1
b. Pengguna belum mengerti cara mengoperasi darurat pompa apabila nilai
tegangan listrik menurun .
c. Pengguna belum memahami penunjukkan nilai-nilai pada alat ukur (panel
dan name plate) , menganalisa dan memberi solusi yang tepat atas
kejangggalan yang dialami .
d. Pengguna belum mengetahui/ atau melaksanakan pengukuran kinerja
system, atau
e. Belum tersedia Sumber Energi penggerak Mula alternatip .
2
c. Terinventarisir data input, data terbangun (as built drawing), sehingga mudah
dievaluasi saat diperlukan .
d. Dari tahun ke tahun dapat dimonitor perkembangan atau kemunduran
system .
3
II. PERENCANAAN SYSTEM POMPA
1) Massa yang disimbulkan dengan “m” adalah salah satu besaran pokok
yang menyatakan kuantitas zat yang dikandungnya, dengan besaran
“kilogram”. Besaran pokok yang lainnya adalah Panjang, dengan
satuan “meter”, waktu dengan satuan “sekon” dan suhu dengan
satuan “derajat Celsius” yang disimbulkan dengan “⁰C” .
Untuk menyatakan Satuan yang lebih besar atau lebih kecil dari
besaran pokoknya, disepakati symbol satuan sebagai berikut .
4
Massa jenis yang disimbulkan dengan “ρ” adalah perbandingan
antara massa dengan volume suatu benda .
Rumus :
𝒎
𝝆=
𝑽
ρ = massa jenis (kg/m3)
m = massa (kg)
V = volume (m3)
Rumus :
𝑳
𝒗=
𝒕
v = kecepatan (m/s)
L = panjanga (m)
t = waktu (s)
Rumus :
𝒗
𝒂=
𝒕
a = percepatan (m/s2)
v = kecepatan (m/s)
t = waktu (s)
Rumus :
𝑭 = 𝒎 (𝒂)
F = gaya (kg. m/s2 = Newton)
5
m = massa (kg)
a = percepatan (m/s2)
Gaya yang disebabkan oleh gaya tarik bumi yang disimbulkan “w”
disebut sebagai “gaya berat” adalah perkalian antara massa dengan
percepatan gravitasi bumi .
Rumus :
𝒘
𝜸=
𝑽
γ = massa jenis (N/m3)
w = berat (N)
V = volume (m3)
Rumus :
𝑾 = 𝑭 (𝒔)
W = usaha (N.m = Joule)
F = gaya (N)
s = jarak (m)
Rumus :
𝑾
𝑷=
𝒕
P = daya (N.m/s = watt)
W = Usaha (N.m), satuan usaha yang lain adalah
6
watt.sekon yang kemudian diturunkan
menjadi Kwh
(1 kwh = 36 x 105 Joule) .
t = waktu (s)
Catatan :
Hukum bernoulli adalah salah satu cara perhitungan aliran zat cair
tertutup (dalam pipa) , dengan kaidah : bahwa dalam setiap
proses/kegiatan, “ Energi awal sama dengan Energi akhir” , artinya
bahwa tidak ada energy yang hilang . Yang ada adalah berubahnya suatu
bentuk energy , misalnya perubahan bentuk energy menjadi panas,
cahaya, suara, dll.
Rumus :
𝑬𝒑 = (𝒎)(𝒈)(𝒉)
Rumus :
7
𝑬𝒌 = (½)(𝒎)(𝒗𝟐 )
Ek = Energi Kinetik (Joule)
m = Massa (kg)
v = Kecepatan (m/s)
Catatan :
F=mxa
F = Gaya (N)
m = Massa (kg)
a = Percepatan (m/s2)
E=U=Fxa
1 kg.m/s2 = Newton
1 N.m = kg.m/s2. m = kg.m2/s2= Joule
Rumus :
𝑭
𝒑=
𝑨
Satuan tekanan yang sering disebut antara lain : Atm, Bar, cmHg,
kg/cm2, mka, dll .
8
Energi Tekanan Statis
Kinetik
(Ek1) Energi Grade Hilang
Line (EGL) Tekanan
Tekanan (∑hl)
di 1 Hidroulic Grade
ha = pa/γ
(p1/γ) Line (HGL) Energi
1 Kinetik
V1 (Ek2)
a Sisa
Tekan
2 (p2/γ)
Tinggi 1 V2
(Z1) Tinggi a
Tinggi 2
(Za)
(Z2)
Garis Acuan/datum
Rumus :
𝑬𝒑𝟏 + 𝑬𝒌𝟏 + 𝒑𝟏 = 𝑬𝒑𝟐 + 𝑬𝒌𝟐 + 𝒑𝟐 + ∑𝒉𝒍
Bentuk satuan dari masing-masing energy masih belum sama (seragam), oleh
sebab itu maka dilakukan penyesuaian, dengan menyamakan satuan dalam
bentuk “meter kolom air = m “ yaitu membagi komponen energy dengan
gaya berat = (m x g) dan tekanan dengan berat jenis, sebagai berikut :
9
o Energi Tekanan, sebagaimana energy potensial, sehingga :
𝒑 𝒑
(𝝆)(𝒈)
= (𝜸), satuan (N/m2) : (N/m3) = “meter” .
Apabila nilai masa jenis Air Raksa = ρHg = 13.600 kg/m3 dan percepatan
gravitasi bumi = g = 9,81 m/s2, maka nilai pa =
(13.600kg/m3)(76/100m)(9,81m/s2) = 101.396,2 N/m3 .
Analog dengan dasar perhitungan tersebut apabila tabung Toricelli tersebut
diisi dengan air yang mempunyai nilai ρH2O = 1.000 kg/m3, maka nilai pa =
101.396,2 N/m3 .= (1.000kg/m3)(x)(9,81m/s2), atau x = 10,3 m . Atau dengan
kata lain 1 mka = 10 m
10
1 Pa 1 10-5 1,020 .10-4 1,020 .10-5 9,869 10-4 1,450. 10-4
1 Bar 10 5 1 10,20 1,020 0,9869 14,50
1 mka 9.806,7 0,098 1 0,1 0,0967 1,422
1 at 98.067 0,9807 10 1 0,9678 14,22
1 atm 101.325 1,013 10,33 1,033 1 14,70
1 psi 6.895 0,0689 0,7031 0,0703 0,068 1
Dikutip dari GRUNDFOS PUMP HANDBOOK -2000
TABEL
Tekanan Atmosfir ( 1 mka = g.103 )
TINGGI TEMPAT TEKANAN ATMOSFIR (Pa)
( m ) dpl ( mka ) ( N/m2)
0 10,33 101.337,3
100 10,21 100.160,10
200 10,09 98.982,90
300 9,97 97.805,70
400 9,85 96.628,50
500 9,73 95.451,30
600 9,62 94.372,2
800 9,39 92.115,90
1.000 9,16 89.859,60
Prinsip kerja Sistem Pompa adalah memindahkan zat cair dari satu
tempat (elevasi awal) ke tempat lainnya (elevasi sasaran) .
Elevasi awal digambarkan sebagai Tadah Isap, yang di lapangan
diwujudkan dalam bentuk sumuran, intake, reservoir atau sumur . Pada
posisi ini dianggap elevasi (h1) dan kecepatannya (v1) berharga “nol”
sedang tekanan yang berlaku adalah tekanan atmosfir = pa1 .
Elevasi sasaran digambarkan sebagai Tadah Tekan, yang di lapangan
diwujudkan dalam bentuk reservoir, bak pengumpul, atau pipa pancur
pada kran pelayanan . Pada posisi ini dianggap elevasi = h2, kecepatan = v2
dan tekanan = pa2 . Seringkali nilai pa1 dianggap = pa2, karena selisihnya
relatip kecil .
Elevasi pompa pada umumnya diposisikan di atas tadah isap, sejajar
tadah isap, di bawah tadah isap atau bahkan dapat di dalam tadah isap .
Beda elevasi antara zat cair pada tadah isap sampai pusat pompa disebut
sebagai head isap (suction) (=hs), beda elevasi antara pompa dengan
elevasi zat cair pada tadah tekan (atau elevasi pipa tertinggi) disebut
11
sebagai head tekan (discharge)(=hd) , sedang jarak total antara elevasi
zat cair pada tadah isap ke elevasi zat cair (pipa tertinggi), disebut sebagai
head total statis (=ht) .
Pada umumnya nilai : ht = hs + ht . Nilai “ht” adalah besar energy yang
dipergunakan untuk melawan sifat gravitasi bumi, agar zat cair dapat
berpindah tempat dari titik 1 (elevasi awal) ke titik 2 (elevasi sasaran) .
Apabila posisi tadah isap berada di atas pompa, maka nilai : ht = hd – hs .
Tekanan
Atmosfir
Elevasi
sasaran
Elevasi
Awal
Tadah Isap
(= Suction)
Rumus :
𝟐
𝒗𝟐 𝟐 − 𝒗𝟏 𝒑𝟐 − 𝒑𝟏
𝑯𝑷 = ( ) + ( ) + (𝒉𝟐 − 𝒉𝟏 ) + 𝜮𝑯𝒍
𝟐𝒈 𝜸
12
𝒑𝟐 − 𝒑𝟏 Selisih antara tekanan awal dan sasaran
( )
𝜸 = selisih Energy Tekanan .
(𝒉𝟐 − 𝒉𝟏 ) Selisih antara elevasi awal dan sasaran
= selisih Energy Potensial
𝜮𝑯𝒍 Jumlah seluruh nilai Kehilangan
Tekanan pd jaringan .
Rumus :
𝟐
𝒗𝟐
𝑯𝑷 = ( ) + (𝒉𝒕) + 𝜮𝑯𝒍
𝟐𝒈
Hp = Head Total Pompa ( m )
𝒗𝟐 𝟐
( 𝟐𝒈 ) = Energi Kinetik zat cair pada pipa menjelang masuk ke
dalam tadah tekan ( m )
∑Hl = hms + hfs + hmd + hfd = Jumlah total kehilangan
head pada jalur pipa zat cair ( m ) .
p2
Ek2
Elevasi
hf2 sasaran
hm2
Elevasi
p1 hd
Pompa
HP
ht
Tadah Tekan
POMPA hs
Elevasi hm1
Awal
hf1
Tadah Isap
Ek1
13
o Karena nilai P1 = P2 = Tekanan Atmosfir setempat (yang nilainya relatip
𝑝2 −𝑝1
sama), maka nilai ( ) menjadi = 0 .
𝛾
o Karena selisih antara h2 dan h1 = selisih tinggi antara elevasi awal dan
elevasi sasaran zat cair = ht = hs + hd , maka nilai
𝑣2 2
𝐻𝑃 = ( ) + 0 + ℎ𝑡 + 𝛴𝐻𝑙 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 𝑑𝑖𝑡𝑢𝑙𝑖𝑠 𝐻𝑃
2𝑔
= 𝐸𝑘2 + ℎ𝑡 + 𝛴𝐻𝑙
o Nilai 𝛴𝐻𝑙 , terdiri dari : Σhls + Σhld
Σhls = hms + hfs = Jumlah kehilangan tekanan pada jaringan Isap
(suction)
Σhld = Jhmd + hfd = umlah kehilangan tekanan pada jaringan tekan
(discharge)
o Adapun tiap jaringan Isap (suction) maupun Tekan (discharge) , terdiri
dari : hf dan hm
Rumus :
𝑸 = 𝟎, 𝟐𝟕𝟖𝟓 (𝑪)(𝑫𝟐,𝟔𝟑 )(𝑺𝟎,𝟓𝟒 )
Q = kapasitas aliran zat cair = debit aliran (m3/s)
C = kosntanta nilai kehilangan tekanan dalam pipa
D = diameter nominal pipa (m)
ℎ
S = sloof = perbandingan antara 𝐿𝑓
𝒉𝒇 = nilai kehilangan tekanan gesek (friksi) antara zat cair
dengan dinding pipa (m), disebut sebagai Major Losses
( = Kehilangan Tekanan pada Pipa Lurus )
L = panjang pipa (m)
14
Nilai Konstanta Hazen Williams untuk beberapa literature tidak tepat
sama, namun sebagai acuan, sebagaimana di bawah ini :
Nilai CHW
No. Jenis / Bahan Pipa Batas Batas
Atas Bawah
1 Asbestos Cement Pipe (ACP) 140 80
2 Polyvinyl Cloride/Polyethiline Pipe (PVC/PE) 150 140
3 Ductile/Cement Iron Pipe (DCIP) 150 80
4 Steel Pipe (SP) 120 110
5 Galvanished Iron Pipe (GIP) 140 130
6 Concreet Pipe (Pipa Beton) 130 80
Rumus :
𝑳 𝒗𝟐
𝒉𝒇 = 𝒇 ( )
𝑫 𝟐𝒈
𝒗𝟐
(𝟐𝒈) = energy kinetic aliran (m)
v = kecepatan aliran (m/s)
D = diameter nominal pipa (m)
g = percepatan gravitasi bumi (m/s2)
𝒉𝒇 = nilai kehilangan tekanan gesek (friksi) antara
zat cair dengan dinding pipa (m)
L = panjang pipa (m)
f = koefisien Darcy = nilai factor gesek (nilainya
masih diperhitungkan dan pembacaan
Moody Diagram .
15
Pada perhitungan ini diperlukan nilai :
Contoh Perhitungan :
Jawaban :
4(𝑄) 4(500⁄1000)
Mencari kecepatan aliran : 𝑣 = = 500 2
=2,5478 m/s
𝜋𝐷 2 3,14( )
1000
𝑣(𝐷) 2,5478(500⁄1000)
Mencari nilai NRe : 𝑁𝑅𝑒 = = = 1.474.404
𝜈 0,864 (10−6 )
∈ 0,3
Mencari nilai Kekasaran Relatif : 𝐷 =500 = 0,0006
𝑳 𝒗𝟐
Menghitung Kehilangan Tekanan : 𝒉𝒇 = 𝒇 𝑫 (𝟐𝒈) =
(2,5478) 2
(0,018)(1.000⁄500 )( 2(9,81) )= 11,9106 m
1000
16
Menghitung Kehilangan Tekanan : ℎ𝑓 =
𝑄 1,8519
(0,2785(𝐶)𝐷2,63 ) (L)
500 1,8519
1000
= ( 500 2,63
) (1.000) =12,2006 m
0,2785(120)( )
1000
MOODY DIAGRAM
Rumus :
17
𝝁
𝜸=
𝝆
18
Rumus ini disebut sebagai instrument untuk menghitung Minor
Losses, yaitu kehilangan yang disebabkan oleh letak accessories dan
valve pada jaringan pipa . Disebut “minor” karena nilai hasil
perhitungan biasanya jauh lebih kecil dibanding dengan hasil
perhitungan major losses pada pipa lurus .
Acessories dimaksud antara lain :
a) Belokan (bend, knee, boch, dll),
b) Pencabangan (Tee, Why, Cross, dll),
c) Pengecilan/pembesaran pipa (Reducer, Enlarger, Expancer, dll),
d) Celah (orifice),
e) Katup (valve),
f) Meter Air,
g) Dll.
Rumus :
𝒗𝟐
𝒉𝒎 = 𝑲
𝟐𝒈
Karena :
𝒗𝟐
= 𝑬𝒌
𝟐𝒈
maka
𝒉𝒎 = 𝑲 𝑬𝒌
19
us perhitungan nilai-nya untuk berbagai accessories .
R/D 1 1,5 2 3
D θ° d d θ° D
Untuk 45o< s < 180o , nilai Untuk 45o< s < 180o , nilai
20
CONTOH NILAI “K” VALVE
Swing
1,44 1,39 1,20 1,15 1,10 1 0,98
Check
Valve
Spring
7,30 6,6 5,9 5,30 4,6 4,6 4,60
Check
Valve
Foot
Valve
1,97 1,91 1,84 1,78 1,72 1,72 1,72
with
Straner
Zat cair yang mengalir melalui pipa (saluran tertutup) dengan ukuran
diameter sama atau berbeda, akan mempunyai nilai debit yang sama
(= kontinyu) .
v1 v2
D1 A1 A2 D2
Q1 = Q2
Q = v (A)
𝜋𝐷2
A= 4
𝜋𝐷2 𝜋(𝑣)𝐷2
Q=v( )=
4 4
Rumus : Rumus :
21
𝝅𝑫𝟐 𝟒(𝑸)
𝑸 = 𝒗( ) 𝒗=
𝟒 𝝅𝑫𝟐
𝟒(𝑸)
𝒗=
𝝅𝑫𝟐
𝒗𝟐
𝑬𝒌 =
𝟐𝒈
Rumus :
𝟎, 𝟐𝟖𝟕𝟔 𝐐 𝟐
𝑬𝒌 = ( )
𝑫𝟐
22
2) Menambah tekanan zat cair untuk keperluan mengangkat beban
(kempa), hiasan (air mancur), agar menjangkau tujuan yang lebih jauh
(pemadam kebakaran), pengabutan bahan bakar (pembakaran), dll.
3) Mengalirkan zat cair agar terjadi pergantian suhu
(radiator/pelumasan), nutrisi (jantung buatan), sifat aliran yang
konstan (dosing) , dll.
Maksud yang berbeda akan menentukan jenis pompa yang berbeda pula .
Pompa Dosing tidak layak dipergunakan untuk mengangkat air dari sumur
dalam, apalagi untuk mengalirkan darah ke tubuh mahluk hidup .
23
o Eksplosive
o Kesadahan
o Derajat keasaman
o Karsiogenic/racun
Sifat lain yang perlu mendapat perhatian khusus, antara lain :
Pengaliran obat-obatan, makanan & minuman (higienis)
Bahan Bakar (bahaya)
Aliran darah (kesehatan dan ketelitian)
Jenis pompa dan system yang dipilih tentu akan berbeda satu dengan
yang lain, agar diperoleh nilai kinerja yang sesuai .
c. Ketahui dari mana zat alir diperoleh dan berapa kebutuhan system .
Untuk memperoleh gambaran tentang nilai kapasitas dan head yang
diperlukan system pompa, diperlukan data asal zat cair yang akan
dipompa .
Data tersebut meliputi :
o Berapa elevasi zat cair saat mencapai ketinggian maksimal (HWL),
atau minimal (LWL) (fluktuasi) .
o Dalam operasi apakah diperlukan sensor pengendali level zat cair atau
tidak .
o Kapasitas zat cair yang akan dipompa apakah memperoleh
rekomendasi pengembilan dengan debit perencanaan bebas atau ada
nilai pembatasan tertentu .
o Apa telah tersedia Tadah Isap yang memenuhi criteria teknis atau
diperlukan pembangunan baru .
o Apakah telah ditentukan kebutuhan kapasitas pengaliran zat cair atau
diperlukan perhitungan kebutuhan sesuai dengan target pelayanan .
o Pengambilan zat cair dilakukan dengan positive atau negative suction
.
24
Pertimbangan arah masuk zat cair dari jaringan lebih tepat dari atas,
samping atau bawah .
Dalam Tadah Tekan apakah terjadi peristiwa kimiawi (pengolahan) .
Input zat cair ke tadah tekan bersifat konstan atau intermiten .
Sisa Tekan pada titik sasaran apakah diperlukan criteria nilai atau
tidak (boster) .
Ketahui fungsi pompa, apakah sebagai pompa penyalur, boster atau
dosing .
f. Ketahui kondisi dan situasi jaringan pipa pembawa zat alir dari asal ke
tujuan .
Diameter dan jenis pipa dipilih berdasarkan kondisi jalur pembawa zat
cair . Hal yang menentukan ukuran dan jenis pipa, antara ;lain :
Jenis zat cair yang akan dialirkan .
Medan pemasangan jaringan (berlumpur, padat lalu lintas,
perkampungan, dll) perlu mendapatkan perhatian khusus .
Besar tekanan /head yang akan dihasilkan system pompa .
Kelengkapan system pengendali , fitting, accessories dan pengaman
jaringan (hydrophore, valve, check valve, BPT, Air valve , jembatan
pipa, dll) perlu direncanakan sedini mungkin, sebagai bahan
perhitungan head loss Minor .
25
Perlu data panjang dan diameter pipa yang sejenis sebagai dasar
perhitungan head loss Major .
Elevasi tiap titik/node pada jaringan perlu diinventarisir sebagai bahan
kajian dalam menentukan letak air valve atau kebijakan tapping
jaringan .
26
hd
ht
hs
d. Mengetahui dari arah mana jaringan pipa Tekan masuk ke Tadah Tekan
Pada contoh di atas pipa inlet ke Tadah Tekan dari atas, sehingga sebagai
acuan tinggi “hd” adalah letak pipa Tekan teratas .
27
Pada contoh di atas, panjang pipa Isap Ls = 12 m, diameter pipa Ds = 200 mm
dan Koefisien Hazan Williams Cs =110 .
a. Jaringan Suction :
Nama Accessories Jumlah K
Foot valve 1 1,91
Bend 90⁰ 1 0,17
Reducer 1 0,9
Manometer 0 0
b. Jaringan Discharge -1 :
Nama Accessories Jumlah K
Reducer 1 0,24
Check valve 1 1,39
Gate Valve 1 0,12
Meter Air 0
Manometer 0
Bend 90⁰ 4 0,17
Bend 45⁰ 0
c. Jaringan Discharge 2 :
28
Nama Accessories Jumlah K
Bend 90⁰ 3 0,17
Bend 45⁰ 4 0,11
Keluaran Pipa 1 1
Catatan :
Symbol dan gambar yang dipakai adalah kode yang lazim dipergunakan
dalam Perencanaan jaringan Pipa .
Rumus :
𝑷𝒏 = 𝑷𝟎 (𝟏 + 𝒓)𝒏
Berikut ini contoh perhitungan kebutuhan air (kapasitas pompa), dengan cara
memproyeksi jumlah penduduk .
29
PROYEKSI JUMLAH PENDUDUK
Data 1 2 3 4 5 6 7 8 Σr
T 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002
P 9.000 9.150 9.350 9.550 9.660 9.780 9.950 10.678
ΔP 150 200 200 110 120 170 728
r 0,0167 0,0219 0,0214 0,0115 0,0124 0,0174 0,0732 0,1744
r rata2 0,0249
Komposisi HU 25 %
Jumlah Pelayanan HU untuk 2.600,29 Jiwa
Pengguna HU 100 Jw/HU
Jumlah HU 26,00 Unit
Jumlah HU dibulatkan : 26 Unit
Dg demikian yg Terlayani HU 2.600 Jiwa
Komposisi SR 75 %
Jumlah Pelayanan SR untuk 7.800,88 Jiwa
Pengguna SR 5 Jw/SR
Jumlah SR 1.560,18 Unit
Jumlah SR dibulatkan : 1.560 Unit
Dg demikian yg Terlayani SR 7.800 Jiwa
Konsumsi HU 30 lt/Jw/hr
Kebutuhan Air utk HU = QHU 78.000 lt/hr
30
Konsumsi SR 130 lt/Jw/hr
Kebutuhan Air utk SR = QSR 1.014.000 lt/hr
31
Apabila jumlah accessories dan nilai tetapan kehilangan tekanan “K”-nya
sudah diketahui, maka hasil perkalian keduanya merupakan jumlah nilai “K”,
atau disimbolkan sebagai “ΣK” .
Nilai Head Loss Minor merupakan perkalian antara jumlah nilai “K” terhadap
nilai Energi Kinetik zat cair yang mengalir pada accessories tersebut .
Energi Kinetik aliran air diperhitungkan terhadap nilai kecepatan aliran yang
melewati pipa yang bersangkutan .
Rumus :
𝒗𝟐
𝑬𝒌 =
𝟐𝒈
Nilai “v” pada rumus tersebut diperoleh dari perhitungan debit dan nilai
diameter pipa yang dilalui. Untuk ketiga jenis diameter pipa yang ada dapat
dihitung kecepatannya dengan rumus, sebagai berikut :
Rumus :
𝟒𝑸
𝒗=
𝝅𝑫𝟐
32
Dari nilai yang diperoleh, selanjutnya dihitunglah nilai Head Loss Minor
(accessories), sebagai berikut :
Rumus :
𝒉𝒎 = 𝜮𝑲(𝑬𝒌)
Dari ketiga ukuran pipa, besarnya nilai Head loss Minor Acessories, diperoleh
hasil hitung :
Rumus :
𝟏,𝟖𝟓𝟏𝟗
𝑸
𝒉𝒇 = ( ) 𝑳
𝟎, 𝟐𝟕𝟖𝟓 𝑪 𝑫𝟐,𝟔𝟑
a. Jaringan Suction :
Q= 0,020 m3/s
Ds = 0,20 M
Ls = 12,0 M
Cs = 110
hfs = 0,0384 m
33
b. Jaringan Discharge1 :
Q= 0,020 m3/s
Dd1 = 0,25 M
Ld1 = 500,0 M
Cd1 = 110
hfd1 = 0,5403 m
c. Jaringan Discharge 2 :
Q= 0,020 m3/s
Dd2 = 0,30 M
Ld2 = 1.500,0 M
Cd2 = 120
hfd2 = 0,5677 m
d. Apabila ada persyaratan sisa head pada ujung kritis, dapat diamati letak titik
kritisnya .
Persyaratan nilai Sisa Head biasa dipergunakan pada system pompa Boster,
dimana dipersyaratkan Sisa Head pada ujung pelayanan terkritis minimal 10
meter kolom air atau tekanan 1 atmosfir .
Karena pada contoh di atas bukan tipe pompa boster, maka tidak
diperhitungkan sisa head 10 mka pada daerah kritis .
b. Perhitungan Head Loss Total (Σhl = Σhm + Σhf = 0,0902 + 1,1465 = 1,2367 m)
c. Perhitungan Energi Kinetis akhir (saat air akan masuk ke tadah tekan) Ekd2 =
0,041 m .
Dengan operasi penjumlahan unsur-unsur tersebut di atas diperoleh nilai :
Dengan telah diperolehnya nilai Head Total Pompa ini, maka sudah jelas nilai
Koordinat Kebutuhan Pompa , yaitu :
34
KOORDINAT KEBUTUHAN POMPA :
Q= 0,02 m3/s = 72,00 m3/h
H= 51,2 m
35
Gambar C.4.1: Kurva System, Efesiensi Maksimum, NPSH Requirement dan
Daya Pompa
36
d. Memenuhi nilai Nett Positive Suction Head yang dipersyaratkan .
Meskipun telah diperoleh nilai Koordinat kebutuhan pompa sebagaimana di
atas, tidak serta merta dapat dipilih jenis/seri Pompa, sebelum
diperhitungkan nilai Nett Positive Suction Head yang tersedia dalam system
(NPSH Available), karena kerja pompa belum dapat dinyatakan baik apabila
belum diperoleh nilai NPSH Available lebih besar dari NPSH Requirement .
Nilai NPSH Available diperhitungkan, sebagai berikut :
Rumus :
𝑷𝒂 𝑷𝒗
𝑵𝑷𝑺𝑯𝑨𝒗𝒂𝒊𝒍𝒂𝒃𝒍𝒆 = − − 𝒉𝒔 − 𝒉𝒍𝒔
𝜸 𝜸
Nilai NPSH Requirement (NPSH yang dibutuhkan), dapat dibaca pada Kurva
Karakteristik Pompa terpilih, sebagai gambar di bawah ini :
Karena Nilai NPSH Requirement yang terbaca pada karakteristik pompa =
NPSH Req = 2,8 m, mengindikasikan bahwa NPSH Av = 4,3 m > NPSH Req =
37
2,8 m , sehingga secara teotitis System Pompa dinyatakan dapat berfungsi
dan aman dari timbulnya Kavitasi .
PERIODE A
Jam Kerja
Pompa Jam Kerja I II Istirahat/
0 s.d. 12 12 s.d. 24 Overhoul
A x
B X
C x
PERIODE B
Jam Kerja
Pompa Jam Kerja I II Istirahat/
0 s.d. 12 12 s.d. 24 Overhoul
A x
B x
C X
PERIODE C
Jam Kerja
Pompa Jam Kerja I II Istirahat/
0 s.d. 12 12 s.d. 24 Overhoul
A X
B x
C x
38
e. Ketersediaan Pompa di pasaran (yang diproduksi oleh pembuatnya) .
Hasil perhitungan di atas dapat menyimpulkan bahwa kapasitas yang
diperlukan oleh system minimal dengan nilai Q = 72 m3/h dan H = 51,2 m .
Pemilihan Pompa selanjutnya dilihat pada brosur Pompa yang ada di pasaran
.
Ada berbagai macam produk pompa yang diiklankan di Internet. Satu
diantaranya adalah Grundfos dengan type NK, sebagaimana data berikut :
39
Gambar C.5.1: Performance Range Pompa dan Putaran Motor
40
Gambar C.5.2 : Performance Curve, Curva System dan Diameter Impeller
Rumus :
𝑸𝟎,𝟓
𝒏𝒔 = 𝟎, 𝟏𝟐𝟗 𝒏
𝑯𝟎,𝟕𝟓
41
Gambar C.5.3: Jenis Pompa dan Nilai Putaran Spesific Pompa
42
Data pada koordinat Titik Kerja Terpilih
(Maksimum) : TK. Pompa Terbaik
Q= 82 m3/h = 0,0228 m3/s a. ɳmak = 71,8%) .
H= 56 m b. H = 56 m .
α= 20 %= 0,2 c. Q = 82 m3/h
ή= 71,8 %= 0,718 d. P = 17,5 kw .
ήtr = 95 %= 0,95 e. NPSH Req = 2,8 m
γ= 9.793,3 N/m3
Perhitungan Daya
43
MENENTUKAN TITIK KERJA POMPA
Gambar C.6.1 : Performance Curve, Nomor Seri Pompa dan Diameter Impeler
44
Gambar C.6.2 : Kurva Daya Poros Pompa dan NPSH Requirement
45
Gambar C.6.3 : Kurva System akibat perubahan Level Air di Tadah Isap
46
Gambar C.6.5 : Kurva System dan Kurva Pompa Gabungan Paralel
47
d. Mengetahui pengaruh perubahan Putaran Poros Pompa dan Diameter
Impeler.
a) Perubahan nilai putaran poros pompa (n), berdasarkan Hukum
Kesebangunan (Affinity Law) akan berpengaruh terhadap kinerja
system Pompa .
Dengan mempergunakan hukum tersebut, dapat dilakukan rekayasa
(modifikasi) yang disesuaikan dengan kebutuhan , misalnya :
Analisa thd nilai P,Q dan H apabila putaran impeler diganti dg 1.450
rpm atau D dg 210 mm
n1 n2
D1 D2
219 mm 210 mm
Q=
82
m3/h 72,30
H=
56
m 51,49
P=
17,5
kw 15,43
48
e. Mengetahui hubungan antara Pompa dengan Kelistrikan dan peralatan
monitor (sensor pengendali system) .
Kerja pompa sangat dipengaruhi oleh Tenaga Penggerak Mula . Gangguan
pada Tenaga Penggerak Mula, misalnya listrik, tidak hanya akan
mengakibatkan berhentinya produksi system, namun apabila system jaringan
pompa tidak dilengkapi dengan proteksi Water Hammer, akan terjadi
kerusakan pada pipa, accessories maupun pompa itu sendiri .
Oleh karena itu maka pengetahuan tentang Kelistrikan dan Efisiensi Energi
dalam system pompa perlu dipahami oleh Pengguna Pompa , diantaranya
adalah :
Pengetahuan tentang fungsi alat ukur pada Panel Listrik
Pengetahuan tentang system Pengasutan Motor Listrik
Pengetahuan tentang system proteksi terhadap Kavitasi (Low Water
Level Control)
Pengetahuan tentang Tarif Rekening Listrik dan Konsekwensi (Pinalty)
Pengetahuan tentang nilai Kinerja system Pompa dari masa ke masa
Dan hal lain yang berkaitan dengan system .
Penjelasan tentang hal tersebut akan diuraikan pada judul materi Kelistrikan
dan Efesiensi Energi .
49
III. PENGOPERASIAN SYSTEM POMPA
1. Difinisi
2. Jenis Operasi
a. Menghidupkan Pompa pada awal operasi system
Prosedur menghidupkan atau mematikan kerja/operasi untuk setiap
pompa tidak sama . Langkah yang paling baik adalah prosedur
sebagaimana tertuang di dalam Manual yang dikeluarkan oleh pabrik
pembuatnya atau System Operasi Prosedur (SOP) yang telah dilegalkan
oleh Perusahaan .
50
c) Pada pompa aksial, katup pembocor udara dibuka sebelum katup
aliran keluar ditutup .
Kurva pompa
Kurva Sistem
Q-1
KURVA POMPA DAN KURVA SISTEM DALAM KONDISI LEVEL AIR TINGGI
51
Kurva pompa Kurva Sistem - 2
Kurva Sistem - 1
H-2 Titik Kerja -2
H-1
HWL
LWL
Q-2
KURVA POMPA DAN KURVA SISTEM DALAM KONDISI LEVEL AIR RENDAH
52
Kurva pompa
Kurva Sistem -2
ht = level air
Q-2 Q-1
53
g. Operasi Pompa Sistim Paralel
Operasi Pompa sistem Paralel biasanya diterapkan apabila kebutuhan
kapasitas zat cair tidak dapat dipenuhi oleh system pompa yang tersedia
(Pumpping System), utamanya karena adanya tuntutan kenaikan
pemakaian . Penggabungan pompa secara paralel dapat dilakukan dua
atau lebih pompa yang mempunyai karakter sama atau berbeda .
Tadah Tekan
Pipa Header
Tadah Isap
Kurva Kurva
System Pompa
Tunggal Kurva Gabungan
3 Pompa
Hp3
Kurva
Hp2
Gabungan
Ht1 2 Pompa
Q1 Qp2 Qp3
a a a
54
Kurva
Kurva Kurva Kurva Gabungan
System
Pompa Pompa Pompa “I” dan
“I” “II” “II”
H3
H2
H1
a Q1 Q2 Q3
b
(a+b)
Tadah Tekan
Pompa - 3
Pompa - 2
Pompa - 1
Tadah Isap
55
Kurva
System Kurva
Pompa
“Tunggal”
h
Hs
Kurva Gabungan
Ht
h 2 Pompa
Q1 Qs
Kurva
System
Kurva Gabungan
2 Pompa
Kurva
(h1 +h2)
Q1 Qs
56
Akibat perubahan nilai putaran pompa, berdasarkan Hukum
Kesebangunan ( Affinity Law ), akan berakibat pada perubahan nilai Q, H
maupun P, dengan ketentuan sebagai berikut :
Q1 = n1 (D1)3 Q2 = Q1 (n2)(D2)3
Q2 n2 (D2)3 (n1)(D1)3
Kurva
Pompa pd
Putaran n-1
Kurva Sistem
Kurva
Pompa pd H-2
Putaran n-2
H-1
Q-1 Q-2
57
memerlukan biaya tinggi), oleh sebab itu bisa diperlukan hanya
memotong diameter impellernya saja, atau kalau perlu dengan
mengganti dengan diameter yang lebih kecil dari tipe pompa yang sama .
Q1 = n1 (D1)3 Q2 = Q1 (n2)(D2)3
Q2 n2 (D2)3 (n1)(D1)3
Kurva
Pompa pd
Kurva Diameter
Pompa pd D-1
H1
Diameter
D-2
H2
Q2 Q1
D1 D2
Pengaturan dengan cara ini dapat dilakukan pula dengan mengganti sudu
dengan sudu lain yang sesuai dengan kebutuhan .
58
Θ-2
Θ-1
Tujuan dari operasi ini adalah pemakaian daya yang efisien, disesuaikan
dengan kebutuhan sesaat (temporer) .
59
Alternatip I :
Bila Katup a dan b ditutup
sedang katup 0,1,2,3 dan 4
dibuka serta ketiga pompa di
hidupkan, maka akan terjadi
aliran sebagai Pompa Gabung
Paralel .
AlternatipII :
Bila katup 1 dan 2 ditutup
0 1 2 sedang 0,a, 3, b, dan 4 dibuka
serta ketiga pompa dihidupkan,
3 4 maka akan terjadi aliran
a b sebagaimana Pompa Gabung
Seri .
Alternatip III :
Bila katup b,1,2 dan 3 ditutup
I II III dan pompa III dihidupkan,
maka akan terjadi aliran
Pompa Tunggal .
Kurva
Kurva
Pompa
Pompa
1+2 Kurva
1
Kurva Pompa
System 1 +2+3
H1
H2
H3
Q1 Q2 Q3
a a a
60
Kurva Gabungan
3 Pompa Seri
Kurva Gabungan
2 Pompa Seri
Kurva
h
System
Kurva
Hs3 Pompa
h
Hs2 “Tunggal”
Ht
h OPERASI POMPA SERI YANG
DISESUAIKAN DENGAN
KEBUTUHAN
Q1 Qs3
Qs2
Cincin Antara
Impeler Tengah
61
n. Operasi menangani gangguan Water Hammer
a) Pengertian :
Water Hammer adalah peristiwa perubahan tekanan yang berlawanan
pada system aliran perpipaan yang dapat mengakibatkan kerusakan
pada jaringan pipa maupun instalasi pompa .
b) Gejala :
o Pembukaan katup secara tiba-tiba pada aliran gravitasi
menyebabkan hentakan pada sumua peralatan yang di bawahnya,
sehingga dapat menimbulkan pecahnya pipa atau katup .
o Penutupan katup secara tiba-tiba pada aliran pompa
diumpamakan sebagai mendorong mobil di tanjakan . Saat
pendorong berhenti maka pendorong akan terdorong balik oleh
mobil itu sendiri . Pipa pada system ini dapat pecah atau kempis
sebagai akibat dari tekanan negatip .
o Akibat dari water hammer pompa dan semua komponen pada
system dapat rusak karena hantaman air yang bertekanan .
c) Penyebab :
Pembukaan atau penghentian aliran air dalam pipa yang dilakukan
secara tiba-tiba . Kegiatan ini mungkin disebabkan oleh penutupan
katup secara cepat atau berhentinya motor penggerak pompa sebagai
akibat putusnya aliran listrik .
d) Cara Penanganan :
Memasang Check valve (katup searah) di depan pompa .
Memasang Hydrophore di depan pompa (pipa discharge) .
b) Gejala :
Kemampuan pompa tidak stabil. Kadang dapat memberikan
kapasitas, kadang tidak ( naik-turun) .
c) Penyebab :
Pemilihan karakteristik pompa yang tidak tepat, misalnya dengan
adanya dua kemungkinan nilai head karena bentuk kurva pompa
sedemikian rupa sehingga kurva system memotong kurva pompa di
dua tempat .
62
d) Cara Penanganan :
Ganti pompa yang mempunyai kurva tidak berbukit .
Penggunaan pompa dibawah beban head yang tinggi, sehingga ”ht”
berada di bawah ”Shut off head” atau kurva pompa hanya
berpotongan pada satu titik kerja dengan kurva system .
Q1 Q2
b. Gejala :
Pompa saat bekerja menimbulkan suara berisik, bau benda
terbakar/air mendidih sebagai akibat dari suhu air dalam rumah
pompa yang tinggi .
c. Penyebab :
Sebagai akibat dari berputarnya komponen dalam rumah pompa
tanpa aliran zat cair (pendingin) selain ruang tersebut tekanannya
rendah dan suhu semakin tinggi, maka zat cair akan mendidih pada
suhu di bawah 100oC, akibatnya tekanan Uap Jenuh yang dihasilkan
tinggi . Hal tersebut akan mengurangi nilai NPSH Available .
63
d. Cara Penanganan :
Perhitungkan nilai NPSH Available agar melebihi nilai NPSH
Requirement dengan salah satu upaya adalah menurunkan nilai ”hs”,
memperbesar diameter pipa isap dll .
64
Puncak Bangunan
o Reservoir Kecil
o Switch automatic yang dikontrol dari batasan tekanan zat cair atau
udara dalam tangki .
o Penstabil tekanan kerja pelayanan .
o Pengaman Pompa dan instalasinya dari ancaman Water Hammer .
Guna ”mensetting” nilai tekanan udara agar sesuai dengan tekanan
pelayanan minimal, pada lubang udara di atas tangki tekan dapat
dihubungkan dengan kompressor .
Puncak Bangunan
Tangki Tekan
65
c. Penyediaan dengan Pompa Penguat
System ini dilakukan apabila tekanan (head) yang dihasilkan pompa
tidak memenuhi kebutuhan, sehingga dari jaringan yang masih
bertekanan tersebut ditambahkan head secukupnya agar kebutuhan
kapasitas pada suatu saat dapat dipenuhi .
Puncak Bangunan
Tangki Tekan
66
18. Prosedur Operasi
a. Standard Operation Prosedur
Dalam pengopersian pompa perlu disusun SOP, yang mengacu pada :
b. Pemeriksaan Pendahuluan
Pompa yang baru pertama kali akan dioperasikan, diperlukan
pemeriksaan :
67
Pemeriksaan kelurusan karena pembentukan sudut oleh kedua
poros .
7) Pemeriksaan Katup
Tidak sempurnanya buka/tutup katup tidak hanya akan
menyebabkan tidak mengalirnya zat cair, tapi dapat juga
merusakkan komponen pompa lainnya . Oleh sebab itu maka
diperlukan :
68
8) Pemanasan dan Pendinginan Awal
Beberapa pompa memerlukan system pendinginan atau
pemanasan awal agar dapat dioperasikan dengan baik. Oleh sebab
itu maka :
Pada pompa jenis radial dan campur, saat awal operasi katup
keluar (katup tekan) ditutup penuh selama 5 menit .
Sebaliknya pada pompa jenis aksial, katup tekan harus terbuka
penuh .
Pada pompa benam, katup tekan perlu ditutup sebagian pada
awal operas dengan maksud untuk mengeluarkan udara yang
terjebak di dalamnya . Penutupan tersebut paling lama 5
menit .
69
Hal-hal pokok yang perlu diamati, antara lain : .
3) Pemeriksaan Bantalan
Suhu bantalan yang dapat diijinkan adalah < 40° C di atas suhu
udara disekitarnya .
Yakinkan proses pelumasan berjalan dengan baik, namun
hindari adanya lelehan minyak pelumas pada komponen yang
tidak tepat (pada zat cair yang dialirkan, motor) .
70
6) Penanganan Instrumen
Manometer atau vacumeter sebaiknya dibuka katub
penghubungnya pada saat difungsikan saja . Pembukaan
secara terus menerus dapat menimbulkan percepatan
kerusakan (penurunan tingkat presisi) instrumen, sebagai
akibat dari lonjakan tekanan saat awal operasi .
d. Penghentian Pompa
1) Apabila System tidak dilengkapi katup searah, jangan matikan
motor bila belum tertutup Katup Tekan .
2) Jangan menutup katu Isap bila motor belum mati .
3) Apabila system mempergunakan pompa vacum, setelah motor
mati agar katup pembocor udara (vacum breaker) dibuka agar
tidak terjadi tekanan negatip .
4) Apabila system mempergunakan air pendingin, setelah pompa
mati, tutup saluran air pendingin .
5) Apabila system mempergunakan perapat paking, biarkan air
tinggal dalam kotak selama air masih ada dalam pipa .
6) Apabila listrik padam secara tiba-tiba, segera tombol diposisikan
“off” dan Katup Tekan ditutup .
g. Pengelolaan
o Kartu Kendali
Kartu Kendali memuat data tentang Pompa dan Motor
Penggerak, antara lain :
71
POMPA ELEKTROMOTOR
Putaran Jumlah
Kutub
Tahun Frequensi
Pembuatan (Hz)
Nomor Rating
Pabrik
72
Bagian-bagian yang perlu diperiksa dan periode pemeriksaan
.
1. Pemeriksaan Harian
Pemeriksaan Harian dilakukan oleh Operator, dituangkan
dalam “Log Operasi” , dipergunakan sebagai bahan analisa
terhadap kemungkinan timbulnya gejala gangguan, agar
secara dini dapat diantisipasi .
Perihal Temp Tek Tek Arus Teg Getat/ Temp Paking Ket
Ruang Isap Keluar Listrik Listrik Suara Bantalan Tekan
Tanggal (oC) (m) (m) (A) (V) (oC)
Ada
01-01 tetesan Awal
2014 25 3,5 30,5 50 380 normal 30 air operasi
2. Pemeriksaan Bulanan
Pemeriksaan Tahanan Isolasi pada Pompa Benam, tidak
boleh kurang dari 1 MΩ
5. Pemeriksaan Tahunan
Pemeriksaan Tahunan bersamaan dengan periode Tengah
tahunan
73
Periode tersebut di atas didasarkan pula pada pertimbangan :
5) Penggantian Poros
Penggantian poros dilakukan karena proses korosi, sehingga
ikatannya dengan komponen lain mulai mengendur atau pada
bagian yang tidak bersinggungan mulai mengecil .
74
19. Permasalahan
a. Operator kurang memahami maksud dan tujuan penggunaan pompa .
b. Operator kurang memahami prinsip kerja pompa .
c. Operator kurang memahami nama , fungsi dan kemampuan
komponen dalam pompa .
d. Sensor dan pengendali system tidak berfungsi optimal .
e. Data laporan tidak sesuai dengan kondisi nyata .
f. Operator kurang memahami cara mengoptimalkan (efektif dan
efisien) pompa namun aman .
g. Belum ditentukan System Operation Prosedur (SOP).
h. Operator belum mau/komit terhadap SOP yang tersedia .
75
IV. LEMBAR KERJA PERHITUNGAN PERENCANAAN SYSTEM POMPA
ELEVASI SASARAN
D2 = 300 mm Elv. Target : 700 m
L2 = 1.000 m
C2 = 120
D1 = 250 mm
L1 = 500 m
C1 = 100
Q: 50 l/s
ELEVASI POMPA
Elv. Pompa : 650 m
Ds = 300 mm
Ls = 12 m
Cs = 100
ELEVASI AWAL
Elv. Asal : 646 m
76
2. Perhitungan Kecepatan Aliran .
a. Jaringan Suction :
Q= 0,05 m3/s
Ds = 0,3 m
Ls = 12 m
Cs = 100
hfs = m
77
b. Jaringan Discharge 1 :
Q= 0,05 m3/s
Dd1 = 0,25 m
Ld1 = 500 m
Cd1 = 100
hfd1 = m
c. Jaringan Discharge 2 :
Q= 0,05 m3/s
Dd2 = 0,3 m
Ld2 = 1.000 m
Cd2 = 12
hfd2 = m
78
79
80
81