001 Makalah Atelektasis
001 Makalah Atelektasis
ATELEKTASI PARU
Disusun oleh:
Isnani (185139022)
Wulandari (185139036)
2018
1
DAFTAR ISI
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
Keperwatan Medikal Bedah (KMB) Pernafasan yang berjudul: Makalah Atelektasis Paru.
Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak mengalami kesulitan dan hambatan, akan
tetapi berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan
kepada semua pihak yang telah membantu, memberi pengarahan, bimbingan, semangat serta
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para
pembaca.
Penulis
3
KONSEP DASAR
I. Definisi
Kolapsnya paru atau alveolus disebut atelektasis, alveolus yang kolaps tidak
mengandung udara sehingga tidak dapat ikut serta di dalam pertukaran gas. Kondisi
ini mengakibatkan penurunan luas permukaan yang tersedia untuk proses difusi dan
Jadi, atelektasis merupaka suatu keadaan kolaps, dimana paru-paru tidak dapat
mengandung udara.
1. Atelektasis Neonatorum
otak tidak matur dan gerakan pernapasan masih terbatas. Faktor pencetus
crepitant, lembek dan alastis. Yang khas paru ini tidak mampu
4
mengembang di dalam air. Secara histologis, alveoli mempunyai paru
bayi, dengan ruang alveoli kecil yang seragam, dilapisi dindingin septa
yang tebal yang tampak kisut. Epitel kubis yang prominem melaposi
a. Altelektasis absorpsi
udara tidak dapat memasuki bagian distal parenkim. Udara yang telah
bronchus oleh suatu sumbatan mucus. Hal ini sering terjadi pasca
5
Kadang-kadang obstruksi disebabkan oleh aspirasi benda asing atau
bekuan darah, terutama pada anak atau selama operasi rongga mulut
atau anestesi. Saluran udara dapat juga tersumbat oleh tumor, terutama
darah.
b. Atelektasis kompresi
kolaps paru di sebelahnya. Ini adalah kejadian yang sering pada efusi
pleura dari penyebab apa pun, namun mungkin yang paling sering
c. Atelektasis kontraksi
d. Atelektasis bercak
pada kedua sindrom gawat napas orang dewasa dan bayi. Pada
6
Atelektasis didapat (acquired) dapat akut atau kronis. Biasanya
atelektasis dapat didiagnosis dini dan terjadi reekspensi yang tepat dari
paru yang terkena, karena perenkim yang kolaps amit peka terhadap
yang diam-diam.
1. Atelektasis lobaris bawah: bila terjadi dilobaris bawah paru kiri, maka akan
membesar.
atelektasis.
4. Atelektasis segmental: kadang-kadang sulit dikenal pada foto thoraj PA, maka
perlu pemotretan dengan posisi lain seperti lateral, miring (obligue), yang
7
memperlihatkan bagian uang terselubung dengan penarikan fissure
interlobularis.
pada bronkus kecil untuk sebagian segmen paru, maka akan terjadi bayangan
horizontal tipis, biasanya dilapangan paru bawah yang sering sulit dibedakan
dengan proses fibrosis. Karena hanya sebagian kecil paru terkena, maka
2009, ialah :
1. Atelektasis Kompresi
kan gaya yang cukup besar pada alveolus sehingga alveolus kolaps. Hal ini
terjadi jika dinding dada tertusuk atau terbuka, karena tekanan atmosfir lebih
dan dengan pajanan tekanan atmosfir paru akan kolaps. Atelekasis kompresi
juga dapat terjadi jika terdapat tekanan yang bekerja pada paru atau alveoli
2. Atelektasis Absorpsi.
alveolus, apabila aliran masuk udara ke dalam alveolus dihambat, udara yang
sedang berada di dalam alveolus akhirnya berdifusi keluar dan alveolus akan
dan obstruksi aliran udara bronkus yang mengaliri suatu kelompok alveolus
8
kistik, pneumonia, atau bronkitis kronik, meningkatkan resiko atelektasis
absorbsi. Atelektasis juga absorpsi juga dapat disebabkan oleh segala sesuatu
kolapsnya alveolus.
III. Patofisiologi
udara ke dalam alveolus yang terletak distal terhadap sumbatan. Udara yang
sudah terdapat dalam alveolus tersebut diabsorpsi sedikit demi sedikit ke dalam
aliran darah dan alveolus kolaps. Untuk mengembangkan alveolus yang kolaps
total diperlukan tekanan udara yang lebih besar, seperti halnya seseorang harus
atau ekstrinsik. Obstruksi bronkus intrinsik paling sering disebabkan oleh secret
atau eksudat yang tertahan. Tekanan ekstrinsik pada bronkus biasanya disebabkan
oleh neoplasma, pembesaran kelenjar getah benih, aneurisma atau jaringan parut.
dari “tangga berjalan silia” yang dibantu oleh batuk untuk memindahkan partikel-
partikel dan bakteri yang berbahaya ke dalam faring posterior, tempat partikel dan
kolateral. Hanya inspirasi dalam saja yang efektif untuk membuka pori-pori Kohn
9
dan menimbulkan ventilasi kolateral ke dalam alveolus disebelahnya yang
alveolus yang tersumbat dapat dicegah (dalam keadaan normal absorpsi gas ke
dalam darah lebih mudah karena tekanan parsial total gas-gas darah sedikit lebih
mucus. Bahkan dapat dihasilkan gaya ekspirasi yang lebih besar, yaitu sesudah
bernafas dalam, glotis tertutup dan kemudian terbuka tiba-tiba seperti pada proses
dangkal; sehingga tidak ada ventilasi kolateral menuju alveolus yang tersumbat;
dan tekanan yang memadai untuk mengeluarkan sumbat mucus tidak akan
tercapai. Absorpsi gas-gas alveolus ke dalam aliran darah berlangsung terus, dan
tempat yang kosong itu sedikit demi sedikit akan terisi cairan edema.
Atelektasis pada dasar paru sering kali muncul pada mereka yang
yang tertahan dapat mengakibatkan pneumonia dan atelektasis yang lebih luas.
bagian paru atau bagian dari paru, sehingga mendorong udara keluar dan
10
mengakibatkan kolaps. Sebab-sebab yang paling sering adalah efusi pleura,
Hilangnya surfaktan merupakan keadaan yang penting baik pada sindrom distress
mucus atau sumbatan bronkus besar oleh gumpalan mucus yang besar atau benda
dalam waktu beberapa menit sampai beberapa jam. Oleh darah yang mengalir
dalam kapiler paru. Jika jaringan paru cukup lentur (pliable), alveoli akan
menjadi kolaps.
Tetapi, jika paru bersikap kaku akibat jaringan fibrotik dan tidak dapat
kolaps, maka absorpsi udara dari alveoli menimbulkan tekanan negatif yang hebat
dalam alveoli dan mendorong cairan keluar dari kapiler paru masuk ke dalam
alveoli, dengan demikian menyebabkan alveoli terisi penuh dengan cairan edema.
Ini merupakan efek yang paling sering terjadi bila seluruh paru mengalami
atelektasis, suatu keadaan yang disebut kolaps masif dari paru, karena kepadatan
(atelektasis) pada suatu paru dilukiskan pada gambar dibawah ini. Kolaps
jaringan paru tidak hanya menyumbat alveoli tapi hampir selalu juga
11
Meningkatan tahanan ini sebagian tejadi karena kolaps itu sendiri, yang menekan
dan melipat pembuluh darah sehingga volume paru berkurang. Selain itu,
paru atelektasis menjadi sedikit kebanyakan darah mengalir melalui paru yang
terventilasi sehingga tejadi aerasi dengan baik. Pada keadaan diatas lima per
enam darah mengalir melalui paru yang teraerasi dan hanya satu per-enam
seluruhnya hanya sedang saja, sehingga darah aorta hanya mempunyai sedikit
oksigen yang tidak tersaturasi walaupun terjadi kehilangan ventilasi total pada
satu paru.
spesifik ke dalam cairan yang melapisi alveoli. Zat ini menurunkan tegangan
permukaan pada alveoli 2 sampai 10 kali lipat, yang memegang peranan penting
disebut sindrom gawat napas), yang sering terjadi pada bayi-bayi premature yang
baru lahir, jumlah surfaktan yang disekresikan oleh alveoli sangat kurang.
kebanyakan bayi ini mati lemas karena bagian paru yang atelektasis menjadi
semakin luas.
bagian paru atau bagian dari paru, sehingga mendorong udara keluar dan
12
pneumotoraks, atau peregangan abdominal yang mendorong diapragma keatas.
absorbsi.
terjadi akibat adanya tekanan ekstrinsik pada bagian paru, sehingga mendorong
udara keluar dan menyebabkan bagian tersebut kolaps. Tekanan ini biasa terjadi
diafragma ke atas.
nafas yang ringan. Penderita sindroma lobus medialis mungkin tidak mengalami
batuk. Jika disertai infeksi, bisa terjadi demam dan peningkatan denyut jantung,
yang jelas, kecuali jika ada obstruksi pada bronkus utama. Jika daerah atelektsis
itu luas dan terjadi sangat cepat akan terjadi dipsneu dengan pola pernapasan
yang cepat dan dangkal, takikardi dan sering sianosis, temperatur yang tinggi, dan
jika berlanjut akan menyebabkan penurunan kesadaran atau syok. Pada perkusi
13
redup dan mungkin pula normal bila terjadi emfisema kompensasi. Pada
atelektasis yang luas, atelektasis yang melibatkan lebih dari satu lobus, bising
nafas akan melemah atau sama sekali tidak terdengar, biasanya didapatkan
adanya perbedaan gerak dinding thorak, gerak sela iga dan diafragma. Pada
perkusi mungkin batas jantung dan mediastinum akan bergeser, letak diafragma
mungkin meninggi.
V. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan diagnostik
A. Radiologi Konvensial
a. Opasifikasi hemithoraks
c. Diafragma terangkat
mediastinum posterior
14
a. Opasitas terlihat pada proyeksi frontal
5) Kolaps lingula
kanan
e. Elevasi hilus
15
B. Computed Tomography Scan (CT-SCAN)
a. Opasifikasi hemithoraks
16
2. Pemeriksaan laboratorium
Pco2 : 49 mmHg
d.
VI. Penatalaksanaan
1. Berbaring pada sisi paru-paru yang sehat sehingga paru-paru yang terkena
lainnya
5. Postural drainase
8. Pada kasus tertentu, jika infeksinya bersifat menetap atau berulang, menyulitkan
17
Penatalaksaan Atelektasis meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut:
1. Medis
a. Pemeriksaan bronkoskopi
b. Pemberian oksigenasi
kortikosteroid)
e. Pemeriksaan bakteriologis
2. Keperawatan
A. Indentitas
Nama:
Umur: terjadi pada bayi yang baru lahir, anak-anak atau pada usia tua
B. Keluhan utama
Sesak nafas
18
Nyeri dada
Pada saat lahir pasien pernah mengalami kelainan yaitu setelah lahir
F. Riwayat psikosocial
melakukan aktivitas
H. Pemeriksaan Fisik
1) Tanda-tanda vital
TD : hipertensi
S : hipertermi >39°C
19
RR : dipsnea 30x/mnt
N : takikardi 130x/mnt
diagfragma meninggi
2. Diagnosa Keperawatan
b. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d obstruksi jalan nafas : mokus dalam
jumlah berlebih
e. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d faktor psikologis
3. Intervensi
Tujuan keperawatan:
Kriteria hasil:
20
1) Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada
2) Mewujudkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama
nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas
abnormal)
3) Tanda tanda vital dalam rentang normal (teknan darah, nadi dan
pernafasan)
Intervensi:
b. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d obstruksi jalan nafas : mokus dalam
jumlah berlebih
Tujuan keperawatan :
Kriteria hasil :
1) Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada
21
2) Mewujudkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama
nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas
abnormal)
nafas.
Intervensi :
Tujuan keperawatan:
Kriteria hasil :
pernafasan.
22
3) Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada
Intervensi:
Tujuan keperawatan:
hilang/terkontrol
Kriteria hasil:
nyeri.
23
4) Manyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.
Intervensi:
nyeri pasien.
6) Tingkatkan istirahat
7) Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil.
e. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d faktor psikologis
Tujuan keperawatan:
napsu makan
Kriteria hasil :
24
4) Menunjukan peningkatan fungsi pengecapan dan menelan
Intervensi :
6) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nurtrisi
Tujuan keperawatan :
Kriteria hasil:
4) Level kelemahan
Intervensi :
25
2) Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan
Tujuan keperawatan :
Kriteria hasil :
secara benar.
Intervensi :
3) Gambarkan tanda dan gejala yang bisa muncul pada penyakit dengan cara
yang tepat.
26
4) Gambarkan proses penyakit dengan cara yang tepat
yang tepat.
mencegah komplikasi yang terjadi dimasa yang akan datang dan proses
pengontrolan penyakit.
27
PENUTUP
I. KESIMPULAN
hambatan gerak pernafasan oleh efusi pleura. Pada umumnya atelektasis yang
jarang menimbulkan gejala klinis yang jelas, kecuali jika ada obstruksi pada
bronkus utama. Jika daerah atelektsis itu luas dan terjadi sangat cepat akan
terjadi dispnea dengan pola pernapasan yang cepat dan dangkal, takikardi dan
sering sianosis, temperatur yang tinggi, dan jika berlanjut akan menyebabkan
III. SARAN
tepat karena sebagian angka mortalitas dari penyakit gangguan pola nafas
28
Sebagai tim kesehatan agar lebih bisa meningkatkan pengetahuan
tentangatelektasis dan problem solving yang efektif dan juga sebaiknya kita
29
DAFTAR PUSTAKA
Nurarif, Amin Huda, dan Hardi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
30