Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Statistik dan statistika merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sebuah penelitian,
dimana statistika akan digunakan untuk mengolah data yang diperoleh dari sebuah penelitian,
sehingga dapat diperoleh generalisasi dari data dalam penelitian tersebut. Statistika berperan
penting dalam pengolahan, intepretasi, serta generalisasi data penelitian. Pada setiap
penelitian, terutama yang menyakut bidang pendidikan, selalu menyertakan hipotesis sebagai
dugaan sementara dari penelitian tersebut. Untuk mengetahui kebenaran dari hipotesis yang
diajukan, maka akan dilakukan pengujian terhadap hipotesis tersebut. Pengujian hipotesis ini
dapat dilakukan dengan menggunakan metode statistika yang ada, baik statistika deskriptif,
statistika inferensial, statistika parametric, dan statistika non-parametrik.
Pemilihan jenis uji hipotesis yang akan digunakan harus disesuaikan dengan, sampel
penelitian, jenis data serta rancangan dari penelitian itu sendiri. Berdasarkan sampel penelitan
pengujian hipotesis dapat dibagi menjadi dua, yaitu: uji hipotesis satu sampel dan uji
hipotesis perbedaan antara dua rerata. Uji hipotesis perbedaan antara dua rerata dapat dibagi
menjadi dua, yaitu : uji hipotesis perbedaan rerata antara dua sampel berkorelasi (dependent)
dan uji hipotesis perbedaan rerata antara dua sampel yang tidak berkorelasi (independent).
Pemahaman jenis-jenis dari uji hipotesis sangat diperlukan sebagai bekal ilmu bila kita akan
melakukan penelitian. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dikaji jenis-jenis uji hipotesis
berdasarkan sampel penelitiannya beserta contohnya. Berdasarkan uraian tersebut ,aka
dirumuskan permasalahan sebagai berikut.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian di atas, maka dirumuskan masalah sebagai berikut.
1. Apakah yang dimaksud dengan uji hipotesis satu sampel?
2. Apakah yang dimaksud dengan uji hipotesis perbedaan antara dua rerata?
3. Apa saja contoh penerapan uji hipotesis satu sampel?
4. Apa saja contoh penerapan uji hipotesis perbedaan antara dua rerata?

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Uji Hipotesis Satu Sampel


Uji hipotesis satu sampel merupakan pengujian hipotesis yang dilakukan pada data
dengan sampel tunggal (1 sampel). Pengujian rata-rata pada sampel tunggal dapat dilakukan
dengan menggunakan Uji t (one sample t-test). Uji t ini merupakan salah satu contoh dari
statistika parametrik yang mensyaratkan data yang diukur minimal dalam skala interval, dan
asumsinya bahwa pengamatan atau nilai numerik dalam sampel harus berasal dari suatu
populasi yang berdistribusi normal. Namun, dalam banyak kasus, terutama pada penelitian-
penelitian sosial, tidak semua pengamatan bisa diukur dengan menggunakan skala interval,
tetapi hanya dapat diukur dalam skala ordinal (urutan/jenjang), bahkan hanya dalam skala
nominal (kategori). Selain itu, data yang diamati umumnya tidak berdistribusi normal. Untuk
data dengan kondisi tersebut diatas, maka akan diuji dengan menggunakan Chi Square Test.

1. Uji T untuk satu sampel (One sample T-test)


Pengujian satu sampel pada prinsipnya ingin menguji apakah suatu nilai tertentu (yang
diberikan sebagai pembanding) berbeda secara nyata atau tidak dengan rata-rata sebuah
sampel. Nilai tertentu di sini pada umumnya adalah sebuah nilai parameter untuk mengukur
suatu populasi. Uji T dapat dilakukan dengan menggunakan bantuan SPSS atau dengan
melakukan perhitungan secara manual dengan menggunakan rumus berikut.

x  0
t
s/ n
Setelah memperoleh nilai t hitung, maka nilai tersebut dibandingkan dengan nilai t tabel
dengan criteria sebagai berikut.
Tolak H0 bila  t1 1 
 t atau t  t1 1 
2 2

Terima H0 bila  t1 1 


 t  t1 1 
2 2

Contoh:
a) Kasus
Seorang guru melakukan penelitian terkait dengan penerapan jenis model
pembelajaran (Contextual Learning) terhadap keterampilan berpikir kritis siswa.
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA N 1 Gianyar, dimana

2
sampel yang digunakan sebanyak 30 orang siswa yang diambil secara acak dan dianggap
sudah dapat mewakili keseluruhan populasi. Diduga bahwa: “ keterampilan berpikir
kritis siswa yang diajar dengan model pembelajaran Contextual Learning adalah 70
b) Teknik Pengambilan Data
Data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil posttest yang dilakukan setelah
perlakuan dilaksanakan. Dimana tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes
keterampilan berpikir kritis.
c) Hipotesis Penelitian
H0 = Keterampilan berpikir kritis siswa yang diajar dengan model pembelajaran
Contextual Learning sama dengan 70
HA = Keterampilan berpikir kritis siswa yang diajar dengan model pembelajaran
Contextual Learning tidak sama dengan 70
d) Data hasil penelitan
No Nilai Keterampilan Berpikir No Nilai Keterampilan Berpikir
Kritis dengan penerapan CTL Kritis dengan penerapan CTL
1 75 16 69
2 81 17 70
3 80 18 68
4 77 19 63
5 73 20 65
6 75 21 87
7 72 22 85
8 80 23 77
9 89 24 75
10 87 25 88
11 89 26 81
12 79 27 80
13 83 28 77
14 81 29 86
15 74 30 83

e) Analisis Manual
No Nilai Keterampilan Berpikir No Nilai Keterampilan Berpikir
Kritis dengan penerapan CTL Kritis dengan penerapan CTL
1 75 16 69
2 81 17 70
3 80 18 68
4 77 19 63
5 73 20 65
6 75 21 87
7 72 22 85
8 80 23 77

3
9 89 24 75
10 87 25 88
11 89 26 81
12 79 27 80
13 83 28 77
14 81 29 86
15 74 30 83
Jumlah 2349
Rata-rata 78,3
Standar deviasi 7,071799
Derajat kebebasan 29
Diketahui :
Standar deviasi s = 7,071799
rata-rata x  78,3
jumlah sampel n = 30
taraf signifikan α = 0,05
0 = 70
dan derajat kebebasan dk = 29 pada daftar distribusi t diperoleh 2,045

x  0
t
s/ n
78,3  70
t 
7,071799 / 30
8,3
t 
7,071799 / 5,477
8,3
t 
1,291
t  6,429
Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan t di atas maka dapat diambil keputusan sebagai berikut.
Tolak H0 bila  t1 1 
 t atau t  t1 1  dan terima H0 bila  t1 1   t  t1 1  Dari
2 2 2 2

hasil perhitungan diperoleh nilai t hitung sebesar 6,429, dengan nilai t tabel untuk dk
29 adalah sebesar 2,045, sehingga t hitung berada dalam daerah penolakan H0 t hitung
> t tabel (6,429 > 2,045). Jadi dapat disimpulkan bahwa rata-rata nilai kemampuan
kognitif siswa yang diajar dengan model pembelajaran Contextual Learning tidak
sama dengan 70.

4
2. Chi Square untuk sampel tunggal
Uji Chi square dilakukan untuk menguji perbedaan proporsi populasi, yaitu antara data
yang diamati dengan data yang diharapkan (expected) terjadi menurut Ho, berdasarkan
proporsi yang berasal dari sampel tunggal. Uji Chi Squre dapat dilakukan dengan
menggunakan bantuan SPSS, yaitu dengan menggunakan croosstabs atau dengan melakukan
perhitungan secara manual dengan menggunakan rumus berikut.

2
(𝑓𝑜 − 𝑓𝑒 )2
𝜒 = ∑[ ]
𝑓𝑒
Dengan kriteria pengujian sebagai berikut:
Ho: diterima bila harga chi kuadrat hitung < chi kuadrat Tabel
Ho: ditolak bila harga Chi kuadrat hitung > chi kuadrat tabel
Contoh
a) Kasus
Seorang dosen ingin mengetahui perbedaan sikap mahasiswa terhadap pelaksanaan
perkuliahan Statistik dasar di jurusan Pendidikan Fisika Undiksha, ditinjau dari masa
pendidikan atau semester mahasiswa tersebut. Sikap dikategorikan menjadi baik, sedang
dan kurang. Sampel dari penelitian ini adalah mahasiswa semester 1, 3, 5 yang
jumlahnya 200 orang.
b) Hipotesis Penelitian
H0 = Tidak terdapat perbedaan sikap mahasiswa terhadap pelaksanaan kuliah statistic
dasar di jurusan Pendidikan Fisika Undiksha ditinjau dari semesternya.
HA = Terdapat perbedaan sikap mahasiswa terhadap pelaksanaan kuliah statistic dasar di
jurusan Pendidikan Fisika Undiksha ditinjau dari semesternya.
Dengan taraf signifikansi 0,01
c) Data Hasil Penelitian
Mahasiswa Sikap Jumlah
Semester Baik Sedang Kurang
I 6 60 14 80
III 14 58 8 80
V 10 22 8 40
Jumlah 30 140 30 200

d) Analisis Manual
Fo = frekuensi observasi (pengamatan), fe frekuensi ekspetasi (harapan), yang
dihitung dengan rumus berikut

5
( f baris )(  f kolom )
fe 
Jumlah total

Semester Sikap fo fe fo – fe (fo – fe)2 ( fo  fe )2


fe
Baik 6 12 -6 36 3,000
1 Sedang 60 56 4 16 0,286
Kurang 14 12 2 4 0,333
Baik 14 12 2 4 0,333
3 Sedang 58 56 2 4 0,071
Kurang 8 12 -4 16 1,333
Baik 10 6 4 16 2,667
5 Sedang 22 28 -6 36 1,286
Kurang 8 6 2 4 0,667
 9,976

Kesimpulan
Terima H0, bila 2 ≤ 2ά (db) . Derajat kebebasan (db) = (b-1)(k-1) = (3-1) (3-1) = 4.
2(0.01,4) = 13,277. 2 = 9,976. Dengan demikian 2 ≤ 2(0.01,4). Sehingga dapat diputuskan
bahwa H0 diterima. Artinya, sikap mahasiswa terhadap pelaksanaan kuliah statistik dasar
di Jurusan Pendidikan Fisika Undiksha ditinjau dari semesternya tidak berbeda secara
signifikan, pada taraf signifikansi 0,01.

2.2 Uji Hipotesis dua kelompok sampel berkorelasi


Pengujian hipotesis yang berasal dari dua sampel yang berpasangan (related samples,
paired samples, matched samples), dapat dilakukan dengan menggunakan statistika
parametric dan statistika non-parametrik. Disebut sebagai sampel berpasangan, bila
kelompok sampel pertama memiliki pasangan dari kelompok sampel kedua. Kelompok
sampel pertama dan kedua, bisa berasal dari individu-individu yang berbeda maupun
individu-individu yang sama. Untuk pengujian dengan menggunakan statistic parametric
dapat dilakukan dengan menggunakan Uji T (Paired sample T-Test). Data yang dianalisis
dengan menggunakan uji T, harus memiliki distribusi yang normal. Untuk data yang tidak
memenuhi prasyarat pengujian dengan menggunakan statistika parametrik, pengujian dapat
dilakukkan dengan menggunakan statistika non-parametrik, seperti: Mc Nemar Test, Sign
Test, dan Wilcoxon Sign Rank Test.
1. Uji T sampel berpasangan (Paired Sample T-test)
Uji T dengan dua sampel berpasangan, kita melakukan pengujian tentang kesamaan rata-
rata dari dua kelompok populasi yang bersifat dependent, yang berarti bahwa populasi yang

6
satu dengan yang lain berkorelasi. Dengan syarat awal kedua populasi berdistribusi normal,
dan sampel dipilih secara acak. Paired sample T-test dapat dilakukan dengan menggunakan
bantuan SPSS atau dapat dilakukan dengan perhitungan manual dengan menggunakan rumus
sebagai berikut.
X Y
t
S x
2

/ n1  ( S y / n2 )
2

Dengan Kaidah keputusan sebagai berikut.


Tolak H0, bila  t1 1 
 t atau t  t1 1 
2 2

Terima H0 bila  t1 1 


 t  t1 1 
2 2

Contoh:
a) Kasus
Seorang guru melakukan penelitian terkait dengan penerapan dua jenis model
pembelajaran Cooperative Learning terhadap keterampilan berpikir kritis siswa dengan
pemberian pre tes dan post tes. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI
SMA Maju Jaya, dimana sampel yang digunakan sebanyak 30 orang siswa yang diambil
secara acak dan dianggap sudah dapat mewakili keseluruhan populasi.
b) Teknik Pengambilan Data
Data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil test yang dilakukan sebelum dan
setelah perlakuan dilaksanakan. Dimana tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah
tes keterampilan berpikir kritis.
c) Hipotesis Penelitian
H0 = Tidak terdapat perbedaan keterampilan berpikir kritis siswa yang diajar dengan
model Cooperative Learning ditinjau dari nilai pre tes dan post tes.
HA = Terdapat perbedaan keterampilan berpikir kritis siswa yang diajar dengan model
Cooperative Learning ditinjau dari nilai pre tes dan post tes.
d) Data Hasil Penelitian
Nilai kemampuan kognitif Nilai kemampuan kognitif
No Cooperative Learning No. Cooperative Learning
Pretest Posttest Pretest Posttest
1 63 78 16 78 90
2 68 75 17 80 87
3 66 73 18 82 91
4 70 73 19 84 90
5 72 82 20 80 89
6 74 83 21 72 83

7
Nilai kemampuan kognitif Nilai kemampuan kognitif
No Cooperative Learning No. Cooperative Learning
Pretest Posttest Pretest Posttest
7 70 79 22 73 85
8 72 81 23 71 76
9 68 75 24 70 79
10 60 69 25 66 71
11 64 73 26 67 74
12 65 76 27 69 78
13 68 77 28 65 76
14 70 77 29 62 81
15 60 71 30 64 83

e) Analisis Manual
X = nilai pretest dengan model pembelajaran Cooperative Learning.
Y = nilai posttest dengan model pembelajaran Cooperative Learning.
NO X Y X  X  Y  Y  X  X 2 Y  Y 
2

1 63 78 -6,76667 -1,16667 45,78782 1,361119


2 68 75 -1,76667 -4,16667 3,121123 17,36114
3 66 73 -3,76667 -6,16667 14,1878 38,02782
4 70 73 0,23333 -6,16667 0,054443 38,02782
5 72 82 2,23333 2,83333 4,987763 8,027759
6 74 83 4,23333 3,83333 17,92108 14,69442
7 70 79 0,23333 -0,16667 0,054443 0,027779
8 72 81 2,23333 1,83333 4,987763 3,361099
9 68 75 -1,76667 -4,16667 3,121123 17,36114
10 60 69 -9,76667 -10,1667 95,38784 103,3612
11 64 73 -5,76667 -6,16667 33,25448 38,02782
12 65 76 -4,76667 -3,16667 22,72114 10,0278
13 68 77 -1,76667 -2,16667 3,121123 4,694459
14 70 77 0,23333 -2,16667 0,054443 4,694459
15 60 71 -9,76667 -8,16667 95,38784 66,6945
16 78 90 8,23333 10,83333 67,78772 117,361
17 80 87 10,23333 7,83333 104,721 61,36106
18 82 91 12,23333 11,83333 149,6544 140,0277
19 84 90 14,23333 10,83333 202,5877 117,361
20 80 89 10,23333 9,83333 104,721 96,69438
21 72 83 2,23333 3,83333 4,987763 14,69442
22 73 85 3,23333 5,83333 10,45442 34,02774
23 71 76 1,23333 -3,16667 1,521103 10,0278
24 70 79 0,23333 -0,16667 0,054443 0,027779
25 66 71 -3,76667 -8,16667 14,1878 66,6945
26 67 74 -2,76667 -5,16667 7,654463 26,69448
27 69 78 -0,76667 -1,16667 0,587783 1,361119
28 65 76 -4,76667 -3,16667 22,72114 10,0278
29 62 81 -7,76667 1,83333 60,32116 3,361099
30 64 83 -5,76667 3,83333 33,25448 14,69442

8
Σ 2093 2375 1129,367 1080,167
Mean 69,76667 79,16667
Stdev 6,240487 6,103042

sX 

 xx  2


1129,367
 6,240487
n 1 30  1

sY 
 xx  
2


1080,167
 6,103042
n 1 30  1
X Y
t
S x
2

/ n1  ( S y / n2 )
2

69,7667 - 79,16667
t
6,240487 / 30)  (6,103042 / 30
- 9,39997
t
(0,208016233)  (0,203434733)
 9,39997
t
0,641444437
t  14,465437
Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan t di atas maka dapat diambil keputusan sebagai
berikut. Tolak H0 bila  t1 1   t atau t  t1 1  dan terima H0 bila
2 2

 t1 1   t  t1 1  Dari hasil perhitungan diperoleh nilai t hitung sebesar


2 2

-14,465437, sehingga nilai t hitung mutlaknya adalah 14,465437 dengan nilai t tabel
untuk dk 29 adalah sebesar 2,045, sehingga t hitung berada dalam daerah penolakan
H0 t hitung > t tabel (14,465437 > 2,045). Jadi dapat disimpulkan terdapat
peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa yang diajar dengan model
Cooperative Learning ditinjau dari nilai pre tes dan post tes.

2. Mc Nemar Test
Uji MC Nemar biasa digunakan pada penelitian yang skala datanya berbentuk nominal/
diskrit. Pengujian dengan mengunakan uji Mc Nemar menekankan tipe sample yang
dependent. Sample yang dependent dimaksudkan tipe sample yang dalam pengukuran satu
variable terkait dengan pengukuran variable lainnya. Pengunaan uji Mc nemar test
menekankan pada aspek pengujian sebelum dan sesudah perlakuan. Uji Mc Nemar dapat
dilakukan dengan menggunakan bantuan SPSS atau dengan melakukan perhitungan secara
manual dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

9
 2

 A  D  1
2

, dk  1
A D
Terima H0, bila nilai Mc Nemar test hitung < nilai Mc nemar test table.
Tolak H0, bila nilai Mc Nemar test hitung > nilai Mc nemar test table
Contoh
a) Kasus
Seorang guru ingin meneliti kemampuan pemahaman konsep fisika siswa setelah
dilaksanakannya pembelajaran fisika dengan menggunakan model pembelajaran GI.
Penelitian ini melibatkan 200 orang siswa kelas X SMA Lancar Jaya. Penelitan ini
bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat peningkatan kemampuan pemahaman
konsep siswa setelah menggunakan model pembelajaran GI.
b) Data Penelitian
Peserta didik Sesudah
cukup baik
Sebelum

cukup
85 65
baik 40 10
c) Hipotesis
Ho = model pembelajaran GI tidak meningkatkan kemampuan pemahaman konsep
fisika siswa
Ha = model pembelajaran GI meningkatkan kemampuan pemahaman konsep fisika
siswa
d) Analisis
Peserta didik Sesudah
Jumlah
Antusias Tidak Antusias
Sebelum

Antusias
85 65 150
Tidak
40 10 10
antusias
Jumlah 125 75 200

 2

 A  D  1 2

A D

 2

85  10  1 2

85  10
5476
2 
95
  57,642
2

10
Kesimpulan
Terima Ho, bila χ2 ≤ χ2α (1)
Tolak Ho, bila χ2 > χ2α (1)
Nilai χ2 untuk  = 0,05 dengan df/dk = 1 adalah 3,841 (χ2α (1) = 3,841). Karena nilai χ2
> χ2α (1) atau (57,642 > 3,841) maka H0 ditolak dan HA diterima. Artinya model
pembelajaran GI dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep fisika siswa.

3. Sign Test
Uji nonparametric yang paling sederhana dan dipakai apabila datanya tidak memenuhi
syarat untuk diuji dengan uji wilcoxon. Datanya harus parallel (berpasNGAN, Berulang, atau
bergantungan). Asumsinya adalah skor selisih satu sama lainnya tidak terikat dan medianya
nol. Median sama dengan nol sebab, bila hipotesis diterima median akan membagi tanda-
tanda ke dalam tanda-tanda negative dan positif yang sama banyak. Uji ini digunakan untuk
mengevaluasi efek dari suatu treatment tidak dapat diukur, melainkan hanya dapat diberi
tanda positif atau negative saja.
Hipotesis null dinyatakan dengan Ho : P = 0,5, dimana P menunjukkan probabilitas
untuk memperoleh beda yang bertanda positif. Hipotesis alternatifnya dinyatakan dengan H A
: P ≠ 0,5 bila digunakan uji dua arah, atau P > 0,5 bila digunakan uji satu arah.
 Bentuk Rumus:
Jika n1= banyak beda yang bertanda positif dan n2 = banyaknya beda yang bertanda
negatif, maka bila Ho benar, variabel random dapat diketahui dengan rumus berikut:
(|𝑛1 − 𝑛2 | − 1)2
𝜒2 =
𝑛1 + 𝑛2
Berdasarkan hal di atas, variabel random akan menyebar menurut distribusi 2 dengan
derajat bebas 1. Pasangan pengamatan yang menghasilkan beda sama dengan nol tidak
diikutsertakan dalam perhitungan.
 Kaidah Keputusan
Berdasarkan distribusi 2 disusunlah kaidah keputusan sebagai berikut:
Terima Ho, bila χ2 ≤ χ2α (1)
Tolak Ho, bila χ2 > χ2α (1)
Uji tanda dapat digunakan suatu kaidah keputusan berdasarkan nilai kritis h. Bilangan
h = banyak tanda yang terjadi paling sedikit baik itu positif atau negatif.
Tolak Ho, bila h ≤ hα
Terima Ho, bila h > hα

11
Contoh:
a) Kasus
Seorang Guru Fisika ingin meneliti pengaruh pemberian metacognitive prompting
terhadap penguasaan konsep fisika siswa kelas X SMA 1 Tabanan. Populasi dari
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA 1 Tabanan tahun pelajaran 2011/2012.
Sampel yang digunakan sebanyak 20 orang siswa, yang dipilh secara acak dan diangap
dapat mewakili keseluruhan populasi.
b) Teknik Pengambilan Data
Data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil pretest dan posttest yang dilakukan
sebelum dan setelah perlakuan dilaksanakan. Dimana tes yang digunakan dalam
penelitian ini adalah tes penguasaan konsep. Dalam penelitian ini, data dibagi menjadi
dua kelompok yaitu, kelompok sebelum mendapat perlakuan dan sesudah mendapat
perlakuan.
c) Hipotesis Penelitian
H0 = Pemberian metacognitive prompting tidak berpengaruh terhadap penguasaan
konsep fisika siswa.
HA = Pemberian metacognitive prompting tidak berpengaruh terhadap penguasaan
konsep fisika siswa.
d) Data Hasil Penelitian
NO Sebelum Sesudah
1 60 72
2 66 75
3 70 83
4 78 87
5 71 80
6 50 69
7 67 79
8 78 86
9 60 76
10 71 89
11 62 62
12 63 85
13 80 90
14 75 89
15 65 78
16 68 82
17 70 85
18 80 79
19 85 85
20 81 80

12
e) Analisis Manual
No Nilai Tanda Beda (Y-X)
Sebelum (X) Sesudah (Y)
1 60 72 +
2 66 75 +
3 70 83 +
4 78 87 +
5 71 80 +
6 50 69 +
7 67 79 +
8 78 86 +
9 60 76 +
10 71 89 +
11 62 62 0
12 63 85 +
13 80 90 +
14 75 89 +
15 65 78 +
16 68 82 +
17 70 85 +
18 80 79 -
19 85 85 0
20 81 80 -
Jumlah data bertanda positif dan negatif , dimasukkan ke dalam rumus berikut.
( n1  n2  1) 2
  2

n1  n2


16  2  12

16  2
169
  9,388888889
18
Kaidah Keputusan :
Terima Ho, bila χ2 ≤ χ2α (1)
Tolak Ho, bila χ2 > χ2α (1)
Nilai χ2 untuk  = 0,05 dengan df = 1 adalah 3,841 (χ2α (1) = 3,841). Karena nilai χ2 >
χ2α (1) atau (9,388888889 > 3,841) maka H0 ditolak dan HA diterima. Artinya
pemberian metacognitive prompting berpengaruh terhadap penguasaan konsep fisika
siswa.

4. Wilcoxon test (Wilcoxon’s sign rank test)


Merupakan statistic Nonparametrik yang digunakan untuk mencari perbedaan rerata
antara dua sampel yang bergantungan, berhubungan atau berkorelasi. Asumsi dasar datanya

13
kontinu dan jenis skalanya paling tidak ordinal. Bedanya dengan uji Mann whitney, uji
jenjang bertanda Wilcoxon ini digunakan untuk dua sampel yang bergantungan,
berhubungan, atau berkorelasi.
 Prosedur Pengujian
Ada beberapa prosedur atau langkah yang dilalui dalam pengujian jenjang-bertanda
Wilcoxon, yaitu :
a. Dalam perhitungan, harga mutlak dari selisih skor-skor yang berpasangan diurutkan
(diberi jenjang/peringkat) mulai dari yang paling kecil (selisih nol tidak
mendapatkan jenjang/peringkat).
b. Jika terdapat skor / nilai yang sama (kembar), maka perlu dilakukan penyesuaian
jenjang / peringkat dengan cara membagi jumlah jenjang / peringkat tersebut dengan
banyaknya skor / nilai yang kembar, sehingga banyaknya nilai yang kembar
mendapat jenjang / peringkat yang sama.
c. Peringkat selisih positif dan negative masing-masing dijumlahkan, diperoleh J+ dan
J-. Dari J+ dan J- yang lebih kecil disebut J. J inilah yang dibandingkan dengan J (tabel)
untuk pengujian hipotesis.
 Bentuk Rumus
Berdasarkan prosedur/langkah dia atas, dapatlah disimpulkan rumus sebagai berikut :
1) Ukuran Sampel : n  25
J = m (J+ atau J-)
Keterangan : J = jumlah (nilai yang digunakan untuk menguji hipotesis)
m = minimum (yang lebih kecil) dari J+ atau J-
2) Ukuran Sampel : n > 25, digunakan distribusi normal sebagai pendekatan

𝐽− J
𝑍=
√{𝑁(𝑁 + 1)(2𝑁 + 1)}/24

𝑁(𝑁+1) , N = banyak jenjang / peringkat


J = 4
 Kaidah Keputusan
1. Untuk n  25
Terima Ho, bila J > Jά (n)
Tolak Ho, jika J  Jά (n)
2. Untuk n > 25
Terima Ho, jika Z  Zά/2 dan Tolak Ho, jika Z > Zά/2

14
Contoh
a) Kasus
Seorang Guru Fisika ingin meneliti pengaruh model CTL terhadap kemampuan
pemecahan masalah fisika siswa kelas X SMA 2 Tabanan. Populasi dari penelitian ini
adalah seluruh siswa kelas X SMA 1 Tabanan tahun pelajaran 2011/2012. Sampel yang
digunakan sebanyak 10 orang siswa, yang dipilh secara acak dan diangap dapat mewakili
keseluruhan populasi.
b) Teknik Pengambilan Data
Data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil pretest dan posttest yang dilakukan
sebelum dan setelah perlakuan dilaksanakan. Dimana tes yang digunakan dalam
penelitian ini adalah tes kemampuan pemecahan masalah fisika. Dalam penelitian ini,
data dibagi menjadi dua kelompok yaitu, kelompok sebelum mendapat perlakuan dan
sesudah mendapat perlakuan.
c) Hipotesis Penelitian
H0 = CTL tidak mempunyai efek/berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan
masalah fisika siswa.
HA = CTL mempunyai efek/berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah
fisika siswa.
d) Data Hasil Penelitian
Pembelajaran Fisiska menggunakan Metode CTL
No
Sebelum Sesudah
1 70 75
2 71 70
3 70 63
4 65 78
5 50 70
6 52 65
7 62 78
8 55 65
9 75 79
10 60 77

e) Tabel Bantu analisis manual

Peringkat Peringkat
No X (sebelum) Y (sesudah) Selisih Peringkat
Selisish Positif Selisih Negatif
1 70 75 5 3 3
2 71 70 -1 1 1

15
3 70 63 -7 4 4
4 65 78 13 6.5 6.5
5 50 70 20 10 10
6 52 65 13 6.5 6.5
7 62 78 16 8 8
8 55 65 10 5 5
9 75 79 4 2 2
10 60 77 17 9 9
55 J+= 50 J- = 5
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada tabel di atas, J+= 50 dan J- = 5. Sehingga J- < J+.
Dengan demikan, nilai J = J- = 5.
Kaidah Keputusan
Pada  = 0,05, H0 ditolak bila J  8 (Jtabel untuk n = 10). Karena J < Jtabel , maka
hipotesis Ho ditolak dan HA diterima. Jadi dapat diinterpretasikan bahwa CTL mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran fisika.

2.3 Uji Hipotesis dua kelompok sampel tidak berhubungan (Independent Sample)
Pengujian hipotesis yang berasal dari dua sampel yang tidak berkorelasi (independent
sample), dapat dilakukan dengan menggunakan statistika parametric dan statistika non-
parametrik. Disebut sebagai sampel tidak berkorelasi, bila kelompok sampel pertama tidak
memiliki pasangan dari kelompok sampel kedua. Kelompok sampel pertama dan kedua, bisa
berasal dari individu-individu yang berbeda maupun individu-individu yang sama. Untuk
pengujian dengan menggunakan statistic parametric dapat dilakukan dengan menggunakan
Uji T (Independent sample T-Test). Data yang dianalisis dengan menggunakan uji T, harus
memiliki distribusi yang normal. Untuk data yang tidak memenuhi prasyarat pengujian
dengan menggunakan statistika parametrik, pengujian dapat dilakukkan dengan
menggunakan statistika non-parametrik, seperti: Chi Square, Median Test, dan Mann
Whitney (U Test).

1. Uji T ( Independent sample T-test)


Pada uji T dengan dua sampel bebas, kita melakukan pengujian tentang kesamaan rata-
rata dari dua kelompok populasi yang bersifat independent, yang berarti bahwa populasi yang
satu dengan yang lain tidak berkorelasi. Dengan syarat awal kedua populasi berdistribusi
normal, homogen, dan sampel dipilih secara acak. Independent sample T-test dapat dilakukan
dengan menggunakan bantuan SPSS atau dapat dilakukan dengan perhitungan manual
dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

16
X Y
t
1 1
sx y   
n n 
 x y 

Dengan kaidah keputusan sebagai berikut


Tolak H0 bila  t1 1 
 t atau t  t1 1 
2 2

Terima H0 bila  t1 1 


 t  t1 1 
2 2

Contoh
a) Kasus
Seorang guru melakukan penelitian terkait dengan penerapan dua jenis model
pembelajaran (Contextual Learning dan Cooperative Learning) terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa dengan pemberian pre tes dan post tes. Dua kelompok sampel yang
saling bebas dipilih secara acak sebanyak masing-masing 30 siswa.
b) Teknik Pengambilan Data
Data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil test yang dilakukan sebelum dan
setelah perlakuan dilaksanakan. Dimana tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah
tes keterampilan berpikir kritis.
c) Hipotesis Penelitian
H0 = Keterampilan berpikir kritis siswa yang diajar dengan model Contextual Learning
sama dengan keterampilan berpikir kritis siswa yang diajar dengan model
Cooperative Learning.
HA = Keterampilan berpikir kritis siswa yang diajar dengan model Contextual Learning
tidak sama dengan keterampilan berpikir kritis siswa yang diajar dengan model
Cooperative Learning.
d) Data Hasil Penelitian
Nilai kemampuan kognitif Nilai kemampuan kognitif
No Contextual Learning No. Cooperative Learning
Pretest Posttest Pretest Posttest
1 70 75 1 63 78
2 78 81 2 68 75
3 76 80 3 66 73
4 74 77 4 70 73
5 76 73 5 72 82
6 72 75 6 74 83
7 70 72 7 70 79
8 84 80 8 72 81
9 86 89 9 68 75

17
Nilai kemampuan kognitif Nilai kemampuan kognitif
No Contextual Learning No. Cooperative Learning
Pretest Posttest Pretest Posttest
10 80 87 10 60 69
11 82 89 11 64 73
12 76 79 12 65 76
13 80 83 13 68 77
14 78 81 14 70 77
15 70 74 15 60 71
16 66 69 16 78 90
17 68 70 17 80 87
18 64 68 18 82 91
19 60 63 19 84 90
20 60 65 20 80 89
21 78 87 21 72 83
22 76 85 22 73 85
23 72 77 23 71 76
24 70 75 24 70 79
25 84 88 25 66 71
26 74 81 26 67 74
27 73 80 27 69 78
28 71 77 28 65 76
29 77 86 29 62 81
30 79 83 30 64 83
e) Analisis Manual
X = Nilai kemampuan kognitif model pembelajaran Contextual Learning.
Y = Nilai kemampuan kognitif model pembelajaran Cooperative Learning
NO X Y X  X  Y  Y  X  X 2 Y  Y 2
1 75 78 -3,3 -1,17 10,89 1,3689
2 81 75 2,7 -4,17 7,29 17,3889
3 80 73 1,7 -6,17 2,89 38,0689
4 77 73 -1,3 -6,17 1,69 38,0689
5 73 82 -5,3 2,83 28,09 8,0089
6 75 83 -3,3 3,83 10,89 14,6689
7 72 79 -6,3 -0,17 39,69 0,0289
8 80 81 1,7 1,83 2,89 3,3489
9 89 75 10,7 -4,17 114,49 17,3889
10 87 69 8,7 -10,17 75,69 103,4289
11 89 73 10,7 -6,17 114,49 38,0689
12 79 76 0,7 -3,17 0,49 10,0489
13 83 77 4,7 -2,17 22,09 4,7089
14 81 77 2,7 -2,17 7,29 4,7089
15 74 71 -4,3 -8,17 18,49 66,7489
16 69 90 -9,3 10,83 86,49 117,2889
17 70 87 -8,3 7,83 68,89 61,3089
18 68 91 -10,3 11,83 106,09 139,9489
19 63 90 -15,3 10,83 234,09 117,2889
20 65 89 -13,3 9,83 176,89 96,6289

18
21 87 83 8,7 3,83 75,69 14,6689
22 85 85 6,7 5,83 44,89 33,9889
23 77 76 -1,3 -3,17 1,69 10,0489
24 75 79 -3,3 -0,17 10,89 0,0289
25 88 71 9,7 -8,17 94,09 66,7489
26 81 74 2,7 -5,17 7,29 26,7289
27 80 78 1,7 -1,17 2,89 1,3689
28 77 76 -1,3 -3,17 1,69 10,0489
29 86 81 7,7 1,83 59,29 3,3489
30 83 83 4,7 3,83 22,09 14,6689
Σ 2349 2375 1450,3 1080,167
Mean 78,3 79,16667
Stdev 7,071799 6,103042

sX 
 xx   2


1450,3
 7,07199
n 1 30  1

sY 
 xx  2


1080,167
 6,103042
n 1 30  1

s
n X  1s X2  nY  1sY2
n X  nY  2
s
297,071799 2  296,103024 2
30  30  2
1450,378234  1080,166528
s
58
2530,544762
s
58
s  43,630
f) X Y
t
 1 1 
s x y   
n n 
 x y 

78,3 - 79,16667
t
 1 1 
43,630  
 30 30 
- 0,86667
t
43,6300,0666 
t  0,508167
Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan t di atas maka dapat diambil keputusan sebagai berikut.
Tolak H0 bila -t1- ½  t atau t  t1- ½ dan terima H0 bila -t1- ½ < t < t1- ½ Dari hasil
g)
19
perhitungan diperoleh nilai t hitung sebesar -0,508167, dengan nilai t tabel untuk dk 58
adalah sebesar 2,001, sehingga t hitung berada dalam daerah penerimaan H0 t hitung < t tabel
(-0,508167 > 2,001). Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan keterampilan
berpikir kritis siswa yang diajar dengan model Contextual Learning dan yang diajar dengan
model Cooperative Learning.

2. Chi Square
Digunakan untuk data diskrit. Uji ini sebenarnya uji independensi , dimana suatu variabel
tidak dipengaruhi atau tidak ada hubungannya dengan variabel lain. Dalam banyak hal, uji ini
digunakan pula untuk mengetahui adanya perbedaan satu variabel dari beberapa kelompok
sampel. Selama hipotesis null (nihil) mengatakan tidak ada hubungan (variabel-variabel
independen) maka Ho ditolak bila nilai 2 yang dihitung dari sampel lebih besar dari nilai  2
dalam tabel berdasarkan taraf uji tertentu. Atau dapat dirumuskan dengan :
Terima Ho, bila 2 ≤ 2ά
Tolak Ho, bila 2 > 2ά
Dalam uji 2 tidak bisa dilepaskan dari baris (b) dan kolom (k) dari suatu tabel.
Sehubungan dengan itu, bisa terjadi b atau k sama dengan dua, atau bisa terjadi b atau k
kedua-duanya lebih dari dua. Disamping itu perlu juga diperhatikan apabila suatu frekuensi
observasi (fo) dalam suatu matrik kurang dari 10. Dalam hubungan ini dikemukakan beberapa
rumus sebagai berikut :
a) Untuk b atau k kedua-duanya lebih dari dua

2
(𝑓𝑜 − 𝑓𝑒 )2
𝜒 = ∑[ ]
𝑓𝑒
b) Untuk b dan k adalah 2 x 2

2
𝑛(𝑎𝑑 − 𝑏𝑐)2
𝜒 =
(𝑎 + 𝑏)(𝑐 + 𝑑)(𝑎 + 𝑐)(𝑏 + 𝑑)
c) Untuk frekuensi observasi dalam salah satu matrik kurang dari 10 serta b dan k = 2 x 2
(rumus ini disebut Koreksi Yates).
𝑛2
𝑛 [(𝑎𝑑 − 𝑏𝑐) − 2]
𝜒2 =
(𝑎 + 𝑏)(𝑐 + 𝑑)(𝑎 + 𝑐)(𝑏 + 𝑑)
Dalam pengujian Ho digunakan kriteria sebagai berikut :
Terima Ho, bila 2 ≤ 2ά (db)
Tolak Ho, bila 2 > 2ά (db)

20
db = (b-1)(k-1)
Contoh:
a) Kasus
Seorang guru Fisika SMA Maju Jaya ingin mengetahui tanggapan atau respons siswa
setelah diberikan pelajaran fisika dengan menggunakan model pembelajaran Learning
Cycle 7E. Untuk itu guru tersebut memberikan quisioner sebelum dan sesudah proses
pembelajaran dilakukan. Quisioner yang diberikan adalah quisioner tertutup dengan
pertanyaan yang dapat mengindikasikan tingkat keantusiasan siswa terhadap
pemberian pelajaran fisika dengan menggunakan model pembelajaran Learning Cycle
7E. Quisioner ini diberikan kepada 30 orang siswa yang mendapatkan pelajaran fisika
dengan megunakan model pembelajaran Learning Cycle 7E. Diharapkan siswa
memberikan tanggapan positif terhadap penggunaan model pembelajaran Learning
Cycle 7E, sehingga penerapan model ini dapat dilanjutkan dikemudian hari.
b) Teknik Pengambilan Data
Data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil quisioner yang diberikan sebelum dan
sesudah proses pembelajaran berlangsung. Dimana proses pembelajaran yang
dimaksud adalah pembelajaran fisika dengan menggunakan model pembelajaran
Learning Cycle 7E.
c) Teknik Analisis Data
Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan statistic crosstabs, yaitu uji
chi square. Berikut merupakan langkah-langkah uji yang dilakukan.
a. Merumuskan hipotesis yang akan diuji.
b. Menentukan rumus yang digunakan.
c. Menyusun tabel kerja dan mengitung fo dan fe
d. Mengambil keputusan.
d) Hipotesis Penelitian
H0 = Tidak terdapat perbedaan sikap siswa terhadap pemberian pelajaran fisika
dengan menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 7E.
HA = Terdapat perbedaan perbedaan sikap siswa terhadap pemberian pelajaran fisika
dengan menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 7E.
e) Data Hasil Penelitian
Peserta didik Sesudah
Antusias Tidak Antusias
um
bel
Se

Antusias 16 22

21
Tidak
12 10
antusias
f) Analisis Manual
Peserta didik Sesudah
Jumlah
Antusias Tidak Antusias
Sebelum

Antusias
16 22 38
Tidak
12 10 22
antusias
Jumlah 28 32 60
nad  bx 
2
  2

a  b c  d a  c b  d 


60(160  264) 2

38  22  28  32
 0,866

Tolak H0 bila 2 > 2α


Terima H0 bila 2 ≤ 2α
Derajat bebas (db)= (b-1)(k-1)
Db = (2-1)(2-1)= 1
Kesimpulan
2 = 0,866
2α = 3,841
Keputusan:
2 ≤ 2α, sehingga H0 diterima.
Tidak terdapat perbedaan sikap siswa terhadap pemberian pelajaran fisika dengan
menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 7E.

3. Uji Median (Median Test)


Merupakan prosedur pengujian apakah dua atau lebih populasi dari mana sampel
independen diambil mempunyai median yang sama dan dibatasi pada dua sampel saja. Uji ini
digunakan untuk menentukan signifikansi perbedaan antara median dari dua populasi yang
independen. Uji median tidak memerlukan asumsi-asumsi atau anggapan-anggapan tertentu
tentang dua populasi dari mana sampel diambil.
 Hipotesis

22
Hipotesis nihil (null hipotesis) yang akan diuji menyatakan bahwa populasi dari mana
dua sampel itu diambil mempunyai median sama. Hipotesis alternatifnya menyatakan
bahwa dua populasi itu mempunyai median yang berbeda.
 Langkah-langkah Pengujian
1. Gabungkan kedua sampel menjadi sebuah sampel berukuran n1 + n2 , di mana n1 =
ukuran sampel pertama dan n2 = ukuran sampel kedua.
2. Ukuran data dari sampel gabungan ini menurut urutan besar nilainya.
3. Tentukan median dari sampel gabungan ini (overall median) . (median = nilai tengah).
4. Dari setiap grup sampel, tentukan frekuensi nilai yang terletak pada overall median
dan yang terletak di bawah overall median. Bila n1 dan n2 adalah jumlah
penngamatan dalam dua sampel, dapatlah dipergunakan Tabel 2x2
 Bentuk Rumus
Rumus yang digunakan adalah rumus Koreksi Yates sebab memepergunakan bentuk
sederhana table 2x2 sebagai berikut.
2
 n
n ad  bc   
x2   2
a  bc  d a  c b  d 
Derajat bebas (db) = (b – 1) ( k – 1) = (2 – 1) (2 – 1) = 1
 Keputusan
Terima H0 , bila x2 ≤ x2α(1)
Tolak H0 , bila x2 > x2α(1)
Contoh:
a) Kasus
Seorang dosen ingin mengetahui perbedaan rata-rata dari nilai statistik dari
mahasiswa dan mahasiswi yang diajarnya. Untuk mengetahuinya, dosen tersebut
mengambil nilai ujian tengah semester (UTS) statistik dasar sebagai data penelitian.
Sampel dari penelitian ini adalah 30 orang mahasiswa semester 3, yang terdiri dari 13
laki-laki dan 17 perempuan.
b) Teknik Pengambilan Data
Data dalam penelitian ini diperoleh dari nilai UTS Statistika dasar dari masing-
masing mahasiswa yang bersangkutan. Dalam penelitian ini, sampel dibagi atas dua
kelompok yaitu, kelompok mahasiswa dan kelompok mahasiswi.
c) Teknik Analisis Data

23
Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan uji Median. Berikut
merupakan langkah-langkah dari uji median.
a. Gabungkan kedua sampel menjadi sebuah sampel berukuran n1 + n2 , di mana n1 =
ukuran sampel pertama dan n2 = ukuran sampel kedua.
b. Ukuran data dari sampel gabungan ini menurut urutan besar nilainya.
c. Tentukan median dari sampel gabungan ini (overall median) . (median = nilai tengah).
d. Dari setiap grup sampel, tentukan frekuensi nilai yang terletak pada overall median
dan yang terletak di bawah overall median. Bila n1 dan n2 adalah jumlah
penngamatan dalam dua sampel, dapatlah dipergunakan Tabel 2x2
d) Hipotesis Penelitian
H0 = Tidak terdapat perbedaan median antara nilai statistik dasar antara mahasiswa dan
mahasiswi.
HA = Terdapat perbedaan median antara nilai statistik dasar antara mahasiswa dan
mahasiswi.
e) Data Hasil Penelitian
Skor UTS
Laki-laki 95, 65, 66, 71, 93, 78, 78, 54, 82, 87, 92, 80, 73
51, 74, 76, 53, 54, 80, 81, 61, 64, 85, 66, 89, 90, 69,
Perempuan
67, 71, 94
f) Analisis Manual
 Gabungkan kedua sampel dan urutkan skor menurut besarnilainya
51 53 54 54 61 64 65 66 66 67 69 71 71 73 74
76 78 78 80 80 81 82 85 87 89 90 92 93 94 95
Overall median : 75
 Tabel Kerja
Frekuensi Nilai Laki -Laki Perempuan Jumlah
Di atas overall median 8 (a) 7 (b) 15 (a+b)
Di bawah overall median 5 (c) 10 (d) 15 (c+d)
Jumlah 13 (a+c) 17 (b+d) 30 (n)

 Rumus yang digunakan


2
 n
n (ad  bc)  
 2
2 
(a  b)(c  d )( a  c)(b  d )

30(80  35)  15



(15)(15)(13)(17)

24
 0,543
Keputusan
(20.05,1)  3,841  2  0,543 dengan demikian  2  (20.05,1) . Sehingga dapat diputuskan
bahwa Ho “diterima”. Artinya, populasi dua kelompok sampel itu mempunyai median
yang sama.

4. Mann-Whitney (U Test)
Merupakan uji nonparametrik yang cukup kuat sebagai pengganti uji-t(dalam statistic
parametric), sementara asumsi uji distribusi-t tidak terpenuhi. Uji Mann-Whitney
digunakan untuk uji perbedaan rerata dari dua buah sampel bebas (independen) yang
diambil dari satu atau dua populasi yang berbeda jelas. Bila ukuran sampel pertama adalah
n1 dan ukuran sampel kedua adalah n2, maka hipotesis yang di uji berbentuk:
H0 : U1 = U2
HA : U1  U2
 Langkah pengujian:
1. Gabungkan kedua sampel independent dan beri jenjang pada tiap anggota mulai
dari yang terkecil.
2. Hitung statistik U pada masing-masing sampel:U1 = n1n2 + ½ n1 (n1 +1) – R1 dan
U2 = n1n2 + ½ n2 (n2 +1) – R2
3. Bila n ≤ 20 maka kaidah keputusannya kita ambil dengan membandingkan antara
nilai U dengan Utabel (Uα)
4. Bila n > 20 maka kaidah keputusannya kita ambil dengan pendekatan
1
U n n
Z 2 1 2
n n (n  n  1)/12
1 2 1 2

Berdasarkan langkah-langlah di atas, U1 dan U2 yang diperhatikan adalah U1 atau U2 yang


lebih kecil. U1 atau U2 yang lebih kecil disenut dengan U (Uhitung), yang selanjutnya
dibandingkan dengan U tabel, pada taraf signifikansi tertentu. Kaidah keputusannya adalah
sebagai beriut.
1. Bila n1 atau n2 atau kedua-duanya  20, maka kriteria keputusannya adalah
Terima Ho, jika U ≥ Uα
Tolak Ho, jika U < Uα
2. Bila n1 atau n2 atau kedua-duanya > 20, maka kriteria keputusannya adalah
Terima Ho, jika -Z1/2 α ≤ Z ≤ Z1/2 α

25
Tolak Ho, jika Z > Z1/2 α atau Z < -Z1/2 α
Contoh :
a) Kasus
Seorang Dosen Fisika ingin meneliti prestasi belajar fisika mahasiswa semester 1,
antara mahasiswa yang diterima melalui jalur PMJK dan SMPTN tahun pelajaran
2010/2011. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh mahasiswa semester 1 jurusan
pendidikan Fisika tahun pelajaran 2010/2011. Sampel yang digunakan sebanyak 20
orang mahasiswa yang terdiri dari 10 orang mahasiswa yang diterima melalui jalur
PMJK dan 10 orang mahasiswa yang diterima melalui jalur SMPTN, yang dipilh secara
acak dan diangap dapat mewakili keseluruhan populasi.
b) Teknik Pengambilan Data
Data dalam penelitian ini diperoleh dari perolehan IPK semester 1 dari masing-
masing mahasiswa yang bersangkutan. Dalam penelitian ini, sampel dibagi atas dua
kelompok yaitu, kelompok mahasiswa yang diterima melalui jalur PMJK dan kelompok
mahasiswa yang diterima melalui jalur SMPTN.
c) Teknik Analisis Data
Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan uji U atau Mann-Whitney
test. Berikut merupakan langkah-langkah dari uji U.
a. Gabungkan kedua sampel independent dan beri jenjang pada tiap anggota mulai dari
yang terkecil.
b. Hitung statistik U pada masing-masing sampel:U1 = n1n2 + ½ n1 (n1 +1) – R1 dan
U2 = n1n2 + ½ n2 (n2 +1) – R2
c. Bila n ≤ 20 maka kaidah keputusannya kita ambil dengan membandingkan antara
nilai U dengan U tabel (Uα)
d. Bila n > 20 maka kaidah keputusannya kita ambil dengan pendekatan
d) Hipotesis Penelitian
H0 = Tidak terdapat perbedaan prestasi belajar fisika mahasiswa antara mahasiswa
yang diterima melalui jalur PMJK dan SMPTN.
HA = Terdapat perbedaan prestasi belajar fisika mahasiswa antara mahasiswa yang
diterima melalui jalur PMJK dan SMPTN.
e) Data Hasil Penelitian
NO Jalur PMJK Jalur SMPTN
1 3.00 2.80
2 2.95 2.92

26
3 3.34 2.85
4 3.02 2.64
5 3.25 3.54
6 2.90 3.40
7 3.50 3.08
8 3.12 2.76
9 3.45 2.99
10 2.87 2.78

f) Analisis Manual
No Jalur PMJK Jenjang No Jalur SNPTN Jenjang
1 3.00 10 1 2.80 17
2 2.95 12 2 2.92 13
3 3.34 5 3 2.85 16
4 3.02 9 4 2.64 20
5 3.25 6 5 3.54 1
6 2.90 14 6 3.40 4
7 3.50 2 7 3.08 8
8 3.12 7 8 2.76 19
9 3.45 3 9 2.99 11
10 2.87 15 10 2.78 18
Σ R1= 83 Σ R2= 127

 U1 = n1n2 + ½ n1 (n1 +1) – R1


U1 = 10 x 10 + ½ x 10 (10+1) – 83
= 72
 U2 = n1n2 + ½ n2 (n2 +1) – R2
U2 = 10 x 10 + ½ x 10 (10+1) – 127
= 28
Dari nilai U1 dan U2 yang diperoleh di atas, maka dapat ditentukan nilai U hitung yang
digunakan adalah nilai U2 yaitu 28 (U = 28). Karena jumlah sampel yang digunakan 
20 (n1 dan n2  20), maka kaidah keputusan yang digunakan adalah. Terima H0 jika U 
U dan tolak H0 bila U < U. Dengan taraf signifikansi yang digunakan adalah 0,05, nilai
U tabel untuk jumlah sampel n1 = 10 dan n2 = 10 adalah 23 (U = 23). Sehingga dapat
disimpulkan H0 diterima (U  U atau 28  23). Artinya tidak terdapat perbedaan
prestasi belajar fisika mahasiswa antara mahasiswa yang diterima melalui jalur PMJK
dan SMPTN.

27
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Berdasarkan uraian sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut.
1. Uji Hipotesis satu sampel adalah pengujian hipotesis yang dilakukan pada data
dengan sampel tunggal (1 kelompok sampel)
2. Uji uji hipotesis perbedaan antara dua rerata merupakan uji hipotesis yang dilakukan
untuk mengetahui perbedaan rata-rata pada dua kelompok sampel baik sampel
dependent maupun sampel independent.
3. Contoh dari uji hipotesis satu sampel adalah uji T (one sample T-test), Chi Square,
Binomial, Runs Test dll.
4. Contoh dari uji hipotesis perbedaan dua rerata adalah Uji T ( Paired Sample T-Test
dan Independent Sample T-Test), Mc Nemar Test, Sign Test, Median Test, Mann-
Whitney Test, Wilcoxon Test, Chi Square.

3.2 Saran
Penulis menyarankan untuk menambah literatur yang dibaca dan digunakan dalam
mempelajarai uji hipotesis beserta contoh-contohnya. Sehingga dapat menambah
wawasan dan pemahaman tentang uji hipotesis yang sangat beragam.

28
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Tugas Statistika. Terdapat pada


http://www.docstoc.com/docs/63984068/TUGAS-STATISTIK Diakses pada tanggal 9
Juni 2012
Anonim. 2010. Statistik Non Parametrik. Terdapat pada
http://ineddeni.files.wordpress.com/2008/03/Statistik-non-parametrik.pdf. Diakses
pada tanggal 10 April 2012
Candiasa, I Made. 2010. Statistik Univariat dan Bivariat Disertai Apikasi SPSS. Singaraja:
Unit Penerbitan Singaraja.
Rusffendi.1998. Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: CV Andira
Bandung.
Santoso, Singgih. 2006. Menguasai Statistik di Era Informasi. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.
Setiawan, Nugraha. 2005. Statistik Non Parametrik untuk Penelitian Sosial Ekonomi
Peternakan. Fakultas Peternakan UNPAD.
Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

29

Anda mungkin juga menyukai