Anda di halaman 1dari 15

U S TA D Z D Z U L T E R M A S U K Y G P A L I N G M E N D I N G D I A N TA R A J A J A R A N

U S TA D Z 2 D A L A M M E N E R A P K A N TA H D Z I R D A N H A J R . T P T E T E P A J A :

1. bukan cuma serampangan, tp NGAWUR dalam menelan mentah2 informasi dan bersikukuh bahwa informasi
yg dia dapat adalah benar tanpa tabayun.
2. lagaknya sok yg paling berilmu, gayanya selangit, gampang merendahkan & meremehkan orang. coba dengar
rekaman beliau waktu melecehkan Syaikh Ali Hasan. dia bilang Syaikh Ali kagak punya ta’shil yg kuat dalam
ilmu hadits. pdhl Syaikh Al Albani bilang Syaikh Ali lah yg terdepan dalam ilmu hadits. sudah berapa banyak
kitab musthalah hadits yg beliau syarah. lalu apa karya ustadz Dzul dalam ilmu hadits!!??? ust Dzul bilang
tahqiq Syaikh Ali kayak main2, sekarang apakah tahqiqat karya ustadz Dzul!? baru bisa dauroh matan2
mukhtashor aja ujubnya udah gak karuan…

3. sikap kaku kayak robot, pokoknya yg tidak setuju tahdziran dia ttg masalah Ihyaut Turots dituduh hizbi,
pendek akal, keras kepala. padahal terjadi ikhtilaf di kalangan ulama kibar bahkna lebih banyak yg
merekomendasi semntara yg mentahdzir hanya itu2 saja orangnya. kalo dia memang merajihkan pendapatnya,
gak masalah. tp ngerti nggak sih tentang adab2 ikhtilaf!?

4. kata2 pendek akal, keras kepala, pemikiran nista, paling parah & jelek jalannya dll ini menunjukkan beliau
(ust Dzul) nggak ngerti adab2 bahasa tulis, menunjukkan minimnya adab & rendahnya tingkat pendidikan.
sebenarnya beliau itu pernah sekolah nggak sih? pernah diajari tata kalimat yg sopan nggak sih?

kalo ustadz Dzul yg menurut saya paling mendingan aja begitu, gimana lagi ustadz2 lainnya yg lbh parah?

K A L A U B U K A N K A R E N A A D A N YA C E L A A N D A N T U D U H A N M E M B A B I B U TA
T E R H A D A P R O D J A D A N A S A TI D Z A H N YA T E N T U N YA T I D A K A D A
F E N O M E N A B A N TA H - M E M B A N TA H S E P E R T I I N I . YAN G A N E H N YA
U S TA D Z 2 M A N TA N L A S K A R J I H A D YAN G M E L E M P A R U M P A N M A L A H
M E N - J U D G E U S TA D Z F I R A N D A YAN G M E M B E R I K A N K L A R I F I K A S I D A N
P E M B E L A A N T E R H A D A P R A D I O R O D J A S E B A G A I O R A N G YAN G S U K A
B E R D E B AT.

Karena itu saya tetap mendukung ustadz Firanda untuk tetap memberikan penjelasan yang clear terhadap
tuduhan mereka.

Ustadz Dzulqarnain mengatakan:

“Dalam penyajian bantahan, Saya berusaha untuk menampilkan pendalilan-pendalilan dari Al-Qur`an dan
Sunnah Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam, disertai dengan “kemilau mutiara” tuturan para Salaf dan para
ulama masa kini serta syair-syair bijaksana, baik dalam penanaman kaidah maupun dalam sela-sela bantahan”.

>>>>>>>>>
Tapi tahukah anda, selain perkataan ustadz Dzulqarnain yang “ilmiyyah”, ada banyak celaan, dusta, suuzhon
dan juga ada isti’jal/terbur u-buru dari sejak dulu sampai sekarang tanpa tabayyun wala tatsabbut;

A . A N G G A P A N D A N P E R K A TA A N D U S TA :

1. Di antara “lagu” Ustadz Firanda yang unik adalah bahwa dia menganggap dirinya pandai menimbang antara
mashlahat dan mafsadat,

2. Tatkala dia (*ustadz firanda) memasang dirinya sebagai juru bicara dalam membela Rodja,

3. -seingat Saya adalah bahwa hampir seluruh mahasiswa pasca sarjana hadir, kecuali Ustadz Firanda-, di rumah
Syaikh Muhammad bin Hâdy Al-Madkhaly hafizhahullâh.

4. Saya mempersiapkan data-data untuk penulisan, termasuk rekaman sebagian dai yang tampil di TV Rodja.
Data rekaman tersebut Saya peroleh dari internet dan Saya simpan pada suatu folder di laptop saya. Seingat
Saya, ada rekaman Muhammad Al-‘Arîfy dan Muhammad Hassan. (*sudah dua kali ustadz dzulqarnain
mengatakan “seingat saya”, tapi kedua-duanya salah)

Ustadz, bukankah Allâh Azza wa Jalla berfirman :

‫يياَ أييَييهاَ اللذذيين آيمننوُا اتلنقوُا ل‬


‫اي يونكوُننوُا يميع ال ل‬
‫صاَذدذقيِين‬

“Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allâh dan jadilah bersama orang-orang yang jujur”.
at-Taubah:119
?!?!

B . P E R K A TA A N K A S A R D A N C E L A A N

1. Saya TIDAK MENASEHATKAN mendengarkan atau melihat TV


Rodja, karena adanya orang-orang didalam radio ini, SEBAHAGIAN MANJAHAJNYA TIDAK BENAR, dan
SEBAHAGIANNYA TIDAK JELAS dan Alhamdulillah fasilitas untuk belajar agama sudah sangat banyak
dimasa ini

2. bahwa, di antara kawan-kawannya, Ustadz Firanda inilah yang pemikirannya paling parah dan jalannya
paling jelek.

3. bahwa beliau adalah orang yang gemar mendebat, kurang akal, dan keras kepala.

4. Di antara makar Ustadz Firanda adalah mendatangi guru kami..


5. Siapa saja yang membaca semua tulisan Ustadz Firanda tentang pembelaannya terhadap Rodja akan
mendapati Ustadz Firanda ini sebagai orang yang kurang akal dan jelek pemahamannya disertai dengan
keberaniannya berdusta tanpa rasa malu.

6. Kelihatannya, Ustadz Firanda yang berakal pendek ini tidak berpikir ke arah sana.

7. Bagi Saya, keburukan adab Ustadz Firanda seperti itu bukanlah hal yang mengherankan.

8. Saya merasa bahwa agak sulit mengajarkan akhlak rasa malu kepada orang yang kurang akal seperti Ustadz
Firanda.

9. Dengan tulisan-tulisan nya yang telah tersebar, banyak hal yang Allah singkap dari kenistaan pemikiran
Ustadz Firanda ini sehingga menjadilah orang ini dikenal nilai dan harganya di kalangan Ahlul Haq.

10. Amatlah mengherankan bila seseorang yang merasa dirinya sangat berilmu, sudah berada pada kedudukan
ulama, serta berani mendebat guru-gurunya dan Syaikh yang berada pada tingkatan guru dari Syaikh-Syaikhny
a, justru akalnya pendek dan pemahamannya dangkal dalam memahami ucapan Saya,

11. siapa saja yang memperhatikan tulisan-tulisan Ustadz Firanda dalam membela Rodja akan menilai layak
kalau Saya berkata bahwa Ustadz Firanda ini seperti “kambing, walaupun terbang”.

12. Dari catatan-catatan yang telah berlalu, telah tampak akal Ustadz Firanda yang pendek dalam menimbang
dan mengkritik suatu perkara, bahkan dalam memahami suatu bahasa yang sederhana.

13. Makar dan tipu daya itulah yang kerap mewarnai Ustadz Firanda.

14. salah satu akal pendek Ustadz Firanda adalah sangkaannya bahwa men-tahdzir Rodja adalah menandakan
kebencian dan permusuhan.

15. Orang-orang yang kurang akal seperti Ustadz Firanda memang akan sulit memahami keagungan syariat
membela agama dari segala penyimpangan

16. Dosa Firanda terhadap Ilmu dan Ulama

17. Yazid Jawas salafy, tapi salafi goncang (*atau sbgmn rekaman audio,, akhirnya gantian ustadz dzulqarnain
dikatakan salafy goncang sama “anak murid kesayangan” ustadz luqman ba’abduh)

Ustadz, bukankah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda;

‫س المؤمنن باَلطللعاَذن ول اللللعاَذن ول الفاَح ذ‬


‫ش ول اليبذيذء‬ ‫ليِ ي‬

“Bukanlah orang mukmin itu tukang mencela, tukang melaknat, tukang berkata keji dan kotor.”
Hadits shahih riwayat Imam Tirmidziy dari jalan shahabat Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, hadist ini
dishahihkan oleh syaikh Al Albani.
?!?!
C . P E R K A TA A N S U U Z H O N :

1. Dari tulisannya, tampak sekali bahwa Ustadz Firanda sangat bangga jika ada yang membantahnya.

2. Berbeda dengan Ustadz Firanda yang gemar bercerita bahwa dia telah bertemu dengan Menteri

3. Setelah keterangan di atas, tentu akan tampak jelas ambisi Ustadz Firanda agar bisa menahan Saya untuk
men-tahdzir orang-orang yang berpemikiran menyimpang

4. Salah satu ciri Ustadz Firanda ketika mendebat guru-gurunya adalah membabi-buta, bersuara lantang, dan
merasa dirinya lebih tinggi. Demikianlah tutur kisah dari asatidzah tersebut.

5. Kembali Allah Ta’âlâ menampakkan keadaan Ustadz Firanda, yang merasa bangga dengan dirinya dan
lancang berdusta terhadap para ulama, tatkala dia mengambil kritikan dan syubhatnya dari situs-situs seperti
itu.

Ustadz, bukankah Allah Ta’ala berfirman.

‫ض الظلمن إذجثمم ۖ يويل تييجلسنسوُا‬


‫يياَ أييَييهاَ اللذذيين آيمننوُا اججتينذنبوُا يكذثيِررا ممين الظلمن إذلن بيجع ي‬

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan berprasangka, karena sesungguhnya sebagian tindakan
berprasangka adalah dosa dan janganlah kamu mencari-car kesalahan orang lain”
Al-Hujurat : 12

?!?!?!

D . P E R K A TA A N T E R B U R U - B U R U / / I S T I ’ J A L :

1. Ana telah mengingatkan antum masalah Abu Nida, tapi masih saja hal yang sama berulang dengan
keberadaan Syaikh Sa’ad memberi ceramah di Jamilurrahman, (*yang benar adalah ma’had bin baaz yogyakarta)

Hadits hasan riwayat Imam Ibnu Abi Syaibah dari jalan shahabat Anas bin Malik radhiyallâhu ‘anhu, yang
antum bawakan juga teguran buat antum sendiri..

‫ِهَّلل يواجليعيجليةن ذمين اللشجيِ ي‬،‫اذ‬


‫طاَذن‬ ‫التلأ يمنيِّ ذمين ل‬

Rasulullah bersabda: “Ketenangan ‘tidak tergesa-gesa’ adalah dari Allah, sedangkan ketergesa-gesaa n adalah
dari syaithan.”

Justru Al-Muhaddits Al-Makassari Dzulqornain yang isti’jal :


Buktinya :

Isti’jal itu kalau salah-salah dan lupa-lupa terus. Itu namanya Isti’jal nggak chek recheck.
I S T I ’ J A L Y G T E R C ATAT :

1. ngomong ustadz Firanda nggak hadir di rumah syaikh muhammad al madhkholi, nyatanya datang.

2. Ngomong menampilkan muhammad hassan, nyatanya nggak.

3. Ngomong Ustadz Firanda salah nerjemahin bahasa arabnya syaikh al fauzan, dianya sendiri yang salah.

4. Ngomong ustadz Firanda ibarat kambing terbang, padahal ini adalah bentuk tidak salah faham dengan matsal
Arab. Harusnya kalau mau mengejek ustadz Firanda adalah dengan mengatakan : Ustadz firanda sama dengan
orang arab badui yang mengatakan “Kambing meskipun terbang”. Jadi bukan seperti kambingnya !!!. Gimana
sih sang muhaddits ini yang ahli bahasa arab ?

5. Menuduh ustadz firanda pendusta hanya karena disangka salah paham dengan perkataan Syaikh Robi’, eh
nyatanya dia yang salah paham dan pendek akal sehingga tidak paham dengan perkataan Syaikh Robi’ yang
membantah Ibnu Taimiyyah

I STI’ JAL YG L A I N YG NAM PAK K A R E NA S U U D Z ON :

1. nuduh pendek akal, padahal apa buktinya dan apa parameter orang disebut panjang akal dan pendek akal?

2. Kebakaran jenggot tatkala ustadz firanda menulis banyak dalam waktu singkat, padahal emang produktif
nulis, capable, dan yg ditulis tidak ada kesalahan fakta. Bahkan yg nuduh itu yg justru salah kasih fakta
sebagaimana yg terungkap sebelumnya.

3. Nuduh Isti’jal karena kurang banyak-banyakan pamer dalil dan atsar salaf padahal kebenaran itu bukan
karena banyaknya dalil, tapi ketepatan menggunakan dalil dan ketepatan dalam memahamkan kepada
pendengarnya.
Justru tulisan Ilmiyah itu adalah tulisan yang singkat dan padat, bukan tulisan yang ngalor ngidul kesana
kemari, dibumbui dengan dalil yang banyak namun tidak mengenai sasaran.
Kalau dalil ustadz firanda juga tahu, dan tulisan-tulisan beliau juga tatkala sedang membahas banyak dalil yang
disampaikan. Akan tetapi tatkala membantah tuduhan dusta yang dibutuhkan adalah bukti fakta…bukan
dalil….

Silahkan jika ada yg mau menambahkan hasil temuan yg lain. Baarokalloohu fiik

S E B E N A R N Y A YA N G L E M A H / K U R A N G A K A L S I A P A S I H ?

U S T F I R A N D A ATAU U S T D Z U L C S ?
Tentu jawabanya bukan ustadz Firanda,terus siapa????…… …(ana gak mengatakan sebaliknya looo)

bagi yang sudah kenal ustadz Firanda maka sangat mustahil mengatakan demikiaan.
adapun jika terjadi kesalahan pada beliau maka yang namanya manusia pasti pernah terjatuh pada kesalahan.

Ustadz Firanda pendusta????


ini pun tuduhan yang mengada-ada.

Ustadz Firanda pengekor hawa nafsu????


ini jelas tuduhan yang tidak berdasarkan kenyataan.

Ustadz Firanda punya pemahaman jelek????


setahu saya beliau seorang yang cerdas dan sangat bagus pemahamannya sesuatu yang sulit dipahami jadi
mudah dipahami ketika beliau yang menyampaikan.

semua tuduhan yang dialamatkan pada ustadz Firanda jika yang mendengarkan orang yang kenal beliau maka
akan senyummmmmmm karena geliiiiiii.

Bagi yang ragu silahkan kenali ustadz Firanda lebih dekattt.tapi hati-hati sekali kenal bisa
ketagihan… hehehehe.
Ust. Dzulqornain sesuai dengan namanya suka menanduk kanan kiri, tapi radio rodja bagaikan gunung yang
kokoh tidak goyah sedikitpun jika datang badai apalagi cuma tandukan ust.Dzulqornain , wahai orang yang
menanduk gunung kasihanilah kepalamu.

Kutipan:

B A R A N G K A L I P E N G U N YAH B A N G K A I I T U T I D A K PAH A M P O KOK


P E R M A S A L A H A N YA N G D I B I C A R A K A N . A S A L A D A TA H D Z I R , D I A M B I L
T A N P A A D A A N A L I S I S I S I . B A R A N G K A L I P E N G U N YAH B A N G K A I I T U
H A N Y A I K U T-I K U TA N . B A R A N G K A L I , B E N A R A P A YAN G S AYA K A TA K A N
S E B E L U M N Y A B A H W A P E N G U N YAH B A N G K A I I T U : “ M E M B A WA K A N N YA
K A R E N A S E M A N G A T S E K TA R I A N ” . E N D I N G B A G I O R A N G YAN G C E R D A S :
T U L I S A N N Y A TA K A D A M U T U N YA. J A D I , T I N G G A L K A N L A H S I T U S
M U R A H A N I T U , TA K B A N Y A K M A N F A A T D I P E R O L E H S E L A I N A S U P A N G I Z I
B U R U K YA N G M E M B A H AYA K A N H ATI O R A N G YAN G M E M B A C A N YA.

saya ingin menukilkan sebuah pengakuan terbuka Dzulqarnain seorang dai asal Makassar
terhadap kekalahannya saat ia melawan Lukman Ba’abduh dan Muhammad Umar As-Sewed.

Dari daftar pengakuannya ini Anda akan bisa melihat betapa dangkalnya keistiqomahannya terhadap kebenaran
yang telah ia yakini sebelumnya… bahkan seperti yang digambarkan gurunya, la’ab (tidak sungguh-sungguh
makanya tidak ada yang mempercayainya), mutalawwin (gampang berubah-rubah). Lihatlah
perubahannya ini!
Betapa hanya karena tidak ingin kehilangan pamornya sebagai dai yang berlabelkan murid Syaikh Rabi sehingga
dengan label tersebut ia memiliki banyak pengikut dan statusnya sebagai dai salafy di Indonesia tetap “aman”
dan pengikutnya tak meninggalkannya ia rela maaf “menelan ludahnya” sendiri.
Ludah yang kami maksud bukanlah ludah yang masih tertahan di mulutnya tapi ludah yang sudah ia jatuhkan ke
tanah.

Bahkan ia rela sekali lagi maaf “menjilat pantat” Purwito si wartawan cetek itu. Tidak cuma itu bahkan sampai
pada tahap mencium-ciumi kakinya hingga derajatnya lebih hina dari si Purwito itu. Lihat point ke -16 di
bawah.
Entah, apa yang membuatmu begini wahai Dzulqarnain, miris jadinya melihatmu seperti ini?

Bukankan Syaikh Shalih Fauzan sudah bersamamu? Dan bukankah kedudukan Syaikh Shalih Fauzan jauh di atas
Syaikh Rabi? Semua masyaikh mengetahui hal itu, hanya orang-orang bodoh terlantar ilmunya saja yang tidak
tahu mengenai hal ini.

Di bawah ini adalah daftar pengakuan Dzulqornain, sayangnya meski ia sudah memohon “belas kasih
pengampunan” kepada Lukman Ba’abduh dan konco-konconya layaknya seorang budak di hadapan tuannya,
tetap saja tak ada yang mempedulikan dan mempercayainya sama seperti yang sebelum-sebelumnya terjadi
(inilah alasan kenapa dia disebut ‘la’ab’), bahkan kasus daurah Masyaikh terkini menjadi bukti betapa Lukman
Ba’abduh tidak menerima ucapan Dzulqarnain.

Tidak cuma itu, di balik layar sana masih saja terjadi perang kecil-kecilan antara
sihttp://www.tukpencarialhaq.com denganhttp://www.pelita-sunnah.blogspot.comyang notabene
terdapat dari mereka murid-murid Dzulqarnain. Bahkan si Purwito yang berada di ketiak Lukman Ba’abduh
tidak sedikitpun mencabut tulisannya mengenai Dzulqarnain?
Lantas dimana islah yang kau harapkan itu wahai Dzulqarnain bila pihak yang kau ajak itu sama sekali tidak
meresponmu bahkan tidak memedulikanmu sedikitpun?

Kau tumbalkan saudara-saudaramu yang bersamamu selama ini demi mengais belas kasih dari Lukman
Ba’abduh dkk. Sayangnya saat mereka sudah kau tinggalkan Lukman Ba’abduh pun tak sedikitpun menerima
kehadiranmu? Lalu siapa yang bisa menerimamu? pepatah lama ini cocok kiranya dalam menggambarkan
keadaanmu:

Kau ingin hidup tapi kau segan!


Kau ingin mati tapi kau tak mau!
Lantas apa maumu?

Kalau dua-duaanya tidak kau dapat!

Inilah dia alasan kenapa Syaikh Rabi menyebutmu

La’ab, Mutalawwin, sadarilah itu!!!

Berikut ini adalah penyataan Dzulqarnain M Sunusi

http://dzulqarnain.net/kalimat-rujuk-dan-penjelasan.html
Bila pembaca sudah tak menemukan ini di sana maka tulisan ini berarti sudah dihapus oleh Dzulqarnain.

Kalimat Rujuk dan Penjelasan


Alhamdulillah, telah lama tertulis bersama Syaikh Usâmah ‘Athâyâ hafizhahullâh, hal-
hal yang dikritikkan dan dituntut terhadap Saya. Penulisan tersebut bermula pada
awal-awal kedatangan Syaikh Usâmah ‘Athâyâ hafizhahullâh ke Indonesia pada Selasa,
25 Rabiuts Tsani 1435 H, bertepatan dengan 25 Februari 2014 M. Kemudian, terjadi
sejumlah penambahan, sedang penulisan berakhir pada 11 Jumadil Ula 1435 H,
bertepatan dengan 11 Maret 2014 M. Namun ternyata, setelah penulisan selesai, salah
satu pihak memasukkan poin pembahasan tentang sekolah kepada sebagian masyaikh,
yang sebelumnya poin masalah sekolah ini direncanakan akan diangkat setelah kedua
belah pihak memasukkan keterangannya masing-masing sehingga mudah menyusun
pertanyaan ke masyaikh berdasarkan masukan dari kedua pihak sekaligus.

Keadaan ini mengharuskan adanya tambahan berkaitan dengan pembahasan sekolah.


Terjadi tukar usulan yang bermula dari 23 Jumadil Akhir 1435 H (24 Maret 2014 M)
hingga hari ini (13 Sya’ban 1435 H/11 Juni 2014 M), tetapi belum terjadi titik temu
dalam hal tersebut. Saya sendiri sudah tidak bisa lagi menunggu penyebaran tulisan ini
agar masalah tidak semakin berlarut, juga berkaitan dengan tanggung jawab Saya
terhadap sejumlah kesalahan yang Saya rujuk darinya dan mesti Saya umumkan.

Semoga Allah memudahkan hal yang baik berkaitan dengan masalah sekolah pada
masa mendatang.

Tak lupa pula Saya mengingatkan bahwa tulisan ini, yang tanpa poin pembahasan
sekolah, menurut Syaikh Usâmah ‘Athâyâ hafizhahullâh, telah dibaca oleh guru Kami,
Syaikh Al-‘Allâmah Rabî’ bin Hâdy Al-Madhkhaly hafizhahullâh, dan beliau bergembira
dengan hal tersebut. Sebagaimana, sebagian masyaikh juga telah membacakan tulisan
ini kepada Syaikh Al-‘Allâmah ‘Ubaid Al-Jâbiry hafizhahullâh. Juga telah dibaca oleh
Fadhîlatusy Syaikh Abdullah Al-Bukhâry hafizhahullâh, dan beliau memberi nasihat-
nasihat berharga kepada Saya secara langsung. Semoga Allah melimpahkan kebaikan
untuk seluruh masyaikh Ahlus Sunnah atas jasa dan perhatian mereka kepada umat.
Terkhusus untuk Syaikh Abdullah Al-Bukhâry hafizhahullâh, telah terjadi pembahasan
berkaitan dengan sekolah, hanya saja keadaannya adalah sebagaimana yang telah Saya
jelaskan. Semoga Allah selalu menganugerahkan kepada Kita semua: keistiqamahan di
atas agama, taubat nashuhah sebelum ajal menjemput, dan husnul khatimah, serta
menyatukan kalimat Salafiyyin di atas al-haq.

Innahu waliyyu dzâlika wal qadiru ‘alaihi wa Huwa jawadun karîm

Bismillâhirrahmânirrahîm

Saya Dzulqarnain bin Muhammad Sunusi. Akhi fillah Al-Akh Luqman Ba’abduh dan saudara-
saudaraku para dai telah memberikan beberapa kritikan kepadaku, yaitu:

1. Tidak memperingatkan orang-orang awam dari Radio Rodja. Maka, Saya beristighfar
kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya dari perkataan yang telah Saya ucapkan itu. Yang
Saya yakini adalah memperingatkan dari Radio Rodja secara mutlak bagi kalangan umum
dan selainnya tanpa perincian, dan Saya telah keliru pada rincian tersebut.

2. Pengulangan pertanyaan tentang Radio Rodja, padahal Syaikh Rabî’ hafizhahullâh telah
memutuskan masalah tersebut. Saya beristighfar dan bertaubat kepada Allah dari
menanyakan masalah, yang telah Syaikh Rabî’ putuskan tersebut, kepada Syaikh Muhammad
Al-Imam.

3. Perkataan Saya tentang Yazid Jawas bahwa dia adalah seorang Salafy yang guncang.
Maka, Saya memohon ampun kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya dari pemutlakan ini
karena Yazid Jawas bukanlah seorang Salafy, melainkan seorang mubtadi’.

4. Yang Saya yakini adalah bahwa Al-Hajury merupakan mubtadi’ sesat, sedangkan Syaikh
Abdurrahman Mar’iy dan Syaikh Abdullah Mar’iy adalah di antara masyaikh Salafiyyin. Saya
beristighfar kepada Allah dari setiap kalimat yang dipahami bahwa Saya menyetujui peng-
hizbiyah-an mereka berdua atau salah seorang di antara keduanya.

5. Di dalam ajaran Islam, tidak ada yang dinamakan “hukum karma”. Itulah keyakinan Saya.
Adapun ungkapan Saya menyebutkan “karma” dan bahwa hal itu ada, Saya maksudkan
berlandaskan penyebutan kebanyakan orang dengan maknanya yang benar dalam
kandungan syariat Kita. Hal itu adalah kesalahan dari Saya dalam menggunakan lafazh
tersebut, dan Saya memohon ampunan kepada Allah dari kesalahan itu.

6. (Perbuatan) yang Saya lakukan, dengan tidak melaksanakan perkataan Syaikh Al-Walîd
Rabî’ -hafizhahullâh-, itu adalah kesalahan dari Saya, dan Saya memohon kepada Allah agar
(Allah) memaafkanku.

7. Penyepelean tahdzîr terhadap Jam’iyyah Ihyâ` At-Turâts adalah perkara mungkar.


Keyakinan Saya adalah wajibnya men-tahdzîr Jam’iyyah ini. Yang terjadi dari Saya berupa
perkataan yang, dari (perkataan) itu, dipahami penyepelean tahdzîr terhadapnya, maka Saya
rujuk dari hal tersebut serta beristighfar kepada Allah.

8. Penyifatan terhadap para dai, bahwa mereka hanya perhatian pada satu sudut pembahasan
aqidah, yaitu sudut rudûd ‘bantahan’, adalah keliru dan batil. Saya beristighfar kepada Allah
dari hal tersebut. Realitanya adalah bahwa mereka memperhatikan seluruh pembahasan
aqidah pada pelajaran-pelajaran mereka sesuai dengan kemampuan.

9. Yang tersebut dalam ucapanku di masjid I’tisham berupa penyifatan jalan sebagian orang
bahwa mereka berada pada jalan Khawarij dan hizbiyyin dalam membuat lari dari ilmu dan
pelajaran para dai, Allah mempersaksikan bahwa Saya tidak memaksudkan para dai dalam
hal tersebut, tetapi maksud Saya adalah sebagian orang yang namanya tidak Saya ketahui
yang membuat lari dari pelajaran-pelajaran para dai. Saya beristighfar kepada Allah dari
pemutlakan ini. Sangkaan Saya kepada saudara-saudara Saya adalah bahwa para Salafiyyin
tidak membuat orang lari dari pelajaran-pelajaran para dai.

10. Ucapanku pada (makalah) kalimat syukur untuk Syaikh Rabî’ hafizhahullâh bahwa para
dai mengabarkan berita-berita dusta kepada Syaikh Rabî’ dan meremehkan akal mereka, serta
ibarat-ibarat yang mengandung kritikan terhadap tahdzîr Syaikh Rabî’ hafizhahullâh wa
ra’âhu, demikian pula ucapanku di masjid Al-Muhajirin Wal Anshor bahwa kritikan-kritikan
para dai terhadapku adalah dusta atau keliru, merupakan ucapan yang batil. Saya
beristighfar kepada Allah dari hal tersebut, dan mereka adalah benar dalam hal tersebut. Saya
meminta maaf kepada siapa saja yang Saya telah keliru terhadapnya dari kalangan ulama
Kami dan saudara-saudara Kami, para dai.

11. Bahwa Saya menampakkan rujuk di depan Syaikh Rabî’ dan menerima nasihat beliau,
demikian pula di sisi Syaikh Hani`, kemudian ucapanku di sisi lain bahwa Saya tidak
mengetahui kritikan terhadap Saya dan Saya dizhalimi, adalah batil dan keliru. Saya
beristighfar dan bertaubat kepada-Nya dari ucapanku tersebut. Saya berjanji kepada Allah
untuk tidak mengulangi hal tersebut.

12. Ucapanku bahwa ikrar para dai: Luqman dan kawan-kawannya, belum bertaubat dari
kesalahan-kesalahan yang mereka terjatuh ke dalamnya pada kejadian jihad Maluku, adalah
keliru dan batil, bahkan mereka telah mengumumkan taubat mereka dengan berbagai media.
Saya beristighfar kepada Allah dan meminta maaf kepada mereka, sebagaimana Saya
menasihatkan kepada siapa saja yang mencela Al-Akh Luqman, Al-Akh Muhammad As-Sewed,
dan ikhwah lainnya dari para dai untuk bertakwa kepada Allah dan berhenti dari celaan
tersebut karena hal tersebut adalah bentuk adu domba yang syaithan bersemangat dalam hal
itu guna merusak di tengah manusia, menanamkan benih-benih perpecahan, dan merusak hal-
hal yang diupayakan oleh para masyaikh dan para ikhwah dalam ishlah di antara mereka.
13. Saya berlepas diri dari tulisan Al-Akh Abdul Barr tentang Al-Akh Luqman yang pada
(tulisan) itu ada hukum berlebihan bahwa Al-Akh Luqman adalah politikus dakwah. Demikian
pula ucapan lainnya. Sebagaimana, Saya berlepas diri tulisan Al-Akh Abdul Mu’thi Al-
Maidany tentang dakwah Salafiyah dan dai-dainya. Karena, tulisan kedua (Al-Akh) tersebut
membahayakan dakwah Salafiyah berupa menyelisihi persatuan kalimat dan merupakan
sebab perpecahan. Saya memohon kepada Allah agar (Allah) memberi taufik kepada keduanya
untuk kebaikan.

14. Sebagaimana, Saya berlepas diri dari nukilan Al-Akh Khaidir -semoga Allah memberi
taufik kepadanya- tentang sebagian dai, dan (Al-Akh) Khaidir menyifatkan sebagai orang
yang hasad, juga nukilan dari ucapannya tentang Syaikh Rabî’ karena itu adalah ucapan jelek
yang mengandung perendahan terhadap Syaikh hafizhahullâh, baik beliau maksudkan
maupun tidak beliau maksudkan.

15. Pertanyaanku kepada Syaikh Utsman As-Sâlimy sebagaimana berikut, “Misalnya sekarang
sebagian ikhwan Kita memiliki kebiasaan ke suatu tempat dan mengadakan daurah tentang
tahdzîr terhadap Ihyâ` At-Turâts selama dua hari-tiga hari, daurah ringkas yang (di
dalamnya) membicarakan Ihyâ` At-Turâts atau Sururiyah saja, hingga ke suatu tempat di
Indonesia Timur, padahal mereka sama sekali tidak mengenal Ihyâ` At-Turâts,” Adalah hal
yang batil dan menyelisihi realita karena ikhwan tersebut tidak membatasi pembahasan itu
saja dalam daurah-daurah mereka, bahkan mereka menyeru kepada Al-Kitab dan As-Sunnah,
mengajarkan manhaj Salafy, dan mengajarkan perkara-perkara syar’iyyah yang beraneka
ragam kepada manusia. Demikian pula Indonesia Timur adalah salah satu tempat yang teruji
dengan dai-dai Sururiyah dan Jam’iyyah Ihyâ` At-Turâts. Maka, Saya beristighfar dan
bertaubat kepada-Nya dari ucapanku tersebut dan dari meringankan masalah men-tahdzîr dai
Sururiyah dan Ihyâ` At-Turâts.

16. Ucapanku tentang Abdul Ghafur adalah bahwa dia salah seorang ikhwah Salafiyyin
yang berjasa dalam menyebarkan nukilan yang menjelaskan keadaan Ihyâ` At-Turâts,
Sururiyyin, Halabiyyin, dan semisalnya. Hal itu disyukuri terhadapnya. Saya memohon
kepada Allah untuk memberinya taufik dalam membela Salafiyah dan terus mengambil
andil dalam penyebaran nukilan yang menyingkap keadaan ahlul bid’ah dan kesesatan.
17. Secara penuh Saya menguatkan kesimpulan jalsah dengan Syaikh Rabî’ yang tersebar di
internet dan telah Syaikh Rabî’ sepakati. Sama sekali tidak ada kritikan dari Saya.
Sangkaanku kepada ikhwah para dai adalah bahwa mereka tidak menulisnya dengan hawa
nafsu. Apa saja yang berasal dari Saya yang menyelisihi hal tersebut maka Saya bertaubat
dan rujuk darinya, dan Saya menginginkan persatuan kalimat serta membuka lembaran baru
sebagaimana arahan ulama Kita.

18. Yang Saya yakini dan anggap sebagai agama: pernyataan bahwa ulama tidak bersepakat
dalam men-tahdzîr Abul Hasan Al-Ma`riby, dan tahdzîr tersebut adalah masalah ijtihadiyah
yang tidak diingkari terhadap mukhâlif ‘penyelisih’, adalah batil dan menyelisihi keadaan
Ahlus Sunnah yang men-tahdzîr ahlul bid’ah berdasarkan dalil dan argumen tanpa
persyaratan kesepakatan dalam hal tersebut. Saya berlepas diri kepada Allah dari ucapan
tersebut dan Saya memperingatkan manusia dari jalan yang jelek ini.

19. Ucapanku bahwa ada di antara ikhwan yang dituduh dengan tamyî’, padahal dia mengajar
buku-buku aqidah, adalah ucapan yang batil lagi menyelisihi realita. Pengajaran aqidah
adalah salah satu ciri yang membedakan Salafiyyun, sedangkan tamyî’ adalah menelantarkan
kebenaran dan bergampangan dalam muamalah dengan mukhâlif pada hal yang tidak
mencocoki manhaj Salafy. Saya beristighfar dan bertaubat kepada Allah dari ucapanku dan
Saya meminta maaf kepada ikhwan dari pemutlakan ini.

20. Saya berlepas diri kepada Allah dari siapa saja yang memujiku secara berlebihan, dan
Saya berlepas diri kepada Allah dari hal tersebut, serta Saya tidak menginginkan seorang pun
memujiku.
21. Saya berlepas diri dari Ja’far Shalih karena dia telah membuat kaidah-kaidah batil yang
menjadi perang terhadap Salafiyyin. Saya men-tahdzîr darinya dan dari ucapan-ucapannya di
Facebook dan Blackberry. Di Antara ucapan-ucapan Ja’far Shalih yang dikritik oleh ikhwah
dengan pertanggungjawaban sumber nukilan dan penerjemahannya terhadap Al-Akh Luqman
dan kawan-kawan yang bersamanya adalah: – “Seseorang dinilai salafi atau bukan tidak
dilihat hanya dari sikapnya terhadap IT. Pokok-pokok ajaran ahlussunnah seperti yg ada
dalam “ushulus sunnah “ Imam Ahmad, misalnya adalah ukuran dalam hal ini. Begitupula
yang terdapat dalam “Aqidah Washitiyah “, “Syarhussunnah” dll.” – Tatkala dikritik oleh
salah seorang ikhwah tentang sikap-sikapnya terhadap hizbiyyin, (Jafar Shalih) menjawab,
“Kekhawatiranku terhadap orang-orang yang semisal engkau tidak kurang dari
kekhawatiranku tentang Ihyâ At-Turâts terhadap keselamatan dakwah Salafiyah.” – “Kalau
mengambil dana IT lantas memanfaatkannya dalam menyebarkan dakwah salaf, itu cerdas
namanya.” – “Mengambil bantuan dari Ihyâ At-Turâts adalah boleh jika tanpa syarat. Syaikh
Muqbil meninggal di atas pendapat ini dan tidak rujuk darinya.” – “Waspada dari Ihyâ At-
Turâts adalah waspada dari harta dan manhaj-nya. Apabila seseorang menerima bantuan
dari Ihyâ At-Turâts, tetapi dai terus menyebarkan dakwah Salafiyah, membela tauhid dan
Sunnah, memerangi syirik dan bid’ah, dan tidak berubah manhaj-nya, Kita tidak
mempermasalahkannya. Sebab, kalau dipermasalahkan, maka Kita akan memecah
Salafiyyin.” – “Saya menghormati da’i-da’i yang mentahdzir dari mengambil dana Ihyâ At-
Turâts, tetapi Saya tidak bergampangan dalam menuduh orang yang mengambil dana bahwa
dia adalah Surury sepanjang orang tersebut berdakwah kepada apa yang didakwahkan. Akan
tetapi, sangat disayangkan bahwa sebagian orang menuduh seseorang sebagai Surury hanya
sekadar orang tersebut menerima dana dari Ihyâ At-Turâts. Yang lebih jauh dari itu, siapa
yang duduk dengan orang yang menerima dana dari Ihyâ At-Turâts dituduh sebagai Surury.
Saya heran, mereka itu di atas manhaj siapa?” – “catatan: sy rabi tidak pernah mentahzir
radio, tp beliau hanya ingin persatuan. Coba yg menukil memahami semua perkataan syaikh
secara keseluruhan,bukan sepenggal-sepenggal.” – “InsyaAllah tidak ada yang salah bagi
pihak yang mentahdzir Radio kalau memang menurutnya hal itu lebih mendekatkannya
dirinya kepada Allah Ta’aala dengan syarat ikhlas dan diatas ilmu. Sebagaimana juga tidak
ada yang salah bagi mereka yang menganggap sebaliknya. Bukankah perselisihan dalam
masalah Jarh wat Ta’dil serupa dengan perselisihan dalam masalah fikih?! Apa antum mau
memaksa orang yang mengatakan shalat jama’ah sunnah muakkadah bahwa berjamaah itu
wajib?! Kan tidak? Apalagi dalam perkara Jarh wat Ta’dil yang mana dalil-dalilnya tidak
seterang perkara fiqih. Apa ada ayatnya Radio fulan begini…begitu…? atau barangkali ada
haditsnya? Kan tidak. Kalau dalam perkara fikih para ulama yang berselisih saja mereka
mentolerir ulama yang kontra dengannya, apalagi dalam perkara Jarh wat Ta’dil akhi. Dan
seperti itulah aplikasi ulama kita dulu dan sekarang dalam perselisihan pada bab Jarh wat
Ta’dil ini.” -“Maka tepat sekali yang dikatakan Syaikh Mar’i bahwa masalah ini termasuk
perkara yang masing-masing pihak melihat dari sudut pandang yang berbeda sehingga
hasilnya berbeda pula. Dan ingat apa yang dikatakan Sy Wushabi tentang bidáh
memaksa/menigilzam orang lain dalam perkara ijtihadi, mendekatkan yang sepaham
menjauhkan yang bersebrangan. Dan sebagian yang mengaku salafy jatuh kedalam bid’ah
ini.” – “Jamaah Tahdzir terus menggembosi dakwah tauhid, berdiri satu barisan dgn iblis2
menjauhkan manusia dari agama Allah.” – Ketika ditanya tentang Yazid Jawwas dan Firanda,
(Ja’far Shalih) menjawab, “Bagi Saya, kalau saya tuduh mereka hizbi, luqman lebih pantas.” –
Dia juga berkata tentang Abu Yahya Badrussalam, penanggung jawab Radio Rodja, bahwa
“Ust. Badru Salafy murni.” – Ucapannya tentang fatwa Al-Lajnah Ad-Dâ`imah terhadap Ali Al-
Halaby, “Saya sendiri tidak setuju dengan pemikiran Sy. Ali Hasan yang dikritisi Lajnah, tapi
perkara ini bukan alasan untuk berpecah-belah dan bermusuhan.” – Juga pujian Ja’far Shalih
pada ceramah salah seorang da’i radio dan tv Rodja, Dr. Erwandi Tirmidzy, sebagai “Ceramah
ilmiah yang jarang ada yang menjelaskannya dengan Bahasa yang mudah.” – “Radio Rodja
dakwahnya jelas kepada tauhid dan sunnah. Hendaknya berhati-hati bagi siapa saja yang
menggembosinya karena itu adalah penggembosan terhadap tauhid dan sunnah.” – “Adapun
Radio Rodja hingga saat ini tidak ada hujjah yang cukup untuk menuduh mereka dengan
Sururiyah atau melarang manusia dari mendengarkannya. Bahkan, yang tampak bagi Saya
adalah kebalikan hal tersebut, bahwa hujjah dalam mendengar dan menyebarkannya sangat
kuat, karena dakwahnya adalah dakwah Kita.” Juga (Ja’far Shalih) menganjurkan untuk
mengikuti program-program Radio Rodja dengan ucapannya, “Ayo menuntut ilmu. Siaran
langsung Tafsir Surah Al-Kautsar bersama Ustadz Abdullah Zain.” Ja’far Shalih yang masyhur
dalam memuji Radio Rodja dan da’i-da’inya, serta mengajak Salafiyyin untuk mengikutinya.
Tetapi, pada keadaan itu, juga dikenal membicarakan sebagian da’i Salafiyyin dan mencela
mereka. Kadang dia menggelari mereka Haddadiyah, kadang Jamaah Tahdzir, dan kadang
Jamah Ilzam, dan sebagian mereka digelari Amirul Mukminin sebagai istihza`, serta dakwah
ini dipimpin oleh gerombolan hizbiyyah. Ucapan-ucapan (Ja’far Shalih) dibaca oleh orang
jauh maupun orang dekat dari kalangan Salafiyyin dan hizbiyyin.

22. Sesungguhnya Saya menulis dan memahami tulisanku dengan kelapangan dada tanpa ada
paksaan. Saya mengingatkan manusia agar tidak terjatuh ke dalam kesalahan-kesalahan ini.
Semoga Allah membalas kebaikan kepada siapa saja yang membantuku dalam taubat ini.
Saya memohon kepada Allah agar menerima dariku.

23. Juga, Saya menegaskan bahwa, ketika menulis (tulisan) ini, Saya memperumpamakan diri
sendiri, tidak memperumpamakan orang lain. Saya menegaskan pula bahwa, jika Saya
mengulangi kesalahan-kesalahan ini, perkara Saya dikembalikan kepada masyaikh Kami,
seperti Syaikh Rabî’ atau Syaikh ‘Ubaid hafizhahumallâh, agar mereka memberi hukum yang
layak terhadap Saya. Allah Jalla wa ‘Alâ menyaksikan bahwa Saya telah bertaubat dari
kesalahan-kesalahan yang telah berlalu. Kesalahan lain apa saja yang Saya terjatuh di
dalamnya, maka Saya akan rujuk dari (kesalahan) tersebut. Saya mensyukuri semua pihak
yang menunjukkan kesalahanku agar Saya meninggalkan dan bertaubat dari (kesalahan) itu.

Saya mensyukuri Al-Akh Luqman akan semangatnya dalam dakwah Salafiyah. Saya
memohon kepada Allah agar mengumpulkan Kami di atas ketaatan dan memberi taufik
kepada Kami menuju segala kebaikan dan keshalihan dakwah Salafiyah di Indonesia dan
selainnya. Ditulis oleh Dzulqarnain bin Muhammad Sunusi Rabu, 23 Jumadil Akhir 1435 H
Peringatan: Penulisannya dengan ikhwah terlaksana bersama Usâmah bin ‘Athâyâ bin
‘Utsman Al-‘Utaiby.

Hendaknya diketahui bahwa tulisan ini berada dalam jalan ishlah dan penyatuan kalimat
Salafiyyin di Indonesia. Yang wajib atas (para Salafiyyin) adalah teguh di atas kebenaran,
menapaki jalan ulama, dan istiqamah di atas ishlah, serta menjauhi siapa saja yang
urusannya hanya menyulut fitnah dan perpecahan di antara Salafiyyin. Wallâhul muwaffiq

TRAGEDI TRAGIS UNTUK MENGGAPAI KERIDHAAN


Begini miriskah nasibku…

Aku telah membelamu dengan sekuat daya dan upaya…

Perkataanmu yang “jelas-jelas” salah aku plintirkan kepada makna yang benar…

Kurela menghabiskan waktu demi menjaga kehormatanmu…

Aku tak segan menuduh seseorang dengan “Kadzdzab/Pendusta” demi membelamu…

Aku juga tidak enggan memvonis seseorang dengan “tidak jelas, di Madinah begini..di Indonesia begitu”…

Sebagaimana aku juga tidak takut untuk menuduh orang tersebut dengan sebutan “Pembuat makar”…

Bahkan tidak ragu aku mentahdzir syaikh yang engkau tahdzir…

Dengan bangga aku mentahdzir radio yang kau tahdzir…


Aku juga menguliti syaikh yang kau tahdzir… bahkan dengan menggunakan gaya tahdziranmu…
Aku permalukan dan rendahkan syaikh tersebut berulang-ulang di hadapan khalayak ramai…

Aku pun telah membantu teman-temanku untuk membelamu…

Aku tak lelah berusaha terus mencari keridhoanmu… karena keridhoanmu adalah landasan kesalafiyahan
seseorang

Akan tetapi…

Inikah balasan yang kau berikan kepadaku…

Air susu dibalas dengan air tuba…??

Ternyata kau lebih mempercayai teman-temanku yang menikamku dari belakang…

Seluruh gelaran dan tuduhan yang aku lontarkan demi membelamu…ternyata kau lontarkan kembali kepadaku…

Kau mengatakan kepadaku “La’aab…(suka bermain-main)”…

Kau mengecapku dengan sebutan “Kadzzaab/Tukang dusta”…

Kau menggelariku dengan sebutan “Maakir/pembuat makar”…

Bahkan yang lebih menyakitkan lagi…kau malah menuduhku berjalan di atas jalan syaikh yang telah aku habisi
dan kuliti tersebut padahal aku bermaksud membelamu…

Wahai guruku…aku tak kuasa ditahdzir olehmu…


Aku ingin meraih keridoanmu…

Dulu aku telah menukil tahdziranmu terhadap seorang kawan….ternyata kawan tersebut sekarang menukil
tahdziranmu untuk menghabisiku…

Aku harus menemuimu…untuk menjelaskan kecintaanku kepadamu… untuk menjelaskan hakikat sebenarnya

Aku harus jelaskan bahwa kawan-kawanku itulah yang berkhianat dan telah menikamku dari belakang…setelah
sebelumnya telah banyak menikamku dari depan…

Padahal Aku dan kawan-kawanku tersebut telah berjanji di hadapanmu untuk tidak memulai lagi permusuhan
yang telah timbul dari lama dan selalu berulang-ulang dan semakin tajam…akan tetapi ternyata kawan-kawanku
tersebut masih selalu menanti-nanti dan mengintaiku kapan bisa menikamku kembali…

Wahai syaikhku…sungguh aku tak kuat dan tak kuasa ditahdzir olehmu…
Keridhaanmu yang kucari selama ini…

Jika selainmu yang mentahdzirku maka perkaranya masih ringan…akan tetapi jika engkau yang mentahdzir…
maka dunia ini terasa sempit bagiku…
Namamu harum di sisiku…
Namamu selalu kupajangkan sebagai guruku…
Lantas kenapa sekarang engkau hinakan aku…

Seluruh gelaran yang kusandangkan kepada orang lain….kau kembalikan kepadaku…


Apakah ini hukum “karma”?,
Tentunya bukan, karena aku pernah dipermalukan gara-gara menyatakan “adanya hukum karma”…

Lantas apakah ini balasan dari Allah atas kesalahan-kesalahanku…? Apakah ini yang realisasi dari al-jazaa’ min
jinsil ‘amal (balasan sesuai dengan ulah perbuatan)…?

Tidak mungkin…!!!
Aku meyakini diriku berada di atas kebenaran…
Aku telah mengikuti jalan, manhaj, cara dan nasehatmu, sedangkan engkau “tidak mungkin” salah dalam
manhaj…
Sebab engkau adalah imam al-jarh wa at-ta’dil di zaman ini
Bahkan engkau adalah imamnya tahdzir mentahdzir… siapa saja yang menyelisihi pendapatmu maka dia telah
menyimpang dan sesat
ini bukan hukum “karma” …tidak mungkin… karena hukum karna tidak ada dalam Islam…

Akan tetapi ini adalah ujian…


Sepertinya aku harus lebih keras dan kencang lagi lagi agar bisa kuraih keridoaanmu…

Aku harus lebih banyak lagi Meluangkan waktu untuk mentahdzir dan menjarh hizbiyun sururiyun tanah air yang
berpakaian dengan pakaian salafiyah

Aku pun tak takut lagi dan takkan berfikir panjang untuk menyatakan bahwa si fulan sesat dan menyesatkan…

Aku tidak ragu lagi mentahdzir orang lain sebagai hizbi yang banyak kesesatannya…

Adapun pernyataanku si fulan “salafi goncang” maka itu hanyalah ijtihadku…


Bukankah aku boleh berijtihad??. ..lain halnya dengan syaikh yang kuhabisi dan para penceramah radio maka
mereka jahil tidak layak berijtihad…

Baiklah! Akan kucabut pernyataanku… Aku akan tidak ragu untuk menyatakannya sesat dan hizbi… bukanlah
salafi lagi…

Kalau aku pernah menyampaikan kepada guruku yang lain bahwasanya aku jarang mentahdzir kecuali hanya
pada majelis tertentu…
Akan tetapi sungguh di hadapanmu aku mengakui bahwa sudah 10 tahun aku mentahdzir di dalam banyak
majelis…

Wahai ayahanda… Aku berbesar hati menerima kritikan dan tahdziranmu…


Bahkan kuhaturkan : Terima kasih atas tahdzir dan gelaran yang kau sandangkan padaku…

Aku tidak keras kepala… Karena aku bukanlah seekor kambing yang terbang…
Meskipun engkau menyebutku “mutalawwin” (berubah rubah warna) yang ini adalah gelar yang lebih layak
kepada bunglon…
Akan tetapi mengkin lebih pantas aku menjadi bunglon daripada kambing terbang…gelar yang telah kulontarkan
kepada orang lain…

Sungguh… aku ingin bisa selangkah dengan langkahmu…


Semoga engkau sudi meridhaiku dan memaafkanku… dan mengganggapku sebagai muridmu, salafi sejati…

Anda mungkin juga menyukai