Anda di halaman 1dari 81

BUKU B

PERENCANAAN SYSTEM POMPA

I. PERMASALAHAN UMUM SYSTEM POMPA

1. Kinerja Pompa tidak sesuai dengan harapan (tidak tercapai) .


Sebagian besar pengguna Pompa menyerahkan proses perencanaannya pada
Pihak Ketiga, atau Pengguna mendapatkan Paket Pekerjaan tanpa dilibatkan
dalam proses perencanaan (awal) .
Pada saat Pengguna menerima Paket Pekerjaan, kadang kala tidak terjadi
“transfer of knowledge” dari Perencana, Pelaksana atau Pemberi . Pengelola
tidak mengetahui karakter System, maksud penggunaaan system sesuai
perencanaan atau bahkan Pengelola tidak menerima dokumen System maupun
dokumen perencanaannya .
Ketika terjadi permasalahan saat operasi termasuk tidak tercapainya target
pelayanan karena kinerja system yang tidak sesuai, pada umumnya Pemberi
sudah tidak mau campur tangan lagi .

2. Kinerja Pompa menurun dari waktu ke waktu .


Sebagaimana manusia, Pompa yang tua, semakin tidak mampu mengikuti
kebutuhan . Pada umumnya hal tersebut disebabkan oleh :
a. Tuntutan kerja System yang jauh melebihi kemampuannya .
b. System direncana dalam jangka waktu pendek (darurat), tanpa memproyeksi
beban yang dimungkinkan terjadi pada beberapa tahun ke depan .
c. Operator belum tahu cara mengoptimalkan system yang ada .
d. Operator tidak mampu memelihara system sesuai prosedur yang berlaku,
sehingga penurunan kinerja system menjadi lebih cepat .
e. System dipilih dari barang/bahan yang berkualitas kurang baik .
f. Penurunan kinerja system disebabkan oleh penurunan catu daya Penggerak
Mula .

3. Catu Daya sering terputus (TRIPPING) .


“Tripping” (terputusnya aliran listrik secara tidak disengaja), bukan saja akan
mengganggu pelaksanaan pelayanan kepada konsumen, namun lebih dari itu,
system yang tidak dilengkapi dengan pengaman “water hammer”, akan
mempercepat kerusakan pompa dan system jaringannya .
Peristiwa ini pada umumnya terjadi manakala :
a. Belum diketahui secara pasti apa penyebabnya, apakah ausnya bearing,
sumbatan impeller/intake, atau Tegangan Sumber penggerak mula kurang
dari kebutuhan minimal system .

1
b. Pengguna belum mengerti cara mengoperasi darurat pompa apabila nilai
tegangan listrik menurun .
c. Pengguna belum memahami penunjukkan nilai-nilai pada alat ukur (panel
dan name plate) , menganalisa dan memberi solusi yang tepat atas
kejangggalan yang dialami .
d. Pengguna belum mengetahui/ atau melaksanakan pengukuran kinerja
system, atau
e. Belum tersedia Sumber Energi penggerak Mula alternatip .

4. Penggabungan beberapa Pompa yang tidak proporsional .


Dalam perencanaan system pompa, ada persyaratan penyediakan pompa dalam
jumlah lebih dari satu, tergantung dari situasi dan kondisi . Penggunaan pompa
tersebut lebih diutamakan untuk kerja system secara bergantian dari pada
penggunaan secara bersama/gabungan . Hal ini dikandung maksud agar ada jeda
pompa untuk beristirahat .
Pada penggabungan pompa lebih dari satu, perlu dipahami hal-hal sebagai
berikut :
a. Penggabungan secara “seri” akan menghasilkan penambahan nilai Head yang
lebih dominan dari pada pertambahan nilai Kapasitas system .
b. Sedangkan penggabungan secara “parallel” akan menghasilkan penambahan
nilai Kapasitas yang lebih dominan dari pada pertambahan nilai Head System
.
c. Penggabungan dua pompa atau lebih yang sejenis tidak akan menghasilkan
nilai Kapasitas atau Head yang merupakan kelipatan matematis sederhana,
karena nilainya bergantung pada karakter (kurva performance) pompa
tersebut .

5. Pengguna belum pernah merencana system pompa .


Konsep perencanaan system akan memberikan hasil system yang terukur,
sehingga diharapkan dapat memberikan nilai efektifitas dan efesiensi yang
optimal . Oleh sebab itu maka pembangunan system yang belum dilandasi
dengan konsep perencanaan yang baik, kadang menghasilkan system yang tidak
optimal, berusia pendek, atau berfungsi namun menuntut energy yang tinggi
(unefisien) .
Manfaat yang diperoleh apabila system dibangun berdasarkan perencanaan yang
baik, antara lain :
a. Dapat dipilih bahan dan alat yang sesuai dengan situasi dan kondisi sampai
berakhirnya tahun perencanaan .
b. Dapat dipilih mesin dan atau alat secara bertahap atau dapat dimodifikasi
selama alat belum perlu dibebani dengan kerja yang maksimal .

2
c. Terinventarisir data input, data terbangun (as built drawing), sehingga mudah
dievaluasi saat diperlukan .
d. Dari tahun ke tahun dapat dimonitor perkembangan atau kemunduran
system .

6. Pengguna belum mengukur/memahami nilai kinerja system pompa .


Sebagian operator begitu pula atasan operator pada umumnya hanya
mengamati, mencatat dan melaporkan hasil monitor secara rutin . Nilai-nilai yang
tercantum dan ditulis kadang belum dipahami dan dimanfaatkan sebagai bahan
analisa secara baik .
Mestinya nilai kinerja system pompa dapat dilihat pada :
a. Brosur produk pompa dan motor listriknya
b. Name plate pompa atau motor listriknya
c. Pembandingan nilai kinerja saat ini terhadap nilai yang dihasilkan pada waktu
yang lalu atau standard teknis yang telah ditetapkan .
d. Belum ada upaya pemanfaatan data dari alat ukur besaran yang terdapat
pada system (frequensi, tegangan, kuat arus, factor daya, suhu, nilai getaran,
jumlah putaran poros, energy/daya terpakai, SEC, ketidak seimbangan arus
atau tegangan antar phase listrik, debit aliran, tekanan zat cair, dll) bahkan
gejala-gejala gangguan yang terjadi .
Nilai-nilai pada alat ukur, sensor atau gejala gangguan tersebut apabila dipahami,
dapat dipergunakan sebagai bahan evaluasi, apakah system masih dalam kondisi
normal/sehat, perlu diadakan penanganan atau bahkan perlu dilakukan
perbaikan/penggantian .
Penggunaan system yang unefisien dalam jangka waktu yang lama, akan
menimbulkan kerugian bagi perusahaan .

3
II. PERENCANAAN SYSTEM POMPA

Perencanaan System pompa dapat dilaksanakan dengan cara :


a. Perhitungan manual
b. Win Cap yang dibuat oleh produsen pompa Grundfos
c. Program Exel yang dibuat oleh The Australian Pump
d. Simulasi Program Epanet 2.0.
Pada dasarnya metode perhitungan perhitungan tersebut di atas mendasarkan
pada hukum hidrolika dan criteria teknik, sebagai berikut :

1. RUMUS DASAR PERHITUNGAN POMPA


a. Pengertian Massa, Berat/jenis, Gaya, Daya dan Energi/Usaha

1) Massa yang disimbulkan dengan “m” adalah salah satu besaran pokok
yang menyatakan kuantitas zat yang dikandungnya, dengan besaran
“kilogram”. Besaran pokok yang lainnya adalah Panjang, dengan
satuan “meter”, waktu dengan satuan “sekon” dan suhu dengan
satuan “derajat Celsius” yang disimbulkan dengan “⁰C” .
Untuk menyatakan Satuan yang lebih besar atau lebih kecil dari
besaran pokoknya, disepakati symbol satuan sebagai berikut .

Nama Satuan Kode/Simbol Arti/Nilai


Tera T 1012
Giga G 109
Mega M 106
kilo k 103
hekto h 102
deka da 101
desi d 10-1
centi c 10-2
mili m 10-3
mikro μ 10-6
nano n 10-9
piko p 10-12
femko f 10-15
atto a 10-18
Dikutip dari ENERGI GELOMBANG DAN MEDAN - DEPDIKBUD -1979

2) Volume yang disimbulkan dengan “V” adalah besaran turunan yang


menyatakan besar/isi suatu benda yang diukur dengan satuan “meter
kubik”.

4
Massa jenis yang disimbulkan dengan “ρ” adalah perbandingan
antara massa dengan volume suatu benda .

Rumus :
𝒎
𝝆=
𝑽
ρ = massa jenis (kg/m3)
m = massa (kg)
V = volume (m3)

3) Kecepatan yang disimbulkan dengan “v” adalah perbandingan antara


panjang atau jarak dengan waktu yang ditempuh .

Rumus :
𝑳
𝒗=
𝒕
v = kecepatan (m/s)
L = panjanga (m)
t = waktu (s)

4) Percepatan yang disimbulkan dengan “a” adalah perbandingan antara


kecepatan dengan waktu .

Rumus :
𝒗
𝒂=
𝒕
a = percepatan (m/s2)
v = kecepatan (m/s)
t = waktu (s)

Percepatan yang ditimbulkan oleh gaya tarik bumi disimbulkan “g”


disebut sebagai “percepatan gravitasi bumi” yang biasanya dalam
perhitungan dinilai 9,81 m/s2.

5) Gaya yang disimbulkan dengan “F” adalah perkalian antara massa


dengan percepatan .

Rumus :
𝑭 = 𝒎 (𝒂)
F = gaya (kg. m/s2 = Newton)

5
m = massa (kg)
a = percepatan (m/s2)

Gaya yang disebabkan oleh gaya tarik bumi yang disimbulkan “w”
disebut sebagai “gaya berat” adalah perkalian antara massa dengan
percepatan gravitasi bumi .

6) Berat Jenis yang disimbulkan dengan “γ” adalah perbandingan antara


Gaya Berat dengan Volume .

Rumus :
𝒘
𝜸=
𝑽
γ = massa jenis (N/m3)
w = berat (N)
V = volume (m3)

7) Usaha yang disimbulkan dengan “W” adalah perkalian antara Gaya


dengan jarak yang ditempuh .

Rumus :
𝑾 = 𝑭 (𝒔)
W = usaha (N.m = Joule)
F = gaya (N)
s = jarak (m)

8) Energi yang disimbulkan dengan “E” adalah bentuk yang setara


dengan usaha . Satuan energy yang lain adalah kalori .
9) Momen yang disimbulkan dengan “T” adalah perkalian antara gaya
dengan panjang lengan gaya , mempunyai satuan yang sama dengan
usaha .
10) Daya yang disimbulkan dengan “P” adalah perbandingan antara
usaha dengan waktu .

Rumus :
𝑾
𝑷=
𝒕
P = daya (N.m/s = watt)
W = Usaha (N.m), satuan usaha yang lain adalah

6
watt.sekon yang kemudian diturunkan
menjadi Kwh
(1 kwh = 36 x 105 Joule) .
t = waktu (s)
Catatan :

Satuan daya yang lain, adalah :


1 HP (Horse Power-Inggris) = 746 watt
= 1,014 PK (Paardenkracht-Belanda) .
1 PS (Pferdestarke-German) = 735,5 watt = 0,7355 kw = 0,98632 HP
1 Tenaga Kuda (TK) = 736 watt .

b. Hukum Bernoulli (Hukum Kekekalan Energi)

Hukum bernoulli adalah salah satu cara perhitungan aliran zat cair
tertutup (dalam pipa) , dengan kaidah : bahwa dalam setiap
proses/kegiatan, “ Energi awal sama dengan Energi akhir” , artinya
bahwa tidak ada energy yang hilang . Yang ada adalah berubahnya suatu
bentuk energy , misalnya perubahan bentuk energy menjadi panas,
cahaya, suara, dll.

Rumus Dasar Bernoulli :

Energi Potensial + Energi Kinetik + Tekanan = nilainya konstan

1) Energi Potensial : adalah energi yang nilainya didasarkan pada


perubahan tinggi tempat suatu benda .

Rumus :
𝑬𝒑 = (𝒎)(𝒈)(𝒉)

Ep = Energi Potensial (Joule)


m = Massa (kg)
g = Percepatan gravitasi bumi (m/s2)
h = Tinggi letak benda (m)
Catatan :
Energi = Usaha = Gaya x jarak perpindahan .
Gaya = Massa x Percepatan
Satuan Gaya = kg x m/s2 = N
Satuan Energi = kg x m/s2 x m = J

2) Energi Kinetik : adalah energy yang nilainya didasarkan pada


perubahan kecepatan suatu benda .

Rumus :

7
𝑬𝒌 = (½)(𝒎)(𝒗𝟐 )
Ek = Energi Kinetik (Joule)
m = Massa (kg)
v = Kecepatan (m/s)

Catatan :

F=mxa
F = Gaya (N)
m = Massa (kg)
a = Percepatan (m/s2)
E=U=Fxa
1 kg.m/s2 = Newton
1 N.m = kg.m/s2. m = kg.m2/s2= Joule

3) Energi Tekanan : adalah energy yang nilainya didasarkan pada


perubahan tekanan yang bekerja di suatu titik (sering disebut sebagai
“Tekanan” saja) .

Rumus :
𝑭
𝒑=
𝑨

p = Energi Tekanan (N/m2)


F = Gaya (N)
A = Luas (m2)
Catatan :

Satuan tekanan yang sering disebut antara lain : Atm, Bar, cmHg,
kg/cm2, mka, dll .

8
Energi Tekanan Statis
Kinetik
(Ek1) Energi Grade Hilang
Line (EGL) Tekanan
Tekanan (∑hl)
di 1 Hidroulic Grade

ha = pa/γ
(p1/γ) Line (HGL) Energi
1 Kinetik
V1 (Ek2)
a Sisa
Tekan
2 (p2/γ)
Tinggi 1 V2
(Z1) Tinggi a
Tinggi 2
(Za)
(Z2)
Garis Acuan/datum

GAMBARAN NILAI ENERGI POTENSIAL, KINETIK DAN TEKANAN

Berdasarkan rumus-rumus tersebut di atas, maka Hukum Bernoulli dapat


dituliskan : Ep + Ek + p = konstan, atau 𝐸𝑝1 + 𝐸𝑘1 + 𝑝1 = 𝐸𝑝2 + 𝐸𝑘2 + 𝑝2 . Pada
kenyataannya dalam proses terdapat kehilangan energy, yang di dalam istilah
hidroulika disebut sebagai kehilangan “head” .

Apabila rumus tersebut di tuliskan secara utuh, maka :

Rumus :
𝑬𝒑𝟏 + 𝑬𝒌𝟏 + 𝒑𝟏 = 𝑬𝒑𝟐 + 𝑬𝒌𝟐 + 𝒑𝟐 + ∑𝒉𝒍

∑hl = jumlah kehilangan energy di dalam proses .

Bentuk satuan dari masing-masing energy masih belum sama (seragam), oleh
sebab itu maka dilakukan penyesuaian, dengan menyamakan satuan dalam
bentuk “meter kolom air = m “ yaitu membagi komponen energy dengan
gaya berat = (m x g) dan tekanan dengan berat jenis, sebagai berikut :

o Energi potensial, dengan membagi Energi terhadap gaya berat-nya,


sehingga:
(𝒎)(𝒈)(𝒉)
(𝒎)(𝒈)
= (𝒉) , satuan (kg x m/s2 x m) : (kg x m/s2) = “meter” .
o Energi kinetic, sebagaimana energy potensial, sehingga :
(½)(𝒎)(𝒗𝟐 ) 𝒗𝟐
(𝒎)(𝒈)
= (𝟐𝒈) , satuan (kg x m2/s2) : (kg x m/s2) = “meter” .

9
o Energi Tekanan, sebagaimana energy potensial, sehingga :
𝒑 𝒑
(𝝆)(𝒈)
= (𝜸), satuan (N/m2) : (N/m3) = “meter” .

Pengertian Meter Kolom Air .


Percobaan Torricelli pada tabung kaca sepanjang 100 cm yang diisi Air Raksa,
ketika dibalik dengan bagian terbuka berada pada bejana yang juga berisi Air
Raksa, pada permukaan air laut ternyata tinggi Air Raksa hanya menunjukkan
nilai 76 cm . Nilai tersebut sebenarnya setara dengan tekanan udara
(atmosfir) di atas bejana sebesar pa = ρHg (h)(g) .
Tekanan Hidrostatis di Titik A seimbang
antara Tekanan Atmosfir Pa (yg
menekan Air Raksa pada bejana)
dengan tekanan yg disebabkan oleh Air
Raksa setinggi 76 cm di dalam tabung .
1 Atm = ρHg (g)(hHg)
= 13.600 kg/m3 (9,81 m/s2)
(76/100cm)
= 101.396,16 N/m2 .
h = 100 cm 1 N/m2 = 1 Pascal .
Apabila Hg diganti Air (H2O), maka
Pa hHg = 76 cm berlaku :
1 Atm = 101.396,16 N/m2 = ρH2O (g)
(hH2O) atau
101.396,16 N/m2 = 1.000 kg/m3
(9,81m/s2) (hH2O).
A hH2O = 101.396,16/9.810
= 10,336 m .
γ Hg = 13.600 kg/m3 Selanjutnya dalam literatur sering
disebut :
1 atm = 101.325 N/m2 =
= 101,325 kPa
= 10,34 mka

Apabila nilai masa jenis Air Raksa = ρHg = 13.600 kg/m3 dan percepatan
gravitasi bumi = g = 9,81 m/s2, maka nilai pa =
(13.600kg/m3)(76/100m)(9,81m/s2) = 101.396,2 N/m3 .
Analog dengan dasar perhitungan tersebut apabila tabung Toricelli tersebut
diisi dengan air yang mempunyai nilai ρH2O = 1.000 kg/m3, maka nilai pa =
101.396,2 N/m3 .= (1.000kg/m3)(x)(9,81m/s2), atau x = 10,3 m . Atau dengan
kata lain 1 mka = 10 m

Konversi Nilai Tekanan yang lain, sebagaimana tabel di bawah ini :

TABEL KONVERSI TEKANAN

Satuan Pascal BAR Meter Atmosfir Atmosfir Pound per


Kolom Air (Teknik) (Fisika) square inch
Pa(N/m2) Bar mWc (mka) at (kP/cm2) atm Psi (lb/in2)

10
1 Pa 1 10-5 1,020 .10-4 1,020 .10-5 9,869 10-4 1,450. 10-4
1 Bar 10 5 1 10,20 1,020 0,9869 14,50
1 mka 9.806,7 0,098 1 0,1 0,0967 1,422
1 at 98.067 0,9807 10 1 0,9678 14,22
1 atm 101.325 1,013 10,33 1,033 1 14,70
1 psi 6.895 0,0689 0,7031 0,0703 0,068 1
Dikutip dari GRUNDFOS PUMP HANDBOOK -2000

TABEL
Tekanan Atmosfir ( 1 mka = g.103 )
TINGGI TEMPAT TEKANAN ATMOSFIR (Pa)
( m ) dpl ( mka ) ( N/m2)
0 10,33 101.337,3
100 10,21 100.160,10
200 10,09 98.982,90
300 9,97 97.805,70
400 9,85 96.628,50
500 9,73 95.451,30
600 9,62 94.372,2
800 9,39 92.115,90
1.000 9,16 89.859,60

Dikutip dari POMPA DAN KOMPRESOR -SULARSO -2000

c. Rumus Perhitungan Nilai Head Total Pompa

Prinsip kerja Sistem Pompa adalah memindahkan zat cair dari satu
tempat (elevasi awal) ke tempat lainnya (elevasi sasaran) .
Elevasi awal digambarkan sebagai Tadah Isap, yang di lapangan
diwujudkan dalam bentuk sumuran, intake, reservoir atau sumur . Pada
posisi ini dianggap elevasi (h1) dan kecepatannya (v1) berharga “nol”
sedang tekanan yang berlaku adalah tekanan atmosfir = pa1 .
Elevasi sasaran digambarkan sebagai Tadah Tekan, yang di lapangan
diwujudkan dalam bentuk reservoir, bak pengumpul, atau pipa pancur
pada kran pelayanan . Pada posisi ini dianggap elevasi = h2, kecepatan = v2
dan tekanan = pa2 . Seringkali nilai pa1 dianggap = pa2, karena selisihnya
relatip kecil .
Elevasi pompa pada umumnya diposisikan di atas tadah isap, sejajar
tadah isap, di bawah tadah isap atau bahkan dapat di dalam tadah isap .
Beda elevasi antara zat cair pada tadah isap sampai pusat pompa disebut
sebagai head isap (suction) (=hs), beda elevasi antara pompa dengan
elevasi zat cair pada tadah tekan (atau elevasi pipa tertinggi) disebut

11
sebagai head tekan (discharge)(=hd) , sedang jarak total antara elevasi
zat cair pada tadah isap ke elevasi zat cair (pipa tertinggi), disebut sebagai
head total statis (=ht) .
Pada umumnya nilai : ht = hs + ht . Nilai “ht” adalah besar energy yang
dipergunakan untuk melawan sifat gravitasi bumi, agar zat cair dapat
berpindah tempat dari titik 1 (elevasi awal) ke titik 2 (elevasi sasaran) .
Apabila posisi tadah isap berada di atas pompa, maka nilai : ht = hd – hs .

Tekanan
Atmosfir

Elevasi
sasaran

Tekanan Elevasi Head


Atmosfir Pompa Tekan
(= hd)
Head
Total
Tadah Tekan Head
Statis
(= Discharge) Isap
(= ht) POMPA
(= hs)

Elevasi
Awal
Tadah Isap
(= Suction)

GAMBARAN SISTEM POMPA

Perhitungan Head Total Sistem Pompa digambarkan sebagai kenaikan energy


karena perlawanan terhadap sifat gravitasi bumi setinggi head total statis
(=ht), perlawanan terhadap sifat statis zat cair sebesar energy kinetis (=Ek)
dan perlawanan terhadap total kehilangan head akibat turbulensi zat cair
pada accessories (=∑hm), serta kehilangan head akibat gesekan antara zat
cair dengan bagian dalam dinding pipa (=∑hf) . Jumlah antara nilai kehilangan
head oleh pipa dan accessories , ∑Hl = ∑hm + ∑hf .
Dengan mempergunakan rumus Bernoulli tersebut, maka nilai Head Total
Pompa dapat dirumuskan sebagai berikut :

Rumus :
𝟐
𝒗𝟐 𝟐 − 𝒗𝟏 𝒑𝟐 − 𝒑𝟏
𝑯𝑷 = ( ) + ( ) + (𝒉𝟐 − 𝒉𝟏 ) + 𝜮𝑯𝒍
𝟐𝒈 𝜸

𝟐 Selisih antara kecepatan awal dan sasaran


𝒗𝟐 𝟐 − 𝒗𝟏
( ) = selisih Energy Kinetic .
𝟐𝒈

12
𝒑𝟐 − 𝒑𝟏 Selisih antara tekanan awal dan sasaran
( )
𝜸 = selisih Energy Tekanan .
(𝒉𝟐 − 𝒉𝟏 ) Selisih antara elevasi awal dan sasaran
= selisih Energy Potensial
𝜮𝑯𝒍 Jumlah seluruh nilai Kehilangan
Tekanan pd jaringan .

Apabila pompa berlaku sebagai Boster, maka nilai v1 diperhitungkan sebagai


kecepatan aliran zat cair awal, namun apabila bukan sebagai boster, maka
nilai v1 adalah “nol” , sehingga persamaan berubah menjadi :

Rumus :
𝟐
𝒗𝟐
𝑯𝑷 = ( ) + (𝒉𝒕) + 𝜮𝑯𝒍
𝟐𝒈
Hp = Head Total Pompa ( m )
𝒗𝟐 𝟐
( 𝟐𝒈 ) = Energi Kinetik zat cair pada pipa menjelang masuk ke
dalam tadah tekan ( m )
∑Hl = hms + hfs + hmd + hfd = Jumlah total kehilangan
head pada jalur pipa zat cair ( m ) .

p2
Ek2
Elevasi
hf2 sasaran

hm2

Elevasi
p1 hd
Pompa
HP
ht
Tadah Tekan
POMPA hs

Elevasi hm1
Awal
hf1
Tadah Isap
Ek1

GAMBARAN SISTEM POMPA

Dalam hal ini :

13
o Karena nilai P1 = P2 = Tekanan Atmosfir setempat (yang nilainya relatip
𝑝2 −𝑝1
sama), maka nilai ( ) menjadi = 0 .
𝛾
o Karena selisih antara h2 dan h1 = selisih tinggi antara elevasi awal dan
elevasi sasaran zat cair = ht = hs + hd , maka nilai
𝑣2 2
𝐻𝑃 = ( ) + 0 + ℎ𝑡 + 𝛴𝐻𝑙 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 𝑑𝑖𝑡𝑢𝑙𝑖𝑠 𝐻𝑃
2𝑔
= 𝐸𝑘2 + ℎ𝑡 + 𝛴𝐻𝑙
o Nilai 𝛴𝐻𝑙 , terdiri dari : Σhls + Σhld
Σhls = hms + hfs = Jumlah kehilangan tekanan pada jaringan Isap
(suction)
Σhld = Jhmd + hfd = umlah kehilangan tekanan pada jaringan tekan
(discharge)
o Adapun tiap jaringan Isap (suction) maupun Tekan (discharge) , terdiri
dari : hf dan hm

1) Rumus Hazen Williams

Sebenarnya rumus ini dapat diberlakukan untuk perhitungan aliran


zat cair yang mengalir di permukaan maupun dalam pipa, namun lebih
sering dipergunakan dalam perhitungan hidrolika zat cair dalam pipa .

Rumus :
𝑸 = 𝟎, 𝟐𝟕𝟖𝟓 (𝑪)(𝑫𝟐,𝟔𝟑 )(𝑺𝟎,𝟓𝟒 )
Q = kapasitas aliran zat cair = debit aliran (m3/s)
C = kosntanta nilai kehilangan tekanan dalam pipa
D = diameter nominal pipa (m)

S = sloof = perbandingan antara 𝐿𝑓
𝒉𝒇 = nilai kehilangan tekanan gesek (friksi) antara zat cair
dengan dinding pipa (m), disebut sebagai Major Losses
( = Kehilangan Tekanan pada Pipa Lurus )
L = panjang pipa (m)

Dari Rumus di atas dapat diubah sesuai kebutuhan, sehingga menjadi


bentuk :

14
Nilai Konstanta Hazen Williams untuk beberapa literature tidak tepat
sama, namun sebagai acuan, sebagaimana di bawah ini :

TABEL NILAI KOEFISIEN KEHILANGAN TEKANAN DALAM PIPA

Nilai CHW
No. Jenis / Bahan Pipa Batas Batas
Atas Bawah
1 Asbestos Cement Pipe (ACP) 140 80
2 Polyvinyl Cloride/Polyethiline Pipe (PVC/PE) 150 140
3 Ductile/Cement Iron Pipe (DCIP) 150 80
4 Steel Pipe (SP) 120 110
5 Galvanished Iron Pipe (GIP) 140 130
6 Concreet Pipe (Pipa Beton) 130 80

2) Rumus Darcy Weishbach

Rumus Darcy-Weisbach dapat dipergunakan sebagai alternatip rumus


Hazen-Williams, khususnya dalam perhitungan nilai kehilangan
tekanan (head loss) yang terjadi pada aliran tertutup (jaringan pipa) .

Rumus :
𝑳 𝒗𝟐
𝒉𝒇 = 𝒇 ( )
𝑫 𝟐𝒈

𝒗𝟐
(𝟐𝒈) = energy kinetic aliran (m)
v = kecepatan aliran (m/s)
D = diameter nominal pipa (m)
g = percepatan gravitasi bumi (m/s2)
𝒉𝒇 = nilai kehilangan tekanan gesek (friksi) antara
zat cair dengan dinding pipa (m)
L = panjang pipa (m)
f = koefisien Darcy = nilai factor gesek (nilainya
masih diperhitungkan dan pembacaan
Moody Diagram .

15
Pada perhitungan ini diperlukan nilai :

ε = angka kekasaran (m)


ε/D = kekasaran relatif pipa
𝑣𝐷𝜌
NRe = nilai Bilangan Reynold = 𝜇
v = kecepatan aliran zat cair dalam pipa (m/s)
D = diameter nominal pipa (m)
ρ = massa jenis zat cair (kg/m3)
μ = viskositas absolud zat cair (kg/m/s) = ρ(ỳ)
ỳ = viskositas kinematik (m2/s)

Contoh Perhitungan :

Hitunglah kehilangan tekanan pada pipa berdiameter 500 mm,


sepanjang 1.000 m yang dialiri air dengan debit 500 l/s, dengan
menggunakan :

o Rumus Darcy Weisbach, jika diketahui nilai ε = 0,3 mm dan ν =


0,864 x 10-6 m2/s .

o Rumus Hazen Williams, jika diketahui nilai C = 120

Jawaban :

o Dengan Metoda Darcy Weisbach :

4(𝑄) 4(500⁄1000)
Mencari kecepatan aliran : 𝑣 = = 500 2
=2,5478 m/s
𝜋𝐷 2 3,14( )
1000

𝑣(𝐷) 2,5478(500⁄1000)
Mencari nilai NRe : 𝑁𝑅𝑒 = = = 1.474.404
𝜈 0,864 (10−6 )

∈ 0,3
Mencari nilai Kekasaran Relatif : 𝐷 =500 = 0,0006

Mencari nilai factor gesekan dengan pembacaan Moody-


diagram, diperoleh f = 0,018

𝑳 𝒗𝟐
Menghitung Kehilangan Tekanan : 𝒉𝒇 = 𝒇 𝑫 (𝟐𝒈) =
(2,5478) 2
(0,018)(1.000⁄500 )( 2(9,81) )= 11,9106 m
1000

o Dengan Metoda Hazen Williams :

16
Menghitung Kehilangan Tekanan : ℎ𝑓 =
𝑄 1,8519
(0,2785(𝐶)𝐷2,63 ) (L)
500 1,8519
1000
= ( 500 2,63
) (1.000) =12,2006 m
0,2785(120)( )
1000

MOODY DIAGRAM

Dikutip dari HIDROLIKA TEKNIK PENYEHATAN DAN LINGKUNGAN ITS -1994

Hubungan antara nilai : ρ, ỳ, dan μ bergantung pada suhu, sebagaimana tabel di


bawah ini .

Rumus :

17
𝝁
𝜸=
𝝆

TABEL HARGA VISKOSITAS DAN DENSITAS AIR

Suhu Densitas (ρ) Viskositas Absolut (μ) Viskositas Kinematik (ν)


(⁰C) (gr/cm3) (kg/m3) (gr/cm/s) (kg/m/s) (cm2/s) (m2/s)
0 0,99987 999,87 1,7921 x10-2 1,7921 x10-3 1,7923 x10-2 1,7923 x10-6
2 0,99997 999,97 1,6740 x10-2 1,6740 x10-3 1,6741 x10-2 1,6741 x10-6
4 1,00000 1.000,00 1,5676 x10-2 1,5676 x10-3 1,5676 x10-2 1,5676 x10-6
6 0,99997 999,97 1,4726 x10-2 1,4726 x10-3 1,4726 x10-2 1,4726 x10-6
8 0,99988 999,88 1,3872 x10-2 1,3872 x10-3 1,3874 x10-2 1,3874 x10-6
10 0,99973 999,73 1,3097 x10-2 1,3097 x10-3 1,3101 x10-2 1,3101 x10-6
12 0,99952 999,52 1,2390 x10-2 1,2390 x10-3 1,2396 x10-2 1,2396 x10-6
14 0,99927 999,27 1,1718 x10-2 1,1718 x10-3 1,1756 x10-2 1,1756 x10-6
16 0,99897 998,97 1,1156 x10-2 1,1156 x10-3 1,1168 x10-2 1,1168 x10-6
18 0,99862 998,62 1,0603 x10-2 1,0603 x10-3 1,0618 x10-2 1,0618 x10-6
20 0,99823 998,23 1,0087 x10-2 1,0087 x10-3 1,0105 x10-2 1,0105 x10-6
22 0,99780 997,80 0,9608 x10-2 0,9608 x10-3 0,9629 x10-2 0,9629 x10-6
24 0,99733 997,33 0,9161 x10-2 0,9161 x10-3 0,9186 x10-2 0,9186 x10-6
26 0,99681 996,81 0,8746 x10-2 0,8746 x10-3 0,8774 x10-2 0,8774 x10-6
28 0,99626 996,26 0,8363 x10-2 0,8363 x10-3 0,8394 x10-2 0,8394 x10-6
30 0,99568 995,68 0,8004 x10-2 0,8004 x10-3 0,8039 x10-2 0,8039 x10-6

Dikutip dari HIDROLIKA TEKNIK PENYEHATAN DAN LINGKUNGAN ITS -1994


CATATAN :
1. 1 gr/cm3 = 103 kg/m3
2. 1 gr/cm/s = 10-1 kg/m/s
3. 1 cm2/s = 10-4 m2/s

3) Rumus Kehilangan Tekanan pada Acessories (Minor Losses)

18
Rumus ini disebut sebagai instrument untuk menghitung Minor
Losses, yaitu kehilangan yang disebabkan oleh letak accessories dan
valve pada jaringan pipa . Disebut “minor” karena nilai hasil
perhitungan biasanya jauh lebih kecil dibanding dengan hasil
perhitungan major losses pada pipa lurus .
Acessories dimaksud antara lain :
a) Belokan (bend, knee, boch, dll),
b) Pencabangan (Tee, Why, Cross, dll),
c) Pengecilan/pembesaran pipa (Reducer, Enlarger, Expancer, dll),
d) Celah (orifice),
e) Katup (valve),
f) Meter Air,
g) Dll.

Rumus :
𝒗𝟐
𝒉𝒎 = 𝑲
𝟐𝒈

Karena :
𝒗𝟐
= 𝑬𝒌
𝟐𝒈

maka
𝒉𝒎 = 𝑲 𝑬𝒌

hm = kehilangan tekanan monor (m)


Ek = Energi Kinetik (m)
v = kecepatan aliran zat cair (m/s)
g = percepatan gravitasi bumi (m/s2)
K = konstanta kehilangan tekanan pada accessories, yang
nilainya diperoleh secara empiris (percobaan) .

Sebagaimana nilai C (=konstanta Hazen Williams), besaran “K”


beberapa accessories nilai dan rumus perolehannya sering ditulis
berbeda antara satu literature dengan yang lainnya .

Berikut beberapa contoh nilai “K”dan rum

19
us perhitungan nilai-nya untuk berbagai accessories .

CONTOH NILAI “K” BEND

R/D 1 1,5 2 3

22,5 O 0,11 0,10 0,09 0,08

45 O 0,19 0,17 0,16 0,15

90 O 0,33 0,29 0,27 0,26

Dikutip dari HIDROLIKA TEKNIK PENYEHATAN DAN LINGKUNGAN ITS -1994

CONTOH NILAI “K” REDUCER


A. Pengecilan Pipa B. Pembesaran Pipa

D θ° d d θ° D

Untuk s < 45o , nilai Untuk s < 45o , nilai

Untuk 45o< s < 180o , nilai Untuk 45o< s < 180o , nilai

Dikutip dari MECHANICAL DESIGN OF PROCESS SYSTEMS-KEITH ESCOE-1986

20
CONTOH NILAI “K” VALVE

dn 100 150 200 250 300 400 500


JENIS
VALVE mm mm mm mm mm mm mm
Gate
Valve
0,14 0,12 0,10 0,09 0,07 0 0
Butterfly
0,60 s/d 0,16
Valve

Swing
1,44 1,39 1,20 1,15 1,10 1 0,98
Check
Valve
Spring
7,30 6,6 5,9 5,30 4,6 4,6 4,60
Check
Valve
Foot
Valve
1,97 1,91 1,84 1,78 1,72 1,72 1,72
with
Straner

Dikutip dari POMPA DAN KOMPRESOR -SULARSO -2000

4) Rumus Kontinuitas Aliran

Zat cair yang mengalir melalui pipa (saluran tertutup) dengan ukuran
diameter sama atau berbeda, akan mempunyai nilai debit yang sama
(= kontinyu) .

v1 v2
D1 A1 A2 D2

Q1 = Q2

Q = v (A)

𝜋𝐷2
A= 4

𝜋𝐷2 𝜋(𝑣)𝐷2
Q=v( )=
4 4

𝜋(𝑣1 )𝐷1 2 𝜋(𝑣2 )𝐷2 2


=
4 4
Pernyataan tersebut dinyatakan dengan rumus :

(𝑣1 )𝐷1 2 = (𝑣2 )𝐷2 2

Rumus : Rumus :

21
𝝅𝑫𝟐 𝟒(𝑸)
𝑸 = 𝒗( ) 𝒗=
𝟒 𝝅𝑫𝟐

Q = debit aliran konstan (m3/s)


v = kecepatan aliran (m/s) , berbeda untuk tiap diameter
pipa .
D = diameter nominal pipa (m)
π = konstanta = 22/7 = 3,14
Perpaduan antara Rumus Kontinuitas Aliran dengan Head Kecepatan
(energy kinetic) aliran :

𝟒(𝑸)
𝒗=
𝝅𝑫𝟐

𝒗𝟐
𝑬𝒌 =
𝟐𝒈

Rumus :
𝟎, 𝟐𝟖𝟕𝟔 𝐐 𝟐
𝑬𝒌 = ( )
𝑫𝟐

Beberapa konversi Debit aliran zat cair :

m3/s m3/h l/s GPM (UK) GPM (US)


3
m /s 1 3.600 1.000 1.320 15.651
m3/h 2,778 x10-4 1 0,2778 3,667 4,403
l/s 10-3 3,6 1 13,2 15,85
GPM (UK) 7,577 x10-5 0,02728 0,07577 1 1,201
GPM (US) 6,309 x10-5 0,02271 0,06309 0,8327 1

Dikutip dari GRUNDFOS PUMP HANDBOOK -2000

2. TAHAPAN PERENCANAAN SYSTEM POMPA


Dalam perencanaan system pompa secara manual, ada tahapan, criteria dan
rumus/hukum hidrolika sederhana yang dapat dimanfaatkan . Adapun
tahapan perencanaan dapat dilaksanakan sebagai berikut :

a. Pahami apa maksud dan tujuan pemasangan system pompa .


Penggunaan system pompa pada umumnya adalah untuk melawan sifat
gravitasi bumi, yaitu memaksa benda yang di bawah agar naik ke atas
secara machinal .
Namun kenyataannya beberapa penggunaan pompa mempunyai maksud
tertentu, antara lain :
1) Menaikkan zat cair dari elevasi rendah ke elevasi yang lebih tinggi

22
2) Menambah tekanan zat cair untuk keperluan mengangkat beban
(kempa), hiasan (air mancur), agar menjangkau tujuan yang lebih jauh
(pemadam kebakaran), pengabutan bahan bakar (pembakaran), dll.
3) Mengalirkan zat cair agar terjadi pergantian suhu
(radiator/pelumasan), nutrisi (jantung buatan), sifat aliran yang
konstan (dosing) , dll.
Maksud yang berbeda akan menentukan jenis pompa yang berbeda pula .
Pompa Dosing tidak layak dipergunakan untuk mengangkat air dari sumur
dalam, apalagi untuk mengalirkan darah ke tubuh mahluk hidup .

Gambar A.1.1: Jenis Pompa

b. Kenali zat alir apa yang akan dipompa .


Zat cair mempunyai sifat-sifat fisik , kimiawi dan pada kondisi tertentu
perlu ada proteksi terhadap bahaya dan hygiene/kesehatannya .
Sifat Fisik zat cair, antara lain :
 Suhu
 Viskositas
 Massa jenis
 Kandungan zat padat terlarut
 Warna serta rasa
Sifat Kimiawi zat cair, antara lain :
o Korosif/reaktif terhadap logam atau bahan lain

23
o Eksplosive
o Kesadahan
o Derajat keasaman
o Karsiogenic/racun
Sifat lain yang perlu mendapat perhatian khusus, antara lain :
 Pengaliran obat-obatan, makanan & minuman (higienis)
 Bahan Bakar (bahaya)
 Aliran darah (kesehatan dan ketelitian)
Jenis pompa dan system yang dipilih tentu akan berbeda satu dengan
yang lain, agar diperoleh nilai kinerja yang sesuai .

c. Ketahui dari mana zat alir diperoleh dan berapa kebutuhan system .
Untuk memperoleh gambaran tentang nilai kapasitas dan head yang
diperlukan system pompa, diperlukan data asal zat cair yang akan
dipompa .
Data tersebut meliputi :
o Berapa elevasi zat cair saat mencapai ketinggian maksimal (HWL),
atau minimal (LWL) (fluktuasi) .
o Dalam operasi apakah diperlukan sensor pengendali level zat cair atau
tidak .
o Kapasitas zat cair yang akan dipompa apakah memperoleh
rekomendasi pengembilan dengan debit perencanaan bebas atau ada
nilai pembatasan tertentu .
o Apa telah tersedia Tadah Isap yang memenuhi criteria teknis atau
diperlukan pembangunan baru .
o Apakah telah ditentukan kebutuhan kapasitas pengaliran zat cair atau
diperlukan perhitungan kebutuhan sesuai dengan target pelayanan .
o Pengambilan zat cair dilakukan dengan positive atau negative suction
.

d. Ketahui ke mana zat alir akan dibawa .


Head Total Pompa sangat dipengaruhi oleh berapa tinggi zat cair akan
dinaikkan . Dengan kata lain dari mana dan akan dibawa kemana zat cair
tersebut . Oleh sebab itu maka apabila telah diketahui Elevasi tadah Isap,
maka diperlukan juga data elevasi tadah Tekannya.
Data Tadah Tekan, antara lain :
 Berapa elevasi zat cair di tadah tekan .
 Apakah ada flutuasi dalam operasi Tadah Tekan (reservoir) .

24
 Pertimbangan arah masuk zat cair dari jaringan lebih tepat dari atas,
samping atau bawah .
 Dalam Tadah Tekan apakah terjadi peristiwa kimiawi (pengolahan) .
 Input zat cair ke tadah tekan bersifat konstan atau intermiten .
 Sisa Tekan pada titik sasaran apakah diperlukan criteria nilai atau
tidak (boster) .
 Ketahui fungsi pompa, apakah sebagai pompa penyalur, boster atau
dosing .

e. Ketahui dimana pompa akan diletakkan .


Posisi pompa dalam system akan berpengaruh terhadap keawetan system
. Perlu diperhatikan bahwa, posisi pompa yang menghasilkan nilai NPSH
Available sama dengan nilai NPSH Requirement saja dapat menghasilkan
peristiwa kavitasi .
Hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan letak pompa, antara lain :
o Dalam perhitungan, NPSH Available harus lebih besar dari nilai NPSH
Requirement .
o System Pompa dapat dijangkau oleh sumber Penggerak Mula .
o Pada hakekatnya System Pompa perlu dijaga oleh operator sepanjang
operasinya .
o System pompa harus terbebas dari bahaya banjir, kerusuhan orang
maupun hewan dan keberadaannya tidak mengganggu utilitas umum
.
o Hindari letak intake pada tikungan aliran sungai .
o Instalasi kelistrikan (Panel) harus terletak pada posisi aman dari
jangkauan umum atau binatang .

f. Ketahui kondisi dan situasi jaringan pipa pembawa zat alir dari asal ke
tujuan .
Diameter dan jenis pipa dipilih berdasarkan kondisi jalur pembawa zat
cair . Hal yang menentukan ukuran dan jenis pipa, antara ;lain :
 Jenis zat cair yang akan dialirkan .
 Medan pemasangan jaringan (berlumpur, padat lalu lintas,
perkampungan, dll) perlu mendapatkan perhatian khusus .
 Besar tekanan /head yang akan dihasilkan system pompa .
 Kelengkapan system pengendali , fitting, accessories dan pengaman
jaringan (hydrophore, valve, check valve, BPT, Air valve , jembatan
pipa, dll) perlu direncanakan sedini mungkin, sebagai bahan
perhitungan head loss Minor .

25
 Perlu data panjang dan diameter pipa yang sejenis sebagai dasar
perhitungan head loss Major .
 Elevasi tiap titik/node pada jaringan perlu diinventarisir sebagai bahan
kajian dalam menentukan letak air valve atau kebijakan tapping
jaringan .

g. Ketahui ketersediaan Sumber Penggerak Mula Pompa .


Unsur terpenting dalam perencanaan system adalah ketersediaan
Sumber Daya Penggerak Mula (Prime Mover) . Penggerak Mula dapat
berupa Jaringan Listrik PLN atau penyedia Jasa lainnya atau pengadaan
Generator – Motor (Genset), baik sebagai cadangan atau daya penggerak
utama .
Dalam pemilihan Penggerak Mula yang perlu diperhatikan adalah :
o Nilai Tegangan sampai di lokasi system perlu sesuai dengan yang
dibutuhkan system pompa .
o Fase dan tegangan listrik sesuai harus sesuai dengan kebutuhan fase
dan tegangan Motor Listrik yang dipakai .
o Dilengkapi dengan Panel Listrik yang berisi alat ukur dan sensor
pengendali serta pengamanan system .
o Putaran Penggerak Mula sesuai dengan kebutuhan system hasil
perencanaan .
o Daya Penggerak Mula sesuai dengan hasil perhitungan teknis dan
criteria perencanaan .
o Lebih baik apabila dilengkapi dengan alat pengasut yang sesuai dan
hemat energy, kapasitor bank dan atau inverter .

CONTOH PERHITUNGAN SYSTEM POMPA

26
hd

ht

hs

Gambar C.1.1: Skema Perencanaan System Pompa

1. Penggambaran system pompa dan jaringan pipa .


Penggambaran system pompa yang dimaksudkan untuk :

a. Mengetahui elevasi Tadah Isap


Dalam sketsa/gambar di atas nilai Elevasi Tadah Isap = 600 m dpl .

b. Mengetahui elevasi perletakan Pompa


Dalam sketsa/gambar di atas nilai Elevasi (poros pompa) = 605 m dpl .

c. Mengetahui elevasi Tadah Tekan


Dalam sketsa/gambar di atas nilai Elevasi Tadah Tekan = 650 m dpl
Perbedaan elevasi antara Tadah Isap ke Poros Pompa = hs = 5 m
Perbedaan elevasi antara Tadah Tekan ke Poros Pompa = hd = 45 m
Perbedaan elevasi antara Tadah Isap ke Tadah Tekan = ht = hs + hd = 50 m .

d. Mengetahui dari arah mana jaringan pipa Tekan masuk ke Tadah Tekan
Pada contoh di atas pipa inlet ke Tadah Tekan dari atas, sehingga sebagai
acuan tinggi “hd” adalah letak pipa Tekan teratas .

e. Mengetahui panjang , diameter dan jenis Pipa Isap (ic. Chw) .

27
Pada contoh di atas, panjang pipa Isap Ls = 12 m, diameter pipa Ds = 200 mm
dan Koefisien Hazan Williams Cs =110 .

f. Mengetahui panjang , diameter dan jenis Pipa Tekan (ic. Chw) .


Pada contoh di atas, panjang pipa Tekan terdiri dari dua jenis pipa yang
berbeda nilai koefisien Hazen Williamsnya :
Ld1 = 500 m, diameter pipa Dd1 = 250 mm dan Koefisien Hazen Williams Cd1
=110 .
Ld2 = 1.500 m, diameter pipa Dd2 = 300 mm dan Koefisien Hazen Williams
Cd2 =120

g. Mengetahui jenis accessories apa saja yang akan dipergunakan .

a. Jaringan Suction :
Nama Accessories Jumlah K
Foot valve 1 1,91
Bend 90⁰ 1 0,17
Reducer 1 0,9
Manometer 0 0

Pada jaringan Isap diilustrasikan accessories yang terpasang adalah Foot


Valve, Bend dan Reducer, dengan nilai koefisien kehilangan head “K”
sebagaimana tercantum dalam tabel a .

b. Jaringan Discharge -1 :
Nama Accessories Jumlah K
Reducer 1 0,24
Check valve 1 1,39
Gate Valve 1 0,12
Meter Air 0
Manometer 0
Bend 90⁰ 4 0,17
Bend 45⁰ 0

Pada jaringan Tekan juga diilustrasikan accessories yang terpasang adalah


Check Valve, Gate Valve, Bend dan Reducer, dengan nilai koefisien kehilangan
head “K” sebagaimana tercantum dalam tabel b . Apabila diperlukan dapat
ditambahkan nilai “K” untuk Meter Air dan Manometer . Nilai “K” dimaksud
dapat dilihat pada Literatur atau Brosur Acessories .

c. Jaringan Discharge 2 :

28
Nama Accessories Jumlah K
Bend 90⁰ 3 0,17
Bend 45⁰ 4 0,11
Keluaran Pipa 1 1

Pada Inlet jaringan Tekan ke tadah Tekan diilustrasikan accessories yang


terpasang adalah Pipa Dinding, dengan nilai koefisien kehilangan head “K”
sebagaimana tercantum dalam tabel c .Untuk mengetahui nilai “K”, silahkan
baca Rumus dasar Perhitungan Hidrolis .

Catatan :
Symbol dan gambar yang dipakai adalah kode yang lazim dipergunakan
dalam Perencanaan jaringan Pipa .

2. Perhitungan kapasitas (debit) aliran zat alir yang akan dipompa .


Perhitungan kapasitas aliran dapat dilakukan dengan :
a. Proyeksi kebutuhan sampai tahun perencanaan
Kebutuhan air sampai pada tahun yang direncanakan diperhitungkan
terhadap jumlah penduduk dan cakupan pelayanan sampai tahun
perencanaan tersebut . Ada bermacam metode proyeksi jumlah penduduk .
Satu diantaranya adalah metode Geometri, dengan rumus :

Rumus :

𝑷𝒏 = 𝑷𝟎 (𝟏 + 𝒓)𝒏

Po = Jumlah penduduk pada tahun awal ( jiwa)


Pn = Jumlah penduduk pada akhir tahun perencanaan (jiwa)
r = Nilai pertumbuhan penduduk, yang nilainya diperhitungkan
berdasarkan hasil tabulasi perubahan penduduk minimal 3
tahun terakhir .
n = Selisih antara Tahun awal dengan tahun akhir perencanaan

Langkah selanjutnya ditentukan berapa target pelayanan yang akan dicapai


sampai akhir tahun perencanaan . Target tersebut disesuaikan dengan
prosentase konsumen saat ini dan target pada akhir tahun perencanaan .
Sebagai acuan penggunaan tiap sambungan, dapat pula diambil data DSML
(Data Stand Meter Langganan) atau DRD (Daftar Rekening Ditagih) eksisting .

Berikut ini contoh perhitungan kebutuhan air (kapasitas pompa), dengan cara
memproyeksi jumlah penduduk .

29
PROYEKSI JUMLAH PENDUDUK
Data 1 2 3 4 5 6 7 8 Σr
T 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002
P 9.000 9.150 9.350 9.550 9.660 9.780 9.950 10.678
ΔP 150 200 200 110 120 170 728
r 0,0167 0,0219 0,0214 0,0115 0,0124 0,0174 0,0732 0,1744
r rata2 0,0249

Dengan mempergunakan rumus di atas, Jumlah Penduduk pada tahun


perencanaan dapat dihitung .

P2010 = P2002 (1 + 0,0249)^8 = 13.001 Jiwa

PERHITUNGAN KEBUTUHAN AIR (KAPASITAS AIR)

Jumlah Penduduk 13.001 Jiwa


Tingkat Pelayanan 80 %
Jumlah Penduduk Terlayani 10.401 Jiwa

Komposisi HU 25 %
Jumlah Pelayanan HU untuk 2.600,29 Jiwa
Pengguna HU 100 Jw/HU
Jumlah HU 26,00 Unit
Jumlah HU dibulatkan : 26 Unit
Dg demikian yg Terlayani HU 2.600 Jiwa

Komposisi SR 75 %
Jumlah Pelayanan SR untuk 7.800,88 Jiwa
Pengguna SR 5 Jw/SR
Jumlah SR 1.560,18 Unit
Jumlah SR dibulatkan : 1.560 Unit
Dg demikian yg Terlayani SR 7.800 Jiwa

Konsumsi HU 30 lt/Jw/hr
Kebutuhan Air utk HU = QHU 78.000 lt/hr

30
Konsumsi SR 130 lt/Jw/hr
Kebutuhan Air utk SR = QSR 1.014.000 lt/hr

Kebutuhan Domestik = QDom 1.092.000 lt/hr


Tingkat Kebutuhan
Non Domestik 15 % Qdom
Kebutuhan Non Domestik 163.800 lt/hr

Kebutuhan Pelayanan = Qply 1.255.800 lt/hr

Tingkat Kehilangan Air 20 % Qply


Kehilangan Air = H 251.160
Kebutuhan Rata-rata = Qr 1.506.960 lt/hr = 17,44 lt/s

Faktor Hari Maksimum = fm 1,15 % Qr


Kapasitas Produksi = Transmisi 1.733.004 lt/hr 20,06 lt/s

Faktor Jam Puncak = fp 1,50 % Qr


Kapasitas Distribusi 2.260.440 lt/hr 26,16 lt/s

b. Ditentukan sesuai dengan kebutuhan saat ini


Kadang kala nilai kebutuhan air yang akan dipompa sudah ditentukan,
sebagaimana pada contoh (gambar) di atas , langsung ditentukan nilai Q = 20
liter per sekon .

c. Nilainya berfluktuasi sesuai dengan pola (pattern) yang terjadi .


Apabila system pompa akan dipergunakan sebagai suplay Instalasi
Pengolahan Air (IPA) untuk atau Reservoir Pelayanan yang mempunyai beban
kapasitas tidak konstan, maka perlu dijelaskan kapan menggunakan kapasitas
maksimum dan kapan memerlukan kapasitas minimum .
3. Perhitungan kehilangan Head pada Jaringan Pipa dan Acessoriesnya .
a. Perhitungan Head Loss didasarkan pada Rumus dan Kriteria Teknik yang
berlaku .
b. Perhitungan Head Loss Minor (kehilangan head pada accessories)

31
Apabila jumlah accessories dan nilai tetapan kehilangan tekanan “K”-nya
sudah diketahui, maka hasil perkalian keduanya merupakan jumlah nilai “K”,
atau disimbolkan sebagai “ΣK” .

Perhitungan Head Loss Minor :


a. Jaringan Suction :
Nama Accessories Jumlah K ΣK
Foot valve 1 1,91 1,91
Bend 90⁰ 1 0,17 0,17
Reducer 1 0,9 0,9
Manometer 0 0 0
Σ Ks : 2,98

Nilai Head Loss Minor merupakan perkalian antara jumlah nilai “K” terhadap
nilai Energi Kinetik zat cair yang mengalir pada accessories tersebut .
Energi Kinetik aliran air diperhitungkan terhadap nilai kecepatan aliran yang
melewati pipa yang bersangkutan .

Rumus :
𝒗𝟐
𝑬𝒌 =
𝟐𝒈

Ek = Nilai Energi kinetic (meter)


v = Kecepatan aliran (meter per sekon)
g = Percepatan gravitasi bumi (meter per sekon kwadrat)

Nilai “v” pada rumus tersebut diperoleh dari perhitungan debit dan nilai
diameter pipa yang dilalui. Untuk ketiga jenis diameter pipa yang ada dapat
dihitung kecepatannya dengan rumus, sebagai berikut :

Rumus :
𝟒𝑸
𝒗=
𝝅𝑫𝟐

Q = Debit aliran (meter kubik per sekon)


v = Kecepatan aliran (meter per sekon)
D = Diameter Pipa (meter)

Ds = 200 Mm vs = 0,6369 m/s Eks 0,0207 m


Dd1 = 250 Mm v1 = 0,4076 m/s Ek1 0,0085 m
Dd2 = 300 Mm v2 = 0,2831 m/s Ek2 0,0041 m

32
Dari nilai yang diperoleh, selanjutnya dihitunglah nilai Head Loss Minor
(accessories), sebagai berikut :

Rumus :

𝒉𝒎 = 𝜮𝑲(𝑬𝒌)

hm = Head loss Minor (meter)


ΣK = Jumlah Nilai koefisien kehilangan tekan acessories
Ek = Nilai Energi Kinetik (meter) .

Dari ketiga ukuran pipa, besarnya nilai Head loss Minor Acessories, diperoleh
hasil hitung :

Head Loss Minor Suction : hms = ΣKs (Eks) 0,0616 m


Head Loss Minor Discharge 1 : hmd1 = ΣK1 (Ek1) 0,0206 m
Head Loss Minor Discharge 2 : hmd2 = ΣK2 (Ek2) 0,0080 m
Jumlah Head Loss Minor ∑hm : hms + hmd = 0,0902 m

c. Perhitungan Head Loss Major (kehilangan head dalam pipa)


Nilai Head loss Major diperoleh dari memperhitungkan Head loss yang akan
diserap oleh ketiga jenis dan ukuran pipa Isap dan Tekan .
Dengan mempergunakan rumus umum di bawah ini, diperoleh hasil hitung,
sebagai berikut :

Rumus :
𝟏,𝟖𝟓𝟏𝟗
𝑸
𝒉𝒇 = ( ) 𝑳
𝟎, 𝟐𝟕𝟖𝟓 𝑪 𝑫𝟐,𝟔𝟑

hf = Head loss Major (meter)


Q = Debit Aliran (meter cubic per sekon)
C = Koefisien Hazen Williams (Kekasaran Dinding Pipa)
D = Diameter Nominal Pipa (meter)
L = Panjang Pipa (meter

a. Jaringan Suction :
Q= 0,020 m3/s
Ds = 0,20 M
Ls = 12,0 M
Cs = 110
hfs = 0,0384 m

33
b. Jaringan Discharge1 :
Q= 0,020 m3/s
Dd1 = 0,25 M
Ld1 = 500,0 M
Cd1 = 110
hfd1 = 0,5403 m

c. Jaringan Discharge 2 :
Q= 0,020 m3/s
Dd2 = 0,30 M
Ld2 = 1.500,0 M
Cd2 = 120
hfd2 = 0,5677 m

Jumlah Head Loss Minor ∑hf : hfs + hfd1 + hfd2 = 1,1465 m

d. Apabila ada persyaratan sisa head pada ujung kritis, dapat diamati letak titik
kritisnya .
Persyaratan nilai Sisa Head biasa dipergunakan pada system pompa Boster,
dimana dipersyaratkan Sisa Head pada ujung pelayanan terkritis minimal 10
meter kolom air atau tekanan 1 atmosfir .
Karena pada contoh di atas bukan tipe pompa boster, maka tidak
diperhitungkan sisa head 10 mka pada daerah kritis .

4. Perhitungan Head Total Pompa yang sesuai dengan masa Perencanaan .


Hasil perhitungan Head Pompa sebagaimana kasus di atas antara lain :
a. Perhitungan nilai Head Total Statis (ht = 50 m)

b. Perhitungan Head Loss Total (Σhl = Σhm + Σhf = 0,0902 + 1,1465 = 1,2367 m)

c. Perhitungan Energi Kinetis akhir (saat air akan masuk ke tadah tekan) Ekd2 =
0,041 m .
Dengan operasi penjumlahan unsur-unsur tersebut di atas diperoleh nilai :

Perhitungan Head Pompa :


HP = ht + ∑hl +Ek2 = 51,2407 M

Dengan telah diperolehnya nilai Head Total Pompa ini, maka sudah jelas nilai
Koordinat Kebutuhan Pompa , yaitu :

34
KOORDINAT KEBUTUHAN POMPA :
Q= 0,02 m3/s = 72,00 m3/h
H= 51,2 m

35
Gambar C.4.1: Kurva System, Efesiensi Maksimum, NPSH Requirement dan
Daya Pompa

36
d. Memenuhi nilai Nett Positive Suction Head yang dipersyaratkan .
Meskipun telah diperoleh nilai Koordinat kebutuhan pompa sebagaimana di
atas, tidak serta merta dapat dipilih jenis/seri Pompa, sebelum
diperhitungkan nilai Nett Positive Suction Head yang tersedia dalam system
(NPSH Available), karena kerja pompa belum dapat dinyatakan baik apabila
belum diperoleh nilai NPSH Available lebih besar dari NPSH Requirement .
Nilai NPSH Available diperhitungkan, sebagai berikut :

Rumus :
𝑷𝒂 𝑷𝒗
𝑵𝑷𝑺𝑯𝑨𝒗𝒂𝒊𝒍𝒂𝒃𝒍𝒆 = − − 𝒉𝒔 − 𝒉𝒍𝒔
𝜸 𝜸

NPSH Av = NPSH Tersedia pada system (meter)


Pa = Tekanan Atmosfir (Newton per Meter persegi)
Pv = Tekanan Uap Jenuh ((Newton per Meter persegi)
hs = Nilai Head Isap (meter)
hls = Nilai Head loss pada jaringan Isap (meter).

Berdasarkan data dan hasil perhitungan di atas, diperoleh nilai :

Pa = 0,962 kg.f/cm2 = 94.372 N/m2


Pv = 0,02383 kg.f/cm2 = 2.337,7 N/m2
γ= 0,9983 kg.f/m3 = 9.793,3 N/m3
hs = 5 M
hms = 0,0616 M
hfs = 0,0384 M
hls = 0,1001 M

Sehingga nilai NPSH Available diperoleh Nilai :


NPSH Av = 4,2976 M

Persyaratan atau criteria perencanaan untuk nilai NPSH adalah :

𝑵𝑷𝑺𝑯 𝑨𝒗𝒂𝒊𝒍𝒂𝒃𝒍𝒆 > 𝑁𝑃𝑆𝐻 𝑅𝑒𝑞𝑢𝑖𝑟𝑒𝑚𝑒𝑛𝑡

Nilai NPSH Requirement (NPSH yang dibutuhkan), dapat dibaca pada Kurva
Karakteristik Pompa terpilih, sebagai gambar di bawah ini :
Karena Nilai NPSH Requirement yang terbaca pada karakteristik pompa =
NPSH Req = 2,8 m, mengindikasikan bahwa NPSH Av = 4,3 m > NPSH Req =

37
2,8 m , sehingga secara teotitis System Pompa dinyatakan dapat berfungsi
dan aman dari timbulnya Kavitasi .

5. Pemilihan Jenis Pompa sesuai dengan kebutuhan .


Pemilihan Pompa ditentukan berdasarkan :
a. Jenis Zat Cair yang dipompa
Pada contoh di atas zat cair yang dipompa adalah Air bersih (air minum) .
b. Kapasitas Pompa yang diperlukan
Pada contoh di atas, telah diperoleh nilai kapasitas Q = 0,02 m3/s = 72
m3/jam
c. Head Pompa yang diperlukan
Pada contoh di atas, telah diperoleh nilai Head H minimal = 51,2 m
d. Jumlah Pompa dan system operasinya
Berdasarkan criteria operasi system pompa, jumlah pompa yang disediakan
adalah 3 Unit, dengan perincian :
Saat Pompa “A” bekerja dengan durasi 12 jam, Pompa “B” Istirahat
menunggu pergantian dengan Pompa “A” dan akan bekerja pula dengan
durasi 12 jam ke depan . Adapun Pompa “C” dipergunakan sebagai cadangan
apabila Salah satu pompa rusak . namun demikian periode penggunaan tetap
dengan beban kerja yang sama untuk setiap pompa .

PERIODE A
Jam Kerja
Pompa Jam Kerja I II Istirahat/
0 s.d. 12 12 s.d. 24 Overhoul
A x
B X
C x
PERIODE B
Jam Kerja
Pompa Jam Kerja I II Istirahat/
0 s.d. 12 12 s.d. 24 Overhoul
A x
B x
C X
PERIODE C
Jam Kerja
Pompa Jam Kerja I II Istirahat/
0 s.d. 12 12 s.d. 24 Overhoul
A X
B x
C x

38
e. Ketersediaan Pompa di pasaran (yang diproduksi oleh pembuatnya) .
Hasil perhitungan di atas dapat menyimpulkan bahwa kapasitas yang
diperlukan oleh system minimal dengan nilai Q = 72 m3/h dan H = 51,2 m .
Pemilihan Pompa selanjutnya dilihat pada brosur Pompa yang ada di pasaran
.
Ada berbagai macam produk pompa yang diiklankan di Internet. Satu
diantaranya adalah Grundfos dengan type NK, sebagaimana data berikut :

39
Gambar C.5.1: Performance Range Pompa dan Putaran Motor

40
Gambar C.5.2 : Performance Curve, Curva System dan Diameter Impeller

f. Dipilih berdasarkan nilai Putaran Spesifik


Nilai putaran spesifik Pompa dapat dipergunakan untuk memilih jenis pompa
yang sesuai dengan kinerja pompa .
Putaran Spesifik Pompa dihitung berdasarkan rumus, tabel dan data sebagai
berikut :

Rumus :
𝑸𝟎,𝟓
𝒏𝒔 = 𝟎, 𝟏𝟐𝟗 𝒏
𝑯𝟎,𝟕𝟓

n = Putaran poros pompa (rotation per menit)


Q = Debit Aliran (meter cubic per jam)
H = Head Total Pompa (meter)

Data dari Jenis Pompa pada Titik Kerja Terpilih (Maksimum) :


n= 2.900 Rpm
Q= 82 m3/h 0,0228 m3/s
H= 56 M
ns = 165,5

41
Gambar C.5.3: Jenis Pompa dan Nilai Putaran Spesific Pompa

Gambar C.5.4 : Jenis Pompa Volute

Pemilihan Pompa Jenis/Type NK telah bersesuaian dengan Putaran Spesifik,


karena jenis NK termasuk Pompa Volute (Rumah Keong) .

g. Bersesuaian dengan Tenaga Penggerak Mula yang tersedia di lokasi .


Untuk mengetahui berapa Daya yang diperlukan System Pompa, maka perlu
diperhitungkan sesuai dengan kerja maksimum yang akan dibebankan
kepada pompa tersebut . Perhitungan daya dilakukan sebagai berikut :

42
Data pada koordinat Titik Kerja Terpilih
(Maksimum) : TK. Pompa Terbaik
Q= 82 m3/h = 0,0228 m3/s a. ɳmak = 71,8%) .
H= 56 m b. H = 56 m .
α= 20 %= 0,2 c. Q = 82 m3/h
ή= 71,8 %= 0,718 d. P = 17,5 kw .
ήtr = 95 %= 0,95 e. NPSH Req = 2,8 m
γ= 9.793,3 N/m3

Perhitungan Daya

a. Daya Air : Pw = 12.491,9 Watt

b. Daya Poros : P= 17.398,2 Watt

c. Daya Penggerak Mula : Pm = 21.976,7 Watt

6. Pengendalian system pompa terpilih .


Yang dimaksud Pengendalian System Pompa adalah mengetahui bagaimana
mengoperasikan pompa sesuai dengan maksud Perencana, antara lain :
a. Mengenali Nilai Titik Kerja Optimumnya .
Kinerja Pompa terbaiknya berada pada Best Effesiency Point (BEP)
sebagaimana gambar di bawah ini, yaitu ηmak = 71,8 % .
Nilai tersebut dapat dicapai apabila Katup Pengendali Aliran dikurangi nilai
bukaannya, mencapai nilai Q = 82 m3/h sehingga akan menghasilkan nilai H =
55 m .

43
MENENTUKAN TITIK KERJA POMPA

Gambar C.6.1 : Performance Curve, Nomor Seri Pompa dan Diameter Impeler

b. Mengetahui bagaimana mengoperasikan pompa secara efisien


Dengan operasi buka/tutup Katup Pengendali, dapat diperoleh nilai
hubungan antara Q dan H sesuai kebutuhan . Semakin kecil Kapasitas (=Q),
nilai daya yang diperlukan juga akan semakin berkurang . Hal tersebut dapat
diamati dari Kurva karakteristik di bawah ini .

44
Gambar C.6.2 : Kurva Daya Poros Pompa dan NPSH Requirement

c. Mengetahui bagaimana mengoptimalkan pompa saat terjadi perubahan


kondisi system .
Naik/turunnya kebutuhan air atau kebutuhan tekanan (yang relative kecil),
dapat diatasi dengan mengoperasikan katup Pengendali . Oleh karena itu
maka pada ruang operasi perlu ditempelkan Kurva karakteristik Pompa,
sebagai acuan dalam menyikapi perubahan kondisi (kebutuhan) .

45
Gambar C.6.3 : Kurva System akibat perubahan Level Air di Tadah Isap

Gambar C.6.4 : Perubahan Kurva System akibat Penutupan Katup Kendali

46
Gambar C.6.5 : Kurva System dan Kurva Pompa Gabungan Paralel

Gambar C.6.6 : Kurva System dan Kurva Pompa Gabungan Seri

47
d. Mengetahui pengaruh perubahan Putaran Poros Pompa dan Diameter
Impeler.
a) Perubahan nilai putaran poros pompa (n), berdasarkan Hukum
Kesebangunan (Affinity Law) akan berpengaruh terhadap kinerja
system Pompa .
Dengan mempergunakan hukum tersebut, dapat dilakukan rekayasa
(modifikasi) yang disesuaikan dengan kebutuhan , misalnya :

ANALISA KINERJA POMPA PADA SAAT TERJADI PERUBAHAN "n"

Analisa thd nilai P,Q dan H apabila putaran impeler diganti dg 1.450
rpm atau D dg 210 mm

n1 n2

2.900 rpm 1.450 rpm


Q=
82
m3/h 41,00
H=
56
m 14,00
P=
17,5
kw 2,19

b) Perubahan nilai diameter impeller pompa (D), berdasarkan Hukum


Kesebangunan (Affinity Law), juga mempunyai pengaruh terhadap
kinerja system Pompa .
Dengan mempergunakan hukum tersebut, dapat dilakukan rekayasa
(modifikasi) yang disesuaikan dengan kebutuhan , sebagai misal :

ANALISA KINERJA POMPA PADA SAAT TERJADI PERUBAHAN "D"

D1 D2
219 mm 210 mm
Q=
82
m3/h 72,30
H=
56
m 51,49
P=
17,5
kw 15,43

48
e. Mengetahui hubungan antara Pompa dengan Kelistrikan dan peralatan
monitor (sensor pengendali system) .
Kerja pompa sangat dipengaruhi oleh Tenaga Penggerak Mula . Gangguan
pada Tenaga Penggerak Mula, misalnya listrik, tidak hanya akan
mengakibatkan berhentinya produksi system, namun apabila system jaringan
pompa tidak dilengkapi dengan proteksi Water Hammer, akan terjadi
kerusakan pada pipa, accessories maupun pompa itu sendiri .
Oleh karena itu maka pengetahuan tentang Kelistrikan dan Efisiensi Energi
dalam system pompa perlu dipahami oleh Pengguna Pompa , diantaranya
adalah :
 Pengetahuan tentang fungsi alat ukur pada Panel Listrik
 Pengetahuan tentang system Pengasutan Motor Listrik
 Pengetahuan tentang system proteksi terhadap Kavitasi (Low Water
Level Control)
 Pengetahuan tentang Tarif Rekening Listrik dan Konsekwensi (Pinalty)
 Pengetahuan tentang nilai Kinerja system Pompa dari masa ke masa
 Dan hal lain yang berkaitan dengan system .
Penjelasan tentang hal tersebut akan diuraikan pada judul materi Kelistrikan
dan Efesiensi Energi .

f. Mengetahui bagaimana meningkatkan atau memilih pengganti pompa


apabila diperlukan pada saat situasi dan kondisi berubah .
Sebagaimana manusia, mesin dan pompa akan mengalami kemunduran
dalam kinerjanya . Penggunaaan system mekanik yang mempunyai nilai
kinerja rendah, akan mengakibatkan beberapa dampak, diantaranya :
 Pemborosan energy, baik sebagai akibat dari penggunaan energy yang
berlebihan dengan produksi yang semakin menurun, maupun
pengeluaran biaya untuk perbaikan-perbaikan yang periodenya
semakin pendek .
 Terhentinya operasi system pompa, akan mengakibatkan
terganggunya pelayanan air kepada masyarakat, yang pada akhirnya
akan berakibat pada penurunan kepercayaan masyarakat kepada
Pengguna System .
Agar kedua permasalahan tersebut di atas dapat teratasi, diperlukan
pengetahuan Pengguna system, tentang :
 Metode Pengukuran Tingkat Kinerja System
 Analisis dan pertimbangan yang jelas dan logis
 Solusi yang bijak .

49
III. PENGOPERASIAN SYSTEM POMPA
1. Difinisi

Operasi pompa adalah kegiatan pengelolaan pompa, meliputi :

a. Menghidupkan dan mematikan system ;


b. Menggunakan pompa sesuai dengan kebutuhan ;
c. Modifikasi pompa dalam rangka pemenuhan target kapasitas dan head .
d. Mengatasi kemungkinan terjadi gangguan pada system pompa .

2. Jenis Operasi
a. Menghidupkan Pompa pada awal operasi system
Prosedur menghidupkan atau mematikan kerja/operasi untuk setiap
pompa tidak sama . Langkah yang paling baik adalah prosedur
sebagaimana tertuang di dalam Manual yang dikeluarkan oleh pabrik
pembuatnya atau System Operasi Prosedur (SOP) yang telah dilegalkan
oleh Perusahaan .

Perbedaan prosedur yang sering terjadi, antara lain :

1) Perlu atau tidaknya pemancingan .


2) Perlu atau tidaknya pompa vakum sebagai pengganti pemancingan .
3) Perlu atau tidaknya pengoperasian paking perapat
4) Perbedaan saat dan besarnya celah pembukaan katup, misalnya :
o Pada Pompa Sentrifugal, katup ditutup penuh saat akan dimulai
operasi ;
o Pada Pompa Aliran Campur, katup ditutup penuh saat akan
dimulai operasi ;
o Pada Pompa Aksial, katup dibuka penuh saat akan mulai operasi ;
o Pada Pompa Benam, katup dibuka sedikit saat awal operasi
dengan maksud mengeluarkan udara yang terperangkap .
5) Pengaturan saat pembebanan listrik (electric starting switch),
berkaitan dengan efisiensi daya listrik (start - delta) atau
pertimbangan torgue .
6) Perlu atau tidaknya pemanasan awal /pendinginan (suhu batas atas
25oC) .
7) Perlu atau tidaknya pemeriksaan arah putaran poros pompa .

b. Kekhususan dalam penghentian /mematikan operasi pompa, antara lain


a) Pompa Sentrifugal, dimatikan setelah katup keluar ditutup rapat
(jangan sekali-kali menutup katup isap sebelum aliran dimatikan) .
b) Bila pompa berhenti dengan tiba-tiba (akibat padam listrik), tombol
aliran listrik segera dimatikan , begitu pula katup aliran keluar zat cair.

50
c) Pada pompa aksial, katup pembocor udara dibuka sebelum katup
aliran keluar ditutup .

c. Operasi Pompa karena perubahan Head Total Statis (=ht)


Pada pengoperasian pompa kadang dijumpai peristiwa penurunan level
(elevasi) permukaan zat cair pada tadah isap . Hal tersebut
mengakibatkan nilai Heat Total Statis (ht) mengalami perubahan (nilainya
menjadi besar), sehingga beban kerja (Head Total) pompa yang harus
dipenuhi juga akan meningkat lebih besar karenanya . Untuk mengatasi
variasi head statis diperlukan upaya sebagai berikut :

Kurva pompa
Kurva Sistem

H-1 Titik Kerja -1

ht-1 = level air tinggi

Q-1

KURVA POMPA DAN KURVA SISTEM DALAM KONDISI LEVEL AIR TINGGI

51
Kurva pompa Kurva Sistem - 2
Kurva Sistem - 1
H-2 Titik Kerja -2
H-1

ht-1 = level air tinggi


ht-2 = level air rendah Q-1

HWL
LWL
Q-2

KURVA POMPA DAN KURVA SISTEM DALAM KONDISI LEVEL AIR RENDAH

d. Operasi Pompa dengan penutupan (sebagian) Katup


Pada suatu saat kebutuhan head pompa diperlukan lebih dari head yang
tersedia (saat katup terbuka penuh), hal tersebut dapat disebabkan
tahanan system bertambah atau nilai head pelayanan dituntut untuk
naik, salah satu langkah yang perlu diambil adalah dengan penutupan
sebagian katup keluar . Karena sifat hubungan antara H dan Q pada kurva,
variasi tahanan atau head loss ini dapat mengkibatkan nilai kapasitas
menjadi berkurang, namun sebagian energi pompa diubah menjadi energi
tekanan (head) .

52
Kurva pompa
Kurva Sistem -2

Titik Kerja -2 Kurva Sistem -1


H-2
H-1 Titik Kerja -1

ht = level air

Q-2 Q-1

KURVA POMPA DAN KURVA SISTEM DALAM KONDISI KATUP BERUBAH

e. Operasi pada kapasitas tidak penuh


Pada operasi penutupan katup, apabila pembukaan katup hanya sedikit
akan menyebabkan nilai headnya meningkat, sedang kapasitasnya
menurun .

Penutupan yang rapat (dapat mengakibatkan nilai kapasitas pompa


menjadi nol) . Dampak dari penutupan tersebut dapat menimbulkan
peristiwa :

a) Ruang dalam impeler dan pompa menjadi panas ;


b) Gaya radial impeller menjadi bertambah besar ;
c) Terjadi kenaikan daya poros pompa ;
d) Timbul bunyi dan getaran (terutama pada pompa besar) ;
e) Mengalami kesulitan mencapai sasaran (Kavitasi) ;
f) Bila kejadian cukup lama dapat mengakibatkan poros patah .

f. Operasi pada kapasitas melebihi normal


Penggunaan pompa yang baik adalah pada nilai efisiensi maksimum .
Namun apabila karena sesuatu hal kapasitas pompa perlu dinaikkan,
maka selain akan terjadi penurunan nilai head, sehingga dapat terjadi
NPSH Av < NPSH Req atau terjadi kavitasi . Peristiwa tersebut ditandai
dengan kenaikan daya poros (dapat dimonitor dari A-V Meter) .

53
g. Operasi Pompa Sistim Paralel
Operasi Pompa sistem Paralel biasanya diterapkan apabila kebutuhan
kapasitas zat cair tidak dapat dipenuhi oleh system pompa yang tersedia
(Pumpping System), utamanya karena adanya tuntutan kenaikan
pemakaian . Penggabungan pompa secara paralel dapat dilakukan dua
atau lebih pompa yang mempunyai karakter sama atau berbeda .

Tadah Tekan

Pipa Header

Tadah Isap

SUSUNAN GABUNGAN POMPA SECARA PARALEL

Kurva Kurva
System Pompa
Tunggal Kurva Gabungan
3 Pompa

Hp3
Kurva
Hp2
Gabungan
Ht1 2 Pompa

Q1 Qp2 Qp3
a a a

KURVA SUSUNAN GABUNGAN POMPA DENGAN KARAKTER SAMA SECARA PARALEL

54
Kurva
Kurva Kurva Kurva Gabungan
System
Pompa Pompa Pompa “I” dan
“I” “II” “II”

H3
H2
H1

a Q1 Q2 Q3
b
(a+b)

h. Operasi Pompa Sistim Seri


Operasi Pompa secara seri lebih sering dilakukan apabila dibutuhkan
Head Pompa yang melebihi dari head yang disediakan oleh pompa
(tunggal) .

Hal ini biasanya disebabkan oleh kenaikan beban tekanan , misalnya


karena bertambahnya panjang pipa distribusi, sehingga sisa head di akhir
(ujung) pipa tidak memenuhi persyaratan 10 mka .

Tadah Tekan

Pompa - 3

Pompa - 2

Pompa - 1

Tadah Isap

SUSUNAN GABUNGAN POMPA SECARA SERI

55
Kurva
System Kurva
Pompa
“Tunggal”
h

Hs
Kurva Gabungan
Ht
h 2 Pompa

Q1 Qs

KURVA SUSUNAN GABUNGAN POMPA DENGAN KARAKTER SAMA SECARA SERI

Kurva
System

Kurva Gabungan
2 Pompa

Kurva
(h1 +h2)

Hs Pompa “lI” Kurva


H Pompa “l”
h2 H1
h1

Q1 Qs

i. Operasi dengan pengaturan putaran pompa


Penggunaan pompa kadang mengalami fluktuasi . Selama Kinerja Pompa
yang tersedia masih mencukupi kebutuhan maksimal System, maka
modifikasi putaran pompa dapat dilakukan dalam rangka penghematan
energi (daya) . Pengaturan putaran pompa dapat dilakukan secara
perubahan arus, tegangan listrik, secara mekanikal melalui
perubahan/transmisi presneling (roda gigi), atau penggantian kinerja
motor penggerak dll .

56
Akibat perubahan nilai putaran pompa, berdasarkan Hukum
Kesebangunan ( Affinity Law ), akan berakibat pada perubahan nilai Q, H
maupun P, dengan ketentuan sebagai berikut :

 Nilai Kapasitas Pompa berbanding lurus dengan Nilai Putaran Pompa


 Nilai Head Pompa berbanding lurus dengan Kuadrad Nilai Putaran
Pompa .
 Nilai Daya Pompa berbanding lurus dengan Pangkat tiga Nilai Putaran
Pompa .

Q1 = n1 (D1)3 Q2 = Q1 (n2)(D2)3
Q2 n2 (D2)3 (n1)(D1)3

H1 = (n1)2 (D1)2 H2 = H1 (n2)2(D2)2


H2 (n2)2 (D2)2 (n1)2(D1)2

P1 = (n1)3 (D1)5 P2 = P1 (n2)3(D2)5


P2 (n2)3 (D2)5 (n1)3(D1)5

Kurva
Pompa pd
Putaran n-1
Kurva Sistem

Kurva
Pompa pd H-2
Putaran n-2

H-1

Q-1 Q-2

KURVA POMPA DENGAN KECEPATAN PUTAR BERBEDA

j. Operasi dengan modifikasi diameter impeler


Hasil perencanaan system pompa kadang kala disusun untuk suatu tahun
perencanaan 5, 10 atau lebih dari 10 tahun, sehingga dalam pemilihan
jenis pompa dan diameter impeler dipandang kurang efisien untuk
keperluan 1 atau 2 tahun ke depan . Atas pertimbangan kebutuhan
jangka pendek, jenis pompa terpilih tidak perlu diganti (karena akan

57
memerlukan biaya tinggi), oleh sebab itu bisa diperlukan hanya
memotong diameter impellernya saja, atau kalau perlu dengan
mengganti dengan diameter yang lebih kecil dari tipe pompa yang sama .

Prisip perhitungan atas perubahan diameter impeler sebagaimana


perubahan putaran poros pompa, yaitu dengan berpedoman pada
Affinity Law (Hukum Kesebangunan), sebagai berikut :

Q1 = n1 (D1)3 Q2 = Q1 (n2)(D2)3
Q2 n2 (D2)3 (n1)(D1)3

H1 = (n1)2 (D1)2 H2 = H1 (n2)2(D2)2


H2 (n2)2 (D2)2 (n1)2(D1)2

P1 = (n1)3 (D1)5 P2 = P1 (n2)3(D2)5


P2 (n2)3 (D2)5 (n1)3(D1)5

Kurva
Pompa pd
Kurva Diameter
Pompa pd D-1
H1
Diameter
D-2
H2

Q2 Q1

D1 D2

KURVA POMPA DENGAN DIAMETER IMPELER BERBEDA

k. Operasi dengan pengaturan bentuk sudu impeler


Operasi dengan perubahan bentuk sudu biasanya dilakukan pada pompa
jenis aksial atau aliran campur yang mempunyai sudu yang serupa dengan
propeler . Kemiringan sudu berkisar antara 0o sampai dengan 45o. Makin
besar sudut sudu, makin besar nilai kapasitas pompa .

Pengaturan dengan cara ini dapat dilakukan pula dengan mengganti sudu
dengan sudu lain yang sesuai dengan kebutuhan .

58
Θ-2
Θ-1

OPERASI POMPA DENGAN PERUBAHAN SUDUT SUDU IMPELER

l. Operasi dengan perubahan jumlah pompa yang bekerja


Apabila suatu system pompa terdiri dari gabungan beberapa pompa (baik
dalam susunan seri maupun paralel), maka pengaturan penggunaannya
dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhan atau berdasarkan fluktuasi
konsumen . Pada system ini diperlukan katup-katup yang dapat mengatur
kerja pompa , Kadang kala susunan gabungan pompa dapat dipadukan
antara penggunaan seri maupun paralel .

Tujuan dari operasi ini adalah pemakaian daya yang efisien, disesuaikan
dengan kebutuhan sesaat (temporer) .

59
Alternatip I :
Bila Katup a dan b ditutup
sedang katup 0,1,2,3 dan 4
dibuka serta ketiga pompa di
hidupkan, maka akan terjadi
aliran sebagai Pompa Gabung
Paralel .

AlternatipII :
Bila katup 1 dan 2 ditutup
0 1 2 sedang 0,a, 3, b, dan 4 dibuka
serta ketiga pompa dihidupkan,
3 4 maka akan terjadi aliran
a b sebagaimana Pompa Gabung
Seri .

Alternatip III :
Bila katup b,1,2 dan 3 ditutup
I II III dan pompa III dihidupkan,
maka akan terjadi aliran
Pompa Tunggal .

Kurva
Kurva
Pompa
Pompa
1+2 Kurva
1
Kurva Pompa
System 1 +2+3

H1
H2
H3

Q1 Q2 Q3
a a a

OPERASI POMPA PARALEL


YANG DISESUAIKAN DENGAN
KEBUTUHAN

60
Kurva Gabungan
3 Pompa Seri

Kurva Gabungan
2 Pompa Seri

Kurva
h
System

Kurva
Hs3 Pompa
h
Hs2 “Tunggal”

Ht
h OPERASI POMPA SERI YANG
DISESUAIKAN DENGAN
KEBUTUHAN
Q1 Qs3
Qs2

m. Operasi dengan pengurangan jumlah tingkat/impeler


Pada pompa jenis multy stages konsep kerjanya sebagaimana gabungan dari
pompa tunggal yang tersusun seri . Pengurangan impeler mudah dilakukan
untuk pompa kering . Jumlah impeler dapat dikurangi satu atau lebih, sedang
sebagai gantinya ruang bekas impeler diisi dengan sudu/cincin antara .

Dengan berkurangnya jumlah impeler, maka berarti kinerja pompa


berkurang, sama halnya dengan penggunaan seperlunya pompa tersusun seri
, dengan tujuan efesiensi daya . Bagian impeler yang tidak dapat diganti
adalah yang bagian tepi, karena mempunyai bentuk dan fungsi khusus .

Cincin Antara
Impeler Tengah

61
n. Operasi menangani gangguan Water Hammer
a) Pengertian :
Water Hammer adalah peristiwa perubahan tekanan yang berlawanan
pada system aliran perpipaan yang dapat mengakibatkan kerusakan
pada jaringan pipa maupun instalasi pompa .

b) Gejala :
o Pembukaan katup secara tiba-tiba pada aliran gravitasi
menyebabkan hentakan pada sumua peralatan yang di bawahnya,
sehingga dapat menimbulkan pecahnya pipa atau katup .
o Penutupan katup secara tiba-tiba pada aliran pompa
diumpamakan sebagai mendorong mobil di tanjakan . Saat
pendorong berhenti maka pendorong akan terdorong balik oleh
mobil itu sendiri . Pipa pada system ini dapat pecah atau kempis
sebagai akibat dari tekanan negatip .
o Akibat dari water hammer pompa dan semua komponen pada
system dapat rusak karena hantaman air yang bertekanan .
c) Penyebab :
Pembukaan atau penghentian aliran air dalam pipa yang dilakukan
secara tiba-tiba . Kegiatan ini mungkin disebabkan oleh penutupan
katup secara cepat atau berhentinya motor penggerak pompa sebagai
akibat putusnya aliran listrik .

d) Cara Penanganan :
 Memasang Check valve (katup searah) di depan pompa .
 Memasang Hydrophore di depan pompa (pipa discharge) .

o. Operasi menangani gangguan Surging


a) Pengertian :
Surging adalah peristiwa yang menunjukkan kerja pompa yang tidak
konstan sebagai akibat dari kerja pompa yang kadang dapat
menyalurkan zat cair dan kadang kala tidak mampu (seperti kerja
pernapasan) .

b) Gejala :
Kemampuan pompa tidak stabil. Kadang dapat memberikan
kapasitas, kadang tidak ( naik-turun) .

c) Penyebab :
Pemilihan karakteristik pompa yang tidak tepat, misalnya dengan
adanya dua kemungkinan nilai head karena bentuk kurva pompa
sedemikian rupa sehingga kurva system memotong kurva pompa di
dua tempat .

62
d) Cara Penanganan :
Ganti pompa yang mempunyai kurva tidak berbukit .
Penggunaan pompa dibawah beban head yang tinggi, sehingga ”ht”
berada di bawah ”Shut off head” atau kurva pompa hanya
berpotongan pada satu titik kerja dengan kurva system .

Titik Puncak Kurva


Kerja 1 Kurva System
Titik
Kerja 2
H2
Shut Off H1 Kurva
Head Pompa
ht

Q1 Q2

16. Operasi menangani Kavitasi


a. Pengertian :
Kavitasi adalah peristiwa rusaknya komponen dalam pompa,
khususnya impeler sebagai .akibat dari ketidak mampuan pompa
untuk bekerja sesuai dengan beban kerja (= kerja dipaksakan) .

b. Gejala :
Pompa saat bekerja menimbulkan suara berisik, bau benda
terbakar/air mendidih sebagai akibat dari suhu air dalam rumah
pompa yang tinggi .

Impeler serasa terbakar atau direbus sehingga timbul bopeng yang


kemudian aus .

c. Penyebab :
Sebagai akibat dari berputarnya komponen dalam rumah pompa
tanpa aliran zat cair (pendingin) selain ruang tersebut tekanannya
rendah dan suhu semakin tinggi, maka zat cair akan mendidih pada
suhu di bawah 100oC, akibatnya tekanan Uap Jenuh yang dihasilkan
tinggi . Hal tersebut akan mengurangi nilai NPSH Available .

63
d. Cara Penanganan :
Perhitungkan nilai NPSH Available agar melebihi nilai NPSH
Requirement dengan salah satu upaya adalah menurunkan nilai ”hs”,
memperbesar diameter pipa isap dll .

17. Operasi Penyaluran Air pada Bangunan Gedung


a. Penyediaan dengan Tangki Atas (Menara)
Air dibawa dari jaringan (PDAM) langsung ke Tangki yang diletakkan di
lokasi yang lebih tinggi dari daerah (titik) pelayanan, biasanya di
puncak bangunan atau menara khusus .

Pengoperasian pompa ditentukan oleh hidup/matinya aliran listrik


penggerak pompa (switch) secara automatic yang dikontrol
berdasarkan level zat cair dalam tangki (floating valve) .

64
Puncak Bangunan

PENYEDIAAN DENGAN TANGKI ATAS

b. Penyediaan dengan Tangki Tekan


Tangki Tekan = Hydrophore, berfungsi sebagai :

o Reservoir Kecil
o Switch automatic yang dikontrol dari batasan tekanan zat cair atau
udara dalam tangki .
o Penstabil tekanan kerja pelayanan .
o Pengaman Pompa dan instalasinya dari ancaman Water Hammer .
Guna ”mensetting” nilai tekanan udara agar sesuai dengan tekanan
pelayanan minimal, pada lubang udara di atas tangki tekan dapat
dihubungkan dengan kompressor .

Pada system ini bisa tidak diperlukan tangki di atas bangunan .

Puncak Bangunan

Tangki Tekan

PENYEDIAAN DENGAN TANGKI TEKAN

65
c. Penyediaan dengan Pompa Penguat
System ini dilakukan apabila tekanan (head) yang dihasilkan pompa
tidak memenuhi kebutuhan, sehingga dari jaringan yang masih
bertekanan tersebut ditambahkan head secukupnya agar kebutuhan
kapasitas pada suatu saat dapat dipenuhi .

Jumlah Pompa yang dipergunakan biasanya lebih dari satu dalam


mengatasi fluktuasi pemakaian ( H dan Q ) .

Sedang sebagai piranti pengaman terhadap kemungkinan terjadi


water hammer, sebagai penstabil tekanan dan automatic switch, pada
jaringan discharge dipasang hydrophore .

Puncak Bangunan

Tangki Tekan

PENYEDIAAN DENGAN POMPA PENGUAT

d. Penyediaan untuk Pemadam Kebakaran


Pemadam kebakaran di bangunan gedung biasanya dilengkapi dengan

 Reservoir bawah tanah ;


 Reservoir atas, dan
 Reservoir pemancing .
Pompa yang digunakan adalah pompa yang mampu menghasilkan
head dan kapasitas tinggi, system dilengkapi dengan sprinkle
(pemancar hujan) yang diletakkan di tiap titik-titik rawan dalam
bangunan .

System jaringan air bersih tidak diperbolehkan dihubungkan dengan


system pemadam kebakaran, dengan alasan kualitas air bersih
menjadi berkurang, dan tekanan air pemadam juga dapat berkurang .

66
18. Prosedur Operasi
a. Standard Operation Prosedur
Dalam pengopersian pompa perlu disusun SOP, yang mengacu pada :

a. Manual operasional dari pabrik pembuat pompa atau


management pemasaran .
b. Beban, kuantitas dan kemampuan/karakteristik pompa yang ada
di lokasi .
c. Pola kebutuhan zat cair dan penggunaan pompanya .

b. Pemeriksaan Pendahuluan
Pompa yang baru pertama kali akan dioperasikan, diperlukan
pemeriksaan :

1) Pembersihan Tadah Isap dan Tadah Tekan.


Jaringan Isap yang kurang sempurna dapat mengakibatkan proses
pemancingan gagal atau kavitasi sebagai akibat tekanan negatip
dalam jaringan Isap tidak tercapai .Oleh sebab itu diperlukan
langkah :

 Meyakinkan bahwa mulai strainers sampai excentrik reduser


terbebas dari sumbatan benda lain atau udara .
 Meyakinkan tidak terjadi kebocoran pada paking sambungan
pipa dan acessories .

2) Pemeriksaan System Elektrik


System Elektrik yang tidak tepat/kurang sempurna dapat
mengakibatkan hubung pendek atau putaran impeler terbalik .
Oleh sebab itu maka diperlukan :

 Penelitian seksama terhadap sambungan kabel dan


terminalnya .
 Ketepatan letak dan nilai pemutus sirkuit, serta yakinkan
bahwa alat tersebut masih mampu beroperasi .
 Ketapatan Iahanan Isolasi, sesuai dengan petunjuk manual
(khusus untuk Pompa Benam) .

3) Pemeriksaan Kelurusan Poros


Ketidak lurusan antara poros Pompa dengan poros Motor dapat
menimbulkan kerusakan pada bantalan, kopeling, timbilnya
getaran dan suara, pembengkokan dan keausan poros . Oleh
sebab itu maka diperlukan langkah :

 Pemeriksaan kelurusan karena beda ketinggian

67
 Pemeriksaan kelurusan karena pembentukan sudut oleh kedua
poros .

4) Pemeriksaan Pelumas Bantalan


Kekurang sempurnaan pelumasan pada bantalan dapat
mengakibatkan suara, kenaikan suhu, getaran, sampai pada
macetnya putaran pompa . Oleh sebab itu maka perlu dilakukan :

 Pemeriksaan seksama dan pemberian pelumas yang sempurna


 Meyakinkan tidak terjadi kebocoran pada salah satu “seal” .

5) Pemeriksaan Kelancaran Putaran


Tidak lancarnya putaran pompa dapat mengakibatkan kenaikan
suhu pompa, rusaknya instrumen yang bergesekan serta tingginya
kebutuhan daya penggerak . Oleh sebab itu maka diperlukan :

 Memutar secara manual, mencari penyebabnya (karena


pelumas kurang, karatan, atau ada benda/kotoran yang
menghambat) . .
 Pemeriksaan pada seluruh badan pompa terhadap kekuatan
baut-baut pengikatnya .

6) Pemeriksaan System Peralatan Bantu


Beberapa pompa memerlukan peralatan bantu seperti system
perapat, mpengmbang, pendingin dan pelumasan khusus . Oleh
karena itu maka :

 Yakinkan system bantu bekerja sempurna .


 Katup-katup penghubung berfungsi (buka/tutu) dengan
sempurna

7) Pemeriksaan Katup
Tidak sempurnanya buka/tutup katup tidak hanya akan
menyebabkan tidak mengalirnya zat cair, tapi dapat juga
merusakkan komponen pompa lainnya . Oleh sebab itu maka
diperlukan :

 Pemeriksaan keaktipan buka/tutup katup .


 Khusus pada pompa jenis radian dan aliran campur dimana
pada awal operasi katup harus ditutup, yakinkan katup mampu
bekerja dengan baik .
 Demikian juga pompa aksial dimana pada awal operasi katup
harus dalam keadaan terbuka

68
8) Pemanasan dan Pendinginan Awal
Beberapa pompa memerlukan system pendinginan atau
pemanasan awal agar dapat dioperasikan dengan baik. Oleh sebab
itu maka :

 Yakinkan bahwa peralatan pemanas/pendingin dapat bekerja


dengan baik .
 Baca panduan yang mengatur tentang batas suhu yang
dipersyaratkan .
 Yakinkan alat deteksi suhu bekerja dengan baik .

9) Pemeriksaan Arah Putar


Arah putaran pompa lebih sering disebabkan oleh pemasangan
alat elektrical yang tidak tepat . Oleh sebab itu maka :

 Pada pompa besar, lepas kopeling dan amati putaran poros


motor .
 Pada pompa kecil, langsung diamati setelah motor dihidupkan
.
 Pada pompa benam, amati nilai tekanan pada manometer .
Apabila tekanannya rendah, menandakan arah putaran salah .

10) Penanganan Katup Keluar pada saat Start


Prosedur penutupan atau pembukaan katup keluar pada saat start
agar diperhatian, sebagai berikut :

 Pada pompa jenis radial dan campur, saat awal operasi katup
keluar (katup tekan) ditutup penuh selama 5 menit .
 Sebaliknya pada pompa jenis aksial, katup tekan harus terbuka
penuh .
 Pada pompa benam, katup tekan perlu ditutup sebagian pada
awal operas dengan maksud untuk mengeluarkan udara yang
terjebak di dalamnya . Penutupan tersebut paling lama 5
menit .

c. Pemeriksaan pada kondisi Operasi


Pompa yang sedang dioperasikan perlu ditunggu, diamati dan dicatat
perkembangannya .Gunakan Panca indera untuk mengamati segala
kejanggalan yang mungkin ditimbulkan . Saat terjadi kejanggalan
segera ambil tindakan sesuai dengan petunjuk dalam buku manual
atau SOP, untuk menghindari kerusakan yang lebih parah .

69
Hal-hal pokok yang perlu diamati, antara lain : .

1) Pembacaan Manometer dan Ampere Meter


Pada pompa normal, nilai tekanan (manometer) maupun kuat
arus tidak menunjukkan nilai yang fluktuatip . Apabila terjadi
keadaan fluktuatip, berarti pompa dalam keadaan terganggu oleh,
catu daya penggerak mula, sumbatan, surging atau kavitasi .

2) Pengamanan Kotak Paking dan Bocoran


 Bocoran pada paking yang dapat ditolelir adalah < 0,5 cc/dt .
Apabila kebocoran melebihi nilai tersebut, kencangkan
tekanan paking secara merata atau ganti yang baru .
 Perbedaan suhu antara kotak paking dengan air yang dialirkan
maksimal 30° C .
 Kebocoran kecil dapat ditolelir, sebagai tanda terlaksananya
proses pelumasan/pendinginan oleh air

3) Pemeriksaan Bantalan
 Suhu bantalan yang dapat diijinkan adalah < 40° C di atas suhu
udara disekitarnya .
 Yakinkan proses pelumasan berjalan dengan baik, namun
hindari adanya lelehan minyak pelumas pada komponen yang
tidak tepat (pada zat cair yang dialirkan, motor) .

4) Pemeriksaan Getaran dan Bunyi


 Pemeriksaan getaran dapat dilakukan pada badan pompa atau
bantalan . Nilai amplitudo yang dapat diijinkan < 30 µm pada
putaran 3.000 rpm atau < 50 µm pada putaran 1.500 rpm .
 Pengamatan bunyi yang perlu dicermati, kemungkinan
disebabkan oleh adanya peristiwa Kavitasi, Suging atau
kerusakan bantalan .

5) Pemeriksaan Cakram Pengimbang


Cakram pengimbang atau torak pengimbang berfungsi
mengimbangi gaya aksial yang ditimbulkan oleh pompa multy
stages .

 Suhu cakram pengimbang yang tinggi menandakan tekanan


aksial pompa naik, sehingga dapat mengakibatkan gesekan
cakram dengan dudukanya . Pengamatan suhu tersebut dapat
secara manual, dengan meraba dengan tangan .
 Keausan cakram pengmbang dapat dilihat dari ujung poros.
Apabila hal tersebut terjadi, segera diganti saja .

70
6) Penanganan Instrumen
 Manometer atau vacumeter sebaiknya dibuka katub
penghubungnya pada saat difungsikan saja . Pembukaan
secara terus menerus dapat menimbulkan percepatan
kerusakan (penurunan tingkat presisi) instrumen, sebagai
akibat dari lonjakan tekanan saat awal operasi .

d. Penghentian Pompa
1) Apabila System tidak dilengkapi katup searah, jangan matikan
motor bila belum tertutup Katup Tekan .
2) Jangan menutup katu Isap bila motor belum mati .
3) Apabila system mempergunakan pompa vacum, setelah motor
mati agar katup pembocor udara (vacum breaker) dibuka agar
tidak terjadi tekanan negatip .
4) Apabila system mempergunakan air pendingin, setelah pompa
mati, tutup saluran air pendingin .
5) Apabila system mempergunakan perapat paking, biarkan air
tinggal dalam kotak selama air masih ada dalam pipa .
6) Apabila listrik padam secara tiba-tiba, segera tombol diposisikan
“off” dan Katup Tekan ditutup .

e. Tindakan terhadap Pompa Cadangan


1) Yakinkan Pompa cadangan (stand by Pump) siap difungsikan
setiap saat .
2) Atur Pompa cadangan difungsikan secara periodik (pergiliran) .
3) Minyak pelumas/air pelumas, air pendingin bantalan, air perapat
paking harus siap dialirkan .

f. Tindakan terhadap Pompa yang tidak akan dioperasikan


1) Zat cair di dalam pompa benar-benar dikosongkan .
2) Bagian-bagian yang bergerak agar dilumasi dengan zat/minyak
anti karat .

g. Pengelolaan
o Kartu Kendali
 Kartu Kendali memuat data tentang Pompa dan Motor
Penggerak, antara lain :

71
POMPA ELEKTROMOTOR

Jenis/Tipe Jenis/Tipe Tahun


Pembua
tan

Diameter Daya Nomor


Mulut Pabrik
Tekan

Jumlah Tegangan (V) Pabrik


Tingkat

Kapasitas Arus (A)

Head Total Putaran

Putaran Jumlah
Kutub

Tahun Frequensi
Pembuatan (Hz)

Nomor Rating
Pabrik

Pabrik Kelas Isolasi

Pada lembar belakang tertulis :

Tanggal Uraian Jumlah Dikerjakan oleh :

72
 Bagian-bagian yang perlu diperiksa dan periode pemeriksaan
.
1. Pemeriksaan Harian
Pemeriksaan Harian dilakukan oleh Operator, dituangkan
dalam “Log Operasi” , dipergunakan sebagai bahan analisa
terhadap kemungkinan timbulnya gejala gangguan, agar
secara dini dapat diantisipasi .

Perihal Temp Tek Tek Arus Teg Getat/ Temp Paking Ket
Ruang Isap Keluar Listrik Listrik Suara Bantalan Tekan
Tanggal (oC) (m) (m) (A) (V) (oC)
Ada
01-01 tetesan Awal
2014 25 3,5 30,5 50 380 normal 30 air operasi

2. Pemeriksaan Bulanan
Pemeriksaan Tahanan Isolasi pada Pompa Benam, tidak
boleh kurang dari 1 MΩ

3. Pemeriksaan dan Penggantian Tiga Bulanan


Pemeriksaan pelumasan bantalan/bearing , vet/graze .

4. Pemeriksaan Tengah tahunan


Pemeriksaan Keausan Paking Tekan dan selubung Poros ,
serta kelurusan Poros Pompa ..

5. Pemeriksaan Tahunan
Pemeriksaan Tahunan bersamaan dengan periode Tengah
tahunan

Pemeriksaan Tahunan ini secara menyeluruh (over houl)


terutama apabila Pompa telah beroperasi selama satu
tahun pertama .

6. Pemeriksaan Lima Tahunan


Pemeriksaan. Meliputi :

 Bagian-bagian yang berputar (besarnya celah cincin


perapat)
 Bagian-bagian yang korosip
 Kerapatan Katup
 Kelurusan Poros
 Tahanan Motor Pompa Benam

73
Periode tersebut di atas didasarkan pula pada pertimbangan :

 Jenis Zat cair yang dipompa


 Lama Operasi Pompa
 Tingkat kepentingan zat yang disalurkan
 Kapasitas atau laju aliran zat yang dipompa .

a. Penyediaan Suku Cadang .


1) Penggantian tiap kegiatan Over Houl
 Paking Tekan
 Paking Karet dan Gasket
 Minyak Pelumas

2) Penggantian tiap Terjadi Kebocoran


 Perapat Mekanis dan system perapatnya

3) Penggantian tiap terjadi Keausan


 Selubung poros yang melindungi gesekan poros dengan paking
(setelah tebal keausan lebih dari 2 mm) .
 Cincin perapat dengan busnya, setelah selisih diameter cincin
perapat dengan busnya lebih dari 1 mm .
 Cakram pengimbang beserta dudukannya (dapat dilihat dari celah
di ujung pompa) .

4) Penggantian Impeler, Pasak dan Cincin Perapat


 Kerusakan Impeler karena kavitasi, alur pasaknya retak atau
melebar atau korosi .
 Pasak rusak akibat korosi atau penipisan fisik karena gesekan .
 Batas celah efektip cincin perapat < 0,5 mm .

5) Penggantian Poros
 Penggantian poros dilakukan karena proses korosi, sehingga
ikatannya dengan komponen lain mulai mengendur atau pada
bagian yang tidak bersinggungan mulai mengecil .

6) Penggantian bagian yang ditandai dengan tibulnya getaran dan


bunyi, antara lain :
 Bantalan, akaibat pelumasan yang tidak optimal, dan kelurusan
poros pompa tidak sempurna.
 Pengurangan fungsi Paking yang sudah kurang tingkat
elastisitasnya .
 Rusaknya baut pondasi/pengikat atau bantalan (karet) pondasi.

74
19. Permasalahan
a. Operator kurang memahami maksud dan tujuan penggunaan pompa .
b. Operator kurang memahami prinsip kerja pompa .
c. Operator kurang memahami nama , fungsi dan kemampuan
komponen dalam pompa .
d. Sensor dan pengendali system tidak berfungsi optimal .
e. Data laporan tidak sesuai dengan kondisi nyata .
f. Operator kurang memahami cara mengoptimalkan (efektif dan
efisien) pompa namun aman .
g. Belum ditentukan System Operation Prosedur (SOP).
h. Operator belum mau/komit terhadap SOP yang tersedia .

20. Upaya Penanganan


a. Pembekalan kepada Operator agar memahami maksud dan tujuan
penggunaan pompa, memahami nama , fungsi dan kemampuan
komponen dalam pompa .serta. memahami prinsip kerja pompa
b. Pemeliharaan berkala terhadap Sensor dan pengendali system agar
dapat berfungsi optimal
c. Data laporan harus aktual, nyata dan lengkap (sesuai dengan kondisi
nyata di lapangan) .
d. Pembekalan kepada Operator agar memahami cara mengoptimalkan
(secara efektif, efisien dan aman ) terhadap pompa ..
e. Ditetapkan System Operation Prosedur (SOP) yang baik .
f. Komitmen Operator terhadap SOP yang tersedia..

75
IV. LEMBAR KERJA PERHITUNGAN PERENCANAAN SYSTEM POMPA

STUDI KASUS : Suatu PDAM merencanakan pembangunan system pompa


dengan skema elevasi, sebagai berikut . Berapa Head dan Daya Pompa tsb ?

STUDI KASUS SYSTEM POMPA

ELEVASI SASARAN
D2 = 300 mm Elv. Target : 700 m
L2 = 1.000 m
C2 = 120
D1 = 250 mm
L1 = 500 m
C1 = 100
Q: 50 l/s
ELEVASI POMPA
Elv. Pompa : 650 m
Ds = 300 mm
Ls = 12 m
Cs = 100

ELEVASI AWAL
Elv. Asal : 646 m

Nama Accessories Jumlah K ΣK


Foot valve 1 1,8
Bend 90⁰ 1 0,2
Reducer 1 0,9
Pipa Isap Σ Ks :

Nama Accessories Jumlah K ΣK


Reducer 1 0,3
Check valve 1 1,2
Gate Valve 1 0,1
Meter Air 1 0,4
Bend 90⁰ 4 0,2
Bend 45⁰ 3 0,1
Pipa Tekan I Σ K1 :

Nama Accessories Jumlah K ΣK


Bend 90⁰ 3 0,2
Bend 45⁰ 4 0,1
Keluaran Pipa 1 1
Pipa Tekan II Σ K2 :

76
2. Perhitungan Kecepatan Aliran .

Debit : Q= 50 l/s = 0,05 m3/s

Diameter Pipa-s : Ds = 300 mm 0,3 m


Kecepatan di PP-s :
vs = m/s

Diameter Pipa -1 : D1 = 250 mm 0,25 m


Kecepatan di PP-1 :
v1 = m/s

Diameter Pipa -2 : D2 = 300 mm 0,3 m


Kecepatan di PP-2 :
v2 = m/s

Perhitungan Energi Kecepatan .


Energi Kecepatan di PP-s : Eks m
Energi Kecepatan di PP-1 : Ek1 m
Energi Kecepatan di PP-2 : Ek2 m

Head Loss Minor Suction : hms = ΣKs (Eks) m


Head Loss Minor Discharge 1 : hmd1 = ΣK1 (Ek1) m
Head Loss Minor Discharge 2 : hmd2 = ΣK2 (Ek2) m
Jumlah Head Loss Minor ∑hm : hms + hmd = m

a. Jaringan Suction :
Q= 0,05 m3/s
Ds = 0,3 m
Ls = 12 m
Cs = 100
hfs = m

77
b. Jaringan Discharge 1 :
Q= 0,05 m3/s
Dd1 = 0,25 m
Ld1 = 500 m
Cd1 = 100
hfd1 = m

c. Jaringan Discharge 2 :
Q= 0,05 m3/s
Dd2 = 0,3 m
Ld2 = 1.000 m
Cd2 = 12
hfd2 = m

Jumlah Head Loss Minor ∑hf : hfs + hfd1 + hfd2 = m

Perhitungan Head Loss Total :


∑hl = Σhm + Σhf = M

Perhitungan Head Pompa :


HP = ht + ∑hl +Ek2 = m

KOORDINAT KEBUTUHAN POMPA :


Q= m3/s = m3/h
H= m

78
79
80
81

Anda mungkin juga menyukai