Anda di halaman 1dari 6

Tanggal Praktikum : Kamis, 9 Maret 2017

Dosen Pembimbing : Drh Ronald Tarigan, M.Si


Kelompok Praktikum : 1/Siang

RESPIRASI II

Anggota Kelompok:

Khonsa’ (B04150014) ( )
Falih Prenata Saukhan (B04150015) ( )
Damar Pramesti Kusumarini (B04150024) ( )
Hanifri Fauzan (B04150025) ( )

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
PENDAHULUAN
Dasar Teori
Respirasi (pernapasan) adalah rangkaian aktivitas mekanisme yang
berperan dalam proses masuknya suplai oksigen ke dalam tubuh dan proses
keluarnya karbondioksida dari dalam tubuh. Proses ini berperan penting dalam
menjaga metabolisme tubuh, karena adanya proses keluar-masuk antara senyawa
yang dibutuhkan dalam metabolisme (oksigen) dan sisa hasil metabolisme yang
berasal dari dalam tubuh (karbondioksida). Proses respirasi dimulai dengan
pengisapan udara luar dan berakhir dengan oksidasi sel, termasuk pengeluaran
karbondioksida. Proses respirasi dapat terjadi secara internal dan eksternal.
Respirasi internal terjadi karena adanya reaksi metabolisme intrasel yang
menggunakan oksigen dan karbondioksida. Sedangkan respirasi eksternal terjadi
karena pemindahan oksigen dan karbondioksida antara jaringan dan lingkungan
luar. Untuk menjalankan respirasi eksternal, sistem respirasi berfungsi bersama-
sama dengan sistem sirkulasi (Sherwood 2001).
Respirasi dapat terjadi karena adanya otot-otot yang dapat
melakukan kontraksi terhadap bagian-bagian tubuh tertentu (dada dan perut),
sehingga udara dapat keluar-masuk dalam paru-paru. Pada proses respirasi di
bagian dada, otot yang mengangkat dada diklasifikasikan sebagai otot inspirasi,
sedangkan otot yang menurunkan dada diklasifikasikan sebagai otot ekspirasi
(Guyton dan Hall 2007). Pada perut bagian yang berperan dalam proses respirasi
adalah diafragma. Diafragma yang berkontraksi akan membuat volume dada
membesar dan udara akan masuk ke paru-paru, sedangkan saaat diafragma
berelaksasi, volume paru-paru akan mengecil dan menghembuskan udara
(Campbell 2009). Gerakan-gerakan yang terjadi saat proses respirasi dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu sikap badan, kerja fisik, dan rangsangan. Gerakan
pernapasan harus disesuaikan dengan kebutuhan tubuh dalam keadaan dan
suasana tertentu, sehingga kebutuhan akan zat-zat makanan, oksigen, panas, dapat
terpenuhi dan zat yang tidak diperlukan oleh tubuh dapat dibuang.
Tujuan
Praktikum ini bertujuan mempelajari gerakan-gerakan napas dan
perubahan-perubahanya yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti pengaruh-
pengaruh dari sikap badan, menelan dan berbicara, kerja fisik, kadar CO2,
rangsangan sensorik yang kuat. Juga akan mempelajari berbagai macam volume
pernapasan.

METODE PRAKTIKUM
Bahan dan Alat
Bahan dan alat yang digunakan dalam praktikum Respirasi II yaitu
stetograf dengan pipa karet/plastik, kimograf lengkap, pencatat waktu, dan tambur
marey dengan penulisnya.
Tata Kerja
Untuk mengamati pengaruh sikap badan, menelan dan berbicara terhadap
gerakan abdominal dan torakal, subyek dibiarkan tidur dalam posisi telentang
selama 5 menit. Kemudian dibuat juga rekaman sewaktu subyek berdiri dengan
dibiarkan berdiri tenang terlebih dahulu selama 5 menit. Saat subyek berdiri,
dipasangkan satu stetograf lagi pada posisi melingkari abdomen bagian atas dan
dada, stetograf yang melingkari perut dilepaskan. Air minum sebanyak satu teguk
diisi oleh subyek dan gerakan-gerakan napasnya direkam, kemudian air ditelan
oleh subyek saat subyek melakukan inspirasi secara berulang dengan air ditelan
saat ekspirasi. Kemudian dibuat rekaman setelah didapat rekaman normal dengan
menyuruh subyek membaca secara perlahan-lahan. Rekaman waktu dibuat dan
hasil-hasil percobaan dicatat.
Untuk mengamati pengaruh kerja fisik akibat hiperpnea, stetograf
dilepaskan dari alat perekam dan subyek disuruh untuk lari ditempat selama 2
menit. Stetograf dihubungkan kembali dengan perekam dan kurva perekaman
dibuat hingga kurva pernapasan kembali normal. Saat gerakan pernapasan biasa
direkam subyek disuruh menghentikan napasnya selama mungkin dan lama waktu
untuk menghentikan nafas dicatat. Gerakan pernapasan biasa direkam dan saat
tromol lepas dari penulis, subyek bernafas dalam-dalam dan cepat selama 3 menit.
Gerakan-gerakan dalam terakhir direkam dan subyek disuruh menghentikan nafas
selama mungkin. Lama waktu untuk menghentikan nafas dicatat.
HASIL PERCOBAAN
Tabel 1. Pengaruh berbagai perlakuan terhadap hasil rekaman pernafasan
Perlakuan Hasil Rekaman
Berbaring Frekuensi: 30x/menit
Duduk Frekuensi:
Berdiri Frekuensi:
Menelan Menghentikan pernafasan
Membaca Frekuensi pernafasan menjadi tidak
teratur
Berlari Memperbesar frekuensi dan amplitude
pernafasan
Pernafasan biasa Waktu henti nafas lebih cepat (41,5
detik)
Hiperpnea Waktu henti nafas lebih lama (105
detik)

PEMBAHASAN
Salah satu hal yang dipelajari dalam praktikum ini yaitu mengetahui
pengaruh sikap badan terhadap frekuensi napas. Frekuensi napas diukur saat
badan probandus berada dalam posisi berbaring, duduk, dan berdiri. Setelah
dilakukan perekaman gerakan napas, hasil rekaman tersebut digunakan untuk
menentukan frekuensi napas probandus tersebut. Dari hasil frekuensi napas yang
telah ditentukan, frekuensi napas tertinggi terjadi saat probandus berada dalam
posisi berdiri, disusul dengan frekuensi napas saat duduk. Sedangkan frekuensi
napas terendah terjadi saat probandus berada dalam posisi berbaring. Frekuensi
napas yang diperoleh dari percobaan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor,
salah satunya berkaitan dengan jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk
metabolisme, dalam hal ini kontraksi otot tubuh. Frekuensi napas rendah saat
probandus dalam posisi berbaring karena tubuh tidak membutuhkan oksigen
dalam jumlah yang banyak untuk melakukan kontraksi otot. Sebaliknya, frekuensi
napas saat probandus dalam posisi duduk dan berdiri tinggi karena tubuh sudah
mulai membutuhkan oksigen dengan jumlah yang banyak untuk melakukan
kontraksi otot.
Perlakuan menelan air minum sambil ekspirasi dan respirasi akan
mengehntikan pernafasan. Dalam hal ini ada saluran bersama yang dilalui udara
dan makanan yaitu saluran pencernaan dan respirasi pada bagian pharing.
Mekanisme kedua jalur tersebut tertutup oleh epiglottis yang menahan salah satu
mekanisme bekerja saat salah satu bagian bekerja. Dalam keadaan probandus
melakukan respirasi dengan perlakuan menelan epiglottis akan menutup saluran
udara agar tidak tersedak (Guyton 1997).
Frekuensi pernafasan dipengaruhi pula oleh aktivitas fisik. Setelah
melakukan aktivitas berlari, metabolisme dalam tubuh probandus meningkat
sehingga banyak menghasilkan CO2 dan panas. Selama berlari, penggunaan O 2
bertambah sehingga PO2 dalam jaringan dan dalam darah menurun. Akibatnya,
difusi O2 dan darah ke jaringan bertambah sehingga PO2 darah pada otot
berkurang dan pelepasan O2 dari hemoglobin meningkat. Selama olahraga,
penggunaan oksigen dapat meningkat. Aktivitas fisik akan meningkatan volume
tidal sehingga pernapasan akan menjadi lebih dalam. Dengan pernapasan yang
lebih dalam maka tekanan udara dalam paru akan meningkat, sehingga difusi
(pertukaran gas) antara O2 dan CO2 juga akan meningkat. Meningkatnya volume
tidal disertai frekuensi pernapasan yang meningkat, maka ventilasi udara juga
akan meningkat. Selain aktivitas berlari, ada pula aktivitas membaca. Aktivitas
membaca membuat frekuensi pernafasan menjadi tidak teratur karena proses
inspirasi dan ekspirasi tidak berjalan normal, namun menyesuaikan dengan kata-
kata yang dibaca.
Kemampuan tahan nafas ditentukan oleh kadar CO2 dalam tubuh. Semakin
rendah kadar CO2 dalam tubuh, semakin lama seseorang dapat menahan nafasnya.
Pusat kontrol yang ada di medulla oblongata juga membantu mempertahankan
homeostasis dengan cara memonitor kadar CO2 dalam darah dan mengatur jumlah
CO2 yang dibuang oleh alveoli saat ekspirasi. CO 2 bereaksi dengan H2O untuk
membentuk H2CO3, yang akan menurunkan pH. Medulla oblongata akan
mendeteksi adanya penurunan pH, sehingga terjadi peningkatan kedalaman dan
laju pernapasan. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, waktu henti nafas
setelah melakukan pernafasan biasa lebih cepat, yaitu 42 detik. Kondisi ini terjadi
karena tingginya kadar CO2 dalam tubuh akan memberi sinyal ke medulla
oblongata untuk melakukan proses ventilasi. Sebaliknya, waktu henti nafas saat
hiperpnea jauh lebih lama, yaitu 1 menit 45 detik. Hiperpnea yaitu bernafas secara
cepat dan dalam yang akan menurunkan kadar CO2 dalam tubuh. Kondisi ini akan
menyebabkan probandus mampu menahan nafasnya lebih lama.

KESIMPULAN
Frekuensi nafas dipengaruhi oleh sikap badan, menelan dan berbicara,
kerja fisik, kadar CO2, dan rangsangan sensoris. Frekuensi nafas saat berdiri lebih
tinggi daripada saat duduk dan berbaring. Aktivitas menelan akan menghentikan
proses pernafasan, dan aktivitas membaca menyebabkan frekueni pernafasan yang
tidak teratur. Kerja fisik seperti berlari akan meningkatkan frekuensi dan
kedalaman pernafasan. Kadar CO2 dalam darah akan merangsang medulla
oblongata untuk melakukan pernafasan.

DAFTAR PUSTAKA
Campbell NA. 2009. Biology. Sydney(AU): Pearson/Benyamin Cummings.
Guyton dan Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta (ID):
EGC.
Sherwood L. 2001 Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem.. Jakarta (ID): EGC.

Anda mungkin juga menyukai