Anda di halaman 1dari 12

SAP HIPERTENSI DENGAN TERAPI MUSIK KLASIK

Disusun Oleh:

Winda Kamsurya G3A018006

Resi Febyar G3A018007

Ahmat Mutalib G3A018032

Annisa Lusi A G3A018033

Istiqomah G3A018034

PROGRAM STUDI PENDIDIKSN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

TAHUN AJARAN 2018


Pokok bahasan :Sistem kardiovaskuler

Sub Pokok Bahasan :Hipertensi


Topik :Terapi musik klasik
Hari / Tanggal :Kamis, 1 November 2018
Waktu :20 menit
Sasar :Penerima manfaat
Tempat :Ruang anggrek rumah pelayanan sosial lanjut
usia pucang gading semrang
A. Latar belakang
Lansia adalah salah satu anggota dalam keluarga yang semakin
meningkat usia harapan, namun semakin bertambah usia diperlukan
penanganan promotif dan preventif. Untuk mewujudkan lansia yang
bahagia dan berarti untuk orang lain. Karena pada lansia terjadi
penuruanan fungsi organ tubuh sehingga lansia rentang terkena penyakit.
Penyakit yang sering dialami oleh lansia adalah penurunan fungsi jantung
seperti penyakit hipertensi (Maryam, 2008).
Menurut Kemenkes RI, (2017) berdasarkan data proyeksi yang
didapatkan perkiraan jumlah penduduk lansia di Indonesia tahun 2017
berjumlah 23, 66 juta jiwa, pada tahun 2025 diperkirakan penduduk lansia
berjumlah 33, 69 juta jiwa sedangkan pada tahun 2030 diperkirakan
jumlah penduduk lansia di Indonesia berjumlah 40, 95 juta jiwa.
Dari laporan riset prevalensi hipertensi pada umur ≥18 tahun di
Indonesia yang dihasilkan melalui pertanyaan dengan jawaban pernah
didiagnosis tenaga kesehatan sebesar 9,4%, namun dari yang di diagnosis
tenaga kesehatan dan minum obat hipertensi sendiri yaitu 9,5%. Jadi,
hanya 0,1 % penduduk yang minum obat secara mandiri, meskipun tidak
didiagnosis hipertensi oleh tenaga kesehatan. Prevalensi hipertensi di
Indonesia dari hasil pengukuran umur ≥18 tahun sebesar 25,8%. Dari
pemeriksaan tekanan darah presentasi penduduk tertinggi pada kota
Salatiga sebesar 41,52% dibanding kabupaten Banjarnegara lebih rendah
yaitu sebesar 0,83%. Dari prevalensi kasus hipertensi kelompok laki-laki
sebesar 20,88%, lebih tinggi dibandingkan kelompok perempuan yaitu
16,28% (Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2015).
Menurut Rahajeng (2009) dari hasil Analisis penelitian Zamhir
Setiawan didapatkan faktor umur risiko terhadap penyakit hipertensi.
Semakin bertambah usia responden semakin tinggi risiko terjadi
hipertensi. Prevalensi hipertensi semakin meningkat bertambahnya usia.
Pada usia 25-44 tahun hipertensi yaitu 29%, sedangkan usia 45-64 tahun
yaitu 51% dan usia >65 tahun yaitu 65%. Berdasarkan dari pengukuran
tekanan darah prevalensi di Indonesia sebesar 32,2%.
Hipertensi merupakan salah satu gangguan pembuluh darah yang
mengakibatnya terlambatnya suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh
darah yang diedarkan di seluruh jaringan tubuh. Sehingga terjadi
kekurangan pada jaringan tubuh. Mengakibatkan kinerja pompa jantung
menjadi meningkat untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Hipertensi
disebut juga sebagai pembunuh kegelapan (silent killer) karena tidak
disertai tanda dan gejala pada orang tersebut dan telambat menyadari
(Sustrani dkk, 2005).
Penyebab hipertensi antara lain faktor usia, gaya hidup atau pola
makan seperti junk food, arterosklerosis (penebalan pembuluh darah yang
mengakibatkan hilangnya elastisistas darah) dan bertambahnya kerja
pompa jantung serta riwayat keluarga juga penyebab terjadinya hipertensi
(Kowalak dkk. 2011). Kejadian penderita hipertensi diperkirakan sekitar
15 juta warga Indonesia dan hanya 4% yang Controlled hypertension.
Prevalensi 6- 15% terjadi pada orang dewasa dikarenakan proses
degenerative. Kejadian hipertensi mulai meningkat dimulai sejak usia 40
tahun (Bustan, M. N, 2007).
Menurut Profil Kesehatan Indonesia (2011) dalam T. Y. Finansih
(2014), menyatakan bahwa kasus penyakit hipertensi di Indonesia 2010
merupakan sepuluh besar dalam rawat inap maupun rawat jalan. Di rumah
sakit kasus terjadi pada laki-laki sebesar 8.423 pasien dan wanita 11.451
pasien. Dengan jumlah pasien rawat jalan pada laki-laki sebanyak 35.462
dan pasien wanita sebanyak 80.615. Prevalensi kejadian hipertensi di Jawa
Tengah tahun 2010-2011 meningkat dari 562.117 menjadi 634.860.
Menurut Bustan M. N (2007) Penanganan hipertensi memilliki
kriteria harapan sifat ideal antara lain : mengurangi beban kerja jantung,
mengurangi efek samping seperti mual, muntah, mengantuk dan lelah dan
menurunkan tekanan darah. Penanganan farmakologi dengan memberikan
obat antihipertensi seperti diuretik dan penyekat beta. Non farmakologi
menurut Joint National committee on Detenction, Evaluation and Treatmet
of High Blood Pressure meliputi diet rendah garam dengan mengurangi
pemberian garam dapur, aktivitas seperti olah raga yang teratur. Pada
obesitas berat badan menjadi turun serta menghentikan kebiasaan
merokok.
Menurut Sustrani,dkk (2005) penelitian Astutik (2013) salah satu
penanganan non farmakologi hipertensi merupakan terapi komplementer,
yang bersifat sebagai pengobatan alamiah. Terapi komplemeter
diantaranya relaksasi, olahraga, pijat, hipnoterapi, dan musik atau terapi
dansa. Respon relaksasi dapat menurunkan denyut nadi dan frekuensi
pernapasan, tekanan darah dan suplai oksigen serta meningkatnya aktivitas
otak alpha dan suhu kulit perifer (Potter & Perry, 2009). Relaksasi juga
mengakibatkan menurunnya stimulasi. Relaksasi dapat membantu
seseorang membangun ketrampilan kognitif untuk mengurangi pikiran
negatif dalam
Terapi musik menurut Kurniadi (2014) adalah dapat meningkatkan,
memulihan kesehatan emosional, fisik dan spriritual seseorang serta
mengubah keadaan stres menjadi rileks. Menurut Djohan (2003), terapi
musik yaitu salah satu terapi yang mampu mengungkapkan perasaan
amarah tanpa berbicara, dengan alat musik orang mampu berkomunikasi ,
mendengarkan bahkan ikut aktif bermain musik. Dengan terapi musik
dapat membuat keadaan rileks, memperbaiki keadaan emosional dan
mampu meningkatkan daya ingat. Dengan adanya terapi musik diharapkan
mengurangi stres dan mengurangi keadaan sakit. Salah satu contoh terapi
musik akustik merupakan salah satu musik yang mampu meningkatkan
kualitas hidup

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan 1 x 20 menit klien mampu memahami
terapi musik klasik pada penyakit Hipertensi
2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan klien mampu :
a. Menyebutkan pengertian Hipertensi.
b. Menyebutkan penyebab hipertensi
c. Menyebutkan penatalaksanaan hipertensi
d. Menyebutkan pengertian terapi musik klasik pada hipertensi
e. Menyebutkan manfaat terapi musik klasik pada Hipertensi

C. Kegiatan Pembelajaran
1. Mater
Terlampir
2. Metode
Ceramah dan Tanya jawab
3. Media
a. Leflet
b. Lembar balik

D. Perorganisasian kelompok
1. Leader : Ahmad Mutalib
2. Co leader : Resi Febyar
3. Pemateri : Winda Kamsurya
4. Fasilitator : Istiqomah
5. Moderator : Annisa Lusi A
E. Organisasi Pembelajaran

Penderita dan
No. Pengajar Metode Waktu
keluarga

1 Membuka penyuluhan dengan Menjawab Tanya 1 menit


mengucapkan salam salam jawab
2 Menggali tingkat pengetahuan tentang Menjawab dan Tanya 4 menit
penyakit Hipertensi. menjelaskan jawab
3 Menjelaskan tentang penyebab Mendengar Ceramah 3 menit
hipertensi dan menyimak
4 Menjelaskan penataklaksanaan pada Mendengar Ceramah 4 menit
hipertensi dan menyimak
5 Menjelaskan pengertian terapi musik Mendengar Tanya 3 menit
klasik pada hipertensi dan menyimak jawab
6 Menjelaskan manfaat terapi musi klasik Mendengarkan Tanya 4 menit
pada hipertensi dan menyimak jawab
7 Mengakhiri penyuluhan dengan Menjawab Tanya 1 menit
mengucapkan salam salam jawab
Total 20 menit

F. Evaluasi
1. Prosedur : Pre test dan post test.
2. Jenis : Lisan
3. Bentuk : Pertanyaan
G. Pertanyaan test
1. Apa yang dimaksud Hipertensi?
2. Apa uang menyebabkan Hipertensi?
3. Bagaimana penatalaksanaan hipertensi?
4. Apa yang dimaksud dengan terapi musik klasik pada hipertensi?
5. Apa manfaat terapi musik klasik pada hipertensi?
TERAPI MUSIK KLASIK PADA HIPERTENSI

A. Pengertian hipertensi
Hipertensi merupakan sistolik ≥140 mmHg dan diastolik ≥90 mmHg.
Hipertensi yang bermasalah karena tekanan darah menjadi persisten.
Tekanan tersebut mengakibatkan sistem sirkulasi serta organ yang
membutuhkan suplai darah seperti jantung dan otak menjadi tegang. Jika
tidak ditangani dengan baik maka komplikasi menjadi stroke, serangan
jantung, angina, kerusakan ginjal dan masalah mata ( Palmer Anna dkk,
2007).

B. Penyebab hipertensi
Menurut Padila (2013) faktor yang mempengaruhi tekanan darah
antara lain :
a. Faktor keturunan
Riwayat keluarga, hasil data statistik menunjukan orang yang
hipertensi terjadi pada orang tuanya mempunyai penyakit
hipertensi. Jika orang tua yang mempunyai tekanan darah tinggi,
maka kemungkinan besar anaknya akan beriko lebih besar terkena
tekanan darah tinggi.
b. Ciri perseorangan
Yang dimaksut ciri perseorangan adalah umur (bertambahnya umur
resiko mengalami tekanan darah tinggi), jenis kelamin (laki-laki
lebih tinggi dibandingkan perempuan), dan ras (kulit hitam lebih
resiko dari pada kulit putih).
c. Kebiasaan hidup
Gaya hidup yang mengakibatkan hipertensi antara lain
mengkonsumsi garam dalam jumlah besar (lebih dari 30gr).
obesitas (kelebihan berat badan), stres dan akibat mengkosumsi
alkohol terlalu banyak akan meningkatkan tejadinya tekanan darah
dan berkomplikasi pada kardiovaskular, kebiasaan merokok serta
minum obat-obatan. Mengkonsumsi kopi, kurang olahraga serta
makanan yang mengandung gula tinggi dapat menyebabkan
tekanan darah tinggi.

C. Penatalaksanaan hipertensi
Penatalaksanaan hipertensi dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Farmakologi menurut Nugroho (2012) :
a. Penatalaksanaan Antihipertensi
Frekuensi denyut jantung da curah sekucup dipengaruh oleh curah
jantung. Frekuensi denyut jantung akan mempengaruhi saraf
simpatik (reseptor ß –adrenergik), sedangkan curah sekucup akan
menpengaruhi kontraktilitas jantung dan ukuran kompartemen
vaskuler.
b. Penghambat enzim renin (renin inhibitors)
Obat yang bereaksi menhambat kativitas enzim renin, tetapi efek
bagi pasien hipertensi atau tekanan darah tinggi kurang
memuaskan sehingga di klinik penggunaan obat ini sangat jarang
digunakan. Misalnya obat enalkiresn.
c. Blockers
Istilah lain dari Blockers yaitu ß Blokers yang bekerja sebagai
penghambat persarapan simpatik menuju organ jantung. Obat ini
digunakan untuk hipertensi karena dapat menurunkan frekuensi
denyut jantung, curah jantung dan pelepasan renin dari ginjal.
Melibatkan penghambatan pada reseptor ß1 adrenergik. Selain itu
kegunaan lain obat ini antara lain untuk penyakit angina pectoris,
disritmia jantung, infark miokardial dan migran. Misalnya obat
propranolol, atenolol.
2. Penatalaksanaan non farmakologi
Menurut Palmer (2005), terapi non farmakologi yaitu dengan merubah
gaya hidup antara lain;
a. Mengurangi asupan garam
Jumlah tersebut setara dengan 6 g garam atau sekitar 1 sendok teh
per hari.
b. Mengurangi kelebihan berat badan (obesitas)
Secara umum, semakin berat badan maka semakin tinggi tekanan
darah. Maka hal yang harus dilakukan dengan menerapkan pola
hidup sehat dan olahraga yang teratur sehingga akan mengurangi
berat badan serta menurunkan tekanan darah.
c. Membatasi konsumsi alcohol
Minum alkohol sebaiknya pada wanita tidak lebih dari 14 unit per
minggu dan pada laki-laki tidak lebih dari 21 unit per minggu.
d. Olahraga
Hampir sebagian besar orang membuat jadwal sehari-hari untuk
olahraga disela-sela kegiatan yang padat. Sebaiknya olahraga
dilakuakan selama 30 menit dalam sehari dan diusahan setiap hari.
e. Terapi komplementer
Menurut Triyanto (2014), terapi keperawatan dan komplemeter
antara lain sebagai berikut:
1) Terapi relaksasi progresif
Di Indonesia menurut penelitian relaksaai progresif sudah
banyak dilakukan dan terbukti efektif dalam menurukan
tekanan darah pada penderita hipertensi (Erviana, 2009 dalam
Triyanto, 2014).
2) Terapi musik
Terapi musik sebagai salah satu ketrampilan dalam penggunaan
musik dan elemen-elemen musik yang alahi dalam bidang
musik untuk meningkatkan, mempelihhara, serta memperbaiki
kesehatan mental, fisik, emosi dan spiritual.

D. Pengertian terapi musik klasik


Musik klasik adalah musik yang diproduksi dalam seni, atau berakar
dalam, tradisi musik liturgi Barat dan sekuler, yang mencakup periode
yang luas dari sekitar abad ke-9 untuk menyajikan norma-norma sentral
times. The dari tradisi ini menjadi dikodifikasikan antara 1550, dan 1900.
Musik Eropa sebagian besar dibedakan dari banyak bentuk-bentuk lain
musik non-Eropa dan populer oleh sistem notasi staf, digunakan sejak
sekitar abad ke-16. Staf notasi Barat digunakan oleh komponis untuk resep
ke pelaku lapangan, kecepatan, meter, ritme individual dan eksekusi yang
tepat dari sebuah karya musik.

E. Manfaat terapi musik klasik


Alunan nadanya tersebut dipercaya mampu memberikan efek-efek positif
bagi kehidupan manusia. Pengaruh musik klasik (mozart) sebagai
entertaining effect, learning support effect dan sebagai enriching- mind
effect. Karena musik dapat mempengaruhi denyut jantung sehingga
menimbulkan ketenangan karena musik dengan irama lembut yang
didengarkan melalui telinga akan langsung masuk ke otak dan langsung
diolah sehingga menghasilkan efek yang sangat baik terhadap kesehatan
seseorang. Menurut Suryana (2014) manfaat terapi musik untuk kesehatan
antara lain:
1. Meningkatkan kreatifitas sesorang.
2. Berkurangnya kecemasan dan stres.
3. Mengembalikan mood positif.
4. Meningkatkan kosentrasi individu.
5. Membuat rileks.
6. Mengubah emosi menjadi lebih positif ( senang/gembira).
7. Meningkatkan kemampuan dalam bahasa.
8. Mengatasi gangguan autis yang dialami oleh anak-anak
DAFTAR PUSTAKA

Bustan M.N. (2007). Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka Cipta
Dayat, S. (2012). Terapi Musik. http://books.google.co.id /books?
id=fuCO5gqmoVcC&printsec=frontcover&hl=id&source=gbs_vpt_buy#
v=onepage&q&f=false diunduh pada 23 November 2017

Djohar. (2009). Psikologi Musik. Yogyakarta: Best Publisher

Djohan. (2006). Terapi Musik, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Galangpress


Erviana, A. (2009). Pengaruh Pemberian Tehnik Relaksasi Terhadap Penurunan
Hipertensi Di Desa Tulangan Kecamatan Pracimantoro Kabubaten
Wonogiri Jawa Tengah. Jurnal Ners 1 (2)

Kowalak, P.J, dkk. (2011). Buku ajar Patofisiologi. Jakarta; EGC

Kurniadi, H & Nurrahmani, U. (2014). Stop Gejala Penyakit Jantung Koroner,


Kolesterol Tinggi, Diabetes Melitus, Hipertensi. Yogyakarta: Istana
Media
Maryam, S, dkk. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatanya. Jakarta:
Salemba Medika
Nugroho, E.A. (2012). Farmakologi: Obat-obat Penting dalam Pembelajaran
ilmu Farmasi dan Dunia Kesehatan. Yogyakarta: pustaka Pelajar

Palmer, A, dkk. (2005). Simple Guide Tekanan Darah Tinggi. Jakarta: Erlangga

Padila. (2013). Asuhan Keperawatan penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika

Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. (2015). Diakses pada Tanggal 19


November 2017.
Profil Kesehatan Indonesia. (2011). Waspadai hipertensi kendalikan tekanan
darah, http://pppl. depkes.go.id. Diperoleh tanggal 1 Januari 2014
Rahajeng, E, dkk. (2009). Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di Indonesia
Pusat Penelitian Biomedis dan Farmasi Badan Penelitian Kesehatan
Departemen Kesehatan RI, Jakarta diakses 24 November 2017 hal 582-
586
Sustrani, L.A & S, Hadibroto, I. (2005). Hipertensi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama hal 82-86
Triyanto, E. (2014). Pelayanan keperawatan bagi Penderita Hipertensi secara
Terpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu

Anda mungkin juga menyukai