumus yang menyatakan perbandingan terkecil atom-
atom dari unsur-unsur yang menyusun senyawa. Rumus molekul, rumus yang
menyatakan jumlah atom-atom dari unsur-unsur yang menyusun satu molekul
senyawa.

10 | P a g e
Rumus Molekul = (Rumus Empiris) × n
Mr Rumus Molekul = n × (Mr Rumus Empiris)
(n = bilangan bulat)
Untuk menentukan rumus empiris dan rumus molekul suatu senyawa, dapat
ditempuh dengan langkah berikut:
1) Cari massa (persentase) tiap unsur penyusun senyawa.
2) Ubah ke satuan mol.
3) Perbandingan mol tiap unsur merupakan rumus empiris.
4) Untuk mencari rumus molekul dengan cara:
(Rumus Empiris) × n = Mr
n dapat dicari nilainya.
5) Kemudian kalikan n yang diperoleh dari hitungan, dengan rumus empiris.
Contoh soal:
Suatu senyawa terdiri dari 60% karbon, 5% hidrogen, dan sisanya nitrogen. Jika
Mr senyawa itu = 80 (Ar C = 12 ; H = 1 ; N = 14). Tentukan rumus empiris dan
rumus molekul senyawa itu!
Jawab :
Persentase Nitrogen = 100% - ( 60% + 5% ) = 35%
Misal massa senyawa = 100 gram
Maka massa C : N : H = 60 : 35 : 5
Perbandingan mol C : mol H : mol N = 5 : 5 : 2,5
=2:2:1
Maka rumus empiris = C2H2N
(C2H2N) n = 80
(24 + 2 + 14) n = 80
(40) n = 80
n=2
Jadi rumus molekul senyawa tersebut = (C2H2N) × 2
= C4H4N2

11 | P a g e
e. Menentukan Rumus Kimia Hidrat (Air Kristal)
Hidrat adalah senyawa kristal padat yang mengandung air kristal (H2O).
Rumus kimia senyawa kristal padat sudah diketahui. Jadi pada dasarnya
penentuan rumus hidrat adalah penentuan jumlah molekul air kristal (H2O) atau
nilai x. Secara umum, rumus hidrat dapat ditulis sebagai:
Rumus kimia senyawa kristal padat : x.H2O
Sebagai contoh garam kalsium sulfat, memiliki rumus kimia CaSO4 . 2H2O,
artinya dalam setiap mol CaSO4 terdapat 2 mol H2O.
Contoh soal:
5,0 gram hidrat dari tembaga(II) sulfat dipanaskan sampai semua air kristalnya
menguap. Jika massa tembaga(II) sulfat padat yang terbentuk 3,20 gram.
Tentukan rumus hidrat tersebut! (Ar Cu = 63,5 ; S = 32 ; O = 16 ; H = 1)
Jawab:
Langkah-langkah penentuan rumus hidrat:
- Misalkan rumus hidrat adalah CuSO4 . xH2O
- Tulis persamaan reaksinya.
- Tentukan mol zat sebelum dan sesudah reaksi.
- Hitung nilai x, dengan menggunakan perbandingan mol CuSO4 : mol H2O
CuSO4 . x H2O(s) → CuSO4 (s) + x H2O
5 gram 3,2 gram 1,8 gram
Perbandingan, mol CuSO4 : mol H2O = 3,2 / 159,5 : 1,8 / 1,8
= 0.02 : 0,10
=1:5
Jadi Rumus hidrat dari tembaga (II) sulfat adalah CuSO4 . 5H2O.

f. Molaritas
Larutan merupakan campuran antara pelarut dan zat terlarut. Jumlah zat
terlarut dalam larutan dinyatakan dalam konsentrasi. Salah satu cara untuk
menyatakan konsentrasi dan umumnya digunakan adalah dengan molaritas (M).
molaritas merupakan ukuran banyaknya mol zat terlarut dalam 1 liter larutan.
Dapat dituliskan sebagai berikut:

12 | P a g e
M=n/V
Pengenceran dilakukan apabila larutan terlalu pekat. Pengenceran dilakukan
dengan penambahan air. Pengenceran tidak merubah jumlah mol zat terlarut.
Sehingga:
V1M1 = V2M2
keterangan:
V1 = volume sebelum pengenceran
M1 = molaritas sebelum pengenceran
V2 = volume sesudah pengenceran
M2 = molaritas sesudah pengenceran
g. Pereaksi Pembatas
Di dalam suatu reaksi kimia, perbandingan mol zat-zat pereaksi yang
dicampurkan tidak selalu sama dengan perbandingan koefisien reaksinya. Hal ini
berarti bahwa ada zat pereaksi yang akan habis bereaksi lebih dahulu.
X + 2Y → XY2
Reaksi di atas memperlihatkan bahwa menurut koefisien reaksi, 1 mol zat X
membutuhkan 2 mol zat Y. Dalam hitungan kimia, pereaksi pembatas dapat
ditentukan dengan cara membagi semua mol reaktan dengan koefisiennya, lalu
pereaksi yang mempunyai nilai hasil bagi terkecil, merupakan pereaksi pembatas.
Contoh soal:
Diketahui reaksi sebagai berikut:
S(s) + 3F2(g) → SF6(g)
Jika direaksikan 2 mol S dengan 10 mol F2
a. Berapa mol kah SF6 yang terbentuk?
b. Zat mana dan berapa mol zat yang tersisa?
Penyelesaian :
S + 3F2 → SF6
Dari koefisien reaksi menunjukkan bahwa:
1 mol S membutuhkan 3 mol F2
Kemungkinan yang terjadi:
- Jika semua S bereaksi maka F2 yang dibutuhkan:

13 | P a g e
mol F2 = 3 / 1× 2 mol S
= 3 × 2 mol
= 6 mol
Hal ini memungkinkan karena F2 tersedia 10 mol.
- Jika semua F2 habis bereaksi, maka S yang dibutuhkan:
mol S = 1 / 3 × 10 mol F2
= 0,333 × 10 mol
= 3,33 mol
Hal ini tidak mungkin terjadi, karena S yang tersedia hanya 2 mol.
Jadi yang bertindak sebagai pereaksi pembatas adalah S.
Banyaknya mol SF6 yang terbentuk = x mol S
a. mol SF6 = 1 x 2 mol = 2 mol
b. zat yang tersisa adalah F2, sebanyak = 10 mol – 6 mol = 4 mol F2
Soal di atas dapat juga diselesaikan dengan:
- Setarakan reaksinya.
- Semua pereaksi diubah menjadi mol.
- Bagikan masing-masing mol zat dengan masing-masing koefisiennya.
- Nilai hasil bagi terkecil disebut pereaksi pembatas (diberi tanda atau lingkari).
- Cari mol zat yang ditanya.
- Ubah mol tersebut menjadi gram/liter/partikel sesuai pertanyaan.
Penyelesaian:
S + 3F2 → SF6
2 mol : 10 mol
2 / 1 : 10 / 3
2 : 3,33
(Nilai 2 < 3,33)
Berarti zat pereaksi pembatas : S
Sehingga ditulis:
a. mol SF6 = 1 / 1 × 2 mol S
= 1 × 2 mol
= 2 mol

14 | P a g e
b. mol F2 yang bereaksi = 3 / 1 × 2 mol S
= 3× 2 mol
= 6 mol
mol F2 sisa = mol tersedia - mol yang bereaksi
= 10 mol - 6 mol
= 4 mol

B. Alat dan Bahan


Adapun peralatan dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah botol
selai bertutup, botol kecil 10 mL, gelas ukur 25 mL, benang wol, es batu, larutan
CuSO4, dan larutan NaOH 0,1 M.

C. Sifat Bahan
a. H2O (air)
- Berat molekul 18,0153 gr/mol
- Titik leleh 0 oC
- Titik didih 100 oC
- Berat jenis 0,998 gr/cm3
- Berupa cairan yang tidak berwarna dan tidak berbau
- Memiliki gaya adhesi
- Senyawa yangpolar
- Memiliki ikatan Vanderwalls dan ikatan hidrogen
(Mulyono, 2009)
b. NaOH
- Warna putih padat
- Kondisi fisik lembab dan cair
- Larut dalam air dan melepaskan panas ketika dilarutkan
- Titik leleh 318 oC dan titik didih 1390 oC
- PH 14
- Tidak berbau
- Mudah terbakar

15 | P a g e
- Berat molekul 40 gr/mol
(MSDS, 2014)
c. CuSO4
- Berbentuk kristal
- Penampilan biru
- Tidak berbau
- Tekanan uap 7,3 mmHg / 25 oC
- Titik didih 150 oC dan titik beku 110 oC
- Mudah terbakar
- Berat molekul 249,68 gr/mol
(MSDS, 2014)

D. Cara Kerja
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah sebuah botol selai disediakan
beserta tutupnya yang rapat. Setelah itu ke dalamnya dimasukkan beberapa
potong es dan botol ditutup rapat – rapat. Botol ditimbang dan dicatat massanya.
Selanjutnya es dibiarkan cair menjadi air dan dibersihkan dengan tissu air yang
mengembun di bagian luar botol. Botol kembali ditimbang. Pada percobaan ini,
botol selai pada percobaan 1 akan dipakai kembali. Kemudian ke dalam botol
tersebut dimasukkan kira – kira 20 mL larutan kupri sulfat, CuSO4. Ke dalam
botol lain yang kecil (10 mL) dimasukkan 3 – 5 mL larutan NaOH 0,1 M. Setelah
itu, seutas benang diikatkan ke leher botol kecil. Kemudian botol kecil
dimasukkan ke dalam botol selai yang berisikan larutan kupri sulfat dan botol
selai ditutup dengan rapat. Botol selai yang berisibotol kecil ditimbang dan dicatat
massanya. Sekarang botol esardimiringkan hingga botol kecil yang berada di
dalamya terguling, maka larutan akan bercampur dan bereaksi. Setelah reaksi
selesai, botol kembali ditimbang dan dicatat massanya.

16 | P a g e
E. Hasil Pengamatan
Tabel 1 Hasil percobaan I
NO JENIS PENGAMATAN KETERANGAN
1 massa gelas kosong 3,3811 gr
2 massa gelas + es batu 7,0945 gr
3 massa es batu 3,7134 gr
4 massa gelas + air 7,1059 gr
5 massa air 3,7248 gr
perubahan wujud dari zat padat
6 perubahan fisik yang terjadi
menjadi zat cair
7 apakah terjadi perubahan massa Ya

Tabel 2 Hasil percobaan II


NO JENIS PENGAMATAN KETERANGAN
1 massa gelas + vial 31,6628 gr
2 massa gelas + vial + larutan 43,2228 gr
3 massa larutan 11,56 gr
massa gelas + vial + larutan yang
4 43,1929 gr
bereaksi
5 massa larutan yang bereaksi 11,5301 gr
ketika larutan bercampur dan
6 perubahan fisik yang terjadi bereaksi, larutan berubah menjadi
keruh
7 apakah terjadi perubahan massa ya

F. Pembahasan
Perubahan fisik yang terjadi pada percobaan I yaitu perubahan wujud dari zat
padat menjadi zat cair. Air tidak membentuk zat baru. Perubahan kimia yang
terjadi yaitu gas hidrogen dan gas oksigen dapat bereaksi membentuk air. Air
yang terbentuk dapat dielektrolisis menghasilkan gas oksigen dan hidrogen. Pada

17 | P a g e
percobaan I terdapat perubahan massa yaitu massa semaki bertambah. Hal ini
disebabkan olehair yang berada di luar gelas masih ada ketika dibersihkan dengan
tissue. Namun, pengukuran perubahan massa sangat kecil maka berlaku hukum
Lavoisier yaitu massa zat sebelum reaksi dan sesudah reaksi selalu sama.
Persamaan reaksi yaitu:
H2 + ½ O2 H2O X
Perubahan fisik dan kimia yang terjadi pada percobaan II yaitu trjadinya
endapan yang ditimbulkan dari reaksi antara larutan CuSO4 dan larutan NaOH.
Perubahan warna juga terjadi menjadi biru yang lebih pudar. Pada pencampuran
larutan kupri sulfat dan natrium hidroksida menghasilkan Cu(OH)2 dan natrium
sulfat. Pencampuran 2 larutan ini menyebabkan berkrangnya massa larutan setelah
bereaksi namun perubahannya sangat kecil, maka berlaku hukum Lavoisier yaitu
massa zat sebelum reaksi dan sesudah reaksi selalu sama. Persamaan reaksinya
adalah:
CuSO4 + 2 NaOH Cu(OH)2 + Na2SO4
untuk mendapatkan produk yang diinginkan, maka perbandingan mol CuSO4 dan
NaOH adalah 1 : 2.

18 | P a g e
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa
pada percobaan I dan II terjadi perubahan massa yang sangat kecil sehingga
berlaku hukum Lavoisier. Percobaan tersebut terjadi reaksi kimia antara 2 zat.
Pada percobaan I dan II terdapat perubahan fisika dan perubahan kimia.

B. Saran
Diharapkan bagi praktikan yang akan melakukan percobaan stoikiometri untuk
lebih bersungguh – sungguh dalam melakukan percobaan ini agar hasil yang
didapatkan semakin akurat dan mendekati kebenaran.

19 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Hiskia. 1985. “Kimia Dasar (Modul 1-5)”. UT, Jakarta.


Brady, J.E dan Humiston. 1986.” General Chemistry”. John Willey and Sons,
New York.
Djojosuwito, Subandio, dkk. 1994. “Kimia 1”. Yudhistira, Jakarta.
Hiskia, A dan Tupamahu. 1991. ”Stoikiometri Energi Kimia”. ITB
Press, Bandung.
Muhrudin,Udin.2011.“PraktikumStoikiometriReaksi”.http://chemistapolban.blogs
pot.com/ 2011/06/praktikum-stoikiometri-reaksi.html. (diakses pada
tanggal 20 Nopember 2014 / pukul 19.30 WIB).
Mulyono. 2009. “Kamus Kimia Dasar 1”. Bumi Aksara, Jakarta.
Parning, dkk. 2007. “Kimia 1”. Yudhistira, Jakarta.
Purba, Michael. 2006. “Kimia 1”. Erlangga, Jakarta.
Sudarmo, Unggul. 2004. “Kimia Jilid 1”. Phibeta Aneka Gama, Jakarta.
Susilowati, Endang. 2009. “Theory and Application of Chemistry 1”. Tiga
Serangkai, Solo.
Wiratmo, dkk. 1994. “Ilmu kimia Jilid 1”. Macanan Jaya Cemerlang, Klaten.

www. Sciencelab. com (diakses pada tanggal 20 Nopember 2014 / pukul 19.00
WIB).

20 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai