Metode Analisis Kestabilan Lereng-Saifudin Arif PDF
Metode Analisis Kestabilan Lereng-Saifudin Arif PDF
Dikompilasi oleh:
Saifuddin Arief
(ariefs1@inco.com)
Metode-Metode Dalam Analisis Kestabilan Lereng - ii
Kata Pengantar
Persoalan kestabilan lereng merupakan salah satu persoalan yang sering dihadapai
pekerjaan konstruksi dalam rekayasa sipil maupun pertambangan. Tujuan dari tulisan
ini adalah untuk memberikan penjelasan ringkas dari sejumlah metode yang dapat
digunakan dalam analisis kestabilan lereng akan diberikan pada tulisan ini. Penjelasan
dimulai dari metode konvensional yang sederhana, seperti metode empiris dan analogis,
metode kesetimbangan batas sampai dengan metode numerik yang canggih, seperti
metode beda hingga, metode elemen hingga dan PFC (particel flow code).
Kompilasi ini lahir dari kecintaan penulis pada ilmu geoteknik, khususnya analisis
kestabilan lereng. Daftar dari referensi-referensi yang penulis kutip terdapat pada bagian
akhir dari tulisan ini. Oleh karena keterbatasan waktu dan tenaga, sampai saat ini
penulis belum dapat mencatumkan semua kutipan yang penulis gunakan.
Saran dan masukan dari pembaca sangat diharapkan untuk penyempurnaan tulisan ini.
Saifuddin Arief
ariefs1@inco.com
Metode-Metode Dalam Analisis Kestabilan Lereng - iii
Biografi Penulis
Penulis lahir di Turen, Malang, menyelesaikan S1 pada Jurusan Teknik Pertambangan,
Institut Teknologi Bandung dan sekarang penulis bekerja pada sebuah perusahaan
pertambangan di Sulawesi Selatan. Sejak dibangku kuliah sampai sekarang, hobi
penulis adalah mempelajari rekayasa geoteknik, matematika terapan, komputasi
numerik, serta pemrograman komputer. Penulis dapat dihubungi dengan menggunakan
alamat email: ariefs1@inco.com.
Proyek pribadi penulis saat ini adalah menulis buku tentang Dasar-Dasar Analisis
Kestabilan Lereng dan buku tentang SCILAB – Perangkat Lunak Gratis Untuk
Komputasi Numerik dan Visualisasi Data.
"Maha suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau
ajarkan kepada kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha
Bijaksana."
[Al Baqoroh: 32]
Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. kamu sekali-kali tidak melihat pada
ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah
berulang-ulang, Adakah kamu Lihat sesuatu yang tidak seimbang?
[Al Mulk: 3]
Metode-Metode Dalam Analisis Kestabilan Lereng - 1
Metode-
Metode-Metode Dalam Analisis Kestabilan Lereng
Analisis kestabilan lereng dilakukan untuk mengevaluasi kondisi kestabilan dan unjuk
kerja dari lereng galian, lereng timbunan maupun lereng alami. Secara umum tujuan
dari analisis kestabilan lereng adalah sebagai berikut:
Untuk menentukan kondisi kestabilan suatu lereng.
Memperkirakan bentuk keruntuhan atau longsoran yang mungkin terjadi.
Menentukan tingkat kerawanan lereng terhadap longsoran.
Menentukan metode perkuatan atau perbaikan lereng yang sesuai.
Merancang suatu lereng galian atau timbunan yang optimal dan memenuhi
kriteria keamanan dan kelayakan ekonomis.
Terdapat sejumlah metode yang dapat digunakan dalam analisis kestabilan lereng mulai
dari yang sederhana, seperti metode kesetimbangan batas, sampai dengan yang rumit
dan canggih, seperti metode finite-element dan metode discrete-element. Setiap metode
mempunyai keunggulan dan keterbasan masing-masing.
Saat ini terdapat sejumlah metode analisis dan program komputer yang tersedia untuk
analisis kestabilan lereng memerlukan pemahaman tentang prinsip-prinsip dari metode
tersebut, kelebihan dan keterbatasan pada setiap metode dan program komputer
sehingga dapat digunakan secara tepat. Secara garis besar metode-metode yang
digunakan dalam analisis kestabilan lereng dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu
metode konvensional dan metode numerik.
Metode-Metode Dalam Analisis Kestabilan Lereng - 2
1 Metode Konvensional
Prinsip yang digunakan dalam metode empiris dan analogi yaitu analisis kestabilan
dilakukan berdasarkan pada pengalaman-pengalaman sebelumnya terutama dari lereng-
lereng dengan karakteristik yang hampir sama. Penggunaan metode ini sangat
tergantung pada pengalaman dan keputusan yang dibuat oleh seorang insinyur atau
analis yang terlibat. Kadang-kadang penggunaan metode ini juga digabung dengan
metode lainnya seperti stability chart, analisis kinematik, atau metode kesetimbangan
batas. Berikut ini adalah hasil pengamatan terhadap lereng-lereng untuk galian jalan
raya pada tanah laterite di Ghana.
Slope Mass Rating (SMR) dihasilkan dengan melakukan beberapa faktor koreksi
terhadap nilai yang diperoleh dengan Rock Mass Rating. Nilai SMR dapat dinyatakan
dengan persamaan sebagai berikut:
SMR = RMR + (F1 F2 F3 ) + F4
Faktor-faktor koreksi (F1, F2 dan F3) adalah faktor koreksi terhadap kondisi kekar
(joints) serta F4 adalah faktor koreksi terhadap metode penggalian lereng.
Nilai RMR dihitung berdasarkan proposal yang diajukan oleh Bieniawski (1979), yang
memberikan nilai peringkat untuk kelima parameter sebagai berikut:
kekuatan batuan utuh
RQD (dengan melakukan pengukuran atau estimasi)
spasi bidang-bidang takmenerus
kondisi bidang-bidang takmenerus
kondisi air yang mengalir pada bidang-bidang takmenerus.
Faktor-faktor koreksi untuk kekar (joints), seperti yang diperlihatkan pada Tabel 2,
adalah merupakan perkalian dari tiga faktor sebagai berikut:
a. F1, nilainya tergantung pada arah jurus kekar terhadap permukaan lereng.
b. F2, nilainya mengacu pada sudut kemiringan kekar.
c. F3, nilainya menggambarkan hubungan antara permukaan lereng dengan
kemiringan kekar seperti yang dikembangkan oleh Bieniawski (1976).
Faktor koreksi F4 nilainya tergantung pada metode penggalian lereng adalah seperti
yang diperlihatkan pada Tabel 3.
Deskripsi untuk setiap kelas SMR serta kondisi kestabilan lereng, tipe keruntuhan yang
mungkin terjadi serta metode perbaikan yang sesuai diperlihatkan pada Tabel 3. Tipe
keruntuhan yang mungkin terjadi dan metode perbaikan yang dianjurkan untuk setiap
nilai range SMR ditunjukkan pada Tabel 4.
Contoh penerapan SMR pada 44 buah lereng di Taragona, Spanyol dan verifikasinya
ditunjukkan pada gambar berikut ini.
Gambar 2. Nilai SMR untuk 44 buah lereng (yang berumur sekitar 1 dan 2 tahun)
di Tarragona, Spanyol. (a) Kondisi lereng sesuai dengan pengamatan dan nilai SMR,
(b) Histogram untuk setiap kelas
Metode-Metode Dalam Analisis Kestabilan Lereng - 6
Analisis Kinematik
Analisis kinematik adalah analisis tentang pergerakan benda tanpa mempertimbangkan
gaya-gaya yang menyebabkannya. Pertimbangan utama dalam analisis ini yaitu
kemungkinan terjadinya keruntuhan translasional yang disebabkan oleh adanya formasi
bidang planar atau baji. Metode ini hanya berdasarkan pada evaluasi detail mengenai
struktur massa batuan dan geometri dari bidang-bidang lemah yang dapat memberikan
kontribusi terhadap ketidakstabilan lereng. Analisis kinematik dapat dilakukan
menggunakan stereonet plot manual atau dengan program komputer.
Hal penting yang harus diperhatikan yaitu analisis kinematik hanya mempertimbangkan
kemungkinan terjadinya gelinciran yang disebabkan oleh sebuah bidang lemah saja atau
perpotongan dari beberapa bidang lemah. Analisis tipe ini tidak mempertimbangkan
keruntuhan yang melibatkan multiple joints atau joint sets serta terjadinya deformasi
dan rekahan pada blok batuan. Gambar 3, 4 dan 5 adalah konsep dari analisis kinematik
untuk bidang runtuh planar, baji dan gulingan.
Teori Blok
Teori blok merupakan pengembangan lebih lanjut dari analisis kinematik. Teori ini
dikembangkan oleh Goodman & Shi (1985). Dasar dari teori blok yaitu
mempertimbangkan mengenai terbentuknya suatu blok batuan yang dihasilkan dari
perpotongan beberapa bidang takmenerus serta melakukan identifikasi terhadap blok-
blok yang kritis, yang disebut blok-blok kunci. Dalam teori blok adanya retakan tarik
pada permukaan lereng dan deformasi dari blok batuan diabaikan.
Blok yang dapat dipindahkan terdiri beberapa tipe. Tipe pertama, blok-blok yang dapat
langsung jatuh atau tergelincir hanya oleh pengaruh gaya gravitasi saja, blok tipe ini
dinamakan sebagai blok kunci. Tipe kedua, adalah blok-blok yang aman selama gaya
gesek yang bekerja lebih besar dibanding dengan gaya dorong yang bekerja pada blok
batuan, blok tipe ini disebut sebagi blok kunci potensial. Tipe ketiga, adalah blok yang
sudah aman dengan gaya gravitasi saja. Ilustrasi dari beberapa macam tipe blok
diberikan pada gambar di bawah ini.
Gambar 6. Tipe-tipe blok, (a) blok takhingga, (b) blok hingga yang tidak dapat
dipindah, (c) blok aman, (d) blok kritis potensial, (e) blok kritis
Metode-Metode Dalam Analisis Kestabilan Lereng - 9
Beberapa tipe keruntuhan yang dapat terjadi pada blok-blok batuan yaitu (a) jatuhan, (b)
gelinciran pada sebuah bidang planar, (c) gelinciran pada bidang baji. Ketiga tipe
keruntuhan tersebut hanya untuk blok-blok kunci dan blok-blok kunci potensial.
Berikut ini adalah contoh hasil dari analisis kestabilan lereng dengan teori blok. Data
yang digunakan adalah seperti pada Tabel 5. Penentuan blok kritis dengan teori blok
ditunjukkan pada Gambar 7. Hasil dari analisis ini diberikan pada Tabel 6.
F1021 80 306
F1023 76 078
F1024 70 251
βu1009 78 090
Teori blok memberikan hasil yang memuaskan untuk gelinciran pada bidang planar dan
baji. Akan tetapi untuk keruntuhan gulingan metode kinematik konvensional
memberikan hasil yang lebih baik.
Metode-Metode Dalam Analisis Kestabilan Lereng - 10
Sudut Kemiringan
Kemiringan Blok-blok Lereng Maksimum
Lereng Galian Kunci Kunci Potensial Aman Yang Aman
Terdapat beberapa macam diagram untuk analisis kestabilan lereng antara lain yang
dikembangkan oleh Taylor (1937), Bishop dan Morgenstern (1960), Janbu (1968),
Hunter dan Schuster (1968), Hoek dan Bray (1981), Duncan (1987).
Berikut ini adalah gambar-gambar dari beberapa diagram kestabilan lereng yang
dikembangkan oleh Taylor (1937); Janbu (1968); Duncan, Buchignani dan DeWet
(1987); serta Hunter dan Schuster (1968).
Metode-Metode Dalam Analisis Kestabilan Lereng - 11
Gambar 12. Faktor koreksi akibat adanya pembebanan pada permukaan lereng
Gambar 13. Faktor koreksi akibat adanya rendaman dan rembesan air
pada permukaan lereng
Metode-Metode Dalam Analisis Kestabilan Lereng - 14
Gambar 14. Faktor koreksi akibat adanya retakan tarik pada permukaan lereng
Metode-Metode Dalam Analisis Kestabilan Lereng - 15
Gambar 16. Diagram kestabilan untuk lereng dengan material yang mempunyai sudut
gesek nol (φ=0) dan kohesi yang bervariasi secara linear (Hunter dan Schuster, 1968)
Metode-Metode Dalam Analisis Kestabilan Lereng - 17
Metode kesetimbangan batas merupakan metode yang sangat populer dan rutin dipakai
dalam analisis kestabilan lereng untuk longsoran tipe gelinciran translasional dan
rotasional. Metode ini relatif sederhana, mudah digunakan serta telah terbukti
kehandalannya dalam praktek rekayasa selama bertahun-tahun.
Dalam perhitungan analisis kestabilan lereng dengan metode ini hanya digunakan
kondisi kesetimbangan statik saja serta mengabaikan adanya hubungan regangan-
tegangan yang ada dalam lereng. Asumsi lainnya yaitu geometri dari bentuk bidang
runtuh harus diketahui atau ditentukan terlebih dahulu.
Kondisi kestabilan lereng dalam metode kesetimbangan batas dinyatakan dalam indek
faktor keamanan. Faktor keamanan dihitung menggunakan kesetimbangan gaya atau
kesetimbangan momen, atau menggunakan kedua kondisi kesetimbangan tersebut
tergantung dari metode perhitungan yang dipakai.
Secara teoritis apabila nilai faktor keamanan lebih besar dari satu maka lereng berada
dalam kondisi aman, apabila nilai faktor keamanan sama dengan satu maka lereng
berada dalam kondisi tepat setimbang.
Metode kesetimbangan batas telah digunakan secara meluas dalam analisis kestabilan
lereng yang dikontrol oleh adanya bidang takmenerus, yang berupa bidang planar atau
baji yang dihasilkan oleh perpotongan dua buah bidang planar. Longsoran diasumsikan
terjadi sepanjang bidang planar atau baji tersebut dan diasumsikan blok massa tidak
mengalami rotasi. Faktor keamanan lereng dihitung dengan membandingkan kekuatan
geser material dengan gaya geser yang bekerja sepanjang bidang runtuh.
Diagram benda bebas dan rumus untuk analisis kestabilan lereng dengan bidang runtuh
planar diberikan pada gambar 17, sementara itu gambar 18 adalah contoh
perhitungannya.
Metode-Metode Dalam Analisis Kestabilan Lereng - 18
Diagram benda bebas dan perhitungan untuk analisis bidang runtuh baji diberikan pada
gambar 19, dan contoh dari analisis bidang runtuh baji ditunjukkan pada gambar 20.
Metode-Metode Dalam Analisis Kestabilan Lereng - 19
Untuk lereng tanah atau lereng batuan lemah pada umumnya longsoran terjadi karena
kekuatan geser material sepanjang bidang runtuh tidak mampu menahan gaya geser
yang bekerja. Pada kasus ini, biasanya bidang runtuh berupa sebuah busur lingkaran
atau berupa bidang lengkung. Metode kesetimbangan batas merupakan metode yang
sangat populer untuk tipe longsoran tersebut. Secara umum metode untuk menganalisis
longsoran tipe rotasional dapat dibagi dua yaitu: metode massa dan metode irisan.
Metode Massa
Pendekatan yang digunakan dalam metode ini yaitu massa di atas bidang runtuh
dianggap sebagai sebuah benda kaku dan bidang runtuh dianggap berupa sebuah busur
lingkaran. Asumsi lainnya yang digunakan yaitu paramater kekuatan geser hanya
ditentukan oleh kohesi saja. Metode ini cocok sekali digunakan pada lereng lempung.
Faktor keamanan lereng merupakan perbandingan antara momen penahan dan momen
guling, yang dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut:
Momen Penahan cu R 2θ
F= =
Momen Guling Wx
Metode Irisan
Metode irisan merupakan metode paling populer dalam analisis kestabilan lereng
dengan tipe keruntuhan rotasional. Salah satu karakteristik dari metode irisan yaitu
geometri dari bidang gelinciran harus ditentukan atau diasumsikan terlebih dahulu.
Untuk menyederhanakan perhitungan, bidang runtuh biasanya dianggap berupa sebuah
Metode-Metode Dalam Analisis Kestabilan Lereng - 21
busur lingkaran, gabungan busur lingkaran dengan garis lurus, atau gabungan dari
beberapa garis lurus. Sketsa model lereng untuk bidang runtuh yang berupa sebuah
busur lingkaran dan bidang runtuh gabungan diperlihatkan pada Gambar 22 dan
Gambar 23.
Setelah geometri dari bidang runtuh ditentukan kemudian massa di atas bidang runtuh
dibagi ke dalam sejumlah irisan tertentu. Tujuan dari pembagian tersebut adalah untuk
mempertimbangkan adanya variasi kekuatan geser dan tekanan air pori sepanjang
bidang runtuh. Langkah selanjutnya adalah menghitung data-data untuk setiap irisan.
Dengan menggunakan data-data pada setiap irisan besarnya faktor keamanan dapat
dihitung menggunakan persamaan kesetimbangan.
Metode Asumsi
Bishop Yang Disederhanakan Gaya geser antar-irisan sama dengan nol (X=0).
Perhitungan faktor keamanan harus dilakukan pada sejumlah bidang runtuh sehingga
diperoleh suatu bidang runtuh kritis. Bidang runtuh kritis adalah bidang runtuh yang
menghasilkan faktor keamanan terkecil. Penentuan bidang runtuh kritis dapat dilakukan
dengan cara coba-coba atau menggunakan metode optimasi. Untuk kasus analisis balik,
apabila geometri bidang runtuh dapat diketahui dari penyelidikan lapangan maka
penentuan bidang kritis tidak perlu dilakukan.
Metode-Metode Dalam Analisis Kestabilan Lereng - 24
Lowe-Karafiath Ya Ya Tidak
Corps of Engineer Ya Ya Tidak
Spencer Ya Ya Ya
Morgenstern-Price Ya Ya Ya
Kesetimbangan Batas Umum Ya Ya Ya
Contoh-contoh hasil analisis kestabilan lereng dengan metode irisan adalah sebagai
berikut. Gambar 24 untuk bidang runtuh busur lingkaran dan Gambar 25 untuk bidang
runtuh sembarang.
Gambar 24. Analisis Kestabilan Lereng Dengan Bidang Runtuh Busur Lingkaran
Menggunakan Metode Irisan
Metode-Metode Dalam Analisis Kestabilan Lereng - 25
Metode kesetimbangan batas dapat juga diaplikasikan pada keruntuhan gulingan tipe
gulingan langsung (direct-toppling). Suatu blok batuan dapat langsung terguling apabila
titik beratnya berada di luar dari zona kritis dan sudah melewati batas kritis terhadap
momen guling. Selain kemungkinan tergulingnya blok batuan, hal lain yang harus
dipertimbangkan yaitu kemungkinan blok untuk tergelincir saja atau blok akan
tergelincir dan terguling secara bersamaan (Gambar 26).
Oleh karena itu analisis kestabilan untuk tipe gulingan dengan metode kesetimbangan
batas harus mempertimbangkan kemungkinan terjadinya gulingan dan atau gelinciran
secara bersamaan. Gaya-gaya yang bekerja pada setiap blok serta kondisi
kesetimbangan batas untuk kondisi gelinciran dan gulingan ditunjukkan pada Gambar
27. Pada model tersebut diasumsikan lereng dalam kondisi kering. Prosedur
penyelesaian pada model tersebut dikembangkan oleh Hoek dan Bray (1981). Contoh
hasil analisis longsoran tipe gulingan dengan program komputer diperlihatkan pada
Gambar 28.
Metode-Metode Dalam Analisis Kestabilan Lereng - 26
Gambar 26. Gelinciran dan gulingan yang mungkin terjadi pada blok
yang terletak di atas bidang miring
Salah satu tujuan dari analisis kestabilan lereng batuan adalah untuk merencanakan
tindakan perbaikan atau pencegahan apabila terjadi pergerakan batuan. Untuk kasus
keruntuhan batuan adalah hampir tidak mungkin untuk mengamankan semua blok
batuan sehingga harus dirancang suatu sistem pelindungan terhadap manusia atau
bangunan dari bahaya yang ditimbulkan oleh batuan-batuan yang jatuh. Persoalan
utama dari perancangan sistem perlindungan tersebut adalah menentukan lintasan dan
jalur dari batuan-batuan yang lepas dan jatuh dari lereng.
Penyelesaian analitis dalam analisis batuan jatuh dilakukan dengan menganggap blok
batuan sebagai suatu partikel yang mempunyai massa dan akan bergerak di udara
dengan lintasan balistik kemudian blok batuan tersebut akan memantul, terguling atau
tergelincir setelah jatuh pada permukaan bumi.
Simulasi batuan jatuh juga dapat dilakukan, kemudian hasil dari simulasi tersebut dapat
digunakan untuk memperkirakan energi kinetik dari batuan yang jatuh, lokasi dan
ukuran dari sistem penghalang untuk batuan-batuan yang jatuh. Contoh simulasi batuan
jatuh dengan program komputer diberikan pada gambar berikut ini.
Gambar 29. Hasil dari 40 simulasi untuk keruntuhan tipe jatuhan serta lokasi
berhentinya, kecepatan dan tinggi pantulan dari batuan jatuh
Pengembangan terakhir dari permodelan batuan jatuh sudah dapat dilakukan secara tiga
dimensi. Data-data yang dibutuhkan untuk permodelan tiga dimensi antara lain yaitu
model digital permukaan bumi, geologi dari blok batuan, lithologi, koefisien friksi
hidraulik serta geometri dari blok-blok batuan. Contoh hasil simulasi tiga dimensi
diberikan pada Gambar 30.
Permodelan lain yang dapat digunakan untuk memodelkan keruntuhan lereng adalah
dengan menggunakan penguijan meja goyang (shake table), lihat Gambar 33. Gambar
34 adalah bentuk sebuah model lereng yang dibuat dari campuran kaolinite-bentonite
sebelum pengujian. Gambar 35 adalah bentuk lereng setelah mengalami pembebanan
dinamik yang memperlihatkan adanya deformasi dan bidang runtuh yang terbentuk.
Metode-Metode Dalam Analisis Kestabilan Lereng - 30
Dalam penggunaan permodelan fisik harus dilakukan penskalaan dari kondisi yang
sebenarnya di alam ke dalam model laboratorium. Hal ini menyebabkan adanya
keterbatasan dari permodelan fisik yaitu tidak mungkin melakukan penskalaan semua
aspek dari kondisi aktual di lapangan secara konsisten, sehingga penskalaan hanya
dilakukan untuk parameter-parameter yang penting saja.
Metode-Metode Dalam Analisis Kestabilan Lereng - 32
2 Metode Numerik
Metode konvensional hanya cocok digunakan untuk menganalisis lereng yang relatif
sederhana. Untuk lereng dengan mekanisme keruntuhan yang cukup komplek, lereng
dengan material yang bersifat anisotropi, lereng yang mempunyai karakteristik
tegangan-regangan yang nonlinier, metode konvensional tidak dapat memberikan hasil
analisis yang memuaskan. Oleh sebab itu pada kasus-kasus yang rumit tersebut untuk
mendapatkan hasil yang memuaskan, maka analisis kestabilan lereng harus dilakukan
dengan menggunakan metode numerik.
Beberapa keuntungan lain dari penggunaan metode numerik dalam analisis kestabilan
lereng antara lain yaitu:
Dapat digunakan untuk menganalisis lereng dengan mekanisme longsoran yang
komplek.
Kondisi tegangan dan regangan yang ada pada lereng dapat dimasukkan dalam
perhitungan kestabilan lereng.
Berbagai macam kriteria keruntuhan baik yang linear maupun nonlinier dapat
digunakan.
Efek perkuatan pada lereng dapat dimasukkan dengan mudah dalam analisis
kestabilan lereng.
Secara garis besar terdapat dua pendekatan yang digunakan untuk menyelesaikan
persoalan geomekanika yaitu:
Pertama, batuan atau tanah dianggap sebagai suatu massa yang kontinu atau
menerus (Metode Kontinum)
Kedua, batuan atau tanah dianggap sebagai suatu benda yang tidak
kontinu/tidak menerus (Metode Diskontinum).
Kedua pendekatan tersebut dapat juga digabung untuk memperoleh kelebihan dari
masing-masing metode, pendekatan ini disebut Metode Campuran (hybrid).
Metode kontinum sangat cocok digunakan untuk menganalisis kestabilan lereng tanah,
lereng batuan yang masif, dan lereng batuan dengan rekahan yang sangat intensif.
Metode-Metode Dalam Analisis Kestabilan Lereng - 33
Pada metode kontinum tidak ada bidang runtuh aktual yang terbentuk, akan tetapi
dengan mempertimbangkan konsentrasi tegangan geser pada model, lokasi bidang
runtuh dapat ditentukan.
Salah satu pendekatan yang digunakan dalam analisis kestabilan lereng dengan metode
beda-hingga adalah metode pengurangan kekuatan geser. Prinsip dari metode
pengurangan kekuatan geser yaitu kekuatan geser material nilainya dikurangi secara
bertahap sampai terbentuk suatu mekanisme keruntuhan pada lereng. Pengurangan
parameter kohesi (c) dan sudut gesek (φ) dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai
berikut:
dimana: SRF = faktor reduksi kekuatan geser. Faktor keamanan (F) besarnya sama
dengan nilai SRF pada saat tepat terjadi keruntuhan.
Berikut ini adalah dua contoh analisis kestabilan lereng dengan metode beda hingga
dengan menggunakan pendekatan pengurangan kekuatan geser.
Metode-Metode Dalam Analisis Kestabilan Lereng - 34
Gambar 37. Analisis kestabilan lereng dengan metode beda hingga (Contoh 1)
Metode-Metode Dalam Analisis Kestabilan Lereng - 35
Gambar 38. Analisis kestabilan lereng dengan metode beda hingga (Contoh 2)
Metode-Metode Dalam Analisis Kestabilan Lereng - 36
Dalam metode elemen-hingga domain dari daerah yang dianalisis dibagi kedalam
sejumlah zone-zone yang lebih kecil. Zone-zone kecil tersebut dinamakan elemen.
Elemen-elemen tersebut dianggap saling berkaitan satu sama lain pada sejumlah titik-
titik simpul. Perpindahan pada setiap titik-titik simpul dihitung terlebih dahulu,
kemudian dengan sejumlah fungsi interpolasi yang diasumsikan, perpindahan pada
sembarang titik dapat dihitung berdasarkan nilai perpindahan pada titik-titik simpul.
Selanjutnya regangan yang terjadi pada setiap elemen dihitung berdasarkan besarnya
perpindahan pada masing-masing titik simpul. Berdasarkan nilai regangan tersebut
dapat dihitung tegangan yang bekerja pada setiap elemen.
Terdapat dua pendekatan yang umum digunakan dalam analisis kestabilan lereng
dengan menggunakan metode elemen hingga, yaitu:
Metode Pengurangan Kekuatan Geser (Strength reduction method)
Metode Penambahan Gravitasi (Gravity increase method)
dimana: SRF = faktor reduksi kekuatan geser. Faktor keamanan (F) besarnya sama
dengan nilai SRF pada saat tepat terjadi keruntuhan.
dimana gactual adalah konstanta gravitasi (9.81 kN/m3) serta glimit adalah nilai gravitasi
yang tepat menyebabkan terjadi suatu keruntuhan pada lereng.
Berikut ini adalah beberapa contoh hasil analisis kestabilan lereng dengan metode
elemen hingga dengan menggunakan kedua pendekatan tersebut. Dalam analisis
tersebut model lereng mempunyai sifat-sifat material seperti yang diberikan pada Tabel
9. Hasil analisis untuk berbagai macam kondisi lereng diberikan pada Gambar 39, 40
dan 41.
Pada gambar 39, model lereng mempunyai sudut kemiringan sebesar 49o dan tinggi
lereng 30 m serta terdiri dari material yang homogen yaitu lempung. Untuk model ini
metode pengurangan kekuatan geser dan metode penambahan gravitasi menghasilkan
nilai faktor keamanan yang sama.
Gambar 40 merupakan hasil analisis kestabilan lereng untuk lereng pasir yang
mempunyai sudut kemiringan lereng sebesar 20o dan tinggi lereng yang bervariasi. Pada
kasus ini faktor keamanan yang dihasilkan dengan pendekatan pengurangan kekuatan
geser mempunyai nilai yang berbeda dengan faktor keamanan yang dihasilkan oleh
metode penambahan beban gravitasi.
Gambar 40. Mekanisme keruntuhan dan faktor keamanan untuk model lereng pasir
Hasil analisis untuk lereng dengan material yang heterogen yang terdiri dari pasir dan
lempung diberikan pada Gambar 41. Pada gambar tersebut, area yang gelap adalah
tanah lempung sedangkan area yang terang adalah pasir. Pada kasus ini digunakan
model lereng yang mempunyai ketinggian 30 m dan sudut kemiringan 30o.
Metode-Metode Dalam Analisis Kestabilan Lereng - 39
Dasar dari metode elemen diskrit adalah penerapan sistem persamaan kesetimbangan
dinamik untuk setiap blok batuan, kemudian sistem persamaan tersebut diselesaikan
dengan memenuhi beberapa kondisi batas mengenai interaksi dan pergerakan dari blok-
blok dapat dipenuhi, seperti yang diilustrasikan pada Gambar 41. Metode elemen diskrit
juga dapat memasukkan adanya interaksi nonlinear yang terjadi diantara blok.
Metode-Metode Dalam Analisis Kestabilan Lereng - 40
Gambar 41. Siklus Perhitungan yang digunakan dalam metode diskrit elemen
Gambar 42. Pemodelan kontak diantara dua blok yang dapat terdeformasi
Pengaruh dari faktor-faktor eksternal seperti tekanan air pori dan gaya seismik terhadap
gelinciran dan deformasi dari blok juga dapat disimulasikan dalam metode distinct
element.
Metode-Metode Dalam Analisis Kestabilan Lereng - 43
Aliran fluida sepanjang bidang kontak planar dianggap sebagai aliran fluida yang
laminar dimana laju aliran diasumsikan sebanding dengan pangkat tiga dari lebar
rekahan. Arah aliran ditentukan oleh perbedaan tekanan diantara rekahan yang
berdekatan. Contoh dari analisis gandengan hydro-mechanical yang memperlihatkan
efek dari drainase terhadap kestabilan lereng, menggunakan metode drainase
terowongan, diperlihatkan pada gambar 48.
Metode-Metode Dalam Analisis Kestabilan Lereng - 44
Metode distinct-element juga merupakan alat yang canggih dalam permodelan lereng
batuan yang mengalami gaya-gaya seismik akibat dari gempa bumi atau peledakan.
Untuk kasus ini model yang digunakan harus terdiri dari tiga komponen utama yaitu
kondisi batas, redaman mekanik dan pembebanan dinamik (lihat Gambar 49). Batasan
untuk persoalan ini dapat dipilih sedemikian rupa sehingga memungkinkan terjadinya
radiasi energi dan dapat membatasi adanya propagasi gelombang keluar dengan
menggunakan dashpot sebagai elemen damping viscous yang ditempatkan pada sekitar
batas daerah yang dianalisis. Untuk memasukkan damping alamiah dari energi getaran
dan kehilangan energi dilakukan dengan menambahkan suatu damping mekanik ke
dalam model. Gaya dinamik ditambahkan pada model dalam bentuk suatu tegangan
gelombang yang merambah ke atas yang berasal dari bagian bawah dari batas model.
Gambar 49. Model distinct-element untuk kondisi batas bebas dan pengaruh seismik
Metode-Metode Dalam Analisis Kestabilan Lereng - 45
Gambar 50. Model distinct-element tiga dimensi dari sebuah lereng tambang
Metode discontinuous deformation analysis (DDA) yang dikembangkan oleh Shi (1989,
1993) juga dapat memberikan hasil yang cukup memuaskan pada permodelan longsoran
dengan mekanisme gelinciran, gulingan maupun jatuhan pada lereng dengan massa
batuan yang tak menerus.
(a) (b)
Gambar 51. Mekanisme keruntuhan pada sebuah bidang runtuh busur lingkaran:
(a) rotation, (b) translation and toppling.
Kelebihan dari metode DDA yaitu dapat memodelkan suatu deformasi yang cukup
besar dan perpindahan benda kaku serta dapat mensimulasikan kondisi keruntuhan
gabungan diantara blok-blok batuan yang berhubungan. Sebagai contoh, jika gaya-gaya
Metode-Metode Dalam Analisis Kestabilan Lereng - 46
Prinsip yang sama dapat diterapkan dapat diterapkan untuk gelinciran dan geseran yang
terjadi diantara blok-blok yang berdekatan. Metode ini juga dapat dikembangkan lebih
lanjut untuk mensimulasikan terjadi rekahan pada blok-blok berdasarkan kriteria
propagasi fraktur yang disebabkan oleh gaya geser maupun gaya tarik. Gambar 53
memperlihatkan aplikasi dari metode DDA untuk mensimulasikan suatu proses blok
batuan yang jatuh ke bawah dan hancur berkeping-keping pada saat mengalami
tumbukan dengan permukaan bumi.
Gambar 53. Permodelan batuan jatuh dan mekanisme rekahan yang terjadi pada sebuah
blok batu menggunakan metode discontinuous deformation analysis
Metode-Metode Dalam Analisis Kestabilan Lereng - 47
PFC merupakan salah satu dari perkembangan terakhir dari metode distinct element.
Dalam metode ini massa batuan dianggap sebagai gabungan dari beberapa partikel bulat
yang berinteraksi satu sama lainnya dengan kontak gelinciran geser (Gambar 54).
Gabungan atau gugusan partikel bulat juga dapat saling terikat dengan kekuatan ikat
tertentu sehingga dapat mensimulasikan adanya joint bounded blocks. Siklus
perhitungan yang digunakan dalam metode ini berdasarkan penerapan dari hukum
perpindahan dari setiap partikel dan hukum gaya-perpindahan pada setiap kontak di
antara partikel.
Gambar 54. Sketsa dari ikatan dan kontrak diantara partikel pada permodelan
dengan metode particel flow codes
Metode ini dapat digunakan untuk memodelkan suatu aliran dari material yang berbutir,
pergerakan translasional dari blok-blok, rekahan yang terjadi pada batuan utuh maupun
simulasi dari respon lereng terhadap gaya dinamik. Terlepaskan ikatan-ikatan diantara
partikel merupakan simulasi dari suatu proses retakan dan keruntuhan yang terjadi pada
batuan utuh. Deformasi diantara partikel akibat pengaruh dari gaya geser atau gaya tarik
juga dapat dimasukkan, dimana gelinciran diantara partikel ditentukan oleh koefisien
gesek yang membatasi kontak dari gaya geser.
Metode-Metode Dalam Analisis Kestabilan Lereng - 48
PFC dapat juga digunakan untuk melakukan simulasi dalam ukuran makro pada blok-
blok batuan yang mengandung rekahan-rekahan dan sesar, maupun untuk simulasi skala
mikro dari kontak antar butiran partikel.
Dengan menggunakan metode ini memungkinkan untuk dilakukan suatu simulasi dari
beberapa mekanisme keruntuhan yang dapat terjadi pada lereng batuan dan kemudian
bergeraknya material yang runtuh ke arah bawah dari lereng dan kemudian menuju ke
lembah di bawahnya.
Gambar 55 adalah contoh suatu simulasi 3 dimensi dari batuan jatuh (rock fall) dimana
beberapa partikel yang terikat satu sama lainnya kemudian jatuh ke bawah, selanjutnya
ikatan diantara partikel tersebut putus pada saat membentur permukaan lereng. Gambar
56 adalah sebuah hasil permodelan keruntuhan yang memperlihatkan konfigurasi lereng
sebelum longsoran terjadi, selama longsoran dan setelah longsoran.
Gambar 55. Model diskrit element untuk sebuah bongkah batuan yang jatuh
Metode campuran mulai dipergunakan secara meluas dalam analisis kestabilan lereng.
Contoh metode hibrid antara lain yaitu kombinasi dari metode irisan dengan metode
elemen hingga, kombinasi dari metode particle flow dengan finite difference, kombinasi
metode element hingga dengan metode elemen diskrit.
Metode-Metode Dalam Analisis Kestabilan Lereng - 49
adanya deformasi pada joints. Apabila tegangan yang bekerja pada lereng melebihi
kekuatan material pada lereng, yang mana perhitungan ini dilakukan dengan metode
finite element, kemudian setelah itu dimulai terjadinya retakan diskrit. Propagasi
retakan pada jaring finite elemen dapat disimulasikan dengan menggunakan pendekatan
adaptive remeshing.
Gambar di bawah ini mengilustrasikan analisis dua dimensi gabungan finite element
dan distinct element untuk longsoran Randa pada tahun 1991 di Swiss. Pada contoh ini
dimodelkan bagaimana pengaruh dari bidang-bidang takmenerus dan stress-induced
brittle fracturing bekerja bersama-sama yang mengakibatkan adanya ketidakstabilan
pada lereng.
Gambar 57. Metode gabungan finite element dengan discrete element untuk keruntuhan
progressive pada sebuah lereng batuan
3 Komentar
dan kondisi air tanah serta permodelan mekanisme keruntuhan. Metode yang canggih
apabila digunakan tanpa data yang akurat serta pemahaman yang memadai tentang
prinsip perhitungannya malahan dapat memberikan hasil yang menyesatkan.
4 Daftar Pustaka
1. Abramson, L.W., Lee, T.S., Sharma, S., and Boyce, G.M.. 1996. Slope Stability
and Stabilization Methods. John Wiley & Sons Inc.
2. Al-Homoud, A.S. dan Tahtamoni, W. 2000. 3-D Dynamic Stability and
Earthquake Induced Permanent Displacement of Earth Slopes Under
Short Term Conditions. 8th ASCE Specialty Conference on Probabilistic
Mechanics and Structural Reliability. PM2000-002.
3. Arellano, D., Stark, T.D. 2000. Importance of Three-Dimensional Slope
Stability Analyses in Practice. Slope Stability2000. Proceedings of
Sessions of Geo-Denver 2000. Geotechnical Special Publication No. 101.
Hal. 18-31
4. Baker, R. 2005. Variational Slope Stability Analysis of Materials with Nonlinear
Failure Criterion. EJGE Paper 2005-0514.
5. Bardet, J.P., Kapuskar, M.M. 1990. A Simplex Analysis of Slope Stability.
Computer and Geotechnics. Vol. 8, hal. 329-438. Elsevier.
6. Barton, N. 1972. Progressive Failure of Excavated Rock Slopes, dalam Stability
of Rock Slopes. Proc. 13th Symposium on Rock Mechanics Urbana,
Illionis, (Editor: Cording, E.J), ASCE, New York, 1972. Hal. 139-170.
7. Benko, B. 1997. Numerical Modelling of Complex Slope Deformation. Ph.D
Dissertation. Department of Geological Sciences. University of
Saskatchewan.
8. Bergamin, St., Kolberg, J., Fritz, P. 2004. Stability Analysis of a Rock Slope on
the Bristen Road using AutoBlock. 3rd Asian Rock Mechanics
Symposium; Int. Soc. For Rock Mechanics; Kyoto, Japan
9. Bishop, A.W. 1955. The Use the Slip Circle in the Stability Analysis of Slopes.
Geotechnique, Vol. 5, No. 1, hal 7-17.
10. Castillo, E., Minguez, R. 2002. A New Slope Stability Approach Using Calculus
Variations, and Safety and Sensitivity Analysis. Geotechnical Materials :
Measurement and Analysis, Raymond J. Krizek Commemorative
Metode-Metode Dalam Analisis Kestabilan Lereng - 52
33. Eberhardt, E., Stead. D., Coggan, J.S, dan Willenberg, H. 2002. An Integrated
Numerical Analysis Approach Applied to the Randa Rockslide. 1st
European Conference on Landslides (Editor: Rybar, J., dkk), 24-26
June. Prague, Czech Republic. Lisse: A.A. Balkema, hal.355-362.
34. Eberhardt, E., Stead, D., Coggan, J.S., Willenberg, H., Hybrid Finite-/Discrete-
Element Modelling of Progressive Failure in Massive Rock Slopes.
ISRM 2003–Technology Roadmap For Rock Mechanics, South
African Institute of Mining And Metallurgy, 2003.
35. Eberhardt, E., Stead. D., dan Coggan, J.S. 2004. Numerical Analysis of
Initiation and Progressive Failure in Natural Rock Slope – the 1991
Randa Rockslide. International Journal of Rock Mechanics & Mining
Sciences 41, hal. 69-87. Elsevier.
36. Espinoza, R.D., Repetto, P.C., & Muhunthan, B. 1992. General Framework for
Stability Analysis of Slopes. Geotechnique 42, No.4, 603-615.
37. Fell, R., Hungr, O., Lerouil, S., Riemer, W. 2000. Keynote Lecture –
Geotechnical Engineering of The Stability of Natural Slopes, And Cuts
And Fills in Soil. GeoEng2000, An International Conference on
Geotechnical & Geological Engineering. 19-24 November 2000
Melbourne, Australia.
38. Feng, J. Chuhan, Z, Gang, W., dan Guanglun, W. 2003. Creep Modeling in
Excavation Analysis of a High Rock Slope. Journal of Geotechnical and
Geoenvironmental Engineering. Vol. 129, No. 9, September 1. Hal. 849-
857.
39. Franca, P. 1997. Analysts of Slope Stability Using Limit Equilibrium and
Numerical Methods With Case Examples From The Aguas Claras Mine,
Brazil. M.Sc Thesis, Department of Mining Engineering, Queen's
University, Kingston, Ontario, Canada
40. Fredlund, D.G, dan Scoular, R.E.G. 1999. Using Limit Equilibrium Concepts in
Finite Element Slope Stability Analysis. Proceedings of the International
Symposium on Slope Stability Engineering Shikoku ’99, Invited keynote
Paper, Matsuyama, Shikoku, Japan, November 8-11. Hal. 31-47.
41. Fritz, P., Bergamin, St. 2004. Computer Program AutoBlock for Analyzing the
Stability of Foundations and Slopes in Rock based on a Digital Terrain
Model. 72th Annual Meeting of ICOLD, Seoul, 2004.
Metode-Metode Dalam Analisis Kestabilan Lereng - 55
42. Fritz, P., Bergamin, St. 2004. Rock Slope Analysis based on Digital Terrain
Models. 3rd Asian Rock Mechanics Symposium; Int. Soc. For Rock
Mechanics; Kyoto, Japan
43. Fumagalli, E. 1968. Model Simulation of Rock Mechanics Problems. Rock
Mechanics in Engineering Practice (Editor: Stagg, K.G. dan
Zienkiewics, O.C.). John Wiley & Sons, London. hal.353-384.
44. Gens, A., Hutchinson, J.N., Cavounidis, S. 1988. Three-Dimensional Analysis
of Slides in Cohesive Soils. Geotechnique 38, No. 1, 1-23.
45. Geotechnical Engineering Office. 2000. Geotechnical Manual for Slopes 2nd
Edition. Civil Engineering Department. The Government of The Hong
Kong Special Administrative Region, Fourth Reprint.
46. Giani, G. P., 1992. Rock Slope Stability Analysis, Balkema, Rotterdam.
47. Giasi, C.I., Masi, P., dan Cherubini, C. 2003. Probabilistic and Fuzzy Reliability
Analysis of a Sample Slope Near Alino. Engineering Geology, Vol. 67,
hal. 391-402.
48. Golder, H.Q. 1972. The Stability of Natural and Man-Made Slopes in Soil and
Rock. Geotechnical Practice for Stability in Open Pit. Proceedings of the
Second International on Stability in Open Pit Mining. (Editor: Brawner,
C.O., Milligan, V.). Society of Mining Engineers. Hal. 79-85.
49. Goodman, R.E., dan Shi, G.H. 1982. Geology and Rock Slope Stability –
Application of a “Keyblock” Concept for Rock Slopes, Stability in
Surface Mining, Volume 3, (Brawner, C.O., editor), hal. 347-369, New
York, SME.
50. Goodman, R.E, dan Kieffer D.S. 2000. Behavior of Rock in Slopes. Journal of
Geotechnical and Geoenvironmental Engineering, Vol. 126, No. 8,
August, hal.675-684.
51. Graham, J. 1984. Method of Stability Analysis. Dalam Slope Instability, (Editor:
Brunsden, D., dan Prior, D.B.), hal. 171-215. John Wiley & Sons Ltd.
Chicester.
52. Griffiths, D.V. dan Lane, P.A. 1999. Slope Stability Analysis by Finite
Elements. Geotechnique, Vol. 49, No. 3, hal. 387-403.
53. Hack, H.R.G.K. 1993. Slopes in Rock. Proc. An Overview of Engineering
Geology in the Netherlands. Ed. DIG. Technical University Delft, The
Netherlands, hal. 111-119.
Metode-Metode Dalam Analisis Kestabilan Lereng - 56
65. Huang, Y. H. 1993. Stability Analysis of Earth Slopes. Van Nostrand Reinhold,
New York.
66. Hungr, O. 1995. A model for the runout analysis of rapid flow slides, debris
flows and avalanches. Canadian Geotechnical Journal, 32(4):610-623
67. Hungr, O. 1987. An Extension of Bishop’s Simplified Method of Slope Stability
Analysis to Three Dimensions. Geotechnique, 37, No.1, 113-117.
68. Hungr, O. and Evans, S.G., 1996. Rock avalanche runout prediction using a
Dynamic model. Procs., 7th. Int. Symposium on Landslides,
Trondheim, Norway, 1:233-238
69. Hunter, J.H, Schuster, R.L. 1968. Stability of Simple Cuttings in Normally
Consolidated Clays. Geotechnique, 18:372-378.
70. Hustrulid, W.A., McCarter, M.C. dan Van Zyl, D.J.A. (editor). 2000. Slope
Stability in Surface Mining. SME, Colorado.
71. Jaeger, J.C. 1971. Friction of Rocks and Stability of Rock Slopes. Geotechnique
21, No.2, 97-134.
72. Janbu, N. 1954. Applications of Composite Slip Surfaces for Stability Analysis.
Proceedings of the European Conference on the Stability of Earth Slopes,
Stockholm, Vol. 3, p. 39-43.
73. Janbu, N. 1973. Slope stability computations. in: Embankment–Dam
engineering (edited by Hirschfeld, R. C. and Poulos, S. J.) . John Wiley
and Sons, New York, 47–86.
74. Jiang, G.-L. dan Magnan, J.-P. 1997. Stability Analysis of Embankments:
Comparison of Limit Analysis with Methods of Slice. Geotechnique,
Vol.47, No.4, hal.857-872.
75. Jiang, Y.S. 1989. Slope Analysis using Boundary Elements. Lecture Notes in
Engineering - Vol 52. Springer-Verlag, Berlin
76. Kim, J., Salgado, R., Lee, J. 2002. Stability Analysis of Complex Soil Slopes
using Limit Analysis. Journal of Geotechnical and Geoenvironmental
Engineering, Vol. 128, No. 7, July 2002, pp. 546-557
77. Kliche, C.A. 1999. Rock Slope Stability. SME, Colorado.
78. Kovari, K., dan Fritz, P. 1978. Slope Stability With Plane, Wedge and Polygonal
Sliding Surfaces. International Symposium Rock Mechanics Related to
Dam Foundations. September 27-19, Rio de Janeiro, Brazil.
79. Kovari, K., dan Fritz, P. 1984. Recent Developments in the Analysis and
Metode-Metode Dalam Analisis Kestabilan Lereng - 58
Metallaurgy.
100. Sarma, S.K. 1973. Stability Analysis of Embankments and Slopes.
Geotechnique, Vol. 23, No.3, hal. 423-433.
101. Sarma, S.K. 1979. Stability Analysis of Embankments and Slopes, Journal of
the Geotechnical Engineering Division, American Society of Civil
Engineer, ASCE, Vol 105, No. GT12, hal. 1511-1524.
102. Sassa, K. 2000. Mechanism of Flows in Granular Soils. GeoEng2000, An
International Conference on Geotechnical & Geological Engineering. 19-
24 November 2000 Melbourne, Australia.
103. Schmelter, S.C. dan Pariseau, W.G. 1997. Coupled Finite Element Modelling of
Slope Stability. Preprint 97-3. SME.
104. Schweigl, J., Ferreti, C., dan Nossing, L. 2003. Geotechnical Characterization
and Rockfall Simulation of a Slope: a Practical Case Study from South
Tyrol (Italy). Engineering Geology, Vol. 67, hal. 281-296.
105. Seo, Y-K. dan Swan, C.C. 2001. Load-Factor Stability Analysis of
Embankments on Saturated Soil Deposits. Journal of Getoechnical and
Geoenvironmental Engineering, Vol. 127, No.5, hal. 436-445.
106. Sharma, S. dan Lovell, C.W. 1983. Strengths and Weaknesses of Slope
Stability Analysis. Proceeding of the 34th Annual Highway Geology
Symposium, Atlanta, hal. 215-232.
107. Singh, R.N. dan Sun, G.X. 1990. A Fracture Mechanics Approach to Rock
Slope Stability Assessment. 14th World Congress, Peking, China. Hal
543-548.
108. Sitar, N., dan MacLaughin, M.M. 1997. Kinematics and Discontinuous
Deformation Analysis of Landslide Movement, II Panamerican
Symposium on Landslides, Nov. 10-14th. Rio de Janeiro.
109. Sitar, N., MacLaughlin; M.M. Doolin; D.M. 2005. Influence of Kinematics on
Landslide Mobility and Failure Mode. Journal of Geotechnical and
Geoenvironmental Engineering, Vol. 131, No. 6, June 1, pp 716-728.
110. Sjöberg, J. 1991. Analysis of Large Scale Rock Slopes. Department of Civil and
Mining Engineering, Division of Rock Mechanics. Luleå University of
Technology, Swedia.
111. Sjoberg, J. 2000. Failure Mechanisms for High Slope in Hard Rock, dalam
Slope Stability in Surface Mining (Hustrulid, W.A, McCarter, M.K, dan
Metode-Metode Dalam Analisis Kestabilan Lereng - 61