Anda di halaman 1dari 26

Elvira Dwi Marlina

240210160013
A1
IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Praktikum kali ini dilakukan terhadap empat jenis kemasan yaitu kemasan
kertas, kemasan plastik, kaca, dan kaleng. Pengamatan terhadap ketebalan
menggunakan mikrometer sekrup dan jangka sorong, serta pengukuran berat
berbagai jenis kemasan untuk mengetahui densitas kemasan tersebut. Tujuan
identifikasi jenis kemasan ini adalah untuk mengetahui sifat berbagai jenis kemasan
dalam pengaplikasiannya terhadap bahan pengemas dan mengetahui jenis kemasan
yang dapat digunakan sebagai pengemas.
Pengemasan telah menjadi salah satu penanganan bahan pangan dalam
mempertahankan kualitas dan memperpanjang umur simpan (Buckle, Edwards,
Fleet, dan Wootton, 2007). Berbagai jenis kemasan berupa kertas, plastik, logam,
hingga kaca menjadi kemasan yang paling sering digunakan dalam mengemas
bahan pangan. Kemasan memiliki fungsi yang khas, yakni mampu memperpanjang
umur simpan, menjadi media interaktif, hingga mampu meningkatkan nilai tambah
produk yang dipasarkan (Herudiyanto, 2008). Pemilihan material kemasan menjadi
salah satu kunci yang dapat berdampak besar terhadap penjualan, terutama yang
dilakukan oleh Cahyorini dan Rusfian (2011). Karakteristik pada bahan pengemas
menjadi salah satu indikator dari kemasan tersebut mampu meningkatkan nilai jual
dari produk tersebut dan perlu dipelajari dan dipahami oleh setiap ahli teknologi
pangan, terutama terhadap karakteristik pada kertas dan plastik.

4.1 Pengenalan Jenis Kemasan.


. Secara umum, kemasan pangan merupakan bahan yang digunakan untuk
mewadahi dan/atau membungkus pangan baik yang bersentuhan langsung maupun
tidak langsung dengan pangan (Juwita, 2012).
Menurut Juwita (2012) jenis bahan pengemasan yang paling umum
digunakan untuk pengemasan bahan pangan dapat dibedakan berdasarkan
bahannya, yaitu: kemasan kaca/gelas, kemasan logam, kemasan plastik, kemasan
kertas dan kemasan logam. Pemilihan jenis kemasan yang akan digunakan sangat
tergantung pada karakteristik dan jenis bahan pangan yang akan dikemas. Menurut
Juwita (2012) jenis bahan pengemasan yang paling umum digunakan untuk
pengemasan bahan pangan dapat dibedakan berdasarkan bahannya, yaitu: kemasan
Elvira Dwi Marlina
240210160013
A1
kaca/gelas, kemasan logam, kemasan plastik, kemasan kertas dan kemasan logam.
Pemilihan jenis kemasan yang akan digunakan sangat tergantung pada karakteristik
dan jenis bahan pangan yang akan dikemas. Berikut ini adalah hasil pengamatan
praktikum dari beberapa jenis kemasan yang diujikan
Tabel 1. Tabel Deskripsi Kemasan
Jenis Perbedaan
No Deskripsi
Kemasan Visual Fisik
Plastik PP Lentur ++
A Tahan minyak dan air Transparan Halus
Tipis ++
Plastik PVC

B Tahan minyak dan air Transparan Lentur +, kuat

Plastik
Metalized
Tahan minyak&air, Silver,
C Halus, kuat
kemasan primer mengkilat

Plastik PE

Transparan, Halus, lentur


D Tahan minyak dan air
agak buram +, tipis+

Plastik LDPE
Lentur +++
E Tahan minyak dan air Transparan
tipis +++

Kertas Glasin
Putih, agak
Lentur +,
A Tahan minyak transparan,
halus, tipis+
mengkilat

Kertas Tahan minyak, tahan


Coklat, sisi Sisi 1 kasar,
B Laminasi panas, kemasan
lain mengkilat sisi lain halus
(Kertas Nasi) primer
Kasar, keras,
Coklat muda,
C Kertas Duplex Kemasan sekunder kuat, tebal,
kusam
kaku
Elvira Dwi Marlina
240210160013
A1

Kertas Kraft

Tidak tahan Halus, lentur,


D Coklat cerah
minyak&air mudah, sobek

Kertas Roti
Putih buram,
Tahan minyak&air,
E lebih Halus, lentur
kemasan primer
transparan

Karton
bergelombang
(Double Wall) Kemasan tersier, Keras, kuat,
F tahan getaran, tahan Coklat kusam kaku, 2
goncangan. gelombang.

Karton
bergelombang
(Single Wall) Kemasan tersier, Kuat, keras,
G tahan goncangan, Coklat kusam kaku, mudah
getaran diipat

Alumunium
foil
Lentur,
Kemasan primer, Silver
H halus,mudah
tahan minyak&air mengkilat
dilipat

Kertas Tetra
Pack

Kemasan primer,
I Warna orange Keras, kaku
tahan minyak&air
Elvira Dwi Marlina
240210160013
A1
Transparan,
Kemasan primer,
Vial tutup karet Kuat, keras
tidak mudah pecah
abu
Kemasan primer,
tahan air panas,
minyak, kaleng
Kaleng tin- terbuat dari timah
plate kelat, tahan banting, Tidak
Permukaan
tahan panas, transparan,
bergelombang.
konduktor, sulit mengkilap dan
Licin, dan
dihias, mudah korosi. berwarna
tebal.
Digunakan untuk silver
produk susu kental
manis, produk cair,
buah kaleng, kornet,
sarden
Kaleng
Komposit Kemasan
primer/sekunder,
Tutup dan alas
kaku, tahan air, tahan Tidak
solid ata kaku,
minyak dan panas, transparan dan
selimut tabung
serta cocok untuk berwarna emas
semi kaku
produk permen dan
biskut
Kemasan primer,
tahan air panas,
minyak, kaleng
Kaleng tin- terbuat dari timah
plate kelat, tahan banting, Tidak
Permukaan
tahan panas, transparan,
bergelombang.
konduktor, sulit mengkilap dan
Licin, dan
dihias, mudah korosi. berwarna
tebal.
Digunakan untuk silver
produk susu kental
manis, produk cair,
buah kaleng, kornet,
sarden
Jar

Kemasan primer,
tahan panas, tahan
Transparan Keras, kuat
air, tahan minyak,
mudah pecah

(Dokumentasi Pribadi, 2019)


Elvira Dwi Marlina
240210160013
A1
4.1.1 Kemasan Kertas
Kertas dibuat dari bahan-bahan berserat ( kadar selulosa tinggi ) dengan atau
tanpa bleaching, dengan atau tanpa diberi filter dari pelipis lilin. Sifat-sifat kertas
itu sendiri dipengaruhi oleh proses pembuburan, filter, dan perlakuan terakhir atau
calendering. (Herudiyanto, 2008).
Bahan kertas untuk pengemasan makanan seringkali diberi lapisan
tambahan dalam bentuk coating atau laminasi. Selain sebagai kemasan, kertas juga
berfungsi sebagai media komunikator dan media cetak. Kelemahan kemasan kertas
untuk mengemas bahan pangan adalah sifanya yang sensitif terhadap air dan mudah
dipengaruhi oleh kelembaban udara lingkungan. (Erliza, 1987).
Menurut Nurminah & Julianti (2006), bahan baku pembuatan kertas adalah
selulosa yang diberi perlakuan kimia, dibilas, diuraikan, dipucatkan, dibentuk
menjadi lembaran setelah pressing dan dikeringkan. Kayu terdiri dari 50% selulosa,
30% lignin dan bahan bersifat adhesif di lamela tengah, 20% karbohidrat berupa
xylan, resin dan tanin. Jenis kayu dan lembaran akhir kertas yang di inginkan sangat
menentukan cara pembuatan kertas. Pembuatan kertas dengan bahan baku berupa
kayu terlebih dahulu dibuat menjadi pulp.
Berdasarkan hasil pengamatan, kertas aluminium secara visual memiliki
kenampakan berwarna perak, mengkilap sedangkan secara fisik memiliki
karakteristik kasar, mudah sobek, lentur, dan tipis. Kemasan ini pada pada dasarnya
berasal dari logam, yakni aluminium. Kemasan aluminium foil tersebut seringkali
digunakan karena perlindungannya yang kuat terhadap berbagai kondisi, seperti
gas, uap air, mikroorganisme dan juga cahaya, sehingga dapat digunakan untuk
mengemas bahan-bahan yang berlemak dan bahan-bahan yang peka terhadap
cahaya seperti margarin dan yoghurt (Lamberti dan Escher, 2007). Kemasan
tersebut memiliki karakteristik berupa berbentuk lembaran, dengan sifat yang
hermetis, fleksibel (Herudiyanto, 2008), sehingga membuat kemasan ini mudah
sekali dibentuk, baik dibentuk menjadi pouch, kotak, hingga bentuk yang rumit
sekalipun, seperti lingkaran. Namun, kemasan ini memiliki kelemahan, berupa
mudah mengalami korosi akibat senyawa asam dan basa kuat, bahkan hingga ion
halogeida, terutama ion klorida (Kunze, 1976).
Elvira Dwi Marlina
240210160013
A1
Menurut Rahimah (2010), karton bergelombang (corrugated box) ada
beberapa macam, yaitu single wall : satu lapis dengan ketebalan ± 3 mm (B/Flute)
dan 4 mm (C/Flute) dan Double wall : 2 lapis dengan ketebalan ± 7 mm (CB/Flute)
Di Indonesia jenis yang lazim digunakan adalah single wall dan double wall.
Penggunaan corrugated box ditentukan oleh berat bahan, sifat bahan (self stacking
atau tidak), fragile atau tidak, menggunakan inner karton atau tidak dan lain-lain.
Kertas karton bergelombang dapat digunakan untuk pengemasan buah atau sayuran
segar, maka pada dinding kotak harus diberi lubang ventilasi. Adanya gelombang
pada karton bergelombang ini bertujuan untuk meredam getaran dan juga tekanan
(Djali dan Herudiyanto, 2003). Karton bergelombang bergelombang, memiliki
karakteristik berlapis dan tebal digunakan untuk pengepakkan barang terutama saat
distribusi. Kertas jenis ini lebih kuat dibandingkan dengan jenis kertas yang lain
sehingga sering digunakan sebagai kemasan sekunder. Karton bergelombang
memiliki kesulitan dalam melipatnnya, karena memiliki ketebalan yang cukup
tinggi, sehingga kemasan ini sering kali dijadikan kemasan sekunder. Seringkali
kemasan ini tergolong dalam karton bergelombang yang dapat berdinding dua
ataupun tiga.
Berdasarkan hasil pengamatan, kertas glasin memiliki karakteristik
berwarna putih, tekstur halus, licin, tipis, lentur, dan agak transparan. Kertas glasin
dan kertas tahan minyak dibuat dengan cara memperpanjang waktu pengadukan
pulp sebelum dimasukkan ke mesin pembuat kertas. Penambahan bahan - bahan
lain seperti plastizier bertujuan untuk menambah kelembutan dan kelenturan kertas,
sehingga dapat digunakan untuk mengemas bahan-bahan yang lengket.
Penambahan antioksidan bertujuan untuk memperlambat ketengikan dan
menghambat pertumbuhan jamur atau khamir. Kedua jenis kertas ini mempunyai
permukaan seperti gelas dan transparan, mempunyai daya tahan yang tinggi
terhadap lemak, oli dan minyak, tidak tahan terhadap air walaupun permukaan
dilapisi dengan bahan tahan air seperti lak dan lilin (Sinuhaji, 2010)
Berdasarkan hasi pengamatan kertas nasi adalah kertas yang memiliki dua
sisi yang berbeda. Kertas nasi memiliki karakteristik berupa berwarna coklat, terdiri
dari bagian kasar dan halus/licin, mudah dilipat, memiliki dua lapisan (kertas dan
plastik). Lapisan yang terdapat pada kertas nasi ialah plastik polietilen (PE), karena
Elvira Dwi Marlina
240210160013
A1
lapisan kemasan ini bersifat lentur dan juga licin/halus (Herudiyanto, 2008). Kertas
ini biasanya berwarna coklat dan digunakan untuk membungkus nasi. Pelapisan
dengan plastik tersebut, menyebabkan kertas ini tidak mudah disobek dan sedikit
tahan air. Kemasan ini jarang digunakan dalam mengemas produk yang sudah jadi
dan dipasarkan karena sifatnya yang hanya diperuntukan membungkus nasi atau
bahan pangan lainnya yang kering hasil penggorengan, sehingga kertas ini harus
mudah untuk dilipat.
Berdasarkan pengamatan, kertas duplex merupakan kemasan sekunder
dimana kertas ini dapat dapat dibentuk menjadi berbagai bentuk dan digunakan
untuk memudahkan dalam pendistribusian. Kertas duplex ini biasanya memiliki
gramasi sekitar 600 GSM. Secara fisik kertas duplex memiliki karakteristik agak
tebal, agak keras permukannya, dan berserat. Ukuran yang lebih tebal dari kertas
lain membuat bahan ini banyak digunakan untuk pembungkus barang elektronik
atau barang yang cukup besar.
Karton bergelombang-karton bergelombang besar dengan warna cokelat biasanya
menggunakan bahan ini. Tebalnya bahan serta adanya serat di dalamnya membuat
kertas ini tidak mudah rusak dan bisa digunakan hingga berkali-kali. Secara visual,
kertas dupleks ini memiliki karakteristik berwarna kuning pucat kecoklatan, tidak
transparan, dan tidak mengkilap.
Berdasarkan hasil pengamatan kertas roti memiliki karakteristik berwarna
putih buram, kasar, tipis, lentur/mudah dilipat, mudah disobek, dan transparan
dengan bercak-bercak pada permukannya. Kertas roti merupakan jenis kertas yang
bersifat tidak mudah lengket pada bahan pangan, maka kertas jenis ini sering
digunakan sebagai alas ataupun sebagai pembungkus. Kertas roti biasanya
digunakan untuk membungkus roti dan juga dapat sebagai alas untuk mencetak kue
agar tidak lengket. Kertas roti biasanya digunakan sebagai pelapis dalam
pembuatan roti atau kue agar tidak bersentuhan langsung dengan kemasan
sekundernya yakni kemasan dus atau kemasan karton yang telah melewati tahapan
bleaching/solid bleached board (SBB) (Kirwan, 2011)
Berdasarkan hasil pengamatan kertas tetrapak memiliki karakteristik
berwarna cokelat kekuningan bergaris, agak keras dan kaku namun dapat dibentuk..
Tetra Pak adalah kemasan yang terbuat dari karton, polyethylene, aluminium.
Elvira Dwi Marlina
240210160013
A1
Masing-masing bahan memiliki fungsi yang berbeda yaitu karton memberikan stabilitas,
kekuatan, dan kehalusan pada permukaan tetrapack, polyethylene menjaga
kelembaban udara dan membuat aluminium foil menempel dengan baik pada
karton. Aluminium foil berfungsi melindungi makanan yang dikemas dari oksigen
dan cahaya serta mempertahankan rasa makanan agar tidak berubah akibat oksidasi.
Tetrapack memiliki beberapa kelebihan yaitu tahan terhadap ciaran, uap air, dan
gas, memiliki tingkat kekakuan yang baik, pencetakan desain kemasan yang
mudah, ramah terhadap lingkungan (dapat didaur ulang), dikemas menggunakan
teknologi aseptic, dan biaya produksi cenderung lebih murah (Citra, 2016)
Tetrapak digunakan sebagai kemasan minuman yang menggantikan peran
kaleng. Kemasan tetrapak terdiri dari 3 lapisan, yaitu 74 % lapisan karton, 21 %
lapisan polyethylene dan 5 % alumunium. Perpaduan antara lapisan lapisan ini
membuat kemasannya ringan, kuat tetapi mudah di daur ulang (Citra, 2016).

4.1.2 Kemasan Plastik


Plastik merupakan material pengemasan yang berasal dari polimer, di mana
bahan bakunya pada umumnya berasal dari minyak bumi, dan dapat dibuat kedalam
berbagai jenis bentuk kemasan seperti kemasan botol, containers, film, dan bentuk
kemasan lainnya (Baner dan Piringer, 2000). Kemasan plastik begitu beragam
jenisnya, dan yang digunakan dalam praktikum ini ialah berupa plastik berjenis PP
(polipropilen), PS (polistirena) – atau yang dikenal dalam sebagai styrofoam, PE
(polietilen), LDPE (low density polyethylene), dan PVC (polivinil klorida – dalam
bahasa Inggris, polyvinyl chloride).
Bahan baku pembuatan plastik adalah minyak dan gas sebagai sumber
alami. Dalam perkembangannya minyak dan gas ini mulai digantikan oleh
bahanbahan sintetis sehingga dapat diperoleh sifat-sifat plastik yang diinginkan
dengan cara kopolimerisasi, laminasi, dan ekstruksi (Syarief et al 1989). Polimer
alam yang telah kita kenal antara lain: selulosa, protein, karet alam dan sejenisnya.
Pada awal mula perkembangannya polimer alam hanya digunakan untuk membuat
perkakas dan senjata, tetapi keadaan ini hanya bertahan hingga akhir abad 19 dan
selanjutnya manusia mulai memodifikasi polimer menjadi plastik. Plastik yang
pertama kali dibuat secara komersial adalah nitroselulosa. Material plastik ini telah
Elvira Dwi Marlina
240210160013
A1
berkembang pesat dan sekarang mempunyai peranan yang sangat penting dibidang
elektronika, pertanian, tekstil, transportasi, furniture, konstruksi, kemasan
kosmetik, mainan anak-anak dan produk-produk industri lainnya.
Agar mempunyai sifat-sifat seperti yang dikehendaki untuk membuat
barang-barang plastik maka dalam proses pembuatannya selain bahan baku utama
diperlukan juga bahan tambahan atau aditif. Penggunaan bahan tambahan ini
beraneka ragam tergantung pada bahan baku yang digunakan dan mutu produk yang
akan dihasilkan. Berdasarkan fungsinya maka bahan tambahan atau bahan 5
pembantu proses dapat dikelompokkan menjadi: bahan pelunak (plastiksizer),
bahan penstabil (stabilizer), bahan pelumas (lubricant), bahan pengisi (filler),
pewarna (colorant), antistatic agent, blowing agent, flame. Bahan aditif yang
ditambahkan tersebut disebut komponen non-plastik yang berupa senyawa
anorganik atau organik yang memiliki berat molekul rendah. Bahan aditif dapat
berfungsi sebagai pewarna, antioksidan, penyerap sinar UV, anti lekat dan masih
banyak lagi (Winarno, 1993).
Penggunaan kemasan plastik dalam berbagai bahan pangan sangat
menguntungkan. Dinilai dari segi fungsionalitas, kemasan plastik dapat diberi
warna, ringan, mudah untuk membawa berbagai jenis barang, murah, dan mampu
membawa produk-produk cair, terutama bahan pangan cair disamping fungsi
lainnya berupa preservasi/ pertahanan terhadap kerusakan bahan pangan
(Hendrasty, 2013; Sedlacekova, 2017). Kemasan plastik memiliki berbagai
kelemahan, yakni salah salah satunya mudah terjadi migrasi (Giacin, 1980), tidak
tahan terhadap panas (Hendrasty, 2013), dan mudah terjadi pertukaran gas serta uap
air (Utz, 1995; Tacker, 1996; Langowski, 1996).
PP (Polypropylene) dengan monomer propilen mempunyai ciri yaitu
kemasan primer, tahan air dan minyak hal ini sesuai dengan pernyataan Winarno
dan Jennie (1983) bahwa PP memiliki sifat yang lebih kuat dan ringan dengan daya
tembus uap yang rendah, ketahanan yang baik terhadap lemak, stabil terhadap suhu
tinggi dan cukup mengkilap (tidak tahan panas serta cocok untuk produk minuman
dan sejenisnya selain itu menurut tabel diatas pp memiliki sifat yang bening dan
transparan halus, tipis, mudah dibentuk. Ciri-ciri plastik jenis PP biasanya
Elvira Dwi Marlina
240210160013
A1
transparan, keras tetapi fleksibel, kuat, permukaan berlilin, tahan terhadap bahan
kimia, panas dan minyak, melunak pada suhu 140°C. (Millati, 2010)
Kemasan PVC (Polyvinyl Chloride) berdasarkan hasil pengamatan
memiliki ciri yaitu merupakan kemasan primer dan sekunder, tahan air dan minyak,
tidak tahan panas serta cocok untuk produk basah dan setengah basah, transparan
dan bening licin, agak kaku, dan agak tebal. Hal ini sesuai dengan pendapat
Herudiyanto (2008) yang menjelaskan sifat PVC yaitu tahan air, lemak, dan
minyak, tidak larut dalam pelarut minyak bumi, cukup liat dan elastis. Di samping
itu, pendapat Hendrasty (2013) menegaskan bahwa kemasan PVC kaku hingga
lunak yang kemudian mengakibatkan sulitnya melipat PVC tersebut. Adapun untuk
memperbaiki sifat tersebut, penggunaan antioksidan dan juga zat penstabil sering
dilakukan dalam pembuatannya. Film plastik ini cukup kuat, namun disisi lain
mudah ditembus gas yang intensitasnya dapat diatur sesuai tebal tipisnya film.
Biasanya digunakan untuk mengemas produk segar seperti daging (Djali dan
Herudiyanto, 2003). Adapun bila ditambah dengan bahan pelentur, kemasan
tersebut dapat bersifat kaku/tegar dan dapat dibentuk seperti botol, jar, dan
sebagainya.
Kemasan PVC (Polyvinyl Chloride) adalah plastik yang paling sulit di daur
ulang. Plastik ini bisa ditemukan pada plastik pembungkus (cling wrap), dan botol-
botol. Kandungan dari PVC yaitu DEHA yang terdapat pada plastik pembungkus
dapat bocor dan masuk ke makanan berminyak bila dipanaskan. PVC berpotensi
berbahaya untuk ginjal, hati dan berat badan. (Millati, 2010). PVC memiliki
kekuatan tarik tinggi dan tidak mudah sobek, tembus pandang namun ada juga yang
keruh serta permeabilitas terhadap uap air dan gas rendah (Miltz, 1992).
PVC yang memiliki sifat fleksibel, dipakai sebagai bahan pakaian,
perpipaan, atap, dan insulasi kabel listrik. PVC diproduksi dengan cara polimerisasi
monomer vinil klorida (CH2=chcl). Dari sifat fisiknya PVC merupakan jenis
plastik yang paling sulit didaur ulang. PVC mempunyai sifat keras, kaku, jernih dan
mengkilap, sangat sukar ditembus air dan permeabilitas gasnya rendah sehingga
sesuai untuk mengemas makanan yang banyak mengandung air (Suyitno, 1990).
Berdasarkan hasil pengamatan kemasan metalize mempunyai ciri kemasan
primer/sekunder, tahan air dan minyak, tidak tahan panas serta cocok untuk produk
Elvira Dwi Marlina
240210160013
A1
minuman, kue kering dan keripik tidak transparan dan berwarna silver agak
kaku dan licin. Metalize adalah substrat dari polymer film dengan proses metalisasi.
Sifat tahan panas, tidak transparan dan berwarna silver merupakan akibat proses
metalisasi yang merupakam proses menempelkan molekul-molekul logam,
biasanya almunium pada lembaran plastik atau sering disebut plastik film
Sebetulnya tidak hanya alumunium yang dapat digunakan untuk metalisasi plastik
tetapi seng, tembaga, perak, dan emas juga dapat digunakan untuk bahan metalisasi
plastik. Lapisan metal hasil proses plastic metalization berguna untuk pengemasan
produk makanan dalam proses penyimpanan makanan dengan tujuan
menghilangkan kontaminasi bahan makanan oleh mikroorganisme (Copeland &
Astbury, 2010). Lapisan metal aluminium yang sangat tipis yang menempel pada
plastik digunakan untuk menghalangi makanan/bahan yang dibungkus terhadap
cahaya, uap air, oksigen serta gas dan aroma lainnya (Copeland & Astbury, 2010)
Berdasarkan hasil pengamatan LDPE (Low Density Polyethylene)
merupakan kemasan primer, tahan air dan minyak, serta cocok untuk produk-
produk makanan ringan transparan dan bening halus dan licin. Menurut Peacock
(2000) plastik ini dibuat dari monomer etilen yang rantainya terikat pada etil dan
butil pada rantai yang panjang (Struktur pada Gambar 1.). Hendrasty (2013) juga
menyatakan bahwa plastik ini dapat terlindung dari uap air, tetapi tidak terhadap
gas. Bahan yang dikemas dengan menggunakan bahan ini ialah berupa obat-obatan,
makanan, hingga bahan pembersih dalam wujud containers (Brandsch dan Piringer,
2000).

Gambar 1. Skema Rantai Struktur Low Density Polyethylene


(Sumber : Peacock, 2000)
Plastik LDPE memiliki ciri kuat, agak tembus cahaya, fleksibel dan
permukaan agak berlemak. LDPE mempunyai massa jenis antara 0,91-0,94 gmL-
1, separuhnya berupa kristalin (50- 60%) dan memiliki titik leleh 1150C.
Elvira Dwi Marlina
240210160013
A1
(Billmeyer, 1971). Secara fisik LDPE lebih fleksibel dan kerapatannya lebih kecil
dibandingkan HDPE. Perkembangan selanjutnya, telah diproduksi LDPE yang
memiliki bentuk linier dan dinamakan Low Linear Density Poliethylene (LLDPE)
Berdasarkan pengamatan kemasan PE (Polyethylene) mempunyai ciri
kemasan primer/sekunder, tahan air, minyak dan panas serta cocok untuk produk
sayur, buah dan telur Agak transparan dan berwarna putih buram Halus dan
Licin. Karakteristik plastik tersebut sesuai dengan pendapat Herudiyanto (2008)
dimana plastik ini dapat melakukan pertukaran gas, sehingga cocok untuk
mengemas komoditas sayur dan buah, hingga produk-produk yang mengandung
lemak, seperti mentega. (Millati, 2010). Polietilen merupakan film yang lunak,
transparan dan fleksibel, mempunyai kekuatan benturan dan kekuatan sobek yang
baik. Pemanasan polietilen akan menyebabkan plastik ini menjadi lunak dan cair
pada suhu 110°C. Sifat permeabilitasnya yang rendah dan sifat mekaniknya yang
baik, maka polietilen dengan ketebalan 0.001 – 0.01 inchi banyak digunakan unttuk
mengemas bahan pangan.
Berdasarkan uji identifikasi yang telah dilakukan maka berbagai jenis
kemasan plastik ini sudah sesuai dengan literatur dan diketahui bahwa setiap jenis
kemasan plastik memiliki karakteristik yang berbeda pula hal itu dipengaruhi oleh
bahan dan proses pembuatan plastik sehingga akan menghasilkan plastik yang
peruntukanya berbeda pula.

4.1.3 Kemasan Kaca


Kaca adalah benda yang transparan, lumayan kuat, biasanya tidak bereaksi
dengan barang kimia, dan tidak aktif secara biologi yang bisa dibentuk dengan
permukaan yang sangathalus dan kedap air. Oleh karena sifatnya yang sangat ideal
gelas banyak digunakan di banyak bidang kehidupan. Tetapi kaca bisa pecah
menjadi pecahan yang tajam. Sifat kaca ini bisadimodifikasi dan bahkan bisa
diubah seluruhnya dengan proses kimia atau dengan pemanasan (Fellows, 2000)
Pengemasan dengan kaca merupakan salah satu cara pengemasan tertua
(Heldman dan Lund, 2007).
Pengamatan dilakukan terhadap satu sampel kemasan kertas dengan kode
kaca. Karakteristik yang diamati adalah penggunaan kemasan, ketahanan terhadap
air, minyak, dan panas.
Elvira Dwi Marlina
240210160013
A1
Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa terdapat kesamaan antara botol
kaca dan vial/ampul yaitu kemasan yang tahan air dan tahan minyak, transparan,
bening, dan mempunyai permukaan yang halus hal ini dikarenakan kesamaan bahan
baku yaitu kaca dan hanya berbeda di ukuran vial/ampul yang lebih kecil dan
penutup botol kaca terbuat dari logam, sedangkan vial/ ampul terbuat dari karet.
Hasil pengamatan ini sesuai dengan pernyataan Heldman dan Lund (2007), bahwa
kemasan kaca dapat digunakan untuk mengemas beberapa produk seperti bir,
makanan, minuman non-alkohol, wine, liquor, dan lain-lain.
Menurut Milllati (2010) ada beberapa sifat gelas yang bisa dikatakan memiliki
kelebihan dibanding dengan materiallainnya, antara lain:

1. Sifat estetika atau keindahan


2. Sifat tembus pandang secara optik (transparan)
3. .Sifat elastis
4. Sifat ketahanan terhadap zat/reaksi kimia
Menurut Milllaati (2010), kekurangan dari gelas adalah sifat nya yang getas
dan mudah pecah. Gelas terdiri dari oksida-oksida logam dan non logam. Bahan
baku pembuatan gelas adalah :
1. Pasir silica (SiO2)
2. Soda abu (Na2CO3) yang dengan pembakaran pada suhu tinggi akan
terbentuk Na2O sehingga gelas tampak jernih
3. Batu kapur (CaO) yang berfungsi untuk memperkuat gelas
4. Pecahan gelas (kaca) disebut cullet (calcin) untuk memudahkan proses
peleburan,ditambahkan antara 15-20%
5. AI2O3 dan boraksida (B2O3), titanium dan zirconium untuk meningkatkan
ketahanan dankekerasan gelas.
6. Borax oksida pada gelas boroksilat seperti pyrex berfungsi agar gelas lebih
tahan padasuhu tinggi.
7. Na2SO4 atau As2O3 untuk menghaluskan dan menjernihkan.

4.1.3 Kemasan Kaleng


Berdasarkan hasil praktikum pengemasan, kaleng yang pertama merupakan
jenis tin plate mempunyai ciri-ciri kemasan primer, tahan air panas, minyak, kaleng
Elvira Dwi Marlina
240210160013
A1
terbuat dari timah kelat, tahan banting, tahan panas, konduktor, sulit dihias, mudah
korosi tidak transparan, mengkilap berwarna silver, permukaan bergelombang,
licin, dan tebal. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Abdel, et al (2015) yaitu
kaleng merupakan kemasan primer yang langsung bersentuhan dengan bahan,
mempunyai daya tahan terhadap karat yang rendah,tahan panas, reaksi terhadap
bahan pangan yang rendah, tidak transparan dan berwarna silver karena terbuat dari
timah dan cocok digunakan untuk produk susu kental manis, produk cair, buah
kaleng, kornet, sarden.
Tin plate adalah jenis kemasan kaleng yang dibuat dengan menggunakan
logam plat timah yang merupakan lembaran atau gulungan baja berkarbon rendah
dengan ketebalan 0.15-0.5 mm dan kandungan timah putih berkisar 1.0-1.25% dari
berat kaleng (Tjahjadi, dan Marta 2011).
Kemasan kaleng yang kedua adalah kemasan yang berasal dari bahan
komposit yang mempunyai ciri-ciri kemasan primer/sekunder, kaku, tahan air,
tahan minyak dan panas, serta cocok untuk produk permen dan biskut tidak
transparan dan berwarna emas tutup dan alas solid atas kaku, selimut tabung semi
kaku. Bahan komposit merupakan kertas/karton yang diolah bersama bahan
kemasan lain (plastik, logam, plastik dan logam) dengan manfaat daya rapuh
rendah, daya kaku rendah dan kekuatan bahan tinggi.

4.2 Pengukuran Ketebalan Berbagai Jenis Kemasan


Pengukuran ketebalan kemasan dapat menggunakan jangka sorong atau
mikrometer sekrup, pada praktikum kali ini ketebalan kemasan diukur
menggunakan mikrometer sekrup. Jangka sorong adalah alat ukur yang mempunyai
ketelitian tinggi yaitu 0,1 mm atau 0,01 cm dapat digunakan untuk mengukur
diameter dan ketebalan sedangkan mikrometer sekrup merupakan alat ukur panjang
yang paling teliti mempunyai ketelitian 0,01 mm atau 0,001 cm dapat mengukur
ketebalan dan diameter benda yang mempunyai ukuran kecil dan tipis (Utomo,
2007).
Hasil pengukuran ketebalan berbagai jenis pengemas adalah sebagai
berikut:
Tabel 2. Tabel Pengukuran Ketebalan Kemasan
Elvira Dwi Marlina
240210160013
A1

Jangka Sorong
Jenis Kemasan Mikrometer (cm)
(cm)
A Plastik PP 0,0010 0,0010
B Plastik PVC 0,0050 0,0080
C Plastik Metalized 0,0140 0,0170

D Plastik PE 0,0040 0,0040


E Plastik LDPE 0,0010 0,0010
A Kertas Glasin 0,0010 0,5000

Kertas Laminasi
B 0,0090 0,5000
(Kertas Nasi)

C Kertas Duplex 0,1960 0,2400

D Kertas Kraft 0,0070 0,5100


E Kertas Roti 0,0030 0,3800
Karton bergelombang
F 0,5000 0,5000
(Double Wall)

Karton bergelombang
G 0,1800 0,4100
(Single Wall)

H Alumunium foil 0,0010 0,4100

I Kertas Tetra Pack 0,1000 0,4100


Vial 0,2000 0,3300
Tin plate (Kaleng) 0,1900 0,1900
Jar 0,4000 0,4100
(Dokumentasi Pribadi, 2019)

4.2.1 Kemasan Kertas


Ketebalan kertas di setiap titik dapat berbeda karena pada saat kertas
dipotong kertas akan mengalami penekanan oleh gunting dan beberapa serat kertas
ada yang lepas sehingga ketebalan kertas menjadi berkurang. (Syarief, et al 1989)
Sampel kertas diukur pada praktikum ini adalah kertas karton, kertas nasi, kertas
kraft, kertas minyak dan kertas sampul.
Hasil pengamatan menunjukkan pengukuran pada setiap titik memiliki
beberapa perbedaan namun tidak terlalu signifikan karena perbedaannya hanya
Elvira Dwi Marlina
240210160013
A1
sedikit. Semakin tebal kertas maka kertas akan semakin dapat melindungi bahan
pangan dari benturan dan guncangan, umumnya kemasan dengan ketebalan yang
tinggi digunakan sebagai kemasan sekunder dan untuk kemasan selama distribusi,
seperti kertas bergelombang (karton bergelombang, karton, dan lain-lain).
Berdasarkan hasil pengamatan, ketebalan kertas hasil pengukuran
menggunakan jangka sorong dan menggunakan mikrometer sekrup memiliki hasil
yang berbeda. Hasil ketebalan kertas yang paling akurat berdasarkan tabel
pengamatan adalah mikrometer sekrup. Hal ini kemungkinan dikarenakan titik
yang diukur pada kertas berbeda-beda dan ketelitian dari alat tersebut berbeda.
Diketahui mikrometer sekrup merupakan alat ukur panjang yang paling teliti
mempunyai ketelitian 0,01 mm atau 0,001 cm dapat mengukur ketebalan dan
diameter benda yang mempunyai ukuran kecil dan tipis (Utomo, 2007).
Kertas yang memiliki ketebalan paling besar berdasarkan pengukuran
adalah kertas karton bergelombang jenis double wall dengan ketebalan 0,5 cm.
Menurut Rahimah (2010), karton bergelombang jenis double wall memiliki
ketebalan ±7 mm. Berdasarkan pengamatan, kemasan yang paling tipis adalah
alumunium foil dan kertas glasin. Aluminium foil adalah bahan kemasan berupa
lembaran logam aluminum yang padat dan tipis dengan ketebalan <0.15 mm.
Kemasan ini mempunyai tingkat kekerasan dari 0 yaitu sangat lunak, hingga H-n
yang berarti keras. Semakin tinggi bilangan H-, maka aluminium foil tersebut
semakin keras. Ketebalan dari aluminium foil menentukan sifat protektifnya. Jika
kurang tebal, maka foil tersebut dapat dilalui oleh gas dan uap. Pada ketebalan
0.0375 mm, maka permeabilitasnya terhadap uap air= 0, artinya foil tersebut tidak
dapat dilalui oleh uap air. Foil dengan ukuran 0.009 mm biasanya digunakan untuk
permen dan susu, sedangkan foil dengan ukuran 0.05 mm digunakan sebagai tutup
botol multitrip (Arta, 2013).
Kertas nasi yang memiliki nilai ketebalan 0,09 cm (jika diukur
menggunakan mikrometer sekrup) karena kertas tersebut memiliki 2 lapisan, yakni
kertas dan juga plastik – biasanya menggunakan plastik PE. Kertas glasin dan kertas
roti memiliki ketebalan yang hampir sama, yakni secara berturut-turut 0,001 cm
dan 0,003 cm. Kedua kertas tersebut sangat tipis karena peruntukannya untuk
Elvira Dwi Marlina
240210160013
A1
melapisi makanan pasca pengolahan sebelum dikemas dengan kemasan primer
yang dapat berupa plastik ataupun karton.
Pengurutan berdasarkan ketebalan kertas dari yang terendah adalah
alumunium foil, kertas glasin, kertas roti, kertas kraft, kertas nasi, kertas tetrapack,
karton bergelombang single wall, kertas duplex, karton bergelombang double wall.
Selain bahan penyusunnya, ketebalan juga akan berpengaruh pada beberapa
kualitas kertas yaitu, densitas, daya serap air, ketahanan gesek, kekuatan tarik, dan
perpanjangan putus. Pemberian warna pada kertas yang semakin tebal akan
semakin sulit, karena alat pencetak warna akan sulit untuk bekerja. Sebaliknya
dengan kertas yang memiliki ketebalan yang cukup rendah, alat cetak warna akan
lebih mudah bekerja dengan kecepatan tinggi karena alat ini bekerja pada ketebalan
tertentu. (Erliza dan Sutedja, 1987).

4.2.2 Kemasan Plastik


Berdaarkan tabel pengamatan, apabila diurutkan plastik yang memiliki
kemasan dari yang paling tebal ke yang paling tipis berturut-turut adalah kemasan
plastic metalized,PET, LDPED,PE, PP.
Kemasan plastik metalized paling tebal diantara kemasan yang lainya,
sedangkan kemasan PE merupakan kemasan yang paling tipis. Hal tersebut
dikarenakan proses metalasi yang menggunakan pelapis logam pada kemasan
metalized menurut Heriduyanto (2008). Adapun pada kemasan PE tergolong sangat
tipis karena lemasan ini memiliki kristalinitas yng sangat baik (Peacock, 2000).

4.3 Perhitungan Berat Jenis Kemasan


Pengukuran berat yang dilakukan pada praktikum kali ini menggunakan
timbangan analitik. Berdasarkan hasil perhitungan berat didapatkan berat jenis dari
kemasan tersebut. Berikut adalah hasil pengamatannya
Tabel 3. Tabel Perhitungan Berat Jenis Kemasan
Kemasa Berat Luas g/cm2 g/m2 Kg/cm2 PSF
n (g) (cm2)
A Plastik 0,0680 21,52 0,0062 0,0062x104 0,0062x10-3 1,2698x10-6
PP 00
B Plastik 0,1532 15,08 0,0102 0,0102x104 0,0102x10-3 2,0891x10-6
PET 00
Elvira Dwi Marlina
240210160013
A1
C Plastik 8,4347 320,6 0,0263 0,0263x104 0,0262x10-3 5,3867x10-6
Metaliz 000
ed
D Plastik 2,8051 454,6 0,0061 0,0061x104 0,0061x10-3 1,2493x10-6
HDPE 000
E Plastik 0,0312 23,04 0,0014 0,0014x104 0,0014x10-3 2,8674x10-7
PE 00
A Kertas 0,0674 18,72 0,0036 0,0036x104 0,0036x10-3 7,3734x10-7
Glasin 00
B Kertas 0,1827 24,99 0,0073 0,0073x104 0,0073x10-3 1,4951x10-6
Lamina 00
si
(Kertas
Nasi)
C Kertas 0,5132 5,750 0,0892 0,0892x104 0,0892x10-3 1,8270x10-5
Duplex 0
D Kertas 0,1919 25,50 0,0075 0,0075x104 0,0075x10-3 1,5361x10-6
Kraft 00
E Kertas 0,1036 25, 0,0041 0,0041x104 0,0041x10-3 0,3974x10-7
Roti 0000
F Karton 1,8320 16,80 0,1090 0,1090x104 0,1090x10-3 2,2324x10-5
bergelo 00
mbang
(Doubl
e Wall)
G Karton 0,8963 16, 0,0560 0,0560x104 0,0560x10-3 1,1470x10-5
bergelo 0000
mbang
(Single
Wall)
H Alumu 0,0689 15,20 0,0045 0,0045x104 0,0045x10-3 9,2167x10-7
nium 00
foil
I Kertas 1,7097 41,85 0,0408 0,0408x104 0,0408x10-3 8,3565x10-6
Tetra 00
Pack
Vial 12,147 5,720 2,1236 2,1236x104 2,1236x10-3 0,4350x10-3
1 0
Tin 48,691 56,71 0,8585 0,8585x104 0,8585x10-3 0,1758x10-3
plate 7 62
(Kaleng
)
Jar 152,04 28,26 5,3803 5,3803x104 5,3803x10-3 1,1019x10-3
85 00
(Dokumentasi Pribadi, 2019)

4.3.1 Kemasan Kertas


Elvira Dwi Marlina
240210160013
A1
Berdasarkan tabel hasil pengamatan, kertas glasin memiliki berat yang
paling ringan dengan berat sebesar 7,3734x10-7kg/cm2, sedangkan kertas karton
memiliki berat yang paling berat yaitu dengan berat sebesar 1,5258 x 10-5 kg/cm2.
Berat suatu kemasan ditentukan oleh bahan pembuatnya, lapisan yang melapisinya
dan kegunaannya dalam mengemas bahan pangan. Semakin berat suatu kemasan
menandakan bahan penyusunnya semakin banyak dan semakin dapat menahan
benturan dan goncangan dibandingkan dengan kemasan yang ringan. Umumnya
kemasan yang berat tergolong kaku karena komponen yang dikandungnya.
Berat/satuan luas harus dihitung menggunakan persamaan berat sampel
dibagi dengan luas sampel dan dikonversi kedalam satuan SI serta satuan British.
Hal tersebut perlu dilakukan karena dalam perdangangan internasional, kertas
dijual dalam satuan british dan pada saat kegiatan ilmiah internasional, kertas
digunakan dengan menggunakan sistem SI sebagai satuannya.
Penimbangan kertas penting untuk dilakukan karena pada umumnya kertas
diperdagangkan dalam ukuran berat menggunakan satuan tonese, sedangkan
konsumen kertas menggunakannya berdasarkan ukuran luas kertas. Kertas dengan
luas tertentu dapat dibuat dengan berat yang berbeda-beda, biasanya makin berat
lembaran kertas maka makin mahal harganya. (Syarief, 1989).

4.3.2 Kemasan Plastik


Berdasarkan tabel hasil pengamatan, kemasan plastik PP yang memiliki
berat paling ringan dengan berat sebesar 0,0062x10-3kg/cm2, sedangkan kemasan
metalized memiliki berat yang paling berat yaitu dengan berat sebesar 0,0262x10-
3
kg/cm2. Nilai tersebut dihasilkan dari massa dibagi ketebalan yang dipengaruhi
oleh besar/kecilnya ketebalan kemasan dan juga besar dan kecilnya massa
kemasan. Perubahan satuan tersebut juga dilakukan pada kemasan, terutama pada
perhitungan massa/luas permukaan yang disesuaikan dengan keperluan negara-
negara pengguna. Tidak hanya itu, hal tersebut kemudian berpengaruh terhadap
berat suatu kemasan ditentukan oleh bahan pembuatnya, lapisan yang melapisinya
dan kegunaannya dalam mengemas bahan pangan. Semakin berat suatu kemasan
menandakan bahan penyusunnya semakin banyak dan semakin dapat menahan
Elvira Dwi Marlina
240210160013
A1
benturan dan goncangan dibandingkan dengan kemasan yang ringan. Umumnya
kemasan yang berat tergolong kaku karena komponen yang dikandungnya.

4.3.3 Kemasan Kaleng


Berdasarkan tabel hasil pengamatan, kemasan kaleng (tin plate) memiliki
berat jenis sebesar 0,8585x10-3kg/cm2 apabila dibandingkan dengan kemasan yang
lain kemasan ini mempunyai mempunyai nilai berat jenis yang cukup tinggi.

4.3.4 Kemasan Kaca


Berdasarkan tabel hasil pengamatan, kemasan kaca jar memiliki berat jenis
paling tinggi karena volumnya yang besar pula dibanding vial yaitu sebesar
5,3803x10-3 kg/cm2, apabila dibandingkan dengan kemasan yang lain kaca
mempunyai nilai berat jenis yang paling tinggi.

4.4 Pengukuran Densitas Kemasan


Pengukuran volume pada kemasan adalah untuk mengetahui nilai densitas
dari kemasan tersebut. Sedangkan densitas dicari untuk mengetahui jarak antar
molekul kemasan yang dapat mempengaruhi permeabilitas terhadap udara.
Semakin tinggi densitas suatu bahan pengemas maka semakin kecil permeabilitas
tehadap udaranya. Dengan demikan dapat diketahui kesesuaian bahan pengemas
dengan bahan yang akan dikemas. Bahan pengemas dengan densitas rendah cocok
untuk produk-produk yang tidak terlalu memperhatikan kadar airnya seperti buah-
buahan; sedangkan bahan pengemas dengan densitas tinggi cocok untuk produk-
produk yang memperhatikan kadar airnya seperti kue kering, biskuit.
Berikut merupakan tabel hasil pengukuran berat berbagai kemasan yang
diamati pada praktikum.
Tabel 4. Tabel Pengukuran Densitas Kemasan
Jenis Kemasan Ketebalan (cm) Volume (cm3) Density
(g/cm3)
A Plastik PP 0,0010 0,02304 2,9510
B Plastik PVC 0,0050 0,0754 2,0320
C 0,0140 4,4884 1,8790
Plastik Metalized
D Plastik PE 0,0040 1,8174 1,5430
E Plastik LDPE 0,0010 0,02304 1,3540
Elvira Dwi Marlina
240210160013
A1
A 0,0010 0,01872 3,6000
Kertas Glasin
B 0,0090 0,22491 0,8120
Kertas Laminasi
(Kertas Nasi)
C 0,1960 0,1127 4,5540
Kertas Duplex
D Kertas Kraft 0,0070 0,1785 1,0750
E Kertas Roti 0,0030 0,0750 1,3810
F Karton 0,0500 0,8400 2,1810
bergelombang
(Double Wall)
G Karton 0,1800 1,888 0,4750
bergelombang
(Single Wall)
H 0,0010 0,0152 4,5330
Alumunium foil
I 0,1000 4,1850 0,4090
Kertas Tetra Pack
Vial 0,3300 1,7167 7,2645
Tin plate (Kaleng) 0,1900 10,7700 13,1100

Jar 0,4100 11,5900 4,6700


(Dokumentasi Pribadi, 2019)

4.4.1 Kemasan Kertas


Selain ketebalan, faktor lain yang mempengaruhi kualitas kemasan kertas
adalah densitas dan gramatur. Berdasarkan hasil pengamatan kertas yang memiliki
densitas yang paling besar adalah kertas duplex dengan densitas sebesar 4,5540
g/cm3 sedangkan kertas yang memiliki densitas yang paling kecil adalah kertas
tetrapack 0,4090 g/cm3. Kertas karton bergelombang memiliki densitas sebesar
0,4750 yang tidak berbeda jauh dengan penelitian Nurminah, et al (2002) yang
menyebutkan densitas karton sebesar 0.507 g/cm3.
Massa jenis atau densitas adalah berat pervolume yang diperoleh
berdasarkan hasil perhitungan dari berat yang diperoleh dibagi dengan volume
bahan tersebut. Massa jenis kemasan berbeda tergantung dari volume dan luas dari
kertas dan karton tersebut. Satuan dari densitas adalah g/cm3.
Densitas adalah nilai yang menunjukkan bobot bahan per satuan volume.
satuan gramatur yaitu satuan massa kertas yang dinyatakan dalam gram di dalam
satu meter persegi luas kertas. Menurut Syarief (1989),Gramatur selalu dinyatakan
sebagai total berat atau massa kertas termasuk kadar air di dalamnya, pada
Elvira Dwi Marlina
240210160013
A1
pengukuran gramatur kertas pengaruh yang mungkin mucul karena kadar air sangat
kecil, hal ini dikarenakan kertas telah dikondisikan dalam kelembaban tertentu.
Menurut Casey, dkk (1961), besarnya gramatur dapat menentukan tinggi rendahnya
sifat kertas atau karton, misalnya dalam standar FEFCO untuk karton gelombang
penekanan lebih diutamakan pada sifat karton gelombang yang diperlukan
(misalnya ketahanan retak) sedangkan gramatur ditentukan kemudian berdasarkan
nilai numerik sifat karton gelombang yang diinginkan. Dalam pengukuran
gramatur, pengukuran tebal dilakukan pada beberapa titik yang berbeda dan
dilakukan lebih dari satu kali pengukuran. Hal ini disebabkan karena dalam satu
lembar kertas nilai ketebalannya tidak merata, sehingga dilakukan pengukuran pada
beberapa titik. Sedangkan pengukuran dilakukan lebih dari satu kali (pada kertas
yang berbeda) dimaksudkan untuk mendapatkan nilai/data yang cukup valid,
karena setiap lembar kertas yang diproduksi memiliki ketebalan yang berbeda-
beda. Ketidakteraturan ketebalan lembaran kertas sangat berhubungan dengan
bahan baku dan proses produksi kertas itu sendiri.
Melalui densitas dan gramatur, dapat diketahui nilai permeabilitas dari suatu
kemasan. Adanya keragaman dalam gramatur mengidentifikasikan pada fluktuasi
pemakaian bahan baku kertas per satuan luas. Semakin kecil gramatur maka
penggunaan bahan bakunya semakin sedikit, konsumsi energi untuk pengolahan
kemasan kertas lebih rendah dan efisiensi ruangan penyimpanan yang baik.
Menurut literatur, densitas suatu kemasan memiliki hubungan berbanding
terbalik dengan permeabilitasnya. Semakin tinggi densitasnya, maka semakin
rendah pula permeabilitasnya. Menurut data diatas, didapatkan hasil bahwa densitas
kertas karton paling tinggi sehingga dapat dinyatakan bahwa permeabilitas
kemasan kertas tersebut paling rendah. Semakin rendah suatu permeabilitas, maka
kemampuan kemasan untuk menahan udara masuk kedalam kemasan semakin
tinggi.
Massa jenis atau densitas adalah berat pervolume yang diperoleh
berdasarkan hasil perhitungan dari berat yang diperoleh dibagi dengan volume
bahan tersebut. Massa jenis kemasan berbeda tergantung dari volume dan luas dari
kertas dan karton tersebut. Satuan dari densitas adalah g/cm3.
Elvira Dwi Marlina
240210160013
A1
4.4.2 Kemasan Plastik
Pengukuran densitas kemasan plasti sangat penting dalam menentukan sifat-
sifat plastik yang dapat diaplikasikan dengan pemakaianya. Birley, et al. ( 1998),
mengemukakan bahwa plastik dengan densitas/berat jenis yang rendah
menandakan bahwa plastik tersebut memiliki struktur yang terbuka, artinya mudah
atau dapat ditembusi fluida seperti air, oksigen atau CO2. Jadi tidak seperti pada
kertas, nilai densitas plastik sangat penting dalam menentukan sifat-sifat plastik
yang berhubungan dengan pemakaianya
Berdasarkan tabel hasil pengamatan, kemasan LDPE memiliki densitas yang
paling kecil dengan densitas sebesar 1,3540g/cm3 hal tersebut menandakan bahwa
kemasan LDPE memiliki permeabilitas tinggi maka semakin rendah permeabilitas
suatu kemasan maka semakin rendah pula kemampuan air dan gas untuk menembus
kemasan, sedangkan kemasan PP memiliki densitas paling tinggi yaitu dengan
densitas sebesar 1,3540 g/cm3 hal tersebut menandakan bahwa kemasan PP
memiliki permeabilitas rendah maka semakin rendah permeabilitas suatu kemasan
maka semakin rendah pula kemampuan air dan gas untuk menembus kemasan.

4.4.3 Kemasan Kaleng


Berdasarkan hasil pengamatan, terlihat densitas kaleng yang diamati adalah
13,1100 g/cm3. Nilai ini menunjukkan hasil yang paling tinggi dibanding kemasan
lainnya. Hal ini menandakan bahwa kemasan kaca memiliki permeabilitas yang
paling rendah dari seluruh kemasan maka semakin rendah permeabilitas suatu
kemasan maka semakin rendah pula kemampuan air dan gas untuk menembus
kemasan

4.4.4 Kemasan Kaca


Berdasarkan hasil pengamatan, terlihat densitas kaca yang diamati adalah
4,6700 g/cm3. Nilai ini cukup tinggi dibanding kemasan lainnya. Hal ini
menandakan bahwa kemasan kaca memiliki permeabilitas yang cukup rendah dari
seluruh kemasan maka semakin rendah permeabilitas suatu kemasan maka semakin
rendah pula kemampuan air dan gas untuk menembus kemasan.
Elvira Dwi Marlina
240210160013
A1

V. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa.
 Setiap kemasan mempunyai karakterisitik dan fungsi yang berbeda-beda
sehingga untuk menentukan pemakaian sebuah kemasan diperlukan
identifikasi kemasan terlebih dahulu
 Kemasan plastik juga memiliki karakteristik yang berbeda-beda
dipengaruhi oleh polimer yang terkandung di dalamnya dan berbagai
parameter lainnya seperti warna, tekstur, berat jenis dan densitas
 Kemasan kaca mempunyai sifat yang inert, transparan, halus, mudah pecah,
dan berat jenis yang cukup tinggi
 Pengukuran ketebalan kemasan hasil pengukuran menggunakan jangka
sorong dan menggunakan mikrometer sekrup memiliki hasil yang berbeda
Hal ini dikarenakan terdapat perbedaan ketelitian antara mikrometer skrup
dan jangka sorong.
 Kemasan kertas yang diamati memiliki sifat fisik yang berbeda-beda dan
dapat dideskripsikan serta dibandingkan.
 Kemasan kertas umumnya berwarna coklat dengan tekstur yang kasar, ada
yang tebal sehingga sulit dilipat, dan ada yang tipis, sertapenggunaannya
disesuaikan pada bahan.
 Kertas yang memiliki ketebalan paling besar berdasarkan pengukuran
adalah kertas karton bergelombang double wall yaitu 0,5 cm dan yang
memiliki ketebalan paling rendah adalah kertas glasin dan alumunium foil
yaitu 0,001 cm.
 Hasil pengamatan menunjukkan kertas yang paling berat adalah karton
bergelombang dan yang paling ringan adalah kertas glasin.
Elvira Dwi Marlina
240210160013
A1
DAFTAR PUSTAKA

Abdel, N. Gayoum A. dan Rahman. 2015. Tin-Plate Corrosion in Canned Foods.


Journal of Global Bioscience. 4(7): 2966-2971.
Arta, P. 2013. Bahan Pengemas. Terdapat pada :
http://www.scribd.com/doc/93446127/Tetra-Pack-Ok#scribd (Diakses pada
31 Maret 2019)
Buckle, K. A., R. A. Edwards, G. H. Fleet, dan M. Wootton. 2007. Ilmu Pangan.
UI Press, Jakarta.
Cahyorini, A., dan E. Z. Rusfian. 2011. The Effect of Packaging Design on
Impulsive Buying. Journal of Administrative Science dan Organization 18(1):
11-21.
Casey, J.P. 1961. Pulp and Paper, vol.II Second Ed. International Publisher
Inc. NewYork.
Citra, Anisyah. 2016. Kemasan Tetrapack dan Alumunium Foil. Available at
https://www.apki.or.id/kemasan-tetrapack-aluminium-foil/ (Diakses pada 31
Maret 2019)
Copeland, N. J., & Astbury, R, “Evaporated Aluminium on Polyester Optical
Electrical and Barrier Properties as a Function of Thickness and Time”,
AIMCAL Technical Confrence, 2010, hal. 1-18.
Djali, M., dan M. Herudiyanto. 2003. Pengemasan Bahan Pangan. Dalam Buku
Ajar Pelatihan Teknologi Hasil Pertanian. Lembaga Penelitian Unpad,
Sumedang.
Erliza dan Sutedja. 1987. Pengantar Pengemasan. Laboratorium Pengemasan,
Jurusan TIP .IPB, Bogor.
Fellow, A.P. 2000. Food Procession Technology, Principles and Practise.2nd ed.
Woodread.Pub.Lim. Cambridge. England. Terjemahan Ristanto.W dan Agus
Purnomo
Giacin, J. R. 1980. Evaluation of Plastics Packaging Materials for Food Packaging
Applications : Food Safety Considerations. J. Food Safety 4: 257-276.
Hendrasty, H. K. 2013. Pengemasan dan Penyimpanan Bahan Pangan. Graha Ilmu,
Yogyakarta.
Herudiyanto, M. S. 2008. Teknologi Pengemasan Pangan : Pengantar Teori, dan
Praktik Pengemasan Aneka Bahan Pangan. Widya Padjadjaran, Bandung.
Juwita, C. 2012. Kajian Karakteristik Edible film Berbasis Pati Ganyong (Canna
edulis Kerr) yang Ditambah Plasticizer Sorbitol. Skripsi
media.unpad.ac.id/thesis/240210/2008/240210080125_c_9740.pdf (diakses
tanggal 31 Maret 2019)
Kirwan, M. J. 2011. Paper and Paperboard Packaging. Dalam R. Coles, dan M. J.
Kirwan, ed. Food and Beverage Packaging Technology. Blackwell Pub.,
West Sussex.
Elvira Dwi Marlina
240210160013
A1
Kunze, E. 1976. Korrosivität Verschiedener Lebensmittelgruppen Gegenüber
Packmittel aus Aluminium. Aluminium 52(5): 296–301.
Lamberti, M., dan F. Escher. 2007. Aluminium Foil as a Food Packaging Material
in Comparison with Other Materials. Food Rev. Int. 23: 407–433.
Millati. 2010. Penuntun Praktikum Teknologi Pengemasan dan Penyimpanan.
Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat. Banjarbaru.
Miltz, J., 1992. Food Packaging. In : Handbook of Food Engineering, D.R.Heldman
and D.B.Lund (Ed). Marcel Dekker, Inc. New York
Nurminah, M., dan E. Julianti. 2006. Teknologi Pengemasan. Departemen
Teknologi Pertanian, Faperta USU, Medan.
Peacock, A. J. 2000. Handbook of Polyethylene - Structures, Properties, and
Applications. Marcel Dekker, New York.
Rahimah, Souvia. 2010. Kemasan Kertas dan Karton. Handout Pengemasan Bahan
Pangan Universitas Padjadjaran.
Sinuhaji, Perdinan. 2010. Interaksi Serat Limbah Industri Pulp Dengan Serat Nanas,
Pisang Dan Rami Pada Pembuatan Karton. Disertasi. Fakultas Matematika
Dan Ilmu Pengetahuanalam Universitas Sumatera Utara, Medan
Suyitno. 1990. Bahan-bahan Pengemas. PAU. UGM. Yogyakarta.
Syarief, R., S.Santausa, St.Ismayana B. 1989. Teknologi Pengemasan Pangan.
Laboratorium Rekayasa Proses Pangan, PAU Pangan dan Gizi, IPB: Bogor
Tjahjadi, C dan Herlina M. 2011. Pengantar Teknologi Pangan. Universtias
Padjadjaran. Bandung
Utomo, Pristiadi. 2007. Fisika Interaktif. Azka Press, Jakarta
Utz, H. 1995. Barriereeigenschaften aluminiumbedampfter Kunststoffolien.
Disertasi. München: Dissertation der Technischen Universität München,
München.
Winarno, F. G., dan B. S. L. Jennie. 1983. Kerusakan Bahan Pangan dan Cara
Pencegahannya. Ghalia Indonesia, Jakarta.
Winarno. 1993. Pangan, Gizi, Teknologi dan Konsumen. Jakarta: PT Gramedia

Anda mungkin juga menyukai