ID Pengaruh Penanganan Sputum Terhadap Kual PDF
ID Pengaruh Penanganan Sputum Terhadap Kual PDF
Abstract
Tujuan riset adalah untuk mengetahui perbedaan hasil pemeriksaan mikroskopis BTA sputum
yang langsung diperiksa dengan ditunda 24 jam di suhu kamar. Jenis Penelitian adalah deskriptif
analitik. Analisis data menggunakan Uji beda Wilcoxon Test Dependent dengan derajat kepercayaan
95% (alpha < 0,05) dengan bantuan SPSS 21. Hasil Penelitian menunjukkan dari 25 sampel sputum
yang Langsung di periksa dengan hasil 1+ ada 3 sampel, 2+ ada 8 sampel, 3+ ada 14 sampel,
sedangkan pada sampel yang ditunda pemeriksaan 24 jam pada suhu 250C, didapatkan hasil 1+
sebanyak 7 samel, 2+6 sampel, dan 3+ ada 12 sampel adalah BTA yang positif. Dari 25 sampel
sputum antara Langsung di periksa dengan ditunda 24 jam pada suhu 25oC, didapatkan sebanyak
enam sputum yang kecenderungannya hasil berkurang (negatif), Hasil yang jumlahnya
bertambah (positif) tidak ada (0) dan jumlah yang sama antara langsung diperiksa dengan sputum
tunda 24 jam suhu ruang sebanyak 19 sputum. Ini menunjukkan bahwa pemeriksaan sputum
tunda 24 jam suhu ruang dapat mengakibatkan hasil negatif semu, atau bahkan positif semu. Ada
perbedaan hasil antara sputum langsung diperiksa dengan ditunda 24 jam pada suhu kamar 25oC.
Sebaiknya Pemeriksaan sputum TBC sebaiknya dilakukan segera untuk menghindari hasil positif
atau negatif semu hasil pemeriksaan mikroskopis.
Abstrak
*) Penulis Korespondensi.
E-mail: teguhbudi41@yahoo.com
konsistensi sputum menurun. Konsistensi bisa menjadi sumber penularan dan meluasnya
sebuah koloid dapat menurun akibat suhu yang penyakit TB (Purnomo W, 2014)
hangat atau panas. Penyebab encernya sputum Pada sejumlah 25 sampel sputum
dapat disebabkan karena suhu hangat karena lansung dan sputum di simpan selama 24 jam
suhu hangat dapat menyebabkan pecahnya atau lebih pada suhu 25oC (suhu kamar) pada
granula granula pada senyawa sputum sehingga pemeriksaan mikroskopis, didapatkan 6 sampel
cairan akan keluar dari granula dengan dengan hasil yang berbeda. Selain menyebabkan
demikain sputum tampak lebih encer perbedaan hasil perhitunan, sediaan yang
(Imaningsih, 2013). berasal dari sampel sputum yan disimpan
Kondisi sputum encer sebagai tanda selama 24 jam atau lebih pada suhu 25oC
kualitasnya menurun. Sputum encer akan membutuhkan waktu yang lebih lama dalam
menyulitkan pada saat pembuatan sediaan BTA, pembacaannya, dikarenakan banyaknya factor
karena hasil sediaan yang dibuat menjadi tipis , –faktor penganngu, seperti jamur, ragi dan latar
tidak rata sehingga susah untuk di lihat dan baca belakan pembacaan yang tidak kontras.
pada mikoskup. Kemnekes RI, 2012 menyatakan Hasil analisis uji beda antara sputum
bahwa kondisi sediaan yang baik adalah dari langsung periksa dengan sputum yang ditunda
sputum yang tebal berukuran panjang sekitar 3 24 jam dilakukan dengan uji Z. Berdasarkan uji
cm dan lebar 2 cm berbentuk oval dan rata. analisis tersebut terdapat beda nyata antara hasil
Bau sputum tersimpan 24 jam pada suhu hitung BTA Mikroskopis sputum langsung
rung berbau tajam/menyengat, berbeda dengan diperiksa dengan tunda 24 jam pada suhu ruang
bau sputum baru yang khas. Perubahan bau dimana p<0,05.
sputum disebabkan karena tumbuhnya mikroba
pembusuk dan kemungkinan jamur, sehingga 4. Simpulan dan Saran
baunya menjadi menyengat. Sputum adalah
Simpulan
bahan yang disekresi dalam traktus trakheo
bronchial yang dikeluarkan dengan cara Sputum diambil langsung diperiksa secara
membatukkan. Walaupun kelenjar submukosa makroskopis adalah kekentalannya mukoid
dan sel sekretorik lapisan mukosa dalam (tidak encer), Warnanya hijau kekuningan
keadaan normal dapat mensekresi cairan (Purulen), bau khas sputum.
viskoelastis sampai 100ml per hari, (Kemenkes Sputum ditunda pemeriksaan selama 24 jam
RI, 2012). Sputum adalah sumber nutrisi juga suhu ruang 25oC adalah kekentalannya mulai
bagi mikroba lain selain micobacterium berkurang (mencair) sehingga menjadi encer.
tuberkulosis, sehingga sangat dimungkinkan bila Warnanya hijau kekuningan kusam, baunya
dibiarkan pada suhu ruang dapat ditumbuhi lebih tajam dari sputum langsung periksa,
oleh mikroba lain seperti jamur dan bakteri adanya cemaran jamur.
pembusuk lain. Bakteri pembusuk dan jamur Ada perbedaan hasil antara sputum
lain yang tumbuh pada sputum inilah yang langsung diperiksa dengan ditunda 24 jam pada
menyebabkan bau sputum lebih menyengat. suhu kamar 25oC.
Bau yang menyengat dapat menggangu proses
pembuatan sediaan sehingga orang yang Saran
menyiapan sediaan lebih terganggu dengan bau
Pemeriksaan sputum TB sebaiknya
yang menyengat (Nurhidayah, 2014)
dilakukan segera untuk menghindari hasil
Timbulnya jamur dan bakteri/mikroba
positif atau negatif semu hasil pemeriksaan
lain dapat menggangu pemeriksaan mikroskupis
mikroskopis.
terutama pada pemcaan hasil. Jamur dan
Sputum perlu di manajemen dengan baik
mikroba lain dapat menutupi BTA yang terdapat
bila akan diperiksa tunda lebih dari 24 jam, agar
pada sediaan. Pembacaan yang terganggu dapat
hasilnya akurat dan tidak semua dengan cara
menyebabkan hasil pembacaan mikroskupis
pengaturan suhu, tempat penyimpanan atau
menjadi tidak jelas nisa positif palsu atau negatif
dengan menggunakan bahan pengawet.
palsu.
Kualitas sputum sangat menentukan
5. Ucapan Terima Kasih
ketepatan besarnya kasus Tuberkulois di
masyarakat, hasil positif palsu atau negatif palsu Terima kasih disampaikan kepada
sangat berbahaya karena dapat menyebabkan Poltekkes Kemenkes Semarang yang telah
salah pengobatan aau tidak diobati dan akhirnya mendanai keberlangsungan jurnal ini. Atau
ucapan terima kasih terutama ditujukan kepada Soemarno. 2000. Isolasi dan Identifikasi Bakteri
pemberi dana penelitian atau donatur. Ucapan Klinik. Yogyakarta: Akademi Analis
terima kasih dapat juga disampaikan kepada Kesehatan.
pihak-pihak yang membantu pelaksanaan Sugiyono. 2003. Statistika untuk Penelitian.
penelitian. Alfabeta. Semarang.
DepKes RI dan team. 2004. Pedoman Praktek
6. Daftar Pustaka Laboratorium yang Benar, Edisi 3.
Bonang, G dan Koeswardono. 1982. Mikrobiologi
Pelezer, MJ and Chan, E.C.S. 2005. Dasar-dasar
Untuk Laboratorium Klinik. Gramedia,
Mikrobiologi. UI Press Jakarta.
Jakarta.
Pelezar, MI. 1988. Dasar-dasar mikrobiologi Jilid 2.
Pratiwi, S. T. 2008. Mikrobiologi Farmasi.
UI Press Jakarta.
Penerbit Erlangga Jakarta.
Radji, M. 2001. Mikrobiologi. Buku Kedokteran,
Cavalieri. 2005. Medical Microbiology. Mc Grow.
ECG Jakarta.
New York.