Anda di halaman 1dari 56

LAPORAN PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN SIM-PTT

PROPINSI JAWA TENGAH


TAHUN 2005

I. PENDAHULUAN

Departemen Kesehatan sudah sejak lama mengembangkan Sistem Informasi Kesehatan Nasional
(SIKNAS), yaitu semenjak diciptakannya Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas
(SP2TP) pada awal tahun 1970an. SIKNAS tersebut merupakan Sistem Informasi yang
berhubungan dengan sistem-sistem informasi lain dalam rangka kerjasama yang saling
menguntungkan. Pada era desentralisasi ini, reformasi juga terjadi di bidang kesehatan dengan
menetapkan Visi Pembangunan Kesehatan yang tercermin dalam motto “INDONESIA SEHAT”
2010. Pencapaian Indonesia Sehat 2010 dilaksanakan dengan merumuskan kembali dan
menyelenggarakan dengan benar Sistem kesehatan Nasional. Dalam upaya mencapai visi dan
misi INDONESIA SEHAT tersebut, infrastruktur pelayanan kesehatan telah dibangun
sedemikian rupa mulai dari tingkat nasional, propinsi, kabupaten dan seterusnya sampai ke
pelosok. Oleh karena itu setiap Propinsi harus merumuskan dan melaksanakan Sistem Kesehatan
Propinsinya, begitu pula dengan Kabupaten/Kota, yang saling terkait mulai dari pelayanan
kesehatan dasar di desa dan kecamatan sampai ke tingkat nasional.

Adanya Sistem Informasi Kesehatan(SIK) dapat memberikan dukungan informasi dalam proses
pengambilan keputusan di semua tingkat administrasi pelayanan kesehatan. Menjadi pertanyaan
bagi kita bersama, bagaimana cara yang praktis untuk mengupayakan agar SIK dapat menjadi
alat manajemen yang efektif.

Sebelum dilakukan proses penataan kembali SIK, diperlukan suatu evalusi yang mendalam
tentang kekuatan dan kelemahan dari SIK yang telah ada. Selanjutnya difokuskan pada bidang-
bidang yang kurang berfungsi atau merupakan prioritas bagi daerah yang bersangkutan. Dalam

/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 1
pengembangannya, SIK masih mengalami hambatan-hambatan sehingga belum berjalan
sebagaimana mestinya. Beberapa faktor yang menjadi penghambat antara lain :

1. Sistem Informasi Kesehatan masih terfragmentasi.

2. Pemanfaatan data dan Informasi oleh manajemen belum optimal.

3. Pemanfaatan teknologi telematika belum optimal.

4. Kurangnya tenaga purna waktu untuk pengelolaan SIK.

Kondisi tersebut menyebabkan kurang akuratnya data, kurang sesuai kebutuhan dan kurang
cepatnya data dan informasi yang disajikan.

SP2TP sebagai salah satu kegiatan pencatatan dan pelaporan yang dilakukan di Puskesmas dalam
rangka menunjang pengelolaan upaya kesehatan masyarakat.

Selain SP2TP masih banyak sistem pencatatan dan pelaporan lain misalnya SIMPEG, SIKER,
SINAKES dan GIS. Pada output dari Sistem Informasi tersebut masih belum dapat terintegrasi
sehingga mempengaruhi dalam proses pengambilan keputusan. Pada laporan tersebut, data dan
variable belum dirancang untuk mengukur indikator kesehatan secara khusus. Sehubungan
dengan hal tersebut merupakan tantangan bagi kita dalam mengembangkan dan membangun
Sistem Informasi yang bersifat holistik.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat, terutama di bidang teknologi
informasi, menjadi tantangan bagi penyelenggara Pemerintah untuk dapat menyikapi dan
memanfaatkannya sebagai sarana kerja dalam membantu percepatan pelaksanaan tugas.
Teknologi informasi yang didukung oleh teknologi komunikasi menjadi unsur penting dalam
menjembatani data dan informasi dengan segala aspek kehidupan. Pemanfaatan teknologi
telematika yang belum optimal bukan hanya disebabkan kebutuhan biaya yang memang besar,
tetapi lebih karena apresiasi terhadap penggunaan teknologi yang masih kurang.

/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 2
Pembangunan kesehatan Propinsi Jawa Tengah dalam rangka mencapai Jawa Tengah Sehat 2010
yang mandiri dan bertumpu pada potensi daerah. Kegiatan-kegiatan program pembangunan
kesehatan yang dilakukan oleh sektor kesehatan maupun non kesehatan yang berhubungan
dengan masalah kesehatan merupakan data/fakta yang perlu dicatat dan dikelola dengan baik
dalam suatu sistem informasi. Peran data dan informasi program pembangunan kesehatan terasa
makin diperlukan guna pengambilan keputusan di setiap program, tahapan dan jenjang
administrasi.

Setelah berlakunya UU No.22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, secara struktural
seakan-akan telah putus hubungan antara kabupaten/kota, dengan propinsi, dan dengan pusat.
Sistem informasi yang menghubungkan berbagai tingkatan tadi juga otomatis mengalami
kemacetan.

Sehubungan dengan hal tersebut perlu adanya suatu sistem informasi yang dapat menyajikan dan
menggambarkan secara menyeluruh tentang kondisi dan situasi kesehatan di suatu
wilayah.Sistem tersebut nampaknya hanya bisa dibangun melalui kesepakatan atau komitmen
bersama dari tingkat yang paling bawah sampai ke tingkat pusat. Dan sejak direvisinya UU
No.22 tahun 1999 menjadi UU No.32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, maka
pengembangan system informasi akan menjdi lebih dimungkinkan kembali. Dan salah satu
system informasi yang akan dikembangkan adalah System Informasi Manajemen Pegawai Tidak
Tatap (SIM-PTT)

Dalam rangka pengembangan SIM-PTT tersebut telah dilakukan berbagai kegiatan, yang diawali
dengan pertemuan dengan lintas sector dan lintas program terkait untuk menyusun rencana
pengembangan SIM-PTT. Dalam pertemuan tersebut disepakati perlunya Sistem Informasi
Kesehatan yang terpadu, dengan harapan system tersebut dapat menunjang tercapainya Visi
Indonesia Sehat Tahun 2010. Dengan berdasarkan pola pikir tersebut, maka pengembangan SIM-
PTT disusun dengan pendekatan system, sehingga oleh karenanya kegiatan yang dilakukan
berkembang sebagai berikut :

/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 3
1. Penyusunan SIK Terintegrasi
Secara umum dan global telah disepakati beberapa hal yang menyangkut tentang
bagaimana SIKDA Jawa Tengah yang terpadu itu, sehingga bisa memberikan arah
bagaimana system informasi daerah itu akan dikembangkan
2. Pengumpulan Data Umum Propinsi Jawa Tengah
Untuk mengetahui lingkungan secara umum dimana para tenaga PTT ditempatkan dan
mengetahui gambaran bagaimana mereka akan beradaptasi dengan lingkungan, maka
telah dikumpulkan berbagai data yang secara umum memberikan gambaran secara
demografis tentang kondosi Jawa Tengah.
3. Pengumpulan Data Sarana Kesehatan
Untuk mengetahui gambaran penyebaran tenaga PTT di berbagai fasilitas atau sarana
kesehatan, maka telah dikumpulkan juga data sarana kesehatan yang ada di Jawa Tengah.
4. Pengumpulan Data Ketenagaan
Untuk mengetahui kondisi ketenagaan yang bergerak dalam bidang kesehatan, terutama
mengenai jumlah, jenis tenaga dan penyebarannya dimana akan menjadi mitra kerja para
tenaga PTT, serta jumlah dan jenis serta penyebaran daritenaga PTT itu sendiri, maka
telah dikumpulkan data mengenai ketenagaan di bidang kesehatan.
5. Hasil Evaluasi SIK Kabupaten/Kota
Dalam rangka fastek ke kabupaten/kota juga telah dikumpulkan data sumberdaya yang
berkaitandengan SIK, sekaligus dilakukan inventarisasi tentang apa yang diinginkan oleh
daerah sehubungandengan SIKDA di Jawa Tengah.
6. Pembuatan Software dan Pelatihan SIM-PTT
Software yang dibuat merupakan modifikasi software yang telah dibuat oleh Depkes
yang kemudian disesuaikan dengan kebutuhan Jawa Tengah. Software dibuat berbasis
wen, dan aplikasinya bias diakses melalui portal Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah
dengan alamat www.health-lrc.or.id. Sedangkan pelatihan pada dasarnya dilakukan
2(dua) kali, yaitu pelatihan secara terpusat yang dilakukan di Semarang, dan on the job
training yang dilakukan pada saat dilaksanakan fastek di kabupaten/kota. On the job
training ini dilakukan dengan cara dial-up di Kantor DKK atau di Warnet terdekat.

/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 4
/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 5
II. SISTEM INFORMASI KESEHATAN DAERAH (SIKDA) TERINTEGRASI

Dalam pertemuan awal telah disepakati, oleh karena saat ini Dinas Kesehatan Propinsi Jawa
tengah belum memiliki Master Plan atau Grand Design SIKDA, maka secara garis besar dan
menyangkut hal-hal yang prinsip perlu dirumuskan mengenai kebijakan SIKDA
TERINTEGRASI di Jawa Tengah. Adapun hasil rumusan tersebut dapat disajikan dalam bentuk
diagramsebagai berikut :

MOBILISA
SI
SP2RS
BA
PR PWS
SIKER M O
SIMO O G SKPG
R GIS,
T A
CTN
SIMPUS
dll

KI
QA SD E
M

SI-SDMKES - SIMKA - SITK - SIPTK - SINAKES – SIM


PTT - SIDIKLAT

 Sistem Informasi yang bebas tapi terkendali


 Bermanfaat bagi yang bersangkutan :
- Pelayanan menjadi lebih efisien
- Manajemen menjadi lebih efektif
- Menjadi tulang punggung pengambilan keputusan
/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 6
 Out putnya dapat :
- Mengukur kinerja
- Mengukur derajat kesehatan
 Untuk Jawa Tengah bermuara pada :
- SPM
- Profil
- Lapkesda
- Data Inventory

Pengelolaan Data Satu Pintu ( one gate sistem )


 Data masuk bisa dari semua sumber, data keluar dari satu pintu
 Di setiap tingkatan memiliki Pusat Data sbg pintu keluar/masuk data
 Diperlukan standarisasi data di semua tingkatan
 Laporan yg non data base divalidasi dgn LS/LP terkait sebelum dipublikasikan (Profil
Kesehatan, Lapkesda dan SPM)
 Publikasi via web d/a : www.health-lrc.or.id dan media resmi : Majalah INFOKES, Profil
Kesehatan, Hasil Kinerja SPM, Laporan Kesehatan Daerah.
 Setiap rencana pembuatan software yg akan diaplikasikan ke web agar dikonsultasikan
dulu ke Pusat Data/info
 Master-plan SIKDA Jawa Tengah akan disusun pada Tahun 2006, diperlukan koordinasi
yg baik dgn semua Kab/Kota (sharing dana).
 Kebijakan ini direncanakan efektif 2006.

Perlu Disusun Master Plan SIKDA Jawa Tengah


 Standar Desain
 Standar Data

/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 7
III. GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA TENGAH

1. Keadaan Geografi dan Cuaca


Jawa Tengah merupakan salah satu propinsi di Indonesia yang letaknya cukup strategis
karena berada di daratan padat Pulau Jawa, diapit oleh dua Propinsi besar Jawa Barat dan
Jawa Timur, dan satu Daerah Istimewa Yogyakarta. Sepanjang bagian utara dan selatan
terbentang pantai yang cukup panjang
Dengan luas wilayah kurang lebih 3.254.412 Ha Propinsi Jawa Tengah terbagi dalam 29
Kabupaten dan 6 Kota dengan 564 Kecamatan 8.563 desa/kelurahan. Daerah yang terluas
adalah Kabupaten Cilacap dengan luas 2.13.851 Ha atau sekitar 6,57 persen dari luas total
Propinsi Jawa Tengah. Sedangkan Kota Magelang merupakan daerah yang memiliki wilayah
paling kecil yaitu hanya seluas 1.812 Ha. Topografi Propinsi Jawa Tengah terdiri dari
wilayah daratan sebagai berikut :
Ketinggian antara 0 – 100 m dari permukaan laut yang memanjang di sepanjang pantai utara
dan selatan seluas 53,3 %,
Ketinggian 100 – 500 m dari permukaan laut yang memanjang pada bagian tengah pulau
seluas 27,4%,
Ketinggian 500 – 1.000 m dari permukaan laut seluas 14,7 %,
Ketinggian di atas 1.000 m dari permukaan laut seluas 4,6 %.
Luas Penggunaan Lahan di Jawa Tengah dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2004 dapat
dilihat pada table berikut :
Tabel Penggunaan Lahan di Jawa Tengah Tahun 2000 s/d 2004

Tahun Luas Sawah ( Ha ) Bukan Lahan Sawah ( Ha )

2000 998.008 2.256.404


2001 999.136 2.255.276
2002 998.456 2.255.956
2003 995.469 2.258.943
2004 996.197 2.258.215
Sumber : BPS Propinsi Jawa Tengah ( Jawa Tengah Dalam Angka Tahun 2005 )

/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 8
Luas lahan sawah di Propinsi Jawa Tengah sebesar 996.197 ribu Hektar ( 30,61 persen ) dan
lahan bukan sawah 2,26 juta Hektar ( 69,39 persen ). Dibandingkan dengan tahun
sebelumnya, luas lahan sawah tahun 2004 naik sebesar 0,07 %, sebaliknya luas bukan lahan
sawah mengalami penurunan sebesar 0,03 %. Menurut penggunaannya, sebagain besar lahan
sawah digunakan sebagai lahan sawah berpengairan teknis ( 39,35 % ), lainnya berpengairan
setengah teknis, sederhana, pengairan desa/non PU, tadah hujan dan lain-lain.

Adapun luas penggunaan lahan bukan sawah dapat dilihat pada table sebagai berikut :

Tabel Pemanfaatn Tanah di Jawa Tengah Tahun 2000 s/d 2004


2000 2001 2002 2003 2004
Pemanfaatan Tanah
( Ha ) ( Ha ) ( Ha ) ( Ha ) ( Ha )
Bangunan/Pekarangan 580.079 581.491 574.620 572.012 575.916
Tegal/Kebun 755.394 760.180 759.931 763.246 759.028
Ladang/Huma 5.889 5.769 8.391 9.811 9.587
Padang Rumput 6.322 3.699 3.098 2.723 2.662
Sementara tdk di 2.844 2.686 2.633 6.022 4.896
ushkan
Sumber : BPS Propinsi Jawa Tengah ( Jawa Tengah Dalam Angka Tahun 2005 )

Tanah pekarangan/bangunan dari tahun 2000 hingga tahun 2001 cenderung meningkat tetapi
mulai tahun 2002 mengalami penurunan dan pada tahun 2004 cenderung naik. Tanah
pekarangan ini cenderung menjadi pengguna air, karena akan menjadi tempat permukiman
manusia yang selalau membutuhkan air dalam kehidupannya. Penambahan tanah tadi diambil
dari lahan-lahan yang merupakan prodeusen pangan ( lahan pertanian ) selain merupakan
reservoir air ( hutan dan perkebunan ) yang justru akan menurun. Untuk itu maka perlu
diwaspadai akan rasio kebutuhan air dan air yang tersedia dibumi Jawa Tengah ini,
manajemen pemakaian air harus lebih ditingkatkan. Perumahan dengan system bertingkat
merupakan salah satu pilihan alternatif yang memadai, karena system ini lebih sedikit
menggunakan lahan yang potensial bagi reservoir air dan pangan.

/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 9
Berdasarkan Buku Jawa Tengah Dalam Angka Tahun 2005, suhu udara rata-rata maksimum
dan minimum menurut catatan stasiun di Jawa Tengah Tahun 2004 yaitu maksimum 29 0C
dan minimum 24 0C. Tempat-tempat yang letaknya berdekatan dengan pantai mempunyai
suhu udara rata-rata relatif tinggi. Untuk kelembaban udara rata-rata dari 75 % sampai
dengan 92 %. Curah hujan tertinggi tercatat di Sempor Kebumen yaitu 3.586 mm dan hari
hujan terbanyak tercatat di Stasiun Meterologi Cilacap sebesar 234 hari.

2. Keadaan Penduduk
Pertumbuhan & Kepadatan Penduduk
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Propinsi Jawa Tengah jumlah Penduduk di Jawa
Tengah tahun 2004 adalah 32.397.431 jiwa. Jika dibandingkan dengan tahun 2003
( 32.052.840 jiwa ) terjadi penambahan jumlah penduduk Jawa Tengah sebanyak 344.591
jiwa ( 1,07 % ). Penyebaran penduduk Jawa Tengah belum secara merata. Rata-rata
kepadatan penduduk Jawa Tengah tercatat sebesar 995 jiwa setiap kilometer persegi, dimana
wilayah terpadat adalah Kota Surakarta dengan tingkat kepadatan sekitar 11 ribu setiap
kilometer persegi. Data mengenai kepadatan dapat dilihat pada lampiran Tabel Luas wilayah,
jumlah desa, jumlah penduduk, jumlah rumah tangga dan kepadatan penduduk menurut
Kabupaten/Kota Se Jawa Tengah Tahun 2004.

Bila kita lihat jumlah rumah tangga di Jawa Tengah mengalami kenaikan dari sebesar 7,96
juta pada tahun 2003 menjadi 8,35 juta pada tahun 2004 atau naik sekitar 4,87 persen.
Berdasarkan data banyaknya rumah tangga dan rata-rata anggota rumah tangga menurut
Kabupaten / Kota di Jawa Tengah Tahun 2004 rata-rata penduduk per rumah tangga tercatat
sebesar 3,88 jiwa.
Sementara itu jumlah penduduk tertinggi dan terendah pada tahun 2004 masih sama dengan
tahun 2003, dimana yang tertinggi di Kabupaten Brebes sebanyak 1.784.094 jiwa dan
terendah di Kota Magelang sebanyak 123.576 jiwa.

/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 10
PERTUMBUHAN PENDUDUK
PROPINSI JAWA TENGAH TAHUN 2000 – 2004

TAHUN JUMLAH PERTUMBUHAN PROSENTASE

PENDUDUK
2000 30.774.946
2001 31.063.818 288.872 0,94
2002 31.691.866 628.048 2,02
2003 32.052.840 360.974 1,14
2004 32.397.431 344.591 1,07
Sumber : BPS Propinsi Jawa Tengah ( Jawa Tengah Dalam Angka Tahun 2005 )

Dari tabel tersebut terlihat bahwa laju pertumbuhan penduduk di Jawa Tengah mulai
mengalami peningkatan dari tahun 2001 sebesar 0,94 % dan tahun 2004 sebesar 1,07 %.

Sex Ratio Penduduk


Perkembangan penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat dari perkembangan ratio jenis
kelamin, yaitu perbandingan penduduk laki-laki dengan penduduk perempuan. Berdasarkan
data Jawa Tengah Dalam Angka Tahun 2005 yang dikelurkan oleh Badan Pusat Statistik
Propinsi Jawa Tengah ratio jenis kelamin penduduk Jawa Tengah tahun 2004 sebesar 99,82
hal ini menggambarkan bahwa jumlah penduduk perempuan lebih besar dibandingkan
jumlah penduduk laki-laki. Data rinci mengenai Sex Ratio menurut Kabupaten/Kota dapat
dilihat pada tabel lampiran “ Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin, Kelompok Umur
menurut Kabupaten/Kota se Jawa Tengah Tahun 2004”

/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 11
Struktur Penduduk Menurut Golongan Umur

Struktur Penduduk Jawa Tengah menurut golongan umur dapat dilihat pada tabel dibawah
berikut :
Tabel Struktur Penduduk Jawa Tengah Menurut
Golongan Umur Tahun 2000 - 2004
Golongan TAHUN
Umur 2000 2001 2002 2003 2004
< 1 470.699 528.153 518.118 870.244 814.683
1 - 4 2.007.647 2.148.007 2.169.159 1.692.242 1.923.054
5 - 14 6.219.667 6.279.900 6.332.011 6.288.873 6.307.449
15 - 44 14.914.069 14.791.458 15.123.085 15.452.356 15.467.909
45 - 64 5.269.177 5.353.495 5.533.490 5.686.550 5.765.998
65 keatas 1.894.587 1.962.805 2.016.003 2.062.575 2.118.338
Total 30.775.846 31.063.818 31.691.866 32.052.840 32.397.431
Sumber : BPS Propinsi Jawa Tengah ( Jawa Tengah Dalam Angka Tahun 2005 )

Penduduk golongan umur 1-4 tahun di Jawa Tengah Tahun 2004 cenderung naik sekitar
13,64 persen bila dibandingkan dengan penduduk golongan umur yang sama pada tahun
2003, tetapi sebaliknya penduduk berumur kurang dari 1 tahun di Jawa Tengah mengalami
penurunan sejumlah 55.561 jiwa atau sekitar 6,38 persen. Adapun perbandingan komposisi
proporsional penduduk Propinsi Jawa Tengah menurut usia produktif pada tahun 2000
sampai dengan 2004 dapat dilihat pada tabel berikut :

/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 12
Tabel Kelompok Usia Produktif Propinsi Jawa Tengah Tahun 2000 - 2004

Kelompok TAHUN
Usia
2000 20001 2002 2003 2004
( Tahun )
0 - 14 28,29 % 28,83 % 28,46 % 27,61 % 27,92 %
15 - 64 65,58 % 64,85 % 65,18 % 65,95 % 65,54 %
65 keatas 6,16 % 6,32 % 6,36 % 6,43 % 6,54 %
Sumber : BPS Propinsi Jawa Tengah ( Jawa Tengah Dalam Angka Tahun 2005 )

Dari table tersebut terlihat bahwa jumlah penduduk menurut kelompok umur dibawah 15
tahun naik bila dibandingkan dengan tahun 2003 yaitu sebesar 0,31 persen. Sedangkan untuk
penduduk usia lanjut ( kelompok umur diatas 65 tahun ) bertambah dari 6,43 persen menjadi
6.54 persen.

Angka Fertilitas Total ( TFR )


Dalam Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia ( SDKI ) Tahun 2002 – 2003 tercatat TFR
untuk Jawa Tengah sebesar 2,1 artinya rata-rata anak yang dilahirkan hidup oleh seorang
wanita selama usia produktif ( 15 – 49 tahun ) sebanyak 2,1 anak

3. Keadaan Sosial Ekonomi


Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB )
Salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan di bidang ekonomi yang diperlukan untuk
evaluasi dan perencanaan ekonomi makro, biasanya dilihat dari pertumbuhan angka Produk
Domestik Regional Bruto ( PDRB ), baik atas dasar harga berlaku maupun berdasarkan atas
dasar harga konstan. Menurut Jawa Tengah Dalam Angka Tahun 2005, pertumbuhan
ekonomi Jawa Tengah Tahun 2004 yang ditunjukkan oleh laju pertumbuhan Produk
Domestik Regional Bruto ( PDRB ) atas dasar harga konstan 2000 , semakin membaik dari
tahun 2003 sebesar 5,13 % ( 2003 = 4,98 % ). Hal tersebut cukup beralasan karena
perjalanan perekonomian relatif membaik selama tahun 2001 sampai dengan tahun 2004.
Perkembangan pendapatan regional perkapita atas dasar harga konstan 2000 periode
2000 – 2004 secara uum lebih rendah dibandingkan dengan perkembangan Produk Regional
/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 13
Bruto per kapita. Pada tahun 2004 pendapatan regional perkapita atas dasar harga berlaku
mencapai 4,99 juta rupiah, naik 11,24 % dari tahun sebelumnya. Sedangkan untuk PDRB per
kapita selama tahun 2000 – 2004 baik atas dasar harga konstan 2000 maupun atas dasar harga
berlaku juga cenderung mengalami peningkatan. PDRB harga berlaku menunjukkan
pendapatan yang memungkinkan dapat dinikmati oleh penduduk suatu wilayah, sedangkan
PDRB harga konstan dapat digunakan untuk menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara
keseluruhan/setiap sector dari tahun ke tahun.
PDRB menurut komponen penggunaan terdiri dari konsumsi rumah tangga, konsumsi
pemerintah, pembentukan modal, ekspor dan impor barang dan jasa. PDRB dari sudut
penggunaan yang terbesar adalah untuk pengeluaran konsumsi rumah tangga. Besarnya
PDRB perkapita bervariasi antar kabupaten/kota karena selain dipengaruhi oleh potensi dari
wilayah tersebut juga dipengaruhi oleh jumlah penduduk wilayah yang bersangkutan.
Beberapa kabupaten/kota dengan PDRB perkapita atas dasar harga berlaku cukup tinggi
pada tahun 2004, mulai dari Kabupaten Cilacap ( 21,56 juta rupiah ), Kabupaten Kudus
(15,89 juta rupiah ) dan Kota Semarang ( 14,57 juta rupiah ).
Berikut ini disajikan table perkembangan PDRB Jawa Tengah ( dalam juta rupiah ) dari tahun
2000 – 2004 seperti berikut :
TABEL PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ( PDRB )
MENURUT LAPANGAN USAHA ATAS DASAR HARGA BERLAKU DAN HARGA
KONSTAN I JAWA TENGAH TAHUN 2000 – 2004 ( juta rupiah )
PDRB atas dasar harga PDRB atas dasar harga
Tahun
berlaku konstan
2000 114.701.304,81 114.701.304,81
2001 133.227.558,11 118.816.400,29
2002 151.968.825,74 123.038.541,13
203 171.881.877,04 129.166.462,45
2004 173.435.263,05 135.789.872,31
Sumber : BPS Propinsi Jawa Tengah ( Jawa Tengah Dalam Angka Tahun 2005 )

Seiring dengan pesatnya pembangunan di berbagai sektor, menyebabkan permintaan sector


Listrik Gas dan Air Bersih meningkat, Secara prosentase kenaikkan sector Listrik Gas dan

/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 14
Air Bersih mengalami kenaikan yang paling tinggi bila dibandingkan dengan sektor lainnya
yaitu 8,65 persen meskipun perannya terhadap PDRB hanya sekitar 1,22 %.
Dilihat dari kenaikkan Produk Domestik Regional Bruto di atas diharapkan peningkatan
pertumbuhan ekonomi tersebut dapat pula meningkatkan taraf hidup atau kesejahteraan
masyarakat.

Angka Beban Tanggungan


Berdasarkan jumlah penduduk menurut kelompok umur maka angka beban tanggungan
( dependency ratio ) penduduk Propinsi Jawa Tengah tahun 2004 sebesar 52,57 terjadi
kenaikan dari tahun 2003 yang semula 51,63 artinya setiap 100 penduduk usia produktif
menanggung sekitas 53 orang penduduk usia tidak produkti.

4. Tingkat Pendidikan
Pada tahun 2004 jumlah penduduk laki-laki dan perempuan berusia 10 tahun keatas yang
tidak/belum pernah sekolah sebesar 2.764.785 orang, tidak/belum tamat SD/MI sebesar
5.828.482 orang, tamat SD/MI sebesar 9.526.129 orang, tamat SLTP sebesar 4.385.889
orang, tamat SLTA sebesar 3.362.031 orang dan sebesar 760.254 orang tamatan
Diploma/akademi/Diploma IV/Universitas/Perguruan Tinggi.
Dibandingkan dengan tahun 2003 telah terjadi peningkatan di bidang pendidikan baik bagi
penduduk laki-laki maupun perempuan, artinya semakin banyak orang yang bisa menikmati
pendidikan dan mampu melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi
Akan tetapi bila dicermati, ternyata pada tahun 2004 jumlah penduduk perempuan yang
berusia 10 tahun keatas yang buta huruf dan tidak/belum pernah sekolah lebih banyak dari
pada penduduk laki-laki, sementara yang tamat SD/MI, SLTP/MTs, SLTA/MA,
AKA/DIPLOMA dan tamat Universitas lebih rendah dari pada penduduk laki-laki.
Kondisi ini dapat menunjukkan bahwa laki-laki lebih diprioritaskan dalam mengenyam
pendidikan dari pada perempuan, meskipun jumlah penduduk perempuan lebih banyak
dibandingkan laki-laki.
Berikut ini disajikan table jumlah penduduk berusia 10 tahun keatas menurut tingkat
pendidikan tertinggi yang ditamatkan di Propinsi Jawa Tengah tahun 2000 – 2004

/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 15
Tabel Penduduk Usia 10 Tahun Ke atas menurut
Tingkat Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan Di Propinsi Jawa Tengah
Tahun 2000 – 2004
Tdk/Blm
Tdk/Belum DIP/A
Tahun Pernah SD SLTP SLTA
Tamat SD K/PT
Sklh
2000 2.968.609 6.051.199 9.102.561 3.623.142 2.915.930 640.395
2001 3.354.161 6.244.206 8.827.623 3.508.102 2.761.190 697.247
2002 2.897.441 6.164.446 9.204.288 3.950.777 3.021.149 727.433
2003 2.932.376 6.025.940 9.583.156 4.136.700 3.066.563 738.472
2004 2.764.785 5.828.482 9.526.129 4.385.889 3.362.031 760.254
Sumber : BPS Propinsi Jawa Tengah ( Jawa Tengah Dalam Angka Tahun 2005 )

/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 16
IV. DATA SARANA KESEHATAN

1. Sarana Kesehatan Dasar


a. Puskesmas.
Jumlah seluruh Puskesmas yang ada di Jawa Tengah adalah sebanyak 841 buah, yang
terbanyak di Kabupaten Banyumas (39 buah), disusul Kab Cilacap (35 buah), Kab.
Wonogiri (34 buah), Kab. Banjarnegara (34 buah), dan paling sedikit Kota Magelang (5
buah). Hal tersebut mungkin sebanding dengan jumlah Kecamatan yang ada, dimana
Kabupaten Banyumas juga memiliki jumlah kecamatan terbanyak (27 kec), dan Kota
Magelang juga memiliki jumlah kecamatan yang paling sedikit (2 kec). Jumlah rata-rata
Puskesmas per Kabupaten/Kota di Jawa Tengah adalah sebanyak 24 buah. Jika
dibandingkan dengan jumlah penduduk yang sebesar 32.052.840 jiwa, maka ratio jumlah
Puskesmas terhadap penduduk adalah sebesar 2,62 per 100.000 penduduk.

b. Puskesmas Rawat Inap (RI).


Jumlah Puskesmas RI keseluruhan sebanyak 218 buah, dengan jumlah terbanyak di
Kabupaten Banyumas (16 buah), disusul Kab. Boyolali (13 buah), Kab. Cilacap (12
buah), Kab. Banjarnegara (12 buah), Kab. Brebes (12 buah). Beberapa daerah tidak
mempunyai Puskesmas RI, yaitu Kota Magelang, Kota Salatiga, Kota Tegal, dan Kota
Surakarta. Hal tersebut mungkin disebabkan karena daerah tersebut merupakan kota
dengan wilayah yang tidak terlalu luas dan telah memiliki rumah sakit.

/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 17
c. Jumlah Tempat Tidur (TT) Puskesmas.
Jumlah TT Puskesmas keseluruhan sebanyak 2.861 buah. Jumlah TT puskesmas
terbanyak di Kab. Boyolali (215 buah), disusul Kab. Cilacap (180 buah), Kab. Klaten
(165 buah), Kab. Banyumas (160 buah), dan yang paling sedikit adalah Kab. Purworejo
(4 buah).

/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 18
d. Jumlah Puskesmas Pembantu (Pustu)
Jumlah Pustu di Jawa tengah sebanyak 1.824 buah, yang terbanyak di Kab. Wonogiri
(132 buah), dan yang paling sedikit di Kota Magelang (11 buah). Dibeberapa daerah,
jumlah Pustu cenderung mengecil sejak diberlakukannya UU Otonomi, Daerah oleh
karena dimerger dengan Puskesmas induk untuk menghindari tingginya target PAD
(Pendapatan Asli Daerah) oleh Pemda yang bersangkutan.

e. Puskesmas Keliling (Pusling).


Jumlah Puskesmas Keliling Roda-4 keseluruhan sebanyak 794 buah, yang terbanyak
adalah Kota Semarang (37 buah), disusul Kab. Klaten (34 buah), Kab. Banyumas (33
buah), Kab. Pati (32 buah), dan paling sedikit adalah Kota Magelang (5 buah).
Pusling Perahu motor hanya dimiliki oleh 3 daerah, yaitu Kab. Cilacap (3 buah), Kab.
Jepara (2 buah), dan Kab. Boyolali (1 buah).

f. Posyandu
Jumlah Posyandu di Jawa Tengah tahun 2004 sebanyak 46.072 buah, yang terbanyak di
Kab. Banyumas (2.376 buah), disusul Kab. Kebumen (2.203), Kab. Klaten (2.126 buah),
Kab. Magelang (2.095 buah), Kab. Wonogiri (2.017 buah), dan paling sedikit adalah Kota
Magelang(185 buah).

g. Polindes / PKD
Jumlah Polindes pada awal Tahun 2004 sebanyak 4.236 buah, namun pada akhir Tahun
2004 ada sekitar 1.050 buah diantaranya telah dikembangkan menjadi PKD dengan dana
bantuan dari Gubernur sebanyak Rp.10.000.000,- per desa/polindes. Ditargetkan dalam
waktu 4 tahun semua polindes yang ada telah berkembang menjadi PKD. Jumlah
Polindes terbanyak berada di Kab. Magelang (226 buah), dan paling sedikit di Kab.
Kudus (73 buah). Sedang semua Kota di Jawa Tengah tidak memiliki Polindes.

Adapun perkembangan keberadaan sarana kesehatan dasar sejak tahun 2000 sampai dengan
tahun 2004 dapat dilihat pada grafik berikut :

/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 19
Dari grafik tersebut di atas terlihat bahwa hamper semua jenis sarana kesehatan dasar dari
tahun ke tahun relatif konstan. Hanya saja untuk jumlah Pustu ada sedikit penurunan pada
tahun 2004, hal ini disebabkan karena beberapa daerah melakukan penggabungan Pustu
dengan Puskesmas Induk. Demikian juga dengan keberadaan Polindes, juga mengalami
pasang surut walaupun tidak terlalu besar perbedaannya. Dengan kondisi semacam itu dapat
dipersepsikan bahwa kebutuhan sarana kesehatan dasar sudah cukup, hanya mungkin yang
perlu ditingkatkan adalah peningkatan mutu pelayanan.

2. Jumlah Sarana Kesehatan Menurut Pemilikan


a. Rumah Sakit Umum ( RSU )
Jumlah RSU di Jawa Tengah pada tahun 2004 sebanyak 137 buah dengan jumlah tempat
tidur keseluruhan sebanyak 15.971 buah. Dari RSU tersebut yang terbesar dimiliki oleh
pihak swasta ( 83 buah ), disusul dengan Pemda ( 39 buah ), ABRI ( 10 buah ), Depkes
( 3 buah ), Lain-lain ( 2 buah ). Jika penduduk Jawa Tengah tahun 2003 sebanyak
32.052.840 jiwa, maka rasio jumlah RSU terhadap penduduk adalah sebesar ......
/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 20
Penyebaran kepemilikan RSU lebih jelas dapat dilihat pada grafik berikut

b. Rumah Sakit Jiwa ( RSJ )


Jumlah Rumah Sakit Jiwa yang ada dalah sebanyak 8 buah dengan jumlah tempat tidur
sebanyak 1.059 buah. Kepemilikan RSJ tersebut terbagi secara seimbang, yaitu Depkes
sebanyak 4 buah dan swasta juga 4 buah.

c. Rumah Sakit Khusus ( RSK )


Rumah Sakit Khusus yang ada di Jawa Tengah meliputi :
- Rumah Sakit Bersalin ( RSB ) sebanyak 21 buah dengan jumlah tempat tidur 536
buah, dengan kepemilikan pihak swasta sebanyak 20 buah dan Pemda 1 buah.
- RSK yang lain
RSK yang lain kecuali RSB ada sebanyak 20 buah dengan jumlah tempat tidur
sebanyak 878 buah, yang dimiliki oleh pihak swasta sebanyak 18 buah dan yang
dimiliki oleh Depkes sebayak 2 buah. RSK yang dimaksud di sini meliputi RS
Orthopedi, RS Paru, RS THT, RSIA, dan RS Mata.
/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 21
d. Puskesmas
Semua jenis Puskesmas baik Puskesmas Induk, Puskesmas RI, dan Pustu secara
keseluruhan kepemilikannya berada pada pihak Pemerintah Daerah.

e. Praktek Perorangan
Untuk kepemilikan praktek perorangan dapat diuraikan sebagai berikut :
- Dokter Umum sebanyak 3.826, yang merupakan milik swasta sebanyak 3.751, milik
pemda sebanyak 46, dan milik Depkes sebanyak 29.
- Dokter Spesialis sebanyak 1.255, dimana yang dimiliki pihak swasta sebanyak 1.125,
yang dimiliki Pemda 119, dan dimiliki Depke sebanyak 11.
- Dokter Gigi sebanyak 830, dengan kepemilikan di pihak swasta sebanyak 784, pihak
Pemda 33, dan Depkes sebanyak 13.
- Doketr Gigi Spesialis sebanyak 105, dengan kepemilikan di pihak swasta sebanyak 75
dan Pemda sebanyak 30.
- Bidan sebanyak 6.051, dengan kepemilikan swasta sebanyak 5.416, Depkes
sebanyak110, Pemda sebanyak 523, dan ABRI sebanyak 2.
-
f. Praktek Berkelompok
Praktek berkelompok yang ada hanya praktek berkelompok dokter umum dan dokter
spesialis saja, sedang praktek berkelompok dokter gigi dan dokter gigi spesialis belum
ada. Praktek dokter umum berkelompok yang ada sebanyak 59, dengan kepemilikan
swasta 56 dan pemda 3. Sedang praktek berkelompok dokter spesialis berjumlah 49 yang
seluruhnya adalah milik swasta.

g. Balai Kesehatan ibu dan Anak ( BKIA )


BKIA yang ada sebanyak 25 buah, dengan kepemilikan swasta 24 buah dan Pemda 1
buah.

/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 22
h. Rumah Bersalin ( RB )
Jumlah RB yang ada sebanyak 392 buah, dengan kepemilikan swasta 379 buah, Pemda
12 buah, dan ABRI 1 buah.

i. Balai Pengobatan ( BP )
Jumlah BP yang ada sebanyak 928 buah, dengan kepemilikan swasta 901 buah, Depkes 1
buah, Pemda 4 buah, ABRI 14 buah, BUMN/Departemen lain 8 buah.

j. Pelayanan Kesehatan Masyarakat


- Balai KB yang ada sebanyak 2 buah, dengan kepemilikan Pemda 1 buah dan
ABRI 1 buah.
- Balai Kesehatan Imunisasi tidak ada
- Balai Kesehatan Umum yang ada sebanyak 115 buah, dimana kesemuanya adalah
milik Pemda.
- Balai Kesehatan Mata yang ada sebanyak 4 buah, dimana kesemuanya adalah
milik Pemda.
- Balai kesehatan Gigi yang ada sebanyak 47 buah, dengan kepemilikan swasta 13
buah dan Pemda 34 buah.

k. Laboratorium Klinik
Jumlah Laboratorium Klinik yang ada sebanyak 133 buah, dengan kepemilikan swasta 91
buah dan Pemda 42 buah.

l. Optikal
Jumlah Optikal yang ada sebanyak 254 buah, dimana kesemuanya adalah milik swasta.

m. Sarana Rehabilitasi Korban Penyalahgunaan Obat / Narkotika.


Di Jawa Tengah pada tahun 2004 hanya ada 1 buah Sarana Rehabilitasi Korban
Penyalahgunaan Obat / Narkotika yang merupakan milik Depkes dan berada di RSJ
Magelang.

/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 23
n. Gudang Farmasi kabupaten
Setiap kabupaten / Kota mempunyai 1 buah Gudang Farmasi sehingga untuk Jawa
Tengah, jumlah Gudang Farmasi yang ada sebanyak 35 buah yang seluruhnya merupakan
milik Pemda.

o. Apotek
Jumlah Apotek yang ada sebanyak 1.007, dengan kepemilikan swasta 981 buah, Pemda
16 buah, dan BUMN/Dep. Lain 10 buah.

p. Toko Obat berijin


Jumlah Toko Obat Berijin yang ada sebanyak 429 buah, dimana kesemuanya merupakan
milik swasta.

q. Industri Rumah Tangga Makanan


Jumlah Industri Rumah Tangga Makanan yang ada sebanyak 13.632 buah, dimana
kesemuanya merupakan milik swasta.

r. Sub / Cabang Penyalur Alkes


Jumlah Sub / Cabang Penyalur Alkes yang ada sejumlah 15 buah, dimana kesemuanya
merupakan milik swasta.

s. Industri Obat Tradisional


Jumlah Industri Obat Tradisional yang ada sebanyak 162 buah, dimana kesemuanya
merupakan milik Pemda.

t. Industri Kecil Obat Tradisional


Jumlah Industri Kecil Obat Tradisional yang ada sebanyak 306 buah, dimana kesemuanya
merupakan milik Pemda.

/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 24
V. DATA KETENAGAAN

1. Data Kepegawaian Tenaga Kesehatan

Penyebaran dan Permintaan akan Tenaga Kesehatan di Propinsi Jawa Tengah masih terdapat
kekurangan, dimana permintaan kebutuhan tersebut dapat dilihat dari usulan permintaan
kebutuhan akan tenaga kesehatan di Pemerintah Pusat, Propinsi serta Kabupaten/Kota yang
tiap tahun mengajukan usulan kebutuhan tenaga kesehatan.
Kebutuhan akan Tenaga Kesehatan tersebut perlu dilakukannya penerimaan /pemenuhan
kebutuhan dengan membuka penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil/CPNS yang
disesuaikan dengan kebutuhan Pemerintah Pusat, Propinsi dan Kabupaten / Kota itupun
belum sepenuhnya terpenuhi semua, perlu diketahui pemenuhan kebutuhan tersebut
disesuaikan juga dengan kondisi anggaran yang ada.
Untuk membantu peningkatan pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat serta dalam
upaya mendekatkan pelayanan kesehatan masyarakat, Pemerintah Pusat telah mengangkat
Dokter/Dokter Gigi dan Bidan Sebagai Pegawai Tidak Tetap dengan masa bakti selama
3(tiga) tahun baik yang diangkat melalui Pemerintah Pusat dalam hal ini Depkes RI atau
dengan Cara Lain dan Pemerintah Daerah Kabupaten / Kota juga diberi kewenangan dengan
mengangkat Dokter/Dokter Gigi Sebagai Pegawai Tidak Tetap Daerah ( PTTD) yang dibiayai
oleh APBD masing-masing.

2. Jenis Data Ketenagaan


Jenis Tenaga Kesehatan disini dibagi menjadi 7(tujuh) yaitu :
a. Tenaga Medis
- Dokter, Dokter Gigi, Dr / Drg Spesialis
b. Tenaga Perawat & Bidan
- Termasuk lulusan DIII & S1
c. Tenaga Kefarmasian
- Apoteker,Asisten Apoteker

/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 25
d. Tenaga Gizi
- Lulusan D1 dan DIII Gizi (SPAG dan AKZI)
e. Tenaga Teknis Medis
- Analis,TEM dan Penata Rontgen,Penata Anestesi,Fisioterapi
f. Tenaga Sanitasi
- Lulusan SPPH,APK dan DIII Kesehatan Lingkungan
g. Tenaga Kesehatan Masyarakat
- SKM,MPH dll.
h. Tenaga Dokter / Dokter Gigi dan Bidan PTT

3. Unit Kerja Penempatan Tenaga Kesehatan


a. Puskesmas (termasuk PUSTU dan Polindes )
b. Rumah Sakit ( RSU,RSJ,RS Khusus,RSB)
c. Institusi Diklat / Diknakes
d. Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota
e. Dinas Kesehatan Propinsi

4. Persebaran Tenaga Kesehatan Kesehatan di Unit Kerja


Hasil Pencapaian Persebaran Tenaga Kesehatan di Unit Kerja antara lain di
Puskesmas,Rumah Sakit, Institusi Diklat / Dikknas,Sarana Kesehatan Lain, Dinas Kesehatan
Kab. / Kota dan di Dinas Kesehatan Propinsi berjumlah 36.185 orang yang meliputi medis
6.673, perawat & bidan 23.428,Farmasi 1.719, Gizi 1.038,Teknisi Medis 1.542, Sanitasi
1.086, dan Kesmas 699 orang.

/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 26
(jumlah tenaga belum termasuk 4 Kab/Kota yaitu : Kota Tegal, Banjarnegara, Pemalang dan
Kab.Semarang).

5. Jumlah Tenaga Kesehatan di Sarana Pelayanan Kesehatan


Hasil Pencapaian Tenaga Kesehatan di Sarana Pelayanan Kesehatan yaitu di Puskesmas dan
Rumah Sakit mencapai 34.651 di Puskesmas terdiri atas tenaga medis 1.717, perawat &
bidan 10.227,farmasi 346,gizi 490,teknisi medis 262,sanitasi 681,kesmas 166 orang ,sedang
tenaga yang ada di Rumah Sakit untuk tenaga medis 4.770,perawat & bidan 12.927,farmasi
1.050,gizi 458,teknisi medis 1.218,sanitasi 179 dan kesmas 160 orang

/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 27
( jumlah tenaga belum termasuk 4 Kab/Kota yaitu : Kota Tegal, Banjarnegara,Pemalang dan
Kab.Semarang).

6. Jumlah Tenaga Medis di Sarana Kesehatan


Hasil pencapaian jumlah tenaga medis di sarana kesehatan berjumlah 6.126 terdiri untuk
Dokter Spesilais 2.736, Dokter Umum 2.641, Dokter Gigi 749 dan Dokter Keluarga sejumlah
217.

/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 28
( jumlah tenaga belum termasuk 4 Kab/Kota yaitu : Kota Tegal, Banjarnegara,Pemalang dan
Kab.Semarang).

/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 29
7. Jumlah Tenaga Kefarmasian di Sarana Kesehatan
Hasil pencapaian tenaga kefarmasian berjumlah 1.393 orang terdiri atas tenaga Apoteker
334,S1 Farmasi 45,D3 Farmasi 101,Ass Apoteker 480, dan Tenaga Gizi yang terdiri atas D-
IV/S1 Gizi 56, D3 Gizi 546, dan D1 Gizi 337 orang.

/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 30
( jumlah tenaga belum termasuk 4 Kab/Kota yaitu : Kota Tegal, Banjarnegara,Pemalang dan
Kab.Semarang).

8. Jumlah Tenaga Keperawatan dan Bidan di Sarana Kesehatan


Hasil pencapaian tenaga keperawatan di Sarana Kesehatan mencapai 15.329 untuk tenaga
S1-Kep 168,D3 Perawat 9236, SPK 5.925 dan untuk tenaga Bidan hasil pencapaian 7.755
terdiri atas lulusan D3 Bidan 1.787, Bidan 5.968

/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 31
( jumlah tenaga belum termasuk 4 Kab/Kota yaitu : Kota Tegal, Banjarnegara,Pemalang dan
Kab.Semarang).

/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 32
9. Jumlah Tenaga Kesehatan Masyarakat dan Sanitasi
Hasil pencapaian Tenaga Kesehatan Masyarakat dan Sanitasi sebanyak 600 orang untuk
lulusan SKM 551, D3 Kesmas 49 dan Tenaga Sanitasi sementara berjumlah 572 terdiri atas
D3 Sanitasi 505, D1 Sanitasi 67

/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 33
( jumlah tenaga belum termasuk 4 Kab/Kota yaitu : Kota Tegal, Banjarnegara, Pemalang dan
Kab.Semarang).

/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 34
10. Jumlah Tenaga Teknisi Medis di Sarana Kesehatan
Hasil pencapaian jumlah Tenaga Teknisi Medis di Sarana Kesehatan berjumlah 1.726 orang
tenaga terdiri atas Analis Lab 887, TEM & P.Rontg 381,P.Anestesi 160,Fisioterapis 298
orang tenaga

( jumlah tenaga belum termasuk 4 Kab/Kota yaitu : Kota Tegal, Banjarnegara, Pemalang dan
Kab.Semarang).

11. Jumlah Tenaga Dokter / Dokter Gigi dan Bidan PTT aktif
Hasil Pencapaian data Tenaga Dokter / Dokter Gigi dan Bidan PTT aktif sampai dengan
bulan agustus 2004 untuk tenaga dokter 530, Dokter Gigi 30 dan untuk Bidan 3754 dari
angkatan III s/d XIV.

/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 35
JUMLAH TENAGA DOKTER/DOKTER PTT AKTIF SAMPAI DENGAN BULAN AGUSTUS 2004
35
32 32
30
30 28
27 27 27 DOKTER

24 DOKTER GIGI
25 23
22
JUMLAH TENAGA

21 21

20
17

15 13 13 13
14

12 12
11 11 11

10 9 9
8 8
7
6
5 5
5 4 4 4
2
1

KABUPATEN/ KOTA

/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 36
KAB. SEM ARANG
J UMLAH TENAGA B IDAN P TT AKTIF ANGKATAN III s/ d XIV S AMP AI B ULAN AGUS TUS 2005
KAB. KENDAL
75
KAB.DEM AK
KAB.GROBOGAN
KAB.PATI
65
KAB.KUDUS
KAB.J EPARA
KAB.BLORA
55
KAB.REM BANG
KAB.PEKALONGAN
KAB.BATANG
45
KAB.PEM ALANG
KAB.TEGAL
KAB.BREBES
35
KAB.M AGELANG
KAB.PURWOREJ O
KAB.KEBUM EN
25
KAB.TEM ANGGUNG
KAB.WONOSOBO
KAB.SUKOHARJ O
15
KAB.SRAGEN
KAB.KLATEN
KAB.WONOGIRI
5
KAB.BOY OLALI
KAB.KARANGANY AR
III IV V VI I (IX) II (X) XI XIV
KAB.BANY UM AS
-5
KAB.CILACAP
P ER ANGKATAN
KAB.PURBALINGGA
KAB.BANJ ARNEGARA
KOTA SEM ARANG
KOTA SALATIGA
KOTA SURAKARTA
KOTA M AGELANG
KOTA PEKALONGAN
KOTA TEGAL

/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 37
VI. HASIL EVALUASI SIK KABUPATEN/KOTA

Untuk mewujudkan otonomi daerah di bidang kesehatan guna mencapai Jawa Tengah Sehat
2010, dikembangkan Sistem Informasi Kesehatan Propinsi. Sistem Informasi Kesehatan Propinsi
bukanlah suatu system yang berdiri sendiri melainkan bagian fungsional dari Sistem kesehatan,
yang dibangun dari himpunan atau jaringan Sistem-sistem Informasi Kesehatan Kabupaten/Kota,
disamping itu sekaligus juga merupakan bagian dari sistem informasi pada Pemerintah Propinsi
Jawa Tengah.

Sistem Informasi Kesehatan Propinsi harus dapat memberikan kepada penentu kebijakan di
propinsi bukti-bukti untuk dapat dilakukannya pengambilan keputusan berlandaskan fakta
(evidence based decision making). Sehingga Sistem Informasi Kesehatan yang baik adalah
Sistem Informasi yang dapat secara selektif menjaring data dari tingkat paling bawah dan
mengolahnya untuk mendukung pengambilan keputusan di tingkat atas.

Secara organisatoris peran pengelola data yang ada masih belum berjalan secara optimal oleh
karena masing-masing unit teknis masih melakukan pengelolaan data sesuai dengan kepentingan
program/proyek masing-masing. Dengan demikian meskipun data diperoleh dari sumber yang
sama sering ditemui penyajian data/informasi yang berbeda sehingga menimbulkan keraguan
terhadap keakurasiannya.

Secara fungsional untuk tenaga pengelola data / informasi telah dikembangkan dua jabatan
fungsional informatika yaitu meliputi Statistisi dan Pranata Komputer. Namun sampai saat ini
baik kualitas maupun kuantitas para pemangku jabatan fungsional tersebut masih perlu
ditingkatkan dan dikembangkan.

Sedangkan mengenai sistem pencatatan dan pelaporan sebenarnya unit-unit teknis telah
menyadari bahwa system pencatatan dan pelaporan yang ada dirasakan sangat beragam .
Akibatnya menjadi beban bagi unit-unit terendah ( operasional) seperti Puskesmas dan RS.

/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 38
Berbagai system pelaporan yang ada antara lain adalah : Pelaporan Puskesmas, Pelaporan
Rumah Sakit, Pelaporan Kabupaten/Kota, dan Pelaporan Propinsi.

Untuk memperbaiki dan mengembangkan system pelaporan, beberapa unit teknis telah
menyepakati format laporan yang dikelola secara terpadu di tingkat Puskesmas yang dikenal
dengan Sistem Pencatatan dan Pelaporan terpadu Puskesmas (SP2TP) atau Sistem Pencatatan
Pelaporan Puskesmas (SP3), dan untuk pelaporan di rumah sakit digunakan Sistem Pencatatan
dan Pelaporan Rumah Sakit (SP2RS). Namun ternyata dalam pelaksanaannya di lapangan,
hampir semua unit teknis belum konsisten terhadap kesepakatan yang telah diambil, sehingga
masing-masing unit masih menciptakan format pelaporan tersendiri dengan berbagai alasan. Hal
tersebut disebabkan karena adanya program atau kebutuhan untuk memenuhi laporan tolok ukur
dalam rangka pelaksanaan proyek. Demikian juga dalam pengolahan maupun pemanfaatan data
dan informasi guna pengambilan keputusan selama ini masih bersifat parsial, belum holistik
sesuai yang diharapkan.

Sistem Informasi Kesehatan yang telah berkembang sejak lama di Depkes dan seluruh jajarannya
yang paling bawah satu sama lain kurang terintegrasi. Sub Sistem Informasi Kesehatan tersebut
antara lain adalah :
 Sistem Informasi Puskesmas
 Sistem Informasi Rumah Sakit
 Sistem Surveilans Terpadu
 Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi ( SKPG)
 Sistem Informasi Obat
 Sistem Informasi Sumber Daya Manuasia Kesehatan , yang mencakup :
 Sistem Informasi Kepegawaian Kesehatan ( SIMKA )
 Sistem Informasi Pendidikan Tenaga Kesehatan
 Sistem Informasi Diklat Kesehatan
 Sistem Informasi Tenaga Kesehatan (SINAKES)
 Sistem Informasi Iptek Kesehatan /Jaringan Litbang Kesehatan

/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 39
Dalam hal pembiayaan, pada umumnya kegiatan pengelolaan data kurang mendapat dukungan
pembiayaan/penganggaran, sehingga bila diamati proporsinya jauh sangat rendah dibandingkan
dengan biaya untuk kegiatan teknisnya. Biaya untuk kegiatan operasional, mulai dari penyediaan
formulir, uang lapangan pengumpul data, gaji-upah pengelola data/informasi, biaya pemeliharaan
perangkat, biaya bahan penunjang computer umumnya tidak dialokasikan secara layak. Bahkan
seringkali tidak dialokasikan. Sedangkan untuk mendukung kegiatan lain dalam rangka
peningkatan kualitas data/informasi seperti pengembangan teknologi pengelola data (pengadaan
hardware dan software) dan untuk peningkatan kualitas sumberdaya manusia biayanya sangat
terbatas.

Demikian juga dengan keadaan tenaga atau sumber daya manusia (SDM) pengelola data dan
informasi yang belum mencukupi dalam hal jumlah kualitas merupakan hambatan yang cukup
besar bagi pengembangan Sistem Informasi Kesehatan. Demikian pula halnya dengan fasilitas
pengolahan data dan informasi yang belum dapat menunjang diperolehnya informasi yang tepat
waktu dan akurat.

Kondisi demikian pada akhirnya sering menghasilkan data dan informasi yang kualitasnya
rendah (kurang lengkap, tidak akurat, dan selalu tidak tepat waktu), sehingga tidak mampu
mendukung pimpinan dalam proses pengambilan keputusan secara tepat dan cepat. Hal ini
menyebabkan data/informasi yang disampaikan semakin kurang dipercaya dan mengakibatkan
semua unit kembali mencari data/informasi secara langsung dengan menggunakan format
laporan tersendiri.

Dalam upaya meningkatkan kemampuan dan ketrampilan SDM telah dilakukan berbagai
pendidikan dan pelatihan yang diperuntukkan bagi tenaga dimaksud, namun permasalahan yang
sering dijumpai adalah kurangnya pembinaan/pemanfaatan di lapangan atau kurang tepatnya
penempatan.

Permasalahan yang juga dihadapi dalam pengembangan SIK di Propinsi Jawa Tengah adalah
secara nyata dirasakan bahwa belum semua unit teknis dan unit pengelola data memiliki persepsi

/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 40
yang sama mengenai maksud dan makna dari Sistem Informasi yang baik dalam suatu institusi.
Masing-masing unit masih mempunyai kecenderungan mempersepsikan Sistem Informasi sesuai
dengan kewenangan dan kepentingannya tanpa mempertimbangkan unit-unit lain dalam kesatuan
system pada satu institusi/organisasi yang lebih besar. Dalam perkembangan selanjutnya hal
tersebut menimbulkan pemikiran yang terkotak-kotak (fragmented) sebagai dampak dari
rendahnya integritas dan komitmen pengelola data dan informasi serta pengarahan yang kurang
jelas dari pimpinan unit masing-masing.
Terlebih lagi dalam era otonomi dimana Sistem Informasi Kesehatan Propinsi terintegrasi
dengan Sistem Informasi Pemerintah Propinsi, pengembangan SIK sangat dipengaruhi oleh
persepsi dari para penentu kebijakan di Propinsi terutama dalam memperoleh dukungan
pendanaan. Demikian juga dengan pengembangan SIK di Kabupaten/Kota.

Sistem Informasi Kesehatan Propinsi tersusun dari rangkaian Sistem Informasi Kesehatan
Kabupaten/Kota, sehingga efektifitas SIK Propinsi akan sangat ditentukan oleh efektifitas SIK
Kabupaten/Kota. Saat ini di Propinsi Jawa Tengah ada beberapa Kabupaten/Kota yang telah
mengembangkan SIK, diantaranya :
1. Beberapa Kabupaten/Kota telah memiliki website, seperti Dinas Kesehatan Kota Semarang,
Kota Surakarta, Kab. Purworejo, Kab. Kebumen. Masing-masing Puskesmas juga telah
dikembangkan SIMPUS, sehingga sudah tercipta kondisi jaringan yang online. Beberapa
aplikasi software yang berbasis web juga telah dikembangkan.
2. Kota Semarang dan Surakarta, serta Kabupaten Purworejo, Kebumen, Cilacap, Purbalingga,
Banjarnegara, Brebes, Tegal, Batang, Demak, Rembang, Blora juga telahmengembangkan
Local Area Network. Yang rata-rata mempunyai jumlah klien computer sebanding dengan
jumlah pejabat struktural yang ada ( Kasie/Kasubbag, Kasubdin/Kabag, Waka dan Kadinkes).
3. Masing-masing daerah telah mengembangkan SIK-nya sesuai kebutuhan dan kemampuan
masing-masing dengan berbagai cara, dan berbagai sumber dana, seperti contoh :
a. Kabupaten Cilacap
Pengembangan SIK di Kabupaten Cilacap mendapat dukungan dana dari APBD II ( tahun
2002 sebanyak Rp 300.000.000,- dan tahun 2003 sebesar Rp 292.500.000,- ). Visi dalam

/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 41
pengembangan SIK di Cilacap adalah “ Informasi akurat, tepat waktu dan lengkap
mendukung Cilacap sehat 2010. “
Kegiatan pengembangan SIK yang telah dilaksanakan di Kabupaten Cilacap meliputi :
 Pengadaan sarana SIK,
 Pengelolaan data-data kesehatan dijadikan satu pintu,
 Pembuatan LAN di Dinas Kesehatan,
 Pembuatan Software Sistem Pelaporan Terpadu Puskesmas ( SP2TP) dan Software
Sistem Informasi Manajemen Puskesmas ( SIMPUS) ujicoba pada 10 Puskesmas
yaitu puskesmas-puskesmas yang telah menadapat alokasi computer tahun 2002 dan
2003. ,
 Peningkatan kualitas SDM dengan pelatihan pranata computer dan statistisi bagi
Puskesmas.

b. Kabupaten Purworejo
Aplikasi pengembangan SIK Kab Purworejo meliputi : SIMPUS, SIMKA dan Website.
Fasilitas dan keunggulan SIMKA Purworejo :
 Mencari biodata pegawai berdasarkan NIP
 Mencari biodata pegawai berdasarkan nama
 Nominatitif berdarkan pangkat / golongan dan Status Kepegawaian
 Data pegawai yang akan mendapatkan kenaikan gaji berkala pada
waktu tertentu
 Data pegawai yang mendapatkan dan memasuki masa pension pada waktu
tertentu
 Daftar urut kepangkatan (DUK) seluruh pegawai di DKK, Puskesmas dan RS
serta DUK pegawai berdasarkan unit kerja
 Data pegawai berdasarkan pendidikan terakhir dan unir kerja
 Data jumlah pegawai berdasarkan status pegawai

/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 42
 Analisis kebutuhan pegawai berdasarkan DSP
 Cetak SK Kenaikan Gaji Berkala ( KGB )

c. Kota Surakarta.
Pengembangan SIK di Kota Surakarta dibiayai dari dana APBD II.

d. Kabupaten Purbalingga.
Pengembangan SIK Kabupaten Purbalingga di biayai dari dana Pusat.

e. Puskesmas Salam, Kabupaten Magelang

Selain 5 Kabupaten tersebut masih banyak Kabupaten yang dalam era otonomi daerah ini telah
mengembangkan SIKDAnya seperti kabupaten Demak dan Blora dengan SIMKA. ( dibiayai dari
HP5 dan APBD II )

Dalam pertemuan evaluasi SIK telah disepakati tentang berbagai hal, utamanya menyangkut
tentang antisipasi terhadap kesiapan dalam penyusunan Master Plan SIKDA Jawa Tengah, yang
selanjutnya dapat dikemukakan sebagaiberikut :

1. Rancang Bangun Teknologi dan Sistem Informasi Kesehatan

a.Sistem terdistribusi
Mempertimbangkan kualitas, kuantitas data dan letak geografis, diarahkan untuk
membentuk satu sistem basis data terdistribusi. Hal ini dipilih untuk mempercepat proses
arus komunikasi di lingkungan dinas Kesehatan propinsi/kabupaten/kota. Dengan demikian
tanggung jawab data terletak pada dinas Kesehatan/lokasi yang bersangkutan.
Keuntungannya adalah kecepatan data yang optimal. Kekurangannya adalah terjadinya
duplikasi data dan lemahnya pengawasan terhadap integritas dan konsistensi data.

/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 43
b. Pengembangan infrastruktur komunikasi (internet).
Untuk mewujudkan sistem informasi yang terdistribusi tersebut diatas, maka diperlukan
infrastruktur komunikasi yang terintegrasi antar subdin/bagian pada dinas Kesehatan
propinsi/kabupaten/kota.
Metodologi yang dapat digunakan adalah menganalisa kondisi fasilitas komunikasi saat ini
dan menganalisa kebutuhan trafik data dari system informasi yang akan dibangun.
Dalam penyusunan analisa ini perlu memperhatikan aspek integrasi, standarisasi, akurasi,
kecepatan dan keterkaitan dengan fungsi sebagai layanan sistem informasi kesehatan.

c. Pengembangan infrastruktur jaringan (intranet).


Infrastruktur jaringan lebih terkait dengan pengembangan local area network (LAN) pada
masing-masing dinas Kesehatan kabupaten/kota. Untuk mengembangkannya perlu dilakukan
analisa terhadap kondisi fasilitas infrastruktur jaringan saat ini dan menganalisa kebutuhan
trafik data dari system informasi yang akan dibangun.
Pengembangan infrastruktur jaringan dapat dibedakan dengan beberapa macam:
 Kabel UTP: didesain untuk infrastruktur dengan traffic muatan data yang belum besar.
Kecepatan transfer data mencapai 10/100 Mbps (Megabyte per seconds)
 Serat optic: didesain untuk infrastruktur dengan muatan data yang cukup besar (muatan
video, gambar dan suara) dan traffic jaringan rutin/secara terus menerus dipergunakan.
Infrastruktur ini biasanya dipakai di Rumah Sakit Pendidikan Propinsi dan Pusat, maupun
pemerintah propinsi/kabupaten/kota (Kantor Pengolahan Data Elektronik). Kecepatan
transfer data mencapai 1 GB (Giga byte).
 Wireless: didesain untuk infrastruktur gedung yang terpisah-pisah dan lebih praktis, tidak
terlalu pusing dengan masalah tataletak dan pengaturan kabel di ruangan.

2. Standarisasi.
a. Piranti Keras (Hardware): inventarisasi dan analisa kebutuhan piranti keras, meliputi
server komputer, client workstation/personal komputer, piranti pendukung lainnya.
Adapun standar minimal untuk piranti keras jaringan saat ini, sebagai berikut:

/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 44
1) Server:
Processor minimal Pentium IV, diupayakan dual-processor
Model SCSI;
RAM minimal 1GB;
Harddisk minimal 80GB;
Minimal terdapat back-up data storage.
CDRW.

2) Client-Workstation
Processor minimal Pentium IV;
RAM minimal 256MB;
Harddisk minimal 40GB;
CDRW;
USB port;
Modem, Network support 10/100Mbps;
Firewire port;
Support Wireless connection;
VRAM minimal 64MB.

3) Hub:
Network support minimal 10/100Mbps;
Minimal 8 ports.

b. Piranti Lunak: meliputi standarisasi operating system (OS) server, OS client-


workstation, aplikasi client-server, aplikasi database.
Pada prinsipnya semua operating system dan aplikasi client-server bisa diintegrasikan,
namun perlu diperhatikan keterkaitan dengan piranti keras pendukung dan sistem
kerjanya.

/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 45
Yang paling banyak digunakan di pasaran adalah berbasis Windows dan Linux.
Penggunaan piranti lunak ini tergantung pada masing-masing user, familiar dengan
piranti lunak yang mana.

Yang penting perlu dipahami standar minimal sebagai berikut:


1) Operating system (OS) diupayakan sama, misal menggunakan Windows XP;
mulai dari server sampai dengan client-workstation. Hal ini untuk memudahkan
setup, konfigurasi, meminimalisir permasalahan dan meningkatkan performa.
2) Software aplikasi: aplikasi berbasis web (PHP, html, xml, .NET, dsb);
penyeragaman database aplikasi (MySQL, SQL, dsb).

c. Muatan data/informasi:.
1) Kebutuhan minimal muatan data/informasi ‘Data Satu Pintu’:
 SPM-BK (Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan).
 Profil Kesehatan.
 Lapkesda (Laporan Kesehatan Daerah).
 Data Inventory (sarana, prasarana dan tenaga).

2) Sub sistem muatan data/informasi, meliputi:


 Data SOP (prosedur penanganan KLB, prosedur bimtek, prosedur perencanaan,
prosedur penerimaan pegawai, dsb).
 Data Surveilans
 Data Penyakit/KLB
 Data Obat.
 Data rumah sakit.
 Data UPT (Unit Pelaksana Teknis).
 Data kepegawaian dan ketenagaan.
 Laporan akuntabilitas.
 Data gizi.
 Data kesehatan masyarakat.

/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 46
 Data promosi dan kesehatan lingkungan.
 Data pendidikan tenaga Kesehatan.
 Data keuangan.
 Data perencanaan terpadu.
 Data Penelitian
 Data logistik.

d. Mekanisme pengiriman data/informasi:.


Selama ini metode pengiriman data secara manual melalui berbagai cara: faximili, kurir,
pos surat dan email (masih terbatas).
Kedepan akan kita kembangkan berbasis web dan minimal menggunakan email, sehingga
mempercepat proses pengiriman data/informasi.

3. Pengembangan Platform
a. Sistem komputer
Dapat dibedakan menjadi 2 jenis:
1. Server
Server digunakan untuk melayani LAN (Local Area Network) dan WAN (Wide Area
Network) pada jaringan kantor.
2. Client Workstation
Desktop komputer yang berfungsi sebagai client pada jaringan.
Tahapan pengembangan hardware maupun system operasi disesuaikan dengan platform
yang dikembangkan.

b. Sistem Database dan tools (Database Management System)


Pemilihan database dan tools disesuaikan dengan hal-hal sebagai berikut:
 Mendukung tipe aplikasi untuk pemrosesan data dengan volume besar.
 Fungsi database modern seperti: referential, integritas domain dan entity, prosedur
serta kemampuan.
 Portabilitas: dapat dioperasikan pada berbagai platform perangkat keras.

/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 47
 Kemampuan untuk bekerja pada berbagai perangkat lunak lainnya.
 Semakin canggih kemampuan suatu database, semakin tinggi kemampuan
penggunaan.

c. Kebutuhan SDM Pengelola SIK


1). Pengelola Pusat Data (Administrator)
SDM yang bertugas mengelola data meliputi: penentuan hak pengguna dalam suatu
sistem, keamanan sistem, pelaksanaan back-up data dan sistem, dan dokumentasi data.

2). Pengelola Sistem (System Analysis)


SDM yang menjadi sumber rujukan system yang ditangani; mengevaluasi kinerja
suatu system; mendokumentasikan setiap perubahan system; dan dapat
mengembangkan system dengan mengaplikasikan teknologi baru yang lebih baik.

3). Pengelola jaringan (Network Administrator)


Mempunyai tanggung jawab terhadap pemeliharaan, perencanaan dan pengembangan
jaringan komunikasi.

4). Pemrogram (Programmer)


Dibutuhkan untuk memelihara program aplikasi yang ada dan mengembangkan
program untuk permasalahan yang belum dan akan dikembangkan.

5). User (operator)


Sebagai user yang menggunakan sistem informasi kesehatan.

4. Pengembangan SIKDA
a. Pengembangan SIK ditujukan sebagai tulang punggung pengambilan keputusan
dan perumusan kebijakan yang didukung oleh data yang tepat, akurat, cepat dan up-to-
date.
Untuk mencapai hal tersebut, dilakukan langkah-langkah persiapan sebagai berikut:

/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 48
1) Menyusun rancang bangun (Grand Desain) jaringan komputer terintegrasi dalam
wadah Sistem Informasi Kesehatan Daerah (SIKDA), baik secara LAN (Local
Area Network) maupun WAN (Wide Area Network).

2) Menyiapkan Master Plan pengembangan SIKDA 2006-2010 yang mengacu pada


kebutuhan dinas Kesehatan propinsi/kabupaten/kota se Jawa Tengah.
Hal ini mencakup: infrastruktur jaringan, muatan data/informasi dan mekanisme
laporan dan informasi mulai dari tingkat puskesmas ke kabupaten/kota dan
kabupaten/kota ke propinsi, serta propinsi ke pusat.

3) Mempersiapkan SDM SIK baik di tingkat propinsi/kabupaten/kota dalam


penguasaan meng-apresiasi dan mengimplementasikan teknologi dan sistem
informasi Kesehatan serta mempersiapkan para pengguna jasa informasi
Kesehatan, yaitu berupa komitmen dan partisipasi aktif terhadap sistem yang
tersedia.

Evaluasi dan pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Daerah (SIKDA) akan


mendorong terwujudnya SIKDA terintegrasi sebagai tulang punggung perumusan
kebijakan dan pengambilan keputusan, sehingga kajian suatu permasalahan dapat
dilakukan secara utuh dan komprehensif.
SIKDA terintegrasi akan memperbaiki akuntabilitas dan kinerja dinas Kesehatan
propinsi/kabupaten/kota dalam pelaksanaan pembangunan dan proses pelayanan publik
demi terwujudnya Indonesia Sehat 2010.

/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 49
VII. PEMBUATAN SOFTWARE DAN PELATIHAN SIM-PTT

1. Pembuatan Software SIM-PTT


Software SIM-PTT berasal dari Depkes yang kemudian dimodifikasi sehingga sesuai dengan
kebutuhan dan peruntukan di Jawa Tengah. Software ini telah dimodifikasi untuk berbasis
web, dan bisa diakses pada alamat www.health-lrc.or.id. Dengan demikian diharapkan bagi
stakeholders yang akan mengakses data tenaga PTT akan dapat dipermudah karenanya,
selain itu updating data bisa dilakukan oleh DKK masing-masing secara dial up atau melalui
warnet terdekat. Adapun rincian mengenai penerimaan dan installing software di masing-
masing daerah terlampir.

2. Pelatihan SIM-PTT
Sejak diadakannya Pegawai Tidak Tetap pada Tahun 1992, Departemen Kesehatan RI belum
mengetahui jumlah tenaga PTT yang tepat hingga penyebaran ke tempat tugas di masing
masing kabupaten/kota.

Sejak tahun 1996, Departemen Kesehatan RI telah menyusun suatu pedoman tentang
Software dari Sistem Informasi Pegawai Tidak Tetap yang dipergunakan di masing-masing
unit kerja berdasarkan pada jumlah pegawai tidak tetap yang ditempatkan. Dengan
pelaporan dari PTT yang ada, diharapkan masing-masing kabupaten/kota dapat melakukan
perencanaan kebutuhan, penempatan sesuai dengan wilayah kerja yang memerlukan tenaga
ptt tersebut sehingga diharapkan tercipta penempatan yang efektif dan efisiensi dari
pelayanan kesehatan dan secara luas dapat menuju upaya pencapaian peningkatan derajat
kesehatan di masyarakat.

Dengan melihat pentingnya penyebaran tenaga PTT yang ada di Kabupaten/kota maka
dipandang perlu melatih Software SIM-PTT yang ada dari tiap-tiap kabupaten/kota agar
penempatan disesuaikan dengan keadaan dari kabupaten/kota yang memerlukan tenaga
tersebut.

/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 50
3. TUJUAN

a. Tujuan Umum
Terlatihnya tenaga operator komputer untuk menjalankan program SIMPTT di
Kabupaten/Kota.

b. Tujuan Khusus
Setelah kegiatan ini, peserta diharapkan mampu :
1) Menjalankan software SIMPTT beserta aplikasi lain seperti kodefikasi
dari tiap-tiap lokasi yang ditempatkan tenaga PTT pada masing-masing
kabupaten/kota.
2) Melakukan analisis mengenai keadaan tenaga ptt dan monitoring kerja
tiap-tiap PTT yang ada di masing-masing unit kerja.

4. PESERTA
Peserta Pelatihan dan Pengembangan SIMPTT adalah :
Pengelola Kepegawaian Kabupaten/kota : 35 orang

5. NARA SUMBER
a. Kepala Bagian Tata Usaha Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah
b. Kepala Sub. Bag Kepegawaian Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah
c. Seksi Manajemen Informasi Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah

6. MATERI
a. Teknik Penginstalan Software Aplikasi.
b. Teknik Penginstalan Software pendukung.
c. Teknik Peng-entrian data ke aplikasi serta pengisian kodefikasi masing-masing Kab/Kota

7. METODE
a. Penyajian materi dari Nara Sumber.

/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 51
b. Teknik Penginstalan
1. Penyajian Hasil Aplikasi software.

8. BIAYA
Pembiayaan kegiatan ini dibebankan pada APBD Tahun 2005 Dinas Kesehatan Propinsi Jawa
Tengah.

9. KEGIATAN YANG TELAH DILAKUKAN :


Sub. Bag Kepegawaian Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah telah memberikan Software
kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota se Jawa Tengah sebagai tindak lanjut dari pelatihan
program SIMPTT yang telah dilaksanakan terlebih dahulu.
Sistem Operasi pada masing-masing Kabupaten/Kota yang berbeda-beda mengharuskan
penyesuaian dan penyetelan agar program SIMPTT dapat berjalan walaupun ada perubahan-
perubahan kode.
Penyesuaian kode dari nama-nama kecamatan dan Puskesmas di kabupaten/kota yang belum
diketahui oleh Dinkes Propinsi mewajibkan petugas dari Dinkes Kab/Kota untuk mengentri
nama-nama kecamatan dan puskesmas yang ada di wilayahnya.

10. PERMASALAHAN YANG DITEMUI :


Program yang telah diinstal tidak dapat berjalan dengan program lain sehingga diperlukan
komputer khusus agar Software Simptt sepenuhnya dapat berjalan.
Kendala lain yang dihadapi dalam menginstal adalah pada sistem operasi dan spesifikasi
yang belum memenuhi syarat dari komputer di Dinkes Kab/Kota.
Belum semua Kabupaten/Kota mempunyai Jaringan / Internet sehingga terdapat kesulitan
untuk mengirim data-data secara online sehingga update data belum dapat dilakukan.

/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 52
11. SARAN-SARAN :
Petugas bagian entri data agar lebih memahami software agar pengentrian data tidak
tersendat-sendat.
Diperlukan adanya konsultasi ke propinsi dalam penggunaan software Simptt tersebut.
Tenaga petugas entri hendaknya dikhususkan untuk mengentri dan mengupdate data.
Berikut daftar Dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kota yang telah menerima software SIMPTT
dan sistem operasi komputer di masing-masing Kabupaten/Kota.
Menyusun laporan keadaan PTT dan updating data PTT di masing-masing unit kerja serta
melaporkan outputnya ke Dinkes Propinsi Jawa Tengah

12. KENDALA
Untuk pendataan Jumlah Tenaga Kesehatan sampai sekarang datanya belum akurat dimana
setiap Tenaga Kesehatan banyak yang bekerja tidak hanya pada satu Instansi /Unit Kerja saja
melainkan 2(dua) atau lebih, sehingga data yang sudah dilaporkan di unit kerja sebelumnya
dilaporkan kembali oleh unit kerja selanjutnya sehingga terjadi kelebihan jumlah tenaga.
Prasarana penunjang ( computer ) kurang memadai/sangat minim dan SDM pengelola
program pendataan tersebut kurang menguasai sehingga menghambat proses pendataan dan
terlambatnya pembuatan pelaporan dari Kabupaten /Kota ke Propinsi.

13. REKOMENDASI
Perlu dibuatkan semacam bentuk format tertentu yang tidak terjadi tumpang tindih jumlah
tenaga kesehatan yang seharusnya sehingga akan terciptanya jumlah ketenagaan yang benar-
benar akurat dan dapat dipertangungjawabkan.
Penyebaran dan Permintaan akan Tenaga Kesehatan di Propinsi Jawa Tengah masih terdapat
kekurangan, dimana permintaan kebutuhan tersebut dapat dilihat dari usulan permintaan
kebutuhan akan tenaga kesehatan di Pemerintah Pusat, Propinsi serta Kabupaten/Kota yang
tiap tahun mengajukan usulan kebutuhan tenaga kesehatan.
Perlu pemenuhan kebutuhan prasarana serta perlu diberikannya pelatihan bagi para pengelola
program pendataan tersebut sehingga proses pelaporan dapat berjalan dengan baik dan
lancar.

/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 53
Tabel Distribusi Software SIMPTT Tahun 2005

Keadaan Operating Yang menerima


No Kabupaten Komputer yg di instal
Software Sistem Software
Dinkes Kota Sub. Bag. Windows Lilik Ciptono,
1 Magelang Kepegawaian berjalan 98 Amd
Dinkes Kab. Windows
Agus Sumidi
2 Banyumas Sub. Bag Umum ada kendala Xp
dengan kondisi Window
Dinkes Kab. Kudus Joko Triyono
3 Tata Usaha pelan 2000
Sub. Bag. Windows
Dinkes Kab. Pati Sunaryo, S.Sos
4 Kepegawaian berjalan 98
Windows
Dinkes Kab. Rembang Sri Setyawati
5 Sub. Bag Umum ada kendala Xp
Dinkes Kab. dengan kondisi Window Endang
6 Pekalongan Tata Usaha pelan 2000 Lasminingsih
Sub. Bag. Windows
Dinkes Kab. Klaten Danang Ari W
7 Kepegawaian berjalan 98
Windows
Dinkes Kab. Semarang Setiyono
8 Sub. Bag Umum ada kendala Xp
Dinkes Kab. dengan kondisi Window
SR. Pratiningsih
9 Purbalingga Tata Usaha pelan 2000
Dinkes Kota Sub. Bag. Windows
Sunarto Widodo
10 Semarang Kepegawaian berjalan 98
Dinkes Kab. Windows
Suhartono
11 Temanggung Sub. Bag Umum ada kendala Xp
dengan kondisi Window
Dinkes Kota Tegal Aminudin
12 Tata Usaha pelan 2000
Dinkes Kab. Sub. Bag. Windows
Tri Prasetyo
13 Banjarnegara Kepegawaian berjalan 98
Windows
Dinkes Kota Surakarta Bagus Herudoyo
14 Sub. Bag Umum ada kendala Xp
15 Dinkes Kab. Tata Usaha dengan kondisi Window Joko Widarsono,
/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 54
Wonosobo pelan 2000 Amd
Sub. Bag. Windows
Dinkes Kab. Kendal Basri, S.Kom
16 Kepegawaian berjalan 98
Sub. Bag. Windows Priyoga DP, SE,
Dinkes Kab. Cilacap
17 Kepegawaian ada kendala Xp Msi
dengan kondisi Window Drs. Sri Utami,
Dinkes Kab. Jepara
18 Sub. Bag Umum pelan 2000 MM
Windows
Dinkes Kab. Kebumen Tugiman
19 Tata Usaha berjalan 98
Tatik
Dinkes Kab. Boyolali Sub. Bag. Windows Purwaningsih,
20 Kepegawaian ada kendala Xp SH,CN
dengan kondisi Windows
Dinkes Kab. Demak Sri Nuryati, SH
21 Sub. Bag Umum pelan 98
Windows
Dinkes Kab. Blora Alim Muhtarom
22 Tata Usaha berjalan Xp
Dinkes Kab. Sub. Bag. Window
Kasrodin
23 Purworejo Kepegawaian ada kendala 2000
dengan kondisi Windows Wisnu Tondo
Dinkes Kab. Magelang
24 Sub. Bag Umum pelan 98 Nugroho
Windows
Dinkes Kota Salatiga Imam Nurjono
25 Tata Usaha berjalan Xp
Sub. Bag. Window
Dinkes Kab. Tegal Supriyanto, S.Sos
26 Kepegawaian ada kendala 2000
dengan kondisi Windows
Dinkes Kab. Pemalang Sri Murtini
27 Sub. Bag Umum pelan 98
Dinkes Kab. Windows
Sri Sumarsi
28 Karanganyar Tata Usaha berjalan Xp
Dinkes Kab. Sub. Bag. Window
Sumbar PR
29 Sukoharjo Kepegawaian ada kendala 2000
Sub. Bag. dengan kondisi Windows Melik
Dinkes Kab. Grobogan
30 Kepegawaian pelan 98 K.Prigiyanti, SE
Windows
Dinkes Kab. Wonogiri Teguh Widodo, SE
31 Sub. Bag Umum berjalan Xp
32 Dinkes Kota Tata Usaha ada kendala Window Harsiani

/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 55
Pekalongan 2000
Sub. Bag. dengan kondisi Windows
Dinkes Kab. Batang Haryani
33 Kepegawaian pelan 98
Windows
Dinkes Kab. Sragen AG. Sungkono
34 Sub. Bag Umum berjalan Xp
Window
Dinkes Kab. Brebes Tajudin
35 Tata Usaha ada kendala 2000

Demikian laporan agar dapat dipergunakan seperlunya.

/conversion/tmp/scratch/416776264.doc 56

Anda mungkin juga menyukai