Makalah Perpindahan Panas
Makalah Perpindahan Panas
”Konveksi Alamiah”
OLEH:
Kelompok 1
1. Almira Fadhillah
2. Fahmi Lidin
3. Devita Septiani Putri
Kelas: 4 KA
Segala puji bagi Allah SWT atas nikmat dan karunia-Nya penyusun dapat
menyelesaikan penyusunan makalah berjudul “KONVEKSI ALAMIAH” ini. Salawat dan salam
juga penyusun persembahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat
serta pengikutnya sampai akhir zaman.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu penulis masih mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun guna penyempurnaan makalah di masa datang.
Dalam penyelesaian skripsi ini penyusun banyak mendapatkan bantuan dan pengarahan
dari berbagai pihak terutama dari dosen pembimbing. Maka pada kesempatan ini penyusun ingin
mengucapan terima kasih yang tulus kepada Ir. Aida Syarief,M.T selaku dosen pembimbing
mata kuliah Perpindahan Panas.
Atas semua bantuan dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis, semoga akan
mendapatkan imbalan yang setimpal dari Allah SWT. Akhir kata penyusun mengharapkan
semoga makalah ini dapat bermanfaat dan berguna baik bagi penyusun maupun bagi pembaca,
Amin.
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
Daftar Isi
Kata Pengantar
Bab I – Pendahuluan
Bab II – Tinjauan Pustaka
Bab III – Pembahasan
1. Proses Perpindahan Panas Konveksi Alamiah
dan Peralatan Pengering
2. Konveksi Bebas dan Aliran Fluida
Pada Plat Miring
3. Konveksi Bebas dan Aliran Fluida
Pada plat vertical
Bab IV – Soal dan Pembahasan
Bab V – Penutup
BAB 1
PENDAHULUAN
Konveksi yang kita bicarakan hanya sejauh masalah itu berhubungan dengan kondisi
batas yang terdapat dalam masalah konduksi. Sekarang kita akan membahas lebih jauh metode
perhitungan perpindahan kalor konveksi dan khususnya cara-cara meramalkan nilai koefisien
perpindahan kalor konveksi h. Dalam masalah perpindahan panas konveksi diperlukan neraca
energy di samping analisis dinamika fluida masalah tersebut.
Konveksi alamiah (natural convection), atau konveksi bebas (free convection), terjadi
karena fluida yang, karena proses pemanasan, berubah densitasnya (kerapatannya), dan bergerak
naik. Radiator panas yang digunakan untuk memanaskan ruang merupakan sutu contoh piranti
praktis yuang memindahkan kalor dengan konveksi bebas. Gerakan fluida dalam konveksi bebas,
baik fluida itu gas maupun zat cair, terjadi karena gaya apung (buoyancy force) yang dialaminya
apabila densitas fluida didekat permukaan perpindahan kalor berkurang sebagai akibat proses
pemanasan.
Gaya apung itu tidak akan terjadi apabila fluida itu tidak mengalami sesuatu gaya dari
luar seperti gravitasi (gaya berat), walaupun gravitasi bukanlah satu-satunya medan ghaya luar
yang dapat menghasilkan arus konveksi bebas; fluida yangterkurung dalam mesin rotasi
mengalami medan gaya sentrifugal, dan karena itu mengalami arus konveksi bebas bila salah
satu atau beberapa permukaannya yang dalam kontak dengan fluida itu yang dipanaskan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Yang dimaksud dengan aliran ialah pengangkutan ka1or oleh gerak dari zat yang
dipanaskan. Proses perpindahan ka1or secara aliran/konveksi merupakan satu fenomena
permukaan. Proses konveksi hanya terjadi di permukaan bahan. Jadi dalam proses ini struktur
bagian dalam bahan kurang penting. Keadaan permukaan dan keadaan sekelilingnya serta
kedudukan permukaan itu adalah yang utama. Lazimnya, keadaan keseirnbangan termodinamik
di dalam bahan akibat proses konduksi, suhu permukaan bahan akan berbeda dari suhu
sekelilingnya. Dalam hal ini dikatakan suhu permukaan adalah T1 dan suhu udara sekeliling
adalah T2 dengan Tl>T2. Kini terdapat keadaan suhu tidak seimbang diantara bahan dengan
sekelilingnya.
Perpindahan kalor dengan jalan aliran dalam industri kimia merupakan cara
pengangkutan kalor yang paling banyak dipakai. Oleh karena konveksi hanya dapat terjadi
melalui zat yang mengalir, maka bentuk pengangkutan ka1or ini hanya terdapat pada zat cair
dan gas. Pada pemanasan zat ini terjadi aliran, karena masa yang akan dipanaskan tidak
sekaligus di bawa kesuhu yang sama tinggi. Oleh karena itu bagian yang paling banyak atau
yang pertama dipanaskan memperoleh masa jenis yang lebih kecil daripada bagian masa yang
lebih dingin. Sebagai akibatnya terjadi sirkulasi, sehingga kalor akhimya tersebar pada seluruh
zat
Gambar 1.3. Perpindahan panas konveksi. (a) konveksi paksa, (b) konveksi alamiah, (c) pendidihan, (d)
kondensasi
Pada perpindahan kalor secara konveksi, energi kalor ini akan dipindahkan ke
sekelilingnya dengan perantaraan aliran fluida. Oleh karena pengaliran fluida melibatkan
pengangkutan masa, maka selama pengaliran fluida bersentuhan dengan permukaan bahan yang
panas, suhu fluida akan naik. Gerakan fluida melibatkan kecepatan yang seterusnya akan
menghasilkan aliran momentum. Jadi masa fluida yang mempunyai energi terma yang lebih
tinggi akan mempunyai momentum yang juga tinggi. Peningkatan momentum ini bukan
disebabkan masanya akan bertambah. Malahan masa fluida menjadi berkurang karena kini fluida
menerima energi kalor.
Fluida yang panas karena menerima kalor dari permukaan bahan akan naik ke atas.
Kekosongan tempat masa bendalir yang telah naik itu diisi pula oleh masa fluida yang bersuhu
rendah. Setelah masa ini juga menerima energi kalor dari permukan bahan yang kalor dasi, masa
ini juga akan naik ke atas permukaan meninggalkan tempat asalnya. Kekosongan ini diisi pula
oleh masa fluida bersuhu renah yang lain. Proses ini akan berlangsung berulang-ulang. Dalam
kedua proses konduksi dan konveksi, faktor yang paling penting yang menjadi penyebab dan
pendorong proses tersebut adalah perbedaan suhu. Apabila perbedaan suhu .terjadi maka
keadaan tidak stabil terma akan terjadi. Keadaan tidak stabil ini perlu diselesaikan melalui
proses perpindahan kalor.
Dalam pengamatan proses perpindahan kalor konveksi, masalah yang utama terletak pada
cara mencari metode penentuan nilai h dengan tepat. Nilai koefisien ini tergantung kepada
banyak faktor. Jumlah kalor yang dipindahkan, bergantung pada nilai h. Jika cepatan medan
tetap, artinya tidak ada pengaruh luar yang mendoromg fluida bergerak, maka proses
perpindahan ka1or berlaku. Sedangkan bila kecepatan medan dipengaruhi oleh unsur luar seperti
kipas atau peniup, maka proses konveksi yang akan terjadi merupakan proses perpindahan kalor
konveksi paksa. Yang membedakan kedua proses ini adalah dari nilai koefisien h-nya.
Tanda minus (-) digunakan untuk memenuhi hukum II thermodinamika, sedangkan panas
yang dipindahkan selalu mempunyai tanda positif (+). Persamaan diatas mendefinisikan
tahanan panas terhadap konveksi. Koefisien pindah panas permukaan h, bukanlah suatu sifat
zat, akan tetapi menyatakan besarnya laju pindah panas di daerah dekat pada permukaan itu.
Fluks Kalor:
Adalah laju perpindahan panas persatuan luas (q/A). Fluks kalor boleh didasarkan
atas luas permukaan luar atau dalam pipa.
Jika A = Ao, luas permukaan luar tabung, maka U = Uo, koefisien yang didasarkan atas
luas permukaan luar
Berdasarkan gaya penyebab terjadinya arus aliran fluida, konveksi dapat diklasifikasikan
menjadi konveksi bebas/alamiah dan konveksi paksa.
Gambar 2.4 Ilustrasi aliran fiuda pada konveksi alamiah dan paksa
Konveksi alamiah terjadi karena ada arus yang mengalir akibat gaya apung,
sedangkan gaya apung terjadi karena ada perbedaan densitas fluida tanpa dipengaruhi gaya
dari luar sistem. Perbedaan densitas fluida terjadi karena adanya gradien suhu pada fluida.
Contoh konveksi alamiah antara lain aliran udara yang melintasi radiator panas
[McCabe,1993]. Pada perbatasan suatu permukaan dan suatu fluida akan terjadi perpindahan
panas secara konduksi dan konveksi. Biasanya temperatur permukaan itu cukup tinggi untuk
menimbulkan pula radiasi. Tanpa adanya aliran yang dipaksakan terhadap fluida, maka
sekitar permukaan akan terjadi konveksi secara alamiah. Perbedaan temperatur antara
bagian-bagian fluida menyebabkan perbedaan densiti dan karena itu timbul gerakan dan
aliran dalam fluida. Aliran alamiah ini memperbesar perpindahan panas yang semula sampai
tercapai keadaan yang tecap. Cara perpindahan panas semacam ini disebut konveksi alamiah
atau konveksi bebas.
Besarnya koefisien perpindahan panas harus didapat dari hasil percobaan. Banyak
penyelidikan telah dilakukan untuk menentukan koefisien pindah panas itu. Jika berbagai
hasil penyelidikan itu dikumpulkan, ternyata dapat diperoleh persamaan empiris dalam
bilangan-bilangan tanpa dimensi, salah satu di antaranya adalah bilangan Grashof, yang
dibuat untuk menunjukkan sifat- sifat konveksi bebas .
Hasil percobaan itu sering juga dinyatakan sebagai nomogram (alignment chart) atau
grafik.
Persamaan empiris dan nomogram itu dapat dipakai guna memperkirakan koefisien
perpindahan panas untuk konveksi bebas. Karena terdapat berbagai persamaan dan
nomogram, maka haruslah dicari yang keadaan sistemnya sama dengan sistem yang sedang
ditinjau.
Gaya – gaya viskos biasanya diterangkan dengan tegangan geer (shear stress) 𝜏 antara
lapisan – lapisan fluida. Jika tegangan ini dianggap berbanding dengan gradient kecepatan
(velocity gradient) normal, maka kita dapatkan persamaan dasar untuk viskositas,
𝑑𝑢
𝜏= 𝜇
𝑑𝑦
Pada permulaan, pembentukan lapisan batas itu laminar, tetapi pada suatu jarak kritis
ditepi depan, bergantung dari medan aliran dan sifat – sifat fluida, gangguan – gangguan
kecil pada aliran itu membesar dan mulailah terjadi proses transisi hingga aliran menjadi
turbulen. Dengan aliran turbulen dapat digambarkan sebagai kecocokan rambang dimana
gumpalan fluida bergerak ke sana ke mari disegala arah. Transisi dari aliran laminar menjadi
turbulen terjadi apabila
𝑢∞ 𝑥 𝜌𝑢∞ 𝑥
= > 5 × 105
𝑣 𝜇
Dimana : 𝑢∞ = kecepatan aliran bebas
X = jarak dari tepi depan
V = 𝜇/𝜌 = viskositas kinematik
Pengelompokkan khas diatas disebut angka Reynolds dan angka ini tak berdimensi
apabila untuk semua sifat – sifat diatas digunakan perangkat satuan yang konsisten;
𝑢∞ 𝑥
𝑅𝑒𝑥 =
𝑣
Angka Reynolds digunakan sebagai criteria untuk menunjukkan apakah aliran dalam
tabung atau pipa itu laminar atau turbulen. Untuk
𝑢𝑚 𝑑
𝑅𝑒𝑑 = > 2300
𝑣
Aliran itu biasa turbulen.
sekali lagi, pada daerah transisi terdapat suatu jangkau angka Reynolds, yang bergantung dari
kekasaran pia dan kehalusan aliran. Jangkau transis yang biasa digunakan ialah
2000 < 𝑅𝑒𝑑 < 4000
Walaupun dalam kondisi yang dikendalikan ketat dalam laboratorium aliran laminar
masih bias didapatkan pada angka Reynolds 25.000.
Hubungan kontinuitas untuk aliran satu – dimensi dalam tabung ialah
𝑚 = 𝜌𝜇𝑚 𝐴
Dimana : m = laju aliran massa
𝜇𝑚 = kecepatan rata – rata
A = luas penampang
Dengan menyamakan jumlah gaya geser-viskos dan gaya tekanan dengan perpindahan
momentum pada arah x, kita dapatkan
𝑢 𝑝 𝑢 𝑣
µ𝑦 2 𝑑𝑥 𝑑𝑦 − µ 𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑦 = ρ (𝑢 + 𝑑𝑥 )2 dy – ρu2dy + 𝜌 (𝑢 + 𝑑𝑦 ) (𝑢 +
𝑦 2 𝑦
𝑢
𝑑𝑦 ) 𝑑𝑥 − 𝜌𝑣𝑢 𝑑𝑥
𝑦
Qkonveksi = hc.A.Dt
Pada sistem konveksi bebas dikenal suatu variable tak berdimensi baru yang
sangat penting dalam penyelesaian semua persoalan konveksi alami, yaitu angka Grashof
Gr yang peranannya sama dengan peranan angka Reynolds dalam sistem konveksi paksa,
didefinisikan sebagai perbandingan antara gaya apung dengan gaya viskositas di dalam
sistem aliran konveksi alami.
Grƒ =
Dimana koefisien muai volume β untuk gas ideal, β = 1/T
Koefisien perpindahan panas konveksi bebas rata-rata untuk berbagai situasi dapat
dinyatakan dalam bentuk fungsi:
ƒ= = C (GrƒPrƒ)m
dimana subscrip f menunjukkan bahwa semua sifat-sifat fisik harus di evaluasi pada suhu
film,
Tƒ =
Produk perkalian antara angka grashof dan angka prandtl disebut angka Rayleigh:
Ra = Gr . Pr
Menurut Fuji dan Imura untuk plat miring dengan permukaan panas menghadap ke
bawah pada jangkauan + < 80 °C ;105 < Gr.Pr < 1011 bentuk korelasinya adalah :
Nu=0,58 (GrL.Pr)1/5
Untuk plat miring dengan permukaan panas menghadap ke atas dalam jangkauan
GrL.Pr <1011 ;GrL > Grc ; dan -15° < < -75°bentuk korelasinya adalah
RaL = GrL.Pr =
konveksi bebas paada plat vertical. Untuk daerah Laminer pada jangkauan 10-
1<Ra <109 dan sesuai untuk semua angka Prandtl bentuknya adalah
L
= 0.68+ 4/9
BAB IV
SOAL – SOAL