Anda di halaman 1dari 11

2.

1 Petuah amanah dalam TAM

Menurut KBBI petuah adalah keputusan atau pendapat mufti (tentang masalah
agama Islam); fatwa; nasihat orang alim; pelajaran (nasihat) yang baik; nasihat
dari orang-orang tua

Sedangkan amanah merupakan sesuatu yang dipercayakan untuk dijaga,


dilindungi, dan dilaksanakan.

Jadii, Petuah amanah adalah nasihat orang-orang tua terhadap sesuatu yang
dipercayakan untuk dijaga, dilindungi dan dilaksanakan.

Menurut

Tengku Nasaruddin Said Effendy, ada 3 macam petuah dalam penyampaian


amanah, yaitu:

UNTUK PEMBERI AMANAH

Bagi Pemberi dan Pemegang Amanah

Untuk Penerima atau Pemegang Amanah

Sementara itu, Petuah dan Amanah dalam TAM terdiri dari Sepuluh tema, yaitu:

1. Petuah Amanah Guru kepada Murid

2. Petuah Amanah Orang Tua kepada Anak

3. Petuah Amanah Kehidupan Rumah Tangga

4. Petuah Amanah yang bersifat umum

5. Petuah Amanah Mendidik dan Membela Anak

6. Petuah Amanah kesetiakawanan Sosial

7. Petuah Amanah menghadapi Hari Kemudian

8. Petuah Amanah Pembinaan Rumah Tangga dan Keluarga Sejahtera

9. Petuah Amanah Kepemimpinan

10. Petuah Amanah Alam Lingkungan.

Petuah amanah dapat disampaikan melalui gurindam, syair, pantun, ungkapan,


dan sebagainya
2.2

petuah dalam penyampaian amanah

2.2.1 UNTUK PEMBERI AMANAH

Bagi pihak yang memberikan amanah, harus berhemat dan cermat dalam memilih
kepada siapa amanah itu akan diberikannya, sesuai menurut aturan dan segala
ketentuan yang berlaku, serta sesuai dengan kemampuan pihak yang enerima amanah
itu. Karenanya Orangtua-tua Melayu mengingatkan : “Apabila tersalah memberikan
amanah, niat tak sampai hajat pun punah, banyaklah kerja tidak menyundah, sama
sekaum jadi berbantah”. Melalui untaian ungkapan dikatakan : 1. Adat orang
memberikan amanah Tahu alur dengan patutnya Tahu patut dengan layaknya Tahu
patut dengan tunaknya Tahu patut dengan tokohnya Tahu patut dengan takahnya Tahu
patut dengan sifatnya Tahu sifat dengan niatnya Tahu niat dengan semangatnya
2. Dalam memilih pemegang amanah Tengok tuah dengan marwahnya Tengok arif
dengan bijaknya Tengok cerdik dengan pandainya Tengok taat dengan setianya Tengok
diri denga perinya Tengok bual dengan akalnya Tengok sikap dengan adapnya
3. Apabila hendak memberikan amanah Pandang iman dengan amalannya Pandang
duduk dengan tegaknya Pandang sopan dengan santunnya Pandang budi dengan pekerti
Pandang hemat dengan cermatnya Pandang kerja dengan kiatnya 4. Apabila memilih
pemegang amanah Cari yang cerdik penyambung lidah Bila bercakap ianya petah Bila
berbicara tiada menyalah Bila berhujuk tiada berbantah Bila berunding lidah tak patah
Pantang baginya menjilat ludah

2.2.2 Bagi Pemberi dan Pemegang Amanah Dalam Bentuk Gurindam: A. Nasehat
untuk memberi amanah 1. Apabila hendak memberikan amanah , Berikan
kepada orang yang bermarwah 2. Apabila amanah hendak
diserahkan, Serahkan kepada yang teguh beriman 3. Apabila amanah hendak
berlanjut, Serah kan kepada yang patut-patut 4. Apabila amanah hendak
kekal, Serahkan kepada orang yang berakal 5. Apabila amanah hendak
bermanfaat, Serahkan kepada orang yang taat 6. Apabila amanah hendak
Berjaya, Serahkan kepada orang yang terpecaya 7. Apabila amanah hendak di
wariskan, Wariskan kepada yang rela berkorban 8. Apabila mencari
pemangkuh amanah, Cari lah yang tidak bercabang lidah 9. Apabila amanah
hendak di beri Berikan ke orang yang tahu diri 10. Sebelum amanah di
berikan ke orang. Kelebihannya di tengok kelemahan d timbang.

2.2.3 Untuk Penerima atau Pemegang Amanah 1. Adat orang menerima


Amanah Berserah diri kepada Allah Kuatkan iman elokkan tingkah Pukalkan hati
jangan bercanggah Luruskan niat jangan menyalah Arif dan bijak dalaam
melangkah Faham menyimak pesan dan petuah Faham mengungkai simpul
masalah Faham berunding bijak bersiasah Kepada yang tua sikap
merendah Kepada yang muda berlaku ramah Kepada yang sebaya elokkan tingkah

2.3 Petuah dan Amanah dalam TAM

2.3.1 Petuah Amanah Guru kepada Murid

seorang guru yang sangat pandai nan bijaksana, Sudah menjadi kebiasaan majelis
pengajaran yang ia pimpin, saat hendak mewisuda murid-muridnya beliau selalu
memberikan nasehat dan petuah sebagai bekal bagi muridnya dalam mengarungi
kehidupan kelak.

“manusia itu terdiri atas empat kelompok. Kelompok yang pertama adalah
kelompok manusia yang pandai yang mengetahui diri mereka pandai. Untuk
golongan ini, datangilah dan belajarlah kepada mereka. Selanjutnya kelompok
yang kedua. Kelompok ini adalah mereka yang pandai namun tidak mengetahui
bahwa diri mereka pandai. Mereka inilah orang yang lalai. Untuk mereka
ingatkanlah. Untuk golongan yang ketiga adalah mereka-mereka yang bodoh yang
tahu bahwa diri mereka bodoh. Dekati dan ajarilah mereka. Sedang yang terakhir
atau keempat, adalah mereka yang bodoh namun tidak tahu bahwa dirinya bodoh.
Jauhilah mereka”

2.3.2 Petuah Amanah Orang Tua kepada Anak

Adat dan tradisi Melayu mewajibkan orang tua untuk menyampaikan amanah atau
tunjuk ajar kepada setiap anak cucunya. Dengan memberikan petuah amanah,
anak cucunya diharapkan akan menjadi manusia bertuah, yakni manusia yang
sejahtera, sempurna lahiriah dan batiniah. dalam percakpan sehari-hari manusia
semacam ini disebut "menjadi orang".

Acuan budaya Melayu menyebutkan bahwa dengan memberikan kata-ata petuah


amanah orang tua kepada anak cucunya akan menlunaskan hutangnya kepada
mereka. Hal iti berkait dengan hakikat bahwa baik buruknya anak amat erat
kaitannya dengan ibu bapak, keluarga dan masyarakat.

Diantara petuah amanah orang tua kepada anaknya adalah petuah amanah yang
disampaikan pada saat anak akan menginjak dewasa dan akan berjalan jauh (pergi
merantau). Petuah amanah ini disebut juga "pesan melangkah", "petuah
melangkah", atau "pesan bekal berjalan"
Diantara Kata-Kata Petuah Amanah Orang Tua kepada Anak yang dimaksud
adalah:

Wahai anak dengar lah petuah:


Kini dirimu lah besar panjang
Umpama burung lah dapat terbang
Umpama kayu sudah berbatang
Umpama ulat lah mengenal daun
Umpama serai sudah berumpun

Tapi walaupun begitu,


Banyak petuah yang belum tahu
Banyak amanah yang belum ditimba

Banyak amanat belum kau dapat


Banyak pengajar belum kau dengar
Banyak petunjuk belum kau sauk
Banyak kaji belum kau terisi

Maka sebelum engkau melangkah


Terimalah petuah dengan amanah
Supaya tidak tersalah langkah
Supaya tidak terlanjur lidah

Apalah petuah amanah hamba


Petuah amanah orang tua-tua
Yang berketuruan jadi pusaka
Yang dipakai nenek moyang kita

Yang mengandung syarak dan sunnah


Yang mengandung adat lembaga
Ada undang dengan hukumnya
Ada pula pantang larangnya

Petuah amanah jadikan bekal


Kemana pergi jangan kau tinggal
Peganglah dengan hati yang pukal
Supaya kelak tidak menyesal

Petuah amanah hamba sampaikan


Melepaskan hutang meringankan beban
Supaya tidak jadi sesalan
Mana yang elok engkau kerjakan

Sebelum engkau melangkah pergi


Luruskan niat didalam hati
Kebaikan juga engkau cari
Kepada Allah berserah diri

Kalau niat lurus dan bulat


Simpailah petuah amanat
Tajamkan mata dalam melihat
Nyaringkan telinga mendengar amanat

Kalau engkau berjalan jauh


Tingkah lakumu hendaklah senonoh
Jangan menangguk di air keruh
jangan mencari jalan bergaduh
Jangan pula tuduh menuduh
Sakit sempit jangan mengeluh
Pada yang tenang engkau berlabuh
Berhentimu cari tempat yang teduh

Kalau sampai di negeri orang


Cari olehmu tempat menumpang
Atau tempat berinduk semang
Supaya dapat duduk bertenang
Kalau tegak engkau berlapang

2.3.3 Petuah Amanah Kehidupan Rumah Tangga

Empat cahaya di bumi

Pertama rumah tangga

Kedua ladang bertumpuk

Ketiga beras dan padi

Keempat anak muda mudi


Ungkapan itu bermakna bahwa cahaya pertama di bumi adalah rumah tangga.
Makna rumah tangga adalah sebuah keluarga yang dibina tidak hanya secara
batin, tetapi juga secara fisik.

2.3.4 Petuah Amanah yang bersifat umum

Akan hilang melayu di bumi, kalau tidak kembali ke jati diri

Maksudnya jangan lupakan jati diri kita sebagai orang melayu

Yang dimaksud dengan tunjuk ajar


membawa berkah
amanah membawa tuah
yang dimaksud dengan tunjuk ajar,
tunjuk menjadi telaga budi,
ajar menjadi suluh hati
yang dimaksud denga tunjuk ajar,
menunjuk kepada yang elok
mengajar pada yang benar

Tunjuk ajar bagi masyarakat melayu ditempatkan pada kedudukan yang paling
tinggi, bahkan sebagian orang-orang tua menempatkannya teramat penting karena
kandungan isinya banyak manfaat yang akan terbuang luhur. Masyarakat melayu
menyadari tanpa tunjuk ajar melayu akan banyak nilai luhur yang terabaikan dan
banyak manfaat yang terbuang percuma. Bahkan tidak mustahil dapat
menyebabkan orang menjadi sesat ataupun gagal dalam hidupnya.

2.3.5 Petuah Amanah Mendidik dan Membela Anak

elok anak karena emak


baik anak karena bapak

bermakna baik buruk anak berpengaruh dari didikan orang tua

adat menjadi orang tua,


wajib memberi petuah amanah
bermakna sebagai orang tua wajib memberi nasehat

sebelum anak bertambah besar,


wajib diisi tunjuk dan ajar

bermakna didik anak sejak kecil


kalau anak hendak menakah
isilah dengan petuah amanah

kalau anak hendak menjadi orang,


tujuk ajarnya janganlah kurang

bermakna kalua mau anak menjadi sukses, jangan kurang nasehat

2.3.6 Petuah Amanah kesetiakawanan Sosial

Adat hidup menjadi manusia,

Sesama makhluk usia bersaudara

Makna: sesama manusia yang seusia haruslah saling bersaudara

2.2 Adat hidup menjadi orang,

Sesama makhluk berkasih sayang

Makna: dalam hidup, sesama manusia haruslah saling menyayangi

2.3 Sesak sama berlepas,

Kemak sama bernapas

Makna: dalam segala kesulitan, hendaklah selalu bersama

2.4 Kurang sama ditimbang,

Lebih sama disukat

Makna: yang kurang haruslah ditimbang agar sama banyak dan yang lebih
haruslah ditakar agar sama dan seimbang

2.5 Yang ingkar diberi pengajar,

Supaya tahu jalan yang benar


Makna: jika kita ingkar pada suatu janji maka diberilah pengarahan agar kita tahu
mana jalan yang benar.

2.6 Kalau sudah mengaku saudara,

Seiring langkah satu bicara

Makna: jika kita bersaudara,tujuan dan suara kita selalu bersama dan memiliki
satu arti.

2.7 Yang elok sama ditengok,

Yang buruk sama dijenguk

Makna:jika kita dalam keadaan yang sehat maka orang lain akan selalu senang
melihatnya,dan jika kiat dalam keadaan sakit lekaslah dijenguk.

2.3.7 Petuah Amanah menghadapi Hari Kemudian

Barang siapa mengenal dunia,


tahulah ia barang yang teperdaya

Dunia ini hanya memperdaya manusia untuk jatuh kedalam dosa

Barang siapa mengenal akhirat,


tahulah ia dunia mudarat

Jika kita terlena dengan duniawi, maka akan memudaratkan kita di akhirat kelak

2.3.8 Petuah Amanah Pembinaan Rumah Tangga dan Keluarga Sejahtera

Dengan bapak jangan durhaka


Supaya Allah tidak murka

Jangan durharka terhadap bapa

Dengan ibu hendaklah hormat


Supaya badan dapat selamat

Setiap anak harus hormat dan patuh terhadap ibunya karena surga di telapak kaki
ibu dan ibu mempertaruhkan nyawanya untuk melahirkan anaknya
Dengan anak janganlah lalai
Supaya boleh naik ke tengah balai

Jagalah anak karena anak merupakan titipan tuhan

2.3.9 Petuah Amanah Kepemimpinan

ungkapan adat Melayu mengatakan : “Betuah rumah adat tuanya, bertuah negeri
adat puncaknya”, atau dikatakan: “Elok kampung ada tuanya, elok negeri ada
rajanya”. Ungkapan ini menunjukan bahwa dalam kehidupan manusia, baik di
lingkungan kecil (rumah tangga) sampai kepada masyarakat luas, harus lah ada
tuanya, yakni pemimpin. Tanpa pemimpin, tidak lah terjamin kerukunan dan
kedamaian di dalam lingkungan atau masyarakatnya.

Dalam ungkapan lain dikatakan: “Bila rumah tidak bertua, celaka dating
bala menimpa, bila negeri tidak beraja, alamat hidup aniaya menganiaya, bila taka
da yang dituangkan banyak lah orang jadi menyeman”, atau dikatakan: “kalau
taka da yang memimpin, naas menimpa hidup pun lenjin”.

Dalam ungkapan orang Melayu, orang yang dituakan atau pemimpin, amat
lah penting. Karenanya pemimpin wajib lah dihormati, ditaati dan dipatuhi
sepanjang ia menjalankan kewajibannya dengan baik dan benar. Pemimpin yang
dikemukakan oleh masyarakat disebut “Ditinggikan seranting, didahulukan
selangkah”, lazimnya diambil atau dipilih dari warga masyarakat yang memenuhi
kriteria tertentu. Orang inilah yang dijadikan ikutan, contoh dan tauladan, yang
“Lidahnya masin, pintanya Kabul”, yang dianggap mampu mendatangkan
kedamaian, ketertiban dan kesejahteraan bagi masyarakat.

Karena pemimpin adalah orang pilihan, berwibawa, memiliki berbagai


keutamaan dan kelebihan sebagai contoh dan tauladan dan sebagainya, maka adat
Melayu mewajibkan anggotanya untuk mendukung dan membantunya sekuat
daya masing-masing. Pendurhakaan terhadap pemimpin sejati menjadi pantangan
besar dan dianggap “Mencorengkan arang di kening keluarga dan masyarakat”.

Di dalam ungkapan adat dikatakan: “Siapa durhaka kepada pemimpinnya,


aibnya tidak terbada-bada”, atau dikatakan: “Siapa mendurhakai yang
dirajakannya, di sanalah tempat ia binasa”.

Acuan pantang mendurhaka ini ditujukan kepada pendurhakaan pemimpin


yang terpuji, adil dan benar, bukan terhadap pemimpin yang menyalah, zalim dan
sebagainya. Hal ini tercermindalam ungkapan: “Raja adil raja disembah, raja
zalim raja disanggah”.
Jadi, pemimpin yang adil dan benar-benar sempurna wajib ditaati,
sedangkan pemimpin yang zalim harus lah disanggah, dilawan, disingkirkan atau
setidak-tidaknya diberi peringatan atau teguran..

2.3.10 Petuah Amanah Alam Lingkungan

Orang melayu tradisional yang hakikatnya hidup sebagai nelayan dan petani amat
bersebati dengan alam lingkungannya. Alam bukan saja dijadikan alat mencari
nafkah, juga berkaitan dengan kebudayaan dan kepercayaan. Kehidupan mereka
amat bergantung dengan alam.

Dalam ungkapan dikatakan:

kalau tidak ada laut, hampalah perut

bila tak ada hutan, binasalah badan

kalau binasa hutan yang lebat,

rusak lembaga hilanglah adat

Menyadari eratnya kaitan antara kehidupan manusia dengan alam, menyebabkan


orang melayu berupaya memelihara serta menjaga kelestarian dan keseimbangan
alam lingkungannya. Dalam adat istiadat ditetapkan “pantang larang” yang
berkaitan dengan pemeliharaan serta pemanfaatan alam, mulai dari hutan, tanah,
laut dan selat, tokong dan pulau, suak dan sungai, tasik dan danau, sampai kepada
kawasan yang menjadi kampung halaman, dusun, ladang dan kebun.

Dalam adat dikenal beberapa pembagian alam, terutama pembagian hutan tanah.
Ada alam yang boleh dimiliki pribadi, ada yang diperuntukkan bagi satu suku dan
kaum, ada yang diperuntukkan bagi kerajaan, negeri, masyarakata luas. Hutan dan
tanah ditentukan pula pemanfaatannya menurut adat, ada pemanfaatan untuk
kepentingan pribadi dan ada pemanfaatan untuk kepentingan bersama. Hal ini
tercermin dan hutan yang dilindungi disebut “rimba larangan”, “rimba kepungan”,
atau “kepungan sialang”. Masyarakat melayu mengenal pula hutan tanah yang
menjadi milik persukuan atau kaum masyarakat tertentu, lazim disebut “tanah
adat”.

Petuah amanah melayu yang amat memperhatikan kelestarian dan keseimbangan


alam lingkungan banyak berisi tunjuk ajar, pantang larang dan acuan masyarakat
agar tidak sampai merusak alamnya. Antara lain:

tanda orang memegang adat, alam dijaga, petuah diingat


tanda orang memegang amanah, pantang merusak hutan dan tanah

tanda orang memegang amanat, terhadap alam berhemat cermat

tanda orang berpikiran panjang, merusak alam ia berpantang

tanda orang berakal senonoh, menjaga alam hatinya kokoh

tanda orang berbuat pekerti, merusak alam ia jauhi

tanda orang berpikiran luas, memanfaatkan hutan ianya awas

tanda orang berakal budi, merusak hutan ia tak sudi

tanda ingat ke anak cucu, merusak hutan hatinya malu

tanda ingat ke hari tua, laut dijaga, bumi dipelihara

tanda ingat ke hari kemudian, taat menjaga laut dan hutan

tanda ingat kepada Tuhan, menjaga alam ia utamakan

tanda ingat hidup kan mati, memanfaatkan alam berhati-hati

tanda ingat alam lembaga, laut dikungkung hutan dijaga

tanda ingat ke masa datang, merusak alam ia berpantang

Anda mungkin juga menyukai