Menurut KBBI petuah adalah keputusan atau pendapat mufti (tentang masalah
agama Islam); fatwa; nasihat orang alim; pelajaran (nasihat) yang baik; nasihat
dari orang-orang tua
Jadii, Petuah amanah adalah nasihat orang-orang tua terhadap sesuatu yang
dipercayakan untuk dijaga, dilindungi dan dilaksanakan.
Menurut
Sementara itu, Petuah dan Amanah dalam TAM terdiri dari Sepuluh tema, yaitu:
Bagi pihak yang memberikan amanah, harus berhemat dan cermat dalam memilih
kepada siapa amanah itu akan diberikannya, sesuai menurut aturan dan segala
ketentuan yang berlaku, serta sesuai dengan kemampuan pihak yang enerima amanah
itu. Karenanya Orangtua-tua Melayu mengingatkan : “Apabila tersalah memberikan
amanah, niat tak sampai hajat pun punah, banyaklah kerja tidak menyundah, sama
sekaum jadi berbantah”. Melalui untaian ungkapan dikatakan : 1. Adat orang
memberikan amanah Tahu alur dengan patutnya Tahu patut dengan layaknya Tahu
patut dengan tunaknya Tahu patut dengan tokohnya Tahu patut dengan takahnya Tahu
patut dengan sifatnya Tahu sifat dengan niatnya Tahu niat dengan semangatnya
2. Dalam memilih pemegang amanah Tengok tuah dengan marwahnya Tengok arif
dengan bijaknya Tengok cerdik dengan pandainya Tengok taat dengan setianya Tengok
diri denga perinya Tengok bual dengan akalnya Tengok sikap dengan adapnya
3. Apabila hendak memberikan amanah Pandang iman dengan amalannya Pandang
duduk dengan tegaknya Pandang sopan dengan santunnya Pandang budi dengan pekerti
Pandang hemat dengan cermatnya Pandang kerja dengan kiatnya 4. Apabila memilih
pemegang amanah Cari yang cerdik penyambung lidah Bila bercakap ianya petah Bila
berbicara tiada menyalah Bila berhujuk tiada berbantah Bila berunding lidah tak patah
Pantang baginya menjilat ludah
2.2.2 Bagi Pemberi dan Pemegang Amanah Dalam Bentuk Gurindam: A. Nasehat
untuk memberi amanah 1. Apabila hendak memberikan amanah , Berikan
kepada orang yang bermarwah 2. Apabila amanah hendak
diserahkan, Serahkan kepada yang teguh beriman 3. Apabila amanah hendak
berlanjut, Serah kan kepada yang patut-patut 4. Apabila amanah hendak
kekal, Serahkan kepada orang yang berakal 5. Apabila amanah hendak
bermanfaat, Serahkan kepada orang yang taat 6. Apabila amanah hendak
Berjaya, Serahkan kepada orang yang terpecaya 7. Apabila amanah hendak di
wariskan, Wariskan kepada yang rela berkorban 8. Apabila mencari
pemangkuh amanah, Cari lah yang tidak bercabang lidah 9. Apabila amanah
hendak di beri Berikan ke orang yang tahu diri 10. Sebelum amanah di
berikan ke orang. Kelebihannya di tengok kelemahan d timbang.
seorang guru yang sangat pandai nan bijaksana, Sudah menjadi kebiasaan majelis
pengajaran yang ia pimpin, saat hendak mewisuda murid-muridnya beliau selalu
memberikan nasehat dan petuah sebagai bekal bagi muridnya dalam mengarungi
kehidupan kelak.
“manusia itu terdiri atas empat kelompok. Kelompok yang pertama adalah
kelompok manusia yang pandai yang mengetahui diri mereka pandai. Untuk
golongan ini, datangilah dan belajarlah kepada mereka. Selanjutnya kelompok
yang kedua. Kelompok ini adalah mereka yang pandai namun tidak mengetahui
bahwa diri mereka pandai. Mereka inilah orang yang lalai. Untuk mereka
ingatkanlah. Untuk golongan yang ketiga adalah mereka-mereka yang bodoh yang
tahu bahwa diri mereka bodoh. Dekati dan ajarilah mereka. Sedang yang terakhir
atau keempat, adalah mereka yang bodoh namun tidak tahu bahwa dirinya bodoh.
Jauhilah mereka”
Adat dan tradisi Melayu mewajibkan orang tua untuk menyampaikan amanah atau
tunjuk ajar kepada setiap anak cucunya. Dengan memberikan petuah amanah,
anak cucunya diharapkan akan menjadi manusia bertuah, yakni manusia yang
sejahtera, sempurna lahiriah dan batiniah. dalam percakpan sehari-hari manusia
semacam ini disebut "menjadi orang".
Diantara petuah amanah orang tua kepada anaknya adalah petuah amanah yang
disampaikan pada saat anak akan menginjak dewasa dan akan berjalan jauh (pergi
merantau). Petuah amanah ini disebut juga "pesan melangkah", "petuah
melangkah", atau "pesan bekal berjalan"
Diantara Kata-Kata Petuah Amanah Orang Tua kepada Anak yang dimaksud
adalah:
Tunjuk ajar bagi masyarakat melayu ditempatkan pada kedudukan yang paling
tinggi, bahkan sebagian orang-orang tua menempatkannya teramat penting karena
kandungan isinya banyak manfaat yang akan terbuang luhur. Masyarakat melayu
menyadari tanpa tunjuk ajar melayu akan banyak nilai luhur yang terabaikan dan
banyak manfaat yang terbuang percuma. Bahkan tidak mustahil dapat
menyebabkan orang menjadi sesat ataupun gagal dalam hidupnya.
Makna: yang kurang haruslah ditimbang agar sama banyak dan yang lebih
haruslah ditakar agar sama dan seimbang
Makna: jika kita bersaudara,tujuan dan suara kita selalu bersama dan memiliki
satu arti.
Makna:jika kita dalam keadaan yang sehat maka orang lain akan selalu senang
melihatnya,dan jika kiat dalam keadaan sakit lekaslah dijenguk.
Jika kita terlena dengan duniawi, maka akan memudaratkan kita di akhirat kelak
Setiap anak harus hormat dan patuh terhadap ibunya karena surga di telapak kaki
ibu dan ibu mempertaruhkan nyawanya untuk melahirkan anaknya
Dengan anak janganlah lalai
Supaya boleh naik ke tengah balai
ungkapan adat Melayu mengatakan : “Betuah rumah adat tuanya, bertuah negeri
adat puncaknya”, atau dikatakan: “Elok kampung ada tuanya, elok negeri ada
rajanya”. Ungkapan ini menunjukan bahwa dalam kehidupan manusia, baik di
lingkungan kecil (rumah tangga) sampai kepada masyarakat luas, harus lah ada
tuanya, yakni pemimpin. Tanpa pemimpin, tidak lah terjamin kerukunan dan
kedamaian di dalam lingkungan atau masyarakatnya.
Dalam ungkapan lain dikatakan: “Bila rumah tidak bertua, celaka dating
bala menimpa, bila negeri tidak beraja, alamat hidup aniaya menganiaya, bila taka
da yang dituangkan banyak lah orang jadi menyeman”, atau dikatakan: “kalau
taka da yang memimpin, naas menimpa hidup pun lenjin”.
Dalam ungkapan orang Melayu, orang yang dituakan atau pemimpin, amat
lah penting. Karenanya pemimpin wajib lah dihormati, ditaati dan dipatuhi
sepanjang ia menjalankan kewajibannya dengan baik dan benar. Pemimpin yang
dikemukakan oleh masyarakat disebut “Ditinggikan seranting, didahulukan
selangkah”, lazimnya diambil atau dipilih dari warga masyarakat yang memenuhi
kriteria tertentu. Orang inilah yang dijadikan ikutan, contoh dan tauladan, yang
“Lidahnya masin, pintanya Kabul”, yang dianggap mampu mendatangkan
kedamaian, ketertiban dan kesejahteraan bagi masyarakat.
Orang melayu tradisional yang hakikatnya hidup sebagai nelayan dan petani amat
bersebati dengan alam lingkungannya. Alam bukan saja dijadikan alat mencari
nafkah, juga berkaitan dengan kebudayaan dan kepercayaan. Kehidupan mereka
amat bergantung dengan alam.
Dalam adat dikenal beberapa pembagian alam, terutama pembagian hutan tanah.
Ada alam yang boleh dimiliki pribadi, ada yang diperuntukkan bagi satu suku dan
kaum, ada yang diperuntukkan bagi kerajaan, negeri, masyarakata luas. Hutan dan
tanah ditentukan pula pemanfaatannya menurut adat, ada pemanfaatan untuk
kepentingan pribadi dan ada pemanfaatan untuk kepentingan bersama. Hal ini
tercermin dan hutan yang dilindungi disebut “rimba larangan”, “rimba kepungan”,
atau “kepungan sialang”. Masyarakat melayu mengenal pula hutan tanah yang
menjadi milik persukuan atau kaum masyarakat tertentu, lazim disebut “tanah
adat”.