Anda di halaman 1dari 5

Jurnal Riset Kesehatan, 5 (1), 2016, 40 - 44

Jurnal Riset Kesehatan


http://ejournal.poltekkes-smg.ac.id/ojs/index.php/jrk
_________________________________________________________________

PENGARUH PENANGANAN SPUTUM TERHADAP KUALITAS


SPUTUM PENDERITA TBC SECARA MIKROSKPIS BAKTERI
TAHAN ASAM

Teguh Budiharjo*) ; Kundjoro Adi Purjanto

Jurusan Analis Kesehatan ; Poltekkes Kemenkes Semarang


Jl. Tirto Agung ; Pedalangan ; Banyumanik ; Semarang

Abstract

Tujuan riset adalah untuk mengetahui perbedaan hasil pemeriksaan mikroskopis BTA sputum
yang langsung diperiksa dengan ditunda 24 jam di suhu kamar. Jenis Penelitian adalah deskriptif
analitik. Analisis data menggunakan Uji beda Wilcoxon Test Dependent dengan derajat kepercayaan
95% (alpha < 0,05) dengan bantuan SPSS 21. Hasil Penelitian menunjukkan dari 25 sampel sputum
yang Langsung di periksa dengan hasil 1+ ada 3 sampel, 2+ ada 8 sampel, 3+ ada 14 sampel,
sedangkan pada sampel yang ditunda pemeriksaan 24 jam pada suhu 250C, didapatkan hasil 1+
sebanyak 7 samel, 2+6 sampel, dan 3+ ada 12 sampel adalah BTA yang positif. Dari 25 sampel
sputum antara Langsung di periksa dengan ditunda 24 jam pada suhu 25oC, didapatkan sebanyak
enam sputum yang kecenderungannya hasil berkurang (negatif), Hasil yang jumlahnya
bertambah (positif) tidak ada (0) dan jumlah yang sama antara langsung diperiksa dengan sputum
tunda 24 jam suhu ruang sebanyak 19 sputum. Ini menunjukkan bahwa pemeriksaan sputum
tunda 24 jam suhu ruang dapat mengakibatkan hasil negatif semu, atau bahkan positif semu. Ada
perbedaan hasil antara sputum langsung diperiksa dengan ditunda 24 jam pada suhu kamar 25oC.
Sebaiknya Pemeriksaan sputum TBC sebaiknya dilakukan segera untuk menghindari hasil positif
atau negatif semu hasil pemeriksaan mikroskopis.

Kata kunci: penanganan sputum ; BTA ; bakteri

Abstrak

[English Title: EFFECT OF SPUTUM HANDLING ON SPUTUM QUALITY OF


TUBERCULOSIS PATIENTS WITH THE METHOD OF MICROSCOPY OF ACID RESISTANT
BACTERIA (STUDY ON REGIONAL HEALTH CENTER HAVE SEMARANG DISTRICT)]
Purpose of the study was to determine differences in the results of the microscopic examination of
sputum BTA that is directly checked by way of delay 24 hours at room temperature. Type of
research is descriptive analytical. Data analysis was using different testing Wilcoxon Dependent
Test with 95% confidence level (alpha<0,05) and supported SPSS 21. There are 3 samples with 1+
results of 25 sputum samples were directly examined there are 8 samples with 2+ results, 14
samples with 3+ results. Where as for the examination of samples that postponed for 24 hours at a
temperature of 25oC obtained 1+ results for 7 samples, 2+ with 6 samples, and 3+ of 12 samples
are positive BTA. At 25 sputums samples were directly examined with delay methods for 24 hours
at 25oC, obtained 6 sputum are more likely to be negative. There is no positive results and the same
number will be checked with the methods of sputum delay for 24 hours at room temperature less
than 19 sputums. This indicates that the examination of sputum delay for 24 hours at room
temperature could lead to false negative results or even a false positive. There was the difference
of the results between sputum directly examined by with be delayed 24 hours at room temperature
25oC .It is recomended that examination sputum TBC should be done soon to avoid a positive
result or negative specious the results of investigation microscopic .

Keywords: handling sputum ; BTA ; bacteria

*) Penulis Korespondensi.
E-mail: teguhbudi41@yahoo.com

Copyright © 2016, Jurnal Riset Kesehatan, ISSN 2252-5068


Jurnal Riset Kesehatan, 5 (1), 2016, 41 - 44

1. Pendahuluan laboratorium secepat mungkin segera setelah


pengambilan. Jika sputum disimpan pada suhu
Tuberkulosis merupakan jenis penyakit
kamar selama satu hari dapat mengakibatkan
menular langsung yang disebabkan oleh
sputum menjadi encer dan kualitas sediaan
Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis
menjadi tidak baik.
merupakan penyakit infeksi kronis menular
Laboratorium Puskesmas Suruh
yang menjadi masalah kesehatan di dunia dan
Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang
penyebab utama kematian di negara
merupakan bagian dari pelayanan laboratorium
berkembang. Setiap tahunnya terjadi sekitar 9
kesehatan, mempunyai peran penting dalam
juta penderita TB baru dengan kematian sekitar
penanggulangan TB Paru berkaitan dengan
3 juta orang. Tahun 2009, hasil Survey
deteksi dini, pemantauan keberhasilan
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) menunjukkan
pengobatan. Pemeriksaan sputum mikroskopis
bahwa penyakit TB merupakan penyebab
merupakan pemeriksaan paling efisien, mudah,
kematian nomor tiga setelah penyakit
murah dan bersifat spesifik. Kegiatan deteksi
kardiovaskuler dan penyakit saluran pernapasan
dini dan pemeriksaan sputum menjadi kegiatan
pada semua kelompok usia dan nomor satu dari
penting di wilayah Puskesmas Suruh. Wilayah
golongan penyakit infeksi (Depkes, 2010).
Puskesmas Suruh cakupannya relatif luas dan
Pada tahun 2009 World Health
diduga masih banyak ditemukan TBC Positif,
Organization (WHO) mencatat peringkat
sehingga pencarian, deteksi dini masyarakat
indonesia menurun dengan jumlah penderita
yang suspek TB Paru harus secara aktif
TBC sebesar 429 orang. Lima Negara dengan
dilakukan oleh petugas Laboratorium
jumlah terbesar kasus insiden pada tahun
Puskesmas .Pada tahun 2013 jumlah kasus
2009 adalah India, Cina, Afrika selatan, Nigeria
TBC Puskesmas Suruh di target dari Dinas
dan Indonesia (Sumber WHO Global
Kesehatan Kabupaten 360 suspek, dengan 36
Tuberkulosis Control 2010).
BTA positif dan 300 BTA negatif, Sedangkan
Diagnosis TB ditegakkan atas dasar
selama satu tahun Puskesmas Suruh baru
anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
mencapai 250 suspek dengan 18 BTA Positif
penunjang yaitu pemeriksaan bakteriologis dan
dan 132 BTA Negatif sehingga belum
pemeriksaan radiologis (Luhur, 2009).
memenuhi target.
Pemeriksaan bakteriologis bertujuan
UPTD Puskesmas Suruh terletak di
untuk melakukan identifikasi terhadap kuman
Kecamatan Suruh, tepatnya di Desa Plumbon. Di
Mycobakterium tuberculosis dalam sputum
Kecamatan Suruh terdapat 2 Puskesmas Yaitu
penderita. Sputum adalah bahan yang
UPTD Puskesmas Suruh yang terletak di Desa
dikeluarkan dari paru dan trakea melalui mulut.
Plumbon dan Puskesmas Dadapayam.
Pemeriksaan sputum dilakukan tiga kali
Puskesmas Dadapayam pemeriksaan
berturut-turut pada sampel SPS yaitu sewaktu,
Laboratorium dirujuk ke Puskesmas Suruh
pagi, sewaktu. Sebelum melakukan pembuatan
terutama kasus TBC karena belum ada petugas
sediaan sputum, petugas laboratorium harus
Analis.
memeriksa sputum secara fisik yaitu dipilih
Luas wilayah kerja Puskesmas Suruh
yang kental, purulen berwarna hijau kekuningan,
adalah 31,40 km2,dengan jumlah 11 desa antara
kadang ada bercak darah agar dalam pembuatan
lain Desa Bejilor, Dersansari, Jatirejo, Kebowan,
sediaan menjadi berkualitas.
Plumbon, Suruh, Reksosari, Ketanggi, Purworejo,
Spesimen sputum sebaiknya
Bonomerto, Medayu. Berdasarkan data statistik
dikumpulkan dalam waktu 2 hari kunjungan
Kabupaten Semarang tahun 2012, Jumlah
yang berurutan. Dengan demikian prioritas
penduduk UPTD Puskesmas Suruh adalah
utama dalam program penanggulangan TBC
40.291 jiwa, dengan perbandingan jumlah
adalah menemukan kuman BTA secara
penduduk laki – laki 20.325 jiwa dan perempuan
mikroskopis dan pengobatan penderita
19,966 jiwa.
dengan hasil TBC positif dari sputum. Kondisi
Jumlah tenaga laboratorium hanya satu
sputum untuk pemeriksaan laboratorium adalah
orang dengan cakupan luas, seluas Kecamatan
penting. Sputum yang baik mengandung
Suruh. Deteksi dini dan pancarian suspek TB
beberapa partikel atau sedikit kental dan
Paru harus tetap berjalan. Jarak dari desa satu ke
berlendir, kadang-kadang malah bernanah dan
desa lain cukup jauh, sehingga sputum yang
berwarna hijau kekuningan (Bastian, Ivan dan
diambil dari desa satu ke Laboratorium
Lumb, 2008). Guna menjamin spesimen sputum
Puskesmas Suruh menjadi tidak dapat langsung
bermutu baik, harus segera dikirim ke

Copyright © 2016, Jurnal Riset Kesehatan, ISSN 2252-5068


Jurnal Riset Kesehatan, 5 (1), 2016, 42 - 44

diperiksa. Kegiatan petugas Laboratorium tidak pengematan makroskopis dan pemeriksaan


hanya pemeriksaan suspek TB paru saja, kadang sediaan BTA, kemudian sampel disimpan
masih dibebani dengan kegiatan rutin selama 24 jam untuk dibandingkan sifat
laboratorium puskesmas, penyuluhan dan lain makroskopis dan pemeriksaaan sediaannya.
sebagainya sehingga kadang sputum yang Hasil yang diperoleh sebagai berikut :
diambil dari suspek TB Paru disimpan dulu
sehari baru diperiksa. Penyimpanan sputum 1. Pengamatan Makroskopis Sputum
biasanya disimpan pada suhu kamar.
Penundaan pemeriksaan ini tentunya dapat Tabel 1. Pengamatan Makroskopis Sputum
mempengaruhi kualitas sputum. Kualitas Sputum langsung Sputum disimpan 24
sputum akan ikut menentukan hasil jam suhu 25 0C
pemeriksaan mikroskopis BTA. Landasan • Sputum purulen • Sputum encer
• Dapat dipisahkan antara • Tidak dapat
fenomena tersebut yang melatar belakangi
sputum dengan air liur dipisahkan antara
ketertarikan untuk meneliti tentang efek sputum dan air liur
penundaan pemeriksaan sputum TB Paru selama • Bau khas • Bau lebih tajam
24 jam di suhu kamar terhadap hasil • Warna sputum keruh dan air • Warna sputum keruh
pemeriksaan mikroskopis BTA secara liur bening bercampur denan air
liur
langsung. • Mudah dibuat sediaan • Sulit dibuat sediaan

2. Metode 2. Pengamatan Mikroskopis sediaan sputum


Sampel dalam penelitian ini adalah
preparat sediaan sputum penderita dengan BTA Tabel 2. Pengamatan Mikroskopis sediaan sputum.
positif yang telah diwarnai dengan pewarnaan Sputum langsung Sputum disimpan 24 jam
metode Ziehl Neelsen yang siap diperiksa secara suhu 25 0C
mikroskopis. Preparat sediaan sputum yang • Latar belakang kontras
• Latar belakang terdapat
akan diamati ada yang berasal dari pengarsipan jamur
• Perhitungan jumlah bta
preparat (dibuat oleh petugas laboratorium) dan • Perhitungan jumlah bta positif susah dilakukan
ada juga yang dibuat sendiri oleh peneliti. positif lebih mudah karena terdapat jamur
Dahak yang digunakan dalam penelitian • Kesalan perhitungan BTA yang mengganggu
ini dibatasi pada sputum pagi sewaktu Untuk positif lebih rendah, proses perhitungan
karena latar belakang dan BTA positif
pemeriksaan suspek, dahak diperoleh dari BTA terlihat kontras. • Kesalahan hitung lebih
pasien yang datang sendiri atau di datangi oleh tinggi
petugas dari Puskesmas Suruh dan BP-4
Ambarawa. Kriteria inklusi: sampel encer, batuk Pemeriksaan spesimen sputum (dahak)
lebih dari tiga minggu. Kriteria ekslusi: sampel secara mikroskopis nilainya identik dengan
encer, sampelnya air liur pemeriksaan sputum secara biakan.
Pemeriksaan sputum secara miroskopis masih
3. Hasil dan Pembahasan dianggap efisien, mudah, murah, bersifat
Pemeriksaan spesimen sputum (dahak) spesifik dan sensitif. Penunjang keberhasilan uji
secara mikroskopis nilainya identik dengan mikroskopis sputum adalah kualitas sputum
pemeriksaan sputuh secara biakan. agar tidak didapatkan hasil BTA negatif semu
Pemeriksaan sputum secara miroskopis masih Sputum yang baik adalah diletakkan
dianggap efisien, mudah, murah, bersifat pada pot transparan : Volumenya 3,5 – 5 ml,
spesifik dan sensitif. Penunjang keberhasilan uji kekentalan : Mukoid dan warnanya Hijau
mikroskopis sputum adalah kualitas sputum Kekuningan (purulen) (Kemenkes RI, 2012).
agar tidak didapatkan hasil BTA negatif semu Hasil dari penelitian secara makroskopis
Dari penelitian yamg telah dilakukan didapatkan sampel sputum pemeriksaan BTA
mengenai Pengaruh Penaganan Sputum yang langsung dan di tunda 24 jam terdapat
Terhadap Kualitas Sputum Penderita TBC beberapa perbedaan fisik. Perbedaan tejadi
Secara Mikroskpis Bakteri Tahan Asam, di pada 1) Kekentalan, sputum awalnya kental
Puskesmas Suruh dan Balai Kesehatan Paru (mukoid), setelah disimpan disuhu ruang
Masyarakat (BKPM) Semarang. Sampel sputum menjadi encer. Encernya sputum bisa terjadi
yang digunakan adalah sampel sputum purulen. karena suhu ruang yang cenderung hangat
Sampel sputum kemudian dilakukan (25oC) dalam waktu lama dapat membuat

Copyright © 2016, Jurnal Riset Kesehatan, ISSN 2252-5068


Jurnal Riset Kesehatan, 5 (1), 2016, 43 - 44

konsistensi sputum menurun. Konsistensi bisa menjadi sumber penularan dan meluasnya
sebuah koloid dapat menurun akibat suhu yang penyakit TB (Purnomo W, 2014)
hangat atau panas. Penyebab encernya sputum Pada sejumlah 25 sampel sputum
dapat disebabkan karena suhu hangat karena lansung dan sputum di simpan selama 24 jam
suhu hangat dapat menyebabkan pecahnya atau lebih pada suhu 25oC (suhu kamar) pada
granula granula pada senyawa sputum sehingga pemeriksaan mikroskopis, didapatkan 6 sampel
cairan akan keluar dari granula dengan dengan hasil yang berbeda. Selain menyebabkan
demikain sputum tampak lebih encer perbedaan hasil perhitunan, sediaan yang
(Imaningsih, 2013). berasal dari sampel sputum yan disimpan
Kondisi sputum encer sebagai tanda selama 24 jam atau lebih pada suhu 25oC
kualitasnya menurun. Sputum encer akan membutuhkan waktu yang lebih lama dalam
menyulitkan pada saat pembuatan sediaan BTA, pembacaannya, dikarenakan banyaknya factor
karena hasil sediaan yang dibuat menjadi tipis , –faktor penganngu, seperti jamur, ragi dan latar
tidak rata sehingga susah untuk di lihat dan baca belakan pembacaan yang tidak kontras.
pada mikoskup. Kemnekes RI, 2012 menyatakan Hasil analisis uji beda antara sputum
bahwa kondisi sediaan yang baik adalah dari langsung periksa dengan sputum yang ditunda
sputum yang tebal berukuran panjang sekitar 3 24 jam dilakukan dengan uji Z. Berdasarkan uji
cm dan lebar 2 cm berbentuk oval dan rata. analisis tersebut terdapat beda nyata antara hasil
Bau sputum tersimpan 24 jam pada suhu hitung BTA Mikroskopis sputum langsung
rung berbau tajam/menyengat, berbeda dengan diperiksa dengan tunda 24 jam pada suhu ruang
bau sputum baru yang khas. Perubahan bau dimana p<0,05.
sputum disebabkan karena tumbuhnya mikroba
pembusuk dan kemungkinan jamur, sehingga 4. Simpulan dan Saran
baunya menjadi menyengat. Sputum adalah
Simpulan
bahan yang disekresi dalam traktus trakheo
bronchial yang dikeluarkan dengan cara Sputum diambil langsung diperiksa secara
membatukkan. Walaupun kelenjar submukosa makroskopis adalah kekentalannya mukoid
dan sel sekretorik lapisan mukosa dalam (tidak encer), Warnanya hijau kekuningan
keadaan normal dapat mensekresi cairan (Purulen), bau khas sputum.
viskoelastis sampai 100ml per hari, (Kemenkes Sputum ditunda pemeriksaan selama 24 jam
RI, 2012). Sputum adalah sumber nutrisi juga suhu ruang 25oC adalah kekentalannya mulai
bagi mikroba lain selain micobacterium berkurang (mencair) sehingga menjadi encer.
tuberkulosis, sehingga sangat dimungkinkan bila Warnanya hijau kekuningan kusam, baunya
dibiarkan pada suhu ruang dapat ditumbuhi lebih tajam dari sputum langsung periksa,
oleh mikroba lain seperti jamur dan bakteri adanya cemaran jamur.
pembusuk lain. Bakteri pembusuk dan jamur Ada perbedaan hasil antara sputum
lain yang tumbuh pada sputum inilah yang langsung diperiksa dengan ditunda 24 jam pada
menyebabkan bau sputum lebih menyengat. suhu kamar 25oC.
Bau yang menyengat dapat menggangu proses
pembuatan sediaan sehingga orang yang Saran
menyiapan sediaan lebih terganggu dengan bau
Pemeriksaan sputum TB sebaiknya
yang menyengat (Nurhidayah, 2014)
dilakukan segera untuk menghindari hasil
Timbulnya jamur dan bakteri/mikroba
positif atau negatif semu hasil pemeriksaan
lain dapat menggangu pemeriksaan mikroskupis
mikroskopis.
terutama pada pemcaan hasil. Jamur dan
Sputum perlu di manajemen dengan baik
mikroba lain dapat menutupi BTA yang terdapat
bila akan diperiksa tunda lebih dari 24 jam, agar
pada sediaan. Pembacaan yang terganggu dapat
hasilnya akurat dan tidak semua dengan cara
menyebabkan hasil pembacaan mikroskupis
pengaturan suhu, tempat penyimpanan atau
menjadi tidak jelas nisa positif palsu atau negatif
dengan menggunakan bahan pengawet.
palsu.
Kualitas sputum sangat menentukan
5. Ucapan Terima Kasih
ketepatan besarnya kasus Tuberkulois di
masyarakat, hasil positif palsu atau negatif palsu Terima kasih disampaikan kepada
sangat berbahaya karena dapat menyebabkan Poltekkes Kemenkes Semarang yang telah
salah pengobatan aau tidak diobati dan akhirnya mendanai keberlangsungan jurnal ini. Atau

Copyright © 2016, Jurnal Riset Kesehatan, ISSN 2252-5068


Jurnal Riset Kesehatan, 5 (1), 2016, 44 - 44

ucapan terima kasih terutama ditujukan kepada Soemarno. 2000. Isolasi dan Identifikasi Bakteri
pemberi dana penelitian atau donatur. Ucapan Klinik. Yogyakarta: Akademi Analis
terima kasih dapat juga disampaikan kepada Kesehatan.
pihak-pihak yang membantu pelaksanaan Sugiyono. 2003. Statistika untuk Penelitian.
penelitian. Alfabeta. Semarang.
DepKes RI dan team. 2004. Pedoman Praktek
6. Daftar Pustaka Laboratorium yang Benar, Edisi 3.
Bonang, G dan Koeswardono. 1982. Mikrobiologi
Pelezer, MJ and Chan, E.C.S. 2005. Dasar-dasar
Untuk Laboratorium Klinik. Gramedia,
Mikrobiologi. UI Press Jakarta.
Jakarta.
Pelezar, MI. 1988. Dasar-dasar mikrobiologi Jilid 2.
Pratiwi, S. T. 2008. Mikrobiologi Farmasi.
UI Press Jakarta.
Penerbit Erlangga Jakarta.
Radji, M. 2001. Mikrobiologi. Buku Kedokteran,
Cavalieri. 2005. Medical Microbiology. Mc Grow.
ECG Jakarta.
New York.

Copyright © 2016, Jurnal Riset Kesehatan, ISSN 2252-5068

Anda mungkin juga menyukai