I. PENDAHULUAN
Departemen Kesehatan sudah sejak lama mengembangkan Sistem Informasi Kesehatan Nasional
(SIKNAS), yaitu semenjak diciptakannya Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas
(SP2TP) pada awal tahun 1970an. SIKNAS tersebut merupakan Sistem Informasi yang
berhubungan dengan sistem-sistem informasi lain dalam rangka kerjasama yang saling
menguntungkan. Pada era desentralisasi ini, reformasi juga terjadi di bidang kesehatan dengan
menetapkan Visi Pembangunan Kesehatan yang tercermin dalam motto “INDONESIA SEHAT”
2010. Pencapaian Indonesia Sehat 2010 dilaksanakan dengan merumuskan kembali dan
menyelenggarakan dengan benar Sistem kesehatan Nasional. Dalam upaya mencapai visi dan
misi INDONESIA SEHAT tersebut, infrastruktur pelayanan kesehatan telah dibangun
sedemikian rupa mulai dari tingkat nasional, propinsi, kabupaten dan seterusnya sampai ke
pelosok. Oleh karena itu setiap Propinsi harus merumuskan dan melaksanakan Sistem Kesehatan
Propinsinya, begitu pula dengan Kabupaten/Kota, yang saling terkait mulai dari pelayanan
kesehatan dasar di desa dan kecamatan sampai ke tingkat nasional.
Adanya Sistem Informasi Kesehatan(SIK) dapat memberikan dukungan informasi dalam proses
pengambilan keputusan di semua tingkat administrasi pelayanan kesehatan. Menjadi pertanyaan
bagi kita bersama, bagaimana cara yang praktis untuk mengupayakan agar SIK dapat menjadi
alat manajemen yang efektif.
Sebelum dilakukan proses penataan kembali SIK, diperlukan suatu evalusi yang mendalam
tentang kekuatan dan kelemahan dari SIK yang telah ada. Selanjutnya difokuskan pada bidang-
bidang yang kurang berfungsi atau merupakan prioritas bagi daerah yang bersangkutan. Dalam
/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 1
pengembangannya, SIK masih mengalami hambatan-hambatan sehingga belum berjalan
sebagaimana mestinya. Beberapa faktor yang menjadi penghambat antara lain :
Kondisi tersebut menyebabkan kurang akuratnya data, kurang sesuai kebutuhan dan kurang
cepatnya data dan informasi yang disajikan.
SP2TP sebagai salah satu kegiatan pencatatan dan pelaporan yang dilakukan di Puskesmas dalam
rangka menunjang pengelolaan upaya kesehatan masyarakat.
Selain SP2TP masih banyak sistem pencatatan dan pelaporan lain misalnya SIMPEG, SIKER,
SINAKES dan GIS. Pada output dari Sistem Informasi tersebut masih belum dapat terintegrasi
sehingga mempengaruhi dalam proses pengambilan keputusan. Pada laporan tersebut, data dan
variable belum dirancang untuk mengukur indikator kesehatan secara khusus. Sehubungan
dengan hal tersebut merupakan tantangan bagi kita dalam mengembangkan dan membangun
Sistem Informasi yang bersifat holistik.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat, terutama di bidang teknologi
informasi, menjadi tantangan bagi penyelenggara Pemerintah untuk dapat menyikapi dan
memanfaatkannya sebagai sarana kerja dalam membantu percepatan pelaksanaan tugas.
Teknologi informasi yang didukung oleh teknologi komunikasi menjadi unsur penting dalam
menjembatani data dan informasi dengan segala aspek kehidupan. Pemanfaatan teknologi
telematika yang belum optimal bukan hanya disebabkan kebutuhan biaya yang memang besar,
tetapi lebih karena apresiasi terhadap penggunaan teknologi yang masih kurang.
/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 2
Pembangunan kesehatan Propinsi Jawa Tengah dalam rangka mencapai Jawa Tengah Sehat 2010
yang mandiri dan bertumpu pada potensi daerah. Kegiatan-kegiatan program pembangunan
kesehatan yang dilakukan oleh sektor kesehatan maupun non kesehatan yang berhubungan
dengan masalah kesehatan merupakan data/fakta yang perlu dicatat dan dikelola dengan baik
dalam suatu sistem informasi. Peran data dan informasi program pembangunan kesehatan terasa
makin diperlukan guna pengambilan keputusan di setiap program, tahapan dan jenjang
administrasi.
Setelah berlakunya UU No.22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, secara struktural
seakan-akan telah putus hubungan antara kabupaten/kota, dengan propinsi, dan dengan pusat.
Sistem informasi yang menghubungkan berbagai tingkatan tadi juga otomatis mengalami
kemacetan.
Sehubungan dengan hal tersebut perlu adanya suatu sistem informasi yang dapat menyajikan dan
menggambarkan secara menyeluruh tentang kondisi dan situasi kesehatan di suatu
wilayah.Sistem tersebut nampaknya hanya bisa dibangun melalui kesepakatan atau komitmen
bersama dari tingkat yang paling bawah sampai ke tingkat pusat. Dan sejak direvisinya UU
No.22 tahun 1999 menjadi UU No.32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, maka
pengembangan system informasi akan menjdi lebih dimungkinkan kembali. Dan salah satu
system informasi yang akan dikembangkan adalah System Informasi Manajemen Pegawai Tidak
Tatap (SIM-PTT)
Dalam rangka pengembangan SIM-PTT tersebut telah dilakukan berbagai kegiatan, yang diawali
dengan pertemuan dengan lintas sector dan lintas program terkait untuk menyusun rencana
pengembangan SIM-PTT. Dalam pertemuan tersebut disepakati perlunya Sistem Informasi
Kesehatan yang terpadu, dengan harapan system tersebut dapat menunjang tercapainya Visi
Indonesia Sehat Tahun 2010. Dengan berdasarkan pola pikir tersebut, maka pengembangan SIM-
PTT disusun dengan pendekatan system, sehingga oleh karenanya kegiatan yang dilakukan
berkembang sebagai berikut :
/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 3
1. Penyusunan SIK Terintegrasi
Secara umum dan global telah disepakati beberapa hal yang menyangkut tentang
bagaimana SIKDA Jawa Tengah yang terpadu itu, sehingga bisa memberikan arah
bagaimana system informasi daerah itu akan dikembangkan
2. Pengumpulan Data Umum Propinsi Jawa Tengah
Untuk mengetahui lingkungan secara umum dimana para tenaga PTT ditempatkan dan
mengetahui gambaran bagaimana mereka akan beradaptasi dengan lingkungan, maka
telah dikumpulkan berbagai data yang secara umum memberikan gambaran secara
demografis tentang kondosi Jawa Tengah.
3. Pengumpulan Data Sarana Kesehatan
Untuk mengetahui gambaran penyebaran tenaga PTT di berbagai fasilitas atau sarana
kesehatan, maka telah dikumpulkan juga data sarana kesehatan yang ada di Jawa Tengah.
4. Pengumpulan Data Ketenagaan
Untuk mengetahui kondisi ketenagaan yang bergerak dalam bidang kesehatan, terutama
mengenai jumlah, jenis tenaga dan penyebarannya dimana akan menjadi mitra kerja para
tenaga PTT, serta jumlah dan jenis serta penyebaran daritenaga PTT itu sendiri, maka
telah dikumpulkan data mengenai ketenagaan di bidang kesehatan.
5. Hasil Evaluasi SIK Kabupaten/Kota
Dalam rangka fastek ke kabupaten/kota juga telah dikumpulkan data sumberdaya yang
berkaitandengan SIK, sekaligus dilakukan inventarisasi tentang apa yang diinginkan oleh
daerah sehubungandengan SIKDA di Jawa Tengah.
6. Pembuatan Software dan Pelatihan SIM-PTT
Software yang dibuat merupakan modifikasi software yang telah dibuat oleh Depkes
yang kemudian disesuaikan dengan kebutuhan Jawa Tengah. Software dibuat berbasis
wen, dan aplikasinya bias diakses melalui portal Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah
dengan alamat www.health-lrc.or.id. Sedangkan pelatihan pada dasarnya dilakukan
2(dua) kali, yaitu pelatihan secara terpusat yang dilakukan di Semarang, dan on the job
training yang dilakukan pada saat dilaksanakan fastek di kabupaten/kota. On the job
training ini dilakukan dengan cara dial-up di Kantor DKK atau di Warnet terdekat.
/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 4
/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 5
II. SISTEM INFORMASI KESEHATAN DAERAH (SIKDA) TERINTEGRASI
Dalam pertemuan awal telah disepakati, oleh karena saat ini Dinas Kesehatan Propinsi Jawa
tengah belum memiliki Master Plan atau Grand Design SIKDA, maka secara garis besar dan
menyangkut hal-hal yang prinsip perlu dirumuskan mengenai kebijakan SIKDA
TERINTEGRASI di Jawa Tengah. Adapun hasil rumusan tersebut dapat disajikan dalam bentuk
diagramsebagai berikut :
MOBILISA
SI
SP2RS
BA
PR PWS
SIKER M O
SIMO O G SKPG
R GIS,
T A
CTN
SIMPUS
dll
KI
QA SD E
M
/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 7
III. GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA TENGAH
/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 8
Luas lahan sawah di Propinsi Jawa Tengah sebesar 996.197 ribu Hektar ( 30,61 persen ) dan
lahan bukan sawah 2,26 juta Hektar ( 69,39 persen ). Dibandingkan dengan tahun
sebelumnya, luas lahan sawah tahun 2004 naik sebesar 0,07 %, sebaliknya luas bukan lahan
sawah mengalami penurunan sebesar 0,03 %. Menurut penggunaannya, sebagain besar lahan
sawah digunakan sebagai lahan sawah berpengairan teknis ( 39,35 % ), lainnya berpengairan
setengah teknis, sederhana, pengairan desa/non PU, tadah hujan dan lain-lain.
Adapun luas penggunaan lahan bukan sawah dapat dilihat pada table sebagai berikut :
Tanah pekarangan/bangunan dari tahun 2000 hingga tahun 2001 cenderung meningkat tetapi
mulai tahun 2002 mengalami penurunan dan pada tahun 2004 cenderung naik. Tanah
pekarangan ini cenderung menjadi pengguna air, karena akan menjadi tempat permukiman
manusia yang selalau membutuhkan air dalam kehidupannya. Penambahan tanah tadi diambil
dari lahan-lahan yang merupakan prodeusen pangan ( lahan pertanian ) selain merupakan
reservoir air ( hutan dan perkebunan ) yang justru akan menurun. Untuk itu maka perlu
diwaspadai akan rasio kebutuhan air dan air yang tersedia dibumi Jawa Tengah ini,
manajemen pemakaian air harus lebih ditingkatkan. Perumahan dengan system bertingkat
merupakan salah satu pilihan alternatif yang memadai, karena system ini lebih sedikit
menggunakan lahan yang potensial bagi reservoir air dan pangan.
/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 9
Berdasarkan Buku Jawa Tengah Dalam Angka Tahun 2005, suhu udara rata-rata maksimum
dan minimum menurut catatan stasiun di Jawa Tengah Tahun 2004 yaitu maksimum 29 0C
dan minimum 24 0C. Tempat-tempat yang letaknya berdekatan dengan pantai mempunyai
suhu udara rata-rata relatif tinggi. Untuk kelembaban udara rata-rata dari 75 % sampai
dengan 92 %. Curah hujan tertinggi tercatat di Sempor Kebumen yaitu 3.586 mm dan hari
hujan terbanyak tercatat di Stasiun Meterologi Cilacap sebesar 234 hari.
2. Keadaan Penduduk
Pertumbuhan & Kepadatan Penduduk
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Propinsi Jawa Tengah jumlah Penduduk di Jawa
Tengah tahun 2004 adalah 32.397.431 jiwa. Jika dibandingkan dengan tahun 2003
( 32.052.840 jiwa ) terjadi penambahan jumlah penduduk Jawa Tengah sebanyak 344.591
jiwa ( 1,07 % ). Penyebaran penduduk Jawa Tengah belum secara merata. Rata-rata
kepadatan penduduk Jawa Tengah tercatat sebesar 995 jiwa setiap kilometer persegi, dimana
wilayah terpadat adalah Kota Surakarta dengan tingkat kepadatan sekitar 11 ribu setiap
kilometer persegi. Data mengenai kepadatan dapat dilihat pada lampiran Tabel Luas wilayah,
jumlah desa, jumlah penduduk, jumlah rumah tangga dan kepadatan penduduk menurut
Kabupaten/Kota Se Jawa Tengah Tahun 2004.
Bila kita lihat jumlah rumah tangga di Jawa Tengah mengalami kenaikan dari sebesar 7,96
juta pada tahun 2003 menjadi 8,35 juta pada tahun 2004 atau naik sekitar 4,87 persen.
Berdasarkan data banyaknya rumah tangga dan rata-rata anggota rumah tangga menurut
Kabupaten / Kota di Jawa Tengah Tahun 2004 rata-rata penduduk per rumah tangga tercatat
sebesar 3,88 jiwa.
Sementara itu jumlah penduduk tertinggi dan terendah pada tahun 2004 masih sama dengan
tahun 2003, dimana yang tertinggi di Kabupaten Brebes sebanyak 1.784.094 jiwa dan
terendah di Kota Magelang sebanyak 123.576 jiwa.
/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 10
PERTUMBUHAN PENDUDUK
PROPINSI JAWA TENGAH TAHUN 2000 – 2004
PENDUDUK
2000 30.774.946
2001 31.063.818 288.872 0,94
2002 31.691.866 628.048 2,02
2003 32.052.840 360.974 1,14
2004 32.397.431 344.591 1,07
Sumber : BPS Propinsi Jawa Tengah ( Jawa Tengah Dalam Angka Tahun 2005 )
Dari tabel tersebut terlihat bahwa laju pertumbuhan penduduk di Jawa Tengah mulai
mengalami peningkatan dari tahun 2001 sebesar 0,94 % dan tahun 2004 sebesar 1,07 %.
/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 11
Struktur Penduduk Menurut Golongan Umur
Struktur Penduduk Jawa Tengah menurut golongan umur dapat dilihat pada tabel dibawah
berikut :
Tabel Struktur Penduduk Jawa Tengah Menurut
Golongan Umur Tahun 2000 - 2004
Golongan TAHUN
Umur 2000 2001 2002 2003 2004
< 1 470.699 528.153 518.118 870.244 814.683
1 - 4 2.007.647 2.148.007 2.169.159 1.692.242 1.923.054
5 - 14 6.219.667 6.279.900 6.332.011 6.288.873 6.307.449
15 - 44 14.914.069 14.791.458 15.123.085 15.452.356 15.467.909
45 - 64 5.269.177 5.353.495 5.533.490 5.686.550 5.765.998
65 keatas 1.894.587 1.962.805 2.016.003 2.062.575 2.118.338
Total 30.775.846 31.063.818 31.691.866 32.052.840 32.397.431
Sumber : BPS Propinsi Jawa Tengah ( Jawa Tengah Dalam Angka Tahun 2005 )
Penduduk golongan umur 1-4 tahun di Jawa Tengah Tahun 2004 cenderung naik sekitar
13,64 persen bila dibandingkan dengan penduduk golongan umur yang sama pada tahun
2003, tetapi sebaliknya penduduk berumur kurang dari 1 tahun di Jawa Tengah mengalami
penurunan sejumlah 55.561 jiwa atau sekitar 6,38 persen. Adapun perbandingan komposisi
proporsional penduduk Propinsi Jawa Tengah menurut usia produktif pada tahun 2000
sampai dengan 2004 dapat dilihat pada tabel berikut :
/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 12
Tabel Kelompok Usia Produktif Propinsi Jawa Tengah Tahun 2000 - 2004
Kelompok TAHUN
Usia
2000 20001 2002 2003 2004
( Tahun )
0 - 14 28,29 % 28,83 % 28,46 % 27,61 % 27,92 %
15 - 64 65,58 % 64,85 % 65,18 % 65,95 % 65,54 %
65 keatas 6,16 % 6,32 % 6,36 % 6,43 % 6,54 %
Sumber : BPS Propinsi Jawa Tengah ( Jawa Tengah Dalam Angka Tahun 2005 )
Dari table tersebut terlihat bahwa jumlah penduduk menurut kelompok umur dibawah 15
tahun naik bila dibandingkan dengan tahun 2003 yaitu sebesar 0,31 persen. Sedangkan untuk
penduduk usia lanjut ( kelompok umur diatas 65 tahun ) bertambah dari 6,43 persen menjadi
6.54 persen.
/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 14
Air Bersih mengalami kenaikan yang paling tinggi bila dibandingkan dengan sektor lainnya
yaitu 8,65 persen meskipun perannya terhadap PDRB hanya sekitar 1,22 %.
Dilihat dari kenaikkan Produk Domestik Regional Bruto di atas diharapkan peningkatan
pertumbuhan ekonomi tersebut dapat pula meningkatkan taraf hidup atau kesejahteraan
masyarakat.
4. Tingkat Pendidikan
Pada tahun 2004 jumlah penduduk laki-laki dan perempuan berusia 10 tahun keatas yang
tidak/belum pernah sekolah sebesar 2.764.785 orang, tidak/belum tamat SD/MI sebesar
5.828.482 orang, tamat SD/MI sebesar 9.526.129 orang, tamat SLTP sebesar 4.385.889
orang, tamat SLTA sebesar 3.362.031 orang dan sebesar 760.254 orang tamatan
Diploma/akademi/Diploma IV/Universitas/Perguruan Tinggi.
Dibandingkan dengan tahun 2003 telah terjadi peningkatan di bidang pendidikan baik bagi
penduduk laki-laki maupun perempuan, artinya semakin banyak orang yang bisa menikmati
pendidikan dan mampu melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi
Akan tetapi bila dicermati, ternyata pada tahun 2004 jumlah penduduk perempuan yang
berusia 10 tahun keatas yang buta huruf dan tidak/belum pernah sekolah lebih banyak dari
pada penduduk laki-laki, sementara yang tamat SD/MI, SLTP/MTs, SLTA/MA,
AKA/DIPLOMA dan tamat Universitas lebih rendah dari pada penduduk laki-laki.
Kondisi ini dapat menunjukkan bahwa laki-laki lebih diprioritaskan dalam mengenyam
pendidikan dari pada perempuan, meskipun jumlah penduduk perempuan lebih banyak
dibandingkan laki-laki.
Berikut ini disajikan table jumlah penduduk berusia 10 tahun keatas menurut tingkat
pendidikan tertinggi yang ditamatkan di Propinsi Jawa Tengah tahun 2000 – 2004
/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 15
Tabel Penduduk Usia 10 Tahun Ke atas menurut
Tingkat Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan Di Propinsi Jawa Tengah
Tahun 2000 – 2004
Tdk/Blm
Tdk/Belum DIP/A
Tahun Pernah SD SLTP SLTA
Tamat SD K/PT
Sklh
2000 2.968.609 6.051.199 9.102.561 3.623.142 2.915.930 640.395
2001 3.354.161 6.244.206 8.827.623 3.508.102 2.761.190 697.247
2002 2.897.441 6.164.446 9.204.288 3.950.777 3.021.149 727.433
2003 2.932.376 6.025.940 9.583.156 4.136.700 3.066.563 738.472
2004 2.764.785 5.828.482 9.526.129 4.385.889 3.362.031 760.254
Sumber : BPS Propinsi Jawa Tengah ( Jawa Tengah Dalam Angka Tahun 2005 )
/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 16
IV. DATA SARANA KESEHATAN
/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 17
c. Jumlah Tempat Tidur (TT) Puskesmas.
Jumlah TT Puskesmas keseluruhan sebanyak 2.861 buah. Jumlah TT puskesmas
terbanyak di Kab. Boyolali (215 buah), disusul Kab. Cilacap (180 buah), Kab. Klaten
(165 buah), Kab. Banyumas (160 buah), dan yang paling sedikit adalah Kab. Purworejo
(4 buah).
/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 18
d. Jumlah Puskesmas Pembantu (Pustu)
Jumlah Pustu di Jawa tengah sebanyak 1.824 buah, yang terbanyak di Kab. Wonogiri
(132 buah), dan yang paling sedikit di Kota Magelang (11 buah). Dibeberapa daerah,
jumlah Pustu cenderung mengecil sejak diberlakukannya UU Otonomi, Daerah oleh
karena dimerger dengan Puskesmas induk untuk menghindari tingginya target PAD
(Pendapatan Asli Daerah) oleh Pemda yang bersangkutan.
f. Posyandu
Jumlah Posyandu di Jawa Tengah tahun 2004 sebanyak 46.072 buah, yang terbanyak di
Kab. Banyumas (2.376 buah), disusul Kab. Kebumen (2.203), Kab. Klaten (2.126 buah),
Kab. Magelang (2.095 buah), Kab. Wonogiri (2.017 buah), dan paling sedikit adalah Kota
Magelang(185 buah).
g. Polindes / PKD
Jumlah Polindes pada awal Tahun 2004 sebanyak 4.236 buah, namun pada akhir Tahun
2004 ada sekitar 1.050 buah diantaranya telah dikembangkan menjadi PKD dengan dana
bantuan dari Gubernur sebanyak Rp.10.000.000,- per desa/polindes. Ditargetkan dalam
waktu 4 tahun semua polindes yang ada telah berkembang menjadi PKD. Jumlah
Polindes terbanyak berada di Kab. Magelang (226 buah), dan paling sedikit di Kab.
Kudus (73 buah). Sedang semua Kota di Jawa Tengah tidak memiliki Polindes.
Adapun perkembangan keberadaan sarana kesehatan dasar sejak tahun 2000 sampai dengan
tahun 2004 dapat dilihat pada grafik berikut :
/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 19
Dari grafik tersebut di atas terlihat bahwa hamper semua jenis sarana kesehatan dasar dari
tahun ke tahun relatif konstan. Hanya saja untuk jumlah Pustu ada sedikit penurunan pada
tahun 2004, hal ini disebabkan karena beberapa daerah melakukan penggabungan Pustu
dengan Puskesmas Induk. Demikian juga dengan keberadaan Polindes, juga mengalami
pasang surut walaupun tidak terlalu besar perbedaannya. Dengan kondisi semacam itu dapat
dipersepsikan bahwa kebutuhan sarana kesehatan dasar sudah cukup, hanya mungkin yang
perlu ditingkatkan adalah peningkatan mutu pelayanan.
e. Praktek Perorangan
Untuk kepemilikan praktek perorangan dapat diuraikan sebagai berikut :
- Dokter Umum sebanyak 3.826, yang merupakan milik swasta sebanyak 3.751, milik
pemda sebanyak 46, dan milik Depkes sebanyak 29.
- Dokter Spesialis sebanyak 1.255, dimana yang dimiliki pihak swasta sebanyak 1.125,
yang dimiliki Pemda 119, dan dimiliki Depke sebanyak 11.
- Dokter Gigi sebanyak 830, dengan kepemilikan di pihak swasta sebanyak 784, pihak
Pemda 33, dan Depkes sebanyak 13.
- Doketr Gigi Spesialis sebanyak 105, dengan kepemilikan di pihak swasta sebanyak 75
dan Pemda sebanyak 30.
- Bidan sebanyak 6.051, dengan kepemilikan swasta sebanyak 5.416, Depkes
sebanyak110, Pemda sebanyak 523, dan ABRI sebanyak 2.
-
f. Praktek Berkelompok
Praktek berkelompok yang ada hanya praktek berkelompok dokter umum dan dokter
spesialis saja, sedang praktek berkelompok dokter gigi dan dokter gigi spesialis belum
ada. Praktek dokter umum berkelompok yang ada sebanyak 59, dengan kepemilikan
swasta 56 dan pemda 3. Sedang praktek berkelompok dokter spesialis berjumlah 49 yang
seluruhnya adalah milik swasta.
/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 22
h. Rumah Bersalin ( RB )
Jumlah RB yang ada sebanyak 392 buah, dengan kepemilikan swasta 379 buah, Pemda
12 buah, dan ABRI 1 buah.
i. Balai Pengobatan ( BP )
Jumlah BP yang ada sebanyak 928 buah, dengan kepemilikan swasta 901 buah, Depkes 1
buah, Pemda 4 buah, ABRI 14 buah, BUMN/Departemen lain 8 buah.
k. Laboratorium Klinik
Jumlah Laboratorium Klinik yang ada sebanyak 133 buah, dengan kepemilikan swasta 91
buah dan Pemda 42 buah.
l. Optikal
Jumlah Optikal yang ada sebanyak 254 buah, dimana kesemuanya adalah milik swasta.
/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 23
n. Gudang Farmasi kabupaten
Setiap kabupaten / Kota mempunyai 1 buah Gudang Farmasi sehingga untuk Jawa
Tengah, jumlah Gudang Farmasi yang ada sebanyak 35 buah yang seluruhnya merupakan
milik Pemda.
o. Apotek
Jumlah Apotek yang ada sebanyak 1.007, dengan kepemilikan swasta 981 buah, Pemda
16 buah, dan BUMN/Dep. Lain 10 buah.
/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 24
V. DATA KETENAGAAN
Penyebaran dan Permintaan akan Tenaga Kesehatan di Propinsi Jawa Tengah masih terdapat
kekurangan, dimana permintaan kebutuhan tersebut dapat dilihat dari usulan permintaan
kebutuhan akan tenaga kesehatan di Pemerintah Pusat, Propinsi serta Kabupaten/Kota yang
tiap tahun mengajukan usulan kebutuhan tenaga kesehatan.
Kebutuhan akan Tenaga Kesehatan tersebut perlu dilakukannya penerimaan /pemenuhan
kebutuhan dengan membuka penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil/CPNS yang
disesuaikan dengan kebutuhan Pemerintah Pusat, Propinsi dan Kabupaten / Kota itupun
belum sepenuhnya terpenuhi semua, perlu diketahui pemenuhan kebutuhan tersebut
disesuaikan juga dengan kondisi anggaran yang ada.
Untuk membantu peningkatan pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat serta dalam
upaya mendekatkan pelayanan kesehatan masyarakat, Pemerintah Pusat telah mengangkat
Dokter/Dokter Gigi dan Bidan Sebagai Pegawai Tidak Tetap dengan masa bakti selama
3(tiga) tahun baik yang diangkat melalui Pemerintah Pusat dalam hal ini Depkes RI atau
dengan Cara Lain dan Pemerintah Daerah Kabupaten / Kota juga diberi kewenangan dengan
mengangkat Dokter/Dokter Gigi Sebagai Pegawai Tidak Tetap Daerah ( PTTD) yang dibiayai
oleh APBD masing-masing.
/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 25
d. Tenaga Gizi
- Lulusan D1 dan DIII Gizi (SPAG dan AKZI)
e. Tenaga Teknis Medis
- Analis,TEM dan Penata Rontgen,Penata Anestesi,Fisioterapi
f. Tenaga Sanitasi
- Lulusan SPPH,APK dan DIII Kesehatan Lingkungan
g. Tenaga Kesehatan Masyarakat
- SKM,MPH dll.
h. Tenaga Dokter / Dokter Gigi dan Bidan PTT
/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 26
(jumlah tenaga belum termasuk 4 Kab/Kota yaitu : Kota Tegal, Banjarnegara, Pemalang dan
Kab.Semarang).
/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 27
( jumlah tenaga belum termasuk 4 Kab/Kota yaitu : Kota Tegal, Banjarnegara,Pemalang dan
Kab.Semarang).
/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 28
( jumlah tenaga belum termasuk 4 Kab/Kota yaitu : Kota Tegal, Banjarnegara,Pemalang dan
Kab.Semarang).
/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 29
7. Jumlah Tenaga Kefarmasian di Sarana Kesehatan
Hasil pencapaian tenaga kefarmasian berjumlah 1.393 orang terdiri atas tenaga Apoteker
334,S1 Farmasi 45,D3 Farmasi 101,Ass Apoteker 480, dan Tenaga Gizi yang terdiri atas D-
IV/S1 Gizi 56, D3 Gizi 546, dan D1 Gizi 337 orang.
/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 30
( jumlah tenaga belum termasuk 4 Kab/Kota yaitu : Kota Tegal, Banjarnegara,Pemalang dan
Kab.Semarang).
/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 31
( jumlah tenaga belum termasuk 4 Kab/Kota yaitu : Kota Tegal, Banjarnegara,Pemalang dan
Kab.Semarang).
/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 32
9. Jumlah Tenaga Kesehatan Masyarakat dan Sanitasi
Hasil pencapaian Tenaga Kesehatan Masyarakat dan Sanitasi sebanyak 600 orang untuk
lulusan SKM 551, D3 Kesmas 49 dan Tenaga Sanitasi sementara berjumlah 572 terdiri atas
D3 Sanitasi 505, D1 Sanitasi 67
/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 33
( jumlah tenaga belum termasuk 4 Kab/Kota yaitu : Kota Tegal, Banjarnegara, Pemalang dan
Kab.Semarang).
/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 34
10. Jumlah Tenaga Teknisi Medis di Sarana Kesehatan
Hasil pencapaian jumlah Tenaga Teknisi Medis di Sarana Kesehatan berjumlah 1.726 orang
tenaga terdiri atas Analis Lab 887, TEM & P.Rontg 381,P.Anestesi 160,Fisioterapis 298
orang tenaga
( jumlah tenaga belum termasuk 4 Kab/Kota yaitu : Kota Tegal, Banjarnegara, Pemalang dan
Kab.Semarang).
11. Jumlah Tenaga Dokter / Dokter Gigi dan Bidan PTT aktif
Hasil Pencapaian data Tenaga Dokter / Dokter Gigi dan Bidan PTT aktif sampai dengan
bulan agustus 2004 untuk tenaga dokter 530, Dokter Gigi 30 dan untuk Bidan 3754 dari
angkatan III s/d XIV.
/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 35
JUMLAH TENAGA DOKTER/DOKTER PTT AKTIF SAMPAI DENGAN BULAN AGUSTUS 2004
35
32 32
30
30 28
27 27 27 DOKTER
24 DOKTER GIGI
25 23
22
JUMLAH TENAGA
21 21
20
17
15 13 13 13
14
12 12
11 11 11
10 9 9
8 8
7
6
5 5
5 4 4 4
2
1
KABUPATEN/ KOTA
/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 36
KAB. SEM ARANG
J UMLAH TENAGA B IDAN P TT AKTIF ANGKATAN III s/ d XIV S AMP AI B ULAN AGUS TUS 2005
KAB. KENDAL
75
KAB.DEM AK
KAB.GROBOGAN
KAB.PATI
65
KAB.KUDUS
KAB.J EPARA
KAB.BLORA
55
KAB.REM BANG
KAB.PEKALONGAN
KAB.BATANG
45
KAB.PEM ALANG
KAB.TEGAL
KAB.BREBES
35
KAB.M AGELANG
KAB.PURWOREJ O
KAB.KEBUM EN
25
KAB.TEM ANGGUNG
KAB.WONOSOBO
KAB.SUKOHARJ O
15
KAB.SRAGEN
KAB.KLATEN
KAB.WONOGIRI
5
KAB.BOY OLALI
KAB.KARANGANY AR
III IV V VI I (IX) II (X) XI XIV
KAB.BANY UM AS
-5
KAB.CILACAP
P ER ANGKATAN
KAB.PURBALINGGA
KAB.BANJ ARNEGARA
KOTA SEM ARANG
KOTA SALATIGA
KOTA SURAKARTA
KOTA M AGELANG
KOTA PEKALONGAN
KOTA TEGAL
/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 37
VI. HASIL EVALUASI SIK KABUPATEN/KOTA
Untuk mewujudkan otonomi daerah di bidang kesehatan guna mencapai Jawa Tengah Sehat
2010, dikembangkan Sistem Informasi Kesehatan Propinsi. Sistem Informasi Kesehatan Propinsi
bukanlah suatu system yang berdiri sendiri melainkan bagian fungsional dari Sistem kesehatan,
yang dibangun dari himpunan atau jaringan Sistem-sistem Informasi Kesehatan Kabupaten/Kota,
disamping itu sekaligus juga merupakan bagian dari sistem informasi pada Pemerintah Propinsi
Jawa Tengah.
Sistem Informasi Kesehatan Propinsi harus dapat memberikan kepada penentu kebijakan di
propinsi bukti-bukti untuk dapat dilakukannya pengambilan keputusan berlandaskan fakta
(evidence based decision making). Sehingga Sistem Informasi Kesehatan yang baik adalah
Sistem Informasi yang dapat secara selektif menjaring data dari tingkat paling bawah dan
mengolahnya untuk mendukung pengambilan keputusan di tingkat atas.
Secara organisatoris peran pengelola data yang ada masih belum berjalan secara optimal oleh
karena masing-masing unit teknis masih melakukan pengelolaan data sesuai dengan kepentingan
program/proyek masing-masing. Dengan demikian meskipun data diperoleh dari sumber yang
sama sering ditemui penyajian data/informasi yang berbeda sehingga menimbulkan keraguan
terhadap keakurasiannya.
Secara fungsional untuk tenaga pengelola data / informasi telah dikembangkan dua jabatan
fungsional informatika yaitu meliputi Statistisi dan Pranata Komputer. Namun sampai saat ini
baik kualitas maupun kuantitas para pemangku jabatan fungsional tersebut masih perlu
ditingkatkan dan dikembangkan.
Sedangkan mengenai sistem pencatatan dan pelaporan sebenarnya unit-unit teknis telah
menyadari bahwa system pencatatan dan pelaporan yang ada dirasakan sangat beragam .
Akibatnya menjadi beban bagi unit-unit terendah ( operasional) seperti Puskesmas dan RS.
/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 38
Berbagai system pelaporan yang ada antara lain adalah : Pelaporan Puskesmas, Pelaporan
Rumah Sakit, Pelaporan Kabupaten/Kota, dan Pelaporan Propinsi.
Untuk memperbaiki dan mengembangkan system pelaporan, beberapa unit teknis telah
menyepakati format laporan yang dikelola secara terpadu di tingkat Puskesmas yang dikenal
dengan Sistem Pencatatan dan Pelaporan terpadu Puskesmas (SP2TP) atau Sistem Pencatatan
Pelaporan Puskesmas (SP3), dan untuk pelaporan di rumah sakit digunakan Sistem Pencatatan
dan Pelaporan Rumah Sakit (SP2RS). Namun ternyata dalam pelaksanaannya di lapangan,
hampir semua unit teknis belum konsisten terhadap kesepakatan yang telah diambil, sehingga
masing-masing unit masih menciptakan format pelaporan tersendiri dengan berbagai alasan. Hal
tersebut disebabkan karena adanya program atau kebutuhan untuk memenuhi laporan tolok ukur
dalam rangka pelaksanaan proyek. Demikian juga dalam pengolahan maupun pemanfaatan data
dan informasi guna pengambilan keputusan selama ini masih bersifat parsial, belum holistik
sesuai yang diharapkan.
Sistem Informasi Kesehatan yang telah berkembang sejak lama di Depkes dan seluruh jajarannya
yang paling bawah satu sama lain kurang terintegrasi. Sub Sistem Informasi Kesehatan tersebut
antara lain adalah :
Sistem Informasi Puskesmas
Sistem Informasi Rumah Sakit
Sistem Surveilans Terpadu
Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi ( SKPG)
Sistem Informasi Obat
Sistem Informasi Sumber Daya Manuasia Kesehatan , yang mencakup :
Sistem Informasi Kepegawaian Kesehatan ( SIMKA )
Sistem Informasi Pendidikan Tenaga Kesehatan
Sistem Informasi Diklat Kesehatan
Sistem Informasi Tenaga Kesehatan (SINAKES)
Sistem Informasi Iptek Kesehatan /Jaringan Litbang Kesehatan
/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 39
Dalam hal pembiayaan, pada umumnya kegiatan pengelolaan data kurang mendapat dukungan
pembiayaan/penganggaran, sehingga bila diamati proporsinya jauh sangat rendah dibandingkan
dengan biaya untuk kegiatan teknisnya. Biaya untuk kegiatan operasional, mulai dari penyediaan
formulir, uang lapangan pengumpul data, gaji-upah pengelola data/informasi, biaya pemeliharaan
perangkat, biaya bahan penunjang computer umumnya tidak dialokasikan secara layak. Bahkan
seringkali tidak dialokasikan. Sedangkan untuk mendukung kegiatan lain dalam rangka
peningkatan kualitas data/informasi seperti pengembangan teknologi pengelola data (pengadaan
hardware dan software) dan untuk peningkatan kualitas sumberdaya manusia biayanya sangat
terbatas.
Demikian juga dengan keadaan tenaga atau sumber daya manusia (SDM) pengelola data dan
informasi yang belum mencukupi dalam hal jumlah kualitas merupakan hambatan yang cukup
besar bagi pengembangan Sistem Informasi Kesehatan. Demikian pula halnya dengan fasilitas
pengolahan data dan informasi yang belum dapat menunjang diperolehnya informasi yang tepat
waktu dan akurat.
Kondisi demikian pada akhirnya sering menghasilkan data dan informasi yang kualitasnya
rendah (kurang lengkap, tidak akurat, dan selalu tidak tepat waktu), sehingga tidak mampu
mendukung pimpinan dalam proses pengambilan keputusan secara tepat dan cepat. Hal ini
menyebabkan data/informasi yang disampaikan semakin kurang dipercaya dan mengakibatkan
semua unit kembali mencari data/informasi secara langsung dengan menggunakan format
laporan tersendiri.
Dalam upaya meningkatkan kemampuan dan ketrampilan SDM telah dilakukan berbagai
pendidikan dan pelatihan yang diperuntukkan bagi tenaga dimaksud, namun permasalahan yang
sering dijumpai adalah kurangnya pembinaan/pemanfaatan di lapangan atau kurang tepatnya
penempatan.
Permasalahan yang juga dihadapi dalam pengembangan SIK di Propinsi Jawa Tengah adalah
secara nyata dirasakan bahwa belum semua unit teknis dan unit pengelola data memiliki persepsi
/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 40
yang sama mengenai maksud dan makna dari Sistem Informasi yang baik dalam suatu institusi.
Masing-masing unit masih mempunyai kecenderungan mempersepsikan Sistem Informasi sesuai
dengan kewenangan dan kepentingannya tanpa mempertimbangkan unit-unit lain dalam kesatuan
system pada satu institusi/organisasi yang lebih besar. Dalam perkembangan selanjutnya hal
tersebut menimbulkan pemikiran yang terkotak-kotak (fragmented) sebagai dampak dari
rendahnya integritas dan komitmen pengelola data dan informasi serta pengarahan yang kurang
jelas dari pimpinan unit masing-masing.
Terlebih lagi dalam era otonomi dimana Sistem Informasi Kesehatan Propinsi terintegrasi
dengan Sistem Informasi Pemerintah Propinsi, pengembangan SIK sangat dipengaruhi oleh
persepsi dari para penentu kebijakan di Propinsi terutama dalam memperoleh dukungan
pendanaan. Demikian juga dengan pengembangan SIK di Kabupaten/Kota.
Sistem Informasi Kesehatan Propinsi tersusun dari rangkaian Sistem Informasi Kesehatan
Kabupaten/Kota, sehingga efektifitas SIK Propinsi akan sangat ditentukan oleh efektifitas SIK
Kabupaten/Kota. Saat ini di Propinsi Jawa Tengah ada beberapa Kabupaten/Kota yang telah
mengembangkan SIK, diantaranya :
1. Beberapa Kabupaten/Kota telah memiliki website, seperti Dinas Kesehatan Kota Semarang,
Kota Surakarta, Kab. Purworejo, Kab. Kebumen. Masing-masing Puskesmas juga telah
dikembangkan SIMPUS, sehingga sudah tercipta kondisi jaringan yang online. Beberapa
aplikasi software yang berbasis web juga telah dikembangkan.
2. Kota Semarang dan Surakarta, serta Kabupaten Purworejo, Kebumen, Cilacap, Purbalingga,
Banjarnegara, Brebes, Tegal, Batang, Demak, Rembang, Blora juga telahmengembangkan
Local Area Network. Yang rata-rata mempunyai jumlah klien computer sebanding dengan
jumlah pejabat struktural yang ada ( Kasie/Kasubbag, Kasubdin/Kabag, Waka dan Kadinkes).
3. Masing-masing daerah telah mengembangkan SIK-nya sesuai kebutuhan dan kemampuan
masing-masing dengan berbagai cara, dan berbagai sumber dana, seperti contoh :
a. Kabupaten Cilacap
Pengembangan SIK di Kabupaten Cilacap mendapat dukungan dana dari APBD II ( tahun
2002 sebanyak Rp 300.000.000,- dan tahun 2003 sebesar Rp 292.500.000,- ). Visi dalam
/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 41
pengembangan SIK di Cilacap adalah “ Informasi akurat, tepat waktu dan lengkap
mendukung Cilacap sehat 2010. “
Kegiatan pengembangan SIK yang telah dilaksanakan di Kabupaten Cilacap meliputi :
Pengadaan sarana SIK,
Pengelolaan data-data kesehatan dijadikan satu pintu,
Pembuatan LAN di Dinas Kesehatan,
Pembuatan Software Sistem Pelaporan Terpadu Puskesmas ( SP2TP) dan Software
Sistem Informasi Manajemen Puskesmas ( SIMPUS) ujicoba pada 10 Puskesmas
yaitu puskesmas-puskesmas yang telah menadapat alokasi computer tahun 2002 dan
2003. ,
Peningkatan kualitas SDM dengan pelatihan pranata computer dan statistisi bagi
Puskesmas.
b. Kabupaten Purworejo
Aplikasi pengembangan SIK Kab Purworejo meliputi : SIMPUS, SIMKA dan Website.
Fasilitas dan keunggulan SIMKA Purworejo :
Mencari biodata pegawai berdasarkan NIP
Mencari biodata pegawai berdasarkan nama
Nominatitif berdarkan pangkat / golongan dan Status Kepegawaian
Data pegawai yang akan mendapatkan kenaikan gaji berkala pada
waktu tertentu
Data pegawai yang mendapatkan dan memasuki masa pension pada waktu
tertentu
Daftar urut kepangkatan (DUK) seluruh pegawai di DKK, Puskesmas dan RS
serta DUK pegawai berdasarkan unit kerja
Data pegawai berdasarkan pendidikan terakhir dan unir kerja
Data jumlah pegawai berdasarkan status pegawai
/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 42
Analisis kebutuhan pegawai berdasarkan DSP
Cetak SK Kenaikan Gaji Berkala ( KGB )
c. Kota Surakarta.
Pengembangan SIK di Kota Surakarta dibiayai dari dana APBD II.
d. Kabupaten Purbalingga.
Pengembangan SIK Kabupaten Purbalingga di biayai dari dana Pusat.
Selain 5 Kabupaten tersebut masih banyak Kabupaten yang dalam era otonomi daerah ini telah
mengembangkan SIKDAnya seperti kabupaten Demak dan Blora dengan SIMKA. ( dibiayai dari
HP5 dan APBD II )
Dalam pertemuan evaluasi SIK telah disepakati tentang berbagai hal, utamanya menyangkut
tentang antisipasi terhadap kesiapan dalam penyusunan Master Plan SIKDA Jawa Tengah, yang
selanjutnya dapat dikemukakan sebagaiberikut :
a.Sistem terdistribusi
Mempertimbangkan kualitas, kuantitas data dan letak geografis, diarahkan untuk
membentuk satu sistem basis data terdistribusi. Hal ini dipilih untuk mempercepat proses
arus komunikasi di lingkungan dinas Kesehatan propinsi/kabupaten/kota. Dengan demikian
tanggung jawab data terletak pada dinas Kesehatan/lokasi yang bersangkutan.
Keuntungannya adalah kecepatan data yang optimal. Kekurangannya adalah terjadinya
duplikasi data dan lemahnya pengawasan terhadap integritas dan konsistensi data.
/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 43
b. Pengembangan infrastruktur komunikasi (internet).
Untuk mewujudkan sistem informasi yang terdistribusi tersebut diatas, maka diperlukan
infrastruktur komunikasi yang terintegrasi antar subdin/bagian pada dinas Kesehatan
propinsi/kabupaten/kota.
Metodologi yang dapat digunakan adalah menganalisa kondisi fasilitas komunikasi saat ini
dan menganalisa kebutuhan trafik data dari system informasi yang akan dibangun.
Dalam penyusunan analisa ini perlu memperhatikan aspek integrasi, standarisasi, akurasi,
kecepatan dan keterkaitan dengan fungsi sebagai layanan sistem informasi kesehatan.
2. Standarisasi.
a. Piranti Keras (Hardware): inventarisasi dan analisa kebutuhan piranti keras, meliputi
server komputer, client workstation/personal komputer, piranti pendukung lainnya.
Adapun standar minimal untuk piranti keras jaringan saat ini, sebagai berikut:
/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 44
1) Server:
Processor minimal Pentium IV, diupayakan dual-processor
Model SCSI;
RAM minimal 1GB;
Harddisk minimal 80GB;
Minimal terdapat back-up data storage.
CDRW.
2) Client-Workstation
Processor minimal Pentium IV;
RAM minimal 256MB;
Harddisk minimal 40GB;
CDRW;
USB port;
Modem, Network support 10/100Mbps;
Firewire port;
Support Wireless connection;
VRAM minimal 64MB.
3) Hub:
Network support minimal 10/100Mbps;
Minimal 8 ports.
/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 45
Yang paling banyak digunakan di pasaran adalah berbasis Windows dan Linux.
Penggunaan piranti lunak ini tergantung pada masing-masing user, familiar dengan
piranti lunak yang mana.
c. Muatan data/informasi:.
1) Kebutuhan minimal muatan data/informasi ‘Data Satu Pintu’:
SPM-BK (Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan).
Profil Kesehatan.
Lapkesda (Laporan Kesehatan Daerah).
Data Inventory (sarana, prasarana dan tenaga).
/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 46
Data promosi dan kesehatan lingkungan.
Data pendidikan tenaga Kesehatan.
Data keuangan.
Data perencanaan terpadu.
Data Penelitian
Data logistik.
3. Pengembangan Platform
a. Sistem komputer
Dapat dibedakan menjadi 2 jenis:
1. Server
Server digunakan untuk melayani LAN (Local Area Network) dan WAN (Wide Area
Network) pada jaringan kantor.
2. Client Workstation
Desktop komputer yang berfungsi sebagai client pada jaringan.
Tahapan pengembangan hardware maupun system operasi disesuaikan dengan platform
yang dikembangkan.
/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 47
Kemampuan untuk bekerja pada berbagai perangkat lunak lainnya.
Semakin canggih kemampuan suatu database, semakin tinggi kemampuan
penggunaan.
4. Pengembangan SIKDA
a. Pengembangan SIK ditujukan sebagai tulang punggung pengambilan keputusan
dan perumusan kebijakan yang didukung oleh data yang tepat, akurat, cepat dan up-to-
date.
Untuk mencapai hal tersebut, dilakukan langkah-langkah persiapan sebagai berikut:
/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 48
1) Menyusun rancang bangun (Grand Desain) jaringan komputer terintegrasi dalam
wadah Sistem Informasi Kesehatan Daerah (SIKDA), baik secara LAN (Local
Area Network) maupun WAN (Wide Area Network).
/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 49
VII. PEMBUATAN SOFTWARE DAN PELATIHAN SIM-PTT
2. Pelatihan SIM-PTT
Sejak diadakannya Pegawai Tidak Tetap pada Tahun 1992, Departemen Kesehatan RI belum
mengetahui jumlah tenaga PTT yang tepat hingga penyebaran ke tempat tugas di masing
masing kabupaten/kota.
Sejak tahun 1996, Departemen Kesehatan RI telah menyusun suatu pedoman tentang
Software dari Sistem Informasi Pegawai Tidak Tetap yang dipergunakan di masing-masing
unit kerja berdasarkan pada jumlah pegawai tidak tetap yang ditempatkan. Dengan
pelaporan dari PTT yang ada, diharapkan masing-masing kabupaten/kota dapat melakukan
perencanaan kebutuhan, penempatan sesuai dengan wilayah kerja yang memerlukan tenaga
ptt tersebut sehingga diharapkan tercipta penempatan yang efektif dan efisiensi dari
pelayanan kesehatan dan secara luas dapat menuju upaya pencapaian peningkatan derajat
kesehatan di masyarakat.
Dengan melihat pentingnya penyebaran tenaga PTT yang ada di Kabupaten/kota maka
dipandang perlu melatih Software SIM-PTT yang ada dari tiap-tiap kabupaten/kota agar
penempatan disesuaikan dengan keadaan dari kabupaten/kota yang memerlukan tenaga
tersebut.
/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 50
3. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Terlatihnya tenaga operator komputer untuk menjalankan program SIMPTT di
Kabupaten/Kota.
b. Tujuan Khusus
Setelah kegiatan ini, peserta diharapkan mampu :
1) Menjalankan software SIMPTT beserta aplikasi lain seperti kodefikasi
dari tiap-tiap lokasi yang ditempatkan tenaga PTT pada masing-masing
kabupaten/kota.
2) Melakukan analisis mengenai keadaan tenaga ptt dan monitoring kerja
tiap-tiap PTT yang ada di masing-masing unit kerja.
4. PESERTA
Peserta Pelatihan dan Pengembangan SIMPTT adalah :
Pengelola Kepegawaian Kabupaten/kota : 35 orang
5. NARA SUMBER
a. Kepala Bagian Tata Usaha Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah
b. Kepala Sub. Bag Kepegawaian Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah
c. Seksi Manajemen Informasi Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah
6. MATERI
a. Teknik Penginstalan Software Aplikasi.
b. Teknik Penginstalan Software pendukung.
c. Teknik Peng-entrian data ke aplikasi serta pengisian kodefikasi masing-masing Kab/Kota
7. METODE
a. Penyajian materi dari Nara Sumber.
/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 51
b. Teknik Penginstalan
1. Penyajian Hasil Aplikasi software.
8. BIAYA
Pembiayaan kegiatan ini dibebankan pada APBD Tahun 2005 Dinas Kesehatan Propinsi Jawa
Tengah.
/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 52
11. SARAN-SARAN :
Petugas bagian entri data agar lebih memahami software agar pengentrian data tidak
tersendat-sendat.
Diperlukan adanya konsultasi ke propinsi dalam penggunaan software Simptt tersebut.
Tenaga petugas entri hendaknya dikhususkan untuk mengentri dan mengupdate data.
Berikut daftar Dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kota yang telah menerima software SIMPTT
dan sistem operasi komputer di masing-masing Kabupaten/Kota.
Menyusun laporan keadaan PTT dan updating data PTT di masing-masing unit kerja serta
melaporkan outputnya ke Dinkes Propinsi Jawa Tengah
12. KENDALA
Untuk pendataan Jumlah Tenaga Kesehatan sampai sekarang datanya belum akurat dimana
setiap Tenaga Kesehatan banyak yang bekerja tidak hanya pada satu Instansi /Unit Kerja saja
melainkan 2(dua) atau lebih, sehingga data yang sudah dilaporkan di unit kerja sebelumnya
dilaporkan kembali oleh unit kerja selanjutnya sehingga terjadi kelebihan jumlah tenaga.
Prasarana penunjang ( computer ) kurang memadai/sangat minim dan SDM pengelola
program pendataan tersebut kurang menguasai sehingga menghambat proses pendataan dan
terlambatnya pembuatan pelaporan dari Kabupaten /Kota ke Propinsi.
13. REKOMENDASI
Perlu dibuatkan semacam bentuk format tertentu yang tidak terjadi tumpang tindih jumlah
tenaga kesehatan yang seharusnya sehingga akan terciptanya jumlah ketenagaan yang benar-
benar akurat dan dapat dipertangungjawabkan.
Penyebaran dan Permintaan akan Tenaga Kesehatan di Propinsi Jawa Tengah masih terdapat
kekurangan, dimana permintaan kebutuhan tersebut dapat dilihat dari usulan permintaan
kebutuhan akan tenaga kesehatan di Pemerintah Pusat, Propinsi serta Kabupaten/Kota yang
tiap tahun mengajukan usulan kebutuhan tenaga kesehatan.
Perlu pemenuhan kebutuhan prasarana serta perlu diberikannya pelatihan bagi para pengelola
program pendataan tersebut sehingga proses pelaporan dapat berjalan dengan baik dan
lancar.
/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 53
Tabel Distribusi Software SIMPTT Tahun 2005
/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 55
Pekalongan 2000
Sub. Bag. dengan kondisi Windows
Dinkes Kab. Batang Haryani
33 Kepegawaian pelan 98
Windows
Dinkes Kab. Sragen AG. Sungkono
34 Sub. Bag Umum berjalan Xp
Window
Dinkes Kab. Brebes Tajudin
35 Tata Usaha ada kendala 2000
/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 56