Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang dibekali dengan berbagai
potensi fitrah yang tidak dimiliki makhluk lainnya. Potensi istimewa ini
dimaksudkan agar manusia dapat mengemban dua tugas utama, yaitu
sebagai khalifatullah di muka bumi dan jugaabdi Allah untuk beribadah kepada-
Nya. Manusia dengan berbagai potensi tersebut membutuhkan suatu proses
pendidikan, sehingga apa yang akan diembannya dapat terwujud. H. M. Arifin,
dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam, mengatakan bahwa pendidikan Islam
bertujuan untuk mewujudkan manusia yang berkepribadian muslim baik secara
lahir maupun batin, mampu mengabdikan segala amal perbuatannya untuk
mencari keridhaan Allah SWT. Dengan demikian, hakikat cita-cita pendidikan
Islam adalah melahirkan manusia-manusia yang beriman dan berilmu
pengetahuan, satu sama lain saling menunjang.
Islam merupakan salah satu agama yang besar di muka bumi ini, di
Indonesia Islam berkembang sejak berdirinya Samudra Pasai di Aceh yang semula
beragama Hindu , Budha, dan aliran kepercayaan. Namun sejak tahun 1990
pemeluk Islam mulai Menurun . Menteri Agama saat, Surya Darma Ali (periode
2009-2014) mengatakan dari tahun ke tahun jumlah umat Islam terus mengalami
penurunan. Padahal di sisi lain, jumlah penduduk di Inonesia terus bertambah.
Semula jumlah muslim di Indonesia mencapai 95 % dari seluruh rakyat Indonesia.
Secara perlahan terus berkurang menjadi 92 % turun lagi 90 % turun lagi 87 %
turun lagi 85 %. Sungguh ironi jika kita hanya diam diri sebagai umat Islam.
Allah telah berfirman “ Janganlah kamu sekali-kali mati, melainkan dalam
beragama Islam. Islam harus disebarkan dengan cara santun sesuai dengan firman
Allah SWT
ِِ َ ‫ظ ِة ْال َح‬
...‫سنَة‬ َ ‫س ِب ْي ِل َر ِبكَ ِب ْال ِح ْك َم ِة َو ْال َم ْو ِع‬ ُ ْ‫اُد‬
َ ‫ع اِلى‬
Arinya:“Ajaklah kepada Tuhanmu dengan cara yang bijaksana dan dengan
nasehat yang baik”.(QS. An-Nahl: 125).

1
Agar Islam tetap di muka bumi, maka muncullah berbagai pendekatan
keilmuan dalam studi Islam selalu berkembang. Di antaranya pendekatan
normatife, pendekatan filosofis, pendekatan historis, pendekatan ilmu sosial,
pendekatan fenomologis, dan berbagai pendekatan lainya. Penulis di sini akan
lebih dalam membahas tentang Psikologis dalam Studi Islam mengapa demikian?
Karena pendekatan tersebut langsung berhubungan dengan dengan jiwa
(kedamaian, ketentraman jiwa) dan perilaku manusia.
Mempelajari psikologi kita bisa mengetahui aspek-aspek
kepribadian, terlebih yang berhubungan dengan aspek perilaku keagamaan
seseorang. Salah satu sikap kepribadian itu misalnya, sikap ketenangan dan
kepuasan dalam diri seseorang, sikap empati dan sebagainya.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan pendahuluan latar belakang di atas maka kami merumuskan
hal-hal sebagai berikut:
1. Apa pengertian pendekatan psikologi studi Islam?
2. Bagaimana sejarah dan perkembangan pendekatan psikologi dalam studi
Islam?
3. Apa macam-macam pendekatan psikologi studi Islam?
4. Probelmatika (kelemahan & kekurangan) apa saja dalam pendekatan psikologi
studi Islam?
5. Apa contoh-contoh pendekatan psikologi?

1.3 Tujuan Penulisan Makalah:


1. Untuk mengetahui pengertian pendekatan psikologi studi Islam.
2. Untuk mengetahui sejarah dan perkembangan pendekatan psikologi dalam
studi Islam.
3. Untuk mengetahui macam-macam pendekatan psikologi studi Islam..
4. Untuk mengetahui Probelmatika (kelemahan & kelebihan) pendekatan
psikologi studi Islam.
5. Untuk mengetahui contoh-contoh pendekatan psikologi

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pendekatan Psikologi Studi Islam


Pendekatan Psikologis terdiri dari dua suku kata, yaitu pendekatan dan
psikologis. Pendekatan adalah cara pandang atau paradigma yang terdapat dalam
suatu bidang ilmu.1 Pengertian pendekatan adalah proses perbuatan, cara
mendekati, usaha dalam rangka aktivitas penelitian untuk mengadakan hubungan
dengan orang yang diteliti, metode untuk mencapai pengertian masalah penelitian.
Dalam bahasa Inggris disebut “approach” dan dalam bahasa Arab disebut
“madkhal”.2
Psikologi adalah ilmu pengetahuan tentang tingkah laku dan kehidupan
psikis (jiwani) manusia dengan lingkungannya. Psikologi secara etimologi terdiri
dari dua kata yaitu psyche dan logos yang memiliki arti “Ilmu tentang jiwa”.
sebagai kajian ilmiah, psikologi jelas mempunyai sifat teoritik, empirik dan
sistematik.3 Adapun secara umum psikologi mempelajari gejala-gejala manusia
yang berkaitan dengan pikiran (cognisi), perasaan(emotion), dan
kehendak(conasi). Dengan demikian ketiga gejala pokok tersebut dapat diamati
melalui sikap perilaku manusia.4 Banyak para ahli mendefinisikan pengertian
tentang psikologi, namun penulis hanya mengemukakan tiga pakar saja untuk
mewakili pemikiran para ahli sebagaimana yang dikutip oleh Addul Rahman
Shaleh dan Muhib Abdul Wahab yaitu menurut Plato, Aristoteles, dan Morgan
C.T. King. Menurut Plato dan Aristoteles psikologi adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari tentang hakikat jiwa serta prosessnya sampai alhir. Sedangkan
menurut Morgan C.T. King bahwa psikologi adalah ilmu yang mempelajari
tingkah laku manusia dan hewan. 5

1
M. Yatimin Abdullah, Studi Islam Kontemporer, Amzah, Bandung, 2006, hlm.58
2
Ma’mun Mu’min, Pendekatan Studi Islam (Suatu Tinjauan Lingkup Perspektif dan Orientasi,Idea
Press, Yogyakarta, 2015, hlm.44
3
Ramayulis, Psikologi Agama, Kalam Mulia, Jakarta, 2013, Cet-10, hlm.5
4
Jalaludin, Psikologi Agama, Raja Grafindo Persada , Jakarta, , 2010, hlm. 7
5
Abdul Rahman Saleh dan Muhib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar, dalam Perspektif
Islam, Prenada Media , Jakarta, t.t, Cet. 2, hlm.5-6

3
Pendekatan psikologi adalah usaha sisi ilmiah dari aspek-aspek batini
pengalaman keagamaan. Suatu esensi pengalaman keagamaan itu benar-benar
ada, dan bahwa dengan suatu esensi pengalaman tersebut dapat diketahui.
Menurut Zakiayah Darajat perilaku seseorang yang nampak (lahirnya) tidak
karena dipengaruhi oleh keyakinan yang dianutnya. Dalam ajaran agama banyak
kita jumpai istilah-istilah yang menggambarkan sikap batin seseorang, misalnya
sikap beriman dan taqwa, berbuat jujur, dzikir untuk menenangkan jiwa.6
Pendekatan psikologis merupakan pendekatan yang bertujuan untuk melihat
keadaan jiwa pribadi-pribadi yang beragama. Dalam pendekatan ini keadaan jiwa
manusia dalam hubungannya dengan agama baik pengaruh maupun akibat.
Pendekatan psikologis bertujuan untuk menjelaskan fenomena keberagamaan
manusia yang dijelaskan dengan mengurai keadaan jiwa manusia7. Obyek kajian
dalam hal ini adalah manusia, dalam pengertian tingkah laku manusia yang
beragama, yakni gejala-gejala empiriris dari keagamaannya. Karenanya dalam
pendekatan psikologis ini tidak mempelajari betul tidaknya suatu agama, tidak
untuk menilai apakah agama itu diwahyukan Tuhan atau tidak.8
Sedangkan pengertian studi Islam atau Islamic Studies atau Dirasat al-
Islamiyahsebagaimana dikutip oleh Dr. Ma’mun Mu’min dalam bukunya, dapat
dimaknai kajian Islam, Imam Ghazali menggunakan istilah “Ulumuddin”. Istilah
studi menurut Lester Crow dan Alice Crow adalah kegiatan yang secara sengaja
diusahakan dengan maksud memperoleh keterangan, pemahaman, dan
meningkatkan suatu ketrampilan. Sementara Islam adalah agama yang
diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW. Dengan demikian, studi Islam adalah
suatu usaha untuk mempelajari berbagai hal yang berhubungan dengan agama
Islam9.
Jadi, Pendekatan Psikologi dalam studi Islam yaitu usaha untuk memperoleh
sisi ilmiah dari aspek-aspek batin pengalaman keagamaan. Karena dalam ajaran
agama sering kita menemukan istilah-istilah yang menggambarkan sikap batin

6
Zakiyah Darajat, Ilmu Jiwa Agama, Bulan Bintang, Jakarta, 2005, hlm.18
7
Ma’mun Mu’min, Pendekatan Studi Islam (Suatu Tinjauan Lingkup Perspektif dan Orientasi,Idea
Press, Yogyakarta, 2015, hlm.81
8
Jalaludin, Psikologi Agama, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2010, hlm. 15-16
9
Ma’mun Mu’min, Pendekatan Studi Islam (Suatu Tinjauan Lingkup Perspektif dan Orientasi,Idea
Press, Yogyakarta, 2015, hlm. x-xi

4
seseorang, dengan ilmu jiwa ini selain kita mengetahui tingkat keagamaan yang
dihayati, dan diamalkan seseorang juga dapat digunakan sebagai alat untuk
memasukkan agama kedalam jiwa seseorang sesuai dengan tingkatan usia
seseorang.

2.2 Sejarah dan Perkembangan Pendekatan Psikologi dalam Studi Islam


Sejarah psikologi Islam berawal dari sejarah manusia itu sendiri. Hanya
pada masa itu belum dinamai psikologi, walaupun pada prakteknya telah nampak
nilai-nilai psikologis. Psikologi saat itu hanya masuk dalam piranti etika dan
filsafat. Pertumpahan darah yang pertama dalam sejarah kehidupan manusia
karena dorongan nafsu ghadhab (amarah) dan kecemburuan yang berlebihan dari
gejolak jiwa tak terkendali adalah realita tak terbantahkan dari perilaku psikologis
umat manusia yang dapat dipahami dari cerita Qobil dan Habil. Kisah ini
menjelaskan tentang motivasi psikologis yang menyimpang atau cemburu yang
berlebihan dan pengaruhnya terhadap perilaku manusia10.
Perkembangan psikologi dunia islam terjadi pada pertengahan abad 9M
para sarjana islam melakukan kajian-kajian tentang psikologi yang diilhami ole
hide-ide Al-Qur’an. Tokoh-tokoh seperti al-Qindy, al-Farabi, Ibnu sina, Ibnu
Maskawih, al-Razy, kelompok ikhwan al-Shafa, Ibnu Thufail, Ibnu Majah dan
Ibnu Rusyd yang mengusung aliran psikologi dengan pendekatan filsafi.Sederetan
tokoh tersebut sebenarnya lebih popular sebagai seorang filosof daripada seorang
psikolog. Namun ereka juga pantas dikategorikan sebagai psikologi filsafi . Hal
ini didasarkan atas pemikiran bahwa masa itu belum ada pemisahan antara disiplin
ilmu, disamping bahwa konsep-konsep mereka banyak berkaitan dengan
diskursus psikologi seperti konsep tentang jiwa (al-nafs atau al-ruh). Ciri utama
kelompok ini adalah sangat mengutamakan peran struktur al-‘aql yang puncaknya
mampu memperoleh limpahan pengetahuan dari Allah melalui ‘aqalfa’al. 11

10
Ma’mun Mu’min, Pendekatan Studi Islam (Suatu Tinjauan Lingkup Perspektif dan
Orientasi, Idea Press, Yogyakarta, 2015, hlm.80
11
http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/Quality/article/view/221/1696, diakses pada
tanggal 20 Maret 2019, Jam 19.34 WIB

5
Al Qindy (185-260 H/ 801-873M)12 misalnya, dipandang sebagai filosof
muslim pertama yang membahas tentang psikologi tentang psikologi mengenai
“Tidur dan Mimpi”. Dalam filsafat pertama ia membahas berbagai fungsi jiwa,
dan tentang cara kerja pikiran manusia. Ibnu Sina (370-428 H / 980-1037 M)
seorang filosof dan ahli kedokteran yang banyak memberikan sumbangan
terhadap Psikologi Islam. Dalam bukunya yang termashur al Syifa membahas
tentang Jiwa, eksistensinya hubungan jasmani rohani, sensasi, persepsi, dan
aspek-aspek terkait lainnya. Dia membedakan antara persepsi internal dan
persepsi eksternal. Dia juga menjelaskan beberapa emosi manuasia yang tidak
dimiliki binatang, seperti heran, senyum, tangis, dan sebagainya. Di samping itu
dia juga menerangkan beberapa penyakit somatick. 13
Menurut Abdul Hamid al Hasyimi, seorang profesor psikologi di Raja
Abdul Aziz sebagaimana dikutip oleh Dr. Ma’mun Mu’min menyatakan orang
pertama yang menamai cabang ilmu yang mengkaji jiwa dan behavior atau
perilaku manusia adalah al Ghazali. Dalam kitabya yang sangat fenomenal “Ihya
‘Ulumuddin” banyak membahas tntang jiwa dan perilakumanusia, membagi
struktur kerohanian manusia dalam empat dimensi, yaitu hati (qolbu), ruh, (al-
ruh), akal, (al-aql), dan nafsu (an-nafs). Menurutnya keempat unsure-unsur itu
masing-masing memikiki dua arti yaitu arti jasmaniyah dan arti ruhaniyah. 14

2.3 Macam - Macam Pendekatan Psikologi


Beberapa pendekatan psikologis antara lain : 15
1. Pendekatan struktural
Pendekatan ini dipakai oleh Wilhelm Wundt. Struktur artinya sebuah
bangunan yang terdiri atas berbagain unsur yang satu sama lainnya berkaitan.
Setiap perubahan yang terjadi pada sebuah unsure struktur akan mengakibatkan

12
M.G. Husain, Psychology and Society in Islamic Perspective, Pusta, 1996, Terj Karsidi Diningrat,
Psikologi dan Masyarakat dalam Perspektif Islam hlm. 16
13
Ibid hlm. 17
14
Ma’mun Mu’min, Pendekatan Studi Islam (Suatu Tinjauan Lingkup Perspektif dan
Orientasi, Idea Press, Yogyakarta, 2015, hlm. 81
15
Ma’mun Mu’min, Pendekatan Studi Islam (Suatu Tinjauan Lingkup Perspektif dan
Orientasi, Idea Press, Yogyakarta, 2015, hlm. 81

6
perubahan hubungan antar unsure tersebut. Jadi, hubungan antar unsure akan
mengatur sendiri bila ada unsur yang berubah atau hilang.
Teori ini menyatakan bahwa pengalaman mental yang kompleks itu
sebenarnya adalah “struktur” yang terdiri atas keadaan mental -mental yang
sederhana. Mereka bekerja atas dasar premis bahwa bidang usaha psikologi itu
terutama adalah menyelidiki “struktur” kesadaran dan mengembangkan
hukum-hukum pembentukannya. Pendekatan mereka yang utama adalah
dengan analisis instropektif. Aliran ini berpendapat bahwa untuk mempelajari
kejiwaan, kita harus mempejari isi dan struktur kejiwaan dengan menggunakan
metode instropeksi atau mawas diri, yaitu orang yang menjalani percobaan
diminta untuk menceritakan kembali pengalamannya atau perasaannya setelah
ia melakukan suatu eksperimen.
Pendekan struktural dalam studi Islam ini khususnya dalam
pendekatan psikologi adalah sebuah upaya untuk memahami Islam sebagai
sebuah agama yangmerupakan akumulasi dari sekian banyak unsur dan
dimensi yang terjalin menjadi satumembentuk konst ruksi atau
bangunan Isl am itu sendi ri yang m encerminkan sisi psikologis
dalam Isl am. Ini karena bagaimanapun Islam dalam dirinya merupakan
sebuah bangunan yang masing-masing bagiannya mempunyai peran serta
posisi tertentu clan menemukan maknanya ketika tidak terlepas dari unsur atau
bagiannya yang lain.
Pendekatan struktural ini juga akan semakin menemukan urgensinya ketika
dicoba untuk meneropong islam dalam realitas dan praktek keberagaman
umatnya. Dalam realitas kehidupan umat sering ditemukan adanya benturan-
benturan ideologis dan kepentingan dari umat islam itu sediri. Padahal islam
yang dianut adalah satu yaiu agama atau ajaran ilahi yang disampaikan melalui
personal Nabi Muhamad SAW. Karena banyaknya kepentingan dan perbedaan
penekanan dalam memahami islam tidak jarang dalam praktek umatnya, islam
muncul sebagai sesuatu yang terpisah-pisah sehingga islam terkesan parsial.
Terlebih lagi dengan sering munculnya klaim-klaim kebenaran subjektif dari

7
orang-orang yang berbeda dalam memahami islam membawa kepada
perpecahan serta sekian banyak implikasi negatif lainnya. 16
2. Pendekatan Funsional
Pendekatan ini pertama digunakan oleh William James (1910 M) ia adalah
penemu laboratorium psikologi pertama di Amerika pada Universitas Harward.
Pendekatan Fungsional adalah pendekatan yang dilakukan untuk mempelajari
bagaimana agama dapat berfungsi atau berpengaruh terhadap tingkah laku
hidup individual dalam kehidupannya.
Pendekatan fungsional ini lebih menekankan pada apa tujuan dan fungsi
dari pengalaman mental untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan sekitar.
Fungsionalisme adalah suatu tendensi dalam psikologi yang menyatakan bahwa
pikiran, proses, mental, persepsi indrawi dan emosi adalah adaptasi organisme
biologis. Sebagai suatu jenis psikologi yang menggarisbawahi fungsi-fungsi
dan bukan hanya fakta-fakta dari fenomena mental.
Pendekatan ini dilakukan untuk mempelajari bagaimana agama dapat
berpengaruh pada tingkah laku individu di dalam kehidupannya. Norma-norma
yang sudah diatur dalam agama, akan menjadi suatu kewajiban yang harus
dilaksanakan, sehingga akan tercermin dari perilakunya.
3. Pendekatan Psikonalisis
Pendekatan Psikoanalisis adalah sebuah usaha atau cara mendekati melalui
model perkembangan kepribadian, filsafat tentang sifat manusia, dan metode
psikoterapi. Secara historis psikoanalisis adalah aliran pertama dari tiga aliran
utama psikologi. Yang kedua adalah behaviorisme, sedangkan yang ketiga atau
disebut juga kekuatan ketiga adalah psikologi eksistensial-
humanistik. Pendekatan ini pertama kali dilakukan oleh Sigmung Freud (1856-
1939). Penting untuk diingat bahwa Freud adalah pencipta pendekatan
psikodinamika terhadap psikologi, yang memberikan pandangan baru kepada
psikologi dan menemukan cakrawala-cakrawala baru.Misalnya,
membangkitkan minat terhadap motivasi tingkah laku. Freud juga mengundang

16
http://ejournal.kopertais4.or.id/sasambo/index.php/elhikam/article/download/191 6/1419,
diakses pada tanggal 2 Desember 2017

8
banyak kontroversi, eksplorasi, penelitian, dan menyajikan landasan tempat
bertumpu sistem-sistem yang muncul kemudian.
Psikologi Islam memandang teori psikoanalisis terlalu menyederhanakan
kompleksitas manusia. Teori ini hanya berdasarkan fisiologis tanpa
menyelaraskan dengan kebutuhan spiritual. Dalam struktur kepribadian yang
dikembangkan Freud jika dikomparasi secara psikologi Islam seperti yang
diungkapkan Imam Ghazali, yaitu nafsu, akal, dan qalbu. Nafsu
diakumulasikan dorongan untuk bertindak yang sudah di intregasikan melalui
olah akal, sentuhan rohani dengan berlandaskan agama dan moral. Tidak semua
konsepsi pendekatan psikoanalisis dipahami tidak cocok dari sudut pandang
psikologi Islam. Setidaknya psikilogi Islam sepakat dengan pemahaman
psikoanalisis bahwa manusia mempunyai potensi dalam dirinya untuk
diaktualisasikan. 17
Penggunaan pendekatan ini sangat penting dalam pendekatan psikogis Islam
dikarenakan pendekatan psikoanalisis ini dilakukan untuk menjelaskan tentang
pengaruh agama dalam kepribadian seseorang dan hubungannya dengan
penyakit-penyakit jiwa.18

2.4 Problematika (Kelemahan & Kelebihan) Pendekatan Psikologis


Teori-teori ini banyak dikembangkan di Negara-negara Barat yang
mayoritas penduduknya adalah non muslim. Teori-teori inilah yang kemudian
diadopsi ke dalam psikologi agama yang digunakan dalam mengkaji studi Islam.
Karenanya memungkinkan untuk menampilkan Islam secara parsial atau tidak
utuh. Karena titik berankatnya pembahasan ini adalah konsep psikologi, sehingga
sering kali membuat kita terjebak, yaitu memandang persoalan lebih berangkat
dari pemahaman tentang Islam sendiri. Oleh karena itu setiap kali menggunakan
pendekatan psikologi yang tentu saja berasal dari teori Barat, seyogyanya selalu
dikembalikan kepada al- Qur’an dan al-Hadist, jangan sampai kemudian teori-
teori dan pendekatan psikologi justru bertentangan dengan umat Islam.

17
http://digilib.uin-suka.ac.id/20670/1/11470118_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf,
diakses pada tanggal 20 Maret 2019
18
Abu Ahmadi, Psikologi Umum, Rineka Cipta, Jakarta, 2003, hlm. 19

9
Kelemahan lain yang juga akan timbul adalah pendekatan ini nampaknya
bersifat asumtif dan individualis, sehingga tidak komprehensif. Bahkan
pendekatan ini hanya berbicara kelakuan para pemeluk agama yang belum tentu
mencerminkan agama Islam itu sendiri. Pendekatan seperti ini bisa menyebabkan
orang lain terkadang salah dalam menilai Islam. Misalnya sering kali orang
muslim melanggar aturan lalu lintas, atau aturan lain yang dilakukan secara
sengaja dan berulang-ulang, bias jadi hal ini menyebabkan penilaian orang lain
terhadap Islam akan bedampak negatif.
Memang setiap pendekatan mempunyai manfaat dan problematika,
termasuk dengan pendekatan psikologi agama. Melalui pendekatan psikologis ini
kita dapat memberikan penjelasan secara ilmiah terhadap berbagai problem
persoalan keagamaan seseorang yang meliputi sikap dan tingkah laku lahir (sikap
dan tindakan serta cara bereaksi) serta sikap dan tingkah laku batin (cara berfikir,
merasa,atau sikap emosi).19
Psikologi agama juga dapat digunakan sebagai alat untuk memasukkan dan
menanamkan ajaran agama Islam ke dalam jiwa seseorang sesuai dengan
tingkatan usianya. Dengan pengetahuan ini, maka dapat disusun langkah-langkah
baru yang lebih efesien dalam menanamkan ajaran agama Islam, baik untuk masa
sekarang, maupun dimasa yang akan datang. Itulah sebabnya pendekatan
psikologi agama ini banyak digunakan sebagai alat untuk menjelaskan sikap
keberagamaan seseorang. Dengan demikian seseorang akan memiliki tingkat
kepuasan tersendiri dalam agamanya, karena seluruh persoalan hidupnya
mendapat bimbingan agama. 20

2.5 Contoh Pendekatan Psikologi


Adapun contoh psikologi agama yang digunakan dalam kajian Islam dan
umat Islam dapat dilihat dalam ritual manusia dalam agama yang di yakininya.
Contohnya antara lain, orang yang meresapi dalam membaca dan memahami al-
Qur’an hatinya akan tergerak untuk mewujudkan perilaku menjadi lebih baik

19
Ma’mun Mu’min, Pendekatan Studi Islam (Suatu Tinjauan Lingkup Perspektif dan
Orientasi, Idea Press, Yogyakarta, 2015, hlm.83
20
http://www.trendilmu.com/2015/11/Pendekatan.psikologi.Islam.html, diakses pada tanggal
20 Maret 2019, Jam 19.34 WIB

10
dalam kepribadiannya, saat meresapi ayat-ayat al-Qur’an ia akan menjadi tenang
hatinya, dan ayat-ayat al-Qur’an menjadi penyejuk sekaligus obat bagi keresahan
hatinya. Ia juga akan takut dan menjauhi perilaku-perilaku buruk saat meresapi
ancaman-ancaman Allah yang dahsyat yang dijanjikan bagi mereka yang ingkar
pada Allah.
Dalam contoh ini, antara satu Orang dengan orang lain biasa berbeda
hasilnya, hal ini dipengaruhi oleh dua hal yaitu, factor intern dan factor ekstern.
Factor intern (dalam diri) yang bisa mempengaruhi seseorang adalah dari
kepribadiannya. Secara psikologi tipe kepribadian tertentu akan mempengaruhi
jiwa seseorang. Adapun factor ekstern adalah factor luar diri
seseorang(lingkungan di mana dia berada). Semakin baik lingkungan yang
ditinggali, maka perilaku keagamaan seseorang akan semakin banyak
mempengaruhi seseorang untuk berbuat hal yang sama, yaitu meningkatkan
kualitas diri dalam melaksanakan perintah agama dan meninggalkan segala
larangan agama. Begitu pula sebaliknya, semakin jauh masyarakat dan lingkungan
dalam menjalankan perintah agama, maka akan berpengaruh terhadap semangat
dan perilaku seseorang dalam menjalankan agama.
Contoh lain yaitu penyebaran islam oleh Walisongo di Nusantara.
Walisongo dinilai sebagai sosok para ulama yang sekaligus psikolog karena
mampu membaca fenomena masyarakat yang ketika itu telah menganut
kepercayaan Hindu dan Kejawen. Tetapi, Walisongo adalah pribadi-pribadi yang
terbentuk melalui dasar-dasar nilai islam yang memiliki kearifan dalam bersikap
serta memiliki keimanan yang kokoh, sehingga secara pribadi, para wali mudah
menyesuaikan diri dalam lingkungan sosial budaya yang berbeda. Sementara
secara sosial, para wali tersebut mudah diterima masyarakat sekalipun
memberikan pandangan keagamaan yang berbeda. Bahkan pada akhirnya
Walisongo mewarnai berbagai perangkat kehidupan dalam bidang sosial, budaya,
pendidikan (pesantren), bahkan pemerintahan, hingga akhirnya islam benar-benar
menjadi agama mayoritas di Tanah Jawa
Sementara masyarakat Jawa yang pada masa Walisongo sebelumnya telah
menganut kepercayaan Jawa dan sebagian agama Hindu, yang tentunya juga
memiliki kondisi sosial-budaya sesuai dengan agama dan kepercayaan itu. Di

11
tengah kondisi masyarakat yang telah meiliki karakter dan latar belakang sosial
sosial budaya, psikologis, dan kondisi politik pemerintahannya, menjadikan
pertimbangan Walisongo untuk menentukan strategi dan metode dakwah yang
fleksibel dengan pendekatan psikologi melalui akulturasi budaya yang
menghasilkan kesenian yang ceritanya bernuansa islam, tembang-tembang Jawa
(lir-ilr, cublak-cublak suweng), tradisi tahlilan, mitoni, slametan (bancakan).
Walisongo tidak menolak secara frontal atas kehadiran Walisongo yang
menawarkan Islam. Disinilah sikap arif Walisongo untuk menerima realitas
kondisi psikologis dan sosial masyarakat

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat diambil simpulan sebagai berikut:
1. Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang hakikat jiwa
dan tingkah laku manusia serta prosesnya. Sedangkan pendekatan
psikologi merupakan usaha untuk memperoleh sisi ilmiah dari aspek-aspek
batini pengalaman keagaan seseorang.
2. Sejarah psikologi bermula sejak manusia diciptakan Tuhan semesta alam
di muka bumi, kemudian terus dikembangkan oleh para ahli, di antaranya
dari kalangan Islam adalah Hujjatul Islam Imam al Ghozali dalam
kitabnya Ihya ‘Ulumuddin.
3. Beberapa teori pendekatan psikologi:
a. Pendekatan structural
b. Pendekatan Funsional
c. Pendekatan Psikonalis.
4. Kelemahan Pendekatan Psikologi ini tidak murni dari dunia Islam yang
memungkinkan untuk menampilkan Islam secara parsial atau Islam yang
tidak Kaffah Rohmatallil ‘Alamin. Selain itu penekanan bersifat asumtif.
Sedangkan manfaat atau kelebihannya, kita dapat memberikan penjelasan
secara ilmiah terhadap berbagai problem persoalan keagamaan seseorang.
5. Di antara contoh pendekatan psikologi antara lain, seseorang yang
meresapi dalam membaca ayat-ayat al-Qur’an hatinya akan tergerak untuk
mewujudkan perilaku menjadi lebih baikdalam kepribadiannya, akan
tenang hatinya, dan ayat-ayat al-Qur’an menjadi penyejuk sekaligus obat
bagi jiwa dan raganya.

3.2 Saran
Kami selaku penyusun menyadari masih jauh dari sempurna dan tentunya
banyak sekali kekurangan dalam pembuatan makalah ini. Hal ini disebabakan
karena masih terbatasnya kemampuan kami.

13
Oleh karena itu, kami sekalu pembuat makalah ini sangat mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun. Kami juga mengharapkan makalah ini
sangat bermanfaat untuk kami khususnya dan pembaca pada umumnya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rahman Saleh dan Muhib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar,
dalam Perspektif Islam, Prenada Media , Jakarta, t.t, Cet. 2
Abu Ahmadi, Psikologi Umum, Rineka Cipta, Jakarta, 2003
http://digilib.uin-suka.ac.id/20670/1/11470118_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-
PUSTAKA.pd
http://ejournal.kopertais4.or.id/sasambo/index.php/elhikam/article/download/1916
/1419
http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/Quality/article/view/221/1696
http://www.trendilmu.com/2015/11/Pendekatan.psikologi.Islam.html
Jalaludin, Psikologi Agama, Raja Grafindo Persada , Jakarta, 2010
M. Yatimin Abdullah, Studi Islam Kontemporer, Amzah, Bandung, 2006
M.G. Husain, Psychology and Society in Islamic Perspective, Pusta, 1996, Terj
Karsidi Diningrat, Psikologi dan Masyarakat dalam Perspektif Islam
Ma’mun Mu’min, Pendekatan Studi Islam (Suatu Tinjauan Lingkup Perspektif
dan Orientasi, Idea Press, Yogyakarta, 2015
Ramayulis, Psikologi Agama, Kalam Mulia, Jakarta, 2013, Cet-10
Zakiyah Darajat, Ilmu Jiwa Agama, Bulan Bintang, Jakarta, 2005

15

Anda mungkin juga menyukai