Anda di halaman 1dari 25

Pembina Olimpiade Fisika

davitsipayung.com

2. Vektor

2.1 Representasi grafis sebuah vektor

Berdasarkan nilai dan arah, besaran dibagi menjadi dua bagian yaitu besaran skalar dan besaran
vektor. Besaran skalar adalah besaran yang memiliki nilai dan tidak memiliki arah, seperti panjang,
massa, waktu, temperatur, frekuensi, daya, dan usaha. Besaran vektor adalah besaran yang memiliki
nilai dan arah, seperti perpindahan, kecepatan, percepatan, gaya, momen gaya, momentum, luas,
impuls dan berat. Vektor adalah obyek geometri yang memiliki besar dan arah. Vektor sangat
bermanfaat untuk menjelaskan besaran fisika yang memiliki besar dan arah. Operasi besaran skalar
berbeda dengan dengan operasi vektor. Kita akan mempelajari vektor menggunakan pendekatan grafis
dan pendekatan analitis.
Secara grafis, sebuah vektor disimbolkan oleh sebuah anak panah, seperti Gambar 2.1. Panjang
anak panah menunjukkan besar vektor dan mata panah menunjukkan arah vektor. Titik A disebut titik
asal vektor atau titik tangkap vektor, dan titik B disebut titik arah vektor atau ujung vektor. Ada
perbedaan cara penulisan besaran skalar dan besaran vektor. Besaran vektor dituliskan dengan huruf
cetak tebal (bold ) yaitu, F atau menuliskan anak panah di atas huruf, yaitu F . Nilai vektor
diberikan oleh F atau |F | . Vektor Gambar 2.1 juga dapat dituliskan dalam bentuk AB .

A
Gambar 2.1 : Simbol sebuah vektor

Kalau sebuah anak panah mendekati pengamat, maka pengamat akan melihat ujung anak panah
sebagai tanda titik. Karena itu, simbol vektor mendekati pengamat atau vektor keluar bidang adalah
. Kalau sebuah anak panah mejauhi pengamat, maka pengamat akan melihat ujung anak panah
sebagai tanda silang. Karena itu, simbol vektor menjauhi pengamat atau vektor masuk bidang adalah
.

2.2 Representasi analitis sebuah vektor

Sebuah vektor dalam sistem koordinat kartesian dinyatakan dalam komponen-komponenya


disebut representasi analitis vektor. Skalar hanya memiliki satu komponen, sedangkan vektor
memiliki tiga komponen. Vektor digunakan untuk menentukan arah gerak partikel dalam garis (satu
dimensi), bidang (dua dimensi) dan ruang (tiga dimensi). Sebuah vektor direpresentasikan secara
analitis menggunakan notasi vektor satuan.

2.2.1 Komponen-komponen sebuah vektor dalam dua dimensi

Sebuah vektor A terletak pada bidang xy seperti pada Gambar. 2.2. Vektor A membentuk sudut
θ terhadap sumbu x positif. Vektor A dapat diuraikan menjadi komponen Ax pada sumbu x dan
komponen Ay pada sumbu y.
Pembina Olimpiade Fisika
davitsipayung.com

y
y

Ay

A A Ay

θ θ
x x
Ax Ax

Gambar 2.2: Ko mponen-komponen vektor A dalam dua dimensi


Komponen-komponen vektor A diperoleh dengan menggunakan aturan trigonometri.
A
cos  x  Ax  A cos (2.1)
A
Ay
sin    Ay  A sin  (2.2)
A
Besar vektor diperoleh menggunakan teorema Phytagoras.
A  Ax2  Ay2 (2.3)

Arah vektor A terhadap sumbu x positif :


Ay
tan   (2.4)
Ax

Contoh 2.1 :
Tentukan komponen vektor kecepatan v1 dan v2 dalam arah sumbu x dan sumbu y ! Besar kecepatan
v1 dan v2 berturut-turut adalah 20 m/s dan 10 m/s.

y
v2 v1

370
300
x

Pembahasan :
Komponen vektor kecepatan v 1 :
v1,x  v1 cos300  20  12 3 m s  10 3 m s
v1,y  v1 sin300  20  12 m s  10 m s
Komponen vektor kecepatan v 2 :
v 2,x   v2 sin370  10  53 m s  6 m s
Pembina Olimpiade Fisika
davitsipayung.com

v 2,y  v2 cos370  10  54 m s  8m s

2.2.2 Komponen-konponen sebuah vektor dalam tiga dimensi

Sebuah vektor A terletak dalam ruang kartesian seperti pada Gambar 2.3. Vektor A membentuk
sudut α terhadap sumbu x positif, sudut β terhadap y positif, dan sudut γ terhadap sumbu z positif .
Vektor A dapat diuraikan menjadi komponen Ax pada sumbu x, komponen Ay pada sumbu y , dan
komponen Az pada sumbu z .
z

Az

 
y
 Ay

Ax

Gambar 2.3: Ko mponen-komponen vektor A dalam t iga


dimensi
Komponen-komponen vektor A :
Ax
cos    Ax  A cos  (2.5)
A
Ay
cos    Ay  A cos  (2.6)
A
Az
cos    Az  A cos  (2.7)
A
Besar vektor A :
A  Ax2  Ay2  Az2 (2.8)

Arah vektor A terhadap sumbu x positif :


Ay2  Az2
tan   (2.9)
Ax
Arah vektor A terhadap sumbu y positif :
Ax2  Az2
tan   (2.10)
Ay

Arah vektor A terhadap sumbu y positif :


Pembina Olimpiade Fisika
davitsipayung.com

Ax2  Ay2
tan   (2.11)
Az
Sudut α, β dan γ disebut sudut cosinus arah. Hubungan antara α, β dan γ :
cos 2   cos 2   cos 2   1 (2.12)

2.2.3 Vektor satuan

Vektor satuan adalah vektor bernilai satu satuan. Simbol vektor satuan adalah sebuah topi (^).
Vektor satuan A adalah  (dibaca A topi). Vektor satuan A adalah perbandingan vektor A dengan
besarnya.
A
Â= (2.13)
A
Vektor satuan tidak memiliki satuan. Vektor satuan  menunjukkan arah vektor A . Koordinat
kartesian memiliki tiga vektor satuan iˆ, ˆj dan kˆ saling tegak lurus.
iˆ atau x̂ : vektor satuan searah sumbu x
ĵ atau ŷ : vektor satuan searah sumbu y
k̂ atau ẑ : vektor satuan searah sumbu z
z

Az

Ay

A A
k
iˆ θ j
x i
y
ˆj Ay
Ax Az kˆ
Ax iˆ

A y ˆj
x

Gambar 2.4: Vektor satuan dalam koord inat kartesian

Sebuah vektor dapat direpresentasikan menggunakan vektor-vektor satuan sistem koordinat . Vektor
A dalam dua dimensi :
A  Axiˆ  Ay ˆj atau A  A cos xˆ  Asin  yˆ (2.14)
dengan besar vektor A :
A  Ax2  Ay2 (2.15)

Vektor A dalam tiga dimensi :


A  Ax iˆ  Ay ˆj  Az kˆ  A cos  iˆ  A cos  iˆ  A cos  kˆ (2.16)
Pembina Olimpiade Fisika
davitsipayung.com

dan besar vektor A :


A  Ax2  Ay2  Az2 (2.17)

Vektor posisi adalah vektor berasal dari titik asal  0,0,0  . Vektor posisi A  Axiˆ  Ay ˆj  Az kˆ dapat

dituliskan dalam bentuk titik A   Ax , A y , Az  . Vektor nol disimbolkan dengan 0 atau 0 . Semua
komponen vektor nol sama dengan nol. Jadi, panjang vektor nol sama dengan nol.

Contoh 2.2 :
Sebuah objek dilempar dengan kecepatan 10 m/s membentuk sudut 600 terhadap sumbu x positif.
Tuliskanlah kecepatan awal benda dalam vektor satuan iˆ dan ĵ .
y

v0

600 x
Pembahasan :
Komponen vektor kecepatan objek searah sumbu x dan searah sumbu y :
v0, x  v0 cos  10cos60 0  5m s

v 0, y  v 0 sin   10sin 60 0  5 3 m s
Vektor kecepatan awal objek dalam vektor satuan iˆ dan ĵ :
v 0  v 0, x iˆ  v 0, y ˆj  5 iˆ  5 3 ˆj m s

Contoh 2.3 :
Sebuah partikel memiliki vektor posisi r  (iˆ  2 ˆj  2kˆ) m . Tentukanlah vektor satuan dari vektor r .

Pembahasan :
Besar vektor r :
r  rx2  ry2  rz2  12  2 2  2 2  3m
Vektor satuan dari vektor r :
r 1 2 2
rˆ   iˆ  ˆj  kˆ
r 3 3 3

2.3 Penjumlahan vektor

Operasi dasar vektor meliputi penjumlahan, pengurangan, kesamaan dan perkalian vektor. Kita
terlebih dahulu membahas penjumlahan dua buah vektor. Operasi vektor sangat banyak digunakan
dalam persamaan fisika. Kita akan menyelesaikan opersi vektor dengan cara geometri dan metode
analitik (aljabar).

2.3.1 Penjumlahan vektor cara grafis


Pembina Olimpiade Fisika
davitsipayung.com

Penjumlahan vektor cara grafis berarti tidak menggunakan sistem koordinat. Dua buah vektor A
dan B , ditunjukkan oleh Gambar 2.7.

A
B

Gambar 2.5 : Vektor A dan B

Jumlah vektor A dan B disebut resultan vektor, simbolnya R :


R= A + B (2.18)
Jumlah besar vektor A dan B tidak sama dengan besar vektor R .
|R|  |A|+|B| (2.19)
Cara grafis dibagi menjadi dua aturan, yaitu metode segitiga dan aturan jajargenjang.

a. Metode segitiga (metode poligon)

Lihat kembali Gambar 2.5. Untuk menghitung resultan vektor A dan B , pertama hubungkan
titik tangkap vektor B ke titik arah vektor A . Resultan vektor diperoleh dengan menggambarkan
sebuah vektor menghubungkan titik tangkap vektor A ke titik arah vektor B , seperti ditunjukkan
pada Gambar 2.6.
B
A A
B
R

Gambar 2.6 : Metode segitiga

Misalkan  adalah sudut yang dibentuk oleh vektor A dan B . Nilai resultan vektor diperoleh
menggunakan hukum kosinus.

θ B

A 180  
A
R
θ
B
Gambar 2.7 : Resultan vektor metode segitiga

Besar resultan vektor :


R  |A+B|  A2  B 2  2 AB cos (180 0 - )

R  |A+B|  A2  B 2  2 AB cos  (2.20)

Catatan :
Pembina Olimpiade Fisika
davitsipayung.com

Jika A sejajar B (θ = 0), maka R = A + B


Jika A tegak lurus B (θ = 900 ), maka R  A2  B 2
Jika A berlawanan dengan B (θ = 1800 ), maka R  A  B
Rentang nilai resultan vektor A dan B adalah A  B  R  A  B

Untuk menghitung resultan lebih dari dua vektor dapat diselesaikan dengan cara menyelesaikan
dua vektor terlebih dahulu. Kemudian resultan dua vektor dijumlahkan dengan vektor lainnya,
demikian seterusnya sehingga diperoleh resultan vektor total. Gambar vektor resultan dari tiga atau
lebih vektor dapat langsung diperoleh dengan mengikuti aturan penjumlahan metode segitiga sering
disebut metode poligon. Misalkan terdapat tiga buah vektor seperti pada Gambar 2.8a, maka vektor
resultannya ditunjukkan oleh Gambar 2.8b.

A A
C C
B
R

(a) (b)

Gbr.2.8 : (a) Vektor A,Bdan C . (b) Resultan tiga buah vektor

Penjumlahan vektor memiliki beberapa sifat penting. Sifat-sifat penjumlahan vektor :


Pertama, penjumlahan vektor memiliki sifat komutatif.
A B  B  A (2.21)
Kedua, penjumlahan vektor memiliki sifat asosiatif.
 A  B  C  A   B  C  (2.22)
Ketiga, pengurangan vektor adalah bentuk khusus dari perjumlahan vektor.
C  A   -B   A - B (2.23)

-B
θ
A A
B A B
θ

Gambar 2.9 : Pengurangan vektor

Besar pengurangan vektor A dan B :


|A-B|  A2  B 2  2 AB cos (2.24)

Contoh 2.4 :
Dua buah gaya F1 dan F2 memiliki besar berturut-turut adalah 80 N dan 60 N bekerja pada sebuah
balok. Tentukan nilai resultan gaya yang dialami oleh balok jika sudut antara kedua vektor adalah θ
sama dengan 00 , 600 ,900 dan 1800 .
Pembina Olimpiade Fisika
davitsipayung.com

F1
θ
F2

Pembahasan :
Diketahui bahwa F1 = 80 N dan F2 = 60 N. Rumus resultan vektor :
FR  |F1  F2 |= F12  F22  2 F1 F2 cos 
Jika θ = 00 , maka
FR  |F1  F2 |= F1  F2  140 N
Jika θ = 600 , maka
FR  |F1  F2 |= F12  F22  2 F1F2 cos600  121,7 N
Jika θ = 900 , maka
FR  |F1  F2 |= F12  F22  100 N
Jika θ = 1800 , maka
FR  |F1  F2 |= F1  F2  20 N

b. Metode jajargenjang

Lihat kembali Gambar 2.5. Untuk mendapatkan resultan vektor A dan B dengan metode
jajargenjang, pertama hubungkan titik tangkap vektor A dan titik tangkap vektor B . Resultan vektor
ditunjukkan pada Gambar 2.10.

A R
A
B

B
Gambar 2.10: Metode jajargenjang

Misalkan  adalah sudut yang dibentuk oleh vektor A dan B . Nilai resultan vektor diperoleh
menggunakan hukum kosinus.

P

A A R

θ
θ  180  
O Q
B B

Gambar 2.11: Resultan vektor metode jajargenjang

Besar resultan vektor :


R  |A+B|  A2  B 2  2 AB cos(1800 -θ)

R  A2  B 2  2 AB cos (2.25)
Pembina Olimpiade Fisika
davitsipayung.com

Sudut  adalah sudut yang dibentuk oleh vektor A dan vektor R . Sudut  adalah sudut yang
dibentuk oleh vektor B dan vektor R . Nilai sudut  dan  ditemukan menggunakan hukum sinus.
R A B
  (2.26)
sin 180    sin  sin 

Contoh 2.5 :
Sebuah beban beratnya w = 200 N digantungkan menggunakan tali seperti ditunjukkan pada gambar.
Beban dalam keadaan setimbang seperti pada gambar. Tentukanlah tegangan tali T1 dan T2
menggunakan aturan sinus.

300
T1 T2

w = 300 N

Pembahasan :
Kita dapat menggambarkan hubungan vektor T1 , T2 dan w memenuhi hubungan

T2 600
w
300 900
T1
Besar tegangan tali T1 dan T2 diperoleh dengan menggunakan hukum sinus.
w T1 sin 600
  T1  w  200 3 N
sin 300 sin 600 sin 300
w T2 sin 900
  T1  w  400 N
sin 300 sin 900 sin 300

2.3.2 Penjumlahan vektor cara analitis

Penjumlahan dua vektor cara analitis adalah penjumlahan komponen-komponen kedua vektor
pada sumbu yang sama. Penjumlahan dua vektor diberikan oleh
A  B   Ax  Bx  iˆ   Ax  Bx  ˆj   Ax  Bx  kˆ
(2.27)
Pengurangan vektor A dan B diartikan sebagai penjumlahan vektor A dan -B .
A  B  A  (B)   Ax  Bx  iˆ   Ax  Bx  ˆj   Ax  Bx  kˆ
(2.28)
Dua buah vektor F1 dan F2 diberikan dalam grafis. Cara menjumlahkan vektor dengan metode
analitis, yaitu :
 Uraikan komponen vektor dalam komponen-komponen skalarnya.
 Jumlahkan semua komponen vektor pada sumbu yang sama.
Rx  F1x  F2 x   Fx (2.29)
R y  F1y  F2 y   Fy (2.30)
Pembina Olimpiade Fisika
davitsipayung.com

 Besar vektor resultan R :

R  Rx2  R y2 (2.31)
Sudut yang dibentuk oleh resultan vektor R terhadap sumbu x positif :
Ry
tan   (2.32)
Rx
Cara analitis lebih mudah menyelesaikan perhitungan resultan vektor dibandingkan cara grafis untuk
kasus lebih dari dua vektor

Contoh 2.6 :
Tentukan besar resultan dari tiga buah vektor gaya pada gambar di bawah ini!
y

10 3 N
10 N

600 300
x

5N

Pembahasan :
Misalkan F1 = 10 N, F2 = 10 3 N, dan F3 = 10 N. Uraikan masing-masing vektor gaya pada sumbu
x dan sumbu y, kita peroleh
 Fx  F1x  F2 x  F3x  F1 cos30  F2 cos60  5 3  5 3  0
0 0

 Fy  F1y  F2 y  F3 y  F1 sin 30  F2 sin 60  5  5  15  5  15


0 0

Besar resultan vektor gaya :

  Fx     Fy 
2 2
R  15 2  0 2  15 N

Contoh 2.7 :
Diketahui dua buah vektor
r1  3iˆ  ˆj  2kˆ m
r2  3iˆ  4kˆ m
Tentukan :
a. besar vektor r1 dan r2
b. r1  r2
c. r1  r2
d. 2r1  3r2

Pembahasan :
a. Besar vektor r1 adalah
r1  3 2  12  2 2  14 m
Pembina Olimpiade Fisika
davitsipayung.com

Besar vektor r2 adalah


r1  3 2  4 2  5 m

b.    
r1  r2  3iˆ  ˆj  2kˆ  3iˆ  4kˆ   3  3 iˆ  ˆj   2  4 kˆ  6iˆ  ˆj  6kˆ

c. r  r   3iˆ  ˆj  2kˆ    3iˆ  4kˆ   3  3 iˆ  ˆj   2  4  kˆ  ˆj  2kˆ


1 2

d. 2r  3r  2  3iˆ  ˆj  2kˆ   33iˆ  4kˆ    6iˆ  2 ˆj  4kˆ   9iˆ  12kˆ   15iˆ  2 ˆj  16kˆ
1 2

2.4 Kesamaan vektor

Dua vektor dikatakan sama hanya jika nilai dan arah dua vektor tersebut sama. Secara grafis, dua
vektor sama hanya jika kedua vektor sejajar dengan arah dan panjangnya sama, tetapi tidak
membutuhkan posisi yang sama, lihat Gambar 2.12a. Secara analitis, dua vektor sama ketika nilai
komponen-komponen kedua vektor sama. Kesamaan vektor A dan B dituliskan dalam bentuk
AB (2.33)
atau
Ax iˆ  Ay ˆj  Az kˆ  B x xˆ  B y yˆ  B z zˆ (2.34)
atau
Ax  Bx Ay  B y Az  Bz (2.35)
Satuan vektor A dan B juga harus sama. Sebuah vektor tetap sama jika dipindahkan ke posisi yang
lain asalkan tidak mengubah nilai dan arah vektor tersebut. Vektor A dikatakan berlawanan dengan
vektor  A , seperti pada Gambar 2.12b. Dua vektor dikatakan berlawanan jika kedua vektor memiliki
nilai yang sama tetapi arahnya berlawanan .

A
A= 5cm
B A
B= 5cm A

(a) (b)

Gambar 2.12 : (a) Kesamaan vektor A dan B (b) Vektor A berlawanan dengan A

2.5 Perkalian vektor

2.5.1 Perkalian vektor dengan skalar

Jika k adalah skalar (konstanta) dan A adalah sebuah vektor, maka


  
k A  k Ax iˆ  Ay ˆj  Az kˆ  kAxiˆ  kAy ˆj  kAz kˆ  (2.36)
Pembina Olimpiade Fisika
davitsipayung.com

Perkalian vektor A dan skalar k akan menghasilkan vektor yang baru, yaitu kA . Konstanta k akan
mempengaruhi besar dan arah vektor A . Jika k konstanta positif, maka vektor yang baru searah
dengan vektor A . Jika k konstanta negatif, maka arah vektor yang baru berlawanan dengan arah
vektor A . Misalkan kita ambil nilai konstanta k = -1, 2, 1/2, -2, dan -1/2, hasil perkalian ditunjukkan
oleh Gambar 2.6. Jika k = -1, maka arah vektor  A berlawanan dengan vektor A . Contoh perkalian
vektor dan skalar adalah bentuk hukum kedua Newton, F  ma .

2A -2A

A -A
1
2
A  12 A

Gambar 2.13: Perkalian vektor A dengan skalar k =-1, 2, 1/ 2, -2, dan -1/2

2.5.2 Perkalian vektor dengan vektor

Perkalian vektor dengan vektor merupakan operasi vektor yang sangat banyak digunakan dalam
mekanika. Ada dua macam perkalian dua vektor, yaitu perkalian titik (perkalian skalar atau dot
product) dan perkalian vektor (perkalian silang atau cross product).

a. Perkalian titik

Perkalian titik dua buah vektor adalah perkalian antara dua besar vektor dikalikan dengan
kosinus sudut yang dibentuk oleh kedua vektor.
A  B  AB cos (2.37)
dimana  sudut yang dibentuk oleh vektor A dan B . Cara membaca A  B adalah A dot B . Hasil
perkalian titik adalah skalar, yang dapat bernilai positif  0    900  atau negatif  90 0    180 0  .

Jika θ = 0 (vektor A searah dengan vektor B ), maka A  B  AB .


Jika θ = 90 (vektor A tegak lurus dengan vektor B ), maka A  B  0 .
Jika θ = 180 (vektor A berlawanan arah dengan vektor B ),, maka A  B   AB .
Secara grafis, perkalian titik adalah proyeksi vektor A ke vektor B atau proyeksi vektor B ke vektor
A.
A  B  A  B cos    A cos  B  AB cos (2.38)
Pembina Olimpiade Fisika
davitsipayung.com

A cosθ
B B B
θ θ θ
A A B cosθ A
(a) (b)

Gambar 2.14 : (a) Dua vektor A dan B membentuk sudut θ


(b ) Proyeksi vektor A dan B

Hasil perkalian titik dua vektor yang saling tegak lurus sama dengan nol. Jika vektor A tegak
lurus B , maka vektor A dikatakan ortogonal terhadap vektor B . Vektor satuan iˆ, ˆj dan kˆ saling
ortogonal. Perkalian dot antara vektor satuan koordinat kartesian mengikuti aturan :
iˆ  iˆ  ˆj  ˆj = kˆ  kˆ = 11 cos0  1 (2.39)
iˆ  ˆj  ˆj  kˆ = iˆ  kˆ = 11 cos90 0  0 (2.40)
Jika vektor A dan B diberikan oleh,
A  A iˆ  A ˆj  A kˆ
x y z

B  Bxiˆ  B y ˆj  B z kˆ

maka perkalian titik vektor A dan B adalah


 
A  B  Ax iˆ  Ay ˆj  Az kˆ  B x iˆ  B y ˆj  B z kˆ 
 Ax B x iˆ  iˆ  Ax B y iˆ  ˆj  Ax B z iˆ  kˆ  Ay B x ˆj  iˆ  Ay B y ˆj  ˆj  A y B z ˆj  kˆ
 Az B x kˆ  iˆ  Az B y kˆ  ˆj  Az B z kˆ  kˆ
Jadi,
A  B  Ax B x  A y B y  Az B z (2.41)
Kita juga dapat menuliskan bahwa
A  A  Ax2  Ay2  Az2  A2 (2.42)
atau
A  A A (2.43)
Kosinus sudut yang dibentuk oleh dua vektor :
A B Ax B x  Ay B y  Az B z
cos   (2.44)
AB  A  A 2  A 2  2  B 2  B 2  B 2  2
1 1
2
x y z x y z

Catatan :

1. A B  B  A Hukum komutatif
2.  
A B  C  A B  AC Hukum distributif

3. k  A  B    kA   B  A   kB    A  B  k dimana k adalah skalar

4. iˆ  iˆ  ˆj  ˆj = kˆ  kˆ = 1, iˆ  ˆj  ˆj  kˆ = iˆ  kˆ  0
5. A  B  Ax B x  A y B y  Az B z
Pembina Olimpiade Fisika
davitsipayung.com

6. A  B  0 dimana A dan B adalah bukan vektor nol, maka A dan B tegak lurus
7. A  A  A2

Aplikasi perkalian skalar dalam fisika :

1. Usaha
Aplikasi perkalian dot adalah konsep usaha. Usaha yang dilakukan oleh gaya konstan F bekerja
pada benda yang mengalami perpindahan d diberikan oleh
W  F  d  Fd cos (2.45)
dimana θ adalah sudut yang dibentuk vektor gaya dan perpindahan benda. Usaha adalah
perkalian besar gaya dan perpindahan dikali kosinus sudut yang dibentuk oleh gaya dan
perpindahan.

Gb r. 2.15 : Kerja adalah perkalian t itik antara gaya dan perpindahan

2. Energi kinetik
Energi kinetik sebanding dengan kuadrat kelajuan benda.
1 1
Ek  mv  v  mv 2 (2.46)
2 2

Contoh 2.8 :
Jika A  2iˆ  2 ˆj  kˆ dan B  6iˆ  3 ˆj  2kˆ , hitunglah A  B dan sudut antara vektor A dan B .

Pembahasan :
Menghitung nilai A  B :
  
A  B  2iˆ  2 ˆj  kˆ  6iˆ  3 ˆj  2kˆ  (2)(6)  (2)(3)  (1)(2)  12  6  2  4

A  2 2  12  2 2  3
B  6 2  32  2 2  7
Menghitung sudut antara vektor A dan B :
A  B  AB cos
A B 4 4
cos   
AB (3)(7) 21

  cos 1 
4
  79
0
 21 

Contoh 2.9 :
Pembina Olimpiade Fisika
davitsipayung.com

Tentukanlah nilai a agar vektor A  a i  j  k tegak lurus dengan vektor B  i  2 j  3k .

Pembahasan :
A dan B tegak lurus hanya jika A  B  0 . Jadi,
A  B  (a)(1)  (1)(2)  (1)(3)  a  2  3  0
a=-5

Contoh 2.10 :
Hitunglah usaha yang dilakukan gaya F   2i  j  2k  N pada benda yang memiliki vektor
perpindahan  r   5i  j  4k  m .

Pembahasan :
Usaha = F r   2i  j  2k  5i  j  4k  10 1 8  19 joule.

b. Perkalian Silang

Besar hasil perkalian silang dua vektor adalah perkalian antara dua besar vektor dan kemudian
dikalikan dengan sinus sudut yang dibentuk oleh kedua vektor. Perkalian silang dua vektor
menghasilkan vektor.
C  A  B dan C  AB sin  (2.47)
dimana θ adalah sudut antara vektor A dan B . A  B dibaca A cross B .

Jika θ = 0 (vektor A searah dengan vektor B ), maka A  B  0 .

Jika θ = 90 (vektor A tegak lurus dengan vektor B ), maka A  B  AB .

Jika θ = 180 (vektor A berlawanan arah dengan vektor B ),maka A  B  0 .


Jika besar sudut  yang dibentuk oleh dua vektor adalah 0 0 dan180 0 (dua vektor sejajar dan
berlawanan arah), maka hasil perkalian vektor sama dengan nol. Nilai perkalian silang C  A  B
maksimum ketika vektor A dan B tegak lurus.
Perkalian silang antara A dan B menghasilkan vektor C. Vektor C tegak lurus dengan bidang
yang dibentuk oleh vektor A dan B , artinya vektor C juga tegak lurus dengan vektor A dan B .
Arah vektor hasil perkalian silang ditentukan menggunakan aturan tangan kanan. Keempat jari tangan
kanan diputar dari vektor A ke vektor B . Jempol akan menunjukkan arah vektor C .
Pembina Olimpiade Fisika
davitsipayung.com

C= A  B
B

θ
A

θ C=B  A

A
Gambar 2.16 : Aturan tangan kanan pada perkalian silang

Lihat Gambar 2.16, perkalian silang memiliki sifat antikomutatif.


A  B  B  A (2.48)
Aturan perkalian silang dalam vektor satuan koordinat kartesian:
iˆ  iˆ  ˆj  ˆj = kˆ  kˆ = 0 (2.49)
iˆ  ˆj  kˆ , ˆj  kˆ = iˆ, kˆ  iˆ  ˆj (2.50)
ˆj  iˆ  kˆ, kˆ  ˆj = iˆ, iˆ  kˆ   ˆj (2.51)
Jika ada dua buah vektor A dan B ,
A  A iˆ  A ˆj  A kˆ
x y z

B  Bxiˆ  B y ˆj  B z kˆ

maka perkalian silang A dan B adalah


  
A  B  Ax iˆ  Ay ˆj  Az kˆ  B xiˆ  B y ˆj  B z kˆ 
 Ax B x iˆ  iˆ  Ax B y iˆ  ˆj  Ax B z iˆ  kˆ  A y B x ˆj  iˆ  A y B y ˆj  ˆj  A y B z ˆj  kˆ
 Az B x kˆ  iˆ  Az B y kˆ  ˆj  Az B z kˆ  kˆ
Kita menyederhanakan persamaan di atas menjadi :
A  B   Ay Bz  Az B y  iˆ   Az Bx  Ax Bz  ˆj   Ax B y  Ay Bx  kˆ (2.52)
Hasil perkalian silang juga dapat ditentukan menggunakan metode determinan.
iˆ ˆj kˆ
Ay Az Ax Az A Ay ˆ
A  B  Ax A y Az  iˆ  ˆj  x k (2.53)
B y Bz Bx Bz Bx B y
Bx B y Bz
Untuk menentukan sumbu x positif, sumbu y positif, dan sumbu z positif dalam koordinat
kartesian digunakan aturan perkalian silang iˆ  ˆj  kˆ . Vektor satuaniˆ searah sumbu x positif, vektor
satuan ĵ searah sumbu y positif dan vektor satuan k̂ searah sumbu z positif.

Catatan :
1. A  B  B  A Tidak memenuhi hukum komutatif
Pembina Olimpiade Fisika
davitsipayung.com

2.  
A B  C  A B  AC Hukum distributif

3. k  A  B    kA   B  A   kB    A  B  k dimana k adalah skalar

4. iˆ  iˆ  ˆj  ˆj = kˆ  kˆ = 0, iˆ  ˆj  kˆ, ˆj  kˆ = iˆ, iˆ  kˆ  ˆj
5. A  B   Ay Bz  Az B y  iˆ   Az Bx  Ax Bz  ˆj   Ax B y  Ay Bx  kˆ

6. Nilai A  B sama dengan luas jajar genjang dengan sisi A dan B


7. A  B  0 dan A dan B adalah bukan vektor nol, maka A dan B sejajar.
8. A A  0
9. A   A  B   0 dan B   A  B   0

Aplikasi perkalian vektor dalam fisika:


1. Luas
Besar perkalian silang A  B  AB sin  menunjukkan luas jajargenjang yang dibentuk oleh
vektor A dan B , lihat Gambar 2.17. Jadi, luas adalah besaran vektor.
y

B cos 
B
B sin 

x
A
Gambar 2.17 : Jajar genjang representasi dari perkalian silang

2. Momen gaya
Perkalian komponen gaya (F) tegak lurus dengan lengan gaya dikali dengan panjang lengan gaya
(r) dinamakan momen gaya. Jika gaya dan lengan gaya sejajar maka momen gaya sama dengan
nol. Jika gaya dan lengan gaya tegak lurus, maka momen gaya sama dengan Fd. Jika gaya dan
lengan gaya membentuk sudut θ, maka maka sama dengan
  rF sin  (2.54)
Jadi momen merupakan perkalian silang antara lengan gaya dan gaya.
 r F (2.55)


F

θ θ
r

Gb r.2.18 : Vektor torsi,  .

3. Kecepatan tangensial
Pembina Olimpiade Fisika
davitsipayung.com

Sebuah benda bermassa m bergerak melingkar dengan kecepatan sudut  terhadap kerangka
acuan titik O yang diam. Titik P berjarak r dari titik O. Kecepatan tangensial v benda m di titik
P adalah
v r (2.56)
Besar kecepatan tangensial :
v    r   r sin  (2.57)

r sin  v
P

O
Gambar 2.19 : Benda m bergerak melingkar

4. Momentum sudut
Sebuah benda bergerak melingkar seperti pada Gambar 2.19. Momentum sudut benda m
didefenisikan sebagai perkalian silang antara vektor posisi dan momentum linear.
L  r  p  r   mv  (2.58)

Contoh 2.11 :
Jika A  2iˆ  3 ˆj  kˆ dan B  iˆ  4 ˆj  2kˆ , hitung A  B dan luas jajargenjang yang dibentuk oleh
vektor A dan B .

Pembahasan :
Metode 1 :
  
A  B  2iˆ  3 ˆj  kˆ  iˆ  4 ˆj  2kˆ 
    
 2iˆ  iˆ  4 ˆj  2kˆ  3 ˆj  iˆ  4 ˆj  2kˆ  kˆ  iˆ  4 ˆj  2kˆ 
 2iˆ  iˆ  8iˆ  ˆj  4iˆ  kˆ  3 ˆj  iˆ  12 ˆj  ˆj  6 ˆj  kˆ  kˆ  iˆ  4kˆ  ˆj  2kˆ  kˆ
 0  8kˆ  4 ˆj  3kˆ  0  6iˆ  ˆj  4iˆ  0  10iˆ  3 ˆj  11kˆ

Metode 2 :
iˆ ˆj kˆ
3 1 2 1 2 3 ˆ
A  B  2 3 1  iˆ  ˆj  k  10iˆ  3 ˆj  11kˆ
4 2 1 2 1 4
1 4 2

Luas yang dibentuk oleh vektor A dan B sama dengan besar vektor A  B .
Luas = A  B  10 2  3 2 11 2  230 satuan
Pembina Olimpiade Fisika
davitsipayung.com

Contoh 2.12 :
Sebuah gaya  
F  3iˆ  2 ˆj  4kˆ N bekerja pada pada benda titik dengan vektor posisi

 
r  2iˆ  ˆj  3kˆ m . Tentukan momen gaya yang bekerja pada benda terhadap titik asal.

Pembahasan :
Momen gaya  yang bekerja pada benda :
iˆ ˆj kˆ
2 4 3 4 3 2 ˆ
  r  F  3 2 4  iˆ  ˆj  k  2iˆ  ˆj  kˆ
1 3 2 3 2 1
2 1 3

2.6 Perkalian tiga buah vektor

Perkalian tiga buah vektor dinamakan perkalian triple. Perkalian triple dibagi menjadi dua
macam, yaitu perkalian triple skalar (triple scalar product) dan perkalian triple vektor (triple vector
product).

2.6.1 Perkalian triple skalar

Perkalian triple skalar memiliki bentuk kombinasi


A   B  C (2.59)
Perkalian triple skalar akan menghasilkan skalar. Hasil perkalian triple skalar adalah
A   B  C   Ax  B y C z  B z C y   Ay  B z C x  B x C z   Az  B x C y  B y C x 
(2.60)
 B   C  A   C   A  B
Perkalian triple skalar dapat dituliskan dalam bentuk
Ax Ay Az
A   B  C   Bx B y Bz (2.61)
Cx C y Cz

Hasil perkalian triple skalar A   B  C  menunjukkan volume ruang yang dibentuk oleh vektor
A, Bdan C , seperti terlihat dalam Gambar 2.20.
Pembina Olimpiade Fisika
davitsipayung.com

C
B

y
A

x
Gambar 2.20 : Perkalian triple skalar

Contoh 2.13 :
    
Hitung volume yang dibentuk oleh vektor r1  2iˆ  3 ˆj m , r2  iˆ  ˆj  kˆ m, dan r2  3iˆ  kˆ  !
Pembahasan :
iˆ ˆj kˆ
1 1 1 1 1 1 ˆ
 r2  r3   1 1 1  iˆ  ˆj  k  1iˆ  2 ˆj  3kˆ
0 1 3 1 3 0
3 0 1

  
Volume = r1   r2  r3   2iˆ  3 ˆj  1iˆ  2 ˆj  3kˆ  2  6  0  4m 3

2.6.2 Perkalian triple vektor

Perkalian triple vektor memiliki bentuk


A  B  C (2.62)
Hasil perkalian triple vektor memenuhi aturan
A   B  C   B  A  C  -C  A  B  (2.63)
Pers.(2.63), sebuah hubungan yang dikenal sebagai aturan BAC - CAB . Perkalian triple vektor
menghasilkan vektor.
Contoh aplikasi perkalian triple vektor adalah momentum sudut. Sebuah partikel bermassa m
bergerak dengan kecepatan sudut relatif terhadap kerangka acuan yang diam O. Momentum sudut
partikel m terhadap titik O , seperti ditunjukkan Gambar 2.19 :
L  r  p  r  mv  mr  v (2.64)
Hubungan antara kecepatan tangensial v dan kecepatan sudut  adalah v    r . Jadi,
L  r  p  r  mv  mr    r  (2.65)
Kita dapat membuat analogi bahwa A  r , B   dan C  r , dengan menggunakan aturan BAC-CAB,
kita peroleh
L  m  r  r   r   r  (2.66)
Jika kecepatan sudut  tegak lurus dengan vektor posisi r , maka   r  0 . Kita peroleh,
Pembina Olimpiade Fisika
davitsipayung.com

L  m r 2 (2.67)
Besar momentum sudut untuk kasus vektor posisi tegak lurus dengan kecepatan sudut :
L  mr 2  mvr (2.68)

Contoh 2.14 :
Diberikan tiga vektor A  2iˆ, B  3 ˆj dan C  ˆj  kˆ , hitunglah A  B  C .  
Pembahasan :
 
A   B  C   B  A  C  - C  A  B   3 ˆj  2   ˆj  kˆ  0   6 ˆj

2.7 Turunan vektor

Sebuah partikel bergerak dari posisi awal r  t  ke posisi akhir r  t  t  dalam selang waktu  t
(lihat Gambar 2.21).
z

r  t  t 
r

r
y

x
Gambar 2.21 : Perubahan vektor posisi partikel

Perpindahan partikel selang waktu t :


r  r  t  t   r  t  (2.70)
Perubahan perpindahan partikel terhadap waktu t :
r r  t  t   r  t 
 (2.71)
t t
Turunan vektor r  t  terhadap waktu:
dr r r  t  t   r  t 
 lim  lim (2.69)
dt t  0 t t  0 t
Vektor r  t  dalam koordinat kartesian diberikan oleh

r  t   x  t  iˆ  y t  ˆj  z t  kˆ (2.72)
Turunan pertama vektor r  t  terhadap waktu :
dr dx ˆ dy ˆ dz ˆ
 i j k (2.73)
dt dt dt dt
Turunan kedua vektor r  t  terhadap waktu adalah
Pembina Olimpiade Fisika
davitsipayung.com

d 2r d 2 x ˆ d 2 y ˆ d 2 z ˆ
 2 i  2 j 2 k (2.74)
dt 2 dt dt dt
dr dv d 2 r
v menunjukkan kecepatan partikel dan a   menunjukkan percepatan partikel.
dt dt dt 2

Catatan :
Jika A, B dan C adalah turunan vektor bergantung waktu t dan  fungsi skalar bergantung waktu t,
maka

1.
d
dt
 A+B 
dA dB

dt dt

2.
d
dt
 A  B  A 
dB dA

dt dt
B

3.
d
dt
 A  B  A 
dB dA

dt dt
B

dA d
4.
d
dt
A   
dt dt
A

5. Jika A  Ax iˆ  Ay ˆj  Az kˆ , maka dA  dAx iˆ  dAy ˆj  dAz kˆ

6. d  A  B   A  dB  dA  B

7. d  A  B   A  dB  dA  B

Contoh 2.15 :
Sebuah partikel bergerak memiliki vektor posisi r  r cos t iˆ  r sin t ˆj , dimana r dan ω adalah
konstan. Tunjukkan bahwa (a) kecepatan v tegak lurus terhadap r , (b) percepatan a arahnya ke titik
pusat lingkaran dan memiliki nilai sebanding dengan jarak partikel dari pusat lingkaran, (c)
r  v  vektor konstan .

y
v

a
r
ωt
x

Pembahasan :
a. r  r cos t iˆ  r sin t ˆj
dr
v   r sin t iˆ   r cos t ˆj
dt
r  v   r cos t iˆ  r sin t ˆj    r sin t iˆ  r cos t ˆj 
  r cos t   r sin t    r sin t  r cos t   0
Karena r  v  0 , maka r dan v tegak lurus.
Pembina Olimpiade Fisika
davitsipayung.com

d 2 r dv
b. a    2 r cos t iˆ   2 r sin t ˆj   2  r cos t iˆ  r sin t ˆj    2 r
dt 2 dt
Percepatan berlawanan dengan arah r , artinya percepatan arahnya menuju pusat lingkaran (titik
asal koordinat). Nilainya sebanding dengan jaraknya dari pusat lingkaran.
c. r  v   r cos t iˆ  r sin t ˆj     r sin t iˆ   r cos t ˆj 

 r 2 cos 2 t kˆ  r sin 2 t kˆ   r 2 kˆ, sebuah vektor konstan


Fisisnya, gerak ini adalah gerak melingkar sebuah partikel dengan kecepatan sudut konstan ω.
Percepatan partikel arahnya menuju pusat lingkaran dikenal percepatan sentripetal.

2.8 Soal dan pembahas

1. Dua vektor memiliki besar yang sama dengan F membentuk sudut θ. Jika besar resultan kedua
vektor sama dengan F. Hitung nilai θ !

2. Sebuah pesawat bergerak dengan kecepatan 5 m/s ke arah Utara. Pada saat yang bersamaan, angin
bertiup pada sudut 370 dari Utara dengan kecepatan 2 m/s. Tentukan resultan kecepatan dan arah
gerak pesawat dari arah Utara!

3. Sebuan balok bermassa 20 kg didorong oleh gaya F = 100 N membentuk sudut 300 terhadap
sumbu vertikal, seperti ditunjukkan pada gambar. Hitung komponen gaya pada sumbu x dan
sumbu y!
y
F = 100 N

300

20 kg
x

4. Gaya-gaya yang bekerja pada sebuah partikel P :


F1  3iˆ  ˆj  3kˆ N
F2  2iˆ  2 ˆj  7kˆ N
F3  iˆ  8kˆ N
Tentukan vektor dan besar resultan gaya yang bekerja pada partikel P!

5. Sebuah perahu menyeberangi sungai yang lebarnya 90 m dan kecepatan arus sungai 4 m/s. Bila
perahu diarahkan menyilang tegak lurus sungai dengan kecepatan 3 m/s. Tentukan resultan
kecepatan perahu dan sudut yang dibentuk oleh lintasan perahu terhadap arah tegak lurus sungai!

6. Hitung nilai a agar vektor A  a i  j  k tegak lurus dengan vektor B  a i  k !

7. Hukum Cosinus. Buktikan hukum cosinus menggunakan perkalian dot!

8. Hukum Sinus. Buktikan hukum sinus menggunakan perkalian silang!

9. Buktikan bahwa
Pembina Olimpiade Fisika
davitsipayung.com

 
2 2
A  B  A2 B 2  A  B

10. Buktikan bahwa cos      cos  cos   sin  sin  mengunakan perkalian dot!
Pembina Olimpiade Fisika
davitsipayung.com

Anda mungkin juga menyukai