Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Biofarmasetika adalah ilmu yang mempelajari hubungan sifat fisikokimia formulasi
obat terhadap bioavailabilitas obat. Bioavailabilitas menyatakan kecepatan dan jumlah obat
aktif yang mencapai sirkulasi sistemik. Biofarmasetik bertujuan untuk mengatur pelepasan
obat sedemikian rupa ke sirkulasi sistemik agar diperoleh pengobatan yang optimal pada
kondisi klinik tertentu.
Seiring dengan semakin berkembangnya sains dan teknologi, perkembangan di dunia
farmasi pun tidak ketinggalan. Semakin hari semakin banyak jenis dan ragam penyakit yang
muncul dan perkembangan pengobatan pun terus dikembangkan. Berbagai macam turunan
obat telah dibuat untuk meningkatkan efektifitas obat. Selain memodifiksi senyawa obat,
upaya yang banyak dilakukan adalah memodifikasi bentuk sediaan dan sistem penghantaran
obat.
Bermacam sistem mucosal dalam tubuh manusia (nasal, pulmonal, rectal dan vaginal)
dapat dimanfaatkan untuk titik masuk sistem penghantaran obat. Dengan sendirinya pada
sistem mucosal tersebut terdapat perbedaan dan persamaan dalam hal penghantaran obat.
Paru-paru (Bahasa Inggris: Lung, dari kata Latin pulmones untuk paru-paru.) adalah
organ utama pada sistem pernapasan pada manusia (respirasi) dan berhubungan dengan
sistem peredaran darah (sirkulasi) dan juga sistem ekskresi. Fungsinya adalah untuk menukar
oksigen dari udara dengan karbon dioksida dari darah atau sering disebut “bernapas”. Pada
umumnya paru-paru terdapat pada hewan mamalia termasuk juga manusia.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari aerosol?
2. Bagaimana Anatomi dan fisiologi paru-paru?
3. Bagaimana Proses absorpsi obat dari paru-paru?
4. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi LDA obat pada paru -paru?
5. Faktor Formulasi apa saja yang mempengaruhi absorpsi obat paru?
6. Contoh dan cara pemakaian dari aerosol?

1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari aerosol
2. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi paru-paru
3. Untuk mengetahui proses absorpsi obat dari paru-paru
4. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi LDA obat pada paru-paru
5. Untuk mengetahui faktor formulasi yang mempengaruhi absorpsi obat paru-paru
6. Untuk mengetahui cara pemakaian dan contoh dari aerosol

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Aerosol


 Menurut FI III
Aerosol adalah sediaan yang mengandung satu atau lebih zat berkhasiat dalam
wadah yang diberi tekanan, berisi propelan atau campuran propelan yang cukup untuk
memancarkan isinya hingga habis, dapat digunakan untuk obat luar atau obat dalam
dengan menggunakan propelan yang cukup.
 Menurut FI IV
aerosol farmasetik adalah sediaan yang dikemas di bawah tekanan, mengandung zat
aktif terapetik yang dilepas pada saat sistem katup yang sesuai ditekan. Sediaan ini
digunakan untuk pemakaian topikal pada kulit dan juga pemakaian lokal pada hidung
(aerosol nasal) , mulut (aerosol lingual) atau paru-paru (aerosol inhalasi, ukuran
partikelnya harus lebih kecil dari 10 m , sering disebut " inhaler dosis terukur ").
 Istilah " aerosol " digunakan untuk sediaan semprotan kabut tipis dari sistem
bertekanan tinggi. Sering disalah artikan pada semua jenis sediaan bertekanan,
sebagian diantaranya melepaskan busa atau cairan setengah padat.
 Aerosol busa adalah emulsi yang mengandung satu atau lebih zat aktif, surfaktan,
cairan mengandung air atau tidak mengandung air dan propelan. Jika propelan
berada dalam fase internal (misalnya m/a) akan menghasilkan busa stabil, dan jika
propelan berada dalam fase eksternal (misalnya a/m), akan menghasilkan busa yang
kurang stabil.
 Dalam literatur lain, aerosol adalah suatu sistem koloid lypofob (hydrofil), dimana
fase eksternalnya berupa gas atau campuran gas dan fase internalnya berupa partikel
zat cair yang terbagi sangat halus atau partikel-partikelnya tidak padat, ukuran
partikel tersebut lebih kecil dari 50 m. Jika partikel internalnya terdiri dari partikel
zat cair, sistem koloid itu berupa asap atau debu

2.2 Anatomi dan Fisiologi Paru-paru


Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian samping dibatasi oleh
otot dan rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh diafragma yang berotot kuat. Paru-paru ada

3
dua bagian yaitu paru-paru kanan (pulmo dekster) yang terdiri atas 3 lobus dan paru-paru kiri
(pulmo sinister) yang terdiri atas 2 lobus.
Paru-paru dibungkus paru-paru disebut pleura dalam (pleura visceralis) dan selaput
yang menyelaputi rongga dada yang bersebelahan dengan tulang rusuk disebut pleura luar
(pleura parietalis).oleh dua selaput yang tipis, disebut pleura.

Antara selaput luar dan selaput dalam terdapat rongga berisi cairan pleura yang
berfungsi sebagai pelumas paru-paru. Cairan pleura berasal dari plasma darah yang masuk
secara eksudasi. Dinding rongga pleura bersifat permeabel terhadap air dan zat-zat lain. Paru-
paru tersusun oleh bronkiolus, alveolus, jaringan elastik, dan pembuluh darah. Paru-paru

4
berstruktur seperti spon yang elastis dengan daerah permukaan dalam yang sangat lebar untuk
pertukaran gas.

Di dalam paru-paru, bronkiolus bercabang-cabang halus dengan diameter ± 1 mm,


dindingnya makin menipis jika dibanding dengan bronkus. Bronkiolus ini memiliki
gelembung-gelembung halus yang disebut alveolus. Bronkiolus memiliki dinding yang tipis,
tidak bertulang rawan, dan tidak bersilia. Gas memakai tekanannya sendiri sesuai dengan
persentasenya dalam campuran, terlepas dari keberadaan gas lain (hukum Dalton).
Bronkiolus tidak mempunyi tulang rawan, tetapi rongganya masih mempunyai silia dan di
bagian ujung mempunyai epitelium berbentuk kubus bersilia. Pada bagian distal
kemungkinan tidak bersilia. Bronkiolus berakhir pada gugus kantung udara (alveolus).5

Alveolus terdapat pada ujung akhir bronkiolus berupa kantong kecil yang salah satu
sisinya terbuka sehingga menyerupai busa atau mirip sarang tawon. Oleh karena alveolus
berselaput tipis dan di situ banyak bermuara kapiler darah maka memungkinkan terjadinya
difusi gas pernapasan.

Gambar alveolus

Alveolus adalah struktur anatomi yang memiliki bentuk berongga. Terdapat pada
parenkim paru-paru, yang merupakan ujung dari saluran pernapasan, dimana kedua sisi
merupakan tempat pertukaran udara dengan darah. Alveolus merupakan anatomi yang hanya
dimiliki oleh mamalia. Pada vertebrata sistem pertukaran gas memiliki struktur yang berbeda.
Membran alveolaris adalah permukaan tempat terjadinya pertukaran gas. Darah yang kaya

5
karbon dioksida dipompa dari seluruh tubuh ke dalam pembuluh darah alveolaris, dimana,
melalui difusi, ia melepaskan karbon dioksida dan menyerap oksigen.
Fisiologi paru-paru: Udara bergerak masuk dan keluar paru-paru karena ada selisih
tekanan yang terdapat antara atmosfir dan alveolus akibat kerja mekanik otot-otot. Seperti
yang telah diketahui, dinding toraks berfungsi sebagai penembus. Selama inspirasi volume
toraks bertambah besar karena diagframa turun dan teraangkat akibat kontraksi beberapa otot
yaitu sternokleidomastoideus mengangkat strenum ke atas. Selama pernapasan tenang,
ekspresi merupakan gerakan pasif akibat elastisitas dinding dada dan paru-paru. Pada waktu
otot interkostalis eksternus relaksasi, dinding dada turun dan lengkung diagfragma naik ke
atas ke dalam rongga toraks, menyebaabkan volume toraks berkurang. Pengurangan volume
toraks ini meningktatkan tekanan inbtapleura maupun tekanan intrapulmonal. Selisih tekanan
antara saluran udara daan atmosfir menjadi terbalik, sehingga udsara mengalir keluar dsri
paru-paru sampai udara dan tekanan atmosfir menjadi sama kembali pada akhir ekspirasi (
price,1994 ).
Dalam keadaan normal, difusi dan keseimbangan oksigen di kapiler darah paru-paru
dan alveolus berlangsung selama kira-kira 0,25 detik dari total waktu kontak selama 0,75
detik. Hal ini menimbulkan kesan bahwa paru-paru normal memiliki cukup waktu cadangan
difusi. Pada beberaspa penyakit misal, fibosis paru, udara dapat menebal dan difusi melambat
sehingga ekuilibrium mungkin tidak lengkap, terutama sewaktu berolahraga dimana waktu
kontak total berkurang. Jadi, blok difusi dapat mendukung terjadinya hipoksemia, tetapi tidak
diakui sebagai faktor utama ( Tabrani Rab,1996).

2.3 Jenis-Jenis Aerosol


1. Aerosol sistem dua fase :
Terdiri dari larutan zat aktif dalam propelan cair dan propelan bentuk uap, sebagai
pelarut digunakan etanol, propilen glikol dan PEG untuk menambah kelarutan zat
aktif. Aerosol sistem dua fase wadahnya berisi ;
a) Fase gas dan fase cair
b) Fase gas dan fase padat untuk aerosol serbuk.
Fase cair dapat terdiri dari komponen zat aktif / campuran zat aktif dan propelan
cair / komponen propelan yang dilarutkan didalamnya. Yang termasuk sistem ini
antara lain :
a) Aerosol ruang (space sprays) : insektisida, deodorant.

6
b) Aerosol pelapis permukaan (surface coating sprays) : cat, hair sprays
Aerosol sistem dua fase ini beroperasi pada tekanan 30-40 p.s.i.g (pounds per
square in gauge) pada suhu 21o .
2. Aerosol sistem tiga fase :
Terdiri dari suspensi atau emulsi zat aktif, propelan cair dan uap propelan. Suspensi terdiri
dari zat aktif yang dapat didispersikan dalam sistem propelan dengan zat tambahan yang
sesuai seperti zat pembasah dan atau bahan pembawa padat seperti talk atau silika
koloidal.

2.4 Komponen Aerosol


Kompenen aerosol terdiri dari wadah,propelen,konsentrat mengandung zat aktif,katup
dan penyemprot(aktuator)
1. Wadah
Wadah aerosol, garius dapat memberikan keamanan tekanan yang maksimum dan
harus tahan karat, wadah biasanya dibuat dari kaca, plastic atau logam.
Wadah kaca harus dapat memberikan keamanan tekanan maksimum dan tahan
tekanan. Plastic dapat di gunakan untuk melapisi wadah kaca untuk meningkatkan
karakteristik keamanan atau untuk melapisi wadah yang terbuat dari logam guna
memperbaiki daya tahan. Loagm yang sesuai meliputi baja yang tahan karat.
2. Propelan
Propelen berfungsi memberikan tekanan yang di butuhkan untuk mengekuarkan
bahan dari wadah dan dalam kombinasi dengan komponen lain mengubah bahan kebentuk
fisik yang di inginkan. Sebagai propelan digunakan gas yang di cairkan atau gas yang di
mampatkan, misalkan hidrokarbon. Sistem propelan yang baik harus mempunyai tekanan
uap yang tepat dan sesuai.
3. Kosentrat mengandung zat aktif
Kosentrat zat aktif mengunakan pelarut pembantu untuk memperbaiki kelarutan zat
aktif atau formulasi dalam propelan misalnya etanol, propilenglikol
4. Katup
Katup berfungsi mengatur aliran zat terapetik dan propelan dari wadah karakteristik
aerosol di pengaruhi oleh ukuran, jumlah dan lokasi lubang. Bahan yang di gunakan untuk
pembuatan katup harus inert terhadap formula yang di gunakan. Kompenen katup
umumnya plastik karet baja tahan katat.
5. Penyemprot atau actuator

7
Penyemprot atau actuator adalah alat yang di letakan pada batang katup aerosol yang
jika ditekan, membuka katup dan mengatur semprotan yang mengandung obat kedaerah
yang di inginkan.

2.5 Mekanisme Aerosol


a) Jika suatu gas yang dicairkan berada daalam wadah yang tertutup, maka sebagai
dari gas tersebut akan menjadi uap dan sebagian lagi tetap cair. Dalam keaadaan
keseimbangan, fase uap naik, fase cair turun.
b) Komponen zat aktif dari obat dilarutkan / di dispersikan dalam fase cair dri gas
tersebut.
c) Fase uap gas memberi tekanan pada dinding dan pernukaan fase cair.
d) Jika pada fase cair dimasukan tabung yang pangkalnya melekap pada katup dan
hanya ujungnya yang masuk ke fase cair, maka karena tekanan uap tersebut, fase
cair akan naik melalui tabung ke lubang katup.
e) Jika tombol pembuka ( actuator ) ditekan, katup terbuka, fase cair didorong keluar
selama actuator ditekan.
f) Fase gas yang berkurang akan terisi kembali oleh fase cair yang menguap.
g) Fase cair yang keluar bersama zat aktif, karena titik didihnya terlampaui, akan
menguap di udara menyebabkan terjadinya bentuk semprotan atau spray.

8
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Mekanisme Absoprsi Obat Paru-Paru


Deposisi Obat dalam saluran udara dipengaruhi oleh :
a. Sedimentasi gravitasi.
b. Impaksi.
c. Difusi.
Sebagian besar partikel obat yang lebih besar dipindah-posisikan oleh dua mekanisme
pertama di saluran udara, sementara partikel yang lebih kecil melewati jalan ke wilayah
perifer dari paru-paru dengan cara difusi.
a. Sedimentasi Gravitasi
Gaya gravitasi bertindak terhadap partikel. Sedimentasi terjadi jika gaya gravitasi
lebih dari kekuatan aliran udara. Sedimentasi adalah penyusunan partikel karena aliran
udara rendah. Saluran udara paru memiliki orientasi yang berbeda sehingga pengendapan
partikel akan berbeda tergantung pada arah aliran partikel dan arah tekanan. Mekanisme
gravitasi ini terjadi pada partikel ukuran besar. Partikel alam higroskopis ukurannya
bisa membesar ketika mereka melalui saluran udara dan sedimen.3
b. Impaksi
Impaksi terjadi karena perubahan aliran udara. Impaksi meningkat dengan
ukuran partikel dan laju aliran. Jenis perpindahan partikel ini terjadi di seluruh paru-
paru.3
c. Difusi
Disebabkan oleh gerak Brown. Deposisi dapat terjadi dengan difusi jika ukuran
partikel kurang dari diameter 0,5 mikron. Difusi adalah mekanisme deposisi untuk
partikel kecil. Difusi meningkat dengan penurunan ukuran partikel dan laju aliran.
Deposisi lebih terjadi di wilayah alveoli karena waktu tinggal lebih lama dan jalan
nafas yang lebih kecil.3

3.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sistem Penghantaran Paru-Paru

Adapun faktor - faktor yang dapat mempengaruhi penghantaran obat ke paru - paru di
antaranya :
1) Deposisi partikel di paru –paru

9
Dengan adanya gaya gravitasi, obat yang terhirup dapat terdeposisi dalam saluran
pernapasan. Yang paling mempengaruhi mekanisme deposisi ini adalah ukuran partikel
obat dan kecepatan aliran pernapasan. Semakin lama suatu obat berada pada daerah
tertentu maka semakin banyak partikel yang terdeposisi pada daerah tersebut.6

2) Faktor fisiologis
Faktor fisiologis yang mempengaruhi penghantaran obat adalah adanya mekanisme
pertahanan pada paru - paru terhadap benda asing, sehingga menjadi barrier yang harus
diatasi untuk memastikan deposisi dan absorpsi obat yang efisien pada saluran
pernapasan. Adapun beberapa barrier tersebut di antaranya :
 Epitel Paru – paru
Paru - paru memiliki 40 jenis sel berbeda di sepanjang salurannya.
Perbedaan lapisan epitel paru - paru dapat diilustrasikan dengan membagi
strukturnya ke dalam tiga kategori berdasarkan letaknya.
 Epitel Bronkus
Pada lapisan epitel di sepanjang daerah ini didominasi dengan sel bersilia
dan sel goblet. Selain itu juga ditemukan beberapa sel serous, sel brush, dan
sel Clara dengan sedikit sel Kulchitsky.
 Epitel Bronkiolus
Lapisan epitel ini didominasi dengan sel cubodia bersilia. Jumlah sel goblet
dan sel serous menurun seiring semakin dalamnya saluran pernapasan dan
semakin meningkatnya sel - sel Clara. Semakin dalam paru - paru maka
lapisan epitel pun semakin tipis dan sedikit mucus yang terdapat pada
bagian ini.
 Epitel Alveolus
Pada bagian ini tidak terdapat mucus dan banyak mengandung epitel yang
lebih datar sehingga membentuk lapisan squamosa dengan ketebalan 0,1 -
0,5 μ m. Sel - sel makrofag banyak terdapat di daerah ini. Menurut Glyn
Taylor dan lan Kellaway ( 2001).

10
 Sel - sel bersilia
Di bagian daerah trakheobronkial, sebagian besar sel - sel epitelnya bersilia
dan hampir menyelimuti seluruh permukaan saluran pernapasan bagian
tengah dan terus berkurang ketika masuk ke daerah alveolus. Setiap sel
bersilia mengandung kurang lebih 200 silia dengan panjang sekitar 5 μ m
dan diameter 0,25 μ m. Mekanisme pembersihan silia ini melalui mukus
yang disekresikan oleh sel serous pada kelenjar submukosa.
 Alveolar Macrophage
Sel makrofag pada alveolus ditemukan pada permukaan alveolus. Sel – sel
fagosit ini memainkan peran penting dalam mekanisme pertahanan
melawan bakteri dan perikel yang terhirup dan mencapai alveoli. Makrofag
dibersihkan dari alveolus menuju bronkiolus oleh adanya aliran caiaran

11
paru - paru dan kemudian dikeluarkan dari saluran pernapasan melalui
mucociliary escalator.
 Lapisan Cairan Epitel
Partikel padat obat untuk saluran pernapasan harus terbasahi dan terlarut
sebelum dapat memberikan efek terapinya. Meskipun tingkat kelembaban
di dalam paru - paru mendekati 100%, lapisan cairan pada epitel ini kecil,
ketebalannya berkisar 5 - 10 μ m dan berangsung - angsur menurun
sepanjang saluran pernapasan sampai alveoli (0,05 - 0,08 μ m).
 Surfaktan Paru – paru
Sel epitel tipe dua secara aktif mengeluarkan surfaktan paru -paru. Sekitar
85 - 90% komponennya merupakan fosfolipid dan sisanya adalah protein.
Fosfolipid yang dikandung 90% diantaranya adalah fosfogliserol. Surfaktan
paru – paru terletak di dinding internal wilayah alveolar dan memiliki
fungsi utama menurunkan tegangan permukaan, mempertahankan
morfologi dan fungsi pernapasan juga pertahanan paru – paru melawan
adhesi mikroorganisme dan meningkatkan fagositosis oleh sel makrofag.
Surfaktan mengalami proses metabolisme konstan dan dinamis termasuk
pembersihannya melalui mucociliary escalator, fagositosis, dan daur ulang.
Waktu paruh fosfolipid yang disekresikan telah dibuktikan yaitu 15 - 30
jam.
Implikasi nya pada penghantaran obat, lapisan surfaktan menyelimuti jalan
napas dan lapisan cairan alveolar dengan bagian rantai asam lemak yang
menghadap ke permukaan sehingga dapat terjadi interaksi antara fosfolipid
surfaktan dengan obat inhalasi. Misalnya, surfaktan paru - paru ditunjukkan
untuk meningkatkan kelarutan glukokortikosteroid, yang dapat
mempengaruhi waktu tinggal steroid dalam paru –paru. Selanjutnya,
interaksi kuat dari polipeptida ditirelix dan siklosporin A dengan fosfolipid
telah dibuktikan dan telah disarankan untuk membatasi penyerapan dari
paru - paru, sehingga menyebabkan retensi berkepanjangan obat di paru –
paru. Penggunaan surfaktan eksogen sebagai pembawa. Untuk pemberian
obat paru – paru telah diusulkan sebagai sarana untuk meningkatkan
penyebaran obat dalam paru - paru. Namun, interaksi yang kompleks antara
obat dan surfaktan paru - paru, harus dipertimbangkan dalam
pengembangan obat.

12
 Mucociliary Clearance
Mucociliary clearance merupakan mekanisme pertahanan paru - paru yang
paling penting. Berkoordinasi dengan pergerakan silia, mucus disapu
bersihkan dari nasal dan paru - paru menuju faring dan kemudian ditelan.
Kecepatan clearance pada hidung rata - rata 3 - 25 mm/min. Mucus
terutama disekresikan dari sel serosa dari kelenjar submukosa dan dari sel
goblet , dan terdiri dari air (95 %), glikoprotein (mucins) (2%) , protein
(1%), garam anorganik (1%), dan lipid (1%) (Samet et al., 1994 dalam
Tronde, A., 2002). Peraturan kadar air sangat penting yang signifikan untuk
mempertahankan sifat viskoelastik optimal. Implikasi nya untuk
penghantaran obat yaitu waktu tinggal obat inhalasi di paru - paru
tergantung pada lokasi pengendapan. Sebuah proporsi yang signifikan dari
obat dalam mencapai paru - paru dari sediaan inhalasi adalah terperangkap
dalam lendir di saluran pernapasan. Kemampuan obat untuk menembus
penghalang lendir tergantung pada muatan partikel, kelarutan, lipofilisitas,
dan ukuran. Misalnya, mengurangi transportasi di lapisan lendir pernapasan
telah dibuktikan secara in vitro untuk kortikosteroid dan antibiotik.

3) Faktor farmasetika
Faktor terkait formulasi yang mempengaruhi sistem penghantaran obat ini adalah
ukuran, bentuk, kerapatan dan stabilitas fisik partikel. Partikel dengan ukuran lebih dari
10 μ m akan bertubrukan pada saluran pernapasan bagian atasan mudah dikeluarkan
oleh kejadian batuk, menelan, dan proses bersihan oleh mukosiliari. Partikel dengan
ukuran 0,5 – 5 μ m dapat menghindari tubrukan yang terjadi di saluran pernapasan atas
dan akan terdeposisi melalui tubrukan dan sedimentasi di daerah trakheobronkial dan
alveolar. Jika ukuran partikel berada diantara 3 - 5 μ m maka akan terdeposisi
sepenuhnya di daerah trakheobronkial dan jika ukurannya kurang dari 3 μ m maka
kemungkinan akan terdeposisi jauh lebih dalam lagi di daerah alveolar. Sedangkan
partikel dengan ukuran submikron mungkin tidak dapat terdeposisi akan terbuang saat
ekspirasi sebelum terjadi sedimentasi. Partikel dengan ukuran diameter 20 μ m dan
kerapatan 0,4 g/cm -3 akan secara efektif terdeposit dalam paru – paru.

13
3.3 Faktor Formulasi Yang Mempengaruhi Absorpsi Obat Pada Paru-Paru
Keefektifan obat inhalasi dibentuk oleh formulasi obat. Stabilitas formulasi adalah
tantangan lain dalam memproduksi pemberian obat paru. Formulasi bertanggung jawab untuk
menjaga obat dalam keadaan aktif secara farmakologi, formulasi harus efisien sehingga obat
dapat mencapai paru-paru, tiba ke tempat yang tepat dari tindakan dan tetap berada di paru-
paru sampai efek farmakologis yang diinginkan terjadi. Beberapa faktor telah dimasukkan
dalam mendukung pengembangan formulasi hidung yang mengandung liposom, mikrosfer
dan nanopartikel untuk pengiriman obat intranasal. Bahkan, tidak jelas apakah formulasi
meningkatkan penyerapan obat dengan mengangkut obat dikemas melintasi membran atau
hanya karena meningkatkan waktu retensi hidung dan stabilitas obat. Bagaimanapun,
penggunaannya dalam pertumbuhan luas dan hasilnya sudah sangat mampu.

Liposom
Liposom adalah vesikel fosfolipid yang disusun oleh lipid bilayers yang
melampirkan satu atau lebih kompartemen berair di mana obat-obatan dan zat lain
mungkin disertakan. Dalam beberapa kali, liposom telah diteliti sebagai kendaraan untuk
terapi extended-release dalam pengobatan penyakit paru-paru, terapi gen dan sebagai
metode penyampaian agen terapeutik ke permukaan alveolar untuk pengobatan penyakit
sistemik. Sistem penghantaran obat menggunakan liposom menghasilkan berbagai
keuntungan seperti enkapsulasi efektif molekul kecil dan besar dengan berbagai
hidrofilisitas dan nilai-nilai pKa. Bahkan, sistem ini telah ditemukan untuk meningkatkan
penyerapan hidung peptida seperti insulin dan kalsitonin dengan meningkatkan penetrasi
membran liposom. Ini telah dikaitkan dengan retensi hidung peningkatan peptida,
perlindungan peptida terjebak dari degradasi enzimatik dan mukosa gangguan membran.

Nanopartikel
Sistem nanopartikel sedang diteliti untuk meningkatkan pemberian obat dan
pemberian obat intranasal. Nanopartikel adalah partikel koloid padat dengan diameter 1-
1000 nm. Nanopartikel terdiri dari bahan makromolekul dan terapi yang digunakan
sebagai adjuvatt dalam vaksin atau sebagai pembawa obat, di mana zat aktif dilarutkan,
terjebak, dikemas, terserap atau bahan kimia yang melekat. Nanopartikel memberikan
beberapa keuntungan karena ukurannya yang kecil, tapi hanya nanopartikel terkecil yang
dapat menembus membran mukosa oleh Para-selular routeandin kuantitas terbatas,
karena persimpangan ketat berada di urutan 3,9-8,4 Å. Ada beberapa studi yang telah

14
menunjukkan bahwa sistem nanopartikel dapat lebih cocok sebagai kendaraan untuk
terapi sistem pelepasan berkelanjutan. Sistem pelepasan berkelanjutan dari terapi aerosol
dapat memperpanjang waktu obat berada di dalam saluran udara atau wilayah alveolar,
meminimalkan risiko efek samping dengan menurunkan tingkat penyerapan sistemik,
serta meningkatkan kepatuhan pasien dengan mengurangi frekuensi dosis. Sistem
nanopartikel juga cocok untuk penghantaran vaksin hidung.

Mikrosfer
Teknologi microsphere telah banyak berguna dalam merancang formulasi untuk
penghantaran obat hidung. Mikrosfer biasanya didasarkan pada muco-perekat polimer
(kitosan, alginat), yang menyediakan berbagai keuntungan untuk penghantaran obat
intranasal. Selain itu, mikrosfer dapat melindungi obat dari metabolisme enzimatik dan
memberikan mempertahankan pelepasan obat, sehingga memperpanjang efeknya.

Sistem pengiriman obat mukoadhesif


MCC adalah salah satu faktor pembatas yang paling penting untuk penghantaran
obat ke paru-paru melalui hidung, karena mengurangi waktu yang di tetapkan untuk
penyerapan obat. Dengan demikian, sistem penghantaran obat menggunakan
mucoadhesive meningkatkan penyerapan obat hidung, dan juga memperpanjang waktu
kontak antara obat dan hidung mucosa. Mucoadhesion menunjukkan lampiran tersebut
yang sistem penghantaran obat untuk lendir, yang melibatkan interaksi antara musin
sintetis atau calledmucoadhesive polimer alam. Peristiwa berurutan dapat terjadi selama
ini mucoadhesion termasuk dalam beberapa langkah. Pertama mukoadhesif sistem
absorpsi air dari lapisan lendir dan basah dan mengalami pembengkakan. Berikut ini,
polimer intim menembus ke dalam lendir dan, karenanya, melokalisasi perumusan di
rongga hidung, meningkatkan gradien konsentrasi obat di seluruh epithelium.
Mucoadhesives banyak digunakan dalam pemberian obat intranasal adalah kitosan,
alginat dan selulosa atau turunannya.

3.4 Faktor Fisikokimia Yang Mempengaruhi Absorpsi Obat Aerosol


Kecepatan Aerosol
Aerosol dibentuk oleh nebulizers dan dry powder inhalers (DPIs) diangkut ke
paru-paru oleh keaktifan udara yang terinspirasi. Dalam perbedaan, pMDIs
menghasilkan tetesan aerosol dengan kecepatan lebih besar dari aliran udara inspirasi

15
dan karena aerosol yang akan memiliki afinitas yang lebih besar untuk berdampak di
wilayah oropharyngeal.

Ukuran
Geometric standard deviation (GSD) didefinisikan sebagai rasio ukuran di 84,2%
pada frekuensi kurva kumulatif dengan diameter median. Ini mengasumsikan bahwa
pembagian ukuran partikel Lognormal. Sebuah monodisperse, yaitu aerosol ideal,
memiliki GSD dari 1, meskipun dalam prakteknya aerosol dengan GSD dari <1,22
adalah menggambarkan sebagai monodisperse sementara mereka aerosol dengan GSD>
1,22 disebut sebagai polydisperse atau hetero tersebar.

Bentuk
Partikel yang tidak bulat akan memiliki jumlah terkecil satu dimensi fisik yang
superior dari diameter aerodinamis. Panjang ekologis serat 50 μm bisa mencapai
wilayah A karena sejajar dengan aliran udara terinspirasi. Bahan seperti itu kemudian
berdampak pada saluran udara oleh prosedur intersepsi dengan dinding saluran napas.

Massa jenis
Partikel yang memiliki kepadatan kurang dari 1 g cm-3 (unit density) dapat
memiliki diameter fisik rata-rata yang lebih besar dari batas aerodinamis. Kebanyakan
obat micronized untuk inhalasi akan berisi kepadatan partikel sekitar 1, meskipun
bahan yang dibuat oleh pengeringan beku atau metode spraydrying cenderung lumayan
kurang padat.

Stabilitas fisik
Terapi aerosol terapi yang sering digunakan sebenarnya tidak stabil karena
mereka memiliki konsentrasi partikel yang tinggi dan jarak antar-partikel yang dekat
dapat menyebabkan saling tolak-menolak atau reaksi antar-partikel lainnya. Partikel
aerosol yang dihasilkan oleh DPIs kemungkinan higroskopis dan, partikel yang ada
selama di saluran pada seluruh lingkungan kelembaban tinggi dari saluran udara, dapat
memperbesar ukuran dan dengan demikian memiliki kesempatan lebih besar yang tidak
stabil untuk disimpan. Ini seharusnya tidak menjadi asumsi, bagaimanapun, bahwa
penyerapan uap air akan selalu terjadi.

Perangkat pengiriman paru


Perangkat inhalasi dipisahkan menjadi tiga kategori yang berbeda,
penyempurnaan dari nebulizer dan evolusi dua jenis kompak perangkat portabel, dry
powder inhalers (DPI) dan metered-dose inhaler (MDI).

16
3.5 Contoh obat aerosol
Obat ventolin

Ventolin inhaler adalah obat inhalasi yang dapat digunakan untuk mengatasi sesak
nafas akibat brokospasme (penyempitan bronkus) akut. Obat ini mengandung Albuterol atau
lebih dikenal dengan Salbutamol sebagai bahan aktifnya.
Obat salbutamol dalam ventolin inhaler sangat bermanfaat sebagai obat pereda asma
ringan, sedang atau berat. Dengan onset kerja yang cepat, obat ini sangat cocok digunakan
pada pengelolaan dan pencegahan serangan asma.
Dalam satu kemasan Ventolin inhalaer terkandung salbutamol 100mcg dalam setiap
hembusan, bisa digunakan hingga 200 dosis (kali). Salbutamol adalah obat yang termasuk
golongan stimulan beta-2-adrenergik yang memiliki kerja yang selektif pada beta-2-reseptor
di otot bronkus dan pada dosis terapinya tidak memiliki kerja atau hanya sedikit sedikit kerja
pada beta-1-adrenoreseptor di jantung. Karena mekanisme kerja ini maka obat ini relatif
aman digunakan sebagai bronkodilator. Obat ini memiliki durasi kerja sekitar 4-6 jam pada
kebanyakan pasien
.
Indikasi
Ventolin Inhaler 100 mcg/puff yang mengandung Salbutamol berguna untuk
mengatasi :
 Umumnya digunakan untuk mengobati bronkospasme (penyempitan pada
dinding saluran pernafasan), misalnya : penyakit asma karena alergi
tertentu, asma bronkial, bronkitis asmatis, emfisema pulmonum, dan
penyakit paru obstruktif kronik (PPOK).

17
 Obat ini bisa digunakan untuk mengobati hiperkalemia akut (kelebihan
kalium dalam darah) karena kemampuannya merangsang aliran kalium ke
dalam sel sehingga konsentrasi kalium dalam darah berkurang.
 Untuk pengobatan kejang bronkus (saluran pernafasan) pada pasien yang
memiliki penyakit jantung atau tekanan darah tinggi, salbutamol lebih
dipilih karena bekerja lebih lama dan lebih aman, dibanding beta-2
adrenergic lainnya.
 Bronkitis kronis : infeksi bronkus (saluran pernafasan) yang bertahan
setidaknya tiga bulan dalam satu tahun dan berulang pada tahun berikutnya.
 Emfisema : penyakit paru-paru yang ditandai dengan gejala utama berupa
sesak napas yang hebat.

Kontraindikasi
Ventolin Inhaler tidak dapat digunakan pada beberapa kondisi berikut:
 Pasien yang diketahui memiliki riwayat alergi terhadap Ventolin inhaler
atau komponen obatnya
 Pasien yang diketahui memiliki alergi terhadap obat yang memiliki struktur
kimia menyerupai Ventolin Inhaler seperti levalbuterol, metaproterenol,
terbutalin
 Pasien yang memiliki kadar Kalium dalam darah yang rendah
 Pasien yang memiliki penyakit, penyakit jantung, penyakit darah tinggi,
gangguan iram jantung, diabetes, hipertiroid, dan epilepsi

Dosis ventolin dan cara pemekaian


Ventolin Inhaler 100 mcg/puff mengandung Salbutamol merupakan Obat yang
termasuk ke dalam Golongan Obat Keras sehingga pada setiap pembelian nya
harus menggunakan resep Dokter. Selain itu, dosis penggunaan Ventolin Inhaler
100 mcg/puff juga harus dikonsultasikan dengan Dokter terlebih dahulu sebelum
digunakan, karena Dosis Penggunaan nya berbeda-beda setiap individu nya
tergantung berat tidaknya penyakit yang diderita.
 Dewasa: Sebagai pelega bronkospasme akut dosis yang dianjurkan adalah
100 atau 200 mcg yang dapat diulang setiap 4 sampai 6 jam sekali. Sebagai
pencegahan bronkospasme yang dipicu allergen atau latihan fisik dosis

18
yang dianjurkan adalah 200 mcg yang dihisap pada waktu 15 atau 30 menit
sebelum latihan
 Anak-anak: Sebagai pelega bronkospasme akut dosis yang dianjurkan
adalah 100 mcg yang dapat diulang setiap 4 sampai 6 jam sekali. Sebagai
pencegahan bronkospasme yang dipicu allergen atau latihan fisik dosis
dapat ditingkatkan hingga 200mcg apabila diperlukan

Efek samping
Ventolin Inhaler dapat menimbulkan beberapa efek samping yang ringan, sebagai
berikut :
 sakit kepala, pusing,
 gangguan tidur (insomnia)
 nyeri otot
 hidung meler atau tersumbat
 mulut kering, tenggorokan kering
 batuk, suara serak, sakit tenggorokan
 mual ringan, muntah, diare

Selain efek samping yang ringan, efek samping yang berat juga pernah dilaporkan,
seperti:

 nyeri dada, berdebar, atau denyut jantung tidak beraturan;


 tremor, gugup, cemas
 kadar kalium darah yang rendah (kebingungan, denyut jantung tidak
beraturan, rasa, haus yang ekstrim, peningkatan buang air kecil, rasa tidak
nyaman pada tungkai, kelemahan otot atau perasaan lemas)
 tekanan darah tinggi yang berat (sakit kepala parah, penglihatan kabur,
telinga berdengung, kebingungan, nyeri dada, sesak napas, detak jantung
yang tidak beraturan, kejang).
 bronkospasme paradoks (mengi, sesak dada, kesulitan bernapas), yang
timbul setelah penggunaan obat ini

19
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Biofarmasetika adalah ilmu yang mempelajari hubungan sifat fisikokimia formulasi
obat terhadap bioavailabilitas obat. Bioavailabilitas menyatakan kecepatan dan jumlah obat
aktif yang mencapai sirkulasi sistemik. Biofarmasetik bertujuan untuk mengatur pelepasan
obat sedemikian rupa ke sirkulasi sistemik agar diperoleh pengobatan yang optimal pada
kondisi klinik tertentu.
Aerosol adalah sediaan yang mengandung satu atau lebih zat berkhasiat dalam wadah
yang diberi tekanan, berisi propelan atau campuran propelan yang cukup untuk memancarkan
isinya hingga habis, dapat digunakan untuk obat luar atau obat dalam dengan menggunakan
propelan yang cukup.
Metode ini biasanya digunakan dalam proses perawatan penyakit saluran pernafasan
yang akut maupun kronis, misalnya pada penyakit asma. Pada dasarnya permukaan paru-
paru dapat dicapai dengan mudah dalam satu kali pernapasan. Dalam penghantaran obat
secara inhalasi, deposisi (proses turunnya partikel obat ke paru-paru bagian bawah) partikel
obat bergantung pada sifat partikel dan cara pasien bernapas.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Rohmatillah L.L, (2015). Pembuatan dan Karakterisasi Mikropartikel Kitosan –


Tripolifosfat yang Mengandung Diltiazem Hidroklorida untuk Penghantaran Obat
Melalui Paru – Paru. Skripsi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi
Farmasi. Jakarta
2. Paulsen, Waschke. 2012. Sobotta Atlas Anatomi Manusia. Edisi-23. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
3. Ashish A1 Karhale., et. All.2012 Pulmonary Drug Delivery System. International Journal
of PharmTech Research. Vol.4 No.1, pp 293-305,
4. Price, S.A., dan Wilson, L.M. (1994). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit. Edisi Keempat.. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Hal. 371-372, 376-378, 389-
409
5. http://wirdanifarmasi.blogspot.com/2017/04/biofarmasi-paru.html
6. https://mediskus.com/ventolin-inhaler
7. https://www.klikdokter.com/obat/ventolin-inhaler-100-mcgpuff

21

Anda mungkin juga menyukai