Acidizing PDF
Acidizing PDF
03
JUDUL : PERENCANAAN STIMULASI Halaman : 1 / 69
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Merencanakan Dan Mengoptimalkan
Pengasaman Sumur
1. TUJUAN
• Merencanakan pengasaman untuk mengembalikan atau meningkatkan produktivitas sumur.
• Mengoptimalkan pengasaman dengan memakai diverter busa.
3. LANGKAH KERJA
3.1 MERENCANAKAN PENGASAMAN
1. Siapkan data pendukung sebagai berikut:
a. Permeabilitas, k
b. Tebal lapisan, h
c. Panjang selang perforasi, L
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK PRODUKSI NO : TP.05.03
JUDUL : PERENCANAAN STIMULASI Halaman : 2 / 69
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Merencanakan Dan Mengoptimalkan
Pengasaman Sumur
d. Tekanan reservoir, Pr
e. Kedalaman perforasi, D
f. Overburden gradient, go
g. Radius pengurasan, re
h. Radius sumur, rw
i. Viskositas asam pada suhu reservoir, µ atau dari gambar 1.
j. Gradien tekanan rekah sumur terdekat, gfi
k. Gradien tekanan overburden daerah tersebut, go
l. Kedalaman perekahan di sumur terdekat, D1
m. Gradien tekanan statik asam gsa atau dari Gambar 2
n. Kapasitas tubing atau drill pipe, Kt
o. Temperatur reservoir, °F
p. Tekanan reservoir sumur terdekat, Pr1
2. Hitung gradien tekanan formasi. Terbaik dari pengurasan langsung pada saat terjadi
perekahan, gf. Kalau tidak ada maka dapat dikorelasikan dari sumur terdekat sebagai
berikut :
a. Cari korelasi a sebagai berikut :
Pr1
g fi − go
D1
a= (1)
Pr1
1−
D1
4. Untuk menghindari terjadinya rekahan, harga imax tersebut pada langkah 3 dikurangi 10%
untuk mendapatkan qi, bbl/menit.
q i = 0.9i max (4)
Kalau awal injeksi tak dapat dilakukan pada tekanan di bawah Pmax ini maka boleh
dilakukan di atasnya asal kemudian dikurangi bila injeksi telah berjalan.
6. Hitung jumlah volume asam yang dipompakan sebagai berikut :
- Untuk batuan gamping (limestone).
Biasanya 50 - 150 gallon/ft, diambil rata-rata 100 gallon/ft perforasi Jadi volume
asam yaitu HCl (Q)
Q = L × 100 gallon (6)
- Untuk batuan pasir (sandstone).
Dibagi dalam 3 tahap :
a. Preflush, HCl sekitar 50 gal/ft,
b. Injeksi asam, HCl + HF , 100 gal/ft
c. Afterflush, HCl atau solar, 100 gal/ft
Catatan: Injeksi asam ataupun preflush/afterflush biasanya disertai dengan bermacam macam
additives.
Test core perlu dilakukan seperti uji:
- Petrografic
- Kelarutan
- Immersia
- efek terhadap porositas
- aliran
- analisa kandungan lempung (clay)
- efek asam terhadap clay, dan lain-lain.
- Juga diperlukan test cairan produksi (air, minyak) terhadap asamnya.
7. Hitung jumlah fluida pendorong (QD) yaitu:
QD = Kt × D (7)
- Untuk batuan gamping, volume pendorong sekitar 10 × diatas QD
- Untuk batuan pasir, fluida pendorong completion fluid diukur sama dengan QD
υ Pr Pr
FG = g o − +
1 − υ D D (9)
- Tentukan Tekanan Gesek Dalam Tubing
0,039 fρLv 2
Pcf =
ID (10)
4qi
f = 0,057(N Re )
−0.2 v = 13.476
dengan dan πID 2
3. Menentukan Tekanan Hidrostatik Asam
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK PRODUKSI NO : TP.05.03
JUDUL : PERENCANAAN STIMULASI Halaman : 5 / 69
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Merencanakan Dan Mengoptimalkan
Pengasaman Sumur
Ph = Gra.Hidrostatik × h (11)
4. Tentukan Tekanan Maksimum di Permukaan
141.2qi µ rd k rf
Pti = (Pe − Ph − Pfr ) − ln + S o + − 1 ln (12)
kh rw r
kf w
5. Menentukan Laju Injeksi Maksimum di Awal Pengasaman
(
V f = φ × π × r f − rw
2 2
) (16)
9. Laju Injeksi Untuk Pengasaman Memakai Busa Sebagai Diverter
4. DAFTAR PUSTAKA
1. Bertaux, J., “Treatment Fluid Selection for Sandstone Acidizing: Permeability Impairment in
Potassic Mineral Sandstone”. SPE paper no 15884, SPE European Petr. Conf, London, 1986.
2. Brown. D. S. , “Handbook of Acidizing”, AOGC, Dallas (1986).
3. Craft, B.C. Holden, W.R., & Graves, E.D., Jr., “Well Design Drilling & Production”, Prentice-
Hall, Inc., Englewood Cliffs, New Jersey, (1962).
4. Dowell Schlumberger, “Handbook of Acidizing”, 1970.
5. Frick, T.C., et al., “Petroleum Production Handbook”, McGraw-Hill Book, Co., New York
(1962).
6. Haliburton, “Modern Completion Practices”. Duncan, Okla. (1984).
7. Haliburton, “Services Technical Data”, 1983.
8. Williams, B. B. , Gidley, J. L. , and Schechter, R. S., “Acidizing Fundamentals”, SPE
Monograph Vol. 6, Dallas (1979).
9. Kovscek A.R., Bertin H.J.: “Foam Mobility In Heterogeneous Porous Media”, Kluwer
Academic Publishers (2003).
10. McLeod H.O.Jr.: “Matrix Acidizing”, SPE 13752 (December 1984).
11. Kovscek A.R. Radke C.J.: “Fundamental Of Foam Transport in Porous Media”, University of
Califomia,Barkeley (1994).
12. Paccaloni G., Tambini M : “Advances in Matrix Acidizing Technology”, JPT (March 1993)258-
262.
13. Economides Michael J., Hill A. Daniel, Economides C.Ehlig: “Petroleum Production System”,
PTR Prentice Hall (347-385).
5. DAFTAR SIMBOL
a = konstanta tanpa dimensi
D = kedalaman formasi, ft
D1 = kedalaman formasi sumur referensi, ft
gf = gradien rekah formasi, psi/ft
gf1 = gradien rekah formasi sumur referensi, psi/ft
go = gradien overburden, psi/ft
gsa = gradien statik asam, psi/ft
h = ketebalan formasi, ft
imax = harga injeksi asam maksimal, bbl/menit
k = permeabilitas, md
Kt = kapasitas tubing atau drill pipe untuk injeksi asam, gal/ft.
L = panjang selang perforasi, ft
Pmax = tekanan maksimum injeksi di permukaan, psig
Pr = tekanan formasi/reservoir, psig
Pri = tekanan formasi/reservoir sumur referensi, psig
Q = volume asam total, gallon
QD = volume zat pendorong asam, gallon
re = radius pengurasan, ft
rw = radius sumur, ft
µ = viskositas asam, cp
BHTP = tekanan maksimum di dasar sumur
FG = Tekanan Rekah
Vf = Volume fluida yang di injeksi
6. LAMPIRAN
6.1 LATAR BELAKANG DAN RUMUS
Pengasaman dilakukan untuk memperbaiki kerusakan di sekitar lubang sumur sehingga dapat
meningkatkan produktivitas sumur. Dalam hal ini sangat penting untuk mengetahui jenis kerusakan
sumur yang sedang terjadi dan hal-hal yang mungkin menyebabkan kerusakan tersebut. Kerusakan
dikarakterisasi dengan dua parameter utama yaitu komposisi dan lokasi. Parameter-parameter ini
akan menentukan jenis fluida yang akan diinjeksikan dan teknik injeksi yang akan dilakukan untuk
menghilangkan kerusakan formasi tersebut. Lokasi kerusakan penting untuk diketahui karena fluida
yang diinjeksikan akan kontak dengan beberapa substrat lain seperti karat dari casing atau material
karbonat dari semen formasi. sebelum kerusakan diperbaiki. Hal ini harus dilakukan secara efektif
sehingga asam dapat menjangkau semua daerah yang rusak dan sebagai tambahan teknik
pendispersian harus dilakukan.
Kuantifikasi kerusakan formasi ditunjukkan dengan factor skin dan panjang daerah tersebut
di representasikan dengan zona skin. Idealisasi dari konsep zona kerusakan diillustrasikan seperti
gambar berikut:
Persamaan hubungan antara efek skin dengan variable di atas dinyatakan oleh Hawkins
(1956) dan disebut sebagai formula Hawkins. Gambar 6.1 membuktikan pengertian yang mudah
untuk mengembangkan hubungan antar variabel tersebut.
k r
S = − 1 ln s
ks rw
Harga skin ini kemudian akan mempengaruhi nilai produktivitas sumur seperti dinyatakan dalam
persamaan di bawah ini:
r
ln e
J damaged
= rw
J undamaged r
ln e + S
rw
Dari persamaan di atas terlihat bahwa apabila sumur mengalami kerusakan (S > 0) maka
produktifitas sumur akan mengalami penurunan, dan jika dilakukan stimulasi maka nilai skin (s)
akan berkurang sesuai dengan kualitas stimulasi yang dilakukan.
Pada formasi batu pasir, asam fluorida digunakan untuk melarutkan silikat. Sistem bukan
asam kadang-kadang digunakan untuk mendispersikan butiran halus dan akan terproduksikan
dengan fluida produksi. Gambar 6.3a dan gambar 6.3b menunjukkan basis pengambilan
keputusan untuk pendisainan pekerjaan tersebut pada batuan pasir dimana kerusakan disebabkan
oleh adanya silt dan clay. Kriteria untuk pemilihan fluida injeksi adalah mineralogi, mekanika
kerusakan formasi dan juga perbaikannya, sifat petrofisik reservoir dan kondisi sumur.
Faktor lain yang tak kalah penting adalah fluida injeksi harus sesuai dengan batuan.
Kesesuaian ini ditunjukkan dengan tidak terjadinya penurunan permeabilitas ketika fluida kontak
dengan formasi. Konsep kesesuaian ini diterapkan terutama pada batuan pasir dimana
kemungkinan banyak terjadi reaksi yang merusak.
Kesuksesan pengasaman matriks tergantung pada respon yang baik dan formasi terhadap
fluida. Jadi fluida injeksi harus memperbaiki kerusakan dan sesuai dengan batuan formasi dan
fluidanya.
Sensivitas formasi terhadap fluida yang diberikan termasuk semua reaksi yang dapat
bersentuhan dengan permukaan batuan. Dekonsolidasi dan penghancuran batuan akan
menimbulkan butiran halus dan pengendapan pada formasi. Formasi dikatakan sensitif apabila
reaksi antara mineral batuan dan fluida injeksi menyebabkan kerusakan yang lebih parah pada
formasi.
Prinsip kerja asam adalah melarutkan baik batuan reservoir atau material yang asli disitu
maupun yang masuk kesitu. Pada mulanya aciding hanya untuk batuan limestone. Dengan
berkembangnya waktu maka pengasaman pada lapisan sandstone mulai dilakukan untuk
menghilangkan material damage yang ditimbulkan waktu pemboran maupun completion,
workover dan untuk menghancurkan fines yang timbul dari formasi itu sendiri.
Ada tiga hal utama yang menentukan kesuksesan pengasaman matiks yaitu:
1. Persiapan sumur
2. Pemilihan pelarut untuk meghilangkan kerusakan
3. Respon batuan formasi terhadap asam.
Pemilihan bahan kimia untuk pengasaman tergantung pada jenis kontaminan yang
menyumbat pori pori batuan.HCl tidak akan bisa melarutkan kotoran pada pipa, parafin dan
asphaltenes. Untuk menghilangkan kerusakan seperti ini dibutuhkan pelarut organik seprti
toluena, xylene, dan ortonitrotoluene. Asam asetat dapat melarutkan kalsium karbonat tetapi
tidak dapat melarutkan oksida besi. HC1 tidak dapat digunakan untuk melarutkan mineral clay
atau lumpur pemboran. Asam yang cocok untuk menghilangkan kerusakan karena lumpur
pemboran adalah asam hidroflorida.
Karena setiap jenis penyumbatan pada formasi membutuhkan bermacam-macam pelarut
yang khusus untuk menghilangkannya, maka tidak ada pelarut yang universal untuk
menghilangkan semua jenis kerusakan yang terjadi dalam formasi. Berikut ini merupakan
berbagai penyebab terjadinya kerusakan formasi :
1. Pemboran
Lumpur bisa menginvasi formasi yang permeabel yang mempunyai rekahan alami seperti
formasi karbonat yang prolifik. Kerusakan formasi karbonat seperi ini bisa dihilangkan dengan
injeksi asam dalam jumlah dan laju yang besar. Filtrat lumpur juga bisa merusak formasi batuan
pasir karena menyebabkan pembengkakan clay. Kerusakan yang disebabkan oleh invasi lumpur
pemboran pada formasi batu pasir dapat dihilangkan dengan asam fluorida dan untuk formasi
karbonat dapat dihilangkan dengan menggunakan asam klorida.
2. Penyemenan
Filtrat semen yang biasanya terdiri dari kalsium hidroksida dan kalsium silikat dapat
dihilangkan dengan asam asetat atau HCL dan kalsium silikat dihilangkan dengan HF.
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK PRODUKSI NO : TP.05.03
JUDUL : PERENCANAAN STIMULASI Halaman : 14 / 69
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Merencanakan Dan Mengoptimalkan
Pengasaman Sumur
3. Perforasi
Kerusakan juga dapat terjadi pada saat operasi perforasi overbalance. Permeabilitas
batuan di sekitar lubang perforasi berkurang sekitar 2% - 20% dari permeabilitas awalnya.
Perforasi overbalance juga akan mengurangi permeabilitas karena menyebabkan kompaksi dan
menyumbat pori-pori batuan dengan partikel formasi yang hancur, dan kontaminan yang ada
pada fluida perforasi. Kerusakan karena perforasi pada batu pasir biasanya dihilangkan dengan
perlakuan HF dan untuk formasi karbonat diberikan HCl.
4. Gravel Packing
Kerusakan yang berat pada gravel packing dapat disebabkan oleh pemompaan slurry
yang berdensitas tinggi ke dalam lubang perforasi. Pemompaan ini bisa menyebabkan pengotor
pada pipa tubing dan kontaminan lain ikut masuk ke dalam lubang perforasi. Untuk menghindari
masalah seperti ini maka sebaiknya dilakukan pembersihan pengotor dinding tubing sebelum
melakukan pengasaman karena asam tidak akan bisa masuk ke dalam lubang perforasi apabila
lubang tersebut sudah tersumbat.
5. Produksi
Kerusakan yang terjadi pada sumur yang sedang berproduksi disebabkan oleh terlepasnya
butir-butir halus dari formasi ke dinding sumur dan menyebabkan penyumbatan.
6. Kerusakan Pengasaman
Bila pada operasi sebelumnya asam dibullhead melalui tubing ke dalam formasi maka
kotoran pipa maupun kerak-kerak besi dapat masuk ke dalam formasi bersama dengan asam.
Sehingga asam yang pertama kali masuk akan bereaksi dengan kontaminan-kontaminan tersebut.
Dengan mudah formasi dapat dirusak oleh penggunaan HF yang tidak benar karena HF akan
mengendapkan silika, kalsium florida dan senyawa-senyawa lainnya terutama apabila preflush
HC1 tidak cukup.
7. Workover
Sering kali fluida untuk workover menggunakan partikel padat yang tersuspensi yang bisa
menyumbat pori-pori formasi. Pekerjaan wireline bisa menyebabkan terlepasnya karat besi dari
dinding tubing dan jatuh ke dalam interval perforasi. Dengan berbagai macam kemungkinan
kerusakan yang disebabkannya maka penting untuk mengetahui fluida apa saja yang telah
dipompakan dan diproduksikan dari atau ke dalam formasi.
surfaktan, alkohol dan/atau gas (busa). Pada kasus lain terjadi reaksi antara asam dengan minyak
formasi atau air formasi maka dianjurkan untuk hanya menggunakan formulasi asam yang
diperuntukkan secara khusus.
c. Kondisi fisik sumur
Temperatur formasi merupakan faktor yang sangat penting karena mempengaruhi
efisiensi reaksi zat kimia dan pencegah korosi. Umumnya fluida yang diinjeksikan berkurang
laju reaksinya pada temperatur yang tinggi dan memberikan laju penetrasi asam yang tinggi.
d. Mekanisme perbaikan kerusakan
Tipe umum reaksi asam batu pasir yaitu :
- Asam hanya melarutkan kerusakan dan butiran halus, seperti formula HF dal HCl (mud acid).
- Fluida melarutkan dan/atau mendispersikan kerusakan dan butiran halus, tergantung pada
formulanya apakah acid based atau tidak.
- Asam melarutkan dam menstabilkan, tidak melarutkan butiran halus, seperti formula asam
fluoborik.
Menentukan keakuratan dan tipe kerusakan adalah sangat penting. Kerusakan dapat
diterapkan dengan:
• Jenis lempung dan karakteristiknya termasuk ukurannya
• Permeabilitas dan tipe porositas termasuk ukurannya
Kerusakan dapat diidentifikasi dari informasi ini sebab adanya butiran halus selama proses
produksi. Pada kasus migrasi butiran halus dibutuhkan asam dengan efek stabilisasi.
Tabel 6.1 Kelarutan dan luas permukaan dari mineral batuan pasir.12
Kelarutan
Mineral Luas Permukaan
HC1 HCl-HF
Kuarsa Rendah Tidak ada Sangat rendah
Chert Sedang ke tinggi Tidak ada Rendah
Feldspar Rendah ke sedang Sangat rendah Rendah ke sedang
Mika Sedang Rendah Sedang
Kaolinit Tinggi Rendah Tinggi
illite Tinggi Rendah Tinggi
Smektit Tinggi Rendah Tinggi
Klorit Tinggi Rendah ke sedang Tinggi
Kalsit Rendah ke sedang Tinggi
Dolomit Rendah ke sedang Tinggi Tinggi terkecuali
Ankerit Rendah ke sedang Tinggi CaF2 mengendap
Siderit Rendah ke sedang Tinggi
Tabel 6.2. Density Versus Konsentrasi Asam HCl Pada Air Murni.
Konsentrasi 15% adalah yang paling umum digunakan walaupun 20% dan 28 % mulai
sering pula digunakan. Reaksi terhadap limestone tetap sama berdasarkan molenya untuk 10000
gal 3% HCl maupun 1000 gal 28% HCl.
HCl diproduksikan dengan konsentrasi 32 – 36% dan dibawa ke lapangan untuk
diencerkan menjadi persentase yang diinginkan. Persamaan yang dipakai adalah:
VdaCdaγ da
Vca =
Cca ( HCl )γ ca
dimana: Vda = volume asam yang encer
Cca = konsentrasi asam yang encer
γda = SG asam yang encer
Vca= volume asam semula(pekat)
Cca(HCl)= % HCl semula(pekat)
γca= SG asam semula (pekat)
Sebagai contoh kalau 1000 gal asam 32% SG = 1.1628 akan diencerkan menjadi 15%, maka
volume asam 15% adalah:
Vda (0.15)1.0745
1000 = atau Vda = 2309 gal. 15% HCl
(0.32)(1.1628)
Gambar 6.4 memperlihatkan kelarutan limestone murni di asam.
formasi batuan dolomit yang akan bereaksi dengan karbonat dan membentuk endapan kalsium
fluorida seperti ditunjukkan pada reaksi kimia berikut:
2HF + CaCO3 CaF2 + H2O + CO2
Pada campuran kedua asam ini biasanya digunakan corrosion inhibitor, wetting agent,
dan emulsion preventer. Kadang-kadang juga dimasukkan sequestering agent agar ion besi (Fe)
tidak terendapkan.
3. Asam Fluoborik
Asam fluoborik direkomendasikan oleh Thomas dan Crowe sebagai pengganti asam
lumpur. Asam ini tidak mengandung banyak jumlah asam hidroflorida pada waktu ditambahkan
dan juga mempunyai reaktifitas yang rendah. Asam ini adalah turunan dari HF, sebagai hasil dari
hidrolisis. Meskipun begitu total daya pelarutannya sebanding dengan asam lumpur. Asam
fluoborik digunakan sebagai preflush sebelum perlakuan asam lumpur pada formasi yang sensitif
dan juga sebagai overflush sesudah penambahan asam lumpur untuk memperbaiki kemsakan di
sekitar lubang sumur (lebih dari 0.5ft ke dalam formasi) yang memungkinkan penetrasi larutan
asam fluoborik sampai beberapa feet. Di lapangan asam ini sangat mudah disiapkan yaitu dengan
cara mencampur asam borak (H3BO3), ammonium bifluorida (NH4HF) dan asam klorida. Asam
fluoborik merupakan asam yang kuat seperti asam klorida.
4. Asam Organik
Pada saat melakukan operasi pengasaman terdapat dua jenis asam organik yang biasanya
digunakan yaitu asam asetat (CHbCOOH) dan asam formiat (CHOOH). Kelemahan asam ini
adalah lebih lemah dibandingkan dengan asam inorganik dan laju reaksinya lebih lambat tetapi
mempunyai keuntungan yaitu tidah banyak menimbulkan kerusakan pada pipa yang dilapisi
aluminium ataupun krom.
5. Asam Sulfonik
Asam sulfonik merupakan asam yang tidak mudah mengalami penguapan, berbentuk
kristal dengan warna putih atau atau tongkat (sticky). Dimana asam ini cepat mengalami
pelarutan di dalam air. Keuntungan pemakaian asam ini adalah :
• Tidak sulit untuk dibawa ke lokasi karena berbentuk serbuk atau kristal.
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK PRODUKSI NO : TP.05.03
JUDUL : PERENCANAAN STIMULASI Halaman : 22 / 69
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Merencanakan Dan Mengoptimalkan
Pengasaman Sumur
6.Retarded Acid
Reaksi asam dapat diperlambat dengan bebagai cara, seperti membuat gel atau
mengemulsikan asam dengan hidrokarbon. Jenis-jenis asam ini antara lain adalah, gelled acid,
chemical retarded, dan emulsified acid.
Asam acetic dibeli dari 100% dalam bentuk glacial dan untuk penggunaan di lapangan digunakan
konsentrasi < 15% (untuk 10%, 1000 gal akan melarutkan 740 lbm limestone). Diatas 15% ini
kelarutan asam acetic yang sangat rendah bisa menyebabkan pengendapan.Pada 1000 gal
konsentrasi 10% asam acetic akan melarutkan 740 lbm lmst.
Sedangkan asam formic dalam konsentrasi 70% sampai 90%. Konsentrasi di lapangan sekitar 9 –
10%. Pada 1000 gal konsentrasi 10% asam formic akan melarutkan 970 lbm limestone.
Untuk meningkatkan kelarutan maka kadang-kadang pada asam organik ini diberi
campuran asam HCl. Selain itu acetic dan formic bisa dicampurkan. Tabel 2 memberikan larutan
asam yang umum dipakai dilapangan.
Prosedur pengasaman pada batuan sandstone adalah HCl preflush, (50 gal/ft) lalu
HCl:HF (100 gal/ft), lalu overflush (2-3% NH4CL dan mutual solvent EGMBE + air 200 gal/ft)
dan Displace dengan brine terfilter. Dalam reaksinya HCl preflush digunakan untuk melarutkan
Ca karena CaF akan mengendap. Overflush gunanya juga untuk mengubah wettability batuan dari
oil wet ke water wet kembali. Sedangkan pengasamannya sendiri perlu di flow back secepatnya
karena kalau lama bisa mengakibatkan secondary reaction dimana
Karena itu selalu setelah selesai pengasaman pada sandstone produksi kembali
secepatnya dilakukan. Menunggu 1 malam akan buruk sekali akibatnya.
Kadar HF 3% dan HCl 12% diubah dan biasanya digunakan metode McLeod setelah
analisa batuan atau geologinya dibuat di laboratorium untuk menentukan apakah jenis claynya
dll. Tabel 3 menunjukkan penggunaannya.
Mengetahui geologi batuan yang akan di acidizing merupakan hal mutlak. Untuk ini core
batuan akan diamati irisannya dibawah electro microscope atau EDAX dan X-ray diffraction dll
untuk menentukan jenis claynya dan juga banyaknya dan dari sini pada core tsb akan dicoba
beberapa kali di flush dengan bermacam-macam konsentrasi asam lalu diamati berapakah hasil
permeabilitasnya setelah pengasaman kecil ini.
6.3.2 Aditif yang digunakan
Operasi pengasaman yang dilakukan pada sumur-sumur minyak akan sangat sulit
dilakukan tanpa adanya zat aditif dan bisa menimbulkan masalah yang serius. Untuk masalah
tersebut diperlukan aditif yang ditambahkan ke dalam larutan asam pada saat pelaksanaan operasi
pengasaman sumur-sumur produksi.
1. Corrosion inhibitor
Corrosion inhibitor berfungsi untuk mengurangi laju reaksi pada katoda dan anoda, atau
pada kedua sisi logam. Efektifitas dari corrosion inhibitor dapat dilihat dari kemempuannya
dalam membentuk dan mempertahankan lapisan tipis (film) pada permukaan metal. Faktor-faktor
yang mempengaruhi laju reaksi korosi adalah; jumlah agitasi, jenis logam, lamanya kontak yang
terjadi, temperatur dan jenis serta konsentrasi asam. Ada dua jenis corrosion inhibitor.
• Organic corrosion inhibitor, misalnya nitrogen dan asetilen
• Inorganic corrosion inhibitor, misalnya sebagian besar senyawa arsenik.
2. Surfaktan
Pereaksi aktif surfaktan digunakan pada stimulasi untuk mencegah terjadinya emulsi
asam dan minyak, mengurangi tegangan permukaan dan memperbaiki kebasahan (wettability)
formasi, mempercepat pembersihan dan mengurangi sludge formasi. Khusus untuk injeksi busa
ke salam formasi, surfaktan akan membantu propagasi busa di dalam formasisehingga kualitas
penyebaran busa dalam formasi menjadi sangat baik. Yang paling perlu diperhatikan dalam hal
ini adalah kecocokan surfaktan tersebut dengan corrosion inhibitor atau dengan zat aditif
lainnya. Surfaktan dapat digolongkan menjadi empat jenis, tergantung pada sifat senyawa yang
terlarut dalam air yaitu; surfaktan anionik, surfaktan kationik. surfaktan nonionik dan surfaktan
amfoter.
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK PRODUKSI NO : TP.05.03
JUDUL : PERENCANAAN STIMULASI Halaman : 26 / 69
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Merencanakan Dan Mengoptimalkan
Pengasaman Sumur
Kebanyakan nonionics terdiri dari ethylene oksida atau campuran propylene oxide-
ethylene oksida. Daya larut Air nonionics disebabkan oleh hidrogen yang mengikat atau atraksi
air untuk oksigen ethylene oksida. Atraksi ini akan berkurang pada temperatur tinggi atau
konsentrasi garam tinggi.
Penggunaan nonionics semakin meningkat untuk memecahkan emulsi pada tegangan
permukaan yang rendah, dengan tidak mengubah muatan formasi batuan yang ada.
3. Mutual Solvent
Mutual solvent adalah material yang mempunyai kelarutan yang baik di dalam minyak
maupun air. Dalam operasi pengasaman mutual solvent diharapkan berfungsi baik untuk:
• Menurunkan tegangan permukaan dan interfacial digunakan memperlambat
pembersihan.
• Untuk memisahkan lapisan minyak dan endapan dari material larutan asam.
• Mencegah terjadinya emulsi dan juga untuk memecahkan emulsi.
• Membantu untuk mencegah water block.
4. Friction Retarder
Umumnya friction retarder terbuat dan polimer sintetis, biasa digunakan pada operasi
pengasaman dengan perekahan untuk mengurangi daya pompa yang diperlukan. Pada dasarnya
friction reducer bekerja baik dengan air tetapi tidak stabil dengan asam dan hanya efektif untuk
sementara waktu. Penggunaan friction reducer ini harus sesuai dengan komposisi asam yang
digunakan.
5. Fluid Loss Agent
Biasanya digunakan resin yang dikombinasikan dengan xanthan gum sebagai pendispersi.
Apabila terdapat banyak rekahan kecil maka ditambahkan pasir merah 100 mesh. Tujuannya
adalah untuk mengurangi kehilangan asam yang tidak diinginkan dan biasanya dipakai pada saat
pengasaman rekah. Untuk pemakaiannya harus diuji terlebih dahulu pada formasi atau contoh
core yang ada di laboratorium.
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK PRODUKSI NO : TP.05.03
JUDUL : PERENCANAAN STIMULASI Halaman : 28 / 69
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Merencanakan Dan Mengoptimalkan
Pengasaman Sumur
6. Diverting agent
Diverting agent digunakan untuk pengasaman yang tidak seragam pada waktu operasi
pengasaman formasi yang sedang dikerjakan. Pada interval formasi yang cukup tebal, dimana
permeabilitasnya relatif tidak seragam, diverting agent berperan untuk mencegah aliran asam ke
daerah yang permeabilitasnya lebih besar dan mengalirkan asam tersebut ke daerah yang
permeabilitasnya lebih kecil.
Berbagai jenis diverting agent banyak digunakan di lapangan seperti resin yang terlarut
dalam minyak (oil soluble resin), partikel padat dengan ukuran yang kecil (articulate diverting
agent), dan busa.
7. Complexing Agent
Complexing agent yang dipakai terdiri dari asam asetat, sitrat atau laktat. Bahan ini
digunakan untuk menghindari terjadinya pengendapan ion-ion besi atau metal ke dalam larutan
asam yang tersisa. Juga lazim digunakan untuk sumur-sumur dimana tubing atau casingnya
mengalami kerusakan.
Kemampuan complexing agent untuk menahan ion-ion besi dalam larutan yang
mempunyai pH 7 sehingga bahan ini mencegah pengendapan hidroksida-hidroksida perusak.
6.43 Temperatur
Pelarutan mineral secara termal merupakan suatu fenomena yang aktif. Oleh karena itu
laju reaksi bertambah secara drastis sebagai fungsi dari temperatur dan penetrasi berkurang
sesuai denga umur asam. Pada kasus kuarsa energi aktivasi kira-kira 5.2 kkal/mol dan dalam
kasus feldspar 8 kkal/mol. Aluminium dan besi kelarutannya bertambah dengan sedikit kenaikan
temperatur.
6.4.5 Tekanan
Secara umum tekanan menambah kecepatan laju reaksi pelarutan. Pelarutan silikon
tetrafluorida dapat berubah sebagian menjadi bentuk asam (H2SiF6) dan secara cepat berubah ke
reaksi selanjutnya. Untuk kuarsa mengalami peningkatan 24% dalam laju reaksi antara dua
kondisi ekstrim.
asam ini sangat dipengaruhi oleh fluid loss rate, lebar rekahan, laju injeksi asam, temperatur formasi,
jenis formasi, jenis asam dan jenis additivenya.
Seperti juga pada pengasaman dan perekahan hidraulik, adanya zone air atau gas diatas atau
dibawah zone minyak yang akan di acidfrac harus dipertimbangkan.
Dalam praktek digunakan laju injeksi yang tinggi dengan tekanan yang cukup untuk
merekahkan dan mengalirkan asamnya. Hanya asam HCl yang digunakan. Untuk permeabilitas
medium (k > 10 md) hanya memerlukan asam sedikit dan hanya dilakukan pengasaman disekeliling
sumumya. Bila k < 10 md, maka perlu asam banyak dan rekahan akan terjadi sampai jauh dari
sumurnya. Gambar 6.5 memperlihatkan suatu gambar mengenai penetrasi asam pada limestone dan
dolomite vs lebar rekahan.
Penetrasi Asam, ft
Gambar 6.5 Effek Lebar Rekahan Terhadap Penetrasi Asam (J.ambrough, AEPT)
Dalam acidfrac ini, sebenamya aliran yang dominan disekitar sumur adalah linier. Salah
satu cara untuk menghitung hasil acid frac adalah dengan grafik McGuire-Sikora seperti pada
perekahan hidraulik. Gambar 6.6 memperlihatkan grafik mereka.
Gambar 6.7. Panjang Rekahan Dengan (Case 1) dan Tanpa (Case 2)FLA
6.5.2 Pelaksanaan
1. Injeksi dengan air garam (brines)
2. Pompakan pad (misalnya crosslink gel)
3. Pompakan HCl dengan FLA
4. Overflush asam dengan brine yang sama volumenya dengan volume asam.
6.5.3 Jenis Acidfrac
- Viscous Fingering (VF)
- Closed Fracture Acidizarion (CFA)
- Equilibrium Acidfrac (EAF)
- Whisper frac (WF)
Pada teknik viscous fingering (VF) dilakukan pemompaan dengan pad yang viscous, lalu
asam yang kurang viscous, dan diulangi lagi, baru dioverflush dengan brine. Teknik ini
tergantung dari pad untuk membuat rekahan, lalu asam yang kurang viscous dipompakan untuk
membuat fingering (saluran kecil bercabang-cabang) melalui padnya. Dengan ini akan terbentuk
etching (pelarutan tak beraturan) di dinding rekahan sehingga rekahan tak akan tertutup rapat
lagi.
CFA (Closed Fractured Acidization) adalah metode lain untuk mendapatkan etching tak
beraturan. Pemompaan dilakukan bergantian asam dengan pad. lalu rekahan dibiarkan tertutup.
Asam lalu dipompakan dibawah closure pressure sehingga akan menyebabkan asam membuat
etching baru pada rekahan yang terbentuk tadi. Karena rekahan sudah tertutup maka
konduktivitas yang terjadi tidak akan hilang pada saat rekahan tertutup (SPE paper 14654).
EAF (Equilibrium Acidfrac) dipompa seperti pada CFA tetapi pada saat rekahan tetap
terbuka. Tingkat terakhir dipompakan diatas closure pressure tetapi dibawah extension pressure.
Leak-off harus kecil agar berhasil (SPE 18883). Dalam hal ini pad dan asam mulai membuka
rekahan, lalu pemompaan asam dilakukan setelah rekahan akan menutup. Kemudian overflush
dengan brine.
WF (Whisper frac) membutuhkan perforasi khusus dengan perforasi yang selektif dan
perbandingan viskositas antara fluida-fluidanya agar berhasil. Tekniknya sama dengan viscous
fingering tetapi tidak akan memulai dengan satu cabang saja. Disini akan dipompakan pad yang
sangat tinggi viskositasnya, lalu gel asam yang mempunyai viskositas 1/10-nya. Injeksi
dilakukan dengan laju besar (SPE 15772).
Kembali ke effek temperarur. pada dolomite reaksi asam lebih lambat daripada limestone.
Untuk limestone reaksinya cepat dan terbatas oleh mass-transfer, dan effek temperatur pada
limestone tidak penting. Tetapi pada dolomite maksimum temperatur adalah sekitar 170°F
sebelum dibatasi oleh mass transfer. Diatas temperatur ini reaksinya menjadi sangat cepat
(rnenjadi mass transfer limited). Penetrasi asam akan lebih dalam pada dolomite dibandingkan
pada limestone. Pada temperatur tinggi (> 300°F) reaksi telah sangat cepat sehingga acidfrac
dengan HC1 tidak mungkin dilakukan walaupun dengan mencampur gel. Gambar 6.8
memperlihatkan effek temperatur pada penetrasi acidfrac.
Penetrasi Asam, ft
Temperatur, oF
∂C ∂ (u x .C ) ∂ (u y .C ) ∂ ∂C
+ + − Deff = qC i δ o
∂y
(6.1)
∂t ∂x ∂y ∂y
dengan syarat batas :
C ( x, y , t = 0 ) = 0
C ( x = 0, y, t ) = C i (t )
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK PRODUKSI NO : TP.05.03
JUDUL : PERENCANAAN STIMULASI Halaman : 37 / 69
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Merencanakan Dan Mengoptimalkan
Pengasaman Sumur
∂C
Cu y − C L q L − Deff = E f C n (1 − φ )
∂y
dimana
C = konsentrasi asam
ux = flux sepanjang rekahan
uy = flux tranversal karena fluid loss
Deff = koefisien difusi effektif
Ci = konsentrasi asam yang diinjeksikan
Ef = konstanta kecepatan reaksi
n = order reaksi
φ = porositas batuan.
δo = Dirac function
CL = Konsentrasi sisa (spent) asam
qL = laju leak-off
Gambar 6.9. Transportasi Asam Dalam rekahan dengan Difusi dan Fluid Loss
(Economides-Nolte: Reservoir Stimulation)
Dengan assumsi steady state, aliran laminer dan fluida Newtonian antara dua bidang datar
yang sejajar, Nierode dan Williams (SPEJ, pp.306-314,1972) memberikan solusinya untuk
keseimbangan asam di rekahan yang diambil dari solusi Terril untuk heat transfer antara dua
bidang sejajar. Solusi ini diberikan pada Gambar 6 sebagai fungsi dari Peclet Number, yang
didefinisikan sebagai :
N pe = u y w ( ) (6.2)
2 Deff
dimana uy adalah flux leak-off rata-rata dan w = lebar rekahan.
Koefisien difusi effektif. biasanya lebih tinggi dari koefisien difusi molekular karena
tambahan dari pencampuran akibat gradient densitas. Dari Gambar 6.10 terlihat bahwa pada
bilangan Peclet yang rendah. Konsentrasi asam akan sangat kecil sebelum mencapai ujung
rekahan, sedangkan untuk bilangan Peclet yang tinggi, konsentrasi asam akan tinggi pada akhir
perekahan. Pada bilangan Peclet rendah, kemajuan asam dikontrol oleh difusi, sedangkan pada
bilangan Peclet yang tinggi, fluid loss sebagai pengontrolnya.
Jumlah batuan yang dilarutkan pada acidfrac dinyatakan dalam lebar ideal, Wj, yang
didefinisikan sebagai lebar rekahan terjadi karena kelarutan oleh asam sebelum rekahan menutup.
Bila semua asam yang diinjeksikan ke rekahan melarutkan batuan di dinding rekahan (tidak masuk
ke matrix atau wormholes (lubang cacing) maka lebar ideal rata-rata bisa ditulis sebagai total
volume batuan terlarut dibandingkan dengan luas rekahan, atau :
XV
wi =
[
2(1 − φ )h f x f ] (6.3)
dimana :
X = daya pelarutan volumetris asam.
V = total volume injeksi asam.
hf = adalah tinggi rekahan
xf = adalah panjang rekahan satu sayap.
Untuk bilangan Peclet lebih dari 5, konsentrasi asam akan hampir sama dengan yang
diinjeksikan semula sepanjang panjang rekahannya dan lebar rekahan ideal sebenamya adalah
sama dengan rata-rata lebar ideal. Untuk bilangan Peclet yang rendah, kebanyakan asam
bereaksi di dekat sumur dan konsentrasi asam akan sangat berlainan sepanjang rekahan,
sehingga lebar rekahan juga bervariasi. Schechter juga memberikan Gambar 6.9 berdasarkan
profil konsentrasi di Gambar 6.8.
Dari Lebar rekahan ideal (ideal fracture width), konduktivitas acidfrac dihitung dari
korelasi Nierode dan Kruk (SPE paper 4549, 1973). Korelasi ini berdasarkan perhitungan
ekstensif di laboratorium dari konduktivitas acidfrac dan dikorelasikan dengan lebar ideal,
Closure Stress σ c , dan rock embedment strength, Srock. Rock embedment strength didefmisikan
sebagai gaya yang mendorong suatu bola logam pada jarak tertentu dari permukaan batuan.
Korelasi mereka adalah sbb:
dimana :
C1 = 1.47 × 10 7 wi
2.47
Dengan Satuan :
kfw = md-ft
wi = in
σ c = psi
Srock = psi
Harga rata-rata ini cukup baik untuk bilangan Peclet > 3. Untuk < 3 maka peramalan
produktivitas akan terlalu optimistik karena akan diperbesar oleh besamya konduktivitas yang
diambil dari dekat sumur. Mungkin saja bahwa asam akan bereaksi lebih banyak dalam jarak
tertentu dari sumur karena pemanasan formasi menaikkan reaksi (Elbel, SPE paper 19773,
1989). Untuk hal demikian, Ben-Neceur dan Economides menganjurkan harga rata-rata
harmonis sbb:
1
k fw = xf
(6.9)
∫ dx k
0
fw
3. Jumlah Volume:
A. Batuan gamping : 100 x 15 = 1500 gal HCl
B. Batuan Pasir :
- Preflush 5 × 15 = 750 gal HCl
- Asam 100 × 15 = 1500 gal HCl + HF
- Afterflush 100 × 15 = 1500 gal solar
Spesifikasi asam/additive tergantung dari jenis (test) pada formasi / cairan formasi. Tekanan
maksimum dipompa permukaan 910 psig.
Lapisan I
Permeabilitas efektif air lapisan I, ki 10 md
ketebalan lapisan ,h1 10 ft
Porositas batuan, φ 0.2
Lapisan II
Permeabilitas efektif air lapisan II, k2 10 md
ketebalan lapisan, h2 10ft
Porositas batuan, φ 0.2
Proses perhitungan untuk mendesain pengasaman matrik dengan menggunakan busa se'oagai
diverter dilakukan dengan langkah langkah sebagai berikut:
υ Pr Pr
FG = g o − +
1 − υ D D
υ 4000 4000
FG = 1 − +
1 − υ 9200 9200
ν = 0.226
Gradien rekah pada saat pengasaman :
υ 4000 4000
FG = 1 − +
1 − υ 9200 9200
Sehingga FG = 0,523 psi/ft
Tekanan rekah batuan dapat ditentukan kemudian sebesar:
Pi = 0.523 x 9200
Pf = 4812psi
Jadi tekanan di dasar sumur tidak boleh me'ebihi tekanan rekah Pf = 4812 psi.
µasam = 0.7 cp
Pr = 3000 psi
f = 0,057( N Re )
−0.2
f = 0,057(50714)
−0.2
f = 0.0065
0.039 fρLυ 2
Pcf =
ID
0.039 × 0.0065 × 8.913 × 5000 × 0.5 2
Pcf =
2
Pcf = 26 psi
141,2qi µ rd k rf
Pti = (Pe − Ph − Pfr ) − ln + So + − 1 ln
kh rw r
kf w
Dengan Asumsi :
Q = 1 bpm
maka : v = 4.2917 ft/sec
Nre = 101422.75
f = 0.0056
Pgesek = 167.40
Phid = 4287
Prekah = 4812
Pti = 692.40
6. Penentuan Laju Injeksi Maksimum Di Awal Pengasaman
Laju injeksi maksimum untuk memulai pengasaman ditentukan dengan menggunakan
persamaan (tanpa diversi busa):
Dari Gambar 7.1 ditentukan bahwa untuk laju injeksi 0.38 bpm maka tekanan injeksi
permukaan maksimum adalah 550 psi.
(
V f = φ × π × r f − rw
2 2
)
(
V f = 0.2 × π × 4 2 − 0.328 2 )
Vf = 10 cuft = 10 x 7.48 gal/ft
Vf = 74.8 gal/ft
TABEL 1
MATERIAL PENGASAMAN
“REGULAR ACID – HCl”
TABEL 2
MATERIAL PENGASAMAN
“REGULAR ACIDS – HCl : HF”
TABEL 3
MATERIAL PENGASAMAN
“RETARDED ACID”S
TABEL 4
MATERIAL PENGASAMAN
“OTHER SPECIAL ACIDS”
TABEL 5
MATERIAL FRACTURING
“GELLED WATER”
TABEL 6
“GELLING AGENTS”
TABEL 7
MATERIAL FRACTURING
“CROSSLINKED FLUIDS (WATER BASED)”
TABEL 8
MATERIAL FRACTURING
“OIL BASED FRACTURING FLUIDS”
TABEL 9
MATERIAL FRACTURING
“OTHER FRACTUIRNG FLUIDS”
TABEL 10
“SURFACTANTS DAN ADDTIVES”
TABEL 11
“OTHER ADDITVES”
TABEL 11 (SAMBUNGAN)
“OTHER ADDITVES”
TABEL 12
“FLUID LOSS ADDITVES”
TABEL 13
“MATERIAL DIVERTING”
TABEL 14
DISAIN PENGASAMAN
TABEL 15
PENGERJAAN PENGASAMAN