Pembuatan Tangki PDF
Pembuatan Tangki PDF
TUGAS AKHIR
OLEH :
PADOHA ARITONANG
04.331.0026
TUGAS AKHIR
PERENCANAAN TANGKI MINYAK MENTAH DENGAN
KAPASITAS 350 BARREL DI BAKAU FIELD, SELAT
PANJANG
Dengan segala kerendahan hati penulis haturkan rasa syukur yang dalam
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,yang telah memberikan limpahan rahmat dan
dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dalam rangka melengkapi kurikulum yang
Sarjana pada Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik di Universitas Islam Riau
Minyak Mentah Dengan Kapasitas 350 Barrel Di Bakau Field, Selat Panjang”,
diharapkan. Hal ini tidak terlepas dari keterbatasan kemampuan dan pengalaman
penulis. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis menerima kritik
1. Bapak Prof. DR. Ir. H. Sugeng Wiyono, M.MT selaku Dekan Fakultas Teknik
2. Bapak Sehat Abdi Saragih, ST. MT dan bapak Dody Yulianto, ST. MT selaku
Ketua dan Sekretaris Jurusan Fakultas Teknik Mesin Universitas Islam Riau.
5. Dosen dan seluruh Karyawan Tata Usaha Fakultas Teknik Universitas Islam
Riau.
6. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak
langsung.
adalah amal dan penulis mendoakan semoga Tuhan YME memberkahi dengan
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK ......................................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL............................................................................................... ix
1.4. Manfaat............................................................................................. 2
4.3 Perhitungan Ketebalan Plat Dasar (Bottom & Annular Plate) ........... 61
4.8.1 Perhitungan Las Ikat Sambungan Logitudinal pada shell ...... 104
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
V volume m3
L Panjang pelat m
F Gaya pengerolan kg
PENDAHULUAN
Pada saat ini kebutuhan akan suatu alat guna membaantu kelancaran dalam
suatu proses pengolahan yang mana dalam hal ini pada industri migas semakin
hari semakin meningkat seiring dengan perkembangan zaman saat ini. Salah satu
kebutuhan pada industri migas salah satunya yaitu tangki, yang mana tangki pada
indutri tersebut digunakan sebagai tangki penimbun minyak mentah (Storage Oil
dapat mengalami kerusakan yaitu berubah bentuk dan bisa juga mengalami
Pengaruh luar : misalnya gempa , angin , petir dan bencana alam lainnya
pelat tangki yang dilas. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya kebocoran tangki
panas.
pembahasan tugas akhir ini, tanki yang dirancang adalah untuk tempat
dan akan diolah lagi menjadi bahan bakar. Karena pentingnya tanki ini maka perlu
- Proses pengelasan
Adapun Tujuan umum dari perencanaan tangki minyak mentah ini adalah
untuk membuat suatu tangki penyimpanan minyak mentah yang sesuai dengan
untuk menampung fluida minyak dengan kapasitas 350 barrel juga sebagai syarat
1.4 Manfaat
Dengan adanya pembahasan ini, diharapkan diketahui langkah-langkah
dalam proses fabrikasi,tata cara pengelasan dan profil matrial yang digunakan
Agar didapat pemahaman yang baik maka didalam penulisan ini diadakan
mudah
Dalam sistematika penulisan tugas akhir ini terdiri dari lima Bab,dimana
Bab I : Pendahuluan
penulisan
Untuk langkah rancangan suatu tanki maka dibuat suatu diagram alir
Survey
Data Lapangan
Ya
Dapat
Ya
Hasil perhitungan
Gambar Rancangan
Tidak
Sesuai
Kesimpulan
Selesai
2.1 Perencanaan
kepada relisasi bentuk fisik. Langkah- langkah dalam merencanakan suatu produk
1. Fungsi
2. Permasalahan
3. Pengumpulan Informasi
4. Konsep perencanaan
5. Evaluasi/penilaian
bertujuan menilai dari arti hasil desain proses tersebut meliputi atas
6. Desain Komunikasi
2.2 Pengelasan
Atau secara ringkas juga dapat diartikan penyambungan setempat dari beberapa
batang logam dengan menggunakan energi panas. Hal ini erat hubungannya
dengan ketangguhan, cacat las dan retak serta mempunyai pengaruh yang fatal
terhadap keamanan dari kontruksi yang di las. Adanya energi panas yang diterima
dari struktur mikro sampai dengan ekspansi dan kontruksi secara mikro.
Perubahan struktur mikro ini, akan berpengaruh pada sifat-sifat mekanik logam
tersebut. Sifat-sifat mekanik ini diantaranya adalah kekuatan, keuletan,
juga untuk reparasi, misalnya untuk mengisi lubang-lubang pada coran, membuat
lapisan keras pada perkakas, mempertebal bagian yang sudah aus dan macam-
macam reparasi lainnya. Pengelasan bukan tujuan utama dari kontruksi, tetapi
hanya merupakan sarana untuk mencapai ekonomi pembuatan yang lebih baik.
Oleh karena itu, rancangan las dan cara pengelasan harus betul-betul
lain masukan panas, bahan, jenis las, dan sikap atau posisi juru las (welder).
mampu las yang baik. sifat mampu las yang baik apabila dalam penggunaannya
tidak mengalami kegagalan kerja atau pengurangan kekuatan. Sifat mampu las
yang baik apabila elektroda dan bahan lasan sama-sama mencair sehingga
dihasilkan kekuatan yang sangat baik, baiknya hasil pengelasan apabila kekuatan
Las busur listrik elektroda terbungkus adalah cara pengelasan yang banyak
digunakan dewasa ini. Dalam cara pengelasan ini digunakan kawat elektroda
dipengaruhi oleh besar kecilnya arus dan juga komposisi fluks yang digunakan.
Dalam Gambar 2.1 dapat dilihat dengan jelas bahwa busur listrik terbentuk di
antara logam induk dan ujung elektroda, karena panas dari busur ini maka logam
induk dan ujung elektroda tersebut mencair dan kemudian membeku bersama.
SMAW (Shielded Metal Arc Welding), yaitu las busur nyala listrik
busur nyala listrik sebagai sumber panas untuk mencairkan logam. Jenis ini yang
Proses SMAW adalah proses pengelasan dengan menggunakan busur logam yang
terbungkus oleh fluks atau dalam dunia pengelasan disebut dengan las elektroda
mencair dan membentuk butir-butir yang terbawa oleh busur listrik yang terjadi.
Apabila digunakan arus listrik yang besar maka butiran logam cair yang terbawa
menjadi halus seperti terlihat pada Gambar 2.2 (a), sebaliknya bila arusnya kecil
maka butirannya menjadi besar seperti terlihat pada Gambar 2.2 (b).
Gambar 2.2 Pemindahan logam cair
mempengaruhi sifat mampu las dari logam. Secara umum dapat dikatakan bahwa
logam mempunyai sifat mampu las tinggi bila pemindahan terjadi dengan butiran
halus. Di dalam pengelasan ini hal yang penting adalah bahan fluks dan jenis
listrik yang digunakan. Untuk las busur listrik elektroda terbungkus, fluks
cairan logam.
b) Sumber terak atau gas yang dapat melindungi logam cair terhadap
udara disekitarnya.
c) Pengatur penggunaan.
menggunakan listrik arus searah (Direct Current) dan tenaga listrik arus bolak-
balik (Alternating Current). Untuk tenaga listrik arus searah (Direct Current),
arus listriknya dihasilkan oleh generator, dimana kutup positif (Katoda)
dipasangkan pada tenaga las dan kutup negatif (Anoda) dipasangkan pada benda
kerja. Sumber arus listrik untuk tenaga las arus bolak-balik (Alternating Current),
diperoleh dengan cara membuat mesin las dengan kontruksi transformator yang
khusus. Berdasarkan sistem pengatur arus yang digunakan, mesin las busur listrik
dengan tenaga arus bolak-balik (Alternating Current) dapat dibagi dalam empat
jenis yaitu :
4. Jenis saklar
Fungsi dari elektroda adalah sebagai pembangkit busur dan bahan tambahan,
pada umumnya elektroda yang dipakai pada pengelasan las busur listrik dibagi
a. Elektroda terumpan.
las busur listrik terbungkus, elektroda akan habis terbakar sebagai bahan pengisi.
- Bahan pengisi
- Pembangkit busur.
b. Elektroda tidak terumpan.
Dimana khusus elektroda tidak terumpan bahan pengisi filter wire rod
(kawat telanjang) yang berfungsi sebagai bahan pengisi bukan sebagai elektroda.
Untuk lebih jelas mengenai elektroda tidak terumpan (a) dan terumpan (b) dapat
KAWAT LAS
ELEKTRODA WOLFRAM
KAWAT PENGISI
BUSUR BUSUR
LOGAM LASAN LOGAM LASAN
LOGAM INDUK
2.2.3.1Pemilihan elektroda.
menentukan hasil las. Begitu juga flux dan gas sebagai shielding yang berkaitan
dengan sifat mekanis logam las yang dikehendaki. Untuk itu pemilihan elektroda
Tujuan dari semua ini adalah agar dapat memilih suatu elektroda yang
tepat, haruslah sesuai dengan standar, yang mana hasil las yang sesuai persyaratan
Jepang didasarkan pada standar JIS, di Amerika serikat didasarkan pada standar
AWS. Standarisasi elektroda baik dalam JIS maupun AWS didasarkan pada jenis
fluks, posisi pengelasan dan arus las. Dua angka pertama baik di JIS maupun
AWS menunjukkan kekuatan terendah dari logam las, hanya saja dalam JIS
satuannya adalah (kg/mm2) sedangkan dalam AWS satuannya adalah (psi). Dua
ini adalah E7018, artinya elektroda dengan kekuatan tarik minimum dari deposit
las adalah 70.000 lb/in2, dapat dipakai untuk pengelasan segala posisi dan jenis
Posisi pengelasan pada las busur listrik elektroda terbungkus terdiri dari
lima posisi yaitu posisi datar (F), vertikal (V), atas kepala (OH), horizontal (H),
dan horizontal las sudut (H-S). Spesifikasi elektroda terbungkus dari baja lunak
yang didasarkan pada jenis fluk, posisi pengelasan, jenis listrik yang mengacu
pada standar asosiasi las Amerika (AWS), dapat dilihat dalam Tabel 2.1. dan pada
Tabel 2.2 dijelaskan tentang spesifikasi kawat las busur listrik dengan gas dan
terendam. Untuk jenis selaput elektroda las ada 9 macam, yang diklasifikasikan
slag yang tipis dan mudah dilepaskan. Biasanya deposit las mempunyai
sifat mekanik yang baik dan bila diradiografi mempunyai grade 2 menurut
klasifikasi AWS.
pada arus yang relatif lebih tinggi(E 6012), menghasilkan permukaan las
menghasilkan permukaan las agak rata, baik dipakai pada pekerjaan pelat
tipis.
3. Elektroda E 6020
dalam. Slag tebal tetapi mudah dibuka, membantu perlindungan cairan las
dari pengaruh atmosfir. Cairan las sangat lebar, sehingga hanya dipakai
pada posisi bawah tangan dan horizontal saja. Deposit las lebih tinggi
dibandingkan dengan elektroda konvensional yang lain dan hasil las sama.
persentase serbuk besinya, selaput semakin tebal. Dapat dipakai pada arus
pada posisi flat dan horizontal sudut saja, dikarenakan fluitditas dari cairan
5. Elektroda E 7016
porositas.
Sambungan las dalam kontruksi baja pada dasarnya di bagi menjadi empat
yaitu :
a) Sambungan tumpul.
ini dibagi lagi menjadi dua yaitu sambungan penetrasi penuh dan sambungan
penetrasi sebagian. seperti terlihat dalam Gambar 2.4 (a). Sambungan penetarsi
penuh dibagi menjadi sambungan tanpa pelat pembantu dan sambungan dengan
pelat pembantu.
Pada kedua sambungan ini secara garis besar dibagi dalam dua jenis yaitu
las dengan alur dan jenis las sudut seperti yang terlihat dalam Gambar 2.4 (b) dan
(c). Dalam pelaksanaan pengelasan mungkin sekali ada batang yang menghalangi,
c) Sambungan sudut.
Dalam sambungan ini dapat terjadi penyusutan dalam arah tebal pelat yang
dapat menyebabkan terjadinya retak lamel. Hal ini dapat dihindari dengan
membuat alur pada pelat tegak seperti terlihat dalam Gambar 2.4 (d)
penguat tunggal dan pelat penguat ganda seperti terlihat dalam Gambar 2.4 (e)
e) Sambungan sisi
Sambungan sisi dibagi dalam sambungan las dengan alur dan sambungan las
f) Sambungan tumpang
Gambar 2.4 (g). Karena sambungan ini efisiensinya rendah maka jarang sekali
Tabel 2.1 Spesifikasi elektroda terbungkus untuk baja bejana suhu rendah menurut
(JIS Z 3241 – 1977).
V = Vertikal
OH = Atas kepala
H = Horizontal
( - ) = Polaritas lurus
( ± ) = Polaritas ganda
DL – 5016 – A – 1
Kekuatan Kekuatan
Pembagian Perpanjangan
tarik tarik Laku panas
menurut komposisi (%)
(kg/mm2) (kg/mm2)
1 50 37 20 Tanpa perlakuan panas
Dipanaskan pada 620˚C
selama 1 jam didinginkan
2
dalam tungku sampai
3 50 37 20
315˚C dengan laju
4
180˚C/jam dan kemudian
didinginkan di udara
Sumber: Teknologi Pengelasan Logam
Tabel 2.2 Spesifikasi elektroda terbungkus untuk bejana suhu rendah menurut
(AWS A5.1 – 64T)
pengelasan. Untuk itu perlu adanya prosedur tertulis yang telah dirancang sesuai
dengan standar yang telah ditentukan. Untuk memberikan petunjuk kepada juru
pengelasan yang meliputi cara pembuatan kontruksi las yang sesuai dengan
rencana dan spesifikasinya dengan menentukan semua hal yang diperlukan dalam
pelaksanaan tersebut.
Untuk membuat rencana kontruksi las yang baik, prosedur pengelasan harus
pekerjaannya.
c) Cara, dalam hal cara adalah pemilihan cara yang tepat untuk melaksanakan
seluruh kontruksi.
sarana penting yang dapat mepengaruhi hasil lasan, seperti pelaksanaan yang
Pemilihan proses pengelasan harus dititik beratkan pada proses yang paling
sesuai untuk tiap-tiap sambungan las yang ada pada kontruksi, dalam hal ini tentu
dasanya adalah efisiensi yang tinggi, biaya yang murah, penghematan tenaga dan
Oleh karena itu persiapan pengelasan harus dapat perhatian dan pengawasan yang
meliputi penyediaan bahan, pemilihan mesin las, penunjukan juru las dan
akhirnya tertuju pada bentuk alur (kampuh). Pembuatan alur (kampuh) ini dapat
dilakukan secara termal dengan alat pemotong gas atau dingin dengan mesin.
Adapun jenis alur (kampuh) untuk sambungan tumpul dapat dilihat dalam
digunakan alur (kampuh) persegi, untuk pelat dengan tebal antara 6 mm sampai
Proses pengelasan yang biasa digunakan pada baja adalah las busur listrik
dengan elektroda terbungkus, dengan pelindung gas CO2 dan dengan listrik
terendam.
Las ikat adalah penyetelan bagian yang akan dihubungkan dengan lasan
pendek. Jika prosedur las mengharuskan suatu pemanasan awal, maka walaupun
hanya tack weld, tetap diperlukan pemanasan awal, sebab jika ketentuan tersebut
dilanggar akan berisiko terjadi retak, yaitu jenis retak dingin (toe crack) yang
bersifat fatal.
dapat dijelaskan sebagai berikut; head input (masukan panas) yang dihasilkan
oleh suatu tack weld sangat kecil. Akibatnya masukan panas yang sangat sedikit
tersebut segera diserap oleh bahan induk baja yang relatif sangat besar sehingga
material disekitar tack weld berupa martensit yang keras dan getas. Keadaan ini
cukup besar. Tack welding yang terbaik dilaksanakan pada akar las di dalam
kampuh, yaitu setelah pipa distel dan diikat (diklem), untuk nanti dilebur besama
akar las.
sehingga sisa tack weld sangat sedikit, yang kemudian diratakan dengan
menggunakan batu grinda. Sebagai guna meyakinkan bahwa tack weld tidak
yang dibebani oleh gaya tarik F, untuk pembebanan tarik atau tekan, tegangan
F
hl
l = Panjang pengelasan
Maka tegangan rata-rata pada las temu karena pembebanan geser adalah :
F
hl
Sedangkan kekuatan las temu sama dengan tegangan izin dikali dengan perkalian
S = σ (l x t )
Pada Gambar 2.7 memperlihatkan suatu alur las sudut sisi dan las sudut
melintang. dimana kekuatan las sudut sisi atau melintang dianggap ditetapkan
dengan tahanan geser leher las dengan mengabaikan arah beban terpasang.
Gambar 2.7 Potongan melintang las sudut
besarnya tegangan pada luas leher DB, maka sepotong las-lasan telah dipilih dari
Gambar 2.7 untuk memperlakukan leher las sebagai suatu persoalan pada analisa
A = hl cos45˚ = 0,707 hl
Dimana :
l = panjang las-lasan.
F F
Jadi tegangan σx = =
A 0,707hl
Tegangan ini dapat dibagi menjadi dua komponen, tegangan geser τ dan tegangan
normal σ yaitu :
F F
τ = σx cos 45˚ = atau σ = σx cos 45˚ =
hl hl
Sehingga harga-harga ini dimasukkan ke dalam diagram lingkaran mohr seperti
2 2
F F F F
σ1 = 1,618
2hl 2hl hl hl
2 2
F F F
τmax = 1,118
2hl hl hl
geser pada luas leher dan mengabaikan tegangan normal sekaligus*. Jadi
F
τ=
0,707hl
P = τA
2.2.6.4 Cacat Pada Pengelasan
Cacat yang biasanya terdapat pada pengelasan berupa cacat visual atau
alin-lain. cacat non visual yang terdapat di akar las, yang walaupun dipermukaan
namun praktis tidak tampak seperti incomplite penatration, blow hole, excessive
penatration, dan lain-lain. cacat internal yakni cacat yang berada di dalam bahan
las yang hanya dapat terungkap melalui uji tampak merusak, seperti slag
inclusion, porosity, incomplite fusion, hollow bead, internal cold lap, dan lain-
lain.
a. Sifat tarikan
pengujian tarik. Dalam sambungan las sifat tarik sangat dipengaruhi oleh sifat dari
logam induk, sifat daerah HAZ, sifat logam las dan sifat-sifat dinamik dari
sambungan.
Dalam kontruksi las selalu digunakan logam las yang mempunyai kekuatan
dan keuletan yang lebih baik atau paling tidak sama dengan logam induk. Tetapi
karena proses pengelasan kekuatan dan keuletan logam dapat berubah. Dalam hal
logam las sifat ini dipengaruhi oleh keadaan, cara dan prosedur pengelasan.
logam induk, asal saja pemilihan bahan las dan cara pengelasannya betul. Dalam
pelaksanaannya manik las dalam las tumpul mempunyai ketebalan yang lebih dari
pada pelat yang dilas dan ini disebut penguatan las. Tebal penguatannya sendiri
tidak boleh melebihi 3 mm.untuk lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 2.10.
PEN G U A TA N
tegangan yang besarnya sangat tergantung dari kaki las dan adanya takik las. Bila
bentuk manik las rapi konsentrasi tegangan yang terjadi antara 1,3 sampai 1,8.
mempengaruhi kekuatan sambungan las tumpul. Untuk lebih jelas dapat dilihat
1 ,7 1
1 ,0 0
1 ,6 0
menerima beban tumbuk yang diukur dengan besarnya energi yang diperlukan
untuk mematahkan batang uji dengan palu ayun. Jadi jelas disini bahwa kekutan
Sifat ini perlu diperhatikan karena logam dengan kekuatan tarik yang sama
belum tentu mempunyai kekuatan tumbuk atau ketangguhan yang sama dan
logam yang kuat belum tentu ketangguhannya tinggi. Hal yang jelas adalah bahwa
Efisiensi Sambungan
Tegangan boleh dari sambungan (σ bw )
tegangan boleh dari logam induk (σ b )
Hooke dengan syarat bahwa tegangan terbesar yang terjadi tidak boleh melebihi
tegangan boleh yang telah ditentukan. Distribusi tegangan dalam las tumpul tidak
terlalu sukar dihitung tetapi dalam sambungan las sudut sangat sukar, karena itu
dalam hal tegangan yang terjadi dianggap sama dengan yang terjadi dalam leher
las.
Semua las harus diamati (inspeksi) untuk mengetahui mutu la. Inspeksi
menentukan apakah standar mutu telah dipenuhi. Inspeksi dapat dilakukan setelah
diterima tidaknya hasil las dan jika ada kesalahan saat pengelasan dilakukan untuk
1. Inspeksi Visual
harus diperiksa apakah telah memenuhi kualitas, tipe, ukuran, kebersihan, dan
mengklarifikasi apakah proses dan prosedur pengelasan sudah sesuai seperti jenis
dengan mata telanjang atau dibantu dengan kaca pembesar dan dapat mendeteksi
retak pada permukaan las, porosity permukaan, inklusi terak pada permukaan,
Inspeksi las harus dilakukan dan jika ada kesalahan harus dikoreksi
horizontal pada shell, sambungan tumpul pada plat dasar, dan sambungan lainnya
yang melewati plat shell. Sambungan harus dibersikan untuk menghilangkan terak
penggerjaan akhir
f. Permukaan las harus bebas dari rongga dan terak yang terperangkap
saat pengelasan
mendeteksi retak permukaan yang tidak bisa dilihat dengan mata telanjang. Cairan
keringkan terlebih dahulu setelah itu cairan penetran dioleskan atau disemprotkan
di permukaan benda uji dan di biarkan beberapa saat agar cairan penetran
benda uji dari sisa cairan penetran dengan cara menyemprotkan air. Setelah
Developer akan menarik cairan penetran yang tertangkap dirongga retak menuju
permukaan. Jika disinari sinar ultra violet developer akan berpendar yang
Pengujian dan pemeriksaan didalam industri dapat dibagi dalam dua kelas,
yaitu pengujian dan pemeriksaaan untuk keperluan pembuat dan pengujian serta
pemeriksaaan untuk keperluan pemakai. Di dalam kedua kelas tersbut jelas bahwa
alat-alat dan cara-cara yang digunakan adalah sama, hanya kedudukkannya yang
sedikit berbeda.
sekarang masih ditambahkan lagi kepentingan untuk pihak ketiga seperti : Negara,
berikut :
adalah untuk menjamin mutu dan kepercayaan terhadap konstruksi las. Untuk hal
ini pemeriksaan harus dilakukan terus menerus sejak dari tahap perencanaan
digunakann untuk menyimpan cairan dan gas. Cairan dibedakan menjadi dua
macam, yaitu cairan yang mudah mengup seperti moniak dan bensin serta cairan
yang tidak mudah seperti air dan solar. Berikut ini adalah pembagian jenis tangki,
cairan yang akan diimpan beserta vapour – saving efficiency, dan bentuk atap.
2.3.1 Jenis tangki penimbun berdasarkan letaknya
permukaan tanah.
bertekanan rendah. tanki ini dapat dibedakan dalam beberapa jenis yaitu :
atau dengan kata lain fluida yang tidak mudah menguap namun pada
gasoline , benzene, fuel dan lain – lain termasuk produk atau bahan
Tanki Umbrella
tanki.
Tanki Tutup Cembung Tetap (Fixed Dome Roof)
Tanki Horizontal
tidak melebihi 5 psi, diameter dari tanki dapat mencapai 12 feet ( 3.6
Baik Fixed cone dan dome roof dapat memiliki internal floating roof,
bahan yang mudah terbakar atau mudah menguap , kelebihan dari penggunaan
dengan tekanan uap lebih dari 11,1 psi dan umumnya fluida yang
1. Shell
2. Support
3. Accesories lainnya.
1. Shell
Pada Gambar 2.12 dimana merupakan bagian utama dari pressure vessel
yang berbentuk silinder dengan ketebalan plat yang konstan ( secara umum)
sesuai dengan kebutuhan dan kondisi perencanaan dan berfungsi sebagai wadah
2. Support
Pada Gambar 2.13 dimana merupakan alat penumpu vessel sehingga dapat
berdiri diatas tanah. Support dapat berupa skirt dan lug support yang digunakan
pada vertical pressure vessel. Sedangkan untuk horizontal pressure vessel, sebagai
tekanan (P), volume tangki (V), tebal plat tangki dan lain sebagainya. Sebelum
pengerjaan dimulai kita harus membuat langkah-langkah apa yang akan dilakukan
4 vt
d .............................................................................................. pers 3.1
Dimana :
v : Volume tangki ( m3 )
d : Diameter tangki ( m )
Dimana :
k : Keliling tangki
d : Diameter tangki
3.2 Tekanan
Tekanan adalah gaya yang terjadi dibagi dengan luas penampang, semakin
besar gaya yang terjadi maka tekanannya semakin besar dan sebaliknya semakin
besar luas penampang dari tangki maka tekanan yang terjadi akan kecil. Sebelum
membuat tangki kita perhitungkan dulu gaya-gaya yang akan timbul pada tangki
tersebut. Data-data yang perlu diketahui adalah panjang tangki, diameter tangki,
ini adalah :
.r 2 .d 3
V (m )........................................................................................... pers 3.4
2
(litertur 11)
Dimana :
g = Gravitasi (m/s2)
y
ijin (kg/m2) ........................................................................... pers 3.7
Sf 1 . Sf 2
(Literatur 9,Hal. 8)
berikut :
2,6 D ( H 1) SG
t1 CA
…………………………………..pers 3.1
Sd (Literatur 1, Hal 3.8)
Dimana : t1 : tebal desain dinding tangki, inch
Plat dasar tangki sebaiknya tidak boleh kurang dari ketebalan plat yang
terdapat pada table 3.2, ditambah dengan corrosion allowance ( ketebalan plat
2,6 D ( H 1)
s t
………………………………………….pers 3.2
t
(litertur 1, Hal 3.8)
Untuk menghitung ketebalan plat yang digunakan pada atap tangki dapat
dihitung dengan menngunakan table 3.1 dengan ditambahkan nilai korosi pada
plat.
P . D .T P.D
c (kg/m2)…………………………………...pers 3.9
2.t .T 2t
(Literatur 3, hal 24)
Dimana : P = Tekanan Dalam Tangki (atm)
P.D
l (kg/m2)…………………………………………….pers 3.10
4t
(Literatur 3, hal 27)
Proses pengerolan yang bisa dilihat pada gambar 3.1 adalah proses
lanjutan setelah lat dipotong sesuai dengan ukuran yang telah direncanakan, jadi
proses ini memproses dimana plat yang datar dirubah menjadi lengkung.
Tegangan pada plat pada saat proses pengerolan haruslah melebihi yield strength
bahan tangki.
Plat dengan panjang (L) ditumpu oleh dua buah roll dan mendapat gaya
tekan sebesar P dari roll bagian atas maka plat akan mengalami tegangan, bila
roll atas diperbesar maka plat akan mengalami perubahan dari tegangan elastis
menjadi tegangan plastis. Karena roll berputar maka seluruh luasan plat
mendapat gaya tekan secara merata dan sama besarnya sehingga didapatkan
bentuk dan diameter yang sama. Gaya tekan diberikan sedikit demi sedikit agar
hasilnya halus dan tidak merusak plat selain itu juga memperpanjang umur roll.
sebagai berikut :
Segitiga AEC
1/ 2 . AC
Cos 0 ...............................................................pers 3.12
AE
(Literatur 7, hal. 217)
B’D = Turunnya roll B, dan dicari dengan cara :
B’D = B’F + FD
Jadi jarak penurunan roll dari awal proses sampai dengan akhir proses
FD BD BF
BD ( Rroll atas t BB ' )
A2 + B2 = C2
AD
Cos 0 .........................................................................pers 3.13
AE
(Literatur 7, hal. 218)
1
L 2 . . ( IR K . t ) ……….....................................pers 3.14
360
(Literatur 7, hal. 222)
K . L . S . t2
F ....................................................................pers 3.15
I
(Literatur 7, hal. 223)
Dimana :
F.L
...................................................................... pers 3.16
B . t2
(Literatur 7, hal. 224)
Dimana :
efisiensi yang tinggi, baik ditinjau dari segi waktu, tenaga dan penghematan
energi.
bagian-bagian yang telah disiapkan, dilakukan dengan las pendek pada tempat
tertentu untuk keperluan penyetelan. Hal ini dimaksudkan supaya tidak terjadi
penyetelan pada waktu pengelasan utama. Jarak antara las ikat yang satu dengan
yang lainnya sekitar 200 mm dengan panjang pengelasan 60 mm (Prof. DR. Ir.
Untuk las ikat digunakan pengelasan las busur listrik elektroda terbungkus.
Pengelasan ini bisa dipakai dengan tangan juga bisa digunakan secara otomatis.
Las busur listrik bisa juga dipakai untuk pengelasan baja, besi cor, paduan,
dengan fluks yang sewaktu pengelasan ikut mencair. Sedangkan sumber panasnya
menggunakan besar nyala listrik untuk mencairkan logam. Dalam ppengelasan ini
fluks yang mencair mempunyai berat jenis lebih ringan dari bahan metal yang
mengisolasi metal untuk beroksidasi dengan udara luar dan sewaktu membeku
fluks juga ikut membeku dan tetap melindungi metal dari reaksi oksidasi.
Berdasarkan Welding Hand Book, hal 268, untuk plat dengan ketebalan 4
mm dengan jenis pengelasan busur redam, bentuk alur yang dianjurkan adalah I
Dari Gambar 3.2 adalah sambungan las ikat, sambungan las ikat ini sangat
penting untuk menghindari pergeseran dua material yang akan di las atau
membentuk 3 buah silinder menjadi tangki harus menyambung ketiga plat yang
berbentuk silinder tersebut. Jumlah las ikat yang dibutuhkan untuk menyambung
.D
Jumlah las ikat ……………………………………..pers 3.17
( l1 l0 )
(Literature Welding Hand Book, hal 268)
a Pengelasan inti
Pengelasan inti dibagi menjadi dua pengelasan yaitu pengelasan luar dan
pengelasan dalam.
1. Pengelasan luar
2. Pengelasan dalam
Pengelasan dalam adalah pengelasan inti yang dilakukan dari dalam yang
b. Kekuatan las
P
1 ………………………………………………………...pers 3.18
h.l
(Literatur 4, hal. 190)
syarat.
3.9.2 Penyambungan Badan dan Tutup Tangki
tangki.
.D
Jumlah las ikat .t ……………………………………pers 3.19
( l1 l0 )
(Literature Welding Hand Book, hal 268)
Dalam perencanaan ini penulis memilih bahan dengan standar ASTM A36
disebabkan mempunyai mampu keras yang baik meskipun berukuran besar dapat
yang lebih uniform. di samping itu kekuatan yang lebih tinggi dan keuletan yang
lebih baik dapat diperoleh. Karena mempunyai mampu keras yang baik tidak
1
volume d 2 t
4
1
55.63m3 d 2 6m
4
55.63m3 4
d 3.435m 3.5m
6m
0
API : 35
141.5
SG 0
API 131.5
141.5
SG 0.8498
35 131.5
Corrossion Allowance (CA) : 2 mm ( 0,0066 ft )
Sketsa gambar tangki dapat dilihat pada gambar di bawah ini dimana
Dinding tangki
1500
6000
1500
1500
3500
Atap tangki
350
300 350
65
0
bab III, data-data dalam yang akan direncanakan berdasarkan spesifikasi diatas.
V . r2 . T
D 3,5m
r 1,75m
2 2
V 3,14.1,75m .6m
2
= 57,69 m3 ≈ 55,65 m3
Volume yang terdapat pada bagian atap tangki, sehingga dapat di cari
.r 2 .d
V
2
Dimana
H1= 6 m H3= 3 m
49968.24 N / m 2
37476.18 N / m 2
849.8kg / m3 9.8m / s 2 3m
24984.12 N / m 2
12492.06 N / m 2
Berat muatan tangki yaitu berat fluida yang mengisi tangki terdebut.
Massa .v
849.8kg / m3 55.65m3
47291.37kg
y
ijin
Sf 1 . Sf 2
(Elemen mesin, Sularso, hal. 8)
Dimana :
Bahan yang dipakai adalah ASTM A36 dimana tegangan luluhnya sebesar
36.000 psi.
lb 0,4536kg 1in 2 kg
36000 2
x x 2
25,31
in 1lb 645,16mm mm 2
adalah :
25,31kg / mm 2
ijin
6 x2
= 2,11 kg/mm2
Table 3.1. Untuk diameter tangki 3500 mm (11,48 ft) termasuk dalam range
diameter tangki < 50 feet maka tebal minimum shell plate yang diijinkan adalah
3/16 inch ( 4,76 mm ~5 mm). Susunan pelat dinding dimana lapisan pertama (1 st
course) merupakan lapisan yang terletak tepat diatas annular plate dan memiliki
terkecil namun tidak lebih kecil dari tebal minimum yang disyaratkan. Maka
berikut:
bawah dan lapisan bagian teratas dengan memakai metode one-foot method yang
atas 4 bagian yaitu 1st course, 2st course, 3st course, 4st course.Untuk perhitungan
2,6 D( H 1) SG
1st Course : t1 CA x0,433Psi / ft
Sd
= 0,01165 ft = 3,5 mm
= 0,00937 ft = 2,9 mm
= 0,00704 ft = 2,2 mm
= 0,00471 ft = 1,4 mm
4.4 Perhitungan Ketebalan Plat Dasar Tangki (Bottom & Annular Plate)
Untuk tebal minimum bottom plate diambil ¼ inch = 6,35 mm, sedangkan
untuk tebal annular plate tebal minimum platnya ditentukan menggunakan API
Std 650 Tabel 3.2 dengan dua parameter yang harus diketahui yaitu :
2,6 D( H 1)
s t
t
= 2363,18 psi
Dari Table 3.2 (pada kolom ≤ 27.000 psi) didapat tb = ¼ inch maka :
tb = ¼ inch = 6,35 mm
CA = 2 mm +
tb min = 8,35 mm ~8,00 mm
Jadi tebal minimum bottom dan annular plate yang digunakan adalah 8,00
mm. untuk keamanan diambil tebal bottom plate sebesar 10 mm. Nilai CA didapat
berdasarkan ketentuan dari API yaitu sebesar ¼ dari tebal plate. hal ini bertujuan
untuk menghindari kebocoran yang begitu cepat akibat dari korosi, karena korosi
adalah salah satu masalah yang tidak pernah lepas dari baja ataupun besi.
Tipe atap yang digunakan adalah Fixed Cone Roof Tank yang terdiri dari
beberapa pelat atap. Dengan slope atap α = 22,50 dan corrosion allowance yang
Data-data pendukung dari profil atap adalah jumlah plat yang dibuat untuk
atap adalah 16 buah dan panjang rata-rata 1,50 m. Tiap plat akan membentuk
sebagai berikut :
CA = 2,00 mm +
tmin = 6,76 mm ~ 8 mm
jadi ketebalan dari roof plate yang diambil adalah 8,00 mm, dimana ini
dimaksudkan untuk mencegah korosi akibat dari perubahan dari cuaca maka
dari hasil perhitungan desain tangki diperoleh perbedaan ketebalan terhadap shell
1 Roof 5 8
6 Bottom 6 10
1
Berat plat atap (roof plate) : 8,00 x 7,85 x 0
= 67,97 kg/m2
cos 22,5
Beban hidup : 25 lb/ft2 = 122 kg/m2 ( Berdasarkan API 650 )
harus mampu menahan beban yang ada, mampu menahan guncangan pada saat
dalam aplikasinya penulis menggunakan 6 mm dan 8 mm pada shell plate, hal ini
untuk menjaga faktor keamanan yang lebih besar. Kalau dibandingkan dengan
menggunakan rumus dari API 650 hasilnya tidak jauh beda karena tebal plat yang
dihitung adalah tebal minimum plat jadi penulis harus memilih tebal plat yang
tekanannyapun berbeda.
P.ID.l P.ID
c
2.t.l 2.t
(Kekuatan Bahan, Ferdinand, hal.24)
adalah :
1,27 x10 3 kg / mm 2 x3500mm
c
2.6mm
= 0,37 kg/mm2
adalah :
= 0,28 kg/mm2
axial
P.D
c
2.t
= 0,185 kg/mm2
= 0,14 kg/mm2
Proses pengerolan seperti pada gambar 4.1 adalah proses lanjutan setelah
plat dipotong sesuai dengan ukuran yang telah direncanakan, jadi proses ini
memproses dimana plat yang datar dirubah menjadi lengkung. Tegangan pada plat
pada saat proses pengerolan haruslah melebihi yield strength bahan (dalam hal ini
Plat dengan panjang (L) ditumpu oleh dua buah roll dan mendapat gaya
tekan sebesar P dari roll bagian atas maka plat akan mengalami tegangan, bila roll
atas diperbesar maka plat akan mengalami perubahan dari tegangan elastis
menjadi tegangan plastis. Karena roll berputar maka seluruh luasan plat mendapat
gaya tekan secara merata dan sama besarnya sehingga didapatkan bentuk dan
diameter yang sama. Gaya tekan diberikan sedikit demi sedikit agar hasilnya halus
dan tidak merusak plat selain itu juga memperpanjang umur roll.
= 1925 mm
1 / 2 . AC 1 / 2 . 600
Cos 0
Segitiga AEC : AE 1925
0 81,03
B’D = B’F + FD
= 332,46 mm
Jadi jarak penurunan roll dari awal proses sampai dengan akhir proses
= 356 mm – 332,46 mm
= 23,54 mm 24 mm
= 358 mm
= 1925 mm
Segitiga AEC
1 / 2 . AC 1 / 2 . 600
Cos 0
AE 1925
0 81,03
B’D = B’F + FD
= 334,46 mm
Jadi jarak penurunan roll dari awal proses sampai dengan akhir proses
= 356 mm – 334,46 mm
= 21,54 mm 22 mm
pada penulisan tugas akhir ini penulis menggunakan 5 tahap pengerolan, terdiri
dari 4 tahap menggunakan penurunan roll sejauh 5 mm. Sedang 1 tahap lagi
FD BD BF
BD ( Rroll atas t BB ' )
356 mm ( 175 mm 6 mm 5 mm)
170 mm
A2 + B2 = C2
10R = 88275
R1 = 8827,5 mm
AD
Cos 0
AE
300 300mm
0,033
R1 Rroll 8827,5mm 175mm
sehingga nilai 0 adalah 88,11
1 2 . ( 90 88,11 )
3,78
= (8827,5 mm – 6 mm)
= 8821,5 mm
3,78
L . 2 . 3,14 . (8821,5mm 0,5 . 6)
360
0,06594 . (8824,5mm) 581,89 mm
Besar gaya pengerolan yaitu besarnya gaya yang diberikan kepada plat
yang di roll
K . L . S . t2
F
I
Dimana :
terjadinya kerusakan.
F.L
B . t2
Dimana :
b. Perhitungan tahap II
FD BD BF
BD ( Rroll atas t BB ' )
356 ( 175 6 10 )
165 mm
Untuk mencari R luar tangki menggunakan rumus Phytagoras :
A2 + B2 = C2
20R = 86600
R1 = 4330 mm
AD
Cos 0
AE
300 300mm
0,067
R1 Rroll 4330mm 175mm
sehingga nilai 0 adalah 86,16
1 2 . ( 90 86,16 )
7,68
1
L 2 . . ( IR K . t )
360
Dimana :
= (4330 mm – 6)
= 4324 mm
K = Konstanta ; 0,5 bila IR > 2 . t
7,68
L . 2 . 3,14 . (4324 mm 0,5 . 6mm)
360
579,70 mm
Besar gaya pengerolan yaitu besarnya gaya yang diberikan kepada plat yang di
roll
K . L . S . t2
F
I
Sehingga besar gaya pengerolan adalah :
terjadinya kerusakan.
F.L
B . t2
Sehingga kekuatan dari bahan adalah :
FD BD BF
BD ( Rroll atas t BB ' )
356 ( 175 6 15 )
160 mm
A2 + B2 = C2
30R = 84975
R1 = 2832,5 mm
1 2 . ( 90 84,27 )
11,46
1
L 2 . . ( IR K . t )
360
Sehingga panjang kelengkungan pada proses ini dapat diketahui, yaitu :
11,46
L . 2 . 3,14 . ( 2826,5mm 0,5 . 6mm)
360
565,65 mm
Besar gaya pengerolan yaitu besarnya gaya yang diberikan kepada plat yang di
roll
K . L . S . t2
F
I
Sehingga besar gaya pengerolan adalah :
F.L
B . t2
Sehingga kekuatan dari bahan adalah :
695,75kg . 565,65mm
600mm . (6mm) 2
18,22 Kg / mm 2
d. Perhitungan Tahap IV
FD BD BF
BD ( Rroll atas t BB ' )
356 ( 175 6 20 )
155 mm
A2 + B2 = C2
40R = 83400
R1 = 2085 mm
AD
Cos 0
AE
300 300mm
0,13
R1 Rroll 2085mm 175mm
sehingga nilai 0 adalah 82,53
1
L 2 . . ( IR K . t )
360
Sehingga panjang kelengkungan pada proses ini dapat diketahui, yaitu :
14,94
L . 2 . 3,14 . (2079mm 0,5 . 6mm)
360
542,61 mm
Besar gaya pengerolan yaitu besarnya gaya yang diberikan kepada plat yang di
roll
K . L . S . t2
F
I
Sehingga besar gaya pengerolan adalah :
F.L
B . t2
Sehingga kekuatan dari bahan adalah :
667,41kg . 542,61mm
600mm . (6mm) 2
16,77 Kg / mm 2
e. Perhitungan Tahap V
Roll diturunkan sejauh 4 mm, sehingga BB’ = 24 mm
FD BD BF
BD ( Rroll atas t BB ' )
356mm ( 175 mm 6mm 24mm )
151 mm
A2 + B2 = C2
48R = 82176
R1 = 1712 mm
AD
Cos 0
AE
300mm 300mm
0,13457
R1 Rroll 2054,4mm 175mm
sehingga nilai 0 adalah 82,26
1 2 . ( 90 82,26 )
15,48
1
L 2 . . ( IR K . t )
360
Sehingga panjang kelengkungan pada proses ini dapat diketahui, yaitu :
15,48
L . 2 . 3,14 . (2048,4mm 0,5 . 6mm)
360
554,23 mm
Besar gaya pengerolan yaitu besarnya gaya yang diberikan kepada plat
yang di roll
K . L . S . t2
F
W
Sehingga besar gaya pengerolan adalah :
F.L
B . t2
Sehingga kekuatan dari bahan adalah :
681,70kg . 554,23mm
600 . (6mm) 2
17,49 Kg / mm 2
Hasil dari perhitungan pada pengerolan plat ini selengkapnya dapat dilihat pada
table 4.2.
a. Perhitungan tahap I
FD BD BF
BD ( Rroll atas t BB ' )
358 mm ( 175 mm 8 mm 5 mm)
170 mm
A2 + B2 = C2
10R = 88275
R1 = 8827,5 mm
1 2 . ( 90 88,11 )
3,78
1
L 2 . . ( IR K . t )
360
Dimana : IR = Jari-jari dalam tangki (Rluar tangki - t )
= (8827,5 mm – 8 mm)
= 8819,5 mm
3,78
L . 2 . 3,14 . (8819,5mm 0,5 . 8)
360
0,06594 . (8823,5mm) 581,82 mm
Besar gaya pengerolan yaitu besarnya gaya yang diberikan kepada plat yang di
roll
K . L . S . t2
F
I
Dimana :
terjadinya kerusakan.
F.L
B . t2
Dimana :
b. Perhitungan tahap II
A2 + B2 = C2
20R = 86600
R1 = 4330 mm
AD
Cos 0
AE
300 300mm
0,067
R1 Rroll 4330mm 175mm
sehingga nilai 0 adalah 86,16
1 2 . ( 90 86,16 )
7,68
1
L 2 . . ( IR K . t )
360
Dimana :
IR = Jari-jari dalam tangki (Rluar tangki - t )
= (4330 mm – 8)
= 4322 mm
7,68
L . 2 . 3,14 . (4322 mm 0,5 . 8mm)
360
579,57 mm
Besar gaya pengerolan yaitu besarnya gaya yang diberikan kepada plat
yang di roll
K . L . S . t2
F
I
Sehingga besar gaya pengerolan adalah :
Kekuatan bahan
kerusakan.
F.L
B . t2
Sehingga kekuatan dari bahan adalah :
FD BD BF
BD ( Rroll atas t BB ' )
358 ( 175 8 15 )
160 mm
A2 + B2 = C2
30R = 84975
R1 = 2832,5 mm
AD
Cos 0
AE
300 300mm
0,09975
R1 Rroll 2832,5 175mm
sehingga nilai 0 adalah 84,27
1 2 . ( 90 84,27 )
11,46
11,46
L . 2 . 3,14 . ( 2824,5mm 0,5 . 8mm)
360
565,45 mm
Besar gaya pengerolan yaitu besarnya gaya yang diberikan kepada plat
yang di roll
K . L . S . t2
F
I
Sehingga besar gaya pengerolan adalah :
F.L
B . t2
Sehingga kekuatan dari bahan adalah :
1236,45kg . 565,45mm
600mm . (8mm) 2
18,21 Kg / mm 2
d. Perhitungan Tahap IV
A2 + B2 = C2
40R = 83400
R1 = 2085 mm
AD
Cos 0
AE
300 300mm
0,13
R1 Rroll 2085mm 175mm
sehingga nilai 0 adalah 82,53
1 2 . ( 90 82,53 )
14,94
1
L 2 . . ( IR K . t )
360
Sehingga panjang kelengkungan pada proses ini dapat diketahui, yaitu :
14,94
L . 2 . 3,14 . (2077 mm 0,5 . 8mm)
360
542,35 mm
Besar gaya pengerolan yaitu besarnya gaya yang diberikan kepada plat
yang di roll
K . L . S . t2
F
I
Sehingga besar gaya pengerolan adalah :
F.L
B . t2
Sehingga kekuatan dari bahan adalah :
1185,94kg . 542,35mm
600mm . (8mm) 2
16,75 Kg / mm 2
e. Perhitungan Tahap V
FD BD BF
BD ( Rroll atas t BB ' )
358mm ( 175 mm 8mm 22mm )
153 mm
44R = 82784
R1 = 1881,45 mm
AD
Cos 0
AE
300mm 300mm
0,146
R1 Rroll 1881,45mm 175mm
sehingga nilai 0 adalah 81,60
1 2 . ( 90 81,60 )
16,8
1
L 2 . . ( IR K . t )
360
16,8
L . 2 . 3,14 . (1873,45mm 0,5 . 8mm)
360
550,22 mm
F.L
B . t2
1203,15kg . 550,22mm
600 . (8mm) 2
17,24 Kg / mm 2
hasil dari pengerolan plat ini lebih lengkapnya dapat dilihat pada table 4.4 di
bawah ini.
mm dengan jenis pengelasan busur redam, bentuk alur yang dianjurkan adalah I
Electroda = E 7018
digunakan dua lembar plat untuk membuat diameter tangki sebesar 3500
mm. Jadi jumlah las ikatnya adalah 14 buah untuk satu silinder
jumlah las ikat yaitu 14 x 4 = 56 buah. Begitu juga dengan jumlah jarak
membentuk 4 buah silinder menjadi tangki harus menyambung keempat plat yang
berbentuk silinder tersebut. Jumlah las ikat yang dibutuhkan untuk menyambung
=
= 42
= 28 buah
= 84 buah
= 112 buah
= 6720 mm
= 1,5 x 4
= 6 mm2
= 40.320 mm3
e. Pengelasan inti
Pengelasan inti dibagi menjadi dua pengelasan yaitu pengelasan luar dan
pengelasan dalam.
3. Pengelasan luar
= 6000 + (π x 3516)
= 17045,84 mm
= 1,5 . 4 = 6 mm2
Volume pengelasan = 16990 mm2 . 6 mm
= 101.940 mm3
4. Pengelasan dalam
= 13006,28 mm
= 1,5 .4 = 6 mm2
= 78037,70 mm3
f. Kekuatan las
kekuata las yaitu hasil dari kekuatan tarik pada bagian material yang di las
syarat.
4.9 Penyambungan Badan dan Tutup Tangki
tangki.
.D
Jumlah las ikat = .2
200 60
3.14.3500mm
= .2
260mm
= 1,5 mm . 4 mm
= 6 mm2
1. Pengelasan luar
= 22091,68 mm
= 1,5 mm . 4 mm
= 6 mm2
= 132550,1 mm3
2. Pengelasan dalam
= 21991,15 mm
= 1,5 mm. 4 mm
= 6 mm2
= 131946,89 mm3
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dimensi Tangki
Panjang Tangki 6000 mm
Tebal Pelat
Bagian Shell Tangki Tebal Minimum Tebal Actual
Roof Plate 5 mm 8 mm
Bottom Plate 6 mm 10 mm
Material Pelat ASTM A36
Electroda E 7018
suatu tengki penimbun karena sangat berpengaruh kepada ketahanan tangki atau
umur tangki. Dengan baiknya hal-hal yang disebut diatas secara jelas akan lebih
kg/m2, melebihi tekanan ini maka tangki tersebut akan mengalami kerusakan atau
terdevormasi.