Anda di halaman 1dari 20

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Kandidiasis adalah suatu infeksi jamur yang disebabkan oleh candida.
Kandida merupakan mikroflora normal pada rongga mulut, mikroorganisme
ini mencapai 40 – 60 % dari populasi. Walaupun demikian jamur tersebut
dapat menjadi patogen dalam kondisi tertentu atau pada orang – orang yang
mempunyai penyakit – penyakit yang melemahkan daya tahan tubuh sehingga
menimbulkan suatu penyakit misalnya, sering ditemukan pada penderita
AIDS. Pada rongga mulut kandida albikans merupakan spesies yang paling
sering menimbulkan penyakit. Secara klinis dapat ditemukan berbagai
penampilan berupa lesi putih atau lesi eritematus Pada keadaan akut
kandidiasis dapat menimbulkan keluhan seperti rasa terbakar ( burning
sensation ), rasa sakit biasanya pada lidah, mukosa bukal, atau labial dan rasa
kering atau serostomia. Pada umumnya infeksi tersebut dapat di tanggulangi
dengan menggunakan obat anti jamur baik secara topikal atau sistemik dengan
mempertimbangkan kondisi atau penyakit – penyakit yang menyertainya.
Terjadinya Kandidiasis di pengaruhi oleh beberapa faktor terutama pengguna
protesa, serostomia (sjogren syndrome), penggunaan radio therapy, obat –
obatan sitotoksis, konsentrasi gula dalam darah (diabetes), penggunaan
antibiotik atau kortikosteroid, penyakit keganasan (neoplasma), kehamilan,
defisiensi nutrisi, penyakit kelainan darah, dan Penderita Immuno supresi
(AIDS). Penggunaan protesa menyebabkan kurangnya pembersihan oleh
saliva dan pengelupasan epitel, hal ini mengakibatkan perubahan pada
mukosa. Pada penderita serostomia, penderita yang di obati oleh radio aktif,
dan yang menggunakan obat – obatan sitotoksis mempunyai mekanisme
pembersihan dan di hubungkan dengan pertahanan host menurun, hal ini
mengakibatkan mukositis dan glositis.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah definisi Kandidiasis ?
2. Bagaimana etiologi Kandidiasis ?
3. Bagaimana patofisiologi Kandidiasis ?
4. Bagaimana manifestasi klinis Kandidiasis ?
5. Bagaimana WOC dari Kandidiasis ?
6. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien Kandidiasis ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi Kandidiasis
2. Untuk mengetahui etiologi Kandidiasis
3. Untuk mengetahui patofisiologi Kandidiasis
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis Kandidiasis
5. Untuk mengetahui WOC Kandidiasis
6. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien Kandidiasis

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Kandidiasis

2
Kandidiasis adalah infeksi jamur yang terjadi karena tidak terkontrolnya
pertumbuhan dari spesies Candida (akpan & morgan, 2002), yang dapat
menyebabkan sariawan (Vinces, 2004), lesi pada kulit (Bae et al, 2005),
vulvaginistis (Wilson, 2005), candiduria (Kobayashi et al, 2004),
gastrointestinal candidiasis yang menyebabkan gastriculcer (Brzozowski et al,
2005) atau bahkan dapat menjadi komplikasi kanker (Dinubile et al, 2005).

2.2 Etiologi Kandidiasis


Penyebab kandidiasis adalah infeksi oleh genus kandida, yang merupakan
kelompok heterogen dan jumlahnya sekitar 150 spesies jamur (ragi). Banyak
dari spesies kandida merupakan patogen oportunistik pada manusia, walaupun
sebagian besar tidak menginfeksi manusia. Candida albicans adalah jamur
dismorfik yang bertanggung jawab pada 70-80% dari seluruh infeksi kandida,
sehingga Candida albicans merupakan penyebab tersering dari infeksi
kandida yang superfisial dan sistemik (Klenk, et al., 2003).

2.3 Faktor Resiko


Menurut Soedarmo et el., (2008), faktor risiko penyeakit kandidiasis
dikelompokan menjadi dua, yaitu :
a) Faktor risiko yang menyuburkan pertumbuhan jamur antara lain dengan
pemberian antibiotik yang sifatnya mematikan mikroba yang
mengakibatkan hilangnya keseimbangan antara jamur dan bakteri. Selain
itu pada penderita diabetes mellitus dan atau kehamilan menimbulkan
suasana yang menyuburkan pertumbuhan candida
b) Faktor risiko yang memudahkan invasi jamur ke jaringan antara lain
karena adanya rangsangan lokal terus menerus pada lokasi tertentu oleh
cairan yang menyebabkan pelunakan kulit, misalnya air pada sela jari kaki,
kencing pada pantat bayi, keringat pada daerah lipatan kulit, atau akibat
liur disudut mulut orang lanjut usia. Faktor risiko lain seperti memiliki
penyakit tertentu seperti gizi buruk, penyakit darah, keganasan, serta
tindakan dan prosedur medis serta alat yang digunakan juga dapat sebagai
pemicunya

3
2.4 Manifestasi Klinis
a. Mulut
Infeksi mulut atau yang sering disebut sariawan
terutama pada bayi terjadi pada selaput mukosa pipi dan tampak
sebagai bercak-bercak putih yang sebagian besar terdiri aats
pseudomiselium dan epitel yang terkelupas, dan hanya terdapat
erosi minimal pada selaput
b. Genitalis Wanita
Vulvovaginatis biasanya menimbulkan iritasi, rasa gatal
yang hebat, serta pengeluaran sekret pada bagian intim wanita.
Hilangnya Ph asam menjadi indikasi timbulnya vulvovaginatis
kandida. Pada kondisi normal Ph yang asam dipertahankan oleh
bakteri vagina. Diabetes, kehamilan, progesteron atau pengobatan
antibiotika juga menjadi pemicu penyakit ini
c. Kulit
Infeksi kulit terutaam terjadi pada bagian-bagian tubuh
yang basah, hangat sebagai contoh ketiak, lipat paha, skrotum atau
lipatan-lipatan dibawah payudara. Infeksi paling sering terjadi pada
orang gemuk dan diabetes mellitud. Daerah-daerah itu menjadi
merah dan mengeluarkan cairan dan dapat membentuk vesikel
d. Kuku
Biasanya kulit sekitar lipat kuku terasa nyeri, bengkak
kemerahan dan mengakibatkan penebalan dan alut transversal pada
kuku dan akhirnya kuku lepas
e. Paru-paru dan organ lain
Infeksi candida dapat menyebabkan invasi sekunder
pada paru-paru, ginjal, dan organ lain, yang sebelumnya telah
menderita penyakit lain (misal : tuberkulosis atau kanker)
f. Klasifikasi
Kandidiasis dapat dibagi menjadi beberapa jenis : (James, et al., 2006)
1) Kandidiasis Mukosa
a. Kandidiasis Oral/orofaringeal

4
Kandidiasis orofaringeal atau thrush merupakan
kandidiasis yang berkembang di mulut atau tenggorokan
(CDC, 2016). Kandidiasis ini tampak sebagai bercak putih
diskret yang dapat menjadi konfluen pada mukosa bukal,
lidah, palatum, dan gusi (Klenk, et al.,2003).
b. Kandidiasis Vulvovaginal
Kandidiasis vulvovaginal, kadang disebut sebagai
infeksi jamur (ragi) vagina, merupakan infeksi yang umum
terjadi ketika terdapat pertumbuhan berlebih dari jamur
kandida. Kandida selalu ada di dalam dan permukaan tubuh
dalam jumlah yang kecil. Akan tetapi, ketika terjadi
ketidakseimbangan, seperti perubahan keasaman vagina atau
perubahan hormonal, kandida dapat bermultiplikasi. Ketika
hal tersebut terjadi, gejala kandidiasis dapat muncul (CDC,
2016). Pasien biasanya memiliki keluhan sangat gatal atau
pedih disertai keluar cairan yang putih mirip krim susu/keju,
kuning tebal, tetapi dapat cair seperti air atau tebal homogen
dan tampak pseudomembran abu-abu putih pada mukosa
vagina. Lesi bervariasi, dari reaksi eksema ringan dengan
eritema minimal sampai proses berat dengan pustul, eksoriasi
dan ulkus, serta dapat meluas mengenai perineum, vulva, dan
seluruh area inguinal. Sering dijumpai pada wanita hamil, dan
pada wanita tidak hamil biasanya keluhan dimulai seminggu
sebelum menstruasi. Gatal sering lebih berat bila tidur atau
sesudah mandi air hangat. Umumnya didapati disuria dan
dispareunia superfisial. Dapat juga terjadi vulvitis tanpa
disertai infeksi vagina. Umumnya vulva eritema dengan fisura
yang sering terlokalisata pada tepi mukosa introitus vagina,
tetapi dapat meluas mengenai labia mayora. Intertrigo perineal
dengan lesi vesikular dan pustul dapat terjadi (Richardson, et
al., 2003).
c. Balanitis / Balanopostitis Kandidiasis

5
Balanitis kandidiasis merupakan kandidiasis yang
terjadi pada glans penis, sedangkan balanopostitis mengenai
glans penis dan prepusium pada laki-laki yang belum
disirkumsisi. Gambaran klinis tampak erosi merah
superfisialis dan pustul berdinding tipis di atas glans penis,
sulkus koronarius (balanitis) dan pada prepusium penis yang
tidak disirkumsisi (balanopostitis) (Hay, et al., 2010). Papul
kecil tampak pada glans penis beberapa jam sesudah
berhubungan seks, kemudian menjadi pustul putih atau vesikel
dan pecah meninggalkan tepi yang mengelupas. Bentuk ringan
ini biasanya sedikit pedih dan iritasi. Pada bentuk lanjut
tampak bercak putih susu di glans penis, sulkus koronanius
dan kadang-kadang di batang penis. Dapat meluas ke skrotum,
paha dan seluruh area inguinalis, terutama pada udara panas.
Pada kasus berat lesi tampak pada epitel uretra (Rippon,
1988).

2) Kandidiasis Kutis
a. Kandidiasis Kutis Intertrigo
Kandidiasis intertrigo merupakan infeksi pada kulit
yang disebabkan oleh Candida albicans, khususnya terletak
di antara lipatan intertriginosa kulit yang berdekatan.
Gambaran klinis tampak sebuah bercak merah yang gatal,
diawali dengan vesikulopustul yang membesar dan pecah,
menyebabkan maserasi dan membentuk fisura pada area
intertrigo yang terlibat. Area yang terlibat memiliki batas
bergerigi dengan pinggiran putih yang terdiri dari epidermis
yang mengalami nekrosis, yang mengelilingi dasar
maserasi yang ertitem. Lesi satelit biasanya dijumpai dan
dapat menyatu dan meluas menjadi lesi yang lebar
(Scheinfeld, 2016).
b. Kandidiasis Mukokutaneus Kronik

6
Kandidiasis mukokutaneus kronik adalah infeksi
heterogen pada rambut , kuku , kulit , dan selaput lendir
yang terus berlanjut meskipun dengan terapi, ditandai
dengan infeksi kronik dari kandida, yang terbatas pada
permukaan mukosa, kulit, dan kuku. Munculnya penyakit
biasanya dimulai pada masa bayi atau dalam dua dekade
pertama kehidupan. Kondisi ini mungkin ringan dan
terbatas pada area tertentu dari kulit atau kuku (Edward,
2008).
c. Kandidiasis Paronikia
Kandidiasis paronikia merupakan inflamasi pada
lipatan kuku, yang disebabkan oleh Candida albicans.
Tampak daerah lipatan kuku menjadi eritem, bengkak, dan
lunak, dengan discharge sesekali. Kutikulia menghilang,
bersama dengan distrofi kuku dan onikolisis dengan
perubahan warna di sekitar daerah lipatan kuku bagian
lateral. Terdapat warna kehijauan dengan akumulasi cairan
hyponychial yang mungkin terjadi yang merupakan hasil
dari infeksi kandida (Scheinfeld, 2016). Pasien akan
merasakan pembengkakan yang sakit pada sekitar kulit
kuku (Edward, 2008).
d. Kandidiasis Onikomikosis
Gejala yang paling umum dari infeksi jamur kuku
adalah kuku menjadi menebal dan berubah warna menjadi
putih, hitam, kuning atau hijau. Saat infeksi berlangsung
kuku bisa menjadi rapuh. Jika tidak diobati, kulit bisa
menjadi meradang dan nyeri di bawah dan di sekitar kuku.
Mungkin juga timbul bercak putih atau kuning pada kuku
atau kulit menjadi bersisik disekitar kuku dan berbau busuk
(NHS, 2015).
e. Kandidiasis Kutaneus Kongenital
Kandidiasis kutaneus kongenital merupakan kondisi

7
kulit pada bayi baru lahir yang disebabkan oleh ketuban
pecah dini yang bersamaan dengan jalan lahir yang
terinfeksi Candida albicans. Biasanya bermanifestasi
sebagai erupsi makulopapular eritematosa yang mengenai
badan dan ekstremitas, akan sembuh setelah deskuamasi
yang luas. Pustula dan vesikula biasanya dangkal dan
menghilang secara spontan atau dengan pengobatan topikal.
Adanya mikroabses putih pada plasenta dan tali pusat bayi
dengan erupsi tersebut harus dicurigai kandidiasis kutaneus
kongenital (Scheinfeld, 2016).
f. Diaper Rash
Diaper rash kandidiasis merupakan sebuah infeksi
oleh Candida albicans pada area diaper pada anak. Infeksi
perineum yang umum pada bayi, pustular dan eritem
(Edward, 2008). Maserasi dari mukosa anal dan kulit
perianal sering merupakan manifestasi klinis pertama.
Erupsi khas dimulai dengan papula bersisik yang bergabung
dan membentuk lesi yang jelas. Kemudian lesi terkikis
dengan perbatasan bergerigi (Scheinfeld, 2016).
g. Kandidiasis Kutis Generalisata
Lesi terdapat pada glabrous skin, biasanya juga di
lipat payudara, intergluteal, dan umbilicus. Sering disertai
glossitis, stomatitis, dan paronikia. Lesi berupa ekzematoid,
dengan vesikel-vesikel dan pustul-pustul (Scheinfeld,
2016).
h. Kandidiasis Unspecified
Kondisi dimana Candida albicans, tumbuh diluar
kendali di daerah kulit yang lembab. Biasanya merupakan
akibat dari sistem kekebalan tubuh yang lemah, tetapi dapat
pula akibat dari efek samping kemoterapi atau terapi
antibiotik. Dikatakan kandidiasis unspecified ketika
seseorang mengalami kandidiasis mukokutan kronik, atau

8
kandidiasis kutis, atau kandidiasis oral, atau monilial
vaginitis secara bersamaan (ICD 10, 2016).

g. Patofisiologi
Infeksi kandida dapat terjadi apabila terdapat faktor predisposisi
yang meliputi kondisi kulit lokal, status nutrisi, perubahan status fisiologi,
penyakit sistemik, dan penyebab iatrogenik (Klenk, et al., 2003). Seperti
pada pasien dengan penyakit sistemik contohnnya diabetes melitus, dapat
menjadi faktor predisposisi terjadinya infeksi kandida. Kondisi ini
dihubungkan dengan perubahan metabolik seperti hiperglikema (Kundu, et
al., 2012). Hiperglikemia menunjang kolonisasi dan pertumbuhan dari
kandida dan spesies jamur lainnya (Powers, 2008). Selain itu, kondisi
hiperglikemia juga dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan
kemotaksis, fagositosis, dan bakterisidal dari leukosit (Kundu, et al.,
2012). Tingginya kadar glukosa darah menyebabkan tingginya kadar
glukosa kulit pada pasien diabetes melitus sehingga mempermudah
timbulnya infeksi kandida (Kuswadji, 2010).
Mekanisme infeksi Candida albicans sangat komplek termasuk
adhesi dan invasi, perubahan morfologi dari bentuk sel khamir ke bentuk
filamen (hifa), pembentukan biofilm dan penghindaran dari sel-sel
imunitas inang. Kemampuan Candida albicans untuk melekat pada sel
inang merupakan faktor penting pada tahap permulaan kolonisasi dan
infeksi. Perubahan fenotip menjadi bentuk filamen memungkinkan
Candida albicans untuk melakukan penetrasi ke lapisan epitelium dan
berperanan dalam infeksi dan penyebaranCandida albicans pada sel inang.
Candida albicans juga dapat membentuk biofilm yang dipercaya terlibat
dalam penyerangan sel inang dan berhubungan dengan resistansi terhadap
antifungi (Kusumaningtyas, 2007).
Proses pertama dari infeksi adalah adhesi, melibatkan interaksi
antara ligand dan reseptor pada sel inang dan proses melekatnya sel
Candida albicans ke sel inang. Selanjutnya diikuti perubahan bentuk dari
khamir ke filament, yang diketahui berhubungan dengan patogenitas dan

9
proses penyerangan kandida terhadap sel inang. Tahap selanjutnya adalah
pembentukan lapisan biofilm sebagai salah satu cara Candida spp untuk
mempertahankan diri dari obat-obat antifungi. Produksi enzim hidrolitik
ektraseluler seperti aspartyl proteinase juga sering dihubungkan dengan
patogenitas Candida albicans (Naglik, et al., 2004).
h. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Langsung
Kerokan kulit atau usapan mukokutan diperiksa dengan larutan
KOH 10% atau dengan pewarnaan Gram, terlihat sel ragi, blastospora,
atau hifa semu.
2. Pemeriksaan Biakan
Bahan yang akan diperiksa ditanam dalam agar dekstrosa glukosa
Saboroud
i. Pengobatan
1. Pemberian Obat Antijamur
a) Obat derivate poli en
(1) Nistatin
Obat topikal berbentuk krem atau salep dipakai
padakandidiasis kulit, sebagai suspensi pada kandidiasis mulut
dan sebagai tablet vagina pada vaginitis. Tablet oral dipakai untuk
mengatasi enteritis dan menghilangkan Candida dari usus dan
dengan demikian mencegah kemungkinan infeksi ulang pada
kandidiasis bentuk lainnya.
(2) Amfoterisin B
Bentuk kristalnya dipakai sebagai obat topikal baik pada
kandidiasis kulit maupun selaput lendir, sebagai obat tunggalatau
dikombinasi dengan antibiotik, tanpa menimbulkan reaksi
sampingan. Tablet oral dipakai untuk mengatasi infeksi saluran
pencernan dan untuk menghilangkan sumber infeksi yang dapat
menyebabkan infeksi tulang
(3) Pimarisin atau Natamisin
Kerja obat ini sebagai obat topikal misalnya sebagai tablet
vagina terhadap vaginitis.

10
(4) Trikomisin
Obat ini berkhasiat sebagai obat topikal terhadap
kandidiasis kulit dan selaput lendir, tanpa menimbulkan reaksi
sampingan.
b) Obat 5-fluorositosin (5-FC)
Obat ini mudah larut dalam air dengan demikian mudah diserap
oleh usus, maka pemberian secara oral dapat berkhasiat terhadap
infeksi sistemik.
c) Obat derivat imidazo
(1) Mikonazol
Penyerapan obat oleh usus sangat rendah, maka
penggunaan tablet oral ialah untuk mengatasi kandidiasis usus atau
membersihkan usus dari Candida. Sebagai obat topikal, baik
terhadap kandidiasis kulit atau selaput lendir didapat hasil yang
baik.
(2) Klotrimazol
Pemberian topikal memberikan baik pada pengobatan
kandidiasis kulit maupun selaput lendir.
(3) Ekonazol
Pemberian topikal memberikan hasil yang baik pada
kandidiasis kulit dan vaginitis.
(4) Ketokonazol
Merupakan obat yang dapat dipakai untuk mengatasi
infeksi sitemik, karena obat ini dapat diserap oleh usus dengan
baik. Efek samping yang dapat timbul berupa gangguan fungsi alat
pencernaan ringan dan rasa gatal bila diberikan dalam waktu yang
lama.

j. Pencegahan
Tindakan pencegahan yang paling mudah dilakukan adalah dengan
menghindari terjadinya gangguan keseimbangan flora normal dalam
tubuh, seperti mengurangi penggunaan antibiotik (Jawetz et al., 1996)

11
k. Stadium HIV
Perjalanan penyakit HIV terbagi ada 4 stadium klinis dengan waktu
pencapaian pada setiap stadium klinis berbeda pada setiap penderita. Semua
tergantung dari upaya yang dilakukan oleh penderita tersebut untuk
mempertahankan status klinis penyakitnya agar berkembang pada stadium klinis
AIDS atau kematian (Nasronudin, 2008).
a. Stadium satu HIV awalnya Infeksi yang dimulai dengan masuknya
HIV ke dalam tubuh sampai tes antibodi terhadap HIV menjadi positif
proses ini disebut window period dengan lama prosesnya satu sampai
tiga bulan, bahkan ada yang berlangsung sampai enam bulan.
b. Stadium kedua tanpa gejala (asimtomatik) berarti di dalam organ tubuh
tidak menunjukkan gejala keadaan penyakit HIV proses ini dapat
berlangsung selama 5 sampai 10 tahun (Nursalam, 2007).
c. Stadium ketiga pembesaran kelenjar limfe secara menetap dan merata
hanya berlangsung selama satu bulan.
d. Stadium keempat AIDS, keadaan ini disertai adanya berbagai jenis
penyakit antara lain penyakit syaraf, infeksi sekunder dan lainnya yang
biasa disebut infeksi oportunistik (Nursalam, 2007)

l. Penetalaksaan Kandidiasis
 Penatalaksanaan Kandidiasis Vulvovaginalis
Data terbanyak yang didapat dari penelitian ini adalah pengobatan
tunggal pada KVV (Kandidiasis Vulvovaginalis) dengan ketokonazol yaitu
pada 239 pasien (73,2%). Penatalaksanaan lainnya berupa regimen
pengobatan antikandida baik oral atau topikal yang dikombinasi dengan
obat lain. Pengobatan topikal diberikan untuk KVV akut atau ringan,
sedangkan pada kasus yang berat diberikan pengobatan sistemik. Macam
obat oral yang direkomendasikan antara lain: ketokonazol 200 mg
diberikan 2 kali sehari selama 5 hari, flukonazol 150 mg tablet dosis
tunggal, itrakonazol 100 mg tablet diberikan 2 kali sehari selama 3 hari
 Penatalaksanaan kandidiasis oral disebabkan Candida tropicalis
Pemeriksaan intraoral mendapati pseudomembran warna putih
pada lidah dan palatum, dapat dikerok, meninggalkan bekas yang eritem,
dan sangat nyeri. Gingiva rahang atas dan bawah udem, eritem, mudah
berdarah, serta terdapat fistula pada gingiva rahang bawah. Seluruh
mukosa mulut menunjukkan gambaran mukositis yang menyeluruh
dengan warna eritem dan nampak sangat sensitif. Secara umum kebersihan
mulut pasien terlihat buruk, dengan seluruh gigi didiagnosis sisa akar
(Gambar 2). Pada pemeriksaan ekstraoral, palpasi pada kelenjar limfe
submandibularis kanan teraba, kenyal, sakit dapat digerakkan, dan kelenjar
kiri teraba lebih besar, keras dan sakit. Kondisi umum terlihat pasien

12
pucat, lesu, mata sayu, mulut sedikit terbuka dan saliva selalu menetes
keluar
Kemudian membersihkan rongga mulut terutama pada dorsum
lidah. Diberikan obat Nystatin suspensi oral 5 ml (500.000 unit), 3 x
sehari, dikulum dalam rongga mulut kemudian diratakan pada seluruh
mukosa lalu ditelan, jika Nystatin suspensi oral perih bisa ditambahkan
pemberian H2O2 1,5% untuk dikumurkan atau dioleskan perlahan
menggunakan kasa steril pada seluruh mukosa mulutnya. Kepada pasien
juga diberikan sirup multivitamin 60 ml (Vitamin A, B1, B2, B6, B12, C,
dan D) 1 sendok takar sehari, dan parasetamol 5 ml jika demam.
Peningkatan asupan nutrisi pasien disarankan dengan mengkonsumsi
makanan tinggi kalori tinggi protein (TKTP) cair dan mengoptimalkan
pemberian susu

m. WOC

13
BAB 3
KASUS

14
A. PENGKAJIAN
1) Identitas
Nama Klien :
Umur :
Jenis Kelamin :
Agama :
Tanggal MRS :
Tanggal Pengkajian :
2) Riwayat Kesehatan
a) Keluhan Utama
b) Riwayat Penyakit Sekarang
c) Riwayat Penyakit Dahulu
d) Riwayat Penyakit Sekarang
3) Pemeriksaan Fisik
a) Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah :
Nadi :
Suhu :
Respirasi Rate :
Berat Badan :
Tinggi Badan :
b) Aktivitas dan Istirahat
Gejala: mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas biasanya,
progesi kelelahan malaise.
Tanda: kelemahan otot. Hubungan Sosial
c) Sirkulasi
Gejala: proses penyembuhan luka lambat
Tanda: takikardi,perubahan TD

d) Integritas Ego
Gejala: menguatirkan penampilan lasi cacat. Dan BB menurun
Tanda: cemas depresi,takut menarik diri,
e) Eliminasi

15
Gejala: diare ,sering dengan atau tanpa disertai kram abdominal .nyeri
panggul serta nyeri saat miksi.
Tanda: lesi atau abses peri anal ,perubahan dalam jumlah warna dan
karkteristik urin.
f) Makanan/cairan
Gejala : Tidak ada napsu makan,perubahan dalam kemampuan mengenali
makan,mual muntah,disfagia,nyeri restoternal saat menelan
Tanda :penurunan BB yang cepat turgor kulit buruk,lesi pada rongga
mulut,adanya selaput putih dan dan perubahan warna,kesehatan gigi /gusi
yag buruk,aanya gig tanggal
g) Hygiene
Memperlihatkan penampilan yang tidak rapi.
Kekurangan dalam banyak atau semua perawatan diri aktivitas perawatan
diri
h) Neurosensori
Gejala : Kerusakan sensasi,atau indera posisi getaran,kelemahan otot.
Tanda : timbul rafleks yang tidak normal.
i) Nyeri/nyaman
Gejala : nyeri, sakit dan rsa terbakar
Tanda : penurunan rentan gerak,gerak otot melingdungi bagian yang sakit
j) Keamanan
Gejala : Rasa terbakar luka yang lama penyembuhannya.riwayat penyakit
defisiensi imun.
Tanda : perubahan intergitas kulitluka pada perianal dan kulit
k) Seksualitas
Gejala : riwayat berperilaku beresiko tinggi yakni mengadakan hubungan
seksual dengan pasangan yang terinfeksi. Aktivitasa seksual yang
terlingdungi dan seks anal.penggunaan kondom yang tidak konsisten
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermi berhubungan dengan penyakit
2. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan asupan diet kurang

16
C. INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa 1 : Hipertermi berhubungan dengan penyakit

DIAGNOSA NOC NIC


Hipertermi berhubungan Setelah dilakukan Pengaturan Suhu (3900)
dengan penyakit tindakan keperawatan
• Monitor suhu
selama 2x24 jam, suhu
paling tidak setiap
tubuh pasien diharapkan
2 jam, sesuai
dapat turun dengan kebutuhan.
kriteria hasil: • Pasang alat
Tanda-tanda vital (0802): monitor suhu inti
secara kontinu,
• Suhu tubuh sesuai kebutuhan.
(080201) • Monitor tekanan
• Irama pernafasan darah, nadi,
(080210) respirasi, sesuai
• Tekanan nadi kebutuhan.
(080209)

Diagnosa 2 : Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis

DIAGNOSA NOC NIC


Nyeri akut Tingkat Nyeri Pemberian Analgesik
berhubungan dengan
• Nyeri yang • Tentukan lokasi
agens cedera biologis
dilaporkan ,karakteristik,kualitas
(210210) ,dan keparahan nyeri
• Berkeringat sebelum mengoati
(210214)’ pasien .
• Ekspresi nyeri • Tentukan pilihan obat
wajah ( 210206) analgesic
KH : nyeri yang (narkotik,non
dirasakan klien dapat narkotik , atau
berkurang NSAID) berdasarkan
tipe dan keparahan
nyeri .
• Ajarkan tentang
penggunaan
analgesik,strategi
untuk menurunkan
efek samping dan
harapan terkait
dengan keterlibatan

17
dalam keputusan
pengurangan nyeri .

Diagnosa 3 : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan asupan diet kurang

DIAGNOSA NOC NIC


Ketidakseimbangan Setelah dilakukan Manajemen nutrisi (1100)
nutrisi kurang dari tindakan keperawatan
• Tentukan status
kebutuhan tubuh selama 2x24 jam,
gizi pasien dan
berhubungan dengan diharapkan nutrisi pada
kemampuan
pasien dapat tercukupi (pasien) untuk
dengah kriteria hasil: memenuhi
Status nutrisi (1004) kebutuhan gizi.
• Ciptakan
• Asupan makanan lingkungan yang
(100401) optimal pada saat
• Asupan cairan mengkonsumsi
(100408) makan (misalnya,
• Asupan gizi bersih,
(100401) berventilasi,
santai, dan bebas
dari bau yang
menyengat).
• Beri obat-obatan
(misalnya,
penghilang rasa
sakit, antimetik),
jika diperlukan.
• Anjurkan pasien
untuk duduk pada
posisi tegak di
kursi, jika
memungkinkan.

18
BAB 4
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Kandidiasis adalah suatu penyakit infeksi pada kulit dan mukosa yang
disebabakan oleh jamur kandida. Kandida adalah suatu spesies yang paling umum
ditemukan di rongga mulut dan merupakan flora normal. Telah dilaporkan spesies
kandida mencapai 40 – 60 % dari seluruh populasi mikroorganisme rongga mulut.
Terdapat lima spesies kandida yaitu k.albikans, k. tropikalis, k. glabrata, k. krusei
dan k. parapsilosis. Secara klinis dapat ditemukan berbagai penampilan berupa
lesi putih atau lesi eritematus Pada keadaan akut kandidiasis dapat menimbulkan
keluhan seperti rasa terbakar ( burning sensation ), rasa sakit biasanya pada lidah,
mukosa bukal, atau labial dan rasa kering atau serostomia.

4.2 SARAN
Kandidiasis adalah suatu penyakit infeksi pada kulit dan mukosa yang
disebabakan oleh jamur kandida. Kandida adalah suatu spesies yang paling umum
ditemukan di rongga mulut dan merupakan flora normal. Telah dilaporkan spesies
kandida mencapai 40 – 60 % dari seluruh populasi mikroorganisme rongga mulut.
Terdapat lima spesies kandida yaitu k.albikans, k. tropikalis, k. glabrata, k. krusei
dan k. parapsilosis. Secara klinis dapat ditemukan berbagai penampilan berupa
lesi putih atau lesi eritematus Pada keadaan akut kandidiasis dapat menimbulkan
keluhan seperti rasa terbakar ( burning sensation ), rasa sakit biasanya pada lidah,
mukosa bukal, atau labial dan rasa kering atau serostomia.

16
DAFTAR PUSTAKA

Irawati, AP. (2017). Kandidisiasis. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Nozelia, ESD. (2017). Kandidiasis. Universitas Muhammadiyah Semarang

Winadi JA. (2017). Candida Albicans. Universitas Muhammadiyah Semarang

Munfaridah, Diah Indriani. (2016). Analisis Kecenderungan Survival Penderita HIV (+)
dengan Terapi ARV Menggunakan Aplikasi Life Table

17

Anda mungkin juga menyukai