Anda di halaman 1dari 10

Prinsip Kerja DC Power Supply (Adaptor) – Arus Listrik yang kita gunakan di rumah, kantor

dan pabrik pada umumnya adalah dibangkitkan, dikirim dan didistribusikan ke tempat masing-
masing dalam bentuk Arus Bolak-balik atau arus AC (Alternating Current). Hal ini dikarenakan
pembangkitan dan pendistribusian arus Listrik melalui bentuk arus bolak-balik (AC) merupakan
cara yang paling ekonomis dibandingkan dalam bentuk arus searah atau arus DC (Direct
Current).
Akan tetapi, peralatan elektronika yang kita gunakan sekarang ini sebagian besar membutuhkan
arus DC dengan tegangan yang lebih rendah untuk pengoperasiannya. Oleh karena itu, hampir
setiap peralatan Elektronika memiliki sebuah rangkaian yang berfungsi untuk melakukan
konversi arus listrik dari arus AC menjadi arus DC dan juga untuk menyediakan tegangan yang
sesuai dengan rangkaian Elektronika-nya. Rangkaian yang mengubah arus listrik AC menjadi
DC ini disebut dengan DC Power Supply atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan Catu
daya DC. DC Power Supply atau Catu Daya ini juga sering dikenal dengan nama “Adaptor”.
Sebuah DC Power Supply atau Adaptor pada dasarnya memiliki 4 bagian utama agar dapat
menghasilkan arus DC yang stabil. Keempat bagian utama tersebut diantaranya adalah
Transformer, Rectifier, Filter dan Voltage Regulator.
Sebelum kita membahas lebih lanjut mengenai Prinsip Kerja DC Power Supply, sebaiknya kita
mengetahui Blok-blok dasar yang membentuk sebuah DC Power Supply atau Pencatu daya ini.

Dibawah ini adalah Diagram Blok DC Power Supply (Adaptor) pada umumnya.

Prinsip Kerja DC Power Supply (Adaptor)


Berikut ini adalah penjelasan singkat tentang prinsip kerja DC Power Supply (Adaptor) pada
masing-masing blok berdasarkan Diagram blok diatas.

Transformator (Transformer/Trafo)
Transformator (Transformer) atau disingkat dengan Trafo yang digunakan untuk DC Power
supply adalah Transformer jenis Step-down yang berfungsi untuk menurunkan tegangan listrik
sesuai dengan kebutuhan komponen Elektronika yang terdapat pada rangkaian adaptor (DC
Power Supply). Transformator bekerja berdasarkan prinsip Induksi elektromagnetik yang terdiri
dari 2 bagian utama yang berbentuk lilitan yaitu lilitan Primer dan lilitan Sekunder. Lilitan Primer
merupakan Input dari pada Transformator sedangkan Output-nya adalah pada lilitan sekunder.
Meskipun tegangan telah diturunkan, Output dari Transformator masih berbentuk arus bolak-
balik (arus AC) yang harus diproses selanjutnya.
Rectifier (Penyearah Gelombang)
Rectifier atau penyearah gelombang adalah rangkaian Elektronika dalam Power Supply (catu
daya) yang berfungsi untuk mengubah gelombang AC menjadi gelombang DC setelah
tegangannya diturunkan oleh Transformator Step down. Rangkaian Rectifier biasanya terdiri
dari komponen Dioda. Terdapat 2 jenis rangkaian Rectifier dalam Power Supply yaitu “Half Wave
Rectifier” yang hanya terdiri dari 1 komponen Dioda dan “Full Wave Rectifier” yang terdiri dari 2
atau 4 komponen dioda.

Filter (Penyaring)
Dalam rangkaian Power supply (Adaptor), Filter digunakan untuk meratakan sinyal arus yang
keluar dari Rectifier. Filter ini biasanya terdiri dari komponen Kapasitor (Kondensator) yang
berjenis Elektrolit atau ELCO (Electrolyte Capacitor).
Voltage Regulator (Pengatur Tegangan)
Untuk menghasilkan Tegangan dan Arus DC (arus searah) yang tetap dan stabil, diperlukan
Voltage Regulator yang berfungsi untuk mengatur tegangan sehingga tegangan Output tidak
dipengaruhi oleh suhu, arus beban dan juga tegangan input yang berasal Output Filter. Voltage
Regulator pada umumnya terdiri dari Dioda Zener, Transistor atau IC (Integrated Circuit).
Pada DC Power Supply yang canggih, biasanya Voltage Regulator juga dilengkapi dengan Short
Circuit Protection (perlindungan atas hubung singkat), Current Limiting (Pembatas Arus) ataupun
Over Voltage Protection (perlindungan atas kelebihan tegangan).
Nah pada kesempatan kali ini kita akan membahas mengenai rangkaian power supply
serta prinsip kerjanya. Sudah sama-sama kita tahu sebelumnya bahwa pada rangkaian
power supply ini berfungsi menurunkan tegangan dan mengubah tegangan listrik dari
sinyal AC (bolak balik) menjadi sinyal listrik DC (searah).

Alur Power Supply skematik rangkaian


power supply
Untuk menurunkan tegangan dari tegangan PLN 220 V menjadi tegangan sebesar 5 V
dibutuhkan yang namanya transformator (trafo) step-down. Besarnya penurunan
tegangan ini berdasarkan perbandingan antara jumlah lilitan primer dan sekunder. Untuk
lebih jelasnya bisa membaca prinsip kerja transformator.

Sedangkan untuk mengubah bentuk gelombang dari sinyal AC ke DC diperlukan


beberapa tahapan. Tahapan tersebut diantaranya tahap penyearahan (rectifier),
penyaringan (filter) dan tahap regulasi (regulator). Untuk lebih jelasnya mari kita bahas
rangkaian power supply ini secara mendetail.

Populer : Rangkaian Suara Monyet Menggunakan IC555

Setelah sinyal tegangan listrik keluar dari trafo, tegangan masih berbentuk sinyal AC.
Sehingga untuk menyearahkanya diperlukan rangkaian dioda bridge. Rangkaian dioda
bridge ini dikenal juga dengan sebutan penyearah gelombang penuh (full wave rectifier).
Namun kaluaran dari rangkaian ini masih berbentuk gelombang setengah sinusoidal.
Sedangkan kita tahu bahwa sinyal listrik DC merupakan sinyal konstan yang itu berarti
terlihat garis lurus ketika ditampilkan dalam bentuk grafis.

skematik dioda bridge


Karena tegangan listrik belum konstan, maka tegangan tersebut perlu difilter agar lebih
stabil. Rangkaian filter didalam rangkaian power supply biasannya menggunakan
komponen kapasitor. Kapasitor berfungsi untuk menapis sinyal listrik berfrekuensi
rendah, sehingga sebagian besar sinyal listrik AC akan dihilangkan. Keluaran dari
rangkaian filter ini terlihat lebih stabil daripada sebelumnya. Namun terkadang karena
sinyal keluaran filter masih terlalu bergelombang, beberapa ada yang memasang
rangkaian filter tahap dua yaitu kombinasi antara resistor dan kapasitor seperti pada
gambar.

skemtik rangkaian filter

Meskipun sudah melalui proses filtering untuk bisa dianggap sebagai listrik DC, bentuk
sinyal keluaran filter ini masih belum cukup bagus karena masih bergelombang meskipun
sedikit. Oleh karena itu tahap selanjutnya sinyal listrik ini akan di masukkan kedalam
rangkaian regulator untuk menghasiikan sinyal listrik yang benar-benar stabil.

Populer : Rangkaian Sensor Cahaya

Rangkaian regulator banyak sekali macamnya, ada yang menggunakan dioda zener, op-
amp dan IC regulator. Dari ketiga komponen tersebut yang paling sering digunakan
dalam pembauatan rangkaian power supply adalah IC regulator. IC regulator memiliki
kode awalan LM79xx atau LM79xx. Dua digit terakhir (digit xx) berbeda-beda sesuai
dengan tegangan outputnya, misalkan IC regulator dengan tegangan output 5 volt maka
kodenya adalah LM7805. Untuk cara merangkai IC regulator ini anda bisa melihat
digambar rangkaian yang tersedia. Adapun sinyal keluaran dari rangkaian regulator sudah
cukup stabil dan bisa langsung dihubungkan dengan perangkat elektronika DC.
skematik regulator LM7805

Demikian uraian singkat mengenai rangkaian power supply. Semoga bermanfaat dan
dapat menginspirasi anda semua. jangan lupa untuk membaca artikel menarik lainya
seperti rangkaian suara sirine, rangkaian listrik seri dan parallel dan rangkaian suara
monyet menggunakan IC555. Sekian, Salam Engineer.

BAGIKAN

Facebook

Twitter


Nur Fauzan

Seorang mahasiswa yang ingin hidup mandiri dan bermanfaat bagi orang lain. kontak
hubungi mohnurfauzan18@gmail.com
ARTIKEL TERKAITARTIKEL LAIN DARI PENULIS

Rangkaian Lampu Flip-flop dan Skematik PCB

Rangkaian Kapasitor Seri dan Paralel

Rangkaian Suara Sirine Menggunakan IC555

Rangkaian Listrik Seri dan Paralel


Rangkaian Suara Monyet Menggunakan IC555

Rangkaian Lampu LED Berjalan


Pertama, awan terbentuk karena pertemuan antara dua jenis massa udara yang berbeda. Gambar 1 nomor 1 (kiri-atas) menunjukkan awan yang
terbentuk karena ada pertemuan antara udara yang sangat lembap dan banyak mengandung uap air dan udara yang kering. Pertemuan dua jenis massa
udara ini, yaitu massa udara basah dan massa udara kering ini dapat membentuk awan.

Gambar 1. Empat cara terbentuknya awan


Caranya, udara lembap dan hangat yang berasal dari laut akan berada di atas udara yang lebih kering dan dingin. Hal ini membuat udara yang lebih
hangat tadi akan terus naik (karena lebih ringan dan lebih hangat dari sekelilingnya) sehingga dapat membentuk awan.
Kedua, awan terbentuk karena adanya gunung. Yup, udara yang bergerak horisontal akan terhalang atau terbentur gunung. Nah, saat terbentur itulah
udara akan “dipaksa naik” oleh gunung itu. Maksud “dipaksa naik” ini karena udara hangat tadi akan bertemu dengan udara yang sangat dingin
sehingga pembentukan awan pun dapat terjadi lebih cepat (Gambar 1 nomor 2, kanan-atas).
Ketiga, awan terbentuk karena pemanasan permukaan oleh Matahari. Proses ini juga biasa dikenal dengan sebutan konveksi. Konveksi dapat terjadi
karena pemanasan Matahari membuat suhu udara menjadi lebih tinggi sehingga beratnya pun menjadi lebih ringan dibandingkan sekitarnya, sehingga
udara dapat bergerak naik (Gambar 1 nomor 3, kiri-bawah).
Keempat, awan terbentuk karena terjadinya pertemuan angin atau bisa disebut juga dengan konvergensi (Gambar 1 nomor 4, kanan-bawah).
Konvergensi angin laut (bertiup dari laut menuju darat) dan angin dari darat dapat terbentuk di wilayah pantai pada siang hari. Karena udara yang
berlawanan arah itu saling bertemu dan mendekat maka tidak ada cara lain selain udara itu akan bergerak naik bersama-sama sehingga awan pun
dapat terbentuk.
Nah, setelah awan terbentuk, bagaimana caranya ia tetap di atas dan tidak jatuh? A-ha, awan terjaga tetap di atas karena ia berasal dari sekumpulan
udara yang naik karena densitasnya lebih ringan dibandingkan udara di sekitarnya. Selanjutnya, jika suhu udara di dalam awan masih sangat dingin
(lebih rendah dari 0 derajat Celcius) maka proses pembentukan es (icing) dapat terus terjadi dengan berbagai cara antara partikel-partikel kecil yang
ada di sana seperti saling bergabung, menumbuk, memisah, dan sebagainya. Jadi di dalam awan itu ada kegiatan yang sangat ramai dan heboh, loh.
Tidak diam dan tenang sebagaimana ketika kita lihat dari kejauhan.
Selain itu, sepanjang kandungan awan sebagian besar masih berupa kristal es, air super-dingin (supercooled water), dan titis-titis kecil es (ice droplet)
dibandingkan dengan titis-titis kecil air (water droplet) apalagi tetes-tetes air hujan (raindrop) maka awan itu masih akan terus berada di atas.

Gambar 2. Kandungan awan di antaranya berupa air super-dingin dan titis-titis air
Posisi awan akan semakin turun jika lebih banyak mengandung titis-titis kecil air dibandingkan dengan es. Jika sudah begitu, awan pun dapat berubah
wujud seluruhnya menjadi tetes-tetes air hujan sehingga tak lagi bisa kita temukan melayang di udara. Bagaimana Adik-adik, menarik sekali kan, apa
yang dapat membentuk awan dan apa saja yang terjadi di dalam awan itu. Apakah di antara kalian ada yang tertarik menjadi ahli awan?

Anda mungkin juga menyukai